PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA TUNAGRAHITA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014.

(1)

No. Daftar FPIPS: 2030/UN.40.2.6.1/PL/2014

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA

TUNAGRAHITA

(Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C

Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013-2014)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh Agan Setia Putra

1000927

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA

TUNAGRAHITA

(Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota

Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)

Oleh: Agan Setia Putra

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial

© Agan Setia Putra

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto copy, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

AGAN SETIA PUTRA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA TUNAGRAHITA (Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013-1014)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I,

Dr. H. Endis Firdaus, M. Ag. NIP.195703031988031001

Pembimbing II,

Elan Sumarna, M. Ag. NIP. 196708202005011002

Mengetahui

Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam,

Dr. H. Endis Firdaus, M. Ag. NIP.195703031988031001


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung. Hal ini menjadi penting karena adanya persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami kesulitan, yang disebabkan tingkat intelegensi mereka yang di bawah rata-rata orang normal. Mendidik siswa tunagrahita tidaklah semudah mendidik siswa normal. Siswa-siswa seperti ini mempunyai karakteristik dan kebutuhan khusus, oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran PAI untuk siswa tunagrahita diperlukan pendekatan serta pembelajaran secara khusus. Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Teknik analisis data dengan cara mereduksi data, display data, dan disimpulkan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi. Pada pengolahan data hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan pembelajaran PAI mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang terdiri dari program tahunan, program semester, silabus, RPP, dan CPPH (catatan pembelajaran harian) serta adanya asesmen bagi siswa untuk aspek akademik dan non akademik untuk penyesuaian pelayanan pendidikan yang akan diberikan.Pada pelaksanaan pembelajarannya dilakukan secara individual yakni pelayanan pendidikan yang diberikan guru disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan setiap siswa. Evaluasi pembelajarannya berupa tes tertulis, tes lisan, serta tes perbuatan. Kemudian siswa mendapatkan buku rapor yang berisi nilai angka dan nilai uraian deskriptif. Selain mendapatkan pendidikan akademik, siswa mendapatkan pendidikan life skill berupa keterampilan membuat sandal jepit dari bahan karet yang sudah tersedia di pasaran, sebagai bekal keterampilan hidup di masa depan. Berdasarkan hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran PAI kurang maksimal. Pada pelaksanaan pembelajaran PAI sudah cukup baik, namun dilakukan oleh guru khusus PLB bukan oleh guru PAI secara khusus, karena adanya hambatan dari kondisi siswa tunagrahita pada saat kegiatan pembelajaran. Untuk evaluasi pembelajarannya berjalan dengan baik, aspek yang dievaluasi ialah aspek kognitif,afektif, serta psikomotor.

Kata kunci: Tunagrahita, Guru Khusus PLB, Life Skill, Pembelajaran Individual


(5)

ABSTRACT

This research purposes on knowing the planning, actuating, evaluating of learning in Islamic education for mental retardation student at Muhammadiyah special needs junior high school Cipedes Bandung. This subject become important because there are some problems that faced by student when studying Islamic education learning. They find some difficult problems. That caused by their level of intelligences is lower than common people. Educating Islamic education to mental retardation student is not as easy as educating normal student. These kind of students have special character and needs to treat. Therefore in Islamic education learning needs special approach for mental retardation student. This research is using qualitative approach and descriptive method. The data analyzing is using data reduction, display data and conclusion. The data collecting technique is using observation, interview, and documentation study. The processing of final research data founded that learning plan of Islamic education learning is following national curriculum consist of the annual program, semester program, syllabus, plan of learning, and daily learning notes, and assessment for student on academic aspect and non academic aspect to adjustment education service which will be given. The learning is being done individually. It is service education that given by teacher suited to student’s character and needs. The learning evaluations are written test, oral test, and psychomotor test. Students accept report of study evaluation which the content is about numeric score and description score. Beside academic education, student also get life skill education sort a sandals crafting that made from rubber it is for their life skills in the future. Based on research generally it can be concluded that learning plan of Islamic education is not optimal yet. The conclusion of learning actuation is good enough, but the learning is being done by special need teacher not the Islamic education teacher, it is because there are some threats of mental retardation student’s condition. The learning evaluation is good, the aspect that evaluated is cognitive, affective, psychomotor aspects.

Keyword: Mental Retardation, Special Needs Teacher, Life Skill, Individual Learning


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ………. i

KATA PENGANTAR ………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii

ABSTRACT ……….………… v

ABSTRAK ……….………….. vi

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xii

PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIA . xiii BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Penelitian ………... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ……….. 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ………...…... 8

D. Tujuan Penelitian ……… 9

E. Manfaat Penelitian ……….. 9

F. Struktur Organisasi Skripsi ………. 10

BAB I PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN TUNAGRAHITA … 11 A. Pendidikan Agama Islam ……… 11

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ……….. 11

2. Sumber Pendidikan Agama Islam ……….. 12


(7)

viii

4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam ………. 18

5. Metode Pendidikan Agama Islam ……….. 22

6. Evaluasi Pendidikan Agama Islam ………. 29

B. Tunagrahita ………. 32

1. Pengertian Tunagrahita ………... 32

2. Klasifikasi Tunagrahita ………... 34

3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita ……….. 37

4. Karakteristik Anak Tunagrahita ………. 37

C. Pendidikan Anak Tunagrahita ……… 38

1. Pengembangan Asesmen dalam Pendidikan Anak Tunagrahita ………. 39 2. Pengembangan Kurikulum dalam Pendidikan Anak Tunagrahita ………. 39 3. Perencanaan Pembelajaran Siswa Tunagrahita ………….. 40

4. Pelaksanaan Pembelajaran Siswa Tunagrahita …………... 42

5. Evaluasi Pembelajaran Siswa Tunagrahita ………. 46

D. Pembelajaran PAI untuk Siswa Berkebutuhan Khusus ……….. 47

1. Prinsip Pembelajaran PAI untuk Siswa Berkebutuhan Khusus .. 47

2. Ruang Lingkup Pembelajaran PAI di Sekolah ……… 51

3. Penyusunan Program Pembelajaran PAI untuk Siswa Berkebutuhan Khusus ………... 53 E. Penelitian Terdahulu ………... 54


(8)

ix

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………. 57

B. Desain Penelitian ……… 57

C. Metode Penelitian ………... 58

D. Definisi Operasional ……….. 59

E. Instrumen Penelitian ………... 61

F. Uji Keabsahan Data ……… 61

G. Teknik Pengumpulan Data ………... 66

H. Analisa Data ………... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 71

A. Pemaparan Data Hasil Penelitian ………... 71

1. Perencanaan Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ………... 71

2. Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ……… 74

3. Evaluasi Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ………... 81

B. Pembahasan Data Hasil Penelitian ………..…... 83

1. Pembahasan Perencanaan Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung …………...……. 87

2. Pembahasan Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ……...…………. 97

3. Pembahasan Evaluasi Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung …..………. 107


(9)

x

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 111

A. SIMPULAN ………...………. 111

B. REKOMENDASI ………..………. 112

1. Untuk Pembuat Kebijakan ………...………... 112

2. Sekolah yang Bersangkutan (SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung) ………..………... 112

3. Bagi Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islām (Prodi IPAI) ………..………. 112 DAFTAR PUSTAKA ………. 113


(10)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Komponen perencanaan pembelajaran ………. 41

Gambar 2.2. Aspek-aspek Pengembangan Pribadi ABK dalam Pembelajaran Agama Islam ……….. 51

Gambar 2.3. Langkah-langkah Penyusunan Program Pembelajaran PAI untuk ABK ……….. 53

Gambar 3.1. Triangulasi sumber data ………... 63

Gambar 3.2. Triangulasi teknik pengumpulan data ………... 64


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bagan Hasil Penelitian Lampiran 2 Hasil Wawancara

Lampiran 3 Deskripsi Hasil Observasi Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Lampiran 5 Dokumen Hasil Penelitian Lampiran 6 Surat-Surat Perizinan Penelitian Lampiran 7 Foto-Foto Hasil Penelitian


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia sebagai makhluk Allah mendapat amanat yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya. Menurut Assegaf (2011, hlm. 157) tugas hidup yang harus diemban oleh manusia di muka bumi yakni tugas

khalīfaħ, yang berarti tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi untuk menjaga dan memelihara alam. Seperti firman Allah,

                              

Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalīfaħ di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalīfaħ) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. al-Baqaraħ[2]: 30)*

Peran manusia sebagai khalīfaħ Allah di muka bumi ternyata dibarengi dengan tugas sebagai hamba Allah (‘abd), seorang hamba Allah harus taat dan patuh kepada perintah Allah. Manusia sebagai hamba Allah adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah, kemulian manusia dibanding dengan makhluk lainnya ialah karena manusia memiliki akal untuk berfikir. Dua peran yang diemban manusia sebagai khalīfaħ dan ‘abd merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika kehidupan yang sarat dengan

*

Seluruh teks ayat al-Qurān dan terjemahnya dalam skripsi ini dikutip dari software al-Qur`ān in word yang disesuaikan dengan Al-Qur`ān dan Terjemahnya: Al-Jumānatul `Alī (Seuntai Mutiara yang Maha Luhur) yang diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara penerjemah/penafsir Al Qur`ān Revisi Terjemah oleh Lajnah Pentashih al-Qur`ān Departemen Agama Republik Indonesia penerbit CV Penerbit J-Art tahun 2005 .


(13)

2

kreativitas serta amaliah yang selalu menjunjung pada kebenaran (Assegaf, 2011, hlm. 158).

Manusia lahir ke dunia ini dalam kondisi yang lemah, seperti yang dikemukakan oleh Sauri (2006, hlm. 39) bahwa manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan lemah dan tidak tahu apapun, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi manusia seutuhnya. Pertumbuhan dan perkembangan manusia ini tidak bisa diserahkan begitu saja kepada lingkungannya, manusia membutuhkan bimbingan dan pengarahan. Hal ini dikarenakan, ia mempunyai keterbatasan kondisi fisik serta kemampuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, manusia membutuhkan pendidikan.

Menurut Assegaf (2011, hlm. 164) manusia merupakan makhluk yang dapat mendidik dan dididik (homo educable), sedangkan makhluk lain tidak. Pada ranah ini manusia mempunyai potensi yang dapat menjadi objek dan subjek pengembangan diri. Maka pendidikan pun harus berpijak pada potensi yang dimiliki manusia, karena potensi manusia tidak akan berkembang tanpa adanya rangsangan dari luar yakni berupa pendidikan.

Secara luas pendidikan ialah hidup, yakni pendidikan merupakan pengalaman belajar yang terjadi di segala lingkungan serta berlangsung sepanjang hidup. Dan secara sempit pendidikan itu ialah sekolah, yakni pengajaran yang dilaksanakan di sekolah dalam naungan lembaga pendidikan formal. Segala pengaruh yang diberikan sekolah kepada siswanya dalam rangka menumbuhkan kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka (Mudyahardjo, 2012, hlm. 3).

Pendidikan agama salah satu pendidikan yang penting bagi siswa. Khususnya dalam hal ini ialah Pendidikan Agama Islam yang disingkat menjadi PAI bagi siswa muslim. Menurut Zakiyah Daradjat dalam Majid dan Andayani (2006, hlm. 130) PAI adalah suatu usaha yang dilakukan dalam rangka membina dan mengasuh siswa agar mendapat pemahaman ajaran Islam secara komprehensif. Serta siswa mampu menghayati tujuan dan mengamalkannya, hingga menjadikan Islam sebagai pedoman hidup.


(14)

3

Tujuan PAI menurut Muhammad Yunus dalam Muchsin dkk. (2010, hlm. 11) yakni mendidik siswa agar menjadi seorang muslim yang sejati, teguh beriman dan mempunyai akhlaq yang mulia, sehingga ia mampu menjadi anggota masyarakat, mengabdi kepada Allah, dan berbakti kepada bangsa serta kepada sesamanya.

Tujuan yang sangat mulia ini tentunya harus dicapai oleh semua umat muslim. Seperti yang dikutip dari Purwanti (2011, hlm. 1) bahwa Islam mewajibkan kepada pemeluknya untuk melaksanakan pendidikan, hal ini tertera dalam firman Allah sebagai berikut:

         

Artinya : “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Q.S. Ṣād[38]: 29)

Kewajiban melaksanakan pendidikan ini juga tercantum dalam ḥadīṡ Nabi Muḥammad sebagai berikut (Sumarna, 2009, hlm. 21) :

ىَلَع ٌةَضْيِرَف ِمْلِعْلا ُبَلَط :َمَلَسَو ِهْيَلَع ُها ىَلَص ِها ُلْوُسَر َلاَق: َلاَق،ٍدْوُعْسَم ِنْب ِهِدْبَع ْنَع

)ىناربطلا( . ٍمِلْسُم ِلُك

Artinya : Dari „Abdullāh bin Mas‟ūd berkata: Rasūlullāh SAW bersabda: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (H.R. Ṭabrānī) Menurut Setiati (2014) PAI tidak hanya diberikan kepada mereka yang sempurna secara fisik maupun mental saja, tetapi kepada mereka yang memiliki kekurangan secara fisik maupun mental tetap memiliki hak yang sama. Seperti firman Allah sebagai berikut:

                       


(15)

4                                             ِهلا      ُها     

Artinya : “Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara- saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan, dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang kamu miliki kuncinya atau dirumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.” (Q.S. al-Nūr[24]: 61)

Ayat di atas mengandung makna kesetaraan, yakni tidak ada halangan bagi masyarakat untuk berkumpul bersama dengan orang yang memiliki kebutuhan khusus (buta, pincang, tuli atau sakit). Mereka berhak untuk makan bersama serta berkumpul seperti layaknya masyarakat lazimnnya. Maka, sudah jelas bahwa Islam tidak mendiskriminasikan terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam hal pendidikan (Setiati, 2014).

Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, yang membahas mengenai pendidikan diantaranya yaitu undang-undang (UU) Republik


(16)

5

Indonesia (RI) no. 20 tahun 2003 pada pasal lima ayat satu berisi tentang Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu. Dan pada ayat dua berisi tentang warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan sosisal berhak memperoleh pendidikan khusus (Himpunan Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, 2013, hlm. 7).

Pendidikan khusus diberikan kepada mereka yang memiliki keterbatasan atau lebih dikenal dengan istilah ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) atau

special needs chidren dapat diartikan sebagai anak yang lambat (slow) atau

mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan berhasil di sekolah anak-anak pada umumnya. ABK juga sering disebut dengan anak-anak yang mengalami gangguan fisik, mental, intelegensi dan emosional sehingga membutuhkan pembelajaran secara khusus (Kosasih, 2012, hlm. 1)

Secara yuridis layanan pendidikan bagi ABK tercantum dalam UU RI no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal lima ayat dua yang berisi tentang warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan sosisal berhak memperoleh pendidikan khusus (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, 2013, hlm. 7).

Dalam Peraturan Pemerintah RI no. 72 tahun 1991 tentang pendidikan luar biasa, dalam pasal satu pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang khusus diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental. Khususnya dalam kajian ini mengenai anak dengan ketunagrahitaan, dalam penjelasan pasal tiga ayat tiga bahwa tunagrahita adalah keterbelakangan mental, termasuk disini yang keterbelakangan mental ringan dan keterbelakangan mental sedang (Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan Luar Biasa, 1991, hlm. 1).

Pendidikan agama dalam perundang-undangan tercantum dalam UU no. 20 tahun 2003 pasal 12 tentang sistem pendidikan nasional yang mengatakan bahwa setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik seagama (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, 2013, hlm. 8).


(17)

6

Dalam kajian ini, peneliti mengkhususkan pada ABK dengan tunagrahita. Menurut Wijaya (2013, hlm. 21) tunagrahita merupakan individu yang mempunyai intelegensi berada di bawah rata-rata (sub- average) yaitu dengan nilai intelligence quotient (IQ) 84 ke bawah dan disertai dengan ketidakmampuan dalam bersosialisasi yang muncul pada masa perkembangan.

Anak tunagrahita ialah anak yang mempunyai IQ 70 ke bawah. Jumlah penyandang tunagrahita 2,3 %. Atau 1,92 % anak usia sekolah menyandang tunagrahita dengan perbandingan laki-laki 60 % dan perempuan 40 % atau 3:2. Pada Data Pokok Sekolah Luar Biasa terlihat dari kelompok usia sekolah, jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang kelainan adalah 48.100.548 orang, jadi estimasi jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang tunagrahita adalah 2 % x 48.100.548 orang = 962.011 orang (Kemis & Rosnawati, 2013, hlm. 11).

Meskipun secara perundang-undangan sudah diatur dengan jelas, menurut Kosasih (2012, hlm. 1) anak-anak berkebutuhan khusus yang berusia sekolah masih sedikit yang dapat mengenyam pendidikan. Dari Biro Pusat Statistik tahun 2007, dari perkiraan 1,5 juta anak berkebutuhan khusus di Indonesia, baru 66.000 anak atau sekitar dibawah 5% yang mendapatkan layanan pendidikan.

Dalam kenyataannya, masyarakat masih ada yang memandang sebelah mata anak dengan keterbelakangan mental atau tunagrahita ini. Terlebih lagi jika penyandang kecacatan itu muslim, maka PAI pun harus tetap diberikan kepadanya. Ia berhak untuk mendapatkan pendidikan agama. Baik itu di lingkungan lembaga formal sekolah atau di lingkungan keluarga.

Permasalahan lainnya yaitu proses pembelajaran di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang berlangsung saat ini cenderung bersifat klasikal dan berorientasi kepada kurikulum. Bukan didasarkan kepada masalah, kemampuan dan kebutuhan siswa tunagrahita, mengingat siswa tunagrahita ini memiliki karakteristik serta tingkat intelegensi yang variatif (Kemis & Rosnawati, 2013, hlm. 43).


(18)

7

Pemerintah seringkali menganggap proses pembelajaran di SLB itu linear dengan sekolah reguler, maka layanan pendidikan khusus bagi siswa tunagrahita menjadi berbanding lurus dengan penyelenggaraan pendidikan reguler. Cara ini bertentangan dengan kaidah dan prinsip pendidikan tunagrahita (Kemis & Rosnawati, 2013, hlm. 4).

Hal ini mengakibatkan pendidikan bagi siswa tunagrahita tidak bermakna dan telah kehilangan esensi yaitu layanan pendidikan berdasarkan kebutuhan setiap siswa tunagrahita. Jadi pengembangan kurikulum harus didasarkan pada kebutuhan siswa tunagrahita itu sendiri yang menjadi acuan dalam pembelajaran (Kemis & Rosnawati, 2013, hlm. 4).

Dalam hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Aini (2012, hlm. 156-157) mengungkapkan ada beberapa problematika mengenai pembelajaran PAI untuk siswa tunagrahita:

1. Problem siswa ialah tidak tersampaikannya materi secara tuntas, siswa sulit dalam baca-tulis huruf arab. Ketidak tertarikan siswa dalam belajar yang bersifat materi, sering terjadi perbedaan persepsi terhadap perintah yang diberikan oleh guru. Konsentrasi yang mudah berubah, perilaku buruk siswa tunagrahita yang sulit dikontrol, materi yang terlalu tinggi, dan ketunagandaan yang siswa miliki.

2. Problem guru berupa minimnya jumlah guru PAI serta keterbatasan kemampuan guru dalam mengambil materi yang benar-benar sesuai dengan kemampuan siswa.

Persoalan-persolan yang dihadapi oleh siswa tunagrahita dalam mengikuti proses pembelajaran, tak lain disebabkan oleh adanya keterbatasan mereka dalam hal intelegensi. Serta adanya penyimpangan-penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh siswa tunagrahita. Mendidik siswa tunagrahita tidaklah semudah mendidik siswa normal pada umumnya. Maka dalam proses pelaksanaan pembelajaraan siswa tunagrahita diperlukan pendekatan dan pembelajaran secara khusus. Seperti pelayanan pendidikan yang khusus, alat-alat khusus, guru khusus, bahkan kurikulum, dan pembinaan yang khusus pula (Hidayah, 2011, hlm. 21).


(19)

8

Berdasarkan latar belakang di atas, peniliti tertarik untuk mengetahui dan memperoleh informasi lebih mendalam mengenai pembelajaran PAI yang dilaksanakan di SMPLB-C. Oleh karena itu, maka penulis mengangkat judul “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA TUNAGRAHITA” (Studi Deskriptif tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti mengidentifikasikan masalah penelitian yaitu adanya problem-problem yang dihadapi siswa pada saat kegiatan pembelajaran, hal ini disebabkan oleh keterbatasan mereka dalam hal intelegensi, siswa ini mempunyai kecerdasan di bawah rata-rata orang normal. Problem guru berupa minimnya jumlah guru PAI serta keterbatasan kemampuan guru dalam mengambil materi yang benar-benar sesuai dengan kemampuan siswa. Permasalahan yang dihadapi oleh siswa tunagrahita dalam mengikuti proses pembelajaran PAI, hal ini disebabkan oleh keterbatasan mereka dalam hal intelegensi, anak tunagrahita mempunyai kecerdasan di bawah rata-rata orang normal. Sehingga dalam proses pembelajaran PAI, siswa tunagrahita memerlukan pendekatan dan pembelajaran secara khusus.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti merumuskan masalah berikut: adanya permasalahan yang dihadapi oleh siswa tunagrahita dalam mengikuti proses pembelajaran PAI, hal ini disebabkan oleh keterbatasan mereka dalam hal intelegensi, anak tunagrahita mempunyai kecerdasan di bawah rata-rata orang normal. Sehingga dalam proses pembelajaran PAI, siswa tunagrahita memerlukan pendekatan dan pembelajaran secara khusus.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan diarahkan untuk menjawab rumusan masalah yang dijabarkan dalam pertanyaan sebagai berikut:


(20)

9

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014?

3. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi tujuan umum dan khusus. Adapun tujuan umumnya yaitu untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam untuk siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014.

Selanjutnya tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014

3. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang PAI, khususnya PAI di Sekolah Luar Biasa.


(21)

10

a. Bagi civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia diharapkan agar memahami pembelajaran PAI yang dilaksanakan bagi siswa tunagrahita.

b. Bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal nanti pada saat menghadapi siswa tunagrahita dalam pembelajaran.

c. Bagi guru, yang terlibat dalam membimbing anak tunagrahita, dapat memberikan masukan tentang strategi dan metode PAI pada siswa tunagrahita.

d. Bagi anak tunagrahita, diharapkan dapat menginternalisasikan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupannya sehingga mampu mensyukuri atas semua pemberian Allah.

e. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan baru mengenai pembelajaran PAI untuk siswa tunagrahita.

f. Bagi peneliti, memberikan pengalaman, wawasan dan pemahaman pribadi tentang pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunagrahita.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi yang akan dibuat meliputi lima BAB, yaitu : BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang penelitian,

identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan struktur organisasi skripsi. BAB II Kajian Teoritis yang membahas tentang Pendidikan Agama Islam

(PAI), tunagrahita, pendidikan tunagrahita, pembelajaran PAI untuk siswa berkebutuhan khusus dan penelitian terdahulu.

BAB III Metode Penelitian, yang mencakup lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian,desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.


(22)

11

BAB IV Deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, menguraikan hasil penelitian dan pembahasan temuan penelitian.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa-C (SMPLB-C) Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung. Beralamat di Jalan Sukagalih Gang H. Gozali No. 119 B Kota Bandung. Lokasi ini dipilih oleh peneliti dengan beberapa pertimbangan. Pertama, SLB ini merupakan lembaga pendidikan dibawah naungan organisasi masyarakat (ormas) Islam terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang keagamaan, kemanusiaan, pendidikan, kesehatan dan lainnya yaitu ormas Muhammadiyah.

Kedua, SLB ini disamping melaksanakan kegiatan pendidikan juga melaksanakan kegiatan keagamaan di sekolah. Ketiga, SLB ini memberikan pendidikan life skill berupa keterampilan tangan (produk komersil) seperti sandal, serta mengembangkan minat dan bakat siswa seperti bermain musik.

Menurut Arikunto (2006, hlm. 145) subjek penelitian ialah manusia atau benda sebagai subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek penelitian juga disebut sebagai unit analisis yakni subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti.

Dalam penelitian ini, yang akan menjadi subjek informan ialah pihak-pihak bertanggung jawab, sesuai porsinya, benar-benar paham serta menguasai dan terlibat secara langsung dalam kegiatan pendidikan di sekolah yaitu diantaranya kepala sekolah, staf guru, dan segenap siswa SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan serasi dengan tujuan penelitian itu (Nasution, 2009, hlm. 23).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini ialah case study atau studi kasus. Menurut Nasution (2009, hlm. 27) case study adalah bentuk penelitian


(24)

58

yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Selanjutnya Maxfield dalam Nazir (2011, hlm.57) menyebutkan bahwa case study ialah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.

Subjek penelitiannya dapat individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan studi kasus ialah memberikan gambaran yang detail mengenai latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat yang khas tersebut menjadi suatu hal yang bersifat umum (Nazir, 2011, hlm.57).

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian naturalistik, karena dilaksanakan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Metode penelitian ini berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2012, hlm. 8-9).

Menurut Boglan dan Biklen dalam Moleong (2002, hlm. 2) mengungkapkan bahwa ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif, yakni penelitian atau inkuiri naturaistik atau alamiah, etnografi, interaksionis simbolik, perspektif ke dalam, etnometodologi, the Chicago

School, fenomenologis, studi kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif.

Selanjutnya Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002, hlm. 3) memberikan pendapatnya mengenai metodologi kualitatif yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yakni berupa tulisan, lisan dari orang-orang dan tingkah laku yang dapat diamati.


(25)

59

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, dimana data itu mengandung sebuah makna. Makna disini ialah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna (Sugiyono, 2010, hlm. 3).

Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan data di lapangan dengan menguraikan hingga menganalisa berdasarkan fakta-fakta di lapangan. Agar memperoleh suatu gambaran mengenai realita PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Penelitian deskriptif merupakan akumulasi data dasar dengan cara deksriptif semata, tanpa perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentes hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi (Suryabrata, 2012, hlm. 76).

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kerancuan pemahaman serta menghindari pemaknaan ganda dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk memberikan penegasan maksud atas judul yang dikemukakan oleh penulis yaitu :

1. Studi Deskriptif

Studi deskriptif menurut Arikunto (2009, hlm. 234) adalah penelitian yang tidak bermaksud untuk menguji hipotesis tertentu, namun hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan. Selanjutnya, Nazir (2011, hlm. 54) menyebutkan tujuan dari studi desktiptif ini ialah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Studi deskriptif dalam penelitian ini adalah studi yang berusaha untuk mendeskripsikan mengenai pelaksanaan pembelajaran PAI pada siswa


(26)

60

tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun ajaran 2013-2014.

2. Pembelajaran

Pembelajaran (instruction) adalah upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui beragam upaya (effort), strategi, metode, dan pendekatan ke arah tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai kegiatan guru secara terprogram untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menggunakan sumber belajar (Majid, 2012, hlm. 109).

Pembelajaran dalam penelitian ini ialah kegiatan pembelajaran PAI yang dilakukan oleh guru di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung terhadap siswa tunagrahitanya, yakni meliputi perencaaan pembelajaran PAI, pelaksanaan pembelajaran PAI, serta evaluasi pembelajaran PAI.

3. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam atau disingkat menjadi PAI menurut Zakiyah Daradjat dalam Majid dan Andayani (2006, hlm. 130) merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam rangka membina dan mengasuh siswa agar mendapat pemahaman ajaran Islam secara komprehensif. Serta siswa mampu menghayati tujuan dan mengamalkannya, hingga menjadikan Islam sebagai pedoman hidup.

PAI adalah mata pelajaran yang wajib diberikan ke semua jenjang sekolah, yang berisi ajaran Islam dengan tujuan membina siswa agar memiliki pengetahuan, akhlak serta pengamalan dari ajaran Islam. Dalam penelitian ini ialah mata pelajaran PAI untuk SMPLB-C.

4. Siswa tunagrahita

Tunagrahita adalah suatu kondisi anak dengan kecerdasan dibawah rata-rata. Anak tersebut ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam berinteraksi sosial (Kosasih, 2012, hlm. 140).


(27)

61

Siswa tunagrahita dalam penelitian ini adalah siswa SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung yang mempunyai tingkat intelegensi di bawah rata-rata orang normal.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini ialah peneliti sendiri sebagai instrumen satu-satunya. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012, hlm. 222) bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dimana peneliti kualitatif sebagai human

instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai

sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Menurut Moleong (2002, hlm. 19) peneliti alamiah bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpulan data, disamping itu juga peneliti sendiri sebagai instrumen mempunyai senjata dapat memutuskan yang secara luwes dapat digunakannya. Ia dapat menilai keadaan serta mengambil keputusan.

Selanjutnya, Nasution dalam Sugiyono (2012, hlm. 223) memberikan pendapatnya terkait instrumen penelitian kualitatif :

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

F. Uji Keabsahan Data

Sebagaimana dikutip dari Sugiyono (2012, hlm. 270) uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif diantaranya adalah uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan

confirmability (obyektivitas). Selanjutnya keempat hal ini akan dijelaskan


(28)

62

1. Credibility (validitas internal)

Menurut Alwasilah (2012, hlm. 140) validitas internal memiliki makna apakah temuan penelitian yang dilakukan itu sesuai dengan realitas yang ada. Uji kredibilitas data ini, seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012, hlm. 270) dapat dilakukan dengan hal-hal berikut ini :

a. Perpanjangan pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melaksanakan pengamatan, wawancara kembali dengan sumber data yang pernah ditemui apapun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini pula peneliti mengecek kembali data apakah yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Dalam perpanjangan pengamatan ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian pada data yang diperoleh. Jika setelah dicek ke lapangan data sudah benar, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri (Sugiyono, 2012, hlm. 270).

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti merupakan aspek utama untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian. Karena peneliti sendirilah yang langsung melaksanakan wawancara dan observasi dengan nara sumbernya. Oleh karena itu peneliti mempunyai waktu yang lama bersama nara sumber, hingga kejenuhan data tercapai (Bungin, 2007, hlm. 254).

b. Peningkatan ketekunan

Menurut Bungin (2007, hlm. 254) untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka caranya dengan meningkatkan ketekunan dalam pengamatan di lapangan. Senada dengan itu, Sugiyono (2012, hlm. 270) menyatakan bahwa peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara ini, kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat


(29)

63

direkam secara pasti serta sistematis. Melalui peningkatan ketekunan ini peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang ditemukan itu salah atau tidak.

c. Triangulasi

Menurut Sutopo (2006, hlm. 92) triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperpektif, yakni menarik kesimpulan yang tidak hanya satu cara pandang.

Sejalan dengan itu, Sugiyono (2012, hlm. 270) menyebutkan bahwa triangulasi dalam hal ini berarti pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat teknik triangulasi diantaranya:

1) Triangulasi sumber data

Triangulasi sumber merupakan cara mengarahkan peneliti dalam mengumpulkan data wajib menggunakan berbagai sumber data berbeda yang tersedia. Dengan demikian, apa yang diperoleh dari sumber yang satu , bisa teruji kebenarannya jika dibandingkan dengan sumber yang lain (Sutopo, 2006, hlm. 93).

Atasan teman

Bawahan

Gambar 3.1. Triangulasi sumber data 2) Triangulasi teknik

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 271) triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara data dengan sumber yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda. Misalnya sebuah data diperoleh dengan observasi, lalu di cek dengan wawancara atau dokumentasi. Senada dengan itu, Sutopo (2006, hlm. 95) menyebutkan bahwa triangulasi ini ditekankan


(30)

64

penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kevalidan datanya.

Wawancara Observasi

Kuesioner/dokumen

Gambar 3.2. Triangulasi teknik pengumpulan data 3) Triangulasi waktu

Triangulasi waktu juga diberikan karena waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan pada pagi hari di saat kondisi masih segar, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka mengumpulkan data melalui teknik yang berbeda dalam waktu atau kondisi yang berbeda pula (Sugiyono (2012, hlm. 271).

Selanjutnya Satori & Komariah (2010, hlm. 171) berpendapat bahwa peneliti dapat mengecek konsistensi, kedalaman dan kebenaran suatu data. Misalnya peneliti yang melakukan wawancara di pagi hari, dan mengeceknya di siang hari.

Siang Sore

Pagi

Gambar 3.3. Triangulasi waktu pengumpulan data d. Menggunakan bahan referensi

Menggunakan bahan referensi yang dimaksud disini ialah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Contohnya data hasil wawancara perlu didukung dengan rekaman wawancara. Alat-alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif seperti kamera, handycam, alat rekam suara. Dengan


(31)

65

menggunakan bahan referensi ini menjadikan data yang diperoleh lebih dapat dipercaya (Sugiyono, 2012 hlm. 271).

e. Analisis kasus negatif

Menurut Satori & Komariah (2010, hlm. 171) kasus negatif merupakan kasus ganjil yang ditemukan pada saat pengumpulan data, dan kasus tersebut bertolak belakang dengan data lainnya serta dapat menjadi kunci keajegan data sebelumnya.

f. Member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh oleh

peneliti kepada pemberi data. Member check bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Pelaksanaan member check dapat dilaksanakan setelah satu periode pengumpulan data selesai atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan (Sugiyono, 2012 hlm. 271).

2. Transferability (validitas eksternal)

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 276) transferability ialah validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Sejalan dengan itu, Satori & Komariah (2010, hlm. 173) mengatakan bahwa transferability berkenaan dengan hasil penelitian, hingga manakah hasil penelitian ini dapat digunakan dalam situasi lain. Untuk mendapatkan derajat transferability tinggi bergantung pada kemampuan peneliti dalam mengangkat makna esensial dari temuannya, serta melaksanakan refleksi dan analisis kritis yang ditunjukkkan dalam pembahasan penelitian.

3. Dependability (reabilitas)

Menurut Satori & Komariah (2010, hlm. 174) suatu penelitian dikatakan reliabel jika orang lain dapat mengulangi proses penelitian


(32)

66

tersebut. Pengujian ini dilaksanakan dengan memeriksa semua proses penelitian. Jika proses penelitian tidak dilaksanakan di lapangan tapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel. Kegiatan audit seperti ini dilakukan oleh independen atau pembimbing.

4. Confirmability (obyektivitas)

Dalam penelitian kualitatif confirmability dinamakan dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif jika hasil penelitian telah disepekati banyak orang. Uji confirmability ini mirip dengan uji

dependability sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan

(Sugiyono, 2012, hlm. 277).

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini ialah menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data ini digunakan agar data yang diperoleh dari penelitian tersebut menjadi valid, obyektif serta benar, tidak menyimpang.

1. Observasi

Menurut Sutrisno hadi dalam Sugiyono (2012, hlm. 145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompeks, suatu proses yang tersusun dari berbagai aspek psikologis dan biologis. Dua diantara yang terpenting dalam proses pengamatan ialah ingatan. Observasi terbagi menjadi dua macam yaitu observasi participant dan observasi nonparticipant.

Teknik ini memungkinkan peneliti menarik kesimpulan, ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati. Melalui observasi ini, peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan (tacit understanding), bagaimana teori digunakan langsung (theory in use), dan sudut pandang responden yang mungkin tidak tercungkil lewat wawancara atau survai (Alwasilah, 2012, hlm. 110).


(33)

67

Dalam penelitian ini peneliti mengambil observasi nonparticipant dimana peneliti hanya berperan sebagai pengamat saja. Teknik observasi ini digunakan peneliti dalam mencari data mengenai pelaksanaan serta evaluasi pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung.

2. Wawancara

Wawancara atau interview menurut Sugiyono (2012, hlm. 137) digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga jika peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil. Adapun jenis wawancara yang peneliti gunakan ialah wawancara terstruktur.

Melalui wawancara, peneliti dapat mendapatkan informasi yang mendalam (indepth information) karena peneliti dapat menjelaskan pertanyaan yang tidak dimengerti responden, peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan (follow up questions), responden cenderung menjawab jika diberi pertanyaan serta responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa lalu dan mendatang (Alwasilah, 2012, hlm. 110).

Wawancara ini digunakan peneliti dalam mencari data mengenai perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung. Wawancara ini dilakukan peneliti dengan kepala sekolah, guru PAI atau guru kelas yang dapat menunjang kelengkapan data dalam wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Bungin (2007, hlm. 121) merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk menelusuri data historis. Misalnya data yang tersedia berbentuk seperti surat-surat, catatan harian, laporan, cendramata dan lainnya.

Teknik dokumentasi ini digunakan peneliti untuk memperoleh data mengenai perencanaan pembelajaran PAI, serta data sekolah, jumlah guru,


(34)

68

tenaga kependidikan dan siswa, letak geografis serta foto-foto kegiatan dan sebagainya.

H. Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi serta dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menguraikan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012, hlm. 244).

Senada dengan di atas, menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2007, hlm. 248) analisa data kualitatif ialah sebagai berikut:

Analisa data kualitatif ialah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, mengklasifikasikan menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012, hlm. 246) menyatakan bahwa dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara kontinyu sampai datanya jenuh. Selanjutnya, aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

1. Data Reduction (reduksi data)

Menurut Sutopo (2006, hlm. 114) reduksi data merupakan komponen utama dalam proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi dari semua jenis informasi yang ada dalam catatan lapangan.

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka dari itu perlu untuk dicatat secara telat dan rinci. Selanjutnya, harus segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi data merupakan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memperoleh gambaran yang jelas serta memudahkan


(35)

69

peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2012, hlm. 247).

Proses mereduksi ini berlangsung terus selama penelitian, reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan, melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian, tentang kerangka kerja konseptual, dan pada saat menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan, dan jenis data ini sudah terarah dan ditentukan oleh beragam pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah dalam penelitiannya (Sutopo, 2006, hlm. 114).

Untuk memudahkan dalam menyusun laporan penelitian, maka peneliti menggunakan koding data terhadap hasil penelitian. Menurut Moleong (2007, hlm. 288) koding berarti memberikan kode pada setiap satuan, agar tetap dapat ditemukan data satuannya yang berasal dari sumber mana.

Koding digunakan terhadap data yang telah diperoleh, yakni koding untuk sumber data (wawancara: W, Observasi: O, Dokumentasi: D). Koding untuk jenis responden (kepala sekolah: KS, guru kelas: GK, siswa: S). Untuk lokasi observasi (ruang kelas: RK, ruang kepala sekolah: RKS). Selanjutnya kategorisasi dalam penelitian ini didasarkan pada istilah-istilah pengumpulan data di lapangan serta setelah semua data terkumpul. Kategorisasi dalam penelitian ini yakni perencanaan pendidikan (PP), proses pelaksanaan (PL), pelaksanaan evaluasi (PE).

2. Data Display (penyajian data)

Langkah selanjutnya dalam menganalisis data ialah mendisplaykan data. Menurut Sutopo (2006, hlm. 114) penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi untuk selanjutnya dapat dilakukan penyimpulan penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat. Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif ialah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan


(36)

70

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2012, hlm. 249).

Kegiatan penyajian data ini sangat penting dan menentukan untuk langkah selanjutnya yakni penarikan kesimpulan/verifikasi karena dapat memudahkan usaha pemaparan serta penegasan kesimpulan (conclution

drawing and verification) (Suharsaputra, 2012, hlm. 219).

3. Conclusion Drawing/Verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi)

Langkah terakhir dalam menganalisis data ialah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun jika kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid serta konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2012, hlm. 252).

Simpulan perlu diverifikasi agar benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan verifikasi yang merupakan kegiatan pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data dengan cepat (dengan melihat catatan lapangan kembali pada saat menulis sajian data). Verifikasi juga dapat dilakukan dengan lebih mengembangkan ketelitian, misalnya dengan berdiskusi. Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya agar simpulan penelitian menjadi lebih kuat dan dipercaya (Sutopo, 2006, hlm. 116).

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan yang baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih kurang jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2012, hlm. 253).


(37)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan rumusan masalah yang tercantum di BAB I, yaitu perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dan evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014.

Dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung sudah baik. Perencanaan yang ada diantaranya program tahunan, program semester, silabus, RPP serta CPPH (catatan pembelajaran harian) yang dibuat oleh guru. Serta adanya asesmen mengenai kemampuan akademik dan non akademik bagi siswa untuk penyesuaian pelayanan pendidikan berdasarkan karakteristik dan kebutuhannya.

Pelaksanaan pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung sudah cukup baik. Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung lebih ditekankan pada aspek akhlak. Pelaksanaan pembelajaran PAI tidak selalu mengacu kepada kurikulum nasional, namun kurikulum tersebutlah yang harus menyesuaikan dengan karakter dan kebutuhan setiap siswa tunagrahita. Proses pembelajaran siswa tunagrahita berlangsung secara individual, artinya guru berperan untuk memberikan layanan pendidikan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan setiap siswa yang berbeda-beda.

Evaluasi pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung mengacu kepada tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Evaluasi pembelajaran bagi siswa tunagrahita disusun berdasarkan karakteristik serta kebutuhan setiap siswa. Di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ada dua tingkat ketunagrahitaan yakni C (ringan) dan C1 (sedang), maka evaluasinya kembali disesuaikan dengan tingkat ketunagrahitaan mereka.


(38)

112

B. Rekomendasi

1. Untuk Pembuat Kebijakan

a. Hasil penelitian tentang pembelajaran pendidikan agama Islam di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ini dianjurkan untuk dikembangkan lagi, agar dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkecimplung di dunia SMPLB-C (tunagrahita) agar dapat melaksanakan pelayanan pendidikan yang lebih baik lagi

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi perhatian bagi pemerintah agar sistem pendidikan bagi tunagrahita lebih diperbaiki lagi, sehingga siswa tunagrahita mendapatkan pendidikan yang bermakna sesuai dengan karakteristik dan kebutuhannya.

2. Sekolah yang Bersangkutan (SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung)

a. Mempertahankan serta mengembangkan lagi pembelajaran yang ada sehingga pelayanan pendidikan menjadi tepat sasaran, sesuai porsi dan kebutuhan siswa tunagrahita

b. Bagi guru senantiasa berdedikasi tinggi, penuh keuletan dan kesabaran dalam memberikan pendidikan terhadap siswa tunagrahita hingga menghasilkan lulusan yang diharapkan.

c. Bagi guru pendidikan luar biasa agar memperdalam dan mengembangkan keilmuan PAI untuk siswa tunagrahita

3. Bagi Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam (Prodi IPAI)

a. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi, serta sumbangan pemikiran mengenai pembelajaran pendidikan agama Islam untuk siswa tunagrahita. Sehingga lulusan Prodi IPAI dapat menerapkan metode serta strategi pembelajaran PAI untuk siswa tunagrahita suatu saat nanti.

b. Mengembangkan pendidikan khusus secara Islami


(39)

DAFTAR PUSTAKA

_____. (2005). Al-Qur`ān dan Terjemahnya: Al-Jumānatul `Alī (Seuntai Mutiara yang Maha Luhur). (Departemen Agama RI, Penerj.) Bandung: CV Penerbit

J-Art.

Abbas. (2014, Mei 19). Adaptasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Dipetik Mei 22, 2014, dari http://adaptasiabk.blogspot.com/2013/09/metode-pembelajaran-anak-tunagrahita.html.

Abdulllah, M. (2014). Model Pembelajaran Agama Islam untuk Meningkatkan

Pengetahuan dan Pengamalan Agama bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa. Disertasi pada Prodi Ilmu Pendidikan Islam Program

Pasca Sarjana UIN Bandung: Tidak diterbitkan.

Aini, E. S. (2012). Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islām Bagi

Siswa Penyandang Tunagrahita di SMPLB-C SLB Pembina Tingkat Nasional Malang. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang: Tidak diterbitkan. Al-Syaibany, O. M.-T. (tanpa tahun). Filsafat Pendidikan Islam. (H. Langgulung,

Penerj.) Jakarta: Bulan Bintang.

Alwasilah, C. (2012). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan

Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya.

Amin, M., & Dwidjosumarto, A. (1979). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: PT. New Aqua Press.

Amrullah, F. (2012). Buku Pintar Bahasa Tubuh untuk Guru. Jogjakarta: Diva Press.

Arifin. (2008). Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Tinjauan Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

______. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (ke-6 ed.). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Asril, Z. (2010). Micro Teaching: disertai dengan pedoman lapangan. Jakarta:


(40)

114

Assegaf, A. R. (2011). Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma baru pendidikan

hadhari berbasis integratif-interkonektif. Jakarta: Rajawali pers.

Assjari, M. (2005). Program Pembelajaran Individual. -: Departemen Pendidikan Nasional.

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

Daradjat, Z. (2008). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting

Pendidikan Inklusi). Bandung: PT Refika Aditama.

______. (2012). Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu Pengantar dalam

Pendidikan Inklusi. Bandung: PT Refika Aditama.

Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Direktorat Pembinaan Sekolah Luar

Biasa (Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus). Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

______. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Ke-4 ed.). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

______. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah

Pertama Luar Biasa Tunagrahita Ringan (SMPLB-C). -: Departemen

Pendidikan Nasional.

Efendi, M. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hidayah, S. N. (2011). Pendidikan Agama Pada Anak Tunagrahita (Studi

Terhadap Sistem Pembelajaran PAI di SLB A,B,C,D Muhammadiyah Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2011). Skripsi pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga: Tidak diterbitkan. Jalaluddin. (2011). Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Pers.

Kemis, & Rosnawati, A. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Tunagrahita. Jakarta: PT. Luxima Metro Media.

Kosasih, E. (Penyunt.). (2012). Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan

Khusus. Bandung: Yrama Widya.

Majid, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Majid, A., & Andayani, D. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: PT Remaja


(41)

115

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2008). Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengenai Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa dan Tunalaras. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

______. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muchsin, B. dkk. (2010). Pendidikan Islam Humanistik: Alternatif Pendidikan

Pembebasan Anak. Bandung: PT Refika Aditama.

Muchsin, B., Sulthon, M., & Wahid, A. (2010). Pendidikan Islam Humanistik:

Alternatif Pendidikan Pembebasan Anak. Bandung: PT Refika Aditama.

Mudyaharjo, R. (2012). Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang

Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.

Jakarta: Rajawali Pers.

Muhaimin, & Suti'ah. (2004). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mujib, A., & Mudzakir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam . Jakarta: Kencana. Mulyasa. (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan

Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasih, A. M., & Kholidah, L. N. (2009). Metode dan Teknik Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama.

Nasution. (2009). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Nizar, R. d. (2010). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan Luar Biasa. (1991). Peraturan

Pemerintah RI nomor 72 tahun 1991 tentang pendidikan luar biasa. Jakarta:

Tidak diterbitkan.

Prasetyana, A. S. (2013, November 17). Dunia Tunagrahita. Dipetik Mei 21,

2014, dari

http://arisandrap-k5113005-plbuns13.blogspot.com/2013/11/assesmen-tunagrahita.html.

______. (2013, November 17). Dunia Tunagrahita. Dipetik Mei 22, 2014, dari http://arisandrap-k5113005-plbuns13.blogspot.com/2013/11/pembelajaran-bagi-tunagrahita.html.


(42)

116

Prihatin, E., Rosalin, E., Taufani, & Triatna, C. (2008). Konsep Pendidikan. Bandung: PT Karsa Mandiri Persada.

Purwanti. (2011). Manajemen Pembelajaran PAI Bagi Anak Berkebutuhan

Khusus (Studi di SDLB Negeri Salatiga). Skripsi pada Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang: Tidak diterbitkan.

Ramayulis. (2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Ramayulis, & Nizar, S. (2009). Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem

Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia.

Rantini. (2010). Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Anak

Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Semarang. Skripsi pada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang: Tidak Diterbitkan.

Satori, D., & Komariah, A. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sauri, S. (2006). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: PT Genesindo.

Setiati, P. M. (2014, Februari 25). Dipetik Maret 8, 2014, dari Sentra PK dan PLK Jawa Tengah Sekolah Khusus Negeri Sragen (SKNS): http://www.slbn-

sragen.sch.id/2011/05/30/pandangan-islam-terhadappeserta-didikberkebutuhan-khusus/

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.

______. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, dan R dan D. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama.

Sumarna, E. (2009). Belajar Mudah Bahasa Arab untuk Memahami al-Qur'an. Bandung: Pustaka Ceria.

______. (2009). Kumpulan Hadis Ta'lim Muta'allim: Sebuah Konsep Tentang

Ilmu dan Ta'lim dalam Perspektif Sunnah. Bandung: IPAI PRESS.

Suryabrata, S. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutopo. (2006). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Syah, D. dkk. (2007). Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Putra Grafika.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam al-Qur'an. Bandung: CV Alfabeta.

Tafsir, A. (2010). Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, Rohani dan


(43)

117

Tarsidi, I. (Tanpa Tahun). Hakikat Ketunagrahitaan. Bandung: Tidak Diterbitkan. Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pres.

Umar, B. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. (2013). Himpunan Peraturan

Perundang-undangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.

Bandung: Fokusmedia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI.

Wijaya, A. (2013). Teknik Mengajar Siswa Tunagrahita (Disabilitas

Intelegensi-Gangguan Intelektual). Yogyakarta: Imperium.

Yunus, M. (1990). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa Dzuriyah.


(1)

112

Agan Setia Putra, 2014 B. Rekomendasi

1. Untuk Pembuat Kebijakan

a. Hasil penelitian tentang pembelajaran pendidikan agama Islam di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ini dianjurkan untuk dikembangkan lagi, agar dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkecimplung di dunia SMPLB-C (tunagrahita) agar dapat melaksanakan pelayanan pendidikan yang lebih baik lagi

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi perhatian bagi pemerintah agar sistem pendidikan bagi tunagrahita lebih diperbaiki lagi, sehingga siswa tunagrahita mendapatkan pendidikan yang bermakna sesuai dengan karakteristik dan kebutuhannya.

2. Sekolah yang Bersangkutan (SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung)

a. Mempertahankan serta mengembangkan lagi pembelajaran yang ada sehingga pelayanan pendidikan menjadi tepat sasaran, sesuai porsi dan kebutuhan siswa tunagrahita

b. Bagi guru senantiasa berdedikasi tinggi, penuh keuletan dan kesabaran dalam memberikan pendidikan terhadap siswa tunagrahita hingga menghasilkan lulusan yang diharapkan.

c. Bagi guru pendidikan luar biasa agar memperdalam dan mengembangkan keilmuan PAI untuk siswa tunagrahita

3. Bagi Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam (Prodi IPAI) a. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi, serta sumbangan

pemikiran mengenai pembelajaran pendidikan agama Islam untuk siswa tunagrahita. Sehingga lulusan Prodi IPAI dapat menerapkan metode serta strategi pembelajaran PAI untuk siswa tunagrahita suatu saat nanti.

b. Mengembangkan pendidikan khusus secara Islami


(2)

DAFTAR PUSTAKA

_____. (2005). Al-Qur`ān dan Terjemahnya: Al-Jumānatul `Alī (Seuntai Mutiara yang Maha Luhur). (Departemen Agama RI, Penerj.) Bandung: CV Penerbit

J-Art.

Abbas. (2014, Mei 19). Adaptasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Dipetik Mei 22, 2014, dari http://adaptasiabk.blogspot.com/2013/09/metode-pembelajaran-anak-tunagrahita.html.

Abdulllah, M. (2014). Model Pembelajaran Agama Islam untuk Meningkatkan

Pengetahuan dan Pengamalan Agama bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa. Disertasi pada Prodi Ilmu Pendidikan Islam Program

Pasca Sarjana UIN Bandung: Tidak diterbitkan.

Aini, E. S. (2012). Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islām Bagi

Siswa Penyandang Tunagrahita di SMPLB-C SLB Pembina Tingkat Nasional Malang. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang: Tidak diterbitkan. Al-Syaibany, O. M.-T. (tanpa tahun). Filsafat Pendidikan Islam. (H. Langgulung,

Penerj.) Jakarta: Bulan Bintang.

Alwasilah, C. (2012). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan

Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya.

Amin, M., & Dwidjosumarto, A. (1979). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: PT. New Aqua Press.

Amrullah, F. (2012). Buku Pintar Bahasa Tubuh untuk Guru. Jogjakarta: Diva Press.

Arifin. (2008). Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Tinjauan Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

______. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (ke-6 ed.). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Asril, Z. (2010). Micro Teaching: disertai dengan pedoman lapangan. Jakarta:


(3)

114

Agan Setia Putra, 2014

Assegaf, A. R. (2011). Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma baru pendidikan

hadhari berbasis integratif-interkonektif. Jakarta: Rajawali pers.

Assjari, M. (2005). Program Pembelajaran Individual. -: Departemen Pendidikan Nasional.

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

Daradjat, Z. (2008). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting

Pendidikan Inklusi). Bandung: PT Refika Aditama.

______. (2012). Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu Pengantar dalam

Pendidikan Inklusi. Bandung: PT Refika Aditama.

Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Direktorat Pembinaan Sekolah Luar

Biasa (Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus). Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

______. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Ke-4 ed.). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

______. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah

Pertama Luar Biasa Tunagrahita Ringan (SMPLB-C). -: Departemen

Pendidikan Nasional.

Efendi, M. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hidayah, S. N. (2011). Pendidikan Agama Pada Anak Tunagrahita (Studi

Terhadap Sistem Pembelajaran PAI di SLB A,B,C,D Muhammadiyah Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2011). Skripsi pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga: Tidak diterbitkan. Jalaluddin. (2011). Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Pers.

Kemis, & Rosnawati, A. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Tunagrahita. Jakarta: PT. Luxima Metro Media.

Kosasih, E. (Penyunt.). (2012). Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan

Khusus. Bandung: Yrama Widya.

Majid, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Majid, A., & Andayani, D. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: PT Remaja


(4)

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2008). Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengenai Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa dan Tunalaras. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

______. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muchsin, B. dkk. (2010). Pendidikan Islam Humanistik: Alternatif Pendidikan

Pembebasan Anak. Bandung: PT Refika Aditama.

Muchsin, B., Sulthon, M., & Wahid, A. (2010). Pendidikan Islam Humanistik:

Alternatif Pendidikan Pembebasan Anak. Bandung: PT Refika Aditama.

Mudyaharjo, R. (2012). Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang

Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.

Jakarta: Rajawali Pers.

Muhaimin, & Suti'ah. (2004). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mujib, A., & Mudzakir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam . Jakarta: Kencana. Mulyasa. (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan

Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasih, A. M., & Kholidah, L. N. (2009). Metode dan Teknik Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama.

Nasution. (2009). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Nizar, R. d. (2010). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan Luar Biasa. (1991). Peraturan

Pemerintah RI nomor 72 tahun 1991 tentang pendidikan luar biasa. Jakarta:

Tidak diterbitkan.

Prasetyana, A. S. (2013, November 17). Dunia Tunagrahita. Dipetik Mei 21,

2014, dari

http://arisandrap-k5113005-plbuns13.blogspot.com/2013/11/assesmen-tunagrahita.html.

______. (2013, November 17). Dunia Tunagrahita. Dipetik Mei 22, 2014, dari http://arisandrap-k5113005-plbuns13.blogspot.com/2013/11/pembelajaran-bagi-tunagrahita.html.


(5)

116

Agan Setia Putra, 2014

Prihatin, E., Rosalin, E., Taufani, & Triatna, C. (2008). Konsep Pendidikan. Bandung: PT Karsa Mandiri Persada.

Purwanti. (2011). Manajemen Pembelajaran PAI Bagi Anak Berkebutuhan

Khusus (Studi di SDLB Negeri Salatiga). Skripsi pada Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang: Tidak diterbitkan.

Ramayulis. (2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Ramayulis, & Nizar, S. (2009). Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem

Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia.

Rantini. (2010). Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Anak

Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Semarang. Skripsi pada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang: Tidak Diterbitkan.

Satori, D., & Komariah, A. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sauri, S. (2006). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: PT Genesindo.

Setiati, P. M. (2014, Februari 25). Dipetik Maret 8, 2014, dari Sentra PK dan PLK Jawa Tengah Sekolah Khusus Negeri Sragen (SKNS): http://www.slbn-

sragen.sch.id/2011/05/30/pandangan-islam-terhadappeserta-didikberkebutuhan-khusus/

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.

______. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, dan R dan D. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama.

Sumarna, E. (2009). Belajar Mudah Bahasa Arab untuk Memahami al-Qur'an. Bandung: Pustaka Ceria.

______. (2009). Kumpulan Hadis Ta'lim Muta'allim: Sebuah Konsep Tentang

Ilmu dan Ta'lim dalam Perspektif Sunnah. Bandung: IPAI PRESS.

Suryabrata, S. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutopo. (2006). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Syah, D. dkk. (2007). Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Putra Grafika.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam al-Qur'an. Bandung: CV Alfabeta.

Tafsir, A. (2010). Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, Rohani dan


(6)

Tarsidi, I. (Tanpa Tahun). Hakikat Ketunagrahitaan. Bandung: Tidak Diterbitkan. Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pres.

Umar, B. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. (2013). Himpunan Peraturan

Perundang-undangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.

Bandung: Fokusmedia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI.

Wijaya, A. (2013). Teknik Mengajar Siswa Tunagrahita (Disabilitas

Intelegensi-Gangguan Intelektual). Yogyakarta: Imperium.

Yunus, M. (1990). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa Dzuriyah.


Dokumen yang terkait

Kontribusi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Pelaksanaan Shalat Lima Waktu Siswa SMP Negeri 37 Jakarta

0 4 110

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SHALAT FARDLU PADA SISWA SMK Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pelaksanaan Shalat Fardlu Pada Siswa SMK Muhammadiyah 01 Boyolali Tahun 2014 / 2015.

0 2 15

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SHALAT FARDHU PADA SISWA SMK Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pelaksanaan Shalat Fardlu Pada Siswa SMK Muhammadiyah 01 Boyolali Tahun 2014 / 2015.

0 2 17

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Kelas III Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Risalah Surakarta Tahun 2012/2013.

0 4 15

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENDIDIKAN MORAL SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 10 TIPES Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pendidikan Moral Siswa Kelas Iv Sd Muhammadiyah 10 Tipes Surakrta Tahun Ajaran 2012 / 2013.

0 0 17

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014.

2 6 47

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA

0 0 146

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA TUNARUNGU DI SMPLB WANTU WIRAWAN SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 187

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA PENYANDANG AUTIS DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20132014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 3 127

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016 - Test Repository

0 0 113