MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014.

(1)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA

(Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014 )

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh : Yani Suryani NIM: 1005670

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)

Oleh: Yani Suryani

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Yani Suryani 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA

(Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)

Oleh: YANI SURYANI

1005670

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I,

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag.

NIP. 19570303.198803.1.001

Pembimbing II,

Elan Sumarna, M.Ag.

NIP. 19670820.200501.1.002

Mengetahui,

Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Dr. H. Endis Firdaus,M.Ag.


(4)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tempat : Gedung FPIPS UPI

Panitia Ujian :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 001

3. Penguji :

Dr. H. Abas Asyafah, M.Pd. NIP. 19581016 198601 1 003

Dr. Edi Suresman, M.Ag. NIP. 19601124 198803 1 001

Dra. Kokom St. Komariah, M.Pd NIP. 19620513 198803 2 002


(5)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunanetra (Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)”. Penyusunan skripsi ini dilatarbelakangi oleh: 1) belum tersedianya program yang khusus dirancang bagi anak berkebutuhan khusus. 2) kesulitan guru dalam pengelolaan pembelajaran dalam menyampaikan materi pendidikan agama Islam yang bersifat konkrit dan pemahaman bagi siswa tunanetra, serta 3) belum tersedianya alat tes yang khusus mengukur kemampuan intelegensi siswa tunanetra. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan perencanaan pendidikan agama Islam, 2) mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, serta 3) mendeskripsikan evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Analisis data dengan cara mereduksi data, display data, dan disimpulkan. Pada pengolahan data hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan pendidikan agama Islam yang terdapat di SMPLBN-A Kota Bandung mengacu kepada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang terdiri dari SK-KD, program tahunan, program semesteran, program mingguan, program harian, silabus, dan RPP. Pada pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara klasikal dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah, penugasan, demonstrasi, serta interaksi langsung dengan siswa. Evaluasi pembelajaran yang digunakan adalah tes tulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Siswa mendapatkan raport yang berisi nilai angka dan nilai berupa uraian setelah menamatkan suatu jenjang sekolah, siswa mendapatkan ijazah dengan mengikuti ujian nasional. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan pendidikan agama Islam sudah baik namun belum maksimal. Pada pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai dengan kurikulum dan diberikan oleh guru pendidikan agama Islam secara khusus. Untuk evaluasinya berjalan dengan baik, aspek yang dievaluasi adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam, Tunanetra, serta Anak Berkebutuhan Khusus


(6)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

This paper is titled “Islamic Education Learning Model on Students with visual impairments” (Descriptive Study about Application of Islamic Education for Students with Visual Impairments in SMPLBN-A Kota Bandung in second semester of 2013/2014 year). The background of this paper is there are: 1) unavailability of programs specifically designed for children with special needs those for students with visual impairments. 2) difficulties of a teacher on doing a teaching Islamic Education which is so concrete to teach to a students with visual impairments, and 3) unavailability of specific assays to measure the ability of intelligence blind students. The purpose of this research is to: 1) describe the planning of learning in Islamic education. 2) describe the implementation learning in Islamic education. 3) describe the evaluation of learning in Islamic education for students with visual impairments in SMPLBN-A Kota Bandung in second semester of 2013/2014 year. This research uses descriptive method and qualitative approach. The technique of collecting data through observation, interviews and documentary studies and data analysis uses data reduction, display data and concluding all of those things. After processing the whole data, it concluded that the planning of Islamic education learning to VIII grader at SMPLBN-A Kota Bandung in second semester of 2013/2014 year is following the KTSPcurriculum which consists of year program, semester program, weekly program, daily learning notes, syllabus, and learning plan. On realization on learning, implemented classical and is education service by teacher suited to character and needs student. The learning method use monologue method, tasking method, demonstration method, and direct interaction with student.. The learning evaluation is written test, oral test, and psychomotor test. And then student accept report of study evaluation which the content is about numeric score and description score. After finishing a single grade school, student accept a diploma by passing the national examination. Based on general research we can conclude that plan learning in SMPLBN-A Kota Bandung in second semester of 2013/2014 year is good. The realization of learning is compatible with curriculum, and a teacher is an Islamic education teacher not an ordinary class teacher. The evaluation learning is good, the aspect that evaluated is cognitive, affective, psychomotor aspects.

Keyword: Islamic Education, Students With Visual Impairments, Students With Special Needs


(7)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI………...…vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR BAGAN... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xii

BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7 D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.

BAB IIPENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN TUNANETRA ... Error!

Bookmark not defined.

A. Model Pembelajaran... Error! Bookmark not defined. B. Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined. 2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark

not defined.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined. 4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined. 5. Metode Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined.


(8)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Proses Pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam . Error! Bookmark

not defined.

7. Evaluasi dalam Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not

defined.

C. Anak Berkebutuhan Khusus ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus .. Error! Bookmark not defined. 2. Klasifikasi dan Jenis Anak Berkebutuhan Khusus Error! Bookmark not

defined.

D. TUNANETRA ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Tunanetra ... Error! Bookmark not defined. 2. Klasifikasi Tunanetra ... Error! Bookmark not defined. 3. Faktor-faktor Penyebab Tunanetra ... Error! Bookmark not defined. 4. Pendidikan bagi Siswa Tunanetra ... Error! Bookmark not defined. 5. Perkembangan Anak Tunanetra ... Error! Bookmark not defined. E. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Pendekatan dan Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined. 1. Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2. Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined. 3. Tunanetra ... Error! Bookmark not defined. E. Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined. F. Uji Keabsahan Data... Error! Bookmark not defined. 1. Kredibilitas (Validitas Internal) ... Error! Bookmark not defined. 2. Transferabilitas (Validitas Eksternal) ... Error! Bookmark not defined. 3. Defendabilitas (Reliabilitas) ... Error! Bookmark not defined. 4. Konfirmabilitas (Objektivitas) ... Error! Bookmark not defined. G. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.


(9)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Observasi ... Error! Bookmark not defined. 2. Wawancara ... Error! Bookmark not defined. 3. Studi Dokumen ... Error! Bookmark not defined. H. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Reduksi Data ... Error! Bookmark not defined. 2. Display Data ... Error! Bookmark not defined. 3. Penarikan/ Verifikasi Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. I. Tahapan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. Profil SLBN-A Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined. 1. Sejarah atau Latar Belakang SLBN-A Kota Bandung . Error! Bookmark

not defined.

2. Struktur Organisasi SLBN-A Kota Bandung ... Error! Bookmark not

defined.

3. Visi dan Misi ... Error! Bookmark not defined. 4. Lokasi dan Fasilitas Sekolah ... Error! Bookmark not defined. B. Pemaparan Data Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Perencanaan Pembelajaran di SMPLBN-A Kota Bandung... Error!

Bookmark not defined.

2. Pelaksanaan Pembelajaran di SMPLBN-A Kota Bandung ... Error!

Bookmark not defined.

3. Evaluasi Pembelajaran di SMPLBN-A Kota Bandung Error! Bookmark

not defined.

C. Pembahasan Data Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Pembahasan Perencanaan PAI di SMPLBN-A Kota Bandung ... Error!

Bookmark not defined.

2. Pembahasan Pelaksanaan PAI di SMPLBN-A Kota Bandung ... Error!


(10)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pembahasan Evaluasi PAI di SMPLBN-A Kota Bandung ... Error!

Bookmark not defined.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. 1. Untuk Pembuat Kebijakan ... Error! Bookmark not defined. 2. Sekolah yang Bersangkutan (SMPLBN-A Kota Bandung) ... Error!

Bookmark not defined.

3. Bagi Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam (Prodi IPAI) .. Error!

Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. RIWAYAT HIDUP ... Error! Bookmark not defined.


(11)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Syahidin (2009, hlm. 19) manusia yang terlahir diciptakan oleh Allāh yang salah satu tujuannya adalah untuk dijadikan sebagai khalīfaħ di muka bumi ini, hal tersebut seperti apa yang dijelaskan dalam surat Al-Baqaraħ ayat 30 sebagai berikut:



























































Artinya:“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat:”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalīfaħ di muka bumi”: Mereka berkata: ”mengapa Engkau hendak menjadikan khalīfaħ di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:

”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Q.S.

Al-Baqaraħ [2]:30).1*

Ayat tersebut memberikan gambaran bahwa manusia dipercaya oleh Allāh untuk mengemban tugas sebagai khalīfaħ di muka bumi ini, untuk menjadi seorang khalīfaħ tentu manusia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Dengan demikian terdapat perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya, yaitu manusia dianugerahi akal oleh Allāh SWT. Hal

*Seluruh teks ayat al-Qur

`ān dan terjemahannya dalam skripsi ini dikutip dari software al-Qur`ān in word versi 1.3 oleh Mohamad Taufiq yang disesuaikan dengan Al-Qur`ān dan Terjemahnya yang diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara penerjemah/penafsir al-Qur`ān Departemen Agama RI yang didistribusikan oleh CV. Karya Utama Surabaya tahun 2000.


(12)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut seperti apa yang diungkapkan oleh Sauri (2006, hlm. 21) sebagai berikut:

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki kemampuan rasional, karena ia memiliki akal. Akal adalah daya yang memberikan kemampuan bagi manusia untuk berpikir. Para ahli ilmu fisik menghubungkan akal dengan menunjuk kepada fungsi otak. Manusia memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan binatang. Otak besar yang disebut dengan otak rasional karena memiliki kemampuan pada untuk berpikir, mempersepsi, memproses informasi, dsb.

Agar potensi yang dimiliki oleh manusia bisa berkembang kepada tujuan yang benar, maka manusia memerlukan perawatan dan bimbingan dan salah satu cara untuk mengembangkan potensi manusia kearah yang positif yaitu melalui suatu upaya yang disebut al-tarbiyaħ, al-ta`dīb, al-talīm, atau yang kita kenal dengan istilah pendidikan (Syahidin, 2009, hlm. 20). Hal inilah yang menjadikan alasan mengapa Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu sebagaimana yang diungkapkan oleh Al-Majdi (2011) yang terdapat dalam surat Al-Taubaħ ayat 122 sebagai berikut:















































Artinya:“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagaian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya” (Q.S. Al-Taubaħ [9] :122).

Kewajiban untuk menuntut ilmu tidak hanya dijelaskan dalam al-Qur`ān tetapi juga dalam al-adī seperti yang diungkapkan oleh Sumarna (2009, hlm. 21) sebagai berikut:


(13)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Artinya: Dari Abdullāh bin Mas‟ūd, berkata: Rasūlullāh SAW bersabda: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” (HR. Ṭabrānī). Pendidikan seperti yang diungkapkan oleh Kurniasih dan Tatang Syarifudin (Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, hlm.87) adalah sebagai berikut:

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara hal tersebut terdapat dalam Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Menurut Kesuma dan Hendriyani (Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, hlm. 219) di Indonesia sendiri sudah terdapat Undang-Undang yang mengatur mengenai masalah pendidikan secara lengkap diantaranya ialah Pasal 31 Undang-Undang dasar 1945, Ayat 1: Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, Ayat 2: Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Berkenaan dengan hal di atas, sudah jelas bahwa setiap warga negara Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali. Pendidikan diberikan kepada anak bangsa yang sehat jasmani dan rohani serta sehat fisik dan mental bahkan bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus. Dalam kajian ini peneliti mengkhususkan pada anak berkebutuhan khusus (ABK) tunanetra. Menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008, hlm. 1502) tunanetra adalah tidak dapat melihat atau buta. Jumlah penyandang tunanetra merupakan jumlah penduduk berkebutuhan khusus yang paling banyak terdapat di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang


(14)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan oleh Lynch (Mahmud, 2003, hlm. 16) menyimpulkan bahwa jumlah anak-anak berkebutuhan khusus sulit untuk dihitung secara pasti khususnya di Asia, hal ini disebabkan karena belum adanya tes yang baku untuk mendiagnosa dan mencari indikator-indikator kelainan, kurang lengkapnya dalam kajian kependudukan, serta kurangnya kekuasaan pemerintah yang melaporkan jumlah anak.

Meskipun terjadi simpang siur mengenai jumlah penduduk di Indonesia yang memiliki kebutuhan khusus, di bawah ini akan dijelaskan mengenai data jumlah populasi penduduk yang memiliki kebutuhan khusus di Indonesia yang di ambil dari beberapa situs sebagai berikut:

Jumlah populasi penduduk yang memiliki kebutuhan khusus yang diungkapkan oleh Wibisono (2014)adalah sebagai berikut:

Menurut Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN) dari kementrian sosial pada tahun 2010, menyebutkan bahwa jumlah penyandang disabilitas di Indonesia berjumlah sebesar 11.580.117 orang dengan rincian 3.474.035 orang adalah tunanetra, 3.010.830 orang adalah tunadaksa, 2.547.626 orang adalah tunarungu, 1.389.614 orang adalah tunagrahita, dan 1.158.012 orang adalah penyandang disabilitas kronis. Penyandang disabilitas diperkirakan sekitar 4,8% penduduk Indonesia. Data lain mengenai jumlah penduduk yang memiliki kebutuhan khusus diungkapkan oleh Aravena (2013) adalah sebagai berikut:

Menurut data dari Kementrian Republik Indonesia pada tahun 2011 jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 3,11% atau sebesar 6,7 juta jiwa. Data terbaru tahun 2012 jumlah penyandang disabilitas di Indonesia adalah tunanetra berjumlah 1.749.981 jiwa, tunarungu/wicara berjumlah 602.784 jiwa, tunadaksa berjumlah 1.652.741 jiwa, dan tunagrahita berjumlah 777.761 jiwa. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, jumlah populasi penyandang disabilitas laki-laki lebih banyak sekitar 57,96%.

Berdasarkan data yang diperoleh di atas jumlah populasi anak berkebutuhan khusus di Indonesia tergolong cukup banyak. Pada kenyataannya anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus di Indonesia masih


(15)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sangat sedikit yang bisa mendapatkan pendidikan. Hal tersebut berdasarkan data yang diungkapkan oleh Nugroho (2012) sebagai berikut:

Berdasarkan data yang dilansir Pusdatin Kemensos tahun 2010 jumlah penyandang disabilitas mencapai angka 11.580.117 orang. Dari jumlah tersebut penyandang tunanetra menempati angka terbanyak yaitu 3.474.035 orang, sedangkan tunadaksa 3.010.830 orang, tunarungu 2.547.626, cacat mental mencapai 1.389.614, dan cacat kronis sejumlah 1.158.012 orang. Jumlah penyandang disabilitas mencapai 1,5 juta anak sedangkan hanya tersedia 1.500 SLB, dengan demikian sekitar 90.000 anak tidak terlayani pendidikannya.

Pendapat senada mengenai sedikitnya anak yang memiliki kebutuhan khusus yang masih sedikit yang mendapatkan pendidikan diungkapkan oleh Wahman (2012) sebagai berikut:

Berdasarkan survey yang dilakukan Departemen Sosial di 24 provinsi tercatat sebanyak 1.235.320 penyandang disabilitas, yang terdiri dari 687.020 penyandang disabilitas laki-laki dan 548.300 penyandang disabilitas perempuan. Sebagian besar dari mereka hanya berpendidikan tidak sekolah/tidak tamat SD sebesar 59,9%, berpendidikan SD 28,1%. Hal yang memprihatinkan sekitar 89% tidak memiliki keterampilan, sehingga membuat mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan.

Menurut Kesuma dan Hendriyani (Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, hlm. 219) disebutkan dalam Pasal 5 UU RI No. 20 Tahun 2003 ayat 2 yang menjelaskan bahwa warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Pasal 5 ayat 2 s.d ayat 4 dan UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 32.

Meskipun secara perundang-undangan sudah diatur secara jelas mengenai kesempatan mendapatkan pendidikan bagi seluruh Warga Negara Indonesia (WNI), namun pada kenyataannya anak yang memiliki kebutuhan khusus masih kesulitan mengakses pendidikan yang layak dan setara. Hal tersebut


(16)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang diungkapkan oleh Wibisono (2014) sebagai berikut:

Beberapa faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus mengalami kesulitan untuk mengakses pendidikan yang layak dan setara diantaranya sekolah memberikan kriteria kesehatan yang sejatinya membedakan anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti kesehatan fisik. Sebagian besar pula menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus tidak membutuhkan pendidikan formal. Selain itu juga dikarenakan kondisi ekonomi anak berkebutuhan khusus.

Terlebih jika seseorang yang memiliki keterbatasan tersebut merupakan seorang muslim maka pendidikan agama Islam pun perlu untuk diberikan. Hal tersebut sudah sangat jelas terdapat dalam Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 37 ayat 1 dijelaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Pendidikan Agama (Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, hlm. 226).

Permasalahan lainnya adalah anak yang memiliki kebutuhan khusus mempunyai cara belajar yang berbeda dari anak yang lainnya. Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa guru di sekolah tidak dipersiapkan untuk menjadi seorang konselor terlebih lagi konselor bagi anak berkebutuhan khusus, dengan demikian pengetahuan guru tentang bimbingan dan konseling relative sedikit, demikian pula program yang khusus dirancang bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah belum tersedia (Mahmud, 2003, hlm. 4).

Berdasarkan fenomena yang terjadi dapat diketahui bahwa seorang guru harus mempunyai keterampilan khusus untuk bisa menangani anak berkebutuhan khusus agar tidak terjadi kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Menurut Johnsen dan Skjorten (Mahmud, 2003, hlm. 26-27) mengemukakan syarat minimal kemampuan atau keterampilan yang harus dimiliki oleh guru spesialis adalah:

memahami pendidikan luar biasa ditinjau dari segi filosofis, historis, maupun peraturan-peraturan resmi yang mendasarinya, karakteristik-karakteristik siswa, asesmen, diagnosis dan evaluasi, materi dan proses belajar mengajar, perencanaan dan pengelolaan lingkungan belajar mengajar, keterampilan dalam perilaku siswa dan interaksi social,


(17)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komunikasi, kerjasama dan kolaborasi, dan profesionalisme serta etika pelaksanaannya.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sulihandari (2013, hlm. 99-100) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa permasalahan mengenai pembelajaran PAI untuk siswa tunanetra diantaranya:

Tidak adanya pelatihan khusus bagi guru untuk menangani anak berkebutuhan khusus dan tidak adanya pelatihan untuk belajar membaca huruf braille, hal tersebut mengakibatkan kurangnya keterampilan guru dalam mengajar anak berkebutuhan khusus, keterbatasan waktu apabila pembelajaran dilakukan di luar kelas, keterbatasan media yang dimiliki sekolah dan belum tersedianya buku PAI dalam bentuk braille, serta perlu adanya sikap hati-hati dalam menyampaikan materi pelajaran untuk menjaga perasaan tunanetra.

Intelegensi anak tunanetra secara umum tidak mengalami hambatan yang berarti. Hal tersebut dikarenakan anak tunanetra memiliki kemampuan diri untuk melakukan eksplorasi melalui indra peraba, sehingga secara mental mereka dapat menghubung-hubungkan bagian-bagian yang terpisah dari suatu objek atau benda menjadi suatu konsep utuh, akan tetapi apabila seorang guru tidak memiliki keterampilan untuk menangani anak berkebutuhan khusus akan mengakibatkan terjadinya kesulitan yang dialami oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (Delphie, 2009, hlm. 144).

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui dan memperoleh informasi lebih mengenai pembelajaran PAI bagi siswa tunanetra. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul mengenai “MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA” (Studi Deskriptif Tentang

Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: belum tersedianya program yang dirancang secara khusus bagi anak berkebutuhan khusus, kesulitan guru dalam pengelolaan


(18)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran untuk menyampaikan materi PAI yang bersifat konkrit dan pemahaman kepada siswa tunanetra dikarenakan memiliki keterbatasan dalam hal penglihatan, dan belum adanya alat tes yang baku untuk mendiagnosa kemampuan intelegensi anak berkebutuhan khusus terkhusus bagi siswa tunanetra. Sehingga siswa tunanetra memerlukan pembelajaran secara khusus.

C. Rumusan Masalah

Adapun secara khusus dan operasional, masalah-masalah tersebut yang menjadi fokus dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung?

3. Bagaimanakah evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra.

Adapun secara khusus dan operasional, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung.

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung.

3. Mengetahui evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung.

E. Manfaat Penelitian


(19)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara teoritis skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, berupa gambaran model pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) pada siswa tunanetra, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunanetra.

2. Manfaat Praktis

Penyusun berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia pendidikan seperti:

a. Bagi civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk para calon guru pendidikan agama Islam khususnya, dan umum bagi seluruhnya. b. Bagi mahasiswa Program Ilmu Pendidikan Agama Islam, hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber literatur untuk penelitian selanjutnya yang masih terkait dengan tema skripsi ini. c. Bagi lembaga yang diteliti dapat memberi masukan bagi

penyelenggara pendidikan atau sekolah, guru-guru pendidikan agama Islam dan pembuat kebijakan dalam penyusunan kurikulum pendidikan agama Islam dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus.

d. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan rujukan dalam memahami proses pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus.

e. Bagi Penulis, penelitian ini sebagai acuan untuk memperluas pemikiran dan pengalaman penulisan karya ilmiah sekaligus menjadi acuan dan refleksi untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus.


(20)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Struktur Organisasi Skripsi

Agar pembahasan dalam penelitian ini mengarah kepada maksud yang sesuai dengan judul, maka pembahasan ini penulis menyusun menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut:

1. BAB I membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

2. BAB II membahas tentang tinjauan teoretis mengenai model pembelajaran, konsep pendidikan agama Islam, dan teori yang berhubungan dengan model pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus dan siswa tunanetra.

3. BAB III membahas lokasi dan subjek penelitian, pendekatan yang digunakan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, analisa data, dan uji keabsahan data.

4. BAB IV membahas hasil penelitian yaitu perencanaan pendidikan agama Islam, pelaksanaan pendidikan agama Islam, dan evaluasi pendidikan agama Islam di SMPLBN-A Kota Bandung tahun ajaran 2013-2014. 5. BAB V membahas kesimpulan dan rekomendasi dari seluruh aspek

pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di SMPLBN-A Kota Bandung tahun ajaran 2013-2014.


(21)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

Sekolah Luar Biasa Negeri-A Kota Bandung merupakan SLB yang akan dijadikan lokasi oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya. SLBN-A Kota Bandung berlokasi di jalan Pajajaran No. 50-52 Bandung. Lokasi ini peneliti ambil dikarenakan SLBN-A Kota Bandung merupakan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang dikhususkan bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus yaitu tunanetra, sehingga bisa memberikan kemudahan kepada peneliti untuk dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam pada siswa tunanetra.

Selain itu, SLBN-A Kota Bandung merupakan SLB yang tidak hanya mengajarkan pendidikan secara formal di kelas tetapi juga siswa diberikan keterampilan khusus untuk menunjang kehidupan mereka. Di SLBN-A Kota Bandung pun guru-guru yang mengajar sudah sesuai dengan bidang studi masing-masing, sehingga siswa mendapatkan materi pelajaran langsung dari ahlinya.

Subjek informan atau subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab, benar-benar mengetahui, mengetahui, dan banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Adapun subjek informan atau subjek penelitiannya adalah Kepala Sekolah SLBN-A Kota Bandung, staf guru SLBN-A Kota Bandung, dan para siswa SLBN-A Kota Bandung.

Hal tersebut seperti apa yang diungkapkan oleh Arikunto (2006, hlm. 145) bahwa subjek penelitian yaitu “subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti, subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti”. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMPLBN-A Kota Bandung kelas VIII A, B, C, sedangkan yang menjadi subjek sosialnya adalah kegiatan pendidikan agama Islam di SLBN-A Kota Bandung.


(22)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Desain Penelitian

Menurut Nasutiaon (2009, hlm. 23) mengungkapkan bahwa desain penelitian adalah “rencana yang akan dilakukan oleh peneliti dalam hal cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu”.

Desain penelitian kualitatif disusun secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan yang ada di lapangan. Desain penelitian kualitatif tidak disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Menurut menurut Meleong (2012, hlm. 13) hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal:

pertama: tidak dapat dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan. Kedua: tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan berubah. Ketiga: bermacam-macam sistem nilai yang terkait berhubungan dengan cara yang tidak dapat diramalkan. Dengan demikian desain khusus dalam penelitian kualitatif adalah masalah yang telah ditetapkan terlebih dahulu apabila peneliti ke lapangan dapat saja diubah.

C. Pendekatan dan Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan peneliti amati, penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang natinya akan menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan mengenai objek yang diteliti. Pendapat tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip oleh Moleong (2010, hlm. 3), mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif menurut Satori & Komariah (2011, hlm. 22) adalah penelitian yang menekankan pada hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa yang berupa kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori.

Basrowi & Suwandi (2008, hlm. 23) mengemukakan bahwa tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya


(23)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan di mana pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Dengan demikian, Bungin (2008, hlm. 49) menyatakan bahwa penelitian kualitatif bersifat fleksibel, luwes, dan terbuka kemungkinan bagi suatu perubahan dan penyesuaian-penyesuaian ketika proses penelitian berjalan.

Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah bertujuan untuk mengungkapkan data yang ada di lapangan dengan cara menguraikan data yang diperoleh dengan apa adanya sesuai dengan hasil yang didapat pada saat melakukan penelitian. Dengan demikian peneliti akan mendapatkan gambaran umum mengenai realita yang terjadi dalam hal pelaksanaan pendidikan agama Islam di SLBN-A Kota Bandung.

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode deskriptif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Darmadi (2011, hlm. 34) bahwa metode deskriptif adalah metode yang digunakan oleh peneliti yang berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas dan sistematis.

Pendapat lain diungkapkan oleh Suryabrata (2012, hlm. 76) yang mengungkapkan bahwa metode penelitian deskriptif adalah “penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian”. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan oleh Suryabrata (2012, hlm. 76) bahwa penelitian deskriptif itu mengandung arti akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.

Menurut Mahmud (2011, hlm. 10) secara umum dalam penggunaan metode deskriptif akan ditemui langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

Mendeskripsikan masalah penelitian secara tegas, hal tersebut dikarenakan tujuan yang jelas dalam melakukan penelitian dapat mengarahkan peneliti dalam mengumpulkan data-data analisisnya, menentukan prosedur


(24)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian, meliputi sasaran penelitian, teknik penentuan sumber datanya, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, pengolahan data, dan analisisnya, mengumpulkan dan menganalisis data..

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kerancuan dalam pemahaman dan menghindari pemaknaan ganda dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penegasan akan maksud dari judul yang dikemukakan penulis yaitu sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran

Pribadi (2010, hlm. 86) yang mengungkapkan bahwa model adalah “sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut”. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah model pembelajaran dalam desain pembelajaran dengan pendekatan sistem yang meliputi perencanaan pembelajaran PAI, pelaksanaan pembelajaran PAI, dan evaluasi pembelajaran PAI.

2. Pendidikan Agama Islam

Menurut Syahidin (2009, hlm.1) Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:

Sebagai suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran dan diberi nama Pendidikan Agama Islam disingkat PAI. Dalam kurikulum nasional, mata pelajaran PAI merupakan mata pelajaran wajib di sekolah umum sejak TK sampai Perguruan Tinggi.

Dalam penelitian ini yang dimaksud Pendidikan Agama Islam adalah upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam menanamkan nilai-nilai keislaman kepada peserta didik, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Tunanetra

Tunanetra menurut Hosni (Silaen, 2009, hlm. 14) biasanya disebut sebagai kebutuhan khusus yang dialami oleh seseorang yang berhubungan


(25)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan penglihatan. Mereka yang penglihatannya terganggu sehingga bisa menghalangi dirinya untuk melakukan sesuatu jika tidak dibantu dengan alat khusus, material khusus, latihan khusus dan bantuan khusus.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tunanetra adalah siswa yang mengalami gangguan yang berhubungan dengan penglihatan di SMPLB-A Kota Bandung yang beralamat di Jl. Pajajaran No. 50-52 Bandung yang merupakan sekolah yang diperuntukkan khusus bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan dalam hal penglihatan.

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012, hlm. 305) yang mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Hal senada juga disampaikan oleh Nasution (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 306) menurutnya:

Dalam penelitian kualitaif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.

Menurut Mahmud (2011, hlm. 90) dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan alat pengumpul data yang paling utama, sehingga dalam penelitian ini penelitilah sebagai instrumen melalui pengamatan, peneliti juga menjadi bagian fokus masalah yang diteliti. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan oleh Satori & Komariah (2011, hlm. 61) yang mengungkapkan bahwa sebagai instrumen kunci peneliti harus dibekali kemampuan dalam metode penelitian


(26)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kualitatif dalam artian peneliti harus benar-benar memiliki integritas yang tidak diragukan lagi sebagai peneliti.

Putra & Lisnawati (2012, hlm. 22) menyebutkan karena peneliti adalah instrumen utama maka selama penelitian berlangsung, ia harus hadir dalam latar penelitian untuk mengamati, ikut serta melakukan wawancara mendalam untuk mengeksplorasi fokus penelitian dan membangun keakraban dan tidak menjaga jarak sebagaimana peneliti kuantitatif.

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah terfokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara (Sugiyono, 2012, hlm. 307).

F. Uji Keabsahan Data

Menurut Emzir (2011, hlm. 79-81) “tingkat kebermaknaan proses maupun hasil penelitian kualitatif tergantung kepada; (1) kredibilitas (validitas internal), (2) transferabilitas (eksternal), (3) defendabilitas (reliabilitas), dan (4) konfirmabilitas (objektivitas)”. Adapun penjelasan dari keempat hal tersebut ialah sebagai berikut:

1. Kredibilitas (Validitas Internal)

Menurut Emzir (2011, hlm. 79) kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam penelitian tersebut. Kredibilitas secara lebih sederhana digambarkan sebagai kecocokan antara konsep peneliti dengan konsep sumber penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 270) uji kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Perpanjangan pengamatan. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 369) dengan melakukan perpanjangan pengamatan akan menjadikan hubungan antara peneliti dan narasumber akan semakin akrab, semakin terbuka, dan saling mempercayai. Dengan keadaan yang demikian


(27)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan membuat narasumber tidak akan menyembunyikan informasi kepada peneliti. Sehingga kehadiran peneliti tidak akan mengganggu perilaku yang dipelajari. Menurut Bungin (2007, hlm. 254) dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti menjadi hal yang sangat utama, hal tersebut dikarenakan peneliti sendiri yang melakukan wawancara dan observasi dengan narasumbernya dengan demikian peneliti mempunyai waktu yang cukup lama dengan nara sumber.

b. Triangulasi, yakni peneliti melakukan pengecekan kebenaran data dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari responden yang lain. Sedangkan menurut Sugiyono (2012, hlm. 372) triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat beberapa teknik triangulasi diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Triangulasi Sumber Data

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2012, hlm. 373). Adapun menurut Sutopo (2006, hlm. 93) triangulasi sumber merupakan cara mengarahkan peneliti dalam mengumpulkan data wajib menggunakan beberapa sumber data.

Guru Teman

Orang Tua

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data 2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya data yang diperoleh dengan cara wawancara kemudia dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner (Sugiyono, 2012, hlm.


(28)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

373). Senada dengan itu, Sutopo (2006, hlm. 95) menyebutkan bahwa triangulasi ini ditekankan penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda.

Wawancara Observasi

Kuesioner/dokumen

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik 3) Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu juga diberikan karena waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan pada pagi hari di saat kondisi masih segar, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel (Sugiyono (2012, hlm. 374).

Siang Sore

Pagi

Gambar 3.3 Triangulasi Waktu Pengumpulan Data

c. Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkelanjutan, dengan demikian kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis, dengan melakukan peningkatan ketekunan peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang ditemukan salah atau tidak (Sugiyono, 2012, hlm. 270). Senada dengan itu Bungin (2007, hlm. 254) menyatakan bahwa untuk memperoleh derajat keabsahan tinggi, maka harus dilakukan peningkatan ketekunan.

d. Menggunakan bahan referensi, bahan referensi digunakan untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Contohnya saja


(29)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data hasil wawancara harus didukung dengan rekaman wawancara. Dengan menggunakan bahan referensi data yang ditemukan akan lebih dipercaya (Sugiyono, 2012 hlm. 271).

e. Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Member check bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan kenyataan yang diberikan oleh pemberi data. Pelaksanaan member check dapat dilaksanakan setelah satu periode pengumpulan data selesai atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan (Sugiyono, 2012 hlm. 271). Member check adalah bentuk konfirmasi yang dilakukan oleh peneliti kepada pemberi data, apabila terjadi kekeliruan dapat segera diperbaiki dan apabila terdapat kekurangan dapat ditambah dengan informasi yang baru.

2. Transferabilitas (Validitas Eksternal)

Menurut Emzir (2011, hlm. 70) dalam penelitian kualitatif atau sering disebut penelitian naturalistik, transferabilitas dapat diartikan sejauh mana hasil penelitian yang diungkapkan dapat digeneralisasikan atau ditransfer kepada konteks atau setting yang lain. Hal senada diungkapkan oleh Sugiyono (2012, hlm.376) bahwa transferabilitas adalah sejauh mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.

3. Defendabilitas (Reliabilitas)

Defendabilitas menurut Nasution (2009, hlm. 150) adalah kecocokan hasil penelitian apabila dilakukan penelitian ulang oleh peneliti yang lain, tetapi tetap menggunakan metode yang sama atau kekonsistenan penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 377) defendabilitas adalah suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/ mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji defendabilitas dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.


(30)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Konfirmabilitas (Objektivitas)

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 277) dalam penelitian kualitatif confirmability dinamakan dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif jika hasil penelitian telah disepekati banyak orang. Uji confirmability ini mirip dengan uji dependability sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang akurat, maka diperlukan teknik pengumpulan data agar data yang dihasilkan bisa dikatakan valid, objektif, dan tidak menyimpang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Peneliti menggunakan teknik observasi dalam mengumpulkan data penelitian. Observasi sendiri memiliki arti metode atau cara menganalisis atau mengadakan pencatatan mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Menurut (Basrawi & Suwandi, 2008, hlm. 94) teknik ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langung keadaan dilapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.

Menurut Satori (2010, hlm. 105) observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian, secara langsung adalah terjun ke lapangan sedangkan secara tidak langsung adalah pengamatan yang dibantu melalui media visual/ audiovisual, misalnya teleskop, handycam, dan lain-lain.

Menurut Hadi (Sugiyono, 2012, hlm. 145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompeks, suatu proses yang tersusun dari berbagai aspek psikologis dan biologis. Hal yang terpenting dalam proses pengamatan ialah ingatan. Observasi terbagi menjadi dua macam yaitu observasi participant dan observasi nonparticipant.


(31)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melalui observasi peneliti dapat melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan, bagaimana teori digunakan langsung, dan sudut pandang responden yang mungkin tidak tercungkil lewat wawancara atau survai (Alwasilah, 2012, hlm. 110).

Peneliti menggunakan teknik observasi nonparticipant dalam melakukan penelitiannya, menurut Sugiyono (2011, hlm. 311) nonparticipant peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut, dalam artian peneliti hanya berperan sebagai pengamat saja tanpa ikut ambil bagian atau terjun langsung dalam pelaksanaannya. Teknik observasi ini digunakan untuk mencari data tentang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPLBN-A Kota Bandung.

Menurut Satori (2010, hlm. 107) suatu objek hanya dapat diungkap datanya apabila peneliti menyaksikan langsung, sehingga dalam penelitian kualitatif observasi perlu untuk dilakukan untuk mengetahui gerak dan gerik, sikap, suasana, dan kesan yang akan ditangkap setelah melakukan observasi.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu (Basrowi & Suwandi, 2008, hlm. 127). Melalui wawancara peneliti dapat mengetahui informasi secara mendalam, dan dapat mengajukan pertanyaan susulan, serta responden dapat menceritakan kejadian masa lalu dan mendatang (Alwasilah, 2012, hlm. 110).

Menurut Patilima (2011, hlm. 68) penggunaan metode wawancara berfungsi untuk menggali apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian dan dapat menanyakan hal-hal yang bersifat lintas waktu yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang.


(32)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 316) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data sebagai studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

Wawancara terbagi menjadi dua yitu wawncara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Adapun wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara terstruktur, menurut Meleong (2007, hlm. 190) wawancara terstruktur adalah pewawancara menetapkan sendiri masalah dan menentukan sendiri pertanyaan yang akan diajukan, jenis wawancara seperti dilakukan apabila jumlah sampel representatif ditanya dengan pertanyaan yang sama.

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh, sehingga dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah disiapkan (Sugiyono, 2011, hlm. 320).

Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang pelaksanaan PAI di SLBN-A Kota Bandung. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti dengan kepala sekolah, guru pendidikan agama Islam, Wali Kelas, dan tenaga kependidikan yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian.

3. Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan (Basrawi & Suwandi, 2008, hlm. 158). Menurut Bungin (2007, hlm. 121) dokumentasi merupakan salah satu metode


(33)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengumpulan data untuk menelusuri data historis yang tersedia dalam bentuk surat-surat, catatan harian, laporan, dan lain-lain.

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian dan ditelaah secara berkelanjutan sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan, studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara sehingga hasil observasi dan wawancara dapat dipercaya dengan adanya studi dokumen (Satori, 2010, hlm. 149).

Studi dokumen dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data mengenai jumlah keseluruhan peserta didik, guru, tenaga kependidikan, letak geografis, dan data-data lainnya yang diperlukan sebagai hasil dari penelitian yang dapat dijadikan bukti dalam melakukan penelitian, sehingga data yang dihasilkan bisa dipertanggungjawabkan.

H. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan selesai di lapangan. Menurut Nasution (Sugiyono, 2012, hlm. 336) menyatakan bahwa “analisis dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Adapun teknik yang digunakan untuk menganalisis data diperoleh dari hasil wawancara, hasil observasi dan hasil dokumentasi dengan cara dideskripsikan atau digambarkan secara narasi sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

Pada prinsipnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data (Meleong, 2012, hlm. 209). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data dengan menggunakan model analisis data Miles & Huberman, di mana Miles & Huberman (Emzir, 2011, hlm. 129-135) menyebutkan ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu:


(34)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Reduksi Data

Menurut Emzir (2011, hlm. 129) reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi dan pertransformasian “data mentah” yang terjadi dalam catatan lapangan tertulis. Reduksi data terjadi secara berkelanjutan. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara, sehingga kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.

Agar lebih mudah dalam penyusunan laporan penelitian, peneliti menggunakan koding data terhadap penelitian. Koding adalah pemberian kode dan membagi-bagikan data yang telah terkumpul dalam satu kelompok, sehingga nantinya akan terbentuk kategorisasi. Moleong (2010, hlm. 27) mengungkapkan bahwa “koding adalah proses membuat kategorisasi data kualitatif dan juga menguraikan implikasi dan rincian dari kategori-kategorinya”.

Koding digunakan terhadap data yang telah diperoleh seperti koding untuk jenis pengumpulan data (Wawancara = W, Observasi = O, Studi Dokumen = D). Koding untuk responden (Kepala Sekolah = KS, Wali Kelas = WK, Siswa = SW, Guru Agama = GA). Untuk lokasi observasi (Ruang Kelas = RUK, Ruang Kepala Sekolah = RKS). Selanjutnya kategorisasi dalam penelitian ini didasarkan pada istilah-istilah pengumpulan data di lapangan serta setelah semua data terkumpul.

Kategorisasi dalam penelitian ini yakni perencanaan pembelajaran (PP), proses pelaksanaan (PL), pelaksanaan evaluasi (PE). Kategorisasi tersebut didapatkan berdasarkan pada istilah-istilah pengumpulan data di lapangan setelah keseluruhan data terkumpul melalui teknik pengumpulan data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi


(35)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu (Sugiyono, 2012, hlm. 338).

2. Display Data

Menurut Emzir (2011, hlm. 131) langkah kedua yang harus dilakukan dari rangkaian kegiatan analisis data adalah display data. Display didefinisikan sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk yang paling sering dari display data kualitatif selama ini adalah teks naratif.

3. Penarikan/ Verifikasi Kesimpulan

Langkah ketiga dari aktivitas analisis data adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai memutuskan apakah makna sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal dan proposisi-proposisi. Peneliti yang kompeten dapat menangani kesimpulan-kesimpulan ini secara jelas, memelihara kejujuran dan kecurigaan (skeptisme) (Emzir, 2011, hlm. 133).

I. Tahapan Penelitian

1. Tahap pra lapangan, yang meliputi:

a. Menyusun proposal penelitian

b. Melakukan studi pendahuluan ke SLBN-A Kota Bandung

c. Mengurus perizinan (surat-surat) ke Prodi IPAI, Fakultas FPIPS, dan Rektor melalui BAAK, surat diserahkan kepada Badan Kesbang Provinsi Jabar kemudian dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Provinsi Jabar, setelah itu diserahkan kepada Kepala Sekolah SLBN-A Kota Bandung untuk mendapatkan izin penelitian


(36)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Melihat situasi dan objek penelitian

e. Memilih dan memanfaatkan informan, yaitu Guru PAI, Kepala Sekolah, siswa kelas VIII SMPLB di sekolah yang dijadikan objek penelitian.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian, berupa instrumen, alat dokumentasi, dan menyangkut persoalan etika penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:

a. Memahami latar dan lokasi penelitian serta persiapan diri. b. Memasuki lapangan untuk melakukan penelitian

c. Menghubungi Guru PAI di SMPLBN-A Kota Bandung, dan menentukan waktu penelitian untuk melakukan observasi dan wawancara serta dokumentasi.

d. Melakukan observasi, wawancara serta pengumpulan data lainnya. e. Mencatat hasil penelitian, berupa wawancara, observasi, maupun

dokumentasi.

3. Tahap analisis data, yang meliputi:

1) Analisis data yang diperoleh, selama dan setelah pengumpulan data. 2) Trianggulasi data

3) Member check

4) Penarikan kesimpulan


(1)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http://lailiartileri.blogspot.com/2013/04/konsep-dasar-anak-berkebutuhan-khusus.html.

Asril, Z. (2010). Micro Teaching: disertai dengan pedoman lapangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Basrawi, & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, B. (2008). Analisis Data Peneltian Kualitatif. Jakarta: PT. Rajawali Pers. Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Daradjat, Z. (2008). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA. Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting

Pendidikan Inklusi). Bandung: PT Refika Aditama.

Delphie, B. (2009). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting

Pendidikan Inklusi). Bandung: PT. Refika Aditama.

Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Direktorat Pembinaan Sekolah Luar

Biasa (Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus). Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Efendi, M. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Efendi, M. (2009). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Hakim, L. (2011). Pendidikan Agama Islam bagi siswa Tunanetra. Skripsi Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak Diterbitkan.


(2)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Juliawan, I. (2011). Pengajaran Teknik melindungi Diri (Self Protective

Techniques) pada Siswa Tunanetra Kelas 1 SDLB di SDLBN A Citeureup Cimahi. Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Kemis, & Rosnawati, A. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Tunagrahita. Jakarta: PT. Luxima Metro Media.

Kholidah, S. (2012). Manajemen Kelas PAI bagi Anak Berkebutuhan Khusus

(Studi Kasus di SDLB ABC Kendal). Skripsi Jurusan Kependidikan Islam

Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang: Tidak Diterbitkan.

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Kosasih, E. (2012). Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Yrama Widya.

Kunandar. (2009). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Mahmud, M. (2003). Layanan Bimbingan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di

Sekolah Dasar Wilayah Kota Bandung. Tesis Program BP-BAK PPs

Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. Majid, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Majid, A., & Andayani, D. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Meleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Meleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2008). Peraturan Menteri


(3)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa dan Tunalaras. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Muhaimin. (2008). Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. (2009). Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah, Madrasah, dan

Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Mujib, A., & Mudzakir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Mulyasa. (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan

Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, M. (2009). KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nasih, A. M., & Kholidah, L. N. (2009). Metode dan teknik Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Refika Aditama.

Nasution. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Nugroho, H. W. (2012, Desember 29). Harapan 2013: Mari Memperjuangkan

Hak-hak Sahabat Disabilitas Demi Masa Depan Indonesia Yang Lebih Baik.

Retrieved Mei 27, 2014, from BENITORAMIO: http://benitoramio-

nugroho.blogspot.com/2012/12/harapan-2013-mari-memperjuangkan-hak_29.html

Patilima, H. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Prawiradilaga, D. S. (2012). Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pribadi, B. A. (2010). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Putra, N., & Lisnawati, S. (2012). Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ramayulis. (2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Repi, T. (2013, September 29). Macam-macam Metode Pembelajaran bagi

Tunanetra di Sekolah Luar Biasa. Retrieved Juli 6, 2014, from Guru


(4)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http://gurusertifikasiplb.blogspot.com/2013/09/macam-macam-metode-pembelajaran-bagi.html

Riyanto, Y. (2010). PARADIGMA BARU PEMBELAJARAN. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Satori, D. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. Sauri, S. (2006). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: PT Genesindo.

Silaen, D. H. (2009). Peningkatan Ketepatan Keterarahan Wajah Anak Tunanetra

melalui Latihan Lokalisasi Suara (Eksperimen Subjek Tunggal pada Siswa Kelas D2 SLB-A Negeri Kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Luar

Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Sipahutar, K. S. (2011). Penggunaan Tongkat pada Siswa Tunanetra dalam

Bepergian Secara Mandiri (Studi Deskriptif Kualitatif terhadap Siswa Tunanetra di SLB Negeri A Kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Luar

Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Smith, J. D. (2012). Inclusion School For All Student. (M. Sugiarmin, Ed., & N. E. Denis, Trans.) Bandung: Nuansa.

Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama. Sonnie, F. K. (2013, September 22). Cara Mengatasi Anak dengan Gangguan

Penglihatan (Tunanetra) Agar Berhasil dalam Pendidikan Inklusi. Retrieved

Mei 20, 2014, from Tiada Hari Tanpa Belajar, Belajar dan Belajar:

http://kresinda.blogspot.com/2013/09/cara-mengatasi-anak-dengan-gangguan.html

Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Landasan Pendidikan. Bandung: -.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi

(Mixed Methods). Bandung: Alfbeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


(5)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sujiono, Y. N. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.

Sulaemah, S. (2005). Pendidikan Agama Islam bagi tunanetra di Panti

Rehabilitasi Sosial bina Cacat Netra Djati Malang. Skripsi Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang: Tidak Diterbitkan.

Sulihandari, H. (2013). Pendidikan Agama Islam Berbasis Inklusi bagi Siswa

Tunanetra di SMA Negeri 1 Sewon Bantul. Skripsi Pada Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.

Sumarna, E. (2009). KUMPULAN HADIS TA'LIM MUTA'ALLIM Sebuah Konsep

Tentang Ilmu dan Ta'lim dalam Persepektif Sunnah. Bandung: IPAI Press.

Supariyadi, d. (1982). Mengapa Anak Berkebutuhan Khusus Perlu Mendapat

Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka.

Suryabrata, S. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Sutopo. (2006). Metodelogi Penelitian kualitataif. Surakarta: Universitas Sebelas

Maret.

Suyanto, S. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Hikayat. Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam al-Qur'an. Bandung: CV

Alfabeta.

Tafsir, A. (2011). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tafsir, A. (2012). Ilmu Pendidikan ISlami. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tarman. (2009). Pembelajaran Citra Tubuh dengan Metode Drill bagi Anak

Tunanetra Kelas D1 SLB-A Negeri Bandung (Penelitian Tindakan Kelas).

Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar

Bahasa Indonesia Edisi Ke Empat (Ke Empat ed.). Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.


(6)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. (2013). Himpunan Peraturan

Perundang-undangan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:

Fokusmedia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI.

Wahman, B. U. (2012, Januari 3). Aksesbilitas Penyandang Disabilitas dalam

Ketenaga Kerjaan Masih Rendah . Retrieved April 25, 2014, from Bintang

Budi: http://bintangbudi2.blogspot.com/2012/01/aksesbilitas-penyandang-disabilitas.html

Wibisono, A. N. (2014, Maret 21). Kesetaraan Hak Pilih Untuk Penyandang

Disabilitas. Retrieved April 25, 2014, from Adhe Nuansa Wibisono:

htttp://www.anwibisono.com/2014/03/kesetaraan-hak-pilih-untuk-penyandang.html.

Wijaya, A. (2013). Teknik Mengajar Siswa Tunagrahita (Disabilitas