PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL BERDASARKAN KESADARAN BERAGAMA: Studi Deskriptif terhadap Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015.

(1)

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI

SOSIAL BERDASARKAN KESADARAN BERAGAMA

(Studi Deskriptif terhadap Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bidang Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

oleh

Siti Mas Rini Andrianidewi Kusumastuti NIM 1000710

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI

SOSIAL BERDASARKAN KESADARAN BERAGAMA

(Studi Deskriptif terhadap Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015)

Oleh

Siti Mas Rini Andrianidewi Kusumastuti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bidang Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

© Siti Mas Rini Andrianidewi Kusumastuti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

SITI MAS RINI ANDRIANIDEWI KUSUMASTUTI

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL BERDASARKAN PROFIL KESADARAN BERAGAMA

(Studi Deskriptif terhadap Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Tahun Ajaran 2014/2015)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Nani M. Sugandhi, M. Pd NIP 195708031981022001

Pembimbing II

Drs. Sudaryat Akhmad Nurdin NIP196306301995121001

Mengetahui

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Dr. Nandang Rusmana, M. Pd. NIP 196005011986031004


(4)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL BERDASARKAN PROFIL KESADARAN BERAGAMA

pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasian tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kulikuler, dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling). Penelitian ini dilakukan terhadap Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Tahun Ajaran 2014/ 2015. Penelitian ini secara umum ditunjukan untuk memperoleh rumusan hipotetik program bimbingan dan berdasarakan profil kesadaran agama pada Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015. Kemudian, tujuan secara khusus dimaksudkan memperoleh gambaran umum profil kesadaran agama Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif maksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalahdan unit yang diteliti. Data yang diungkap dalam penelitian ini adalah data mengenai kesadaran beragama, dengan menggunakan instrument dalam bentuk kuesioner/angket. Instrument dibuat dalam bentuk angket skala rating (rating scale). Dari hasil analisis dan pengolahan data kesadaran beragama, menunjukan bahwa secara umum Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah 156 mahasiswa memiliki kesadaran beragama yang tinggi. Dengan persentase tinggi ditunjukan 75,26 % dan untuk persentase sedang ditunjukan 24,73 %. Jika ditinjau dari aspek kesadaran beragama maka diperoleh persentase untuk aspek akidah tinggi 91,66% , aspek syari’ah (ibadah) tinggi 75,92%, dan untuk akhlak sedang 50%.


(5)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERSONAL SOCIAL GUIDANCE AND COUNSELING PROGRAMME BASED ON RELIGIOUS CONSCIOUSNESS

The background of this research is the quality education that integrates three main areas, are; administrative and leadership, instructional and curricular, and the areasof students guidance and counseling.The study was conducted on students of Islamic Education Department of Education Social Sciences Faculty academic year 2014 / 2015. The objectives of this study is to obtain the hypothetical formulation of guidance programs based on religious consciousness profile and to obtain a general overview of students religious consciousness of Students Islamic Education Department of Education Social Sciences Faculty of Indonesia University of Education academic year 2014/2015. This research used descriptive method to explore and clarify concerning a phenomenon or social reality, by describing a number of variables relating to the problem and the unit under study.The data which is revealed in this study is the data on the religious consciousness, using the instrumentof questionnaire or poll. The instrument is made in the form of a questionnaire rating scale. Generaly the findingsof this study on156 students that the studentshave a high and moderate religious consciousness categories. The high percentage are75.26% and the moderate percentage are 24.73%. If viewed from the aspect of religious consciousness of the obtained indicated high percentages are 35.71%, for moderate percentage are 50% and for low percentage are 14.28%.


(6)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Ucapan Terimakasih ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar/ Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... xi

BAB I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 18

C. Tujuan Penelitian ... 18

D. Manfaat Penelitian ... 18

E. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II Kajian Pustaka ... 21

A. Konsep Kesadaran Beragama ... 21

B. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi Sosial ... 44

C. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial Berdasarkan Profil Kesadaran Beragama ... 53

D. Penelitian Terdahulu ... 59

BAB III Metode Penelitian ... 63

A. Desain Penelitian ... 63

B. Partisipan ... 64

C. Instrument Penelitian ... 65

D. Prosedur Penelitian ... 71

E. Analisis Data ... 72


(7)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Deskripsi Kebutuhan ... 75

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

BAB IV Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi ... 129

A. Simpulan ... 129

B. Implikasi ... 129

C. Rekomendasi ... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 132 LAMPIRAN


(8)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Manusia adalah makhluk eksploratif dan potensial. Dikatakan makhluk eksploratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia disebut sebagai makhluk potensial, karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan (gharizah) yang dapat di dikembangkan.

Manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan dari luar diriya. Bantuan dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Bimbingan dan pengarahan yang diberikan dalam membantu perkembangan tersebut pada hakikatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah tersimpan sebagai potensi bawaanya. Karena itu, bimbingan yang tidak searah dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatif bagi perkembangan manusia.

Manusia diciptakan dengan membawa dua potensi atau disposisi yang sama-sama berkembang. Dua potensi ini tercantum dalam (QS. Asy-Syam, ayat 8-10) yang artinya :

“Maka Allah Swt. mengilhamkan kepada jiwa itu fujur dan taqwa,

sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya itu (dengan taqwa), dan merugilah orang yang mengotorinya (dengan

fujur).

Fujur merupakan disposisi yang mendorong individu untuk berkembang

menjadi kafir, fasik, musyrik, munafik, atau jahat. Sedangkan taqwa merupakan disposisi yang mendorong individu untuk berkembang menjadi mukmin, muslim, muhsin atau mutaqqin. Apakah kedua potensi tersebut dalam perkembangannya berlangsung secara alami, maka potensi taqwa akan mewujud dalam bentuk sikap, keyakinan atau kepercayaan individu terhadap thagut (sembahan atau sesuatu


(9)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dipertuhankan selain Allah Swt.), seperti terjadi di masyarakat primitif yang berlangsung tanpa perkembangan akal sehat atau norma agama.

Supaya individu atau manusia berkembang menjadi seorang pribadi yang beragama (beriman dan bertaqwa) dan mengembangkan budaya “rahmatan lil

„alamin” perlu diberkan intervensi, dalam hal ini adalah pendidikan agama. Melalui pendidikan agama ini diharapkan individu dapat mengembangkan potensi

taqwa kepada Allah Swt. Apabila potensi ini berkembang dengan baik, maka

individu akan mampu mengendalikan potensi fujur, supaya tidak berwujud dalam bentuk-bentuk perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai agama yang telah tertanam dalam dirinya. Yusuf (2001, hlm. 143) Problema yang terjadi dalam upaya mengembangkan potensi taqwa ini adalah : (1) proses menanamkan nilai-nilai agama itu memerlukan waktu yang tidak sedikit dan memerlukan ketekunan, kepiawaian, dan kesabaran; (2) banyaknya faktor-faktor ekternal yang justru dorongan atau daya tariknya sangat kuat bagi berkembangnya potensi “fujur” individu, sehingga tidak sedikit perkembangan fujur ini mendominasi taqwa. Apabila hal itu terjadi, maka pribadi individu itu akan diwarnai oleh akhlak yang buruk (akhlakul madmumah) yang pada gilirannya akan memunculkan perilaku-perilaku yang kurang baik, seperti: pencurian, perjudian, perzinahan, pembuhunan, minuman-minuman keras, ketidak jujuran, dan tidak amanah.

Agama adalah dimensi yang memiliki sebuah konsep bagi orangtua dalam mendampingi anak menjalani masa remaja yang penuh gejolak, misalnya dengan menghindari ungkapan-ungkapan yang bernada kasar dan memaksa. Allah Swt memerintahkan kepada Rasulullah, Muhammad Saw. agar mengajak manusia kepada jalan-Nya (agama-Nya) dengan hikmah, nasihat, dan dialog dengan cara yang lebih baik. Allah Swt. berfirman dalam (QS. An-Nahl, ayat 125) :

ʽʽSerulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.


(10)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Inilah prinsip Rabbani dalam pergaulan untuk kepentingan pengajaran dan pengasuhan anak. Prinsip dasar di dalam pergaulan adalah kelunakan, kelembutan, dan kebaikan. Setelah itu barulah ada pengajaran. Sebab, bagaimana mungkin orangtua memperbaiki, mengajar, mengajak, dan menasihati anak khususnya remaja jika orangtua tidak mampu menjalin pergaulan yang baik dengan anak.

Penanaman nilai-nilai agama kepada seseorang agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Dalam (QS. Al-Tahrim, ayat 6) :“hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”.

Ayat ini memberikan isyarat kepada para orang tua bahwa mereka diwajibkan memelihara diri dan keluarganya dari murka Tuhan. Satu-satunya cara untuk menghindari sikap api neraka atau murka Tuhan dengan beragama yang benar. Keluarga berkewajiban mengajar, membimbing dan membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Para anggota keluarga yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki mental yang sehat, yakni mereka akan terhindar dari beban-beban psikologis dan mampu menyelesaikan dirinya secara harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam memberikan kontribusi terhadap kemajuan atau kesejahteraan masyarakat.

Manusia disebut sebagai makhluk yang beragama (homo religious). Ahmad Yamani (dalam Jalaludin, 2010, hlm. 101) mengemukakan :

”bahwa tatkala Allah Swt. membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian, diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekiranya sebagai imbangan atas rasa takut terhadap kegarangan dan kebengisan alam. Hal inilah yang dapat mendorong insan tadi untuk mencari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan membimbingan disaat-saat yang gawat.”

Para ilmu jiwa belum sependapat tentang kemutlakan naluri beragama atau naluri keberagamaan pada diri manusia, namun hasil penelitian mereka sebagian besar membenarkan eksistensi naluri itu. Bermacam istilah mereka pergunakan,


(11)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

namun pada dasarnya istilah dimaksud membayangkan bahwa yang mereka maksud adalah dorongan yang menyebabkan manusia cenderung untuk mengikuti adanya suatu Dzat yang adikodrati (superanatural). Manusia di mana pun berada dan bagaimanapun mereka hidup, baik secara kelompok atau sendiri-sendiri terdorong untuk berbuat dengan memperagakan diri dalam bentuk pengabdian kepada Dzat Yang Maha Tinggi.

Menurut Robert Nuttin (dalam Jalaludin, 2010, hlm. 102), dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang bekerja dalam diri manusia sebagaimana dorongan-dorongan lainnya, seperti: makan, minum, intelek, dan lain sebagianya. Sejalan dengan hal itu maka dorongan beragama pun menuntut untuk dipenuhi, sehingga pribadi manusia itu mendapat kepuasan dan ketenangan. Selain itu dorongan beragama juga merupakan kebutuhan insaniah yang tumbuh dari gabungan berbagai faktor penyebab yang bersumber dari rasa keagamaan.

Para ahli psikologi agama belum sependapat tentang rasa sumber rasa keagamaan ini. Rudolf Otto (dalam Jalaludin, 2010, hlm. 102) misalnya, menekankan pada dominasi rasa ketergantungan, sedangkan Sigmund Freud menekankan libido sexsuil dan rasa berdosa sebagai faktor penyebab yang dominan.yang penting adanya suatu pengakuan walaupun secara samar, bahwa tingkah laku keagamaan seseorang timbul dari adanya dorongan dalam sebagai faktor intern. Dalam perkembangan selanjutnya, tingkah laku keagamaan itu dipengaruhi pula oleh pengalaman keagamaan, struktur kepribadian serta unsur kejiwaan lainnya. Dengan kata lain, dorongan keagamaan itu berperan sejalan dengan kebutuhan manusia. Selain itu, dorongan ini juga berkembang selaras dengan tingkat usia.

Ajaran agama Islam, bahwa adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku makhluk Tuhan dibekali dengan berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah satu fitrah manusia tersebut adalah kecenderungan terhadap agama. Langgulung (dalam Jalaludin, 2010, hlm. 103) mengatakan :

“Salah satu cirri fitrah ini ialah, bahwa manusia menerima Allah sebagai Tuhan, dengan kata lain, manusia itu adalah dari asal


(12)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama manusia sebagian dari fitrah-Nya”.

Dengan demikian, anak yang baru lahir sudah memiliki potensi untuk menjadi manusia yang ber-Tuhan. Kalau ada orang yang tidak mempercaya adanya Tuhan bukanlah merupakan sifat dari asalnya, tetapi erat kaitannya dengan pengaruh lingkungan.

Munjid juga ditemukan fitrah manusia mempunyai arti yaitu: “sifat yang

mensifati segala yang ada pada saat selesai diciptakan.”

Arti-arti tersebut masih bersifat umum, untuk mengkhususkan arti fitrah hendaklah diperhatikan maksud firman Allah Swt. Dalam (QS. Al-Rum, ayat 30):

”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama

(Allah). Tetapkanlah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sebagai fitrahnya”.

Mushthafa Al-Maraghi menafsirkan ayat di atas sebagai berikut :

“Tetapkanlah pada tabiat yang telah ditetapkan Allah pada diri manusia, maka, Allah menjadikan fitrah mereka itu cenderung kepada tauhid itu sendiri dengan petunjuk yang benar dan berasal dari akal”.

(Arifin, 2005, hlm 327), berdasarkan pandangan ulama yang telah memberikan makna terhadap istilah fitrah yang diangkat dari firman Allah dan sabda nabi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar berkembang manusia yang dianugerahkan Allah Swt. kepadanya.

Di dalamnya terkandung berbagai komponen psikologis yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia. Komponen itu terdiri atas :

1. Kemampuan dasar untuk beragama secara umum, tidak hanya terbatas pada agama Islam. Dengan kemampuan ini manusia dapat dididik menjadi agama Yahudi, Nasrani ataupun Majusi, namun tidak dapat dididik menjadi ateis (anti-Tuhan).


(13)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kemampuan dasar untuk beragama Islam (ad-dinul qayyimaah), dimana faktor iman merupakan intinya. Muhammad Abduh, Ibdu Qayyim, Abu A’la Al-Maududi, Sayyid Qutb berpendapat sama bahwa fitrah manusia mengandung kemampuan asli untuk beragama Islam, karena Islam adalah agam fitrah atau identik dengan fitrahnya. Ali fikry lebih menekankan pada peranan hereditas (keturunan) dari bapak ibu yang menentukan agama anaknya. Faktor keturunan psikologis (hereditas kejiwaan) dari orang tua merupakan salah-satu aspek dari adanya kemampuan dasar manusia itu. 3. Mawahib (bakat) dan Qabiliyyat (tendensi atau kecenderungan), yang

mengacu kepada keimanan kepada Allah Swt. Dengan demikian, maka fitrah mengandung komponen psikologis yang berupa keimanan tersebut. Karena iman bagi seorang mukmin merupakan elan vita (daya penggerak utama) dalam dirinya yang member semangat untuk selalu mencari kebenaran hakiki dari Allah Swt.

Fitrah itu dapat dilihat dari dua segi yakni: pertama, segi naluri sifat pembawaan manusia atau potensi tauhid yang menjadi potensi manusia sejak lahir dan yang kedua, dapat dilihat dari segi wahyu Tuhan yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya. Jadi, potensi manusia dan agama waktu itu merupakan salah satu hal yang tampak dalam dua sisi, ibarat mata uang logam yang mempunyai dua sisi yang sama. Dilihat dari satu sisi ia adalah potensi dan dari sisi lainnya ia adalah wahyu.

Langgulung (dalam Jalaludin, 2010, hlm. 104) memandang bahwa sifat-sifat Tuhan yang 99 macam (asma‟ul husna) merupakan potensi yang masing-masingnya berdiri sendiri. Tetapi, bila dikombinasikan akan timbul sifat-sifat tau potensi manusia yang jumlahnya berjuta-juta macamnya.

Dalam fitrah tidak terdapat komponen psikologis apa pun, karena fitrah diartikan sebagai kondisi jiwa yang suci bersih yang reseptif terbuka kepada pengaruh eksternal, termasuk pendidikan. Kemampuan untuk mengadakan reaksi atau responsi (jawaban) terhadap pengaruh dari luar tidak terdapat pada fitrah.


(14)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perndapat ini dikembangkan oleh para ulama ahli sunnah wal jammah atau beberapa filosofi musim antara lain Al-Gazhali.

Karena adanya fitrah ini, maka manusia selalu membutuhkan pandangan hidup yang disebut agama. Manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Yang Maha Kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Hal semacam ini terjadi pada seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat modern, pra modern, maupun masyarakat primitif. Mereka akan merasakan ketenangan dan ketentraman diri dan mengabdi kepada Yang Maha Kuasa Allah Swt. Berfirman (QS. Al-Rad, ayat 28): ”Ketahuilah, bahwa hanya dengan mengingat kepada Allah, hati akan menjadi tenang”.

Perkembangan yang negatif tersebut akan terlihat dalam berbagai sikap dan tingkah laku yang menyimpang. Bentuk tingkah laku menyimpang ini terlihat dalam kaitannya dengan kegagalan manusia untuk memenuhi kebutuhan, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Sehubungan dengan hal itu, maka dalam mempelajari perkembangan jiwa keagamaan perlu terlebih dulu dilihat kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh. Sebab, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani akan menyebabkan timbul ketimpangan dalam perkembangan. Jiwa keagamaan yang termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung dari perkembangan aspek fisik. Dan semikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu, perkembangan juga ditentukan oleh tingkat usia.

Masalah dalam kesadaran beragama ini adalah problema keimanan, yaitu masalah proses perkembangan keimanan dan konflik keyakinan dengan situasi kehidupan sosial budaya yang dihadapi (seperti ekonomi, politik, dan hubungan sosial). Masalah besar yang terjadi dalam kehidupan adalah munculnya berbagai kondisi yang bertentangan dengan nilai-nilai keimanan atau agama yang dianut. Bagi mereka yang kehidupan agamanya masih labil, kondisi ini akan menimbulkan konflik dalam dirinya, yang apabila kurang mendapat bimbingan akan cenderung terjerumus ke dalam kondisi tersebut.


(15)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Korban akibat kondisi tersebut tidak hanya orang dewasa (dengan perilaku kolusi, penyelewengan wewenang atau pelecehan seksual), tetapi dapat juga terjadi pada remaja. Remaja yang kadar keimanannya masih labil akan mudah terjangkit konflik batin dalam berhadapan dengan kondisi lingkungan yang menyajikan berbagai hal yang menarik hati atau keinginnya, tetapi kondisi ini bertentangan dengan norma agama. Karena daya tarik lingkungan begitu kuatnya sehingga tidak sedikit remaja yang menjadi korban.

Kondisi lingkungan yang memiliki daya tarik bagi remaja tetapi bertentangan dengan norma agama itu, diantaranya film-film atau foto porno, minuman keras, ganja/ narkotika dan zat adiktif ainnya, model pakaian, kehidupan malam (diskotek), dan pemakaian alat kontrasepsi. Kondisi tersebutmenjadi pemicu merebaknya penyimpangan yang menyebabkan dekadensi moral di kalangan remaja seperti: free sex, mabuk, perkelahian massal (tawuran), berpakaian tidak senonoh dan terjadinya tindakan kriminal.

Individu yang sejak kecilnya dibimbing dengan pendekatan agama dan secara terus menerus mengembangkan diri dalam keluarga beragama cenderung akan mencapai kematangan beragama. Kematangan beragama ini berkaitan dengan kualitas pengalaman ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, baik yang menyangkut aspek habluminallah maupun hablumminannaas.

Yusuf (2001, hlm.145) mengungkapkan secara umum kriteria kematangan dalam kehidupan beragama itu sebagai berikut: (1) memiliki kesadaran bahwa setiap perilakunya (yang tampak maupun tersembunyi) tidak terlepas dari pengawasan Allah Swt.. Kesadaran ini terefleksi dan merasa malu untuk berbuat yang melanggar aturan Allah Swt.; (2) mengamalkan ibdah ritual secara ikhlas dan mampu mengambil hikmah dari ibadah tersebut dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari; (3) memiliki penerimaan dan pemahaman secara positif akan irama atau romantika kehidupan yang di tetapkan Allah Swt., yaitu bahwa kehidupan setiap manusia berfluktuasi antara suasana kehidupan yang “usron

(kesulitan/ musibah) atau “yusron” (kemudahan/anugerah/nikmat); (4) bersyukur


(16)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maupun perbuatan (ibadah mahdhah, mengeluarkan zakat atau sedekah; (5) bersabar pada saat mendapat musibah. Setiap insan yang hidup di dunia ini akan dicoba oleh Allah Swt. dengan diberikan musibah (segala sesuatu yang tidak disenangi kepadanya), baik yang ringan maupun yang berat. Bagi orang yang telah matang sikap keagamaannya tatkala dia mendapatkan musibah, akan menyadari bahwa hal itu merupakan ujian dari Allah Swt. yang akan meningkatkan nilai keimanannya; (6) menjalin dan memperkokoh “ukhuwah Islamiyah” (tali persaudaraan dengan sesama muslim) dan “ukhuwah insaniah/basyari’ah (tali persaudaraan dengan manusia lainnya dengan tidak melihat latar belakang agama, suku, ras, maupun status sosial ekonominya). Jalinan persaudaraan itu diwujudkan dalam bentuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran; (7) senantiasa

menegakan “amar ma‟ruf dan nahi munkar”, mempunyai ruhul jihad

fisabilillaah, menebarkan mutiara nilai-nilai Islam dan mencegah dan

memberantas kemusyrikan, kekufuran, dan kemaksiatan.

Dengan demikian, apabila hendak mengubah tingkah laku manusia yang rendah menjadi luhur, maka tidak ada jalan lain kecuali harus mengubah mafhum-nya terlebih dahulu. Tercantum dalam (QS. Ar-Rad, ayat 11): “Sesunggunya Allah Swt. tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri megubah apa yang ada pada diri mereka”.

Satu-satunya jalan untuk mengubah mafahim seseorang adalah dengan mewujudkunnya suatu pemikiran tentang kehidupan dunia sehingga dapat terwujud mafahim yang benar tentang kehidupan tersebut. Namun, pemikiran seperti ini tidak akan melekat erat dan memberikan hasil yang berarti, kecuali apabila terbentuk dalam dirinya pemikiran tentang alam semesta, manusia, dan hidup. Semua itu akan dicapai dengan memberikan kepada manusia pemikiran menyeluruh dan sempurna tentang apa yang ada di balik ketiga unsur utama tadi. Sebab, pemikiran menyeluruh dan sempurna semacam ini merupakan landasan berpikir (al-qo‟idah al-fikhriyah) yang melahirkan seluruh pemikiran cabang


(17)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti bersama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pada 23 -27 Desember 2013 di Univesitas Pendidikan Indonesia meliputi : (1) UKDM : lebih kurang 107 kepengurusan; (2) Tutorial : lebih kurang 30 kepengurusan dan lebih kurang 200 tutor; (3) Sciemic : lebih kurang 20 kepengurusan; (4) Baqi: lebih kurang 119 kepengurusan; (5) UPTQ : kurang dari 10 kepengurusan; (6) Kalam : lebih kurang 51 kepengurusan; (7) Al-qolam : lebih kurang 45 kepengurusan.

Berdasarkan rekapitulasi semester genap 2011/2012, mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia sebanyak 38.772 orang. UPI melalui kebijakan dan program peningkatan mutu pembinaan kemahasiswaan (Renstra UPI 2011-2015). Maka, jika dikalkulasikan antara jumlah mahasiswa UPI dan mahasiswa yang mengikuti UKM keislaman maka didapat 38.772 mahasiswa upi – 582 mahasiswa yang mengikuti UKM keislaman terdapat sejumlah 38.190 mahasiswa yang tidak mengikuti UKM keislaman. Selain itu, jika di prosentasikan jumlah mahasiswa yang terlibat langsung UKM keislaman adalah 1,5 % mahasiswa.

Kekosongan rohaniyah dalam diri remaja memberikan peluang munculnya berbagai problema yang kompleks, baik bersifat personal maupun sosial, keadaan ini akan berdampak kepada suasana psikologisnya. Suasana psikologis tersebut, seperti : perasaan cemas, khawatir yang berlebihan, perasaan terasingkan dari lingkungan, penyimpangan moral dengan pola perilaku tertentu. Keyakinan agama yang terbentuk pada diri remaja dapat dijadikan patokan sampai sejauh mana remaja memiliki sense of responbility dalam menghadapi tekanan psikologis yang dihadapinya, sehingga remaja mampu mempengaruhi pengaruh negatif yang datang dari luar. Darajat (dalam Yusuf, 2001, hlm. 131) mengemukakan :

“semakin dekat seseorang kepada Tuhan dan semakin banyak

ibadahnya, maka akan tentamrah jiwanya, serta semakin mampu menghadap kekecewaan dan kesukaran dalam hidup. Demikian pula sebaliknya, semakin jauh seseorangdari agama akan semakin sulit baginya untuk mencari ketentraman batin.”

Hasil penelitian Richard & Bergin (dalam Yusuf, 2007, hlm.23-24) pada tahun 2004 mengenai pengaruh agama terhadap kesehatan fisik dan mental


(18)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menunjukan individu yang memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan ajaran agama lebih memiliki penyesuaian psikologis, memiliki perilaku seksual yang sehat, dan terhindar dari gangguan jiwa dibandingkan orang yang kurang taat beragama. Dalam penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa hampir 100 peneitian menemukan agama menjadi faktor penghalang, perintang, pencegah penyalah gunaan obat-obatan terlarang, atau meminum minumakan keras, naik di kalangan anak-anak, remaja maupun dewasa.

Penelitian di Amerkia tentang ketertarikan terhadap dimensi spritualitas keagamaan. Baker mengemukakan (haryati, 2008, hlm.2) menunjukan 90% orang Amerika percaya pada tuhan dan 85% melakukan peribadatan dan percaya secara pribadi memiliki kekuatan menyembukan. Wallis mengemukakan (Hayati, 2008, hlm.2) bahwa 62% orang Amerika percaya bahwa agama adalah suatu hal yang penting dan menjadi bagian dalam hidup mereka, dan presentase yang paling banyak adalah berkembang pembahasan mengenai spiritualitas dan keagamaan dalam tabloid-tabloid mingguan di Amerika. Dan statistik ini menunjukan bahwa orang Amerika cenderung memikirkan tentang aspek spiritualitas dan keagamaan dalam hidup mereka. Meningkatnya minat pada spiritualitas dan keagamaan tidak hanya terjadi di Amerika saja, oranisasi seperti ini amnesty internasional

interfaith network for human right mengindikasi spritualitas dan keagamaan

terjadi secara menggobal.

Menurut Teal (2008), ”agama memberikan remaja rasa nilai mutlak untuk membangun kehidupan di sekitarnya. Memiliki iman agama membantu remaja menghadapi tahun sulit transisi. Agama memberikan remaja tujuan yang lebih tinggi bagi kehidupannya”. Sejalan dengan pendapat Smith (Elliott, 2005) yang menyatakan “agama merupakan faktor dalam kehidupan remaja Amerika, mempengaruhi sikap dan perilaku dengan cara yang umumnya dipandang sebagai positif dan konstruktif”.

Elliott (2005) mengemukakan beberapa hasil penelitian berkenaan hubungan antara agama dan perilaku remaja. Studi Meier yang dilakukan tahun 2003 menunjukkan pergeseran penurunan usia pertama kali hubungan seksual


(19)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada remaja yang kurang memahami nilai-nilai agama. Penelitian yang dilakukan Edgar pada tahun 2004 menunjukkan mayoritas remaja yang hamil muda terpapar HIV/AIDS adalah para remaja yang melakukan hubungan seksual secara aktif sebelum pernikahan. Studi oleh Pearce dan Haynie tahun 2004 menemukan hubungan antara rendahnya pemahaman agama dengan kejahatan. Pada studi yang dilakukan Evans, Cullen, Dunaway, & Burton tahun 1995 menunjukkan kemanjuran agama sebagai isalator terhadap kejahatan dan kenakalan.

Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia, penelitian Adisti dan Rotandoyono (2008) menunjukkan semakin tinggi religiusitas semakin rendah perilaku seks bebas. Penelitian Arfaria (2010) menyatakan sumbangan efektif (SE) variabel religiusitas terhadap variabel rasa aman sebesar 11%. Penelitian Rahmawati (2005) terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan pengendalian diri dalam pergaulan heteroseksual pada siswa MAN Kendal tahun ajaran 2004/2005. Paparan hasil penelitian baik di Indonesia maupun di Amerika menunjukkan pemahaman keagamaan memberikan pengaruh pada pengambilan keputusan remaja untuk berperilaku. Implikasinya apabila remaja dalam hal ini peserta didik tidak memiliki kompetensi keagamaan, diasumsikan dapat terlibat pada berbagai permasalahan mulai dari mencontek, berbohong, tawuran, menjalin relasi dengan lawan jenis secara tidak sehat, melakukan tindak kenakalan, melakukan tindak kriminal, mempergunakan narkotika, psikotropika dan zat adiktif, mengalami kecemasan tinggi, depresi, hingga melakukan sex bebas.

Sejalan dengan dua konsep pendidikan yang berkembang dalam pendidikan yaitu pendidikan sepanjang hayat (life-long education) dan pendidikan untuk semua (education for all), maka Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, menegaskan bahwa pelayanan bimbingan konseling sebagai bagian integral pendidikan juga dituntut untuk melakukan reorientasi pelayanan menjadi konseling sepanjang hayat (lifelong

counseling) dan konseling untuk semua (counseling for all). Dengan demikian,

pelayanan bimbingan konseling mencakup pelayanan, baik di sekolah maupun di luar sekolah.


(20)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Daradjat (1997, hlm.27) terdapat tiga lingkungan yang bertanggung jawab dalam membentuk perilaku anak. Ketiga lingkungan tersebut adalah keluarga (orangtua), sekolah (para guru) dan masyarakat. Tetapi, dari ketiganya, lingkungan keluarga memiliki tanggung jawab utama dan pertama terhadap pendidikan bagi anak.

Sappington & Braker (Garliah & Wulandari, 2003) pada hasil penelitiannya menunjukkan pentingnya peranan agama dalam membentuk komunikasi yang harmonis dan kekuatan positif pada pikiran seseorang.

Setelah melihat dampak buruk yang muncul akibat kurangnya jalinan komunikasi yang bersifat dialogis antara orangtua dengan anaknya yang remaja maka sangat diperlukan upaya untuk mengatasinya. Salah satu program yang dapat dilakukan untuk kesadaran agama adalah dengan mengembangkan sikap dan nilai-nilai sesuai dengan idealis agama yang mendalam sehingga frame of

religious reference (pola dasar hidup keagamaan) yang dapat diharapkan menjadi

pengontrol segala aktivitas hidupnya dalam masyarakat.

Untuk mencapai ketenangan hati, manusia selalu berusaha mendekatkan diri (taqqarub) kepada Tuhan; hanya saja caramereka mengabdi dan mendekatkan diri kepada Tuhan berbeda-beda sesuai dengan ajaran yang mereka anut.

Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasian tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidung administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kulikuler, dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling). Pendidikan yang hanya meaksanakan bidang administratif dan pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual. Terkait dengan pentingnya bidang bimbingan dalam pendidikan ini, Phenix (Sunaryo K., 1988, hlm.11-12) (dalam Yusuf, 2009, hlm.4-5) mengemukakan sebagai berikut :

… person may nor ordinary be ready for mature understanding of self and

others, for moral insight, and for integrative perpective until they have passed beyond the usual period of formal general education. Such a


(21)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

conclusion points to the need for continuing general education throughout life, particularly in the field of applied psychology (especially guidance and counseling on an individual or group basic with an exitensial

emphasis…).

Ketiga bidang utama pendidikan di atas lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :

1. Bidang Administratif dan Kepemimpinan

Bidang ini menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efesien. Pada bidang ini terletak tanggung jawab kepemimpinan (kepala sekolah dan staf admnistrasi lainnya), yang terkait dengan kegiatan perencanaan, organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas, pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana prasarana (material), supervise, dan evaluasi program.

2. Bidang Instruksional dan Kulikuler

Bidang ini terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap. Pihak yang bertanggung jawab secara langsung terhadap bidang ini adalah para guru.

3. Bidang Pembinaan Siswa (Bimbingan dan Konseling)

Bidang ini terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personel yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah guru pembimbing dan konselor. Dapatlah ditegaskan bahwa bimbingan adalah proses membantu individu memahami dirinya dan dunianya, dan dalam konteks pendidikan bimbingan terfokus kepada pengembangan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi individu memperoleh kesuksesan belajar. Dengan penggunaan istilah bimbingan yang dikenal program bimbingan, layanan bimbingan, personel bimbingan, konselor bimbingan, kurikulum bimbingan, dan bahan bimbingan. Betapa menimbulkan kekacauan apabila istilah bimbingan dan konseling dipertukarkan. Myrick (dalam Kartadinata, 2011, hlm.24) menegaskan bahwa ”The metters


(22)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

become more confusing when people interchange the terms “guidance” and “counseling”.

Penggunaan istilah bimbingan tetap dipertahankan sebagai kekuatan jati diri layanan ahli bimbingan dan konseling sebagai upaya pedagogis yang diampu oleh pendidik professional yang disebut konselor. Upaya pendidikan (pedagogis) berdasarkan kepada pandangan tentang hakikat manusia; pandangan tentang bimbingan dan konseling harus dilihat dari konteks dan berdasarkan hakikat manusia dan hakikat pendidikan, dan keberadaan bimbingan di dalam pendidikan merupakan konsekuensi logis dari pendidikan itu sendiri.

Bimbingan turut bertanggung jawab dalam merealisasikan ketiga fungsi pendidikan (pengembangan, diferensiasi, dan integrasi) sebagaimana digambarkan. Bimbingan dan konseling ada di dalam pendidikan walaupun tidak semua permasalahan pendidikan dibicarakan di dalam bimbingan dan konseling. Dalam upaya membantu manusia mencapai pribadi yang utuh, bimbingan dan konseling peduli terhadap upaya pengembangan kemampuan nalar yang motekar (kratif) untuk bisa hidup baik dan benar. Upaya bimbingan dan konseling dalam merealisasikan fungsi pendidikan akan terarah kepada upaya membantu individu, dengan kemotekaran nalarnya, untuk memperhalus (refine), menginternalisasikan, memperbaharui, mengintegrasikan system nilai yang diwujudkan secara kongruen ke dalam pola perilaku yang mandiri. Tampak di sini bahwa upaya membantu individu melalui bimbingan dan konseling amat mungkin diperlakukan dan digunakan berbagai metode dan teknik psikologis untuk memahami dan memfasilitasi perkembangan perilaku individu. Akan tetapi tidak berarti bahwa bimbingan dan konseling adalah sebuah psikologi terapan belaka, karena bimbingan dan konseling adalah upaya normatif yang bersandar dan terarah kepada pengembangan manusia sesuai dengan hakikat eksistensial.

M.D. Dahlan (dalam Kartadinata, 2011, hlm.25) Apabila pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas manusia yang bercirikan taqwa maka bimbingan dan konseling tidak cukup hanya bertopang pada kaidah-kaidah psikologis dan


(23)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosio-kultural belaka melainkan harus menangkap eksistensi manusia sebagai makhluk Allah Swt.

Prayitno & Erman Amti (dalam Yusuf & Juntika Nurihsan, 2009, hlm.133) Landasan religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menitipkan klien sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemulianya menjadi fokus sentral upaya bimbingan dan konseling. Pembahasan landasan religius ini, terkait dengan upaya mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam proses bimbingan dan konseling.

Pendekatan bimbingan dan konseling yang terintegrasi didalamnya dimensi agama, ternyata sangat disenangi oleh masyarakat Amerika dewasa ini. Kondisi ini didasarkan kepada hasil polling Gallup (dalam Yusuf & Juntika Nurihsan, 2009, hlm.133) pada tahun 1992 yang menunjukan :

1. Sebanyak 66% masyarakat menyenangi konselor yang professional, yang memiliki nilai-nilai keyakinan dan spiritual.

2. Sebanyak 81% masyarakat menyenangi proses konseling yang memperhatikan nilai-nilai keyakinan (agama).

Terkait perlunya pengintegrasian nilai-nilai agama dalam konseling, Marsha Wiggins Frame (dalam Yusuf & Juntika Nurihsan, 2009, hlm.133) mengemukakan bahwa agama sepatutnya mendapat tempat dalam praktek-praktek konseling atau psikoterapi. Pemikiran ini didasarkan kepada beberapa alasan (kasus di Amerika).

1. Mayoritas orang Amerika meyakini Tuhan, dan mereka banyak yang aktif mengikuti peribadatan digereja, sinagon, mesjid, atau tempat-tempat ibadah lainnya. Data ini menunjukan bahwa klien pada umumnya memiliki latar belakang agama yang membentuk sikap, keyakinan, perasaan, dan tingkah lakunya.

2. Terdapat tumpang tindih dalam nilai dan tujuan antara konseling dengan agama, seperti menyangkut upaya membantu individu agar dapat mengelola berbagai kesulitan hidupnya. Sehubungan dengan hal ini, sudah selayaknya profesi konseling mengaku nilai-nilai agama klien dan konselor, bukan mengabaikannya.


(24)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Banyak bukti empirik yang menunjukan bahwa keyakinan beragama telah berkontribusi secara positif terhadap kesehatan mental. Dengan demikian dimensi agama dalam kehidupan klien dapat menjadi alat bantu dalam upaya terapeutik.

4. Agama sudah sepatutnya diintegrasikan ke dalam konseling dalam upaya mengubah pola berpikir yang berkembang di akhir abad 20. Dalam hal ini gerakan postmodern telah menjembatani perbedaan antara ilmu dan agama, dan telah membuka kemungkinan-kemungkinan baru untuk mengintegrasikan kedua dimensi tersebut ke dalam pendekatan psikoterapi (konseling) yang holistik (komprehensif).

5. Kebutuhan yang serius untuk mempertimbangkan konteks dan latar belakang budaya klien, mengimplikasikan bahwa konselor harus memperhatikan secara sungguh-sungguh tentang peranan agama dalam budaya. Bagi kebanyakan klien, keyakinan dan praktek beragama merupakan aspek fundamental dalam budayanya. Ringkasnya, intervensi konselig yang memperhatikan keyakinan dan praktek beragama klien akan meningkatkan efektivitas kinerja konselor.

Mengingat pentingnya peranan agama dalam pengembangan mental yang sehat, maka sepatutnyalah dalam keluarga diciptakan situasi kehidupan yang agamis, seperti shalat berjamaah, menelah kitab suci dan berakhlakul karimah. Sikap dan nilai yang demikian itu akan berkembang menjadi akhlaq yang mulai serta memiliki keseimbangan antara individu dan ruhaniah dan jasmaniah dan sebagainya. Dengan melalui group guidance, sikap dan nilai tersebut lebih mudah berkembang. Misalnya group discussion (kelompok diskusi), dan lain sebagainya.

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kesadaran agama yakni dengan bimbingan dan konseling dalam bidang sikap dan nilai sangat diperlukan. Menyediakan kesempatan bagi individu untuk dapat mengembangkan sikap dan nilai-nilai sesuai dengan idealis agama yang mendalam sehingga frame of

religious reference (pola dasar hidup keagamaan) yang dapat diharapkan menjadi

pengontrol segala aktivitas hidupnya dalam masyarakat. Maka dari itu sikap berhubungan dengan masyarakat atau lingkungan hidup perlu dikembangkan


(25)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melalui wibawa sebagai seorang konselor, di dalam dan di luar aktivitas dalam berbagai peristiwa dan kegiatan lapangan hidup. Pendekatan situasional serta psikologis kepada mahasiswa terutama pada saat-saat menghadapi kehidupan pribadi maupun sosialnya adalah sangat berpengaruh bagi perkembangan sikap dan nilai-nilai dalam diri pribadi mereka masing-masing. Sikap pribadi tersebut akan memancarkan sinarnya dalam segala kegiatannya, baik terhadap alam sekitar, terhadap Tuhan, maupun terhadap dirinya sendiri sebagai manusia yang harus hidup dalam realitas yang ada. Firman Allah Swt. Dalam surat (QS. Ali-Imran, ayat 112)

“akan dikenakan kepada mereka suatu kehinaan di mana saja berada kecuali mereka yang mempunyai hubungan dengan Tuhannya dan hubungan dengan masyarakatnya dan mereka kembali kepada kemurkaan Allah”

Populasi penelitian terhadap Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015. Pemilihan Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015 berdasarkan pada visi Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam (IPAI) Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai pusat kajian dan pelopor dalam kajian dan pengembangan teori dan praktik pendidikan yang bersumber pada Al-qur’an dan Al-hadist dan unggul dalam pengembangan akhlak dan kepribadian Islami. Pemilihan Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam didasari bahwa Mahasiswa diharapkan jauh lebih memiliki pengetahuan, pemahaman dan pengaplikasian bidang kajian keilmuan agamanya dibandingkan dengan departemen yang lain.

Kondisi ini sangat memungkinkan untuk menjadikan profesi yang intelektual religius. Bila tidak diberi bimbingan dan pengarahan, lebih khususnya meningkatkan kesadaran dalam dimensi agama. Maka, dengan program bimbingan dan konseling komperehensif khususnya dibidang keagamaan mampu


(26)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan sarana dan prasarana bagi mahasiswa. Sebab, bimbingan dan konseling dalam keseluruhan proses pendidikan di perguruan tinggi bertujuan agar mahasiswa mencapai perkembangan yang optimal secara akademis, psikologis, dan sosial. Secara akademis, hasil bimbingan dan konseling dicerminkan oleh kecepatan mahasiswa mencapai penyesuaian akademis dan prestasi belajar yang memadai. Secara psikologis, pelayanan bimbingan dan konseling menghasilkan perkembangan dan kematangan pribadi. Secara sosial, berupa pencapaian penyesuaian dan memiliki keterampilan sosial yang memadai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :

1. Seperti apa profil kesadaran beragama Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015?

2. Bagaimana program bimbingan dan konseling berdasarkan profil kesadaran beragama Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini secara umum ditunjukan untuk memperoleh rumusan implikasi bimbingan dan berdasarakan profil kesadaran beragama pada Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015.

2. Tujuan khusus

a. Memperoleh gambaran umum profil kesadaran agama Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu


(27)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015.

b. Memperoleh implikasi bimbingan dan konseling berkenaan kesadaran beragama yang sesuai dengan kebutuhan Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015.

D. Manfaat Penilitian 1. Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi konselor, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kesadaran

beragama Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015 sebagai pijakan dalam memberikan bantuan.

b. Bagi Universitas, diharapakan dapat mendukung dan memfasilitasi baik moril ataupun materil dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang dikhususkan untuk meningkatkan kesadaran agama mahasiswa dengan motto Universitas Pendidikan Indonesia: educatif, ilmiah dan religius.

2. Teoretis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu Bimbingan dan Konseling, khususnya dalam upaya kesadaran beragama Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ditulis dengan sistematika sebagai berikut :

1. Bab I pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, asumsi penelitian serta struktur organisasi penelitian.


(28)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bab II kajian pustaka, berisi kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian berisi tentang teori-teori yang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti.

3. Bab III metode penelitian penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk lokasi dan subjek penelitian, desaian penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan analisa data.

4. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, terdiri atas dua hal utama analisis data untuk temuan penelitian serta analisis temuan berdasartkan kajian teoretis dan temuan terdahulu.

5. Bab V simpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian.

6. Daftar pustaka berisi daftar sumber rujukan tertulis yang pernah dikutip dalam skripsi.

7. Lampiran-lampiran, berisi berbagai dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan skripsi.


(29)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(30)

63

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pendekatan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan hasil secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya dengan menggunakan perhitungan statistik. Adapun pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh data melalui obsevasi dan wawancara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif maksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jaringan hubungan antar variabel yang ada tidak maksudkan untuk menarik generasi yang menjelaskan variabel-varibel anteseden yang menyebabkan sesuatu gejala atau kenyataan sosial. Oleh karena itu, pada suatu penelitian deskriptif, tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian hipotesis (seperti yang dilakukan dalam penelitian eksplanasi); berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori. Dalam pengelolahan dan analisis data, lazimnya menggunakan pengolahan statistik yang bersifat deskriptif (statistik deskriptif). Penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan penyusunan data, tapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut. Oleh karena itu, penelitian deskriptif mungkin saja mengambil bentuk penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang membandingkan satu fenomena atau gejala dengan fenomena atau gejala lain, atau dalam bentuk studi kuantitatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standar, dan hubungan kedudukan satu unsur dengan unsur yang lain.Berdasarkan profil kesadaran agama Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu


(31)

64

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015 maka dirumuskan program bimbingan dan konseling pribadi sosial.

B. Pastisipan

Pertimbangan dasar dalam menentukan sampel dan populasi dalam penelitian ini pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015 adalah untuk mengetahui program bimbingan dan konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015.

Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015. Pemilihan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015 berdasarkan pada visi Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam (IPAI) Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai pusat kajian dan pelopor dalam kajian dan pengembangan teori dan praktik pendidikan yang bersumber pada Al-qur’an dan Al-hadist dan unggul dalam pengembangan akhlak dan kepribadian Islami.

Kondisi ini sangat memungkinkan untuk menjadikan profesi yang intelektual religius. Bila tidak diberi bimbingan dan pengarahan, lebih khususnya meningkatkan kesadaran dalam dimensi agama. Maka, dengan program bimbingan dan konseling komperehensif khususnya dibidang keagamaan mampu memberikan sarana dan prasarana bagi mahasiswa. Sebab, bimbingan dan konseling dalam keseluruhan proses pendidikan di perguruan tinggi bertujuan agar mahasiswa mencapai perkembangan yang optimal secara akademis, psikologis, dan sosial. Secara akademis, hasil bimbingan dan konseling dicerminkan oleh kecepatan mahasiswa mencapai penyesuaian akademis dan prestasi belajar yang memadai. Secara psikologis, pelayanan bimbingan dan konseling


(32)

65

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menghasilkan perkembangan dan kematangan pribadi. Secara sosial, berupa pencapaian penyesuaian dan memiliki keterampilan sosial yang memadai.

Dari asumsi tersebut, maka peneliti akan mengambil teknik sampel bertujuan (purposive sample) (Arikunto, 2010): (1) pengambilan sampel harus didasarkan atas cirri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan cirri-ciri pokok populasi; (2) subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung cirri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjectis); dan (3) penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.

C. Instrument Penelitian

1. Definisi Operasional Variabel

a. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

Program bimbingan dalam penelitian ini adalah serangkaian kegiatan yang disusun oleh peneliti dan dilakukan oleh UPT LBK dengan mengacu kepada analisis konseptual tentang kesadaran agama dan temuan lapangan tentang gambaran kesadaran agama pada mahasiswa serta kondisi objektif bimbingan dan konseling di perguruan tinggi. Tujuan program ini adalah agar mahasiswa yang berada ada kesadaran agama yang rendah dapat menanamkan status identitasnya serta mengamalkan ajaran agamanya berdasarkan pengambilan keputusan yang mantap dan rasional. Program ini memuat komponen-komponen seprti dasar pemikiran, visi dan misi program, tujuan program, komponen-komponen program, sasaran, rencana operasional, pengembangan tema, personel, dan evaluasi.

b. Kesadaran Agama

Kesadaran beragama dalam penelitian ini yakni keadaan mengerti untuk melibatkan diri dengan Tuhan sehingga agama mampu memberi kekuatan ketika lemah dalam keimanan dalam bentuk peraturan-peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi.


(33)

66

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wujud dari kesadaran ajaran Islam tersebut antara lain; Islam tidak adalah hanya mengatur masalah hubungan manusia dengan tuhannya (ibadah). Tetap Islam juga mengatur dan menyelesaikan permasalahan hubungan manusia dengan dirinya sendiri maupun dengan sesamanya (muamalah). Bentuk dari ajaran ibadah sholat, puasa, haji, dan lain-lain yang merupakan hubungan langsung dengan Allah, atau yang biasa disebut ibadah mahdloh. Sedangkan bentuk hubungan yang mengatur antara manusia dengan dirinya sendiri sebagai contohnya adalah kejujuran, amanah, dan menepati janji. Adapun bentuk dari aturan Islam masalah hubungan manusia dengan sesamanya (muamala) adalah berupa aturan-aturan dalam bidang ekonomi, politik, pemerintahan, pendidikan, sosial dan uqubat.

Kesadaran Beragama mahasiswa dalam penelitian ini dapat dilihat dan dievaluasi dari aspek-aspek Aqidah, Ibadah dan Syari’ah (Yusuf, 2001) :

1. Aqidah

Aqidah islamiyah adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-kitab-kitab-Nya, hari akhir, kepada qadla dan qadar baik-buruk keduanya dari Allah. Sedangkan makna iman itu sendiri adalah pembenaran yang bersifat pasti (tashdiiqul jazm), yang sesuai dengan kenyataan, yang muncul dari adanya dalil/ bukti. Bersifat pasti artinya seratus persen kebenaran/ keyakinan tanpa ada keraguan (dzann) sedikitpun. Sesuai dengan fakta artinya hal yang diimani tersebut memang benar adanya, bukan diada-adakan (mis. Keberadaan Allah, kebenaran Al-Qur’an, wujud malaikat dll). Muncul dari suatu dalil artinya keimanan tersebut memiliki hujjah/ dalil tertentu. Tabpa dalil sebenarnyatidak aka nada pembenaran yang bersifat pasti.

2. Syari’ah

Hukum syara’ (syari’at) adalah ‘khithaabusy Syaari’ (seruan dari Sang Pembuat Hukum - Allah dan Rasul-Nya) yang berkaitan dengan amal perbuatannya.

3. Akhlak

Khuluk (kata dasar akhlak) berarti sifat yang senantiasa Nampak pada tingkah laku


(34)

67

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memahami akhlak dari segi tingkah laku dan sifat moral belaka, tetapi akhlak merupakan salah satu dari berbagai hukum Islam.

2. Angket Pengungkap Kesadaran Beragama

Data yang diungkap dalam penelitian ini adalah data mengenai kesadaran agama, dengan menggunakan instrument dalam bentuk kuesioner/ angket. Instrument dibuat dalam bentuk angket skala rating (rating scale) yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri. Sebelum menyusun butir pertanyaan dan pernyataan, terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi instrument. Perumusan kiis-kisi instrument disajikan sebagai berikut.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Angket Kesadaran Agama

Variabel Aspek Indikator Nomor Item Pertanyaan ∑

(+) (-)

Kesadaran beragama

Aqidah Iman kepada Allah

1,2,4,5,7 3,6,8 8

Iman Kepada Malaikat

9,10 2

Iman kepada Kitabullah Iman Kepada Nabi &Rasul

Allah

11,12,13,14,15,16 6

Iman kepada hari kiamat

17,18,19,20 4

Iman keapada Qadla & Qadar

21 22 2

Akhlak Hablun minanafs 23,27,29,30,31,32,33,3 4,35,36,38,39,42,43,44 ,45,46,47,48,49,50,51, 52,55,57,58,59,60,61,6 2 24,25,26,28,37,40,41, 53,54,56,61 41 Hablun minannas

63,65,67,68,72 64,66,69,70,71,73,74 12

Syari’ah Ibadah

mahdloh

75,76,78,79,81,83,85,8 6,88,90,91,93


(35)

68

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Uji Coba Angket

Alat ukur yang telah dikonstruksi, terlebih dahulu ditimbang (judgement) oleh ahli/ dosen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (PPB FIP UPI) Prof. Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. Nandang Budiman, M. Pd., untuk mengetahui kelayakan alat tersebut. Kemudian, masukan dari ahli/ dosen tersebut dijadikan landasan dalam penyempurnaan alat pengumpul data yang dibuat. Instrument angket dari dosen ahli, adalah sebagai berikut:


(36)

69

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Item Instrument Hasil Judgement

Kesimpulan Nomor Item Jumlah

Memadai 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17, 18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,3 1,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44, 45,46,47,48,49,50,51,52,53,54,55,56,57,5 8,59,60,61,62,63,64,65,66,67,68,69,70,71, 72,73,74,75,76,77,78,79,80,81,82,83,84,8 5,86,87,88,89,90,91,92,93.

93

Revisi - -

Buang - -

d. Proses Pengembangan Instrumen a. Uji Keterbacaan Item

Sebelum alat instrumen di eksplorasi dan uji validitas, instrument tersebut diuji keterbacaan kepada kelima mahasiswa yang memliki tahap perkembangan yang sama dengan populasi yang hendak dijadikan subjek dalam penelitian. Setelah diuji keterbacaan, maka untuk pertanyaan yang kurang dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh mahasiswa Ilmu Pendidikan Agama Islam (IPAI) yang kemudia dilakukan uji validitas.

b. Pengujian Validitas

Uji validitas dilakukan bertujuan untuk mengukur tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan sesuatu instrument. Uji validitas diuji cobakan kepada mahasiswa jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015 pada tanggal 8 September 2014.

Suatu instrument yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010). Pengujian


(37)

70

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

validitas butir item dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam angket yang mengungkap kesadaran beragama. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16.

Teknik pengujian yang dilakukan untuk melakukan uji validitas ini adalah menggunakan teknik kolerasi yang dapat digunakan dikemukakan oleh Person (Arikunto, 2010), yang dikenal dengan rumus kolerasi product moment sebagai berikut:

Keterangan :

r = koefisien korelasi yang dicari ∑x = jumlah skor item

∑y = rata-rata dari jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden

Dalam uji validitas ini, jika korelasi person positif dan besarnya lebih dari 0,15 maka aitem bersangkutan diyatakan valid,jika nilainya kurang dari 0,15 maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak valid.

Hasil pengolahan instrument dengan menggunakan SPSS 16.0 terhadap 93 soal untuk instrument untuk kesadaran beragama, diperoleh item soal yang tidak valid sebanyak 7 item, sehingga total item soal yang valid adalah 86 item. Berikut disajikan uji coba validitas dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas

Kesimpulan Nomor Item Jumlah

Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,13,14,15,16,17,18,19 ,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,3


(38)

71

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3,34,35,36,37,38,39,40,42,43,44,45,46,47, 48,49,50,51,53,54,55,56,57,58,59,60,61,6 2,63,64,65,66,67,68,69,70,71,72,73,74,75, 76,79,80,81,82,83,84,85,86,87,89,91,92,9 3.

Tidak Valid 9,12,41,52,77,78,88,90. 7

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 156 100.0

Excludeda 0 .0

Total 156 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

c. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat seberapa besar tingkat keterandalan data dalam waktu yang berbeda. Dan untuk menguji nilai reliabilitas dalam penelitian ini diginakan rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2010) :

Keterangan :

r 11 = reliabilitas instrument


(39)

72

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

= jumlah varians butir = varians total

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.912 93

Sebagai kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi dari (Arikunto, 2010) :

Tabel 3.4

Interpretasi Nilai Keeratan Hubungan (Korelasi)

Nilai Keterangan

0,80 - 1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi 0,60 – 0,799 Derajat keterandalan tinggi 0,40 – 0,599 Derajat keterandalan cukup 0,20 – 0,399 Derajat keterandalan rendah

0,00 – 0,199 Derajat keterandalan sangat rendah

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliuti beberapa langkah sebagai berikut

1. Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen mata kuliah Metode Riset Bimbingan Konseling.


(40)

73

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Proposal penelitian yang telah disahkan oleh dosen mata kuliah diserahkan dengan persetujuan dari dewan skripsi, calon dosen pembimbing skripsi serta Ketua Jurusan Pendidikan Psikologi & Bimbingan.

3. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas.

4. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan & Bimbingan yang direkomendasikan untuk melanjutkan ke tingkat Fakultas dan Rektor UPI. Kemudian dilanjutkan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial. Surat izin penelitian yang telah disahkan kemudian disampaikan pada ketua jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam.

5. Mengembangkan instrument penelitian berikut penimbangnnya kepada dosen ahli jurusan Psikologi Pendidikan & Bimbingan.

6. Melaksanakan penelitian di jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Tahun Ajaran 2014/ 2014.

7. Mengumpulkan data dengan menyembar angket pada 156 mahasiswa jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Tahun Ajaran 2014/ 2014.

8. Mengolah dan menganalisis data hasil penyebaran instrument untuk memperoleh criteria kesadaran beragama mahasiswa jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Tahun Ajaran 2014/ 2014.

9. Pembuatan program bimbingan hipotetik berdasarkan hasil analisis data deskripsi kesadaran beragama mahasiswa jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Tahun Ajaran 2014/ 2014.

10.Uji kelayakan program bimbingan hipotetik dengan menggunakan skala likert yang diberikan kepada ahli.


(41)

74

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11.Penyempurnaan program berdasarkan hasil diskusi dan penilaian yang telah dilakukan, sehingga program tersebut memiliki kelayakan untuk dilaksanakan.

E. Analisis Data

Analisis data penelitian dimaksudkan untuk menganalisis data hasil angket penelitian berkaitan dengan kesadaran beragama, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis non parametrik , dengan uji spearman.

Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan tingkat kesadaran beragama mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/2015. Untuk itu, dibuatkan tabel distribusi frekuensi dan persentase dan masing-masing peubah dibagi atas lima kategori untuk pengukuran peubah.

Pengukuran kesadaran beragama dengan menggunakan angket sebanyak 93 pernyataan, diperoleh:

Skor maksimal : 1 x 93 = 93 Skor minimal :9 x 93 = 837

Sehingga untuk R= 837-93 = 744/ 4 = 186 maka di dapat interval sebagai berikut:

R S

SR T ST

93


(42)

75

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun kategori kesadaran beragama mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/2015.

Tabel 3.5

Tabel Interval Kesadaran Beragama

NO INTERVAL KATEGORI

1 X = 93 SANGAT TINGGI

2 279 ≥ X > 93 TINGGI

3 465 ≥ X > 279 SEDANG

4 651 ≥ X > 465 RENDAH

5 837 ≥ X > 651 SANGAT RENDAH

Sangat Tinggi : Pada kategori sangat tinggi perkembangan kesadaran beragama pada umumnya dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman terhadap ajaran agama yang dianunya, sudah menjadikan sikap hidup bukan sekedar ikut-ikutan.

Tinggi : Pada kategori tinggi perkembangan kesadaran beragama pada umumnya pelaksanaan ajaran agama secara konsisten dan produktif.

Sedang : Pada kategori sedang perkembangan kesadaran beragama pada umumnya segala bahaya dan penderitaan selalu dihubungkan dengan kesalahan diri dan dosa yang diperbuat. Usaha untuk menebusnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui pensucian diri.

Rendah : Pada kategori rendah perkembangan kesadaran beragama pada umumnya mengamalakan ajaran agama cenderung untuk berpasrah diri kepada nasib yang telah diterima.


(43)

76

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sangat Rendah : Pada kategori sangat rendah perkembangan kesadaran beragama pada umumnya tindak keagamaan timbul keyakinan ini berlangsung melalui proses dadakan, perubahan tiba-tiba.


(1)

130

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa yang sesuai dengan ajaran agamanya. Kepribadian serta sikap jiwanya harus dapat mengendalikan tingkah lakunya dengan cara yang sesuai dengan ajaran dan tuntunan agamanya. Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok, sebagai berikut :

a. Manusia sebagai makhluk Tuhan

b. Sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama

c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah.

C. Rekomendasi

Gambaran profil kesadaran beragama Mahasiswa Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015 secara umum menunjukan pada tingkatan yang tinggi, akan tetapi pada kefahaman terhadap hablun minnafs dan hablun minnallah masih pada tahap pengamalan insidental. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan pengkajian lanjut guna meningkatkan bidang keilmuan dibidang bimbingan dan konseling.

1. Bagi Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam

pada meningkatkan kepribadian pada para calon pendidik yakni Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015, jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam perlu mengimplementasikan dalam peningkatan kesadaran beragama Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas


(2)

131

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/ 2015 yang dapat dilakukan kerjasama dengan beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa seperti tutorial.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian dilakukan penelaahan gambaran kesadaran beragama berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran beragama. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan tema :

a. Meningkatkan kesadaran beragama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, berkaitan dengan motto Universitas Pendidikan Indonesia yaitu religius.

b. Meneliti cara menampilkan akhlak mulia bagi calon pendidik Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.


(3)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an & Terjemahan.

Al-halwani , Aba Firdaus. (1999). Melahirkan Anak Saleh (Kajian Psikologi Dan Agama). Yogyakarta: Mitra Pustaka

Al-Maraghi, (1987). Ahmad Musthafa. Terjemah: Tafsir Al-maraghi. Semarang: Toha Putra

Ahyadi, A Aziz (1988). Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung: Sinar Baru

An-Nabhani, Taqiuddin. (2003). Peraturan Hidup dalam Islam. Bogor: Pustaka

Thariqul „Izzah

Arfaria, F.S. (2010). Hubungan antara Religiusitas dengan Rasa Aman pada Remaja [Online]. Tersedia: http:// digilib. umm. ac. id/ gdl. php? Mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2010-fauziahset

18510&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092 d28 ba985. [20 Agustus 2012]

Arifin, Muzayyin. (2005). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Crapps , Robert W. (1993). Dialog Psikologi dan Agama. Yogyakarta: Kanisius Dalyono. (1997). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Dagon, Save M. (1990). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta Daradjat, Zakiyah. (1990). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

---. (1997). Nilai-Nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang Departeman Pendidikan Nasional. (2007). Penataan Pendidikan Profesional

Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: jurusan Psikologi Pendidikan FIP UPI Bandung Bekerjasama dengan PB. ABKIN


(4)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Elliott J. (2005). How does Religion Affect The Lives of Adolesence. [Online]. Tersedia: http://voices.yahoo.com/how-does-religionaffectlivesadolescents-11697.html?cat=72. [21 Agustus 2012].

Garliah, L., & Wulandari, B. (2003). Hubungan Antara Religiusitas Dengan Altruisme Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Beragama Islam. Jurnal Intelektual, Vol. 1, Hal. 12-25.

Gerungan. (1988). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Eresco Hamka. (1987). Tafsir Al-azhar. Jakarta: Pustaka Panji Mas

Haryati, Iis. (2008). Profil Konselor Islami. Skripsi PPB FIP Bandung: diterbitkan.

Hurlock, Elizabeth B. Alih bahasa oleh Dra. Istiwidayanti dan Drs. Soedjarwo, M. Sc. (2002). Psikologi Perkembangan “Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan” (Terjemahan Istiwidayanti). Jakarta: Erlangga.

Jalaludin. (2010). Psikologi Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Kartadinata, Sunaryo. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Pedagogis. Bandung: UPI Press

Langgulung, Hasan. (1986). Manusia dan Pendidikan (Suatu Analis Psikologi, Filsafat dan Pendidikan). Jakarta: Pustaka Al Husna

Moeliono, Anton M. dkk. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Muslim, Imam. (1977). Shahih Muslim. Bairut Libanon: Darul kitab Al-ilmiyah

Musthafa, Bisri. Al-ibrizi (Ilmu Tafsir Al-qur’an Al-aziz). Kudus: Penerbit Menara Kudus

Nasution, Harun. (1974). Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Bulan Bintang

Nurihsan, Juntika. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara

O‟Dea , Thomas F. (1996). Sosiologi Agama (Suatu Pengenalan Awal). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada


(5)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prayitno dan Erman Amti. (1999). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rahmawati, D.P. (2005). Hubungan antara Sikap Religiusitas dengan Pengendalian Diri dalam Pergaulan Heteroseksual pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri Kendal Tahun Ajaran 2004/2005. [Online]. Tersedia: 1314000031. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang. [20 Agustus 2014].

Rakhmat, Jalaludin. (2003). Psikologi Agama (Sebuah Pengantar). Bandung: Mizan Pustaka

Ramayulis. (2002). Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia

Rasjid Sulaiman. (2000). Fiqh Islam. Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta

Robetson Roland. (1988). Agama Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologis. Jakarta: Rajawali Press

Tafsir, Ahmad. (2000). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Tasmara, Toto. (2000). Menuju Muslim Kaffah Mengenali Potensi Diri. Jakarta: GIP

Teal, A. (2008). How Religion Affect Teens. [Online]. Tersedia:

http://voices.yahoo.com/how-religion-affects-teens-2220014.html? cat=25

[20 Agustus 2014].

Thalib. (1996). Analisa Wanita dalam Bimbingan Islam. Surabaya: Al-ikhlas Tohirin, (2007), Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis

Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Winkel. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Yusuf, Syamsu. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda


(6)

Siti Mas Rini Andrianidewi K, 2014

Program bimbingan @ konseling pribadi sosial berdasarkan profil kesadaran beragama Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yusuf, Syamsu. (2007). Model Konseptualisasi Konseling Islami Berdasarkan Hakikat Manusia dan Implikasinya bagi Pengembangan Dakwah Islam. Disertasi Doktor pada PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Yusuf, Syamsu & Juntika Nurihsan. (2009). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: Rosdakarya

---. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Yusuf, Syamsu. (2008). Psikologi Balajar Agama. Bandung Maestro.

---. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi


Dokumen yang terkait

Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Kepuasan Mahasiswa (Studi Pada Sub Bagian Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

5 72 106

NIM: K5408057 Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

0 1 19

K8408002 SKRIPSI diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

0 1 199

Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana PendidikanProgram Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

0 0 120

Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

0 0 80

K8408059 Skripsi Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi - Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

0 0 60

Kompetensi Mahasiswa Dalam Merekonstruksi Pembe-Lajaran Terpadu/Tematis (Studi Inkuiri Naturalistik Pada Mahasiswa Semester Enam Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau)

0 0 12

Studi Tentang Kompetensi Mahasiswa dalam Merekonstruksi Pembelajaran Terpadu (Studi Inkuiri Naturalistik pada Mahasiswa Semester Enam Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau

0 0 13

Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. PENDAHULUAN - Kesantunan Tuturan Imperatif Mahasiswa Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau Angkatan 2007

0 1 8

Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Kepuasan Mahasiswa (Studi Pada Sub Bagian Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 14