PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN KEARSIPAN: Studi Eksperimen Kuasi pada Peserta Didik Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK N
Restu Arti Setia, 2014
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN KEARSIPAN
(Studi Eksperimen Kuasi pada Peserta Didik Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran
di SMK Negeri 3 Bandung) RESTU ARTI SETIA
(1006083)
Skripsi ini dibimbing oleh: Sambas Ali Muhidin, S.Pd., M.Si
Permasalahan yang masih menjadi bahan kajian dalam dunia pendidikan adalah rendahnya hasil belajar peserta didik, termasuk pada peserta didik SMK Negeri 3 Bandung kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran pada mata pelajaran Kearsipan. Rendahnya hasil belajar peserta didik SMK Negeri 3 Bandung ditandai dengan rata-rata hasil ulangan harian yang belum optimal. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis. Melihat hal tersebut maka perlu dicari alternatif untuk mendapakan informasi yang komprehensif atau menyeluruh tentang penerapan metode pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikit kritis peserta didik, yaitu penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Kajian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi dengan desain non-equivalent control group design. Teknik analisis data menggunakan gain ternomalisasi untuk menganilisis peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik serta menggunakan uji-t untuk melihat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang signifikan antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). Dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menerapkan model pembelajaraan kooperatif Team Assisted Individualization (TAI).
(2)
Restu Arti Setia, 2014
THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER ( NHT ) TO IMPROVE STUDENT’S
CRITICAL THINKING SKILLS ON SUBJECT “FILING SYSTEM” ( Quasi- Experimental Study on Students in 10th Grade Student of
Office Administration Program Expertise in SMK Negeri 3 Bandung )
RESTU ARTI SETIA (1006083)
This Thesis is Guided By: Sambas Ali Muhidin, S.Pd., M.Si
ABSTRACT
The problems examined in the aim of development of education recently is the low learning outcomes of the 10th Grade students of Office Administration Program Expertise at SMK Negeri 3 Bandung on Archival subjects. It is characterized by the average daily test doesn’t reach the optimum. There are many factor that influence the learning outcomes and the one common factor is students’ critical thinking skill. Based in that problem, it is necessary to looking for other alternative to obtain comprehensive information about the application of learning methods that can improve the students’ critical thinking skills and the methods is Learning models Numbered Heads Together (NHT). This research has a purpose to obtain information on the application of learning models Numbered Heads Together (NHT) to the improvement of students ' critical thinking skills..
The method used is the method of quasi-experimental design with non - equivalent control group design . Data Analysis using normalized gain for analyze the increase ofstudent’s critical thinking skills and using t-test to see the difference in the student’s critical thinking skills between experiment class with the control class .
The results showed that there are the significant differences of the increase of critical thinking skills among experiments class that using learning model Numbered Heads Together ( NHT ) with a control class that uses a learning model Team Assisted Individualization ( TAI ). It can be concluded that the increase ofstudent’s critical thinking skills that apply learning model Numbered Heads Together ( NHT ) is higher than the student’s critical thinking skills who apply learning models of cooperative Team Assisted Individualization ( TAI )
(3)
Restu Arti Setia, 2014
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. BERITA ACARA ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... ix DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined. 1.4 Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... Error! Bookmark not defined.
2.1 Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Pengertian Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Error! Bookmark not defined. 2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Error! Bookmark not defined. 2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) ... Error! Bookmark not defined. 2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) Error! Bookmark not defined.
2.2 Kemampuan Berpikir Kritis ... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Pengertian Berpikir Kritis ... Error! Bookmark not defined.
(4)
Restu Arti Setia, 2014
2.2.2 Keterampilan Penting dan Tujuan dalam Berpikir Kritis .. Error! Bookmark not defined.
2.2.3 Indikator Berpikir Kritis ... Error! Bookmark not defined. 2.3 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined. 2.4 Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN Error! Bookmark not defined. 3.1 Desain Penelitian Eksperimen ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Variabel dan Operasionalisasi VariabelError! Bookmark not defined.
3.3 Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.4.1 Pengujian Instrumen Penelitian . Error! Bookmark not defined. 3.4.1.1 Uji Validitas Instrumen Error! Bookmark not defined. 3.4.1.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined.
3.4.1.3 Uji Tingkat Kesukaran Instrumen .... Error! Bookmark not defined.
3.4.1.4 Daya Pembeda Instrumen ... Error! Bookmark not defined.
3.5 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.5.1 Perhitungan Skor Tes Individu .. Error! Bookmark not defined. 3.5.2 Perhitungan Skor Gain TernormalisasiError! Bookmark not defined.
3.5.3 Pengujian Persyaratan Analisis DataError! Bookmark not defined.
(5)
Restu Arti Setia, 2014
3.5.3.2 Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined. 3.5.4 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 3.6 Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
4.1 Profil Sekolah ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Hasil Pengujian Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 4.2.1 Uji Validitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 4.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 4.2.3 Uji Tingkat Kesukaran InstrumenError! Bookmark not defined.
4.2.4 Uji Daya Pembeda Instrumen .... Error! Bookmark not defined. 4.3 Deskripsi Proses Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 4.3.1 Kelas Eksperimen ... Error! Bookmark not defined. 4.3.2 Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined. 4.4 Deskripsi Data ... Error! Bookmark not defined. 4.4.1 Hasil Pre-Test ... Error! Bookmark not defined. 4.4.2 Hasil Post-Test ... Error! Bookmark not defined. 4.5 Hasil Pengujian Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 4.5.1 Perhitungan N-Gain ... Error! Bookmark not defined. 4.5.2 Perhitungan Pengujian Persyaratan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
4.5.3 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 4.6 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.
(6)
Restu Arti Setia, 2014
BAB V KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
(7)
Restu Arti Setia, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.1 Kerangka Eksperimen ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.1 Presentase Kelulusan Pre-test... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.2 Nilai rata-rata Pre-test kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.3 Presentase Kelulusan Post-test ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.4 Nilai rata-rata Post-test kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .. Error! Bookmark not defined.
(8)
Restu Arti Setia, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Produktif ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 1.2 Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Kearsipan ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 1.3 Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Kearsipan Kompetensi Dasar
Menjelaskan Penyelamatan Arsip dan Penyusutan Arsip .... Error! Bookmark not defined.
Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.1 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.4 Klasifikasi Nilai N-Gain ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.5 Tabel Distribusi Pembantu Untuk Pengujian Normalitas ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.6 Skenario Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.1 Uji Validitas Instrumen (Soal Paket A) . Error! Bookmark not defined. Tabel 4.2 Uji Validitas Instrumen (Soal Paket B).. Error! Bookmark not defined. Tabel 4.3 Uji Validitas Instrumen (Soal Paket C).. Error! Bookmark not defined. Tabel 4.4 Uji Tingkat Kesukaran Instrumen ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.5 Nilai Pre-test ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Pre-test ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.7 Uji Homogenitas Data Pre-test ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.8 Hasil Uji-t Data Pre-test ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.9 Nilai Post-test ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.10 Uji Normalitas Data Post-test ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.11 Uji Homogenitas Data Post-test ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.12 Hasil Uji-t Data Post-test ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.13 Nilai N-Gain Kelas Eksperimen ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.14 Nilai N-Gain Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined.
(9)
Restu Arti Setia, 2014
Tabel 4.15 Uji Normalitas Data ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.16 Uji Homogenitas Data ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.17 Hasil Uji-t Data Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
(10)
Restu Arti Setia, 2014
BAB III
METODE DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Eksperimen
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian eksperimen diartikan sebagai pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, artinya memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Sugiyono (2012:107) metode penelitian ekperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Desain penelitian ekperimen ke dalam 3 bentuk yakni pre-experimental design, true pre-experimental design, dan quasy pre-experimental design. 1) Pre-experimental design
Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Bentuk Pre- Experimental Designs ini ada beberapa macam antara lain :
a) One – Shoot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)
Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya.
(11)
46
Restu Arti Setia, 2014
b) One – Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)
Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
c) Intact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
2) True Experimental Design
Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Desain true experimental terbagi atas :
a) Posstest-Only Control Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain
(12)
Restu Arti Setia, 2014
tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.
b) Pretest-Posttest Control Group Design.
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
c) The Solomon Four-Group Design.
Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat kelompok ini diberi posttest. 3) Quasi Experimental Design
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol
(13)
48
Restu Arti Setia, 2014
dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi Experimental. Desain eksperimen model ini diantarnya sebagai berikut:
a) Time Series Design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
b) Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.
c) Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan secara random.
(14)
Restu Arti Setia, 2014
Dari ketiga jenis penelitian eksperimen di atas, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi (Quasi Experimental Design), desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Dimana kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan tes awal. Kedua kelompok mendapatkan perlakuan berbeda, dimana kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan diakhiri dengan tes akhir untuk masing-masing
kelompok.
Tabel 3.1 Metode Penelitian
E O1 X1 O2
K O3 X2 O4
(Sugiyono, 2013:116) Keterangan :
E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
O1 : Tes Awal (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen O2 : Tes Akhir (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen O3 : Tes Awal (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol O4 : Tes Akhir (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol X1 : Penerapan pembelajaran kooperatif Numbered Heads
Together (NHT)
X2 : Penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI)
(15)
50
Restu Arti Setia, 2014
Untuk melakukan metode eksperimen kuasi, maka peneliti melakukan langkah-langkah sebagaimana terdapat pada kerangka eksperimen dibawah ini:
Gambar 3.1 Kerangka Eksperimen
(Diadaptasi dari Hendri Winata: 2014)
Langkah - langkah metode kuasi eksperimen :
1) Mengujikan soal pre test kepada peserta didik pada kelas treatment dan juga kelas kontrol.
Quasi Experiment
Nonequivalent Control Group Design
Experiment Group Control Group
Pre-test Pre-test
Uji Beda
Treatment Treatment
Post-test Post-test
Uji Beda
Uji Beda Gain Uji Beda
(16)
Restu Arti Setia, 2014
2) Hasil dari pre test kelas treatment dan kelas control diujikan dengan uji beda yaitu uji-t. untuk mengetahui tidak adanya perbedaan yang signifikan.
3) Setelah teruji kelas treatment dan kelas control tidak memiliki perbedaan maka kedua kelas tersebut dapat dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan model pembelajran masing-masing kelas. Bila hasil tes uji beda menyatakan adanya perbedaan maka eksperimen tidak bisa dilanjutkan.
4) Setelah kelas treatment dan kelas control diberikan perlakuan model pembelajaran. Langkah selanjutnya melakukan mengujikan post test.
5) Hasil dari post test kelas treatment dan kelas kontrol diujikan kembali dengan uji beda (uji-t) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan secara signifikan. 6) Langkah yang terakhir adalah mengujikan proses pembelajaran dengan
menghitung skor gain dan uji beda pre test dan post test untuk mengetahui bahwa proses bermakna secara signifikan dapat tidaknya meningkatkan hasil belajar.
3.2 Variabel dan Operasionalisasi Variabel
Variabel adalah “segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2012: 2).
(17)
52
Restu Arti Setia, 2014
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Skala
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together
(X)
Nilai rata-rata gain Interval
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
(Y)
1.Memberikan penjelasan dasar a)Memfokuskan pertanyaan b)Menganalisis argumen
c)Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan 2.Membangun keterampilan dasar
a) Mempertimbangkan kredibilitas (kriteria) sumber
b) Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
3.Membuat kesimpulan
a) Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
b) Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi
(18)
Restu Arti Setia, 2014
c) Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan
4.Memberikan penjelasan lanjut
a) Mendefinisikan dan mempertimbangkan istilah
b) Mengidentifikasi asumsi 5. Mengatur strategi dan taktik
a) Memutuskan suatu tindakan b) Berinteraksi dengan orang lain
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam penelitian kuantitatif penentuan subjek penelitian dilakukan saat peneliti mulai membuat rancangan penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 3 Bandung. Adapun yang menjadi subjek penelitiannya adalah kelas X AP 1 sebagai kelas kontrol dan X AP 4 sebagai kelas eksperimen. Pemilihan subjek penelitian tersebut didasarkan atas pertimbangan homogenitas rata-rata hasil belajar kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran pada mata pelajaran Kearsipan. Berdasarkan hasil observasi peneliti, kelas X AP 1 dan X AP 4 memiliki kemampuan yang setara pada ranah kognitif dimana kedua kelas memiliki rata-rata nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).
(19)
54
Restu Arti Setia, 2014
3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data mengacu pada cara apa yang perlu dilakukan dalam penelitian agar dapat memperoleh data. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara kombinasi secara langsung atau tidak langsung.
Dalam penelitian ini , data diperoleh melalui teknik tes. “Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik untuk mendapat jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)” (Sudjana, 2006: 35).
Dalam penelitian ini bentuk soal tes yang digunakan adalah tes uraian, pemilihan soal dengan bentuk uraian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik dapat memahami materi Menjelaskan Penyelamatan Arsip dan Penyusutan Arsip. Secara umum tes uraian ini menuntut peserta didik untuk dapat meguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
Instrumen tes ini digunakan pada saat pretest dan posttest dengan karakteristik soal pada masing-masing tes adalah identik. Tes pertama (pretest) diberikan sebelum kedua kelompok dikenai perlakuan (treatment) yang dalam hal ini adalah model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) untuk kelas kontrol. Adapun tes kedua (posttest) diberikan
setelah perlakuan (trearment) diterapkan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil pretest dan posttest untuk
(20)
Restu Arti Setia, 2014
masinng-masing kelas, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada kelas eksperimen dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
3.4.1 Pengujian Instrumen Penelitian
Instrumen tes dibuat dengan mempelajari dahulu Standar Kompetensi Kearsipan serta Kompetensi Dasar Menjelaskan Penyelamatan Arsip dan Penyusutan Arsip. Kemudian intrumen tersebut di uji coba kepada peserta didik kelas XII AP SMK Negeri 3 Bandung, hal ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur seberapa layak instrumen tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data.
Instrumen tes yang diberikan kepada peserta didik adalah tes kemampuan pemahaman konsep peserta didik berupa soal essay yang akan dijadikan soal pretest dan posttest. Soal pretest diberikan kepada peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki peserta didik dari tiap kelas. Kemudian soal postest diberikan kembali kepada peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mmengetahui kemampuan peserta didik setelah diberikan perlakuan (treatment). Adapun langkah-langkah untuk menganalisis instrumen sebagai berikut:
3.4.1.1 Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Oleh karena itu untuk mengetahui instrumen penelitian ini valid atau
(21)
56
Restu Arti Setia, 2014
tidak maka dilakukan analisis validitas empirik untuk mengetahui validitas tiap butir soal menggunakan bantuan software microsoft excel 2013. Nilai validitas dapat ditentukan dengan koefisien produk momen. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan sebagai berikut :
(Sambas Ali Muhidin, 2010: 26) Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X : Skor tiap item X
Y : Skor tiap item Y
N : Jumlah responden
3.4.1.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Menurut Arikunto (2011: 86) suatu tes tersebut dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali, sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Maka suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila tes tersebut dapat terpercaya, konsisten dan produktif. Pengujian reliabilitas tes, peneliti menggunakan software microsoft excel 2013. Untuk mengukur reliabilitas, pada program microsoft excel
(22)
Restu Arti Setia, 2014
(Sambas Ali Muhidin, 2010: 31)
Keterangan:
= Reliabilitas Instrumen k = Banyaknya bulir soal ∑ 2 = Jumlah varian butir
2 = Varian total
N = Jumlah responden/peserta didik
3.4.1.3 Uji Tingkat Kesukaran Instrumen
Menurut Zaenal Arifin (2011: 266) perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika soal memilki tingkat kesukaran seimbang, maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Pada penelitian ini peneliti menggunakan bentuk soal uraian, cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal bentuk uraian adalah menghitung berapa persen peserta didik yang gagal menjawab benar atau ada di bawah batas lulus (passing grade) untuk tiap-tiap soal. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus:
TK = ∑ S �
(23)
58
Restu Arti Setia, 2014
Keterangan :
TK : Tingkat Kesukaran
S : Banyak peserta didik yang menjawab soal itu dengan salah N : jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Adapun kriteria acuan untuk tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.3
Kriteria Indeks Kesukaran Nilai Indeks
Kesukaran
Interpretasi
< 27% Soal mudah
< 72% Soal sedang
> 72% Soal sukar
(Arifin, 2011: 266)
3.4.1.4 Daya Pembeda Instrumen
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda instrumen pada soal bentuk uraian adalah menghitung perbedaan dua rata-rata (mean), yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata dari kelompok bawah untuk tiap soal. Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal, digunakan rumus sebagai berikut
(24)
Restu Arti Setia, 2014
� = �̅ − �̅
√∑ � + ∑ �� � −
(Arifin, 2011 : 278) Keterangan:
t = Daya Pembeda
�̅ = Rata-rata skor peserta didik kelompok atas
�̅ = Rata-rata skor peserta didik kelompok bawah
∑� = Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
∑� = Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
n = 27% x N (baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Perhitungan Skor Tes Individu
Data yang telah diperoleh digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Data tersebut diperoleh dari tes awal (pre-test) sebelum pembelajaran dan tes akhir (post-test) setelah pembelajaran dilaksanakan. Hasil pre-test dan post-test peserta didik dinilai dengan menggunakan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan.
3.5.2 Perhitungan Skor Gain Ternormalisasi
Skor gain (gain aktual) diperoleh dari selisih skor tes awal (Pre-test) dan tes akhir (Post-test). Perbedaan skor tes awal dan tes akhir ini diasumsikan sebagai efek dari treatment (Sugiyono, 2006: 200). Perhitungan yag digunakan untuk menghitung nilai gain adalah sebagai berikut:
(25)
60
Restu Arti Setia, 2014
G =
� − �
�Dengan G sebagai Gain, � sebagai skor tes awal dan �� sebagai skor tes akhir.
Setelah nilai hasil pre-test dan post-test diperoleh dari hasil penskoran, maka selanjutnya akan dihitung rata-rata peningkatan hasil belajar peserta didik yaitu dengan perhitungan N-Gain. Hal ini dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Selanjutnya, perolehan normalisasi N-Gain diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu:
Tabel 3.4
Klasifikasi Nilai N-Gain
(Sugiyono, 2006: 200)
3.5.3 Pengujian Persyaratan Analisis Data 3.5.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi
Rentang Nilai Klasifikasi g > 0,70 Tinggi
0,30 ≥ (g) < 0,70 Sedang
(26)
Restu Arti Setia, 2014
syarat menentukan persamaan uji-t yang digunakan. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors Test. Langkah-langkah uji Liliefors Test menurut Ating dan Sambas (2006: 289) sebagai berikut :
1) Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada data yang sama.
2) Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).
3) Dari frekuensi susun frekuensi kumulatimya.
4) Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi). 5) Hitung nilai z untuk mengetahui Theoretical Proportion pada table z 6) Menghitung Theoretical Proportion.
7) Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.
8) Carilah selisih terbesar di luar titik observasi
Di bawah ini adalah tabel distibusi pembantu untuk pengujian normalitas data:
Tabel 3.5
Tabel Distribusi Pembantu Untuk Pengujian Normalitas X F Fx �� �� Z �� �� �� �� -
�� ��
�� �� -
�� ��
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
(Ating dan Sambas, 2006: 289)
Keterangan :
Kolom 1 : Susunan data dari kecil ke besar Kolom 2 : Banyak data ke i yang muncul
(27)
62
Restu Arti Setia, 2014
Kolom 4 : Proporsi empirik (observasi). Formula, �� (��) = fk/n Kolom 5 : Nilai Z, formula, � =Xi− �̅
S
Dimana : �̅ = ∑ ��
� dan S = √
∑ �� − ∑�� 2�
�−
Kolom 6 : Theoretical Proportion (label z): Proporsi Kumulalif Luas Kurva Normal Baku dengan cara melihat nilai z pada label distribust normal.
Kolom 7 : Selisih Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6)
Kolom 8 : Nilai mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif. Tandai selisih mana yang paling besar nilainya. Nilai tersebut Adalah D hitung.
Selanjutnya menghitung D tabel pada a = 0,05 dengan cara ,886
√� . Kemudian membuat kesimpulan dengan kriteria :
D hitung < D tabel, maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal. D hiltng ≥ D tabel, maka HO ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal.
3.5.3.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah skor-skor pada penelitian yang dilakukan mempunyai variansi yang homogen atau tidak untuk taraf signifikansi α. Uji statistika yang akan digunakan adalah Uji F. Kriteria yang
(28)
Restu Arti Setia, 2014
digunakannya adalah apabila nilai hitung Fhitung < nilai Ftabel, maka H0 menyatakan varians skornya homogen.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah : a) Menentukan varians data
b) Menentukan derajat kebebasan (dk) dk1 = n1 – 1 dan dk2 = n2 – 2
c) Menghitung nilai F (tingkat homogenitas)
�ℎ� � = ��� � Keterangan :
S2b = varian terbesar S2k = varian terkecil
d) Menentukan nilai uji homogenitas tabel melalui interpolasi. Jika Fhitung < Ftabel , maka data berdistribusi homogen.
3.5.4 Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis menggunakan teknik uji statistik yang sesuai dengan data yang diperoleh.
Menurut Ating Somantri dan Sambas Ali M (2006: 161) langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam rangka pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Nyatakan hipotesis statistik (H0 dan H1) yang sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan.
(29)
64
Restu Arti Setia, 2014
c. Gunakan uji signifikansi yang tepat, dalam penelitian ini statistik uji yang digunakan adalah uji perbedaan dua rata-rata.
Uji-t pada uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menguji hipotesis apakah pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together lebih baik daripada pembelajaran dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization. Oleh karena itu rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Rumus Uji-t (t-test) :
� = �̅̅̅ − �̅̅̅
√ � − � + � − �� + � − � + �
(Sugiyono, 2006: 118)
Keterangan:
X1 : rata-rata skor gain kelompok eksperimen X2 : rata-rata skor gain kelompok kontrol N1 : jumlah peserta didik kelas eksperimen N2 : jumlah peserta didik kelas kontrol S21 : varians skor kelompok eksperimen S22 : varians skor kelompok kontrol
Kemudian hasil t hitung dihubungkan dengan t tabel. Cara untuk menghubungkan thitung adalah sebagai berikut:
(30)
Restu Arti Setia, 2014
2. Melihat tabel distribusi t untuk tes satu skor pada taraf signifikasi tertentu. d. Kriteria pengambilan keputusan untuk uji perbedaan dua rata-rata adalah sebagai
berikut :
Apabila nilai thitung < ttabel atau thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
3.6 Prosedur Penelitian
Sugiyono (2012: 80) menyatakan bahwa metode penelitian eksperimen digunakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Adapaun langkah-langkah penelitian ekperimen, sebagai berikut :
1) Meneliti literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian. 2) Mengidentifikasi dan membatasi masalah
3) Merumuskan hipotesis
4) Menyusun rencana secara lengkap dan operasional, meliputi : a) Menentukan variabel bebas dan terikat
b) Memilih desain yang digunakan c) Menentukan sampel
d) Menyusun alat
e) Membuat outline prosedur pengumpulan data f) Merumuskan hipotesis statistik
5) Melaksanakan eksperimen
6) Menyusun data untuk memudahkan pngolahan
(31)
66
Restu Arti Setia, 2014
8) Mengolah data dengan menggunakan metode statistika (menguji hipotesis berdasarkan data yang terkumpul)
9) Menjelaskan penafsiran 10) Membuat kesimpulan
Adapun langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) sebagai kelas eksperimen dan penerapan model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) sebagai kelas kontrol adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6
Skenario Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (Kelas Eksperimen)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization
(Kelas Kontrol) 1. Tahap Persiapan
a. Guru membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Guru menyiapkan materi yang
akan dibahas
c. Guru menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) sesuai dengan materi yang akan dibahas.
d. Menyiapkan soal-soal untuk pretest dan posttest
1. Tahap Persiapan
a. Guru membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Guru menyiapkan materi yang
akan dibahas
c. Menyiapkan soal-soal untuk pretest dan posttest
(32)
Restu Arti Setia, 2014
2. Pelaksanaan a. Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kehadiran peserta didik
b) Apersepsi : Guru mengulas tentang materi pelajaran yang sudah dipelajari
c) Motivasi :
i. Guru memberikan pretest kepada peserta didik
ii. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada peserta didik iii. Guru menjelaskan
langkah-langkah model pembelajaran NHT iv. Guru membuat
pembentukan kelompok, dimana tiap kelompok beranggotakan 3-5 orang peserta didik
v. Guru memberi nomor kepada setiap peserta didik dan kelompok serta
memberi nama kelompok yang berbeda.
2. Pelaksanaan a. Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kehadiran peserta didik
b) Apersepsi : Guru mengulas tentang materi pelajaran yang sudah dipelajari
c) Motivasi :
i. Guru memberikan pretest kepada peserta didik ii. Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada peserta didik
iii. Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran TAI
iv. Guru membentuk beberapa kelompok, setiap
kelompok teridiri dari 4-5 orang peserta didik dengan tingkat kemampuan yang berbeda.
b. Kegiatan inti MENGAMATI :
1. Peserta didik mengamati dan membaca bahan yang telah dibagikan oleh tiap guru
(33)
68
Restu Arti Setia, 2014
b. Kegiatan inti MENGAMATI :
1. Peserta didik mengamati dan membaca bahan yang telah dibagikan oleh tiap guru kepada tiap kelompok mengenai pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip.
MENANYA :
2. Peserta didik mendiskusikan mengenai pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip dan saling bertanya jawab dengan anggota kelompoknya dengan menghargai pendapat teman dalam bahasa yang santun
MENGUMPULKAN
INFORMASI / MENALAR : 3. Guru memberi fasilitas atau
membantu peserta didik untuk memperoleh
infromasi-informasi lain mengenai permasalahan dalam proses diskusi.
kepada tiap kelompok mengenai pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip. 2. Guru mulai menyampaikan
materi pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip.
3. Guru memberikan tugas secara individu
4. Peserta didik melaksanakan tugas secara individual berdasarkan kemampuan masing-masing.
MENANYA :
5. Hasil tugas peserta didik secara individual didiskusikan dalam kelompok mengenai
pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip dan saling bertanya jawab dengan anggota kelompoknya dengan menghargai pendapat teman dalam bahasa yang santun. Dalam diskusi kelompok, setiap anggoota saling memeriksa jawaban teman satu sama lain.
(34)
Restu Arti Setia, 2014
MENGASOSIASI / MENCOBA :
4. Peserta didik secara kelompok mengamati dan
mengidentifikasi kemudian semua anggota kelompok merancang, menyelesaikan tugas.
MENGKOMUNIKASIKAN /
JEJARING :
5. Guru memanggil nomor peserta didik secara acak sesuai nomor yang telah dibuat pada tiap kelompok, kemudian perwakilan kelompok
menampilkan presentasi hasil kerja di depan kelas dan terjadi proses tanya jawab di dalam presentasi tersebut.
MENGUMPULKAN
INFORMASI / MENALAR : 6. Guru memfasilitasi peserta
didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
MENGASOSIASI / MENCOBA :
7. Peserta didik secara
individual mengamati dan mengidentifikasi kemudian semua anggota kelompok merancang, menyelesaikan tugas.
8. Peserta didik mengumpulkan hasil kerja individu yang telah diperiksa oleh teman satu kelompok.
MENGKOMUNIKASIKAN / JEJARING :
9. Salah satu perwakilan peserta didik memberikan refleksi mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan.
(35)
70
Restu Arti Setia, 2014
3. Penutupan
a. Peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari.
b. Peserta didik merenungkan aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan mengisi lembar internalisasi sikap berkaitan dengan kemampuan dalam kearsipan yang dijadikan sebagai alat penyampai mengenai pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip. c. Peserta didik merefleksi
penguasaan materi yang telah dipelajari dengan membuat catatan penguasaan materi.
3. Penutupan
a. Peserta didik merenungkan aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan mengisi lembar internalisasi
sikap berkaitan dengan
kemampuan dalam kearsipan yang dijadikan sebagai alat
penyampai mengenai
pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip. b. Guru memberikan kuis (post
test) kepada peserta didik secara individual.
c. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. d. Peserta didik menyepakati
tugas yang harus dilakukan berkaitan dengan pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip.
(36)
Restu Arti Setia, 2014
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Tougether (NHT) dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) pada mata pelajaran Kearsipan kelas X program keahlian
Administrasi Perkantoran di SMKN 3 Bandung.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pebelitian dan kesimpulan mengenai model pembelajaran Numbered Heads Tougether (NHT), maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Tougether (NHT) memerlukan waktu yang relatif lama dalam proses pembelajaran, terutama pada tahap berpikir bersama dan menjawab, sehingga diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum diterapkan di kelas supaya proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Perlu dilakukan penjelasan mekanisme pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Tougether (NHT) kepada peserta didik,
(37)
113
Restu Arti Setia, 2014
sehingga diharapkan peserta didik benar-benar mengerti dan tidak menimbulkan kebosanan di dalam penerapannya.
(1)
2. Pelaksanaan a. Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas
dan memeriksa kehadiran peserta didik
b) Apersepsi : Guru mengulas tentang materi pelajaran yang sudah dipelajari
c) Motivasi :
i. Guru memberikan pretest
kepada peserta didik
ii. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai kepada peserta didik iii. Guru menjelaskan
langkah-langkah model pembelajaran NHT
iv. Guru membuat
pembentukan kelompok, dimana tiap kelompok beranggotakan 3-5 orang peserta didik
v. Guru memberi nomor
kepada setiap peserta didik dan kelompok serta
memberi nama kelompok yang berbeda.
2. Pelaksanaan a. Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas
dan memeriksa kehadiran peserta didik
b) Apersepsi : Guru mengulas tentang materi pelajaran yang sudah dipelajari
c) Motivasi :
i. Guru memberikan pretest
kepada peserta didik
ii. Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada peserta didik
iii. Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran TAI
iv. Guru membentuk beberapa
kelompok, setiap
kelompok teridiri dari 4-5 orang peserta didik dengan tingkat kemampuan yang berbeda.
b. Kegiatan inti MENGAMATI :
1. Peserta didik mengamati dan membaca bahan yang telah dibagikan oleh tiap guru
(2)
68
b. Kegiatan inti MENGAMATI :
1. Peserta didik mengamati dan membaca bahan yang telah
dibagikan oleh tiap guru
kepada tiap kelompok
mengenai pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip.
MENANYA :
2. Peserta didik mendiskusikan mengenai pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip dan saling bertanya jawab dengan anggota kelompoknya dengan menghargai pendapat teman dalam bahasa yang santun
MENGUMPULKAN
INFORMASI / MENALAR : 3. Guru memberi fasilitas atau
membantu peserta didik untuk memperoleh
infromasi-informasi lain mengenai permasalahan dalam proses diskusi.
kepada tiap kelompok mengenai pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip.
2. Guru mulai menyampaikan
materi pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip.
3. Guru memberikan tugas
secara individu
4. Peserta didik melaksanakan tugas secara individual berdasarkan kemampuan masing-masing.
MENANYA :
5. Hasil tugas peserta didik secara individual didiskusikan dalam kelompok mengenai pengamanan arsip,
pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip dan saling bertanya jawab dengan anggota kelompoknya dengan menghargai pendapat teman dalam bahasa yang santun. Dalam diskusi kelompok, setiap anggoota saling memeriksa jawaban teman
(3)
MENGASOSIASI / MENCOBA :
4. Peserta didik secara kelompok mengamati dan
mengidentifikasi kemudian semua anggota kelompok merancang, menyelesaikan tugas.
MENGKOMUNIKASIKAN /
JEJARING :
5. Guru memanggil nomor
peserta didik secara acak sesuai nomor yang telah dibuat pada tiap kelompok, kemudian perwakilan kelompok
menampilkan presentasi hasil kerja di depan kelas dan terjadi proses tanya jawab di dalam presentasi tersebut.
MENGUMPULKAN
INFORMASI / MENALAR : 6. Guru memfasilitasi peserta
didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
MENGASOSIASI / MENCOBA :
7. Peserta didik secara
individual mengamati dan mengidentifikasi kemudian semua anggota kelompok merancang, menyelesaikan tugas.
8. Peserta didik mengumpulkan
hasil kerja individu yang telah diperiksa oleh teman satu kelompok.
MENGKOMUNIKASIKAN / JEJARING :
9. Salah satu perwakilan peserta didik memberikan refleksi mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan.
(4)
70
3. Penutupan
a. Peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari.
b. Peserta didik merenungkan aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan mengisi lembar internalisasi sikap berkaitan dengan kemampuan dalam kearsipan yang dijadikan sebagai alat penyampai mengenai
pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip.
c. Peserta didik merefleksi penguasaan materi yang telah dipelajari dengan membuat catatan penguasaan materi.
3. Penutupan
a. Peserta didik merenungkan
aktivitas pembelajaran yang
telah dilaksanakan dengan
mengisi lembar internalisasi
sikap berkaitan dengan
kemampuan dalam kearsipan yang dijadikan sebagai alat
penyampai mengenai
pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip.
b. Guru memberikan kuis (post
test) kepada peserta didik secara individual.
c. Guru memberikan penghargaan
pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
d. Peserta didik menyepakati
tugas yang harus dilakukan berkaitan dengan pengamanan arsip, pemeliharaan arsip, dan perawatan arsip.
(5)
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Tougether (NHT) dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) pada mata pelajaran Kearsipan kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 3 Bandung.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pebelitian dan kesimpulan mengenai model pembelajaran Numbered Heads Tougether (NHT), maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Tougether (NHT)
memerlukan waktu yang relatif lama dalam proses pembelajaran, terutama pada tahap berpikir bersama dan menjawab, sehingga diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum diterapkan di kelas supaya proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Perlu dilakukan penjelasan mekanisme pelaksanaan model pembelajaran
(6)
113
sehingga diharapkan peserta didik benar-benar mengerti dan tidak menimbulkan kebosanan di dalam penerapannya.