PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PEMBELAJARAN IPS TERHADAP MODAL SOSIAL SISWA SMP DI KABUPATEN SUBANG.

(1)

DAFTAR ISI

hal

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

1. Manfaat Teoritis ... 14

2. Manfaat Praktis ... 14

E. Asumsi Penelitian ... 14

1. Persepsi siswa tentang pembelajaran IPS ... 15

2. Lokasi ... 16

3. Modal sosial ... 16

F. Hipotesis ... 17

G. Metode Penelitian ... 18

H. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 20

A. Konsep Dasar Persepsi ... 20

1. Pengertian Persepsi ... 20

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 23

3. Proses Terjadinya Persepsi ... 24

B. Pembelajaran IPS ... 29

C. Teori Lokasi ... 34

1. Lokasi Absolut dan Relatif ... 35

2. Site dan Situation ... 36

3. Teori tempat sentral ... 37


(2)

E. Penelitian Terdahulu ... 62

F. Kerangka Pemikiran ... 66

BAB III METODE PENELITIAN ... 68

A. Metode Penelitian ... 68

B. Desain Penelitian ... 69

C. Definisi Operasional ... 72

D. Populasi dan Sampel ... 74

E. Teknik Pengumpulan data ... 76

1. Kuesioner/angket ... 77

2. Observasi ... 77

3. Studi Literatur ... 77

4. Studi Dokumentasi... 77

F. Pengembangan Instrumen ... 77

G. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 82

H. Analisis Data ... 87

1. Uji Normalitas data ... 87

2. Uji Homogenitas ... 88

3. Analisa deskriptif ... 88

4. Uji Hipotesis Penelitian ... 88

I. Alur Penelitian ... 89

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 90

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 90

B. Deskripsi Hasil penelitian ... 93

1. Persepsi peserta didik tentang pembelajaran IPS ( X) ... 94

2. Variabel Modal Sosial (Y) ... 96

3. Lokasi ... 99

C. Uji Pra Syarat Analisis ... 104

1. Uji Normalitas ... 105

2. Uji Homogenitas ... 106

3. Uji Linieritas ... 107

D. Uji Hipotesis ... 107

E. Pembahasan Hasil penelitian ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 124 Lampiran ...


(3)

DAFTAR TABEL

hal

3.1. Desain faktorial ex Post facto ... 70

3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 72

3.3. Jumlah populasi Siswa SMP Kelas VIII di Kabupaten Subang Tahun 2010/2011 ... 75

3.4. Jumlah Sampel Siswa SMP Kelas VIII di Kabupaten Subang Tahun 2010/2011 ... 76

3.5. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengukur persepsi siswa tentang Pembelajaran IPS ... 78

3.6. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengukur Modal Sosial ... 80

3.7. Ujicoba pengukuran validitas persepsi siswa tentang pembelajaran IPS ... 84

3.8. Ujicoba pengukuran validitas persepsi siswa tentang Modal sosial ... 85

3.9. Rangkuman Uji reliabilitas ... 86

4.1. Frekuensi Persepsi siswa tentang Pembelajaran IPS di Subang Utara ... 94

4.2. Frekuensi Persepsi siswa tentang Pembelajaran IPS di Subang selatan ... 96

4.3. Modal sosial siswa di Kabupaten Subang ... 97

4.4. Uji Normalitas ... 105

4.5. Uji Homogenitas ... 106

4.6. Uji Linieritas ... 107

4.7. Ringkasan uji F persepsi siswa tentang pembelajaran IPS, lokasi dan Modal sosial ... 108


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar hal

2.1 Persepsi dan Proses Terjadinya ... 26

2.2 Level Modal sosial ... 47

3.1 Alur Penelitian ... 89

4.1 Persepsi siswa tentang pembelajaran IPS di Subang Utara ... 95

4.2 Persepsi siswa tentang pembelajaran IPS di Subang Utara ... 96


(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses multidimensional, tidak hanya berhubungan dengan pentransferan pengetahuan dan ketrampilan tapi juga memaparkan, menanamkan dan memberikan keteladanan dalam hal sikap, nilai moralitas, ucapan, perbuatan dan gaya hidup (Maryani, 2009; 45). Oleh karenanya pendidikan di Indonesia harus berada pada empat pilar pendidikan universal yaitu, belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together) (UNESCO dalam Tilaar 1999:61).

Learning live together atau belajar bekerja sama, merupakan suatu kemampuan yang sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan masyarakat global. Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain. Kemampuan manusia untuk hidup bersama kelompoknya sangat diperlukan dalam pengembangan modal sosial. Dalam perkembangannya siswa akan belajar sambil melakukan (learning by doing), selain mempelajari teori, konsep dan generalisasi sekaligus mereka akan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

IPS merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari konsep-konsep dan ketrampilan disiplin ilmu sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis


(6)

untuk tujuan pembelajaran. Menurut National Council for Social Studies (dikutip dari http://www.socialstudies.org/standards/execsummary), IPS dikenal dengan istilah social studies yang didefinisikan sebagai berikut:

Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.

Studi sosial merupakan studi terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mempromosikan kompetensi kewarganegaraan. Dalam program sekolah, ilmu-ilmu sosial disajikan terkoordinasi dan sistematik meliputi berbagai disiplin ilmu seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi, serta konten yang sesuai dari humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu alam. Tujuan utama studi sosial adalah untuk membantu kaum muda mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang rasional dan bisa diinformasikan untuk kepentingan publik sebagai warga negara yang beragam budaya, masyarakat demokratis di dunia yang saling tergantung.

Tujuan pembelajaran IPS (Puskur, 2006: 7) adalah mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan trampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Sebagai


(7)

bidang ajar di sekolah, IPS memiliki tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial dalam bentuk konsep dan pengalaman belajar yang dipilih atau diorganisasikan dalam rangka kajian ilmu sosial.

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan IPS bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang berguna bagi diri dalam hidup sehari-hari dan warga negara yang bangga sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air. Sedangkan fungsi pengajaran IPS adalah untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial dan kewarganegaraan siswa agar dapat direfleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka kurikulum IPS pada tingkat persekolahan dikembangkan dengan mengacu pada Prinsip Pengembangan Kurikulum, yaitu 1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya; 2) Beragam dan terpadu; 3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan ; 5)Menyeluruh dan berkesinambungan; 6) Belajar sepanjang hayat; 7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah (BSNP, 2006).

Pembelajaran IPS pada dasarnya dikembangkan untuk membangun kompetensi sosial siswa. Banks dan Clegg (1990:4) mengemukakan tujuan utama dari pembelajaran ilmu-ilmu sosial pada dasarnya adalah untuk


(8)

menyiapkan warga Negara yang dapat mengambil keputusan-keputusan reflektif dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat di dalam lingkup komunitasnya, negaranya, dan dunia secara global, yang dikategorikan dalam empat hal yakni: 1) Pengetahuan, 2) Keterampilan, 3) Nilai dan Sikap, dan 4) Tindakan selaku Warga Negara.

Aspek keterampilan dalam ilmu-ilmu sosial diuraikan lebih lanjut oleh Banks dan Clegg (1990:6) dalam beberapa aspek yakni: 1) keterampilan berpikir, 2) keterampilan penyelidikan ilmu-ilmu sosial, 3) keterampilan akademik, dan 4) keterampilan grup.

Jarolimek dan Parker (1993; 55) mengemukakan bahwa ujian yang sesungguhnya dalam belajar IPS terjadi ketika siswa berada di luar sekolah, yakni hidup di masyarakat. Apabila sekolah memberikan wawasan baru pada siswa, meningkatkan ketrampilan, atau kesadaran dan kepekaan yang tinggi tentang masalah-masalah kemasyarakatan, maka sejak dalam proses pembelajaran di sekolah, para siswa perlu diperkenalkan bagaimana berprilaku di luar sekolah, baik sebagai anak-anak maupun sebagai orang dewasa. Dengan kata lain, tujuan IPS hendaknya diuji dengan cara siswa menerapkan konsep yang diperoleh di kelas untuk dipraktekan dalam realitas kehidupan di masyarakat.

Agar dapat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, para siswa tidak berarti harus serba tahu semua isu-isu atau persoalan kemasyarakatan. Namun apa yang perlu dilakukan oleh siswa adalah dapat atau sebaliknya terlibat dalam setiap kegiatan untuk menjembatani kesenjangan antara apa yang


(9)

dipelajari di sekolah dengan dunia nyata tempat para siswa berada. Mereka hendaknya dapat mempraktekan keterampilan dan menetapkan pengetahuannya serta memepersiapkan mereka agar menjadi orang yang cerdas dan bertindak secara bertanggung jawab dalam urusan kemasyarakatan dimana mereka berada dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sapriya (2008: 51) Pendidikan IPS sangat memperhatikan dimensi ketrampilan disamping pemahaman dalam dimensi pengetahuan. Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan ketrampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Oleh karenannya berikut diuraikan sejumlah ketrampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsur dalam dimensi IPS dalam proses pembelajaran. Ketrampilan yang meliputi 1) ketrampilan meneliti; 2) ketrampilan berpikir; 3) ketrampilan sosial dan 4) ketrampilan berkomunikasi.

Menurut Sepriyan, Iyep (http://www.digilib.ui.edu) dalam Maryani (2009; 50) secara rinci menjelaskan bahwa ketrampilan sosial adalah kemampuan untuk menciptakan hubungan sosial yang serasi dan memuaskan, penyesuaian terhadap lingkungan sosial dan memecahkan masalah sosial yang dihadapi serta mampu mengembangkan aspirasi dan menampilkan diri, dengan ciri saling menghargai, mandiri, mengetahui tujuan hidup, disiplin dan mampu membuat keputusan. Dalam definisi tersebut nampak bahwa ketrampilan sosial sama dengan modal sosial, di mana di dalamnya terkait


(10)

dengan kemampuan menyesuaikan diri, berkomunikasi, berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat atau sekitarnya karena berkembangnya rasa tanggung jawab, kepercayaan mampu berpikir kritis dan memecahkan masalah dan menyikapi realita sosial.

Sebagai salah satu elemen yang terkandung dalam masyarakat sipil, modal sosial menunjuk pada nilai dan norma yang dipercayai dan dijalankan oleh sebagian besar anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup individu dan keberlangsungan komunitas masyarakat.

Modal sosial merupakan kekuatan yang mampu membangun civil community yang dapat meningkatkan pembangunan partisipatif, dengan demikian basis modal sosial adalah trust, idiologi dan religi. Modal sosial dapat dicirikan dalam bentuk kerelaan individu untuk mengutamakan keputusan komunitas. Dampak dari kerelaan ini akan menumbuhkan interaksi kumulatif yang menghasilkan kinerja yang mengandung nilai sosial (Saepul Rahmat, Pupu ; 2008; 22).

Putnam (1995) dikutip oleh Maryani (2009; 94) mengartikan modal sosial sebagai “features of social organization such as networks, norms, and social trust that facilitate coordination and cooperation for mutual benefit”. Modal sosial menjadi perekat bagi setiap individu, dalam bentuk norma, kepercayaan dan jaring kerja, sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan, untuk mencapai tujuan bersama.


(11)

Modal sosial juga dipahami sebagai pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki bersama oleh komunitas, serta pola hubungan yang memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif.

Putnam (1993) mendefinisikan modal sosial sebagai suatu nilai mutual trust (kepercayaan) antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya. Modal sosial didefinisikan sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan (networks), norma-norma (norms), dan kepercayaan sosial (social trust) yang mendorong pada sebuah kolaborasi sosial (koordinasi dan kooperasi) untuk kepentingan bersama. Hal ini juga mengandung pengertian bahwa diperlukan adanya suatu social networks (Networks of Civic Engagement). Hal ini sejalan pula dengan apa yang dikemukakan Bank Dunia (1999) modal sosial lebih diartikan kepada dimensi institusional, hubungan yang tercipta, norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat. Modal sosial pun tidak diartikan hanya sejumlah institusi dan kelompok sosial yang mendukungnya, tapi juga perekat (social glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok sebagai suatu kesatuan. (Rahmat. Pupu Saepul ;2008)

Dalam modal sosial ikatan sosial antar manusia di dalam sebuah masyarakat sangat penting untuk membentuk kohesivitas sosial dalam mencapai tujuan bermasyarakat. Ia merupakan sebuah kekuatan untuk mencapai tujuan hidup bersama yang tidak mungkin dicapai secara personal.

Modal sosial merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hilangnya modal sosial tersebut dapat dipastikan


(12)

kesatuan masyarakat, bangsa dan negara akan terancam, atau paling tidak masalah-masalah kolektif akan sulit untuk diselesaikan. Kebersamaan dapat meringankan beban, berbagi pemikiran, sehingga dapat dipastikan semakin kuat modal sosial, semakin tinggi daya tahan, daya juang, dan kualitas kehidupan suatu masyarakat. Tanpa adanya modal sosial, masyarakat sangat mudah diintervensi bahkan dihancurkan oleh pihak luar. Kebersamaan, solidaritas, toleransi, semangat bekerjasama, kemampuan berempati, merupakan modal sosial yang melekat dalam kehidupan bermasyarakat (Maryani, 2009; 95).

Di dalam masyarakat Indonesia, modal sosial ini menjadi suatu alternatif pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Mengingat sebenarnya masyarakat Indonesia sangatlah majemuk dan mereka mempunyai banyak sekali nilai-nilai yang sebenarnya sangat mendukung pengembangan dan penguatan modal sosial itu sendiri. Pasalnya modal sosial memberikan pencerahan tentang makna kepercayaan, kebersamaan, toleransi dan partisipasi sebagai pilar penting pembangunan masyarakat sekaligus pilar bagi demokrasi dan good governance (tata pemerintahan yang baik). Tetapi apabila modal sosial itu rapuh maka akan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.

Potret Positif modal sosial dapat digambarkan dalam formulasi kepercayaan (trust) yang meliputi kohesi sosial, empati, transparansi, militan (inklosif) yang kesemuanya itu akan berdampak pada memunculkan kontrol sosial baru, revitalisasi modal sosial baru, perlu membangun kerjasama


(13)

dengan pihak luar, demokrasi dan desentralisasi. Norma harus diwujudkan dalam bentuk kesetaraan dan kemitraan sehingga tidak muncul perbedaan perlakuan antarwarga, dalam alokasi ini akan muncul kendala kebudayaan luar, anomalis primordialisme dan vested interest sehingga perlu dipersiapkan jawaban kedepan guna membenteng tantangan yang akan muncul. (Rahmat.Pupu Saepul;2008)

Potret Negatif modal sosial dapat digambarkan dalam formulasi melemahnya modal sosial sehingga modal sosial mengalami erosi dalam bentuk: interaksi sosial, ditandai dengan pelanggaran norma, krisis kepemimpinan, kerenggangan hubungan sosial dan dehumanisasi. Kondisi ini disebabkan oleh lemahnya kontrol sosial, sentimen kelompok, meningkatnya semangat individualisme dan merebahnya nilai budaya material. Bila kondisi ini dibiarkan maka akan berakibat pada anomalis, pembangkangan, konflik dan perilaku menyimpang. Komunitas, muncul sikap baru dari komunitas dalam bentuk apatis, pragmatis, pengingkaran dan budaya potong kompas (menerobos). Sikap ini muncul karena disebabkan oleh tidak ada kepercayaan, rendahnya rasa handar beni, egoisme, menghalalkan segala cara dan pelayanan birokrasi yang rendah. Jika kondisi ini tidak segera diantisipasi, maka yang muncul adalah stagnan (kemandegan), menurunkan partisipasi, pelanggaran nilai sosial dan dimungkinkan terjadi KKN.

Partisipasi/gotong royong merupakan modal sosial yang tinggi, masyarakat akan lebih mudah menyelesaikan berbagai problem kolektif yang mereka hadapi. Partisipasi/gotong royong akan memberikan energi kolektif


(14)

untuk dapat mendorong roda perubahan yang cepat di tengah masyarakat dan memperluas kesadaran bersama bahwa banyak jalan yang bisa dilakukan oleh setiap anggota kelompok untuk memperbaiki kesejahteraan dan mutu kehidupan secara bersama-sama serta bertanggung jawab atas kenyamanan, kebersihan, dan keamanan lingkungan tempat tinggalnya. Kabupaten Subang yang memiliki slogan “Rakyat Subang gotong royong subang maju,” Melalui pemberdayaan Desa mandiri Gotong Royong (DMGR). Penerimaan masyarakat akan makna gotong royong berbeda-beda. Pada masyarakat yang memiliki modal sosial yang kuat, program tersebut disikapi dengan positif. Potret positif modal sosial terjadi pada masyarakat Subang di wilayah selatan, mereka memiliki kepercayaan yang tinggi pada pemerintah. Masyarakatnya cenderung adem ayem, Sehingga program tersebut direspon positif oleh masyarakatnya. Sedangkan pada wilayah utara yang heterogen dan pengaruh materialisme yang sudah merambah masyarakatnya, modal sosial mulai melemah, terdapat krisis kepercayaan pada pemimpin, individualis, rentan konflik. Konflik Individu bisa menyebakan konflik kolektif masyarakat.

Kondisi fisik wilayah Subang Utara merupakan dataran rendah dengan suhu panas mempengaruhi karakter masyarakat yang keras dan mudah tersulut emosinya. Sedangkan Subang Selatan yang berupa dataran tinggi dengan suhu udara sejuk mempengaruhi karakter masyarakatnya yang lebih tenang.

Berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial jawa Barat, terdapat daerah rawan bencana sosial di Subang utara menurut persepsi


(15)

masyarakat (www.dissos.jabarprov.go.id/...Subang/KAJIAN%20SUBANG%20)

contohnya di Desa Mulyasari Pamanukan khususnya dan Subang Utara pada umumnya. Permasalahan di Pamanukan tersebut disebabkan karena :

1. Penduduknya yang heterogen, hubungan kekerabatan diantara warga masyarakat di Pamanukan kurang terjalin secara kuat, dan terkesan masing-masing orang tidak mautahu urusan orang lain (individualis) 2. Adanya kesenjangan ekonomi antara penduduk asli dengan warga

pendatang, khususnya WNI Tionghoa (sekitar 5% dari penduduk Kecamatan Pamanukan), yang l ebih maju dalam kegiatan berusaha maupun aksesibilitas perekonomian. Keadaan ini menimbulkan kecemburuan sosial dikalangan penduduk asli Pamanukan.

3. Tingkat pendidikan warga masyarakat Pamanukan yang relatif masih rendah, sehingga kualitas sumber daya manusia (SDM) kurang memadai dalam melaksanakan berbagaibidang kehidupan, khususnya dalam upaya membangun daerah ke arah yang lebih

4. Terjadinya kemerosotan moral dikalangan remaja dan generasi muda, yang terindikasikan dengan seringnya terjadi perkelahian massal antar kampung, khususnya ketika sedang ada hiburan musik dalam acara hajatan yang diselenggarakan warga. Pengaruh minuman keras dan Narkoba mewarnai meningkatnya kenakalanremaja/generasi muda tersebut. Disisi lain, pembinaan terhadap generasi muda baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri dirasakan sangat kurang, karena kontrol sosial oleh masyarakat terhadap perilaku warganya sudah


(16)

melonggar. Seiring dengan letak kecamatan Pamanukan di daerah perbatasan pantai Utara yang ramai dengan kegiatan usaha, muncul pula kafe-kafe terselubung yang di dalamnya terdapat kegiatan prostitusi dan premanisme.

5. Kerusuhan sosial berbau SARA pernah terjadi di Pamanukan pada tahun 1997, antara penduduk pribumi dan Kerusuhan tersebut merupakan akumulasi dari ketidakpuasan masyarakat (penduduk asli Desa Mulyasari –Pamanukan) terhadap WNI Tionghoa yang mendominasi kegiatan ekonomi.

6. Kerusuhan sosial/konflik horisontal yang terjadi pada tahun 2002, berupa perkelahian massal antar kampung, yaitu antara warga kampung Bojong Curug dengan warga kampung Pamugas Desa Mulyasari.

Konflik beberapa tahun yang lalu bukan tidak mungkin dapat muncul kembali dan menyebar ke daerah sekitarnya, bahkan ke wilayah lain, jika modal sosial yang positif melemah maka yang muncul adalah modal sosial negatif. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan modal sosial baik melalui institusi pendidikan maupun lembaga masyarakat lainnya. Contoh pemberdayaan masyarakat melalui “Desa mandiri Gotong Royong”.

Pendidikan IPS memiliki posisi strategis dalam mengembangkan modal sosial yang positif. Seperti halnya mengembangkan nilai-nilai, kepercayaan dan hubungan sosial. Karena dalam IPS tidak hanya menyentuh ranah kognitif tetapi juga afektif dan psikomotor. Dengan aspek keterampilan yang dikembangkan dalam beberapa aspek yakni: 1) keterampilan berpikir, 2)


(17)

keterampilan penyelidikan ilmu-ilmu sosial, 3) keterampilan akademik, dan 4) keterampilan grup, dalam Banks dan Clegg (1990:6). Sehingga dalam penelitian ini penulis tertarik untuk membahas lebih jauh tentang kontribusi pembelajaran IPS di SMP terhadap pengembangan modal sosial.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang konseptual dan faktual, maka dapat dikemukakan bahwa permasalahan penelitian ini bertumpu pada pengaruh lokasi dan pembelajaran IPS dalam mengembangkan modal sosial di Kabupaten Subang. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “bagaimana pengaruh pembelajaran IPS terhadap modal sosial di Kabupaten Subang dilihat dari lokasi?” Berdasarkan rumusan masalah selanjutnya akan dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pembelajaran IPS berdasarkan persepsi siswa di Kabupaten Subang ?

2. Bagaimana modal sosial siswa di Kabupaten Subang sebelah utara dan selatan ?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan modal sosial berdasarkan persepsi siswa tentang pembelajaran IPS dan lokasi siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pembelajaran IPS di SMP terhadap modal sosial di Kabupaten Subang. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :


(18)

1. Mengetahui pembelajaran IPS berdasarkan persepsi siswa di Kabupaten Subang

2. Mengetahui modal sosial siswa di Kabupaten Subang sebelah utara dan selatan

3. Mengetahui perbedaan yang signifikan modal sosial berdasarkan persepsi siswa tentang pembelajaran IPS dan lokasi siswa

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dari hasil temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengayaan ide, wawasan, yang berdasarkan pada keunggulan komparatif bahwa pembelajaran IPS di SMP dapat memberikan pengaruh terhadap modal sosial.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah;

a. Bagi guru: mendapat penjelasan tentang pengaruh Pembelajaran IPS terhadap modal sosial

b. Bagi siswa: diharapkan pembelajaran IPS dapat membantu mengembangkan modal sosial

c. Secara praktis penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu referensi dalam menentukan kebijakan di Kabupaten Subang.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian merupakan teori, evidensi-evidensi dan dapat pula pemikiran penelitian sendiri yang merupakan sesuatu yang dianggap benar


(19)

dan tidak perlu dipersoalkan lagi atau dibuktikan lagi kebenarannya (Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 2008:51). Di dalam penelitian ini, asumsi penelitian yang dijadikan titik tolak pemikiran adalah:

1. Persepsi siswa tentang Pembelajaran IPS

Persepsi adalah merupakan reaksi yang diterima seseorang terhadap sesuatu objek yang disimpan dalam pikirannya untuk diungkapkan pada saat diperlukan dalam bentuk pendapat yang merupakan pengungkapkan dari reaksi yang terjadi pada diri seseorang.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dimaksud adalah pembelajaran IPS yang diajarkan guna mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, sejarah, antropologi, ilmu politik, dan sebagainya dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat sekeliling.

Pembelajaran IPS pada dasarnya dikembangkan untuk membangun kompetensi sosial siswa. Banks dan Clegg (1990:4) mengemukakan tujuan utama dari pembelajaran ilmu-ilmu sosial pada dasarnya adalah untuk menyiapkan warga Negara yang dapat mengambil keputusan-keputusan reflektif dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat di dalam lingkup komunitasnya, negaranya, dan dunia secara global, yang dikategorikan dalam empat hal yakni: 1) Pengetahuan, 2) Keterampilan, 3) Nilai dan Sikap, dan 4) Tindakan selaku Warga Negara.


(20)

Pembelajaran IPS dalam penelitian ini dilihat dari persepsi siswa meliputi, kompetensi guru, metode pembelajaran, media, sumber belajar, teknik evaluasi.

2. Lokasi

Lokasi dalam penelitian ini adalah lokasi siswa. Lokasi adalah posisi suatu tempat, benda, peristiwa atau gejala dipermukaan bumi dalam hubungannya dengan tempat, benda, peristiwa lain (Maryani, 2009; 16) Lokasi yang dibandingkan adalah Lokasi siswa di Subang Utara dan Subang selatan.

Lokasi terdiri atas lokasi absolut dan relatif, lokasi absolut adalah posisi suatu tempat berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Lokasi relatif adalah posisi sesuatu berdasarkan kondisi dan situasi daerah sekitarnya. Lokasi ini dapat pula ditinjau situasi (situation) dari site-nya. Site adalah semua sifat atau karakter internal dari suatu daerah tertentu. Subang Utara yang terletak di dataran rendah, sifat dataran rendah atau dataran rendah itu sendiri, merupakan site dari Subang Utara tersebut. Sedangkan Situation atau lokasi relatif berkenaan dengan sifat eksternalnya. Situasi suatu tempat, berkenaan dengan relasi tempat yang bersangkutan dengan tempat-tempat disekitarnya pada ruang geografi yang sama.

3. Modal sosial

Modal sosial menunjuk pada nilai dan norma yang dipercayai dan dijalankan oleh sebagian besar anggota masyarakat dalam kehidupan


(21)

sehari-hari, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup individu dan keberlangsungan komunitas masyarakat.

Indikator modal sosial dalam penelitian ini adalah; 1) Hubungan sosial ; 2) Adat dan nilai budaya lokal ; 3)Toleransi; 4)Jaringan Sosial dan Kepemimpinan Sosial; 5) Kepercayaan; 6) Kebersamaan dan Kesetiaan; 7) Partisipasi masyarakat; 8) Kemandirian. Dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi siswa.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah atau sub-masalah yang diajukan oleh peneliti. Sehingga dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah :

1. Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan modal sosial (Y) berdasarkan persepsi siswa tentang pembelajaran IPS (X) kelompok siswa yang tidak akurat ragu-ragu dan akurat.

Ho =Tidak terdapat perbedaan yang signifikan modal sosial berdasarkan persepsi siswa tentang pembelajaran IPS kelompok siswa yang tidak akurat ragu-ragu dan akurat

2. Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan modal sosial (Y) di Subang Utara dan Subang Selatan

Ho = Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan modal sosial (Y) di Subang Utara dan Subang Selatan


(22)

G. Metode penelitian

Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah ex post facto. Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang bertujuan menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variabel bebas yang secara keseluruhan sudah terjadi.

Dalam pengertian yang lebih khusus, (Furchan, 383:2002) menguraikan bahwa penelitian ex post facto adalah penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami. Pengumpulan data menggunakan survey untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya.

Menurut Natsir (1999 : 73) sifat penelitian ex post facto, tidak ada kontrol terhadap variabel, variabel terlihat apa adanya.

H. Lokasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Subang kelas VIII. Adapun jumlah SMP negeri yang ada di Kabupaten Subang sebanyak 67 sekolah. Pemilihan sampel penelitian dilakukan melalui pengambilan sampel kemudian secara acak memilih sekolah yang dijadikan sampel adalah 6 (enam) yaitu, SMPN 1 Jalancagak,


(23)

SMPN 2 Tanjungsiang, SMPN 1 Cisalak, SMP Negeri 1 Pamanukan, SMP Negeri 3 Pusakanagara, SMP Negeri 2 Compreng.

Pengambilan sampel responden siswa dari tiap sekolah menggunakan teknik sampel random atau sampel acak, karena semua subyek dianggap sama (homogen). Dengan demikian peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel (Arikunto, 2006; 134). Sampel random diambil dengan beberapa cara, pada penelitian ini menggunakan cara undian, yaitu pengambilan sampel siswa dari anggota populasi di tiap sekolah. Pada kertas kecil kita tuliskan nomor subjek, satu nomor untuk setiap kertas , kemudian digulung, dan mengambil sejumlah gulungan sesuai dengan sampel pada tiap sekolah. Sehingga nomor-nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subjek sampel penelitian (Arikunto, 2006; 137).


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah ex post facto yang artinya sesudah fakta, dengan pengambilan data secara survey. Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang bertujuan menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variabel bebas yang secara keseluruhan sudah terjadi (Sukardi , 2003 :174).

Dalam pengertian yang lebih khusus, (Furchan, 2002; 383) menguraikan bahwa penelitian ex post facto adalah penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami. Pengumpulan data menggunakan survey untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya. Alasan menggunakan metode penelitian survey adalah penelitian ini mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan test sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1995:1).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data yaitu populasi dan sampel, karena data hasil penelitian ini berupa


(25)

angka-angka yang harus diolah secara statistika, maka antar variabel-variabel yang diajukan objek penelitian harus jelas pertautannya (korelasi) sehingga dapat ditentukan pendekatan statistika yang akan digunakan sebagai pengolahan data yang pada gilirannya merupakan hasil analisis yang dapat dipercaya (validitas dan reliabilitas), dengan demikian mudah untuk digeneralisasi sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan.

Kerlinger (1993) yang dikutip Iskandar mendefinisikan penelitian ex post facto adalah penemuan empiris yang dilakukan secara sistematis, peneliti tidak melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas karena manifestasinya sudah terjadi atau variabel-variabel tersebut secara inheren tidak dapat dimanipulasi. (Iskandar, 2009; 8)

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ex post facto merupakan penelitian untuk menjelaskan atau menemukan bagaimana variabel-variabel dalam penelitian saling berhubungan atau berpengaruh, tetapi juga mengapa gejala-gejala atau perilakun itu terjadi.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian ex post facto, dengan menitik beratkan pada penelitian komparatif. Untuk memperjelas tentang desain penelitian ex post facto yang dimaksud dapat dilihat desain faktorial pada penelitian ini sebagai berikut :


(26)

Tabel 3.1

Desain faktorial ex post facto : Model faktorial 2X3X3

Variabel bebas Persepsi siswa tentang pembelajaran IPS Variabel

Terikat

Akurat (C1) Ragu-ragu (C2)

Tidak akurat (C3)

Modal sosial

Utara (XA)

Rendah (1) XA1.C1 XA1.C2 XA1.C3

Sedang (2) XA2.C1 XA2.C2 XA1.C3

Tinggi (3) XA3.C1 XA3.C2 XA3.C3

Selatan (XB)

Rendah (1) XB1.C1 XB1.C2 XB1.C3

Sedang (2) XB2.C1 XB2.C2 XB2.C3

Tinggi(3) XB3.C1 XB3.C2 XB3.C3

Keterangan :

XA1C1 : Modal sosial dengan katagori rendah di Subang Utara, dipengaruhi pembelajaran IPS yang akurat

XA1C2 : Modal sosial dengan katagori rendah di Subang Utara, dipengaruhi pembelajaran IPS yang ragu-ragu

XA1C3 : Modal sosial dengan katagori rendah di Subang Utara,, dipengaruhi pembelajaran IPS yang tidak akurat

XA2C1 : Modal sosial dengan katagori sedang di Subang Utara, dipengaruhi pembelajaran IPS yang akurat

XA2C2 : Modal sosial dengan katagori sedang di Subang Utara, dipengaruhi pembelajaran IPS yang ragu-ragu

XA2C3 : Modal sosial dengan katagori sedang di Subang Utara, dipengaruhi pembelajaran IPS yang tidak akurat


(27)

XA3C1 : Modal sosial dengan katagori tinggi di Subang Utara, dipengaruhi pembelajaran IPS yang akurat

XA3C2 : Modal sosial dengan katagori tinggi di Subang Utara, dipengaruhi pembelajaran IPS yang ragu-ragu

XA3C3 : Modal sosial dengan katagori tinggi di Subang Utara, dipengaruhi pembelajaran IPS yang tidak akurat

XB1C1 : Modal sosial dengan katagori rendah di Subang Selatan, dipengaruhi pembelajaran IPS yang akurat

XB1C2 : Modal sosial dengan katagori rendah di Subang Selatan, dipengaruhi pembelajaran IPS yang ragu-ragu

XB1C3 : Modal sosial dengan katagori rendah di Subang Selatan, dipengaruhi pembelajaran IPS yang tidak akurat

XB2C1 : Modal sosial dengan katagori sedang di Subang Selatan, dipengaruhi pembelajaran IPS yang akurat

XB2C2 : Modal sosial dengan katagori sedang di Subang Selatan, dipengaruhi pembelajaran IPS yang ragu-ragu

XB2C3 : Modal sosial dengan katagori sedang di Subang Selatan, dipengaruhi pembelajaran IPS yang tidak akurat

XB3C1 : Modal sosial dengan katagori tinggi di Subang Selatan, dipengaruhi pembelajaran IPS yang akurat

XB3C2 : Modal sosial dengan katagori tinggi di Subang Selatan, dipengaruhi pembelajaran IPS yang ragu-ragu


(28)

XB3C3 : Modal sosial dengan katagori tinggi di Subang Selatan, dipengaruhi pembelajaran IPS yang tidak akurat

C. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut :

Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Konsep teoritis Konsep empiris Konsep analitis Bebas : Persepsi siswa tentang pembelajar an IPS (X)

Pembelajaran IPS menurut persepsi siswa terdiri atas kognisi, penafsiran dan tanggapan siswa tentang Kompetensi guru, Metode, media

sumber belajar, Teknik evaluasi

Pembelajaran IPS merupakan salah satu faktor yang dapat

memperkuat modal sosial siswa Pembelajaran IPS berpengaruh dalam pengembangan modal sosial Terikat : Modal sosial (Y)

Modal sosial meliputi : hubungan sosial, toleransi, jaringan sosial dan

kepemimpinan social, kepercayaan, kebersamaan dan kesetiaan, kemandirian

Siswa memiliki modal sosial yang kuat meliputi hubungan sosial, toleransi, jaringan sosial dan kepemimpinan social, kepercayaan,

kebersamaan dan kesetiaan, dan kemandirian

Hasil angket dan observasi yang diperoleh dari survey

antara Lokasi (Z)

Teori Lokasi :

Site :

Lokasi absolut dan relatif

Situation :

Dipengaruhi kondisi fisik dan sosial

Kabupaten Subang a.Subang utara memiliki

modal sosial yang mulai lemah

b.Subang Selatan memiliki modal sosial yang lebih kuat

Lokasi sekolah memiliki pengaruh terhadap modal sosial siswa

Sesuai dengan masalah yang diteliti, berikut ini penulis memperjelas variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian adalah sebagai berikut :


(29)

1. Variabel Independen sering disebut variabel bebas, stimulus, prediktor adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu persepsi siswa tentang pembelajaran IPS (X) yang meliputi kognisi,penafsiran dan tanggapan siswa tentang kompetensi guru, metode, media, sumber belajar dan teknik evaluasi dari kategoro tidak akurat sampai dengan akurat,.

2. Variabel Dependen sering juga disebut variabel terikat, kriteria, konsekuen, merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel Independen. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah modal sosial (Y) yang diiliki siswa dari katagori rendah sampai tinggi. 3. Variabel Intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel ini merupakan variabel penyela yang terletak antara variabel bebas dan variabel terikat, sehingga variabel bebas tidak langsung mempengaruhi variabel terikat (Sugiyono, 2003:41). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel perantara adalah Lokasi (Z) yaitu Subang Utara dan Subang selatan.Variabel antara yaitu lokasi siswa yang terdiri atas Subang sebelah utara dan sebelah selatan.


(30)

mengenai variabel penelitian :

Alur

Gambar. 3.1. Konstalasi Hubungan antar Variabel

D. Populasi Dan Sampel

Menurut Sugiyono, (2008:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada SMP Negeri di Kabupaten Subang, melalui teknik cluster berdasarkan tipe sekolah di Kabupaten Subang sebelah utara dan sebelah selatan hingga di dapat populasi siswa pada enam sekolah sebagai berikut :

VARIABEL BEBAS PERSEPSI SISWA TENTANG

PEMBELAJARAN IPS (X)

kompetensi guru, metode, media, sumber belajar dan teknik evaluasi

VARIABEL ANTARA (Z) LOKASI SEKOLAH :

Subang Utara dan Subang selatan.

VARIABEL

TERIKAT MODAL SOSIAL(Y)


(31)

Tabel 3.3

Jumlah Populasi Siswa SMP Kelas VIII di Kabupaten Subang Tahun 2010/2011

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Keterangan

1 SMP Negeri 1 Jalancagak 404 Selatan

2 SMP Negeri 1 Cisalak 360 Selatan

3 SMP Negeri 2 Tanjungsiang 240 Selatan

4 SMP Negeri 1 Pamanukan 320 Utara

5 SMP Negeri 3 Pusakanagara 288 Utara

6 SMP Negeri 2 Compreng 203 Utara

Jumlah 1815

Menurut Ali (1996:54), sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Riduwan (2007:241) berpendapat pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Kriteria sampel diambil dari keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi dari populasi. Dalam hal ini teknik sampling yang digunakan simple random sampling, yaitu cara pengumpulan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) anggota populasi karena anggota populasi dianggap homogen.

Dalam pengambilan sampel didasari oleh pendapat dari Suharsimi Arikunto ..”Pengambilan sampel karena subjeknya besar dapat diambil antara 10% 15% atau 20-25% atau lebih” ( Arikunto, 2006 : 134). Dalam penelitian ini ditetapkan sampel 10% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 182 orang


(32)

Kemudian sampel 182 orang tersebut untuk memudahkan dalam pengumpulan data, maka ditentukan jumlah masing-masing sampel dari setiap SMP di Kabupaten Subang secara proporsional dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:

ni = Jumlah sampel menurut stratum n = Jumlah sampel keseluruhannya Ni = Jumlah populasi menurut stratum N = Jumlah populasi seluruhnya

Tabel 3.4

Jumlah sampel Siswa SMP Kelas VIII di Kabupaten Subang Tahun 2010/2011

No Nama Sekolah Penentuan

Sampel Jumlah Siswa

1 SMP Negeri 1 Jalancagak 404/1815 X 182 41

2 SMP Negeri 1 Cisalak 360/1815 x 182 36

3 SMP Negeri 2 Tanjungsiang 240/1815 x 182 24

4 SMP Negeri 1 Pamanukan 320/1815 x 182 32

5 SMP Negeri 3 Pusakanagara 288/1815 x 182 29

6 SMP Negeri 2 Compreng 203/1815 x 182 20

Jumlah 182

E. Teknik Pengumpulan Data

Data diperlukan untuk menjawab masalah dan membuktikan hipotesis penelitian, dalam penelitian ini teknik pengumpulan data maka instrumen yang digunakan sebagai berikut:


(33)

1. Kuesioner/Angket

Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden) yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden, selain itu responden mengetahui informasi yang diminta. Kuesioner/angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran skala sikap model Likert untuk mengetahui kontribusi Pembelajaran IPS.

2. Observasi

Data dalam penelitian ini juga dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi untuk mengetahui kegiatan pembelajaran IPS dan pengembangan modal sosial.

3. Studi literatur

Yaitu penelitian dengan jalan mempelajari buku-buku, literatur dan peraturan-peraturan pemerintah dan peraturan daerah yang ada kaitannya dengan materi penelitian.

4. Studi dokumentasi

Merupakan pengkajian terhadap dokumen-dokumen yang menunjang penelitian.

F. Pengembangan Instrumen

Instrumen pada penelitian ini mencakup, instrumen yang mengukur persepsi siswa tentang pembelajaran IPS serta instrumen yang mengukur modal sosial.


(34)

1. Instrumen persepsi siswa tentang pembelajaran IPS mengacu pada Definisi persepsi Mar’at (1985) ; Thoha (1983) ; Abdurachman (1988).

a. Kepercayaan, pendapat (Kognisi) mengenai Pembelajaran IPS b. Penafsiran mengenai Pembelajaran IPS

c. Tanggapan mengenai Pembelajaran IPS

Berdasarkan kategori-kategori di atas, tersusun 40 butir pernyataan yang terlebih dahulu diujicobakan sebelum dijadikan alat penelitian. Kisi-kisi instrumen pengukuran persepsi dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut :

Tabel : 3.5.

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Pengukur Persepsi siswa tentang Pembelajaran IPS

INDIKATOR ASPEK BUTIR INSTRUMEN

1.Persepsi Kompetensi Guru: •Kognisi •Penafsiran •Tanggapan

1. Pemahaman teori/konsep materi IPS, secara luas dan mendalam.

1, 2, 3, 4

2. Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

5

3. Menghubungkan dengan materi sebelumnya

6

4. Memilih materi esensial 7 5. Menunjukkan manfaat materi

pelajaran IPS 8,11 2.Persepsi penggunaan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran IPS : •Kognisi

1. Penerapan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran IPS yang sesuai

9,10, 11 14,

2. Metode pembelajaran yang digunakan guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif


(35)

INDIKATOR ASPEK BUTIR INSTRUMEN •Penafsiran

•Tanggapan

3. Pengalokasian waktu yang

efesien dan efektif 20

4. Membimbing siswa dalam proses pembelajaran 12,17 3.Persepsi Pemanfaatan media padapembelajara n IPS

•Kognisi •Penafsiran •Tanggapa

1. Pemanfaatan media

pembelajaran yang sesuai

21, 22, 23

2. Media pembelajaran yang digunakan guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

24,26

3. Media pembelajaran yang digunakan dapat memotivasi siswa 25,27 4.Persepsi Pemanfaatan sumber padapembelajara n IPS

•Kognisi •Penafsiran •Tanggapan

1. Pemanfaatan sumber

pembelajaran yang sesuai

28,35

2. sumber belajar yang digunakan guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

31,32,33

3. Sumber belajar yang

digunakan dapat memotivasi siswa

29, 30, 34, 36

5.Persepsi evaluasi pembelajaran IPS

1. Dilakukan pos tes pada kegiatan akhir pembelajaran

37,38

2. Mengadakan ulangan harian secara berkala

39

3. Kesesuaian materi tes dengan materi yang sudah diajarkan

40

Sumber : Modifikasi penulis

2. Instrumen penelitian yang mengukur modal sosial berdasarkan pendapat Putnam, dengan dimodifikasi oleh penulis. Seperti pada tabel berikut:


(36)

Tabel. 3.6

Kisi-kisi instrumen penelitian Pengukur Modal Sosial

INDIKATOR ASPEK BUTIR INSTRUMEN

Hubungan Sosial

1. interaksi sosial antar siswa di sekolah

2. hubungan siswa senior dan yunior

3. kemampuan siswa dalam diskusi kelompok 4. hubungan antar warga

sekolah 1, 2 3 6 4,5 Toleransi

1. Kemampuan siswa dalam menghargai pendapat temannya

2. Menghargai perbedaan suku,agama, ras dan antar golongan

3. Sekolah memfasilitasi perbedaan siswa 4. Sekolah Mengakomodir

kepentingan seluruh siswa

7

8, 9,10

11

12

Jaringan sosial dan kepemimpinan sosial

1. Keterlibatan siswa dalam organisasi disekolah seperti OSIS atau organisasi ekstra kurikuler

2. Sekolah memfasilitasi organisasi di sekolah 3. Sekolah mengadakan

pelatihan kepemimpinan untuk siswa (LDKS) secara berkala

4. Pemilihan pemimpin

13,14

15, 16, 17

18,


(37)

INDIKATOR ASPEK BUTIR INSTRUMEN organisasi

dilakukan secara demokratis 5. Jaringan dengan organisasi

di sekolah lain

21,22

Kepercayaan

1. Kepercayaan siswa terhadap teman-temannya

2. kepercayaan siswa terhadap guru, kepala sekolah dan warga sekolah lainnya 3. kepercayaan siswa terhadap

pemimpin organisasi di sekolahnya

4. kepercayaan siswa terhadap sekolah

5. kepercayaan masyarakat dilingkungan siswa terhadap sekolah

6. kepercayaan orang tua terhadap sekolah menurut persepsi siswa 23,24,25 26, 27, 28 30 29 Kebersamaan dan kesetiaan

1. solidaritas siswa dalam kelompoknya di sekolah 2. rasa memiliki dalam

komunitasnya

31,32 33, 34,35

Partisipasi siswa 1. Partisipasi siswa dalam kegiatan komunitasnya di sekolah

36,37, 38

Kemandirian 1. Keikutsertaan siswa dalam

setiap pengambilan

keputusan

2. keterlibatan mereka dalam institusi yang ada dilingkungannya

39 40


(38)

Untuk mengetahui tentang persepsi siswa dalam pembelajaran IPS, maka digunakan skala likert dengan pernyataan positif. Dengan alternatif jawaban pada skala likert berupa “selalu”, “sering”, kadang-kadang”, ‘ jarang”, “tidak pernah.” Penyekoran kuesioner dengan bobot skor sebagai berikut : “ selalu” = 5, “sering” =4, “kadang-kadang” = 3, “jarang” = 2, ‘tidak pernah” = 1.

Demikian pula halnya pada pengukuran modal sosial dengan menggu nakan pernyataan positif. dengan alternatif jawaban maupun pedoman pennyekoran sama dengan pada pengukuran pembelajaran IPS.

G. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur kualitas alat ukur. Uji validitas ini dilakukan dengan cara menganalisis tiap butir pertanyaan dari ketiga variabel, yaitu persepsi siswa tentang pembelajaran IPS, lokasi sekolah, dan modal sosial yang dimiliki siswa. Validitas dalam enelitian ini diuji dengan menggunakan rumus pearson product moment.

Keseluruhan instrumen yang telah disusun selanjutnya diujicobakan di SMP Negeri 1 Pusakanagara terhadap 104 orang peserta didik kelas VIII, selanjutnya dianalisis untuk diketahui validitas dan reliabilitasnya sehingga layak dijadikan instrumen penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS (Statistical Process and Social Scince) versi 17.0.


(39)

Dalam penelitian ini diperlukan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel. Sugiyono (2009:173) menjelaskan instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Selanjutnya untuk menguji signifikansi, angka korelasi yang diperoleh dari setiap item dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi. Penentuan r digunakan rumus sebagai berikut :

t = r

Keterangan :

r = Koefesien korelasi internal n = Banyaknya responden

Kaidah keputusan nilai korelasi yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai t-tabel pada taraf nyata sebesar α = 0,05 dan derajat kepercayaan sebesar dk = N2. Setelah dibandingkan, kemudian diambil keputusan dengan kaidah sebagai berikut :

1. Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih besar dari harga tabel, maka alat ukur yang digunakan dinyatakan valid.

2. Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih kecil atau sama dengan nilai t-tabel maka alat ukur yang digunakan dinyatakan tidak valid.

Hasil uji validitas instrumen pengukuran persepsi siswa tentang Pembelajaran IPS dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment


(40)

dan hasilnya diperoleh angka korelasi tiap item pernyataan untuk kemudian angka tersebut dibandingkan dengan nilai n-kritis pada taraf signifikansi a = 5% yaitu sebesar 0,361. Dari 45 item pernyataan diperoleh 40 item pernyataan atau 89,89%. dengan besaran angka korelasinya berada di atas nilai n-kritis, sedangkan sisanya yaitu 5 item pernyataan perolehan angka korelasinya dibawah angka n-kritis, dengan demikian diperoleh 40 item pertanyaan yang valid atau dapat digunakan dan terdapat 5 item pertanyaan yang drop atau tidak dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3.7 tentang uji coba validitas persepsi siswa tentang pembelajaran IPS.

Tabel 3.7

Ujicoba Pengukuran Validitas Persepsi siswa tentang pembelajaran IPS No r hitung Status No r hitung Status

1 0.471 Valid 24 0.445 Valid 2 0.530 Valid 25 -0.196 Drop 3 -0.200 Drop 26 0.481 Valid 4 0.415 Valid 27 0.522 Valid 5 0.486 Valid 28 0.464 Valid 6 0.446 Valid 29 0.414 Valid 7 0.555 Valid 30 0.505 Valid 8 0.482 Valid 31 0.411 Valid 9 0.485 Valid 32 0.509 Valid 10 0.446 Valid 33 0.436 Valid 11 0.412 Valid 34 0.544 Valid 12 0.405 Valid 35 0.415 Valid 13 0.450 Valid 36 0.416 Valid 14 0.503 Valid 37 -0.226 Drop 15 0.462 Valid 38 0.413 Valid 16 0.447 Valid 39 0.423 Valid 17 0.475 Valid 40 0.414 Valid 18 -0.416 Drop 41 0.447 Valid 19 0.513 Valid 42 0.482 Valid 20 0.445 Valid 43 0.509 Valid 21 -0.196 Drop 44 0.436 Valid 22 0.481 Valid 45 0.544 Valid 23 0.522 Valid


(41)

Hasil uji validitas instrumen pengukuran modal sosial yang didapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment dan hasilnya diperoleh angka korelasi tiap item pernyataan untuk kemudian angka tersebut dibandingkan dengan nilai n-kritis pada taraf signifikansi a = 5% yaitu sebesar 0,361. Dari 40 item pernyataan diperoleh 36 item pernyataan atau 90%. dengan besaran angka korelasinya berada di atas nilai n-kritis, sedangkan sisanya yaitu 8 item pernyataan perolehan angka korelasinya dibawah angka n-kritis, dengan demikian diperoleh 40 item pertanyaan yang valid atau dapat digunakan dan terdapat 8 item pernyataan yang drop atau tidak dapat digunakan.

Tabel 3.8

Ujicoba Pengukuran Validitas Modal sosial siswa No

soal r hitung Status

No

soal r hitung Status

1 0.673 Valid 21 0.535 Valid

2 0.435 Valid 22 0.694 Valid

3 -0.272 Drop 23 0.697 Valid

4 0.411 Valid 24 0.442 Valid

5 0.312 Drop 25 0.470 Valid

6 0.582 Valid 26 0.531 Valid

7 0.697 Valid 27 0.471 Valid

8 0.644 Valid 28 0.648 Valid

9 0.653 Valid 29 0.654 Valid

10 0.503 Valid 30 -0.272 Drop

11 0.470 Valid 31 0.411 Valid

12 0.451 Valid 32 0.312 Drop

13 0.431 Valid 33 0.749 Valid

14 0.484 Valid 34 0.457 Valid

15 0.422 Valid 35 0.645 Valid

16 0.645 Valid 36 0.172 Drop

17 0.546 Valid 37 0.734 Valid

18 0.254 Drop 38 0.595 Valid

19 0.172 Drop 39 0.568 Valid

20 0.444 Valid 40 0.420 Valid


(42)

Reliabilitas berhubungan dengan kemampuan alat ukur untuk melakukan pengukuran secara cermat. Reliabilitas merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan pengukuran. Pengujian alat ukur tes dan kuesioner menggunakan Alpha Cronbach. Menurut Konting (Iskandar, 2009:95), nilai reliabilitas Alpha Cronbach dengan nilai 0.60 hingga 0.7 adalah nilai terendah yang dapat diterima. Rumus pengujian koefesioen reliabilitas Alpha Cronbach sebagai berikut:

r

i

=

{ 1 -

}

Keterangan:

K = mean kuadrat antara subjek ∑Si2 = mean kuadrat kesalahan

St2 = varians total (Sugiyono, 2009:365)

Berdasarkan hasil perhitungan, angka koefesien reliabilitas instrumen pengukuran persepsi siswa tentang pembelajaran IPS sebesar 0.930; koefesien reliabilitas instrumen pengukuran Modal sosial sebesar 0.908; Dari hasil perhitungan yang didapat maka dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen penelitian tersebut memiliki keajegan sebagai alat ukur (reliabel). Dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut :

Tabel : 3.9

Rangkuman Uji Reliabilitas

No Variabel r hitung r tabel Keterangan

1 Persepsi tentang pembelajaran IPS 0,930 1,697 Reliabel

2 Modal sosial 0,908 1,697 Reliabel


(43)

H. Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan statistika deskriptif dan statistik inferensial. Statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian dalam bentuk visualisasi berupa bagan atau tabel prosentase dari jawaban responden terhadap indikator permasalahan. Statistika deskripsi ditetapkan kategorinya sebagai berikut:

Statistika inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisa korelasi dan regresi. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, selanjutnya digunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Uji normalitas data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dihubungkan berdistribusi normal atau tidak. Jenis data yang dilakukan dalam uji normalitas ini adalah bentuk interval, jika berdistribusi normal maka proses selanjutnya dalam pengujian hipotesis dapat menggunakan perhitungan statistika parametrik. Jika tidak berdistribusi normal maka dapat menggunakan perhitungan statistika non parametrik.

Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov. Menurut Iskandar (2009:110) suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila hasil perhitungan Asymp. Sig lebih besar dari 0,05. Apabila data yang digunakan berdistribusi normal, maka peneliti penggunakan statistika parametrik untuk mengolah data lebih lanjut.


(44)

2. Uji Homogenitas

Salah satu syarat penggunaan statistika parametris adalah uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang ada bersifat homogen atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas varians populasi dilakukan dengan menggunakan SPSS V. 17 dengan menggunakan alat uji statistika Levene (Levene Statistic). Data yang diperoleh nanti dapat dilihat dari Output Test of Homogeneity of Variance Sig yang lebih dari 0,05 atau sama dengan alpha (α = 0,05).

3. Analisis Deskriptif

Pengolahan data dalam penelitian ini selanjutnya dilakukan analisis deskriptif yang merupakan analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara kelompok. Tujuan analisis deskriptif untuk membuat gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Riduwan, 2007:38). Statistik deskriptif dan perhitungan dengan menggunakan SPSS V. 17.

4. Uji Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis dengan analisis varian atau ANOVA merupakan salah satu teknik analisis multivariat yang berfungsi untuk membedakan rerata lebih dari dua kelompok data dengan cara membandingkan variansinya. Analisis varian termasuk dalam katagori statistik parametrik.

Pada penelitian ini menggunakan “ two ways Anova” ( analisis varian dua jalan) dengan dibantu pengujian dengan menggunakan program SPSS Versi 17.


(45)

I. Alur Penelitian

Alur penelitian yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Bagan 3.1. Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Studi Literatur: Pembelajaran IPS, lokasi dan modal sosial

Validasi, ujicoba, revisi

Penyusunan Instrumen: 1.Angket pembelajaran IPS 2. Angket Modal sosial Pelaksanaan Penelitian


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

Pertama, secara keseluruhan Persepsi siswa tentang pembelajaran IPS di Kabupaten Subang yang terdiri atas indikator kognitif, pemahaman dan tanggapan yang dilihat dari kompetensi guru, metode, media , sumber belajar dan teknik evaluasi. Sebagian besar berada pada tingkatan ragu-ragu dan sepertiganya berada tingkatan akurat. Kategori akurat di Subang Selatan mencapai lebih tiggi dibandingkan dengan di Subang Utara. Jika diuraikan dari masing-masing indikator pembelajaran IPS, yang perlu ditingkatkan adalah adalah pendekatan, strategi dan metode, media dan sumber belajar menurut persepsi siswa. Karena persepsi siswa terhadap pendekatan yang digunakan guru masih monoton selain itu juga penggunaan sumber dan media yang belum optimal.

Kedua Rata-rata modal sosial di Kabupaten Subang berada pada katagori

tinggi baik di Subang Selatan maupun di Subang Utara. Modal sosial di Subang Utara lebih rendah dibandingkan dengan subang selatan. Ketiga uji hipotesis terdapat perbedaan yang signifikan modal sosial (Y) berdasarkan persepsi siswa tentang pembelajaran IPS (X) kelompok siswa yang tidak akurat ragu-ragu dan akurat. Berdasarkan analisis nilai F hitung


(47)

Keempat : Hipotesis kedua Terdapat perbedaan yang signifikan modal sosial (Y) di Subang Utara dan Subang SelatanHasil pengujian uji F atau uji Anova dua jalan diperoleh nilai statistik hitung ( f hitung) karena tingkat signifikansinya lebih besar dari berarti H0 diterima dan Ha ditolak . hipotesis yang kedua tidak terbukti. “Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari Lokasi terhadap Modal sosial (Y)”. Lokasi siswa tidak sebagai penentu modal sosial, karena dipengaruhi faktor-faktor lain.

B. Saran

Dari kesimpulan yang diuraikan di atas, maka berikut ini diajukkan beberapa saran :

Pertama : Pengaruh persepsi siswa tentang pembelajaran IPS terhadap modal sosial siswa masuk ke dalam kategori sedang, untuk itu pihak sekolah dengan bantuan orang tua diharapkan agar dapat lebih mempertajam modal sosial yang dimiliki siswa

Kedua :Penelitian ini hanya meneliti pada faktor-faktor tertentu saja, untuk itu diharapkan kelak bagi para peneliti bisa meneliti faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pengembangan modal sosial yang tidak dibahas pada penelitan ini.

Ketiga : Pembelajaran IPS bukan satu-satunya hal yang mempengaruhi modal sosial. Sehingga modal sosial dapat dikembangkan mulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.


(48)

Keempat, untuk para guru dan pendidik, mengingat bahwa aspek profesionalisme guru merupakan dasar bagi seseorang atau peserta didik membentuk persepsi maka perlu ditingkatkan kembali proses pembelajaran di kelas. Terdapat persiapan yang perlu dilakukan dalam proses pembelajaran, adalah : kesiapan dan pemahaman guru secara keilmuan terhadap materi geografi, pemahaman guru terhadap model dan metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas, sikap simpati dan sosial yang ditunjukkan oleh guru sehingga dapat menjadi teladan bagi peserta didik.

Kelima, kepada para peniliti selanjutnya yang tertarik dengan tema mengenai pengaruh persepsi siswa tentang pembelajaran IPS terhadap modal sosial, maka penelitian bisa dilanjutkan. Aspek latar belakang sosial ekonomi siswa tidak dibahas dalam penelitian ini karena keterbatasan penelitian, maka direkomendasikan untuk peneliti lain dapat melanjutkan penelitian.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Al Muhtar, Suwarma. (2007). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung: SPS UPI.

Al Muhtar, Suwarma. (2001). Epistimologi Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri

Arthur, K. Ellis (1998). Teaching and Learning Elementary Social Studies (sixth Edition). Seatle Pacific University : Allyn and Bacon Boston, London, Toronto Sydney, Tokyo, Singapore

Alter, Catherine. Adkins, Carl. (2001). Improving The Writing Skills of Social Work Students. Journal of Social Work Education. 37, (3), 493-505. Arikunto, Suharsimi .(2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Banks, James A., Clegg Jr, Ambrose A. (1990). Teaching Strategies for The

Social Studies: Inquiry, Valuing, and Decision-Making, fourth edition. New York: Longman.

Barr,R.Barth,JL., Shermis,S.S (1978). The Nature Of The Social Studies,ETC Publications. California: Palm Springs

Borg, W.R & Gall, M.D. (1989). Educational research an introduction. New York & London : Longman

Clark,Leonard H (1973). Teaching Social studies in Secondary Schools. New York Macmillan Publishing Co,Inc.

Cole, Peter G. Chan, Lorna. (1994). Teaching Principles and Practice: Second Edition. Australia: Prentice Hall.

Creswell, J.W (1998). Qualitative Inquiry and Research design: Chossing among Five traditions. New delhi : sage Publications.

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Daldjoeni. (1992). Pengantar Geografi: Untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah.

Bandung: Alumni.

---Fisipol UGM. (2001). Penyusunan Konsep Perumusan Pengembangan Kebijakan Pelestarian Nilai-Nilai Kemasyarakatan (Social Capital) Untuk Integrasi Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta


(50)

Fatwa Maulana, Thesis SPs,(2009) USU dengan judul ”Pemanfaatan modal sosial masyarakat pada program pembangunan Gampong (PPG) Kecamatan Baktiya Barat Kabupaten Aceh Utara

Gulo W (2002). Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Grasindo

Hamalik, Oemar (2001). Pendekatan baru strategi belajar Mengajar berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar baru Algesindo

Hasan, Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu Sosial, Jakarta: Depdikbud & Dikti, Proyek Pendidikan Akademik.

Jarolimek, John. Parker, Walter C. (1993). Social Studies In Elementary Education: Ninth Edition. New York: Macmillan Publishing Company. Joyce, B, Weil, M (1980). Model of Teaching. Boston: Allyn &Bacon

Lalley, James P., Miller, Robert H. (2007). “The Learning Pyramid: Does It Point Teachers In The Right Direction?”. ProQuest Education Journals,

Education. 128, (1), 64-79.

Lesser, E., 2000, Knowledge and Social Capital: Foundation and Application, Boston : Butterworth-Heinemann,

Kerlinger, F.M (1964) Foundation of behaviorial reseearch, New York : Holt, Rinehart, winston

Mangkoesapoetra. (2005). Pembelajaran Pendidikan IPS Di Tingkat Sekolah Dasar. Tersedia: http://re-searchengines.com/0805arief7.html [2 Januari 2010]

Mar’at. (1984). Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Maryani, E. (2006). Kontribusi Pendidikan Geografi Dalam Mengembangkan Modal sosial Untuk menuju keunggulan berbangsa dan bernegara, Makalah UPI

Maryani, E. (2009). Kompilasi Pendidikan Geografi dalam Konteks IPS. Bandung

Maryani.E, (2010). Pengembangan ketrampilan sosial melalui Geografi, makalah, SPs UPI

Martorella, Peter H. Beal, Candy M. Bolick, Cheryl Mason. (2005). Teaching Social Studeis in Middle and Secondary Schools: Fourth Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.


(51)

Massialas, B.G (1975). Social issues Trough Inquiry:Coping an age of crises. New jersey: Prentice-Hall,Inc,Englewood-Cliffs Mariana, Dede. (2009), dkkPuslit KP2 UNPAD dan Badan pengembangan dan penelitian Pemprov jawa barat tentang pemetaan dan pemnanfaatan modal sosial dalam penanggulangan kemiskinan di Jawa Barat.

Natsir, Mohamad (1988) Metodologi Penelitian cetakan ke-3. Jakarta : Ghalia NCSS. Curriculum Standar Social Studies.

Pia Bone. Matilda. (2009). Upaya Pengembangan Aktivitas Belajar Peserta Puskur. (2006). Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran IPS Terpadu Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta: Depdiknas.

Riduwan (2004). Belajar Mudah penelitian untuk guru dan peneliti pemula,Bandung, Alfabeta

Riduwan (2008) . Dasar-dasar Statistika, Bandung : Alfabeta

Sadiman, Arief S. dkk. (2008). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.

Sanjaya. Wina, (2009), Strategi Pembelajaran berorientasi standar Proses pendidikan , Kencana Prenada Media grup, Jakarta

Sapriya. (2009), Pendidikan IPS Konsep dan pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda karya

Santrock, John, W. (2008). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua (Terjemahan). Jakarta: Kencana.

Singarimbun, Masri. (2008). Metode Penelitian Survai. Jakarta:LP3ES

Soekamto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:Alfabeta

Sudjana, Nana (2009). Penelitian dan Penilaian pendidikan , Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sudjana. (2002). Metode Statistik. Bandung:Tarsito


(52)

Sukmadinata, Nana Syaodih dkk (2003). Pengendalian mutu pendidikan sekolah dasar: Konsep, Prinsip dan Instrumen. Bandung: Kesuma Karya.

Sumaatmadja,N.(1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alumni

Sumaatmadja,N.(1984). Metode Analisa Geografi, Suatu endekatan dan

analisa keruangan. Bandung: Alumni

Sunal, Cynthia Szymanski. Haas, Mary Elizabeth. (2005). Social Studies for The Elementary and Middle Grades, A Constrructivist Approach: Second Edition. USA : Pearson Education Inc.

Sunaryo.(1989). Strategi Belajar mengajar dalam IPS. Jakarta: Dirjen Dikti. Tilaar, H.A.R. (1999) beberapa agenda Reformasi pendidikan Nasional dalam

perspektif abad 21. Magelang: Indonesia Tera

Wahab, A (2007). Metode dan Model-model Mengajar IPS. Bandung: Alphabeta

Sumber Jurnal :

Martin Paldam (2000). Social Capital: One or Many? Definition and measurement, Department of Economics, University of Aarhus, Denmark

Graham Hobbs (2000). What is Social Capital? A Brief Literature Overview, Economic and Social Research Foundation, Dar es salam ; Tanzania Martti Siisiäinen (2000)Two Concepts of Social Capital: Bourdieu vs.

Putnam, University of Jyväskylä :Department of Social Sciences and

Philosophy

Sumber Internet :

---Penguatan dan pengembangan modal sosial di Masyarakat, tersedia

http://eone87.wordpress.com/2010/04/02/penguatan-dan-pengembangan-modal-sosial-masyarakat/ Diunduh pada 5 pebruari 2011 Mangkoesapoetra, (2005)., Pembelajaram pendidikan IPS ditingkat Sekolah Dasar, Tersedia:http://re-searchengines.com/0805arief7.html] Mangkoesapoetra. Pembelajaran Pendidikan IPS Di Tingkat Sekolah Dasar. Di unduh pada 2 Januari 2010


(53)

Santyasa, I Wayan. (2007). Media Pembelajaran. Tersedia: http://www.freewebs.com/satyasa/pdf2/MEDIA_PEMBELAJARAN.pdf [10 April 2010

Sudrajat, akhmad, Memupuk institusi lokal dan Modal sosial dalam kehidupan

masyarakat, Tersedia

;http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/29/memupuk-institusi-lokal-dan-modal-sosial-dalam-kehidupan-bermasyarakat/ Diunduh pada 5 pebruari 2011

---Tersedia :http://www.socialcapitalresearch.com/ Diunduh pada 5 pebruari 2011

---Kajian Subang, Tersedia;

http://www.dissos.jabarprov.go.id/...Subang/KAJIAN%20SUBANG%20


(1)

123

Keempat, untuk para guru dan pendidik, mengingat bahwa aspek profesionalisme guru merupakan dasar bagi seseorang atau peserta didik membentuk persepsi maka perlu ditingkatkan kembali proses pembelajaran di kelas. Terdapat persiapan yang perlu dilakukan dalam proses pembelajaran, adalah : kesiapan dan pemahaman guru secara keilmuan terhadap materi geografi, pemahaman guru terhadap model dan metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas, sikap simpati dan sosial yang ditunjukkan oleh guru sehingga dapat menjadi teladan bagi peserta didik.

Kelima, kepada para peniliti selanjutnya yang tertarik dengan tema mengenai pengaruh persepsi siswa tentang pembelajaran IPS terhadap modal sosial, maka penelitian bisa dilanjutkan. Aspek latar belakang sosial ekonomi siswa tidak dibahas dalam penelitian ini karena keterbatasan penelitian, maka direkomendasikan untuk peneliti lain dapat melanjutkan penelitian.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Al Muhtar, Suwarma. (2007). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung: SPS UPI.

Al Muhtar, Suwarma. (2001). Epistimologi Pendidikan Ilmu Pengetahuan

sosial. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri

Arthur, K. Ellis (1998). Teaching and Learning Elementary Social Studies

(sixth Edition). Seatle Pacific University : Allyn and Bacon Boston,

London, Toronto Sydney, Tokyo, Singapore

Alter, Catherine. Adkins, Carl. (2001). Improving The Writing Skills of Social

Work Students. Journal of Social Work Education. 37, (3), 493-505.

Arikunto, Suharsimi .(2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Banks, James A., Clegg Jr, Ambrose A. (1990). Teaching Strategies for The

Social Studies: Inquiry, Valuing, and Decision-Making, fourth edition.

New York: Longman.

Barr,R.Barth,JL., Shermis,S.S (1978). The Nature Of The Social Studies,ETC

Publications. California: Palm Springs

Borg, W.R & Gall, M.D. (1989). Educational research an introduction. New York & London : Longman

Clark,Leonard H (1973). Teaching Social studies in Secondary Schools. New York Macmillan Publishing Co,Inc.

Cole, Peter G. Chan, Lorna. (1994). Teaching Principles and Practice: Second

Edition. Australia: Prentice Hall.

Creswell, J.W (1998). Qualitative Inquiry and Research design: Chossing

among Five traditions. New delhi : sage Publications.

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Daldjoeni. (1992). Pengantar Geografi: Untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah.

Bandung: Alumni.

---Fisipol UGM. (2001). Penyusunan Konsep Perumusan Pengembangan

Kebijakan Pelestarian Nilai-Nilai Kemasyarakatan (Social Capital) Untuk Integrasi Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta


(3)

125

Fatwa Maulana, Thesis SPs,(2009) USU dengan judul ”Pemanfaatan modal

sosial masyarakat pada program pembangunan Gampong (PPG) Kecamatan Baktiya Barat Kabupaten Aceh Utara

Gulo W (2002). Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Grasindo

Hamalik, Oemar (2001). Pendekatan baru strategi belajar Mengajar

berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar baru Algesindo

Hasan, Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu Sosial, Jakarta: Depdikbud & Dikti, Proyek Pendidikan Akademik.

Jarolimek, John. Parker, Walter C. (1993). Social Studies In Elementary

Education: Ninth Edition. New York: Macmillan Publishing Company.

Joyce, B, Weil, M (1980). Model of Teaching. Boston: Allyn &Bacon

Lalley, James P., Miller, Robert H. (2007). “The Learning Pyramid: Does It Point Teachers In The Right Direction?”. ProQuest Education Journals,

Education. 128, (1), 64-79.

Lesser, E., 2000, Knowledge and Social Capital: Foundation and Application, Boston : Butterworth-Heinemann,

Kerlinger, F.M (1964) Foundation of behaviorial reseearch, New York : Holt, Rinehart, winston

Mangkoesapoetra. (2005). Pembelajaran Pendidikan IPS Di Tingkat Sekolah

Dasar. Tersedia: http://re-searchengines.com/0805arief7.html [2 Januari

2010]

Mar’at. (1984). Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Maryani, E. (2006). Kontribusi Pendidikan Geografi Dalam Mengembangkan

Modal sosial Untuk menuju keunggulan berbangsa dan bernegara,

Makalah UPI

Maryani, E. (2009). Kompilasi Pendidikan Geografi dalam Konteks IPS. Bandung

Maryani.E, (2010). Pengembangan ketrampilan sosial melalui Geografi, makalah, SPs UPI

Martorella, Peter H. Beal, Candy M. Bolick, Cheryl Mason. (2005). Teaching

Social Studeis in Middle and Secondary Schools: Fourth Edition. New


(4)

Massialas, B.G (1975). Social issues Trough Inquiry:Coping an age of crises. New jersey: Prentice-Hall,Inc,Englewood-Cliffs Mariana, Dede. (2009), dkkPuslit KP2 UNPAD dan Badan pengembangan dan penelitian Pemprov jawa barat tentang pemetaan dan pemnanfaatan modal sosial dalam penanggulangan kemiskinan di Jawa Barat.

Natsir, Mohamad (1988) Metodologi Penelitian cetakan ke-3. Jakarta : Ghalia NCSS. Curriculum Standar Social Studies.

Pia Bone. Matilda. (2009). Upaya Pengembangan Aktivitas Belajar Peserta Puskur. (2006). Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran IPS Terpadu Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta: Depdiknas.

Riduwan (2004). Belajar Mudah penelitian untuk guru dan peneliti

pemula,Bandung, Alfabeta

Riduwan (2008) . Dasar-dasar Statistika, Bandung : Alfabeta

Sadiman, Arief S. dkk. (2008). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo

Perkasa.

Sanjaya. Wina, (2009), Strategi Pembelajaran berorientasi standar Proses

pendidikan , Kencana Prenada Media grup, Jakarta

Sapriya. (2009), Pendidikan IPS Konsep dan pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda karya

Santrock, John, W. (2008). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua (Terjemahan). Jakarta: Kencana.

Singarimbun, Masri. (2008). Metode Penelitian Survai. Jakarta:LP3ES

Soekamto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung:Alfabeta

Sudjana, Nana (2009). Penelitian dan Penilaian pendidikan , Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sudjana. (2002). Metode Statistik. Bandung:Tarsito


(5)

127

Sukmadinata, Nana Syaodih dkk (2003). Pengendalian mutu pendidikan

sekolah dasar: Konsep, Prinsip dan Instrumen. Bandung: Kesuma

Karya.

Sumaatmadja,N.(1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alumni

Sumaatmadja,N.(1984). Metode Analisa Geografi, Suatu endekatan dan

analisa keruangan. Bandung: Alumni

Sunal, Cynthia Szymanski. Haas, Mary Elizabeth. (2005). Social Studies for

The Elementary and Middle Grades, A Constrructivist Approach: Second Edition. USA : Pearson Education Inc.

Sunaryo.(1989). Strategi Belajar mengajar dalam IPS. Jakarta: Dirjen Dikti. Tilaar, H.A.R. (1999) beberapa agenda Reformasi pendidikan Nasional dalam

perspektif abad 21. Magelang: Indonesia Tera

Wahab, A (2007). Metode dan Model-model Mengajar IPS. Bandung: Alphabeta

Sumber Jurnal :

Martin Paldam (2000). Social Capital: One or Many? Definition and measurement, Department of Economics, University of Aarhus,

Denmark

Graham Hobbs (2000). What is Social Capital? A Brief Literature Overview,

Economic and Social Research Foundation, Dar es salam ; Tanzania

Martti Siisiäinen

(2000)Two Concepts of Social Capital: Bourdieu vs.

Putnam

, University of Jyväskylä :Department of Social Sciences and

Philosophy Sumber Internet :

---Penguatan dan pengembangan modal sosial di Masyarakat, tersedia

http://eone87.wordpress.com/2010/04/02/penguatan-dan-pengembangan-modal-sosial-masyarakat/ Diunduh pada 5 pebruari 2011 Mangkoesapoetra, (2005)., Pembelajaram pendidikan IPS ditingkat Sekolah Dasar, Tersedia:http://re-searchengines.com/0805arief7.html] Mangkoesapoetra. Pembelajaran Pendidikan IPS Di Tingkat Sekolah


(6)

Santyasa, I Wayan. (2007). Media Pembelajaran. Tersedia: http://www.freewebs.com/satyasa/pdf2/MEDIA_PEMBELAJARAN.pdf [10 April 2010

Sudrajat, akhmad, Memupuk institusi lokal dan Modal sosial dalam kehidupan

masyarakat, Tersedia

;http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/29/memupuk-institusi-lokal-dan-modal-sosial-dalam-kehidupan-bermasyarakat/ Diunduh pada 5 pebruari 2011

---Tersedia :http://www.socialcapitalresearch.com/ Diunduh pada 5 pebruari 2011

---Kajian Subang, Tersedia;

http://www.dissos.jabarprov.go.id/...Subang/KAJIAN%20SUBANG%20 diunduh pada 12 Pebruari 2011