PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KELUARGA MUSLIM USIA PRA SEKOLAH DI RT 01 RW 01 DESA NGEMBAL KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN SKRIPSI OLEH: KHOLIFAH

NIM. 02110311

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG MALANG 2007

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KELUARGA MUSLIM USIA PRA SEKOLAH DI RT 01 RW 01 DESA NGEMBAL KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) Pada Program Strata Satu (S1) Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang OLEH: KHOLIFAH

NIM. 02110311

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG MALANG 2007

LEMBAR PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KELUARGA MUSLIM USIA PRA SEKOLAH DI RT 01 RW 01 DESA NGEMBAL KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN SKRIPSI OLEH: KHOLIFAH

NIM. 02110311

Telah disetujui pada tangga………….september 2007

Oleh dosen pembimbing

Drs. Bashori NIP. 150 209 994

Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M. Pd.I NIP. 150 267 235

HALAMAN PENGESAHAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KELUARGA MUSLIM USIA PRA SEKOLAH DI RT 01 RW 01 DESA NGEMBAL KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh: Kholifah (02110311)

Telah dipertahankan di depan dewan penguji dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu sarjana pendidikan islam

(S. Pd. I) pada tanggal 3 Oktober 2007 Panitia ujian

Ketua Sidang, Skertaris Sidang,

Drs. A. Zuhdi

Drs. Bashori NIP. 150 275 611 NIP. 150 209 994

Penguji utama

Pembimbing,

Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony

Drs. Bashori

NIP. 150 042 031 NIP. 150 209 994

Mengesahkan Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony

NIP. 150 042 031

MOTTO

;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& t⎦⎪Ï%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ª!$# Æìsùötƒ

( ∩⊇⊇∪ : ﺔ دﺎﺠ ا ) ×Î7yz tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ ª!$#uρ 4

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Mujadillah: 11).

PERSEMBAHAN

Atas ridho Allah SWT karya persembahan kepada: Bapak ibu dan kedua mertuaku yang senan tiasa memberikan kasih sayangnya secara lahir dan batin, serta selalu memberikan motivasi yang tiada henti saudara dan keponakanku (mb’ ika, c’tir dan angel) serta keluarga besarku penyumbang aspirasi yang tak pernah membuat

putus harapanku. Sahabat senasib seperjuangan “Be Fresh” Fatir, Epo, Guwendut, Widad, Inul, Cenul, Ijur, Po’ayuk, Qomar, Ulil, Ihya’, Dk, Rahul, Mashudi

yang selalu menyertai canda tawaku. Temen-temen dahlie, Bywood pengisi hari-hariku. Sahabat dekat dimata jauh dihati Nova. Nopek&Hasan Alm semoga kalian diterima disisinya amin. Thanks to maskur&Nanik. Antara cita dan asa semangat juangku serta yang tak pernahku tau sekalipun adalah bagian dari proses pendewasaanku.

Seseorang yang selama ini banyak berkorban dan berjuang sampai akhir

studyku, serta kasih sayangnya sampai detik ini (insyaAllah dunia Akhirat) tetap abadi (tak lain suamiku tercinta” Ms Mawan”). Wahai Dzat yang maha tahu dan maha kasih jadikanlah ini amal ibadahku Amiiiin.

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan Salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang telah membawa petunjuk kebenaran seluruh umat manusia yaitu Agama Islam yang kita harapkan syafaatnya di dunia dan di akherat.

Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini sehingga dapat tersusun dengan dan terselesaikan dengan lancar, kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Malang.

2. Bapak prof. Dr. HM. Djunaidy Ghony selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Negeri Malang.

3. Bpk. Drs. Bashori selaku pembimbing yang telah meluangkan banyak waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan pada penulis, dengan penuh kesabaran dan kebijakan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.

4. Bapak H. M. Chasan, selaku Kepala Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi.

5. bapak ibu tercinta dan kedua mertuaku yang telah memberikan ketulusan cinta dn dukungan moril maupun spirituil serta do’a yang tak terhingga untukku.

6. dan segenap keluarga besar beserta teman-temanku semua yang tak bisa kusebut satu per satu terimah kasih atas bantuan yang diberikan kepadaku.

7. suamiku tersayang yang tiada henti-hentinya memberikan dukungan dan semangat.

Kami menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bijak dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi sempurnanya tulisan ini. Akhirnya, semoga tulisan sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca. Amin.

Malang, September 2007 Penulis

ABSTRAK

Kholifah, 2007, Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Anak Keluarga Muslim Usia Pra Sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, Skripsi, Jurusan PAI, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Malang. Dosen Pembimbing: Drs. Bashrori, M. Ag.

Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam, Anak Keluarga Muslim, Usia Pra Sekolah.

Pendidikan agama Islam sangat penting untuk diberikan sejak dini terhadap anak. Terutama dalam menghadapi era globalisasi saat ini, dimana sulit menentukan mana yang baik dan buruk, mana etika ketimuran dan kebarat- baratan, mana budaya yang lebih santun dan amoral dan sebagainya. Maraknya, tawaran gaya hidup glamor, pakaian (fashion), hiburan (fun), film-film porno, tayangan sadisme yang dipertontonkan TV, sudah menjadi konsumsi masyarakat sehari-hari dan tidak jarang anak-anak menjadi korban akibatnya. Akibatnya, berapa banyak anak-anak yang mati akibat tayangan televisi yang tidak terfilterisasi, remaja yang mengkonsumsi ganja, pil (narkotika), hubungan bebas (free sex), tersebarnya virus HIV dan sebagainya. Semua ini, bila tidak diperhatikan dengan serius akan merugikan tunas generasi muslim masa depan, yang benar-benar menjadikan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai pokok pijakan dalam mengarungi hiudpnya. Oleh karena itu, sejak dini sudah seharusnya menanamkan nilai- nilai kearifan, ajaran-ajaran dan pendidikan agama Islam pada anak-anak dengan cahaya al-Qur’an dan as-Sunnah perikehidupan Rasulullah SAW dan sebagainya.

Dari fenomena di atas, terdapat tiga rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: (a) bagaimana pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan? (b) problematika pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan? (c) bagaimana model pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan? Dan bertujuan untuk: (a) mendeskripsikan pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan; (b) memetakan problem-problem pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan; (c) menemukan model pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, dengan enam subjek penelitian, diantaranya: dua orangtua muslim, dua pendidik agama Islam (Ustadz-ah/guru ngaji) dan dua anak dari keluarga muslim. Proses pengambilan data dilakukan sejak bulan Januari 2007 sampai Mei 2007, dengan wawancara terstruktur, observasi partisipan dan metode dokumentasi, yang dilakukan secara berkala, fokus masalah dan berkesinambungan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan, bahwa: (a) Pelaksanaan pendidikan agama Islam bagi anak-anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, secara garis besar sudah berjalan dengan baik dan cukup mendapat perhatian serius dari orangtua dan para guru ngaji (ustadz-ah) dan hal itu sudah dimulai sejak anak-anak dalam usia dini, meski ditemukan sedikit orangtua yang sama sekali tidak peduli terhadap pendidikan Islam anak-anaknya; (b) Problematik atau faktor penghambat adanya pendidikan agama Islam di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, adalah adanya Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan, bahwa: (a) Pelaksanaan pendidikan agama Islam bagi anak-anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, secara garis besar sudah berjalan dengan baik dan cukup mendapat perhatian serius dari orangtua dan para guru ngaji (ustadz-ah) dan hal itu sudah dimulai sejak anak-anak dalam usia dini, meski ditemukan sedikit orangtua yang sama sekali tidak peduli terhadap pendidikan Islam anak-anaknya; (b) Problematik atau faktor penghambat adanya pendidikan agama Islam di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, adalah adanya

01 Desa Ngembal selama ini masih dilakukan dengan cara tradisional, yaitu dengan cara ceramah, memberikan keteladanan dan contoh-contoh, metode perintah dan larangan, metode nasihat dan belum cukup beragam sistem-sistem yang dilaksanakannya, baik itu bersifat metode mendidik secara kelompok (mutual education), metode instruksi, metode bimbingan dan konseling, metode perumpamaan dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama Islam memang benar-benar perlu diperhatikan saat ini, terutama dalam menghadapi era globalisasi, yang merupakan era pasar bebas dan sekaligus persaingan bebas dalam produk material dan jasa. Siapa pun kalau tidak siap bersaing, berpikir dan bergerak cepat, akan terasingkan atau malah tergilas oleh roda globalisasi yang sangat cepat dan dinamis. Dalam kondisi inilah, dibutuhkan berbagai benteng lahir dan batin untuk menghadapi berbagai kemungkinan perubahan ke arah positif dan negatif. Pendidikan agama Islam sebagai bentuk bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama

Islam, menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 1 Diharapkan, bisa menjadi pegangan kuat dalam menghadapi kemungkinan

1 Achmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al Ma’arif, 1974), hlm.

peperangan akidah masyarakat, agar tetap menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman terbaik hidup.

Bukti konkrit misalnya, awalnya untuk membangun basis ekonomi masyarakat yang kuat sangat mengandalkan pada modal uang (money capital), selanjutnya berevolusi pada human capital, yakni SDM yang menguasai iptek (to know) dapat mengerjakan tugas secara profesional (to do) serta berperilaku dan berkepribadian mandiri (to have). Pada perkembangan selanjutnya, kedua kapital tersebut kini masih dianggap kurang memadai dan justru masyarakat sangat

membutuhkan adanya social capital yang kokoh. 2 Social capital adalah sikap amanah (trust), atau masyarakat yang saling percaya dan bisa dipercaya. Karena

itu, paradigma pendidikan saat ini bukan hanya menekankan pada to know, to do dan to behave saja, melainkan juga lebih menekankan pada to live togheter dan learn to learn atau berusaha belajar dari pengalaman hidup sendiri. Terutama, sebagai upaya adanya pelaksanaan pendidikan agama Islam yang aplikatif dan tepat.

Pergesekan globalisasi di bidang budaya, etika dan moral sebagai akibat dari kemajuan teknologi, terutama di bidang informasi. Melalui media massa yang canggih, menyebabkan peran guru dan orangtua pada umumnya sudah mulai bergeser. Anak atau siswa saat ini telah mengenal berbagai sumber pesan pembelajaran, yaitu: (1) guru yang bersifat pedagogis; (2) buku-buku yang bersifat pedagogis dan terkontrol oleh orangtua dan guru; (3) buku-buku bacaan ada yang terkontrol oleh guru atau orangtua dan ada yang tidak; (4) surat kabar adalah sumber pesan pembelejaran yang tidak terkontrol; (5) majalah, tidak

2 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya: Pustaka Pelajar dan PSAPM, 2004), hlm. 285.

terkontrol; (6) radio, tidak terkontrol; (7) film, tidak terkontrol dan (8) televisi, yang tidak terkontrol. Bila sumber-sumber pesan pembelajaran tidak terkontrol ini sampai kepada anak-anak dan masyarakat, secara tidak sadar akan mengakibatkan

perubahan budaya, etika dan moral suatu bangsa. 3

Masyarakat yang semula merasa asing dan bahkan tabu terhadap model- model pakaian (fashion), hiburan (fun), film-film porno dan tayangan sadisme yang dipertontonkan TV atau tabu dengan bacaan dan gambar porno yang dimuat di surat kabar dan majalah, malah kemudian menjadi biasa-biasa saja (permissive) atau justru ikut menjadi bagian dari hal itu, bahkan tidak jarang anak-anak menjadi korban tayangan-tayangan yang tidak terfilterisasi oleh norma budaya setempat. Sebagai akses dari pesan-pesan pembelajaran tidak terkontrol tersebut adalah munculnya sikap sadisme, kekerasan, pemerkosaan, bunuh-membunuh dan sebagainya dikalangan masyarakat kita. Coba hitung berapa banyak anak-anak di bawah umur, yang mati akibat tayangan smack down atau kartun sin chan, remaja yang mengkonsumsi ganja, pil (narkotika), anak yang berusaha membunuh orangtua dan saudara kandungnya sendiri, orangtua yang memperkosa anak kandungnya sendiri, orang-orang yang bunuh diri tanpa sebab, adanya hubungan bebas (free sex) dan tersebarnya virus HIV dikalangan remaja, aborsi, pertengkaran pelajar dan sebagainya. Karena itu, tidak heran jika pada saat ini masyarakat sering menghadapi model kehidupan paling kontroversial, yang dapat dialami dalam waktu yang sama dan dapat ditemui dalam pribadi yang sama, yaitu: antara kesalehan dan keseronohan, antara kelembutan dan kekerasan, antara koruptor dan dermawan, serta antara masjid dan mall, yang keduanya terus

3 Ibid., hlm. 287.

menerus berdampingan satu sama lain. Bila hal ini terus terjadi dan tidak diimbangi dengan pembelajaran akidah, moral, akhlak atau pendidikan agama yang baik dan aplikatif, tidak menutup kemungkinan bangsa ini secara perlahan

akan hancur dan musnah dari muka bumi ini. 4 Pendidikan agama Islam, menurut Hasan Langgulung adalah pendidikan

yang didasarkan pada sumber-sumber ajaran Islam, yaitu kitab Allah (al-Qur’an), sunnah, perkataan sahabat, kemaslahatan sosial, nilai-nilai dan kebiasaan sosial,

serta pemikir-pemikir Islam. 5 Al-Syaibany dan Langgulung juga menyatakan, bahwa didalam pendidikan agama Islam bukan sekedar ajakan kembali terhadap

pemeliharaan peninggalan masa lalu, tetapi adalah ajakan kepada suatu sumber yang hidup, dinamis, berkembang dan progresif sepanjang masa. Ia memiliki fleksibilitas pada prinsip-prinsip umumnya yang berkenaan dengan penyusunan

kehidupan manusia dan menyebabkan ia sesuai bagi setiap waktu dan tempat. 6

Forma berpikir di atas, menunjukkan bahwa pendidikan agama Islam tidak sekedar regresif dan konservatif terhadap produk pemikiran para pendahulunya dalam al-Qur’an dan al-Hadits, tetapi juga berusaha melakukan kontekstualisasi dan verifikasi atau falsifikasi sesuai dengan tuntutan lingkungan dan kebutuhan zamannya, karena kembali kepada Islam berarti kembali kepada sumber-sumber atau prinsip-prinsip umumnya yang hidup dinamis dan fleksibel. Selain itu, diperlukan kajian kritis terhadap pemikiran-pemikiran non muslim untuk tidak terjebak ke dalam pemikiran atau pendidikan yang tidak Islami. Bila kondisi ini

4 Ibid., hlm. 288. 5 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif,

1980), hlm. 187. 6 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Husna, 1988), hlm. 43.

dapat diterapkan dengan baik dan benar, maka akan terlahir generasi muslim dan anak-anak yang kritis dan siap menghadapi berbagai tantangan zaman.

Di dalam al-Qur’an dan hadits Nabi SAW, dinyatakan bahwa agama (tauhid/keimanan kepada Allah SWT) merupakan fitrah atau potensi dasar bagi manusia (anak). Tugas pendidik dan orangtua adalah mengembangkan dan atau membantu tumbuh suburnya fitrah tersebut pada anak, agar mereka mampu mengaktualisasikan imannya melalui amal-amal saleh untuk mencapai prestasi takwa. Pendekatan keagamaan dalam pendidikan anak dimaksudkan bagaimana cara pendidik dan orangtua memproses anak melalui bimbingan, latihan, atau pengajaran keagamaan, termasuk didalamnya mengarahkan, mendorong dan memberi semangat anak agar selalu taat dan patuh kepada orangtua dan guru,

berbudi pekerti luhur serta memiliki cita rasa keberagamaan Islam yang kuat. 7 Menurut Zakiah Darajat, bahwa perkembangan agama pada anak sangat

ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa- masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) umur 0-12 tahun. 8 Masa ini

merupakan masa yang sangat menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan agama anak untuk masa berikutnya karena hal yang paling berperan dalam hal ini adalah orangtua dalam keluarga dan lingkungan. Cara orangtua mendidik dan membesarkan anak semasa kecil, nantinya akan menetukan segala hal yang akan membentuk sifat, karakter dan tempramen anak, karena pengalaman yang di dapat di waktu kecil oleh anak akan membekas dan mempengaruhi pola sikap dan karakter pada saat dewasa. Karena itu, anak yang tidak pernah mendapat didikan

7 Ibid., Op.Cit, hlm. 291. 8 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang: 1999).

agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka setelah dewasa ia akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama dan sebaliknya. 9

Anak-anak yang sudah memasuki usia 5-12 tahun, ketika orangtua tidak mampu memberikan pengajaran agama sendiri, sebaiknya pada masa ini orangtua mulai menyerahkan pendidikan anaknya ke sekolah, madrasah atau kepada guru (ustadz) yang memahami ilmu-ilmu keagamaan dengan baik, baik itu dilembaga setingkat TPQ, madrasah diniyah atau tempat pengajian lain yang dinilai representatif bagi anak. Karena itu, guru atau pengajar perlu mempersonifikasikan dirinya sebagai orangtuanya sendiri dan anak dihadapi seolah-olah sebagai anaknya sendiri. Para ahli pendidikan Islam juga berpendapat demikian, seperti al- Ghazali (dalam Muhaimin, et. al) menyatakan, “pendidik hendaknya memiliki sifat kasih sayang kepada anak didiknya dan memperlakukannya sebagaimana anak-anaknya sendiri. Demikian pula pendapat Athiyah al-Abrosy (1969), Brikan

Barky al-Quraisy (1984) dan lain-lain. 10 Berkenaan dengan kehidupan anak usia ini, maka pada masa tersebut agama masih sangat realistis. Anak-anak akan

mengaitkan agama dengan realitas dan cara berpikir anak masih sangat konkrit, mereka belum bisa berpikir abstrak. Namun demikian, lama kelamaan berkat

perkembangan fisik dan psikisnya anak dapat berpikir secara abstrak. 11 Menurut hasil penelitian, bahwa anak lebih banyak belajar lewat penglihatan

(83%), pendengaran (11%) dan sisanya (6%) adalah lewat peraba, pengecap dan pencium. Ini mengandung makna bahwa pendidikan pada masa kanak-kanak perlu

9 Markum, AH, Ilmu Kesehatan Anak, (Jakarta: FKUI, 1991), hlm. 49.

10 Muhaimin, et. al, Strategi Belajar-Mengajar Penerapannya Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama, (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm. 8.

11 A. Subiono Hadisubroto, Perkembangan Keagamaan Anak ditinjau Dari Sudut Psikologi Agama dan Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 32.

ditonjolkan pada hal-hal yang konkret terutama melalui keteladanan atau peragaan hidup secara riil, karena contoh tauladan yang dilihat anak lebih berkesan dan lebih dapat diambil untuk menjadi bagian darinya. Contoh teladan itu dapat berupa tampilan fisik pendidik atau orangtua, misalnya cara berpakaian, gaya bicara, cara memperlakukan orang, tampilan fisik lingkungan belajarnya, tampilan psikis atau kepribadiannya, seperti sikap yang memberi rasa aman

kepada anak, sikap kasih sayang, suka menolong, melindungi dan sebagainya. 12 Karena penonjolannya pada hal-hal konkrit itu, maka keimanan kepada

Allah bagi anak juga bukan merupakan sesuatu yang abstrak dan berdiri sendiri lepas dari kehidupan, melainkan ia merupakan bagian utama dari kehidupan. Karena itu, pendidikan agama kepada anak jangan sampai menekankan penguasaan rumusan-rumusan abstrak tentang Tuhan, tetapi harus berusaha mengarahkan kehidupannya kepada suatu keadaan konkrit yang dikehendaki Tuhan. Tuhan yang abstrak tidak akan mampu menciptakan relegiusitas bagi anak, karena ia tidak tergambar dalam keteladanan yang konkrit. Disamping itu, pengajaran keagamaan yang diberikan kepada anak bukan pemberian pengertian yang muluk-muluk, karena keterbatasan kemampuan dan kesanggupan anak dalam perbendaharaan bahasa atau kata-kata. Pendidikan keagamaan pada anak lebih bersifat teladan atau peragaan hidup secara riil dan anak belajar dengan cara meniru-niru, menyesuaikan dan mengintegrasikan diri dalam suatu suasana. Karena itu, latihan-latihan keagamaan dan pembiasaan itulah yang harus lebih ditonjolkan, misalnya latihan ibadah shalat, berdoa, membaca al-Qur’an,

12 Muhaimin, Op. Cit, hlm. 293.

menghafal ayat atau surat-surat pendek, shalat berjamaah di masjid dan mushalla, pembiasaan akhlak dan budi pekerti baik, berpuasa dan sebagainya. 13

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah semua orangtua dan pendidik mengerti hal-hal tersebut di atas, terutama cara bagaimana mendidik dan memberikan pengetahuan keagamaan bagi anak agar anak mudah memahami dan menerima, sebagai bekal baginya untuk dapat membedakan mana yang baik dan buruk, mana dosa dan pahala, mana yang etis dan amoral, mana kemungkaran dan kemaslahatan dan sebagainya. Tapi, cukup disayangkan tidak semua orangtua muslim dan pendidik dapat mengerti dan mengindahkan yang demikian. Sebagai contoh, dari studi pendahuluan yang dilakukan di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan dari 10 orangtua yang ditemui dan sempat dilakukan dialog (interview) dengannya, didapatkan 4 (40%) orangtua menyatakan bahwa dirinya tidak pernah mengajarkan pendidikan agama secara khusus pada anak mulai usia pra sekolah dan pendidikan anak dibiarkan begitu saja, tidak disekolahkan di lembaga formal SD, SMP, SMA atau non-formal seperti madrasah diniyah (pesantren) dan lain-lain. Terpenting bagi orangtua ini anak nantinya bisa bekerja dan dapat membantu memenuhi bea hidup orangtua itu sudah cukup; seterusnya 3 (30%) orangtua mengungkapkan bahwa ia sangat peduli terhadap pendidikan keagamaan anaknya mulai usia pra sekolah dan menaruhnya di lembaga-lembaga TPQ atau malah di pondok pesantren, meski tidak disekolahkan di pendidikan formal. Sedangkan sisanya, 3 (30%) orangtua mengaku bahwa ia sangat memperhatikan dan memperhitungkan pendidikan anak dan sudah seharusnya anak-anaknya dapat menikmati pendidikan dengan baik,

13 Ibid., hlm. 294.

baik di lembaga pendidikan formal maupun non-formal. Orangtua kelompok ini disamping menyekolahkan anaknya pada pendidikan sekolah umum, seperti SD, SMP, SMA, PT juga bersamaan menaruh anaknya pada lembaga-lembaga pendidikan diniyah atau pesantren. Kelompok terakhir inilah yang jarang ditemukan dalam masyarakat.

Substansinya, permasalahan yang nampak atau muncul di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan saat ini, dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam untuk anak-anak keluarga muslim usia pra sekolah belum sepenuhnya ideal. Bila dilihat dari berbagai sikap, cara asuh, pola pikir para orangtuanya sampai pada model atau desain pembelajaran agama yang selama ini diterapkan oleh para pendidik (asatidz). Karena, juga masih banyak ditemukan para guru ngaji (ustadz/ustadzah) di desa ini yang masih menerapkan pola pembelajaran tutorial konvensioanal atau sistem ceramah terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak-anak didiknya. Dibanding untuk mencoba berbagai pola pembelajaran modern dan praktis, terhadap pembelajaran agama Islam baik baca tulis al-Qur’an maupun pendalaman ilmu-ilmu agama yang lain, semisal sistem membaca Qur’an Qiro’ati, Iqra’, berbagai praktik belajar pembiasaan, kisah-kisah, keteladanan dan sebagainya.

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan kajian dan penelitian dalam hal ini sekaligus berusaha memahami berbagai hal yang berkaitan dengan pentingnya pendidikan agama Islam bagi anak keluarga muslim usia pra sekolah. Maka judul yang diketengahkan dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Anak Keluarga Muslim Usia Pra Sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecematan Tutur Kabupaten Pasuruan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penilitian ini, adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan?

2. Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan?

3. Apa kendala dan solusi pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang ada, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, antara lain:

1. Mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan.

2. Mengetahui metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan.

3. Mengetahui kendala sekaligus solusi dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dan berusaha dicapai dalam melakukan penelitian ini, antara lain:

1. Penelitian akan memberikan informasi pengetahuan (akademis), tentang bagaimana pendidikan agama Islam bagi anak usia pra sekolah, problematikanya, sekaligus metode pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah.

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada pihak-pihak terkait yang membutuhkan, sekaligus mengetahui kelebihan dan kelemahan pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah, sehingga dapat ditindak lanjuti di masa yang akan datang.

3. Memberikan motivasi bagi pendidik dan orangtua keluarga muslim untuk dapat memberikan pendidikan agama Islam sebaik-baiknya bagi anak usia pra sekolah untuk bekal hidupnya lebih baik.

E. Ruang Lingkup/Batasan Penelitian

Agar tidak menjadi kesimpang siuran pembahasan skripsi ini, karena menginggat keterbatasan waktu, dana tenaga serta pengalaman (stock of knowledge), maka penulis membatasi pembahasan mengenai pelaksanaan Agar tidak menjadi kesimpang siuran pembahasan skripsi ini, karena menginggat keterbatasan waktu, dana tenaga serta pengalaman (stock of knowledge), maka penulis membatasi pembahasan mengenai pelaksanaan

1. Memaparkan bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan.

2. Mengetahui metode atau cara pelaksanaan pendidikan agama Islam yang diterapkan pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan.

3. Mengetahui kendala pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah di RT 01 RW 01 Desa Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, sekaligus solusi yang diberikan.

F. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini terdiri atas enam bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-bab yang antara satu dengan yang lain saling berhubungan. Sistematika pembahasannya, sebagai berikut:

BAB Pertama: Merupakan bagian pendahuluan yang memberikan deskripsi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB Kedua: Dalam bab ini dibahas mengenai kajian teori yang antara lain: Pengertian Pendidikan Agama Islam, Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam, Materi Pendidikan Agama Islam, Metode Pendidikan Agama Islam, Pengertian Anak Keluarga Muslim, Anak Usia Pra Sekolah, Karakteristik Anak Keluarga Muslim, Tanggung Jawab Orangtua terhadap Anak Keluarga Muslim,

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Anak Keluarga Muslim, Metode Pendidikan Agama Islam pada Anak Keluarga Muslim, Kendala dan Solusi Pendidikan Agam Islam pada Anak Keluarga Muslim.

BAB Ketiga: Merupakan penjelasan metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur penelitian (observasi, wawancara, dokumentasi), analisis data dan pengecekan keabsahan data.

BAB Keempat: Pada bab ini, membahas tentang deskripsi objek penelitian, paparan data penelitian. BAB Kelima: Membahas murni hasil dari analisis data dari temuan penelitian. BAB Keenam: Merupakan bab penutup skripsi, yang terdiri dari kesimpulan yang disertai saran-saran, sebagai masukan terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak keluarga muslim usia pra sekolah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembahasan Tentang Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Kata pendidikan yang umum digunakan, dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah” dengan kata kerja “rabba”. 14 Kata pengajaran dalam bahasa

Arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya “allama”. 15 Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya “tarbiyah wa ta’lim”, sedangkan

pendidikan agama Islam adalah “Tarbiyah Islamiyah”. 16 Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman Nabi

Muhammad SAW, seperti terlihat dalam al-Qur’an:

14 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta: PP Al- Munawwir, 1984), hlm. 290.

15 Ibid., hlm. 319. 16 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara dan DEPAG,

1996), hlm. 25.

#ZÉó|¹ ’ÎΤ$u‹−/u‘ $yϑx. $yϑßγ÷Ηxqö‘$# Éb>§‘ ≅è%uρ Ïπyϑôm§9$# z⎯ÏΒ ÉeΑ—%!$# yy$uΖy_ $yϑßγs9 ôÙÏ÷z$#uρ

Artinya :” Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik Aku waktu

kecil" (QS. al-Isra’: 24). 17

Kata ta’lim dengan kata kerjanya “allama”, juga sudah digunakan pada zaman Nabi, baik dalam al-Qur’an, hadits atau pemakaian sehari-hari, kata ini lebih banyak digunakan daripada kata “tarbiyah”. Dari segi bahasa perbedaan arti dari kedua kata itu cukup jelas. Bandingkanlah penggunaan dan arti kata berikut ini dengan kata “rabba”. “addaba”, “nasyaa”. Sebagaimana firman Allah SWT:

Ï™!$yϑó™r'Î/ ’ÎΤθä↔Î6/Ρr& tΑ$s)sù Ïπs3Íׯ≈n=yϑø9$# ’n?tã öΝåκyÎztä §ΝèO $yγ¯=ä. u™!$oÿôœF{$# tΠyŠ#u™ zΝ¯=tæuρ

( ∩⊂⊇∪ : ةﺮﻘ ا ) t⎦⎫Ï%ω≈|¹ öΝçFΖä. βÎ) Ï™Iωàσ¯≈yδ

Artinya: “Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar" (QS. al-

Baqarah: 31). 18

Èe≅ä. ⎯ÏΒ $uΖÏ?ρé&uρ Îö©Ü9$# t,ÏÜΖtΒ $oΨôϑÏk=ãæ â¨$¨Ζ9$# $y㕃r'¯≈tƒ tΑ$s%uρ ( yŠ…ãρ#yŠ ß⎯≈yϑøŠn=ß™ y^Í‘uρuρ

( ∩⊇∉∪ : ا ) ß⎦⎫Î7ßϑø9$# ã≅ôÒxø9$# uθçλm; #x‹≈yδ ¨βÎ) ( >™ó©x«

17 Mahmud Junus, Tarjamah Al-Qur’anul Al Karim, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), hlm. 257. 18 Ibid., hlm. 7.

Artinya: “Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: "Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu

kurnia yang nyata" (QS. an-Naml: 16). 19

Kata “allama” pada ayat tadi mengandung pengertian sekedar memberitahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian, kerena sedikit sekali kemungkinan membina kepribadian Nabi Sulaiman melalui burung atau membina kepribadian Adam melalui nama-

nama benda. 20 Sedangkan, pengertian pendidikan secara umum, menurut pendapat para

ahli dan cerdik cendikiawan, memberikan uraian sebagai berikut:

1. Amir Daim Indrakusuma, mengemukakan pendidikan ialah suatu usaha sadar, teratur dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak didik, agar

mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. 21

2. Achmad D. Marimba, pendidikan ialah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik,

menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 22

3. Team Penyusun Buku Petunjuk Pelaksanaan Tugas Guru Agama pada SMTA, yang diterbitkan DEPAG RI menjelaskan pendidikan ialah suatu usaha sadar, teratur dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang

19 Ibid., hlm. 343. 20 Zakiah Daradjat, Op.Cit, hlm. 26. 21 Amir Daim Indrakusuma, Pengajar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hlm.

22 Achmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan agama Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1974), hlm. 20.

bertanggung jawab untuk mempengaruhi anak, agar mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan cita-cita pendidikan. 23

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan tuntunan dan bimbingan secara sadar dari orang yang telah dewasa kepada anak yang belum dewasa, agar bertanggung jawab di dalam hidupnya, untuk menuju kehidupan bahagia sejahtera lahir maupun batin.

Lebih jauh, pengertian pendidikan agama Islam (PAI) sendiri, juga mengalami plural defenitif yang sempat dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:

1. Achmad D. Marimba, mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam ialah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam

menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 24

2. Zuhairini, pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk membimbing ke arah pembentukan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terjadinya

kebahagiaan dunia akhirat. 25

3. Muhaimi yang mengutip GBPP PAI, bahwa pendidikan agama Islam (PAI) adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam, melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk

23 DEPAG RI, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam; Pada SMTA, Bimbingan Islam pada Sekolah Umum, (Jakarta: DEPAG RI, 1985/1986), hlm. 5.

24 Achmad D. Marimba, Op.Cit, hlm. 26. 25 Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 11.

menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat bergama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 26

4. Tim Dosen IAIN Sunan Ampel Malang, yang menjelaskan pendidikan agama Islam ialah sebagai proses dan upaya serta cara mendidik ajaran- ajaran agama Islam, agar menjadi anutan dan pandangan hidup (way of

life) bagi seseorang. 27

Dengan demikian, maka pengertian pendidikan agama Islam berdasarkan rumusan-rumusan di atas adalah pembentukan perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran agama Islam. Sebagaimana yang pernah dilakukan Nabi dalam usaha menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim. Untuk itu perlu adanya usaha,

kegiatan, cara, alat dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya. 28 Syari’at Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya

diajarkan saja, tetapi harus dilakukan keteladanan melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal saleh serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai netode dan pendekatan. Dari satu sisi dapat dilihat bahwa pendidikan agama Islam itu lebih banyak ditunjukkan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan sisi lainnya,

26 Muhaimin, Paradigma Pendidikan agama Islam: Upaya Mempraktikkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 75-76.

27 Tim Dosen IAIN Sunan Ampel Malang, Dosen-Dosen Kependidikan agama Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 1996), hlm. 2.

28 Zakiah Daradjat, dkk. Op. Cit, hlm. 28.

pendidikan agama Islam juga bersifat praktis disamping teoritis ilmiah. Karena dalam ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

a. Dasar pendidikan agama Islam Terdapat dua hal yang menjadi dasar pendidikan agama Islam, yaitu:

1) Dasar Relegius. Dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang termaktub dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Sebagaimana firman Allah SWT:

$yϑÎ/ ª!$#uρ 4 ;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& t⎦⎪Ï%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ª!$# (Æìsùötƒ

( ∩⊇⊇∪ : ﺔ دﺎﺠ ا ) ×Î7yz tβθè=yϑ÷ès?

Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui

apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Mujadalah: 11). 29

Al-Qur’an surat az-Zumar ayat 9, juga menerangkan: (#θä9'ρé& ã©.x‹tGtƒ $yϑ¯ΡÎ) 3 tβθßϑn=ôètƒ Ÿω t⎦⎪Ï%©!$#uρ tβθçΗs>ôètƒ t⎦⎪Ï%©!$# “ÈθtGó¡o„ ö≅yδ ≅è%

( ∩®∪ : ﺮﺰا ) É=≈t7ø9F{$#

Artinya: “Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat

menerima pelajaran” (QS. Az-Zumar: 9). 30

29 Mahmud Junus, Op. Cit, hlm. 490. 30 Ibid., hlm. 415.

Diperjelas lagi, bahwa pada turunnya ayat pertama dalam al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan untuk membaca. Sebagaimana firman-Nya:

∩⊄∪ @,n=tã ô⎯ÏΒ z⎯≈|¡ΣM}$# t,n=y{ ∩⊇∪ t,n=y{ “Ï%©!$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ ù&tø%$#

) ÷Λs>÷ètƒ óΟs9 $tΒ z⎯≈|¡ΣM}$# zΟ¯=tæ ∩⊆∪ ÉΟn=s)ø9$$Î/ zΟ¯=tæ “Ï%©!$# ∩⊂∪ ãΠtø.F{$# y7š/u‘uρ ù&tø%$# ( ∩∈∪ : ﻖا

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya” (QS. al-Alaq: 1-5). 31

2) Dasar Yuridis. Dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari perundang-undangan, yang berlaku di negara Indonesia yang secara langsung atau tidak dapat dijadikan pegangan untuk melaksanakan pendidikan agama, antara lain:

a) Dasar Idiil Adalah Falsafah Negara Republik Indonesia yakni Pancasila. Pancasila sebagai idiologi negara berarti setiap warga negara Indonesia harus berjiwa Pancasila dimana sila pertama KeTuhanan Yang Maha Esa, menjiwai dan menjadi sumber pelaksanaan sila- sila yang lain. Dalam hal ini dapat dilihat dalam UU Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 tahun 1950 bab III pasal 4 berbunyi:

31 Ibid., hlm. 537.

“Pendidikan dan Pengajaran berdasar atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila”. 32

Disamping telah disebutkan di atas, juga disebutkan dalam Ketetapan MPR.No. II/MPR/1985, dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang antara lain disebutkan bahwa:

“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila”. 33 Dari pengertian di atas, dapat diambil pengertian bahwa

pendidikan agama Islam sebagai sub sistem pendidikan nasional berdasarkan Pancasila.

b) Dasar Strukturil Yakni dasar yang termaktub dalam UUD 1945 Bab XI Pasal

29, ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

b.1. Negara berdasarkan atas KeTuhanan Yang Maha Esa.

b.2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat

menurut agamanya dan kepercayaannya itu. 34

Dari UUD 1945 di atas, mengandung makna bahwa negara Indonesia memberi kebebasan kepada sesama warga negaranya untuk beragama dengan mengamalkan semua ajaran agama yang dianut.

32 H. Zuhairini, Pengantar Ilmu Pendidikan Perbandingan, (Malang: Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1985), hlm. 17.

33 Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, Ketetapan MPR RI No.II/MPR/88: Tentang GBHN 1988- 1993, (Surabaya: CV. Amin), hlm. 92.

34 Team Pembinaan penatar dan Bahan-bahan Penataran Pegawai Republik Indonesia, Undang- Undang Dasar 1945, P4, GBHN, hlm. 7.

c) Dasar Operasional Dasar operasional ini adalah merupakan dasar yang secara langsung melandasi pelaksanaan pendidikan agama pada sekolah- sekolah di Indonesia, seperti telah lama disebutkan dalam ketetapan MPR.No II/MPR.RI/1988 tentang GBHN dan mengenai arah dan kebijaksanaan pembangunan dalam bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sosial budaya yaitu:

“Diusahakan supaya terus bertambah sarana-sarana yang diperlukan bagi pengembangan kehidupan keagamaan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, termasuk pendidikan agama yang dimasukkan ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai dengan

universitas-universitas negeri”. 35

Kemudian, UU RI, No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan bagaimana kejelasan konsep dasar operasional ini, akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan kurikulum pendidikan dan dinamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi dan biasanya berubah setiap kali ganti Menteri Pendidikan Nasional dan Presiden serta akan selalu mengkondisikan terhadap perkembangan IPTEK internasional.

b. Tujuan pendidikan agama Islam Tujuan pendidikan agama Islam adalah mewujudkan nilai-nilai Islami dalam setiap pribadi manusia didik yang diikhtiarkan oleh pendidik Muslim, melalui proses yang terminal pada hasil (produk) yang

35 MPR. RI, Op. Cit, hlm. 92.

berkepribadian Islam, beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat. 36

Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya pun bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian individu berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.

Kalau menelaah kembali pengertian pendidikan agama Islam, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan agama Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian individu yang membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola takwa, artinya manusia yang utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar serta normal karena takwanya kepada Allah SWT. Ini mengandung arti bahwa pendidikan agama Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya, masyarakatnya, senang dan gemar mengamalkan, mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan sesama manusia serta dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan

hidup di dunia kini dan di akhirat nanti. 37 Sebagaimana firman Allah:

( ∩∈∉∪ : تﺎ راﺬ ا ) Èβρ߉ç7÷èu‹Ï9 ωÎ) }§ΡM}$#uρ £⎯Ågø:$# àMø)n=yz $tΒuρ

Artinya: ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56). 38

36 H.M. Arifin, Ilmu Kependidikan agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 224. 37 Ibid., hlm. 29-30. 38 Mahmud Junus, Op. Cit, hlm. 472.

Dari ayat di atas, bahwa kata ( نو ﺪ ) yang berarti menyembah atau ibadah dalam mengembangkan sifat-sifat Tuhan dalam diri manusia menurut petunjuk Tuhan, misalnya Allah memerintahkan manusia akan

menjadi suci, baik fikiran, rohani maupun jasmani. 39 Maka dari itu, ada beberapa hal yang menjadi tujuan pendidikan

agama Islam sesuai dengan pernyataan Armai Arief, yakni: 40

1) Tujuan Umum (Institusional) Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut. Jadi, tujuan umum pendidikan agama Islam ini harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional untuk mendapatkan hasil optimal dan berkesinambungan.

2) Tujuan Akhir (Kurikuler) Pendidikan agama Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya tidak terdapat pada waktu hidup di dunia saja. Tujuan

39 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 25.

40 Ibid., hlm. 30-32.

umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Kerana itulah pendidikan agama Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir pendidikan agama Islam ini dapat dipahami dalam friman Allah SWT:

tβθßϑÎ=ó¡•Β ΝçFΡr&uρ ωÎ) ¨⎦è∫θèÿsC Ÿωuρ ⎯ϵÏ?$s)è? ¨,ym ©!$# (#θà)®?$# (#θãΨtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali- kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama

Islam”. (QS. al-Imran: 102). 41

3) Tujuan Sementara (Instruksional) Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal atau tujuan pendidikan tertentu.

Pada tujuan sementara bentuk Insan Kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang- kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan agama Islam seolah-olah merupakan suatu

41 Mahmud Yunus, Op. Cit, hlm. 58.

lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Disinilah barangkali letak perbedaan yang mendasar bentuk tujuan pendidikan agama Islam dibandingkan dengan sistem pendidikan lainnya.

4) Tujuan Operasional Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan operasional ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya disebut sebagai tujuan instruksional umum dan khusus (TIU dan TIK).

Dalam tujuan operasional ini anak didik lebih banyak dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilanlah yang ditonjolkan. Misalnya, ia dapat berbuat, terampil melakukan, lancar mengucapkan, mengerti, memahami, meyakini dan menghayati adalah soal kecil. Dalam pendidikan hal ini terutama berkaitan dengan kegiatan lahiriah, seperti bacaan dan kaifiyah shalat, akhlak dan tingkah laku.

3. Materi Pendidikan Agama Islam

Agama Islam tidak lain adalah sebagai pemenuhan janji Tuhan akan memberikan petunjuk kepada manusia, tentang bagaimana seharusnya manusia menempuh hidupnya secara wajar sehingga sejalan dan serasi dengan alam sekitar.

Materi pendidikan agama Islam secara garis besar mempunyai ruang lingkup mewujudkan keserasian dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama mahluk-Nya. Oleh karena itu, agar pendidikan ini dapat berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan dan yang dicita-citakan, maka materi yang disampaikan haruslah disusun sedemikian rupa sehingga mudah diterima dan ditangkap oleh peserta didik.

Menurut pendapat Abdurrahman Al-‘Akk, agama Islam memiliki tiga ajaran pokok yang merupakan inti dasar dalam mengatur kehidupan manusia,

yakni: 42

a. Keimanan (akidah) Akidah adalah bersifat i’tiqad batin, mengajarkannkeesaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. Pendidikan yang utama dan pertama yang harus dilakukan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah, yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak didik. Kondisi ini juga tercermin pada keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam da’wahnya untuk menanamkan keyakinan lebih dulu kepada para sahabat tentang nilai-nilai ke-Ilahian, dalam periode Mekkah. Sebagaimana firman Allah:

42 Syekh Khalid bin Abdurrahman, Cara Islam Mendidik Anak, (Jogjakarta: Ad-Dawa’), hlm. 129- 135.

íΟù=Ýàs9 x8÷Åe³9$# χÎ) ( «!$$Î/ õ8Îô³è@ Ÿω ¢©o_ç6≈tƒ …çµÝàÏètƒ uθèδuρ ⎯ϵÏΖö/eω ß⎯≈yϑø)ä9 tΑ$s% øŒÎ)uρ

( ∩⊇⊂∪ : نﺎ ﻘ ) ÒΟŠÏàtã

Artinya: ”Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar" (QS.

Lukman: 13). 43

b. Ibadah (syari’ah) Syari’ah adalah semua aturan Tuhan dan hukum-hukum Tuhan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, sesama manusia dengan alam sekitar. Namun, ada pengertian syari’ah yang lebih dekat dengan fiqih, yaitu tatanan, peraturan-peraturan, perundang-undangan dan hukum yang mengatur segala aspek kehidupan. Firman Allah:

tβθà)−Gs? öΝä3ª=yès9 öΝä3Î=ö6s% ⎯ÏΒ t⎦⎪Ï%©!$#uρ öΝä3s)n=s{ “Ï%©!$# ãΝä3−/u‘ (#ρ߉ç6ôã$# â¨$¨Ψ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ

Artinya:”Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” (QS.

al-Baqarah: 21). 44

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25