PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH PIDATO PADA SISWA KELAS VI SDN BANTARJAMBE KECAMATAN CISITU KABUPATEN SUMEDANG.

(1)

WANTARIP

PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH PIDATO PADA SISWA

KELAS VI SDN BANTARJAMBE KECAMATAN CISITU KABUPATEN SUMEDANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Drs. H. Dede tatang Sunarya, M.Pd Nip: 195703251985031005

Pembimbing II

Ani Nur Aeni, M.Pd Nip: 197608222005012002

Mengetahui Ketua Jurusan Program S-I PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang

Riana Irawati, M.Si NIP : 19801152005012002


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Penerapan

Model Kontruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Naskah Pidato pada Siswa Kelas VI SDN Bantarjambe Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang

beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Sumedang, Juni 2013 Yang Membuat Pernyataan


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN ……… i

PERNYATAAN ………... ii

ABSTRAK ……… iii

KATA PENGANTAR ………. iv

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. v

DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR TABEL ……… xi

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xv

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ……… 7

1. Rumusan Masalah ……… 7

2. Pemecahan Masalah ………. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 16

1. Tujuan Penelitian……….. 16

2. Manfaat Penelitian……… 17

D. Batasan Istilah ……….. 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA………. 21

A. Menulis ………..

1. Pengertian Menulis ………..

2. Tujuan Pembelajaran Menulis ……….

3. Tahap-Tahap Menulis ……….

4. Teknik Pembelajaran Menulis ………. B. Teori-Teori Belajar yang Menunjang Konstruktivisme ………… 1. Teori Belajar Menurut Pandangan Psikologi ……….. 2. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran…………

21 21 22 25 26 29 29 36


(4)

C. Pembelajaran Menulis Naskah Pidato ……….. 1. Pengertian Naskah Pidato ………

2. Cara Menulis naskah Pidato ……… 3. Pembelajaran Menulis naskah Pidato ………..

D. Model Konstruktivisme ……….

1. Hakikat Model Kostruktivisme ………... 2. Karakteristik Model Konstruktivisme ……….

42 42 43 45 49 49 54

E. Penelitian Yang Relevan ………... 58

F. Hipotesis Tindakan ……… 60

BAB III METODE PENELITIAN ……… 61

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 1. Lokasi Penelitian ……… 2. Waktu Penelitian ………. B. Subjek Penelitian ……….. C. Metode dan Desain Penelitian ……….. 1. Metode Penelitian ………... 2. Desain Penelitian ……… D. Prosedur Penelitian ………... E. Instrumen Penelitian ………. F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……….. 1. Teknik Pengolahan Data ………. 2. Analisis Data ………... G. Validasi Data ……… 61 61 64 65 66 66 68 74 78 80 80 90 91 BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN……… 94

A. Paparan Data Awal ……….. 94

B. Paparan Data Tindakan ……… 100

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ………. 100

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I ………. 100

b. Paparan Data Proses Siklus I ………... 103

c. Paparan Data Hasil Siklus I ………. 114


(5)

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ……… 124

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ……… 124

b. Paparan Data Proses Siklus II ……….. 128

c. Paparan Data Hasil Siklus II ……… 141

d. Analisis Dan Refleksi Siklus II ……… 143

3. Paparan Data Tindakan Siklus III ……….. 150

a. Paparan Data Perencanaan Siklus III ………... 150

b. Paparan Data Proses Siklus III ………. 154

c. Paparan Data Hasil Siklus III ……….. 167

d. Analisis Dan Refleksi Siklus III ……….. 169

C.Paparan Pendapat Siswa dan Guru ……….. 1. Paparan Pendapat Siswa ……… 2. Paparan Pendapat Guru ………. 173 173 175 D.Pembahasan ……… 1. Perencanaan Penerapan Model Konstruktivisme pada Pembelajaran Menulis naskah Pidato………. 2. Pelaksanaan Penerapan Model Konstruktivisme pada Pembelajaran Menulis Naskah Pidato ………... 3. Peningkatan Kemampuan Menulis naskah Pidato dengan diterapkannya Model Konstruktivisme ……….. 176 176 179 185 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 191

A.Kesimpulan ……….. 191

B.Saran-Saran ……….. 193

DAFTAR PUSTAKA ……….. 197

DAFTAR LAMPIRAN ……… 199


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fase-Fase Pembelajaran Konstruktivisme……….. 52

Tabel 3.1 Sebaran Jumlah Siswa SDN Bantarjambe………. 63

Tabel 3.2 Data Guru SDN Bantarjambe………. 63

Tabel 3.3 Data Subjek Penelitian……… 65

Tabel 3.4 Prosedur Penelitian………. 75

Tabel 3.4 Deskriptor Penilaian Aktivitas Siswa………. 81

Tabel 3.5 Deskriptor Penilaian Kinerja Guru………. 83

Tabel 3.6 Deskriptor Penilaian Hasil Belajar ……… 89

Tabel 4.1 Data Awal Hasil Belajar………. 95

Tabel 4.2 Data Awal Aktivitas Siswa ……… 96

Tabel 4.3 Data Awal Observasi Kinerja Guru ………... 98

Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ……….. 111

Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I………... 113

Tabel 4.6 Data Hasil Tes Siswa Siklus I ……… 115

Tabel 4.7 Analisis dan Refleksi Kinerja Guru Siklus I………... 116

Tabel 4.8 Analisis dan Refleksi Aktivitas Siswa Siklus I ………. 119

Tabel 4.9 Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siklus I ……….. 122

Tabel 4. 10 Rangkuman Hasil Siklus I………... 124

Tabel 4.11 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II………... 138

Tabel 4.12 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II………... 140

Tabel 4.13 Data Hasil Tes Siswa Siklus II ……… 142

Tabel 4.14 Analisis dan Refleksi Kinerja Guru Siklus II ……….. 143

Tabel 4.15 Analisis dan Refleksi Aktivitas Siswa Siklus II ………. 146

Tabel 4.16 Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siklus II ……….. 148

Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Siklus II ……….. 150

Tabel 4.18 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III ………. 164

Tabel 4.19 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III……….. 166


(7)

Tabel 4.21 Analisis dan Refleksi Kinerja Guru Siklus III……….. 169

Tabel 4.22 Analisis dan Refleksi Aktivitas Siswa Siklus III………. 170

Tabel 4.23 Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siklus III ………. 171

Tabel 4.24 Rangkuman Hasil Siklus III ………. 173

Tabel 4.25 Fase-Fase Pembelajaran Konstruktivisme ………... 181


(8)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1 Persentase Peningkatan Ketercapaian Siklus I ………. 123 Diagram 4.2 Persentase Peningkatan Ketercapaian Siklus II………. 149 Diagram 4.3 Persentase Peningkatan Ketercapaian Siklus III……… 172


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Denah SDN Bantarjambe ……….. 62


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Instrumen Penelitian ……….. 199

Lampiran A.1 Lembar Observasi Kinerja Guru………. 199

Lampiran A.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ……… 205

Lampiran A.3 Format Penilaian Hasil Belajar ……….. 207

Lampiran A.4 Lembar Kerja Siswa ………... 209

Lampiran A.5 Lembar Soal ………... 210

Lampiran A.6 Pedoman Wawancara untuk Guru ………. 211

Lampiran A.7 Pedoman Wawancara untuk Siswa ……… 212

Lampiran A.8 Catatan Lapangan ……….. 213

Lampiran B Data Awal ……….. 214

Lampiran B.1 Data Awal Hasil Observasi Kinerja Guru ……….. 214

Lampiran B.2 Data Awal Hasil Observasi Aktivitas Siswa ……….. 215

Lampiran B.3 Data Awal Hasil Belajar siswa ……….. 216

Lampiran C. Data Hasil Siklus I ……… 217

Lampiran C.1 RPP Siklus I ……… 217

Lampiran C.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ………... 223

Lampiran C.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ………... 224

Lampiran C.4 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I ……… 225

Lampiran C.5 Hasil Pengerjaan LKS Siklus I……… 226

Lampiran C.6 Hasil Pengerjaan Tes Siklus I ………. 227

Lampiran C.7 Hasil Wawancara dengan Guru Siklus I ………. 230

Lampiran C.8 Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus I ………... 231

Lampiran C.9 Hasil Catatan Lapangan Siklus I ……… 232

Lampiran D.1 RPP Siklus II ………. 233

Lampiran D.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ………. 239

Lampiran D.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ………. 249

Lampiran D.4 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II ………... 241


(11)

Lampiran D.6 Hasil Pengerjaan Tes Siklus II ………... 243

Lampiran D.7 Hasil Wawancara dengan Guru Siklus II ………... 246

Lampiran D.8 Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus II ………. 247

Lampiran D.9 Hasil Catatan Lapangan Siklus II ……….. 248

Lampiran E.1 RPP Siklus III………. 249

Lampiran E.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III ……… 255

Lampiran E.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ………. 256

Lampiran E.4 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus III ………. 257

Lampiran E.5 Hasil Pengerjaan LKS Siklus III ……… 258

Lampiran E.6 Hasil Pengerjaan Tes Siklus III ……….. 259

Lampiran E.7 Hasil Wawancara dengan Guru Siklus III ……….. 262

Lampiran E.8 Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus III ……… 263

Lampiran E.9 Hasil Catatan Lapangan Siklus III ………. 264

Lampiran F Surat-Surat Penelitian ……… 265

Lampiran F.1SK Pembimbing ………... 265

Lampiran F.2 Surat Ijjin Penelitian ……….. 266

Lampiran F.3 Keterangan Melaksanakan Penelitian ………. 267

Lampiran F.4 Monitoring Bimbingan ……… 268


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran wajib dan utama diajarkan di Sekolah Dasar. Dengan belajar Bahasa Indonesia, maka siswa diharapkan dapat mengusai keterampilan-keterampilan berbahasa yang tercantum dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan-keterampilan itu terdiri dari keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Resmini dan Djuanda (2007: 2) menyatakan, ”Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek kemampuan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis”. Untuk dapat mencapai kompetensi keempat keterampilan berbahasa tersebut, maka seorang guru dituntut untuk dapat menciptakan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dan menetap pada siswa.

Keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan yang sangat penting dikuasai oleh siswa Sekolah Dasar. Dengan menulis siswa dapat mencurahkan ide, gagasan, pikiran, dan perasannya dalam menyampaikan sesuatu dengan bahasa tulis. Tulisan yang disampaikan berisi pesan yang harus dipahami oleh penerima pesan. Agar dapat dipahami oleh penerima


(13)

pesan maka tulisan harus dibuat sesuai dengan aturan penulisan tata bahasa Indonesia yang benar. Untuk menghasilkan sebuah tulisan, penulis perlu melaksanakan serangkain kegiatan yang bertahap dan berkesinambungan. Graves (Djuanda dkk, 2006: 299) menyatakan tahap proses menulis adalah sebagai berikut (1) penulis memilih topik dan mengumpulkan informasi untuk dituliskan, (2) penulis menuliskan topik pada sebuah teks, dan (3) penulis melakukan sharing (curah pendapat) tentang tulisannya. Selain harus memahami tahapan proses menulis, guru juga harus dapat mengemas pendekatan, model atau teknik pembelajaran yang dapat memotivasi dan melibatkan siswa agar materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan mudah.

Kurikulum tahun 2006 mata pelajaran Bahasa Indonesia mengisyaratkan bahwa kelas VI Sekolah Dasar harus menguasai standar kompetensi ”mengungkapkan pikiran dan informasi secara tertulis dalam bentuk naskah pidato dan surat resmi”. Sejalan dengan standar kompetensi tersebut maka pembelajaran menulis naskah pidato sangatlah penting untuk diajarkan agar siswa menguasai dan memahami cara menulis naskah pidato yang sesuai kaidah bahasa Indonesia. Naskah pidato merupakan salah satu cara berkomunikasi bahasa tulis yang direalisasikan dalam bahasa lisan. Dengan demikian dalam menulis naskah pidato ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti: tulisan harus mudah dimaknai, ringkas dan jelas, bahasa dalam naskah pidato harus baku, dan sesuai dengan kaidah kebahasaan,


(14)

menggunakan ejaan yang baik dan benar, dan juga harus komunikatif dan mudah dipahami.

Namun dalam kenyataannya tidak semua proses dan hasil belajar didapatkan secara maksimal. Kondisi pembelajaran seperti itu terjadi di kelas VI SDN Bantarjambe dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis naskah pidato. Proses dan hasil belajar siswa tentang menulis naskah pidato tidak sesuai dengan harapan. Harapan dari proses pembelajaran yaitu siswa dapat belajar dengan kreativitas, aktivitas yang tinggi dan munculnya kerja sama antar siswa. Serta guru harus dapat memandang bahwa siswa memiliki kemampuan awal mengenai materi yang diajarkan, untuk selanjutnya siswa dibangun pengetahuannnya melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sehingga pembelajaran menjadi menantang, dinamis, dan menyenangkan. Sedangkan harapan hasil belajar tentang menulis naskah pidato yaitu siswa menguasai dan memahami penggunaan ejaan (kaidah penulisan) yang tepat, sistematika penulisan yang tepat, dan menggunakan kalimat yang efektif, komunikatif dan informatif. Hasil observasi pada tanggal 3 Januari 2013, menunjukkan siswa kesulitan dalam menggunakan ejaan (kaidah penulisan), sistematika penulisan naskah pidato yang tepat, dan kesulitan menggunakan kalimat yang efektif, kamunikatif dan informatif. Sehingga rata-rata hasil belajar siswa berada di bawah rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimum yang sudah ditetapkan.

Dari 15 orang siswa hanya 5 orang siswa atau (33,3 %) yang mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang telah


(15)

ditentukan yaitu 60 dan sisanya 10 orang siswa atau (66,7 %) mendapat nilai di bawah KKM. Di lihat dari nilai rata-rata yaitu baru mencapai 56,6, artinya secara keseluruhan pembelajaran masih jauh di bawah nilai KKM, hal ini pembelajaran dinyatakan belum tuntas dan harus ditingkatkan. Secara lengkap mengenai data awal hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel data awal hasil belajar siswa di lampiran.

Ditemukannya permasalahan pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis naskah pidato diteggarai juga oleh rendahnya aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Aspek yang diobservasi meliputi keaktifan, kreativitas, dan tanggungjawab. Dari proses pembelajaran diketahui aspek-aspek yang diobservasi belum dapat dimunculkan dengan baik oleh siswa. Dari 15 orang siswa hanya 1 orang siswa atau (6,7%) yang masuk katagori baik dalam mengikuti pembelajaran, 4 orang siswa atau (26,7%) masuk katagori cukup dan sisanya 10 orang siswa atau (66,6 %) masuk katagori kurang dengan kriteria penilaian aktivitas siswa yang telah ditentukan. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sagala (2006: 93) yang mengatakan bahwa, ” Hasil pembelajaran merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang dipengaruhi oleh aktivitas pebelajar dalam proses pembelajaran”. Proses aktivitas siswa dalam pembelajaran yang kurang maksimal tersebut berdampak tidak baik terhadap hasil dari pembelajaran. Kekurangmaksimalan hasil pembelajaran disebabkan pula oleh tidak maksimalnya kinerja guru


(16)

dalam pembelajaran. Untuk lebih rinci mengenai data ini dapat dilihat pada tabel data hasil observasi aktivitas siswa di lampiran.

Hasil observasi kinerja guru dalam pembelajaran tersebut adalah dalam tahap perencanaan kategori penilaiannya masuk kriteria cukup dengan memeproleh skor 8. Pada tahap pelaksanaan perolehan skornya 16 dan masuk krteria kurang. Dan tahap evaluasi memperoleh skor 9 dengan kriteria cukup. Dari keseluruhan indikator yang ditetapkan, kinerja guru baru melaksanakan indikator dengan kriteria cukup sebanyak 67% dan kurang 33% dan secara keseeluruhan kinerja guru ini baru mencapai persentase 61. Dengan demikian secara umum kinerja guru dapat dinyatakan belum berhasil dalam melaksanakan pembelajaran yang diharapkan. Kinerja guru dapat dikatakan cukup atau baik jika berbagai kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan dapat dimunculkan minimal 80% dari semua indikator kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Dan kaitan dengan ini, indikator pelaksanaan yang sudah dilaksanakan, pada dasarnya belum maksimal dilakukan tapi baru dimunculkan saja pada kegiatan pembelajaran. Secara rinci mengenai data awal kinerja guru ini seperti tertera pada lampiran.

Mengingat masih rendahnya proses dan hasil pembelajaran tersebut, maka harus dilakukan usaha untuk perbaikan dan peningkatan. Hal yang perlu dilakukan adalah mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat secara maksimal, berpusat kepada siswa, dan siswa diberi wahana dalam menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. Semua indikator prasyarat tersebut jelas tersirat dalam suatu model pembelajaran


(17)

konstruktivisme. Dengan demikian usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan sebuah model pembelajaran konstruktivisme. Adapun model pembelajaran konstruktivisme diyakini dapat mengatasi permasalahan tersebut dapat dimaknai dari pengertian model konstruktivisme itu sendiri.

Trianto, (2007: 13), mengatakan bahwa model kontruktivisme adalah :

Bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

menstransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Dari pendapat tersebut jelas, bahwa keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan sekali oleh aktivitas siswa dalam membangun pengetahuan awalnya. Aktivitas seperti yang diisyaratkan dalam definisi di atas dapat dimaknai bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa (student center). Tentunya peran guru bukan sekedar penyampai informasi (transformasi ilmu), tetapi bagaimana guru memberikan berbagai vasilitas (motivasi) agar semua siswa mau terlibat dalam proses pembangunan pengetahuannya. Dengan model pembelajaran konstruktivisme kegiatan pembelajaran akan terjadi interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Selain itu aktivitas tinggi dalam pembelajaran akan tercipta, karena siswa akan mendapat fasilitas dari guru dalam menemukan dan membangun pengetahuan dengan melibatkan pengetahuan awal siswa. Dengan terciptanya kondisi ini jelas sangat memungkinkan sekali bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai dengan


(18)

maksimal. Juga lebih dari itu proses pembelajaran akan memberikan pengalaman yang sangat bermakna bagi semua siswa.

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Dari hasil analisis masalah diketahui bahwa siswa tidak terfasilitasi untuk membangun pengetahuannya dalam menguasai materi pelajaran, aktivitas, kreativitas siswa kurang, dan tidak munculnya komunikasi multi arah antar siswa. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran model konstruktivisme dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis naskah pidato pada kelas VI SDN Bantarjambe untuk meningkatkan hasil belajar siswa? b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran model konstruktivisme dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis naskah pidato pada kelas VI SDN Bantarjambe untuk meningkatkan hasil belajar siswa? c. Bagaimana peningkatan kemampuan menulis setelah diterapkannya

model konstruktivisme dalam pembelajaran menulis naskah pidato pada siswa kelas VI SDN Bantarjambe?


(19)

2. Pemecahan Masalah

Permasalahan pembelajaran mengenai membuat naskah pidato di kelas VI SDN Bantarjambe adalah siswa belum dapat membuat naskah pidato dengan baik dan benar. Siswa masih kesulitan dalam menentukan bagian-bagian naskah pidato, menggunakan EYD, dan penggunaan kalimat yang benar dalam naskah pidato. Kesulitan ini ditenggarai dengan minimnya aktvitas siswa dalam pembelajaran. Aktivitas siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru mengenai cara membuat naskah pidato, kemudian berlatih menulis naskah pidato. Kegiatan ini tidak dipantau dan dibimbing dengan intensif, sehingga penilaian hanya berpedoman kepada naskah pidato yang sudah dibuat oleh siswa, tanpa melihat bagaimana proses siswa dalam belajar dan menguasai membuat naskah pidato.

Dari permasalahan tersebut diperlukan desain pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam menguasai materi pembelajaran, juga dapat menarik siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Alternatif yang dapat menjawab berbagai permasalahan tersebut adalah dengan diterapkannya model pembelajaran yang mau tidak mau siswa dengan sendirinya akan larut dan menikmati pembelajaran. Adapun model yang dimaksud adalah model konstruktivisme.

Pembelajaran aspek menulis (naskah pidato) dengan menerapkan model konstruktivisme memungkinkan siswa dapat melakukan pendalaman materi atau keterampilan secara mendalam dengan vasilitas


(20)

pembangunan pengetahuan awal yang sudah dimikinya. Hal ini terjadi ketika siswa mempelajari materi atau keterampilan tertentu, termasuk untuk penguasaan konsep atau keterampilan lainnya yang dibutuhkan dalam membuat naskah pidato. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar didominasi oleh siswa dan guru berperan sebagai pemberi vasilitas dalam membangun dan membentuk pengetahuan siswa. Kegiatan ini akan lebih bermakna, karena trasformasi nilai-nilai berjalan secara alamiah dalam konteks yang sesuai dengan kondisi siswa dalam keseharian. Atau dengan kata lain siswa belajar dengan melibatkan pembentukan ”makna” oleh siswa sendiri dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sagala, (2006: 88), bahwa esensi konstruktivisme adalah siswa harus menemukan dan mentrasformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Selain itu dengan penerapan model konstruktivisme guru bukan berperan sebagai pemindah pengetahuan. Tetapi pengetahuan (bahan ajar) secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Dengan kata lain belajar dapat diartikan sebagai perubahan konsepsi. Dikatakan sebagai perubahan konsepsi karena pada dasarnya siswa telah memilki pengetahuan awal (skemata). Dan dengan proses pembelajaran terjadi asimilasi dan akomodasi dari konsep-konsep yang sudah dimilikinya dengan konsep yang didapatkan dari kegiatan pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran akan efektif, menantang, dan


(21)

menyenangkan bagi para siswa. Jika kondisi ini terjadi secara ideal dalam pembelajaran, maka berbagai tujuan maupun keterampilan yang menjadi target pembelajaran akan dengan mudah tercapai.

Alasan lain mengapa model pembeajaran konstruktivisme dipilih dalam menyelesaikan masalah ini yaitu karena sifat pembelajaran dengan menggunakan model konstruktivisme itu sendiri. Sifat ini diarahkan pada pandangan mengenai hakikat belajar. Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah sebagai berikut ini.

a. Belajar dipandang sebagai perubahan ”konsepsi”, maka dapat dikatakan belajar merupakan suatu kegiatan yang rasional. b. Belajar hanya akan terjadi apabila seseorang mengubah atau

berkeinginan mengubah pikirannya.

c. Kemampuan siswa dalam belajar sangat tergantung kepada pengetahuan yang telah dimilikinya.

d. Belajar merupakan proses perubahan yang dimulai dari adanya perbedaan (differentiation), perluasan konsepsi, konseptualisasi ulang dan rektuturisasi , (Sutarno, 2008: 89).

Dari penjelasan tersebut sangat jelas bahwa model konstruktivisme mengindikasikan bahwa belajar merupakan suatu proses yang alamiah dan rasional, serta terjadinya perubahan-perubahan konsepsi. Perubahan konsepsi ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan awal siswa dan aktivitas pembelajaran. Dalam proses pembelajaran pemaknaan atau perubahan konsepsi sangat ditentukan sekali oleh pengalaman pembelajaran. Dengan model konstruktivisme belajar merupakan suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa ketika belajar dalam membentuk pengetahuannya sehingga terbentuk makna. Terbentuknya makna melalui aktivitas sendiri


(22)

dan vasilitas yang relevan jelas sangat memungkinkan apa yang diajarkan akan tertanam kuat pada siswa.

Selain itu alasan mengapa model konstruktivisme diyakini dapat mengatasi permasalahan pembelajaran dalam mennulis naskah pidato, didasarkan pula pada keunggulan dari model konstruktivisme itu sendiri. Kebaikan-kebaikan model konstruktivisme tersebut adalah sebagai berikut ini.

a. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.

b. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagsan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki (diberi) kesempatan untuk merangkai fenomena,, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.

c. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berfikir tentang pengalamannya agar siswa berfikir kreatif, imajintif, mendorong refleksi tentang teori dan model, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.

d. Pembelajaran konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru siswa agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.

e. Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

f. Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu ”jawaban yang benar”. Tytler (Sutarno, 2008: 88).


(23)

Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuannya sendiri didalam benaknya. Guru dalam hal ini harus dapat memberikan kemudahan untuk proses pembangunan pengetahuan siswa, dengan memberikan berbagai kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru juga harus mampu memberikan vasilitas yang mengarahkan siswa ke pemahaman yang lebih tinggi. Dengan syarat siswa sendiri yang harus melakukan proses peningkatan pemahaman tersebut.

Dengan kata lain konsep berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan kepada bagaimana siswa memperoleh pengetahuannya. Sehingga proses pemerolehan pengetahuan menjadi acuan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan pendapat, (Sagala, 2006: 88) yang menyatakan bahwa ” konstruktivisme lebih menekankan kepada strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan”

Pembelajaran dengan menerapkan model konstruktivisme memberikan ruang yang sangat luas kepada siswa dalam membangun dan atau menemukan pengetahuan. Pengetahuan yang ditemukan atau dibangun sendiri akan tertanam kuat dalam diri siswa. Dengan demikian jelas aktivitas siswa dalam belajar merupakan ujung tombak keberhasilan


(24)

pembelajaran. Aktivitas siswa dalam membangun pengetahuannya, mengisyaratkan bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student center). Sementara guru harus benar-benar mampu memberikan fasilitas dan motivasi serta mampu mendesain langkah pembelajaran yang mengarahkan pada pembangunan pengetahuan siswa melalui aktivitas yang dilakukan oleh siswa.

Dengan model konstruktivisme pembelajaran akan disenangi dan menantang siswa untuk terlibat. Hal ini dikarenakan pembelajaran bermula dari pengetahuan awal siswa, dan dengan berbekal pengetahuan awal ini siswa difasilitasi oleh guru dalam membangun konsepsi baru mengenai materi yang dipelajari. Kemudian dikatakan menantang karena, siswa harus mencoba dan merefleksi hasil pemikirannya dengan bertanya atau berinteraksi dengan teman ketika menguji gagasan atau idenya. Dan akhirnya pada tahap klarifikasi akan terjadi pemahaman yang kuat sehingga penemuan makna dalam belajar akan benar-benar terjadi.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menulis naskah pidato dengan penerapan model pembelajaran konstruktivisme dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut ini.

a. Tahap Eksplorasi

1) Diperlihatkan beberapa teks (naskah) pidato yang bervariasi dan diajukan pertanyaan apa yang diketahui dari siswa mengenai naskah pidato tersebut.


(25)

3) Siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi mengenai konsteks yang sebenarnya mengenai naskah pidato dari berbagai sumber, kemudian siswa diberi kesempatan untuk merumuskan hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka semula.

b. Tahap Klarifikasi

1) Guru memperkenalkan beberapa contoh naskah pidato beserta ciri atau karakteristiknya.

2) Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang naskah pidato.

3) Guru memberikan masalah berupa pemilihan naskah pidato yang baik dan benar sesuai dengan kondisi yang seharusnya dengan memperhatian ejaan, sistematika, dan penggunaan kalimat.

4) Siswa mendiskusikan secara berkelomok dan merencanakan penyelidikan.

5) Siswa secara berkelompok melakukan penyelidikan (pemahaman) untuk menguji rencananya.

6) Siswa mencari berbagai rujukan mengenai naskah pidato yang kurang baik dan naskah pidato yang baik dan benar.

c. Tahap Aplikasi

1) Secara berkelompok siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan disajikan oleh wakil kelompok dalam kegiatan diskusi kelas.


(26)

2) Siswa memberikan komentar, saran, dan pendapat terkait isi laporan diskusi kelompok lain.

3) Secara klasikal siswa merumuskan dan menentukan hal-hal yang harus dilakukan dalam membuat naskah pidato.

4) Secara perseorangan siswa membuat naskah pidato dengan menggunakan ejaan, sistematika, dan kalimat yang tepat, sesuai dengan pemahaman masing-masing.

Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menulis naskah pidato dengan penerapan model pembelajaran konstruktivisme adalah dalam proses pembelajaran yang meliputi aktivitas, kreativitas, dan tanggungjawab adalah siswa dapat memunculkannya. Dan pemunculan ini diharapkan meningkat dalam setiap siklus. Dan dalam hasil belajar siswa dapat menggunakan ejaan, sistematika yang tepat, serta penggunaan kalimat yang baku dalam menulis naskah pidato. Secara rinci target penelitian ini adalasebagai berikut ini.

a. Target Proses

Target proses dalam penelitian ini difokuskan pada aktivitas siswa. Aktivitas siswa yang diharapkan adalah semua siswa mampu beraktivitas dalam mengungkapkan ide, gagasan, pertanyaan, dan jawaban selama pembelajaran berlangsung. Dalam aspek kreativitas siswa mampu menampilkan aktivitas dan hasil kerja yang tidak meniru contoh atau temannya, sehingga apa yang dilakukan dan dikerjakan siswa benar-benar hasil inovasi dirinya. Dalam aspek tanggungawab siswa mampu


(27)

menampilkan kolaborasi dengan semua teman (siswa lain) baik dalam kerja kelompok, maupun dalam diskusi kelas. Serta siswa mampu mempertanggungjawabkan ide, gagasan, maupun jawaban yang diberikannya. Dengan demikian aspek-aspek yang diobservasi meliputi keaktifan, kreativitas, dan tanggungjawab.

b. Target Hasil

Target hasil adalah siswa mampu membuat naskah pidato yang baik dan benar. Kebenaran naskah pidato ini dapat dimaknai dari aspek penggunaan ejaan, penerapan sistematika yang tepat, dan penggunaan kata dan kalimat yang baik dan benar (baku). Dari setiap aspek ini dideskriptorkan untuk memudahkan memberikan penilaian. Menurut nilai target hasil penelitian adalah siswa mendapat nilai setara dan atau di atas KKM. Adapun KKM untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Bantarjambe adalah 60. Sedangkan target secara klasikal adalah semua siswa mampu membuat naskah pidato sesuai rambu-rambu penilaian yang dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas yang setara dan atau di atas KKM sekolah untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia

C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang kemampuan menulis naskah


(28)

pidato pada siswa kelas VI SDN Bantarjambe. Adapun tujuan yang lebih khusus adalah sebagai berikut.

a) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model konstruktivisme dalam pembelajaran tentang kemampuan menulis naskah pidato pada kelas VI SDN Bantarjambe.

b) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran kemampuan menulis naskah pidato pada kelas VI SDN Bantarjambe dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme.

c) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengenai menulis naskah pidato dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme pada siswa kelas VI SDN Bantarjambe. 2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca pada umumnya, dan khususnya:

a. Bagi siswa

1) Menumbuhkan sikap perhatian, aktivitas, kreativitas, kerjasama, percaya didi, saling menghargai sesama, dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis naskah pidato melalui kegiatan yang memfasilitasi pembentukan pengetahuan sendiri sehingga tertanam secara permanen pada setiap siswa


(29)

2) Melatih siswa untuk mampu mengembangkan kemampuan pembentukan pengetahuan sendiri melalui kegiatan pembelajaran yang menantang.

3) Memberikan rangsangan berfikir kritis dan sitematis dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan pembelajaran, termasuk dalam belajar membuat naskah pidato b. Bagi guru

1) Dapat dijadikan suatu alternatif dalam meningkatkan keterampilan mengelola perencanaan, penggunaan pendekatan, model, media, dan teknik pembelajaran khususnya dengan menggunakan model konstruktivisme.

2) Dengan diterapkannya model konstruktivisme diharapkan akan memberikan wawasan terhadap guru dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya mengenai menulis naskah pidato.

3) Sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam mengembangkan pengetahuan yang berorientasi pada peningkatan profesionalisme kerja.

4) Dapat dijadikan rujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran, terutama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.


(30)

c. Bagi peneliti

1) Untuk menambah wawasan pengetahuan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis naskah pidato.

2) Merupakan suatu pengalaman yang sangat bermakna dalam pengembangan pengetahuan guna lebih baiknya kualitas pembelajaran

D. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman kebahasaan pada judul penelitian tindakan kelas ini, maka diberikan batasan istilah sebagai berikut ini.

a. Model Konstruktivisme adalah teori yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai (Trianto, 2007: 13).

b. Menulis adalah kegiatan seseorang menempatkan sesuatu pada sebuah dimensi ruang yang masih kosong (Djuanda Dkk, 2006: 295).

c. Kemampuan Menulis adalah suatu persuratan bagi pimpinan dalam setiap organisasi, perusahaan, pendidikan, ataupun pemerintahan (Tarigan, 1986: 185)

d. Naskah pidato adalah teks yang berisi tulisan mengenai informasi yang akan disampaikan di depan orang banyak


(31)

e. Kemampuan menulis naskah pidato adalah kemampuan siswa dalam membuat naskah pidato dengan menggunakan ejaan yang tepat, sistematika yang sistematis, dan menggunakan kalimat yang baku (sesuai kaidah), informatif, komunikatif, dan dapat dipahami.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi penelitian adalah di SDN Bantarjambe, Desa Cigintung, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi di sekolah ini, peneliti merupakan salah seorang pengajar di SDN Bantarjambe sehingga peneliti lebih memahami kondisi lingkungan sekolah serta karakteristik siswa juga memahami keunggulan dan kekurangan khususnya dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini berlangsung. Selain itu penelitian yang dilakukan tidak mengganggu tugas mengajar, sehingga kegiatan pembelajaran tetap berjalan sebagaimana mestinya.

a. Kondisi Sekolah

Kondisi bangunan SD Bantarjambe cukup permanen. Ruang belajar yang tersedia adalah 6 ruangan. Sementara bangunan dan ruangan yang ada meliputi : 1 ruang guru merangkap dengan ruang kepala sekolah, 1 WC siswa laki-laki, 1 WC siswa perempuan, 1 WC guru dan kepala sekolah, dan 1 ruangan gudang. Selain itu, halaman sekolah cukup luas sekaligus digunakan sebagai sarana olah raga, dan upacara bendera. Untuk lebih jelasnya lokasi dan kondisi SDN Bantarjambe tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1 di halaman 62 sebagai berikut ini.


(33)

U

Gambar 3.1

Denah SDN Bantarjambe b. Kondisi Siswa

Keadaan siswa yang belajar di SDN Bantarjambe mayoritas berasal dari keluarga dengan status ekonomi yang beragam, baik dari status ekonomi atas, menengah dan ekonomi yang termasuk kurang, demikian pula dengan latar belakang pendidikan orang tuanya. Jumlah siswa yang bersekolah di SDN Bantarjambe berjumlah 79 orang siswa yang terdiri dari 39 siswa laki-laki dan 37 siswa perempuan. Untuk lebih jelasnya sebaran jumlah siswa tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 dihalaman 46 sebagai berikut ini.

Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kep. Sek/Guru

GGdng

Dapur WC WC WC Parkir Kantin Lapangan upacara Rumah Dinas L ap an gan o lah r aga


(34)

Tabel 3.1

Sebaran Jumlah Siswa SDN Bantarjambe

No Kelas Siswa Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 I 5 2 7

2 II 7 8 15

3 III 9 1 10

4 IV 7 8 15

5 V 7 7 14

6 VI 4 11 15

39 37 76

c. Kondisi Guru

Dari segi guru, SDN Bantarjambe sudah dapat dikatakan sangat mencukupi. Hal ini dapat dilihat baik dari segi jumlah, masa kerja, golongan, maupun kualitas kompetensi semua garu. Secara rinci guru-guru SDN Bantarjambe seperti tertera pada Tabel 3.2 sebagai berikut ini.

Tabel 3.2

Data Guru SDN Bantarjambe

No Nama Nip Gol.

Ruang Mengajar Jabatan

1 Epi Kosmayati, S.Pd 196304061983052005 IV/A I IV Kep Sek

2 Tasim Sugianto 195910201982011004 IV/A IV G. Kelas

3 Taryadi Siregar 196111111982011006 IV/A VI G. Kelas

4 Tuti Sulastri, S.Pd 196407151984102002 IV/A I - IV G. PJOK

5 O. Karsan 195604101984121001 IV/A I IV G. PAI

6 Titi 196201091983052005 IV/A II G.Kelas

7 Darmini, S.Pd 196707211988122001 IV/A I G.Kelas

8 Ruhiman, S.Pd 196907062007011020 III/A V G. Kelas

9 Ahmad Amir N, S.Pd 198701062009021002 III/A III G. Kelas

10 Titi Setiawati - - I IV Sukwan

11 Wantarip - - I – IV Sukwan

12 Salam, S.Pd.I - - I – IV Sukwan

13 Taryana - - - Penjaga

14 Asep Herdiana - - I – IV Sukwan


(35)

2. Waktu Penelitian

Waktu yang direncanakan untuk penelitian ini mulai dari bulan Januari sampai Bulan Juni 2013. Kegiatan pertama dimulai dengan pembuatan proposal pada minggu pertama sampai minggu keempat bulan Januari 2013. Seminar proposal dilakukan pada minggu kelima sampai minggu kedua bulan Pebruari 2013. Dan revisi proposal dilakukan pada minggu ketiga sampai minggu keempat bulan Pebruari 2013. Itu merupakan waktu penelitian tahap perencanaan.

Selanjutnya pada tahap pelaksanaan penelitian untuk siklus I dilaksanakan pada minggu kesatu sampai minggu ketiga bulan Maret 2013. Sedangkan pengolahan dan analisis data siklus I dilakukan pada minggu keempat sampai minggu kelima bulan Maret 2013. Siklus II dilaksanakan pada minggu kesatu sampai minggu ketiga bulan April 2013. Dan pengolahan datanya dilaksanakan pada minggu keempat sampai minggu kelima bulan April 2013.

Untuk perencanaan dan pelaksanaan tindakan siklus III direncanakan dilaksanakan pada minggu kesatu sampai minggu ketiga bulan Mei 2013. Dan untuk pengolahan dan analisis data siklus III dilakukan pada minggu keempat sampai minggu kelima bulan Mei 2013. Untuk penyusunan laporan dan revisi laporan waktu yang dialokasikan pada minggu kesatu sampai minggu ketiga bulai Juni 2013. Dan pelaksanaan sidang skripsi direncanakan dilaksanakan antara bulan Juni


(36)

2013. Untuk lebih jelas waktu penelitian secara detail dapat dilihat pada lampiran tabel jadual penelitian.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah kelas VI yang berjumlah 15 orang siswa, terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan. Usia siswa kelas VI SDN Bantarjambe Tahun Ajaran 2012-2013 sangat bervariasi, yang paling muda berusia 11 tahun, dan yang paling tua berusia 13 tahun.

Untuk lebih jelasnya subjek penelitian seperti tertera pada Tabel 3.3 sebagai berikut ini.

Tabel 3.3

Data Subjek Penelitian

No Nama Nomor

Induk

Jenis

Kelamin Alamat Ket

L P

1 Dian Soentono 070801001  Dusun Karamat

2 Darliyani 070801002  Dusun Karamat

3 Eka Surya Dinata 070801003  Dusun Sarongge 4 Ferawati Maulina 070801004  Dusun Sarongge

5 Jenny Muniroh Arifin 070801005 Dusun Karamat

6 Kiki Karlina 070801006  Dusun Karamat

7 Kiki Karisma 070801008  Dusun Baros

8 Nastiya Hani 070801009  Dusun Karamat

9 Sriwiarti 070801010  Dusun Sarongge

10 Teti Kurniawati 070801011  Dusun Karamat

11 Vini Khoerotul Latifah 070801012 Dusun Karamat

12 Winarni Yudaswara 070801013  Dusun Karamat

13 Yogi Karyadi 070801014  Dusun Baros

14 Yuni Rahmayanti 070801015  Dusun Sarongge

15 Ribka Agustina 0607006  Dusun Sarongge

Jumlah 4 11


(37)

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melaksanakan tindakan yang bertujuan memperbaiki proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa maupun pemahaman siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kasbolah (1999: 15) bahwa “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran “.

Hal senada juga dikemukakan oleh Wardani et al (2003: 14) bahwa :

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Peranan guru dalam PTK sangat penting. Dalam penelitian tersebut guru terlibat secara langsung baik dalam setiap proses pembelajaran maupun dalam setiap pelaksanaan tindakan kelas. Hal tersebut sesuai dengan bentuk PTK yang dikemukakan Kasbolah, (1999: 122) bahwa “Bentuk Penelitian Kelas yang memandang guru sebagai peneliti memiliki ciri yang penting yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses Penelitian Tindakan Kelas”.


(38)

Guru sebagai pelaksana dalam PTK, hendaknya mengetahui dan memahami karakteristik PTK, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasbolah (1999 : 22)

(1) Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan guru sendiri, (2) Penelitian Tindakan Kelas berangkat dari permasalahan praktik faktual, (3) Ciri lain yang ada pada Penelitian Tindakan Kelas adalah adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan. Menyimak karakteristik PTK di atas, maka suatu penelitian dapat disebut PTK apabila memenuhi ketiga karakteristik di atas. Karakteristik pertama PTK dilaksanakan oleh guru sendiri sebagai pengelola program kelas, guru kelas tersebut lebih mengetahui dan mengenal situasi kelasnya termasuk permasalahan yang terdapat dalah proses pembelajaran. Ketika melaksanakan kegiatan mengajar, gurulah yang melakukan perbaikan-perbaikan dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran. Karakteristik kedua, PTK berangkat dari permasalahan praktik faktual, artinya permasalahan tersebut timbul dalam proses pembelajaran sehari-hari yang dihadapai oleh guru itu sendiri. Seorang guru yang profesional apabila menemui permasalahan dalam proses pembelajaran, secara sadar ia akan melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karakteristik ketiga, ciri lain dari PTK adalah adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan. Tindakan yang dilakukan oleh guru harus direncanakan secara cermat dalam rangka melakukan perubahan menuju perbaikan.


(39)

Tujuan PTK menurut Kasbolah, (1999 : 32) “(1) untuk meningkatkan layanan pendidikan (2) relevansi pendidikan, (3) mutu hasil pendidikan, dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan”.

Sesuai dengan tujuan PTK di atas, maka PTK sangat cocok dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kelas yaitu dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan adanya perbaikan yang dilaksanakan guru kelas tersebut, maka diharapkan hasil belajar dan pemahaman siswa juga mengalami peningkatan.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada penggunaan model pembelajaran Konstruktivisme dalam pembelajaran menulis naskah pidato di kelas VI sekolah dasar. Permasalahan diangkat berdasarkan atas pengalaman dan rasa ketidakpuasan yang dialami peneliti. Untuk memecahkan perasalahan tersebut, peneliti menetapkan dan merancang tindakan yang berdasarkan kajian teori pembelajaran dan literatur dari berbagai sumber yang relevan. PTK ini dilaksanakan secara langsung oleh peneliti dan dibantu oleh rekan guru yang berperan sebagai observer. Observer bertugas mengamati dan mengobservasi proses pembelajaran dari awal sampai akhir.

Rancangan penelitian yang akan dilaksanakan adalah model siklus berbentuk spiral yag mengacu pada model Kemmis dan Mc.Taggart (Kasbolah, 1999 : 14) yang mengatakan bahwa :

Penelitian tindakan juga digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih


(40)

merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Menyimak pendapat Kemmis dan Mc.Taggart di atas, pelaksanaan siklus tidak hanya satu kali, melainkan beberapa kali sampai tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan siklus pada penelitian ini mengacu kepada prosedur pelaksanaan tindakan yang terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation). Dan refleksi (reflection).

Dalam setiap siklus terdapat : (1) Rencana (planning) adalah rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan, dan membantu guru dalam penggunaaan model pembelajran Konstruktivisme pada pembelajaran menulis naskah pidato, (2) Tindakan (action) adalah tindakan yag akan dilaksanakan guru dalam meningkatkan aktivitas siswa, (3) Observasi (observation) adalah kegiatan mengamati, hasil, dan segala aktivitas yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, (4) Refleksi (reflection) adalah guru mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan proses dan hasil pelaksanaan tindakan dalam proses belajar mengajar. Setelah mengetahui hasil refleksi, guru melakukan perbaikan terhadap rencana berikutnya sampai tujuan dapat tercapai.

Untuk memperjelas tentang langkah penelitian yang dilaksanakan dapat dilihat pada gambar 3.1 dihalaman 70 sebagai berikut ini.


(41)

Gambar 3. 1

Model Siklus Spiral Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66)

Pada gambar terlihat bahwa pelaksanaan PTK dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang merupakan sistem yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Setiap tindakan dimulai dengan tahap rencana, dimana peneliti menyusun rencana pembelajaran, menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS), dan menyusun instrument penelitian. Kemudian rencana yang telah disusun tersebut

OBSERVIE R E F LE C T A C T PLAN OBSERVIE R E F LE C T A C T REVIISED OBSERVIE R E F LE C T A C T REVIISED


(42)

dilaksanakan pada tahap pelaksanaan. Selama pelaksanaan tindakan, dilakukan observasi terhadap guru dan siswa yang terekam dalam lembar instrumen. Selanjutnya pada tahap refleksi, peneliti dan observer menganalisa proses pembelajaran dan prilaku siswa maupun guru. Hasil refleksi tersebut dijadikan rujukan untuk rencana perbaikan selanjutnya.

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun serangkaian tindakan dalam bentuk siklus, yang terdiri dari tiga siklus. Adapun rancangan penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Menurut Arikunto, (2008: 75) „tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan dilaksanakan.

Selanjutnya uraian perencanaan ini secara rinci diuraikan oleh Arikunto, (2008: 75) bahwa tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut ini.

1). Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang akan diteliti. 2). Menetapkan alas an mengapa penelitian tersebut dilakukan,

yang akan melatarbelakangi PTK 3).Merumuskan masalah secara jelas.

4). Menetapkan tindakan yang akan dipilih sebagai alternative pemecahan masalah.

5). Menentukan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrument pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisa indikator keberhasilan tersebut.

6). Membuat secara rinci rancangan tindakan. b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan intinya, merupakan implementasi dari perencanaan yang telah dibuat. Praktisi model melaksanakan setiap


(43)

langkah kegiatan pembelajaran sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Dimana semuanya tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Praktisi harus paham betul apa-apa yang telah digariskan dalam RPP dan berusaha melaksanakannya secara maksimal dan wajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Arikunto, (2008: 76) „ bahwa tahap pelaksanaan merupakan penerapan rancangan strategi dan sekenario‟.

c. Observasi

Tahapan selanjutnya dalam penelitian ini adalah observasi. Unsur-unsur yang diobservasi secara meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa. Dari kinerja guru yang diobservasi menyangkut persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dengan menerapkan model konstruktivisme. Observasi kinerja guru ini menggunakan pedoman observasi yang operasionalnya secara rinci tertera pada format observasi kinerja guru. Dari setiap unsur yang diobservasi (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) mengandung beberapa indikator kinerja. Dari setiap indikator tersebut kemudian dibuatkan deskriptor untuk menentukan nilai kualitas kinerja baik setiap indikator, tahapan kegiatan, maupun komulatif semua kinerja guru. Pelaksanaan observasi kinerja guru ini dilakukan oleh peneliti. Hal ini terjadi karena dalam penelitian ini guru praktisinya adalah mitra dari peneliti. Demikian juga halnya untuk observasi aktivitas


(44)

siswa, prosesnya hampir sama dengan observasi kinerj guru. Hal yang berbeda terletak pada aspek aktivitas yang diobservasi.

d. Refleksi

Berdasarkan desain penelitian yang digunakan tahapan penelitian selanjutnya adalah refleksi. Refleksi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian, mengingat dengan refleksi ini akan diperoleh berbagai kepastian terkait dengan hasil penelitian. Sebelum melakukan refleksi dilakukan dulu pengolahan dan analisis data. Data-data yang diolah meliputi data proses, data hasil observasi, data hasil wawancara dan data hasil belajar. Data-data ini terkumpul dari berbagai alat pengumpul data, selanjutnya setelah diolah kemudian dianalisis. Hasil analisis ini kemudian direfleksi, hasil refelksi ini akan menentukan langkah selanjutnya dalam penelitian ini. Dengan demikian refleksi merupakan kegiatan mengkaji secara lengkap dan menyeluruh terhadap tindakan yang telah dilakukan. Yang selanjutnya hasil dari refleksi ini menjadi pedoman dalam melakukan tindakan selanjutnya.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah berbentuk siklus yang direncanakan akan dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklus dilakukan empat kegiatan utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada akhir pertemuan


(45)

diharapkan target dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dapat terbukti. Adapun hal tersebut yaitu teratasinya kesulitan siswa dalam menulis naskah pidato dengan menggunakan ejaan yang tepat, sistematikan yang tepat, serta penggunaan kalimat yang baku, baik, dan benar.

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model spiral Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmaja, 2005: 66), yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan. Artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya.

Secara sederhana prosedur penelitian tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: perencanaaan penerapan model dimulai dengan membuat perencanaan, dalam hal ini dengan menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setelah perencanaan disiapkan kegiatan selanjutnya adalah dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran, dengan menerapkan model konstruktivisme, guna meningkatkan motivasi, aktivitas, dan teratasinya kesulitan siswa dalam menulis naskah pidato. Kegiatan selanjutnya sejalan dengan proses pelaksanaan pembelajaran, dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan penerapan model konstruktivisme tersebut. Dan diakhiri dengan merefleksi semua aktivitas penerapan model pembelajaran konstruktivisme yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi ini sebagai pedoman dalam pelaksanaan siklus selanjutnya.

Secara umum gambaran dari prosedur penelitian tersebut meliputi langkah-langkah seperti tertera pada Tabel 3.2 di halaman 75 sebagai berikut ini.


(46)

Tabel 3.2 Prosedur Penelitian

No Tahapan Bentuk Kegiatan

1 Perencanaan

1. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2. Membuat berbagai alat pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan tes hasil belajar.

3. Membuat media pembelajaran dan mendesaian media yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan. 4. Membuat instrumen penilaian.

5. Mengadakan kerjasama dengan guru praktisi mengenai penerapan model konstruktivisme, penentuan indikator-indikator pencapaian target yang ditentukan, menentukan waktu yang akan digunakan.

2

Pelaksanaan

1. Tahap Awal Pembelajaran.

a. Menyiapkan berbagai keperluan pembelajaran yang akan digunakan di kelas.

b. Melakukan apersepsi untuk mengeksplorasi pengetahuan awal siswa, mengkondisikan siswa, dan menggiring siswa untuk masuk pada materi yang akan dipelajari. Kegiatan ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbimbing dan permasalahan yang sering ditemukan siswa. 2. Tahap Inti Pembelajaran belajar.

a. Menyampaikan materi dan kegiatan yang akan dilakukan.


(47)

pula mengenai karakterisitik dari setiap naskah pidato yang ada.

c. Siswa disuruh merumuskan kembali pengetahuannya mengenai naskah pidato yang baik.

d. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang kurang dipahami. e. Guru memberikan masalah mengenai pembuatan

naskah pidato yang baik dan benar dengan memperhatikan ejaan, sistematika, dan penggunaan kalimat.

f. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil, selanjutnya siswa saling memahamkan dan membangun pengetahuannya mengenai membuat naskah pidato yang baik dan benar.

g. Memantau kegiatan siswa dengan memberikan pembimbingan, motivasi kepada siswa maupun kelompok yang dinilai memerlukan.

h. Setiap kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya dan dikomentari oleh kelompok lain. i. Mengadakan diskusi kelas, siswa divasilitasi untuk

merumuskan kembali cara-cara membuat naskah pidato yang baik dan benar. Bila perlu siswa mencari dari berbagai literatur yang ada

j. Penyimpulan materi dengan secara klasikal dan guru memberikan penegasan pada hal-hal penting.


(48)

No Tahapan Bentuk Kegiatan 3. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran adalah penilaian tes hasil belajar dalam bentuk tes produk. Acuan penilaian adalah format penilaian yang difokuskan untuk menilai aspek ejaan, sistematika dan kalimat. Setiap aspek diberi rentang skor 0 sampai 3 dan setap skor diberi deskriptor

3 Observasi

Kegiatan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran. Selain itu, observasi juga untuk mengumpulkan data dan merekam data, serta membuat catatan lapangan yang lengkap terkait proses pembelajaran.

5 Refleksi

1. Analisis, sintesis, dan interprestasi terhadap semua informasi dan data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan.

2. Melakukan evaluasi terhadap pencapaian target pembelajaran dan penelitian.

3. Memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan dan pelayanan pembelajaran secara berkelanjutan.


(49)

Dengan adanya kegiatan refleksi ini para pelaku yang terlibat dalam penelitian tindakan, mempunyai banyak kesempatan untuk meningkatkan penguasaan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis naskah pidato dengan menerpkan model pembelajaran konstruktivisme.

E. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, adalah sebagai berikut ini.

1. Pedoman observasi

Pedoman observasi yang digunakan terdiri dari dua, yaitu pedoman observasi kinerja guru dan pedoman observasi aktivitas siswa. Pada dasarnya data-data yang dikumpulkan dari pedoman observasi ini merupakan data kualitas, dengan demikian pedoman observasi ini pada pelaksanaan mengcu pada format observasi. Dalam format observasi ini secara rinci akan memandu dalam melakukan observasi juga pengolahan datanya. Dengan demikian pedoman observasi dan format observasi merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, agar memudahkan dalam melakukan observasi.

Pada proses pelaksanaannya observasi dilakukan secara langsung pada saat proses belajar mengajar di kelas. Observasi dilakukan dengan cara melihat, mengamati, dan mencatat perilaku siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran mengenai menulis naskah pidato dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme.


(50)

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan instrumen penelitian yang digunakan pada saat wawancara . Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan pada saat wawancara. Dalam kegiatan penelitian ini yang menjadi objek wawancara meliputi guru praktisi model dan dua atau tiga orang siswa yang dapat mewakili kemampuan siswa secara keseluruhan.

Berbagai jawaban yang diberikan dari objek wawancara (guru dan siswa) kemudian dirangkum, untuk selanjutnya diterprestasikan serta dikorelasikan dengan data-data lainnya. Jadi wawancara dalam penelitian ini digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dari guru dan siswa tentang temuan-temuan yang diperoleh dalam proses pembelajaran, baik sebelum maupun sesudah penerapan model pembelajaran konstruktivisme pada materi menulis naskah pidato

3. Catatan Lapangan

Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2001: 153) catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dan dialami dalam upaya mengumpulkan data dan refleksi terhadap data penelitian kualitatif.

Data dari catatan lapangan ini sangat penting, mengingat melalui catatan lapangan akan dapat mendeskripsikan berbagai kejadian atau data selama kegiatan penerapan model berlangsung. Catatan lapangan digunakan oleh observer atau peneliti untuk


(51)

merekan kegiatan penerapan model pembelajaran konstruktivisme pada materi menulis naskah pidato di kelas VI secara deskriptif dan menyeluruh.

4. Test

Test berisi soal-soal pada setiap akhir tindakan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari yaitu tentang kemampuan menulis naskah pidato. Tes yang dilakukan adalah tes produk, yaitu menilai hasil kerja siswa dengan menggunakan deskriptor penilaian.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

a. Pengolahan Data Proses

1) Pengolahan Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Pengolahan data proses meliputi aktivitas siswa dan kinerja guru. Teknik pengolahan data proses yang pertama adalah pengolahan data terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Pengolahan data aktivitas siswa diawali dengan menjaring data aktivitas siswa dari instrumen yang telah dipersiapkan dalam bentuk format observasi aktivitas siswa. Karena data aktivitas merupakan data kualitas, agar mudah menganalisis dan menyimpulkan, selanjutnya dibuat acuan penilaian data aktivitas ini. Untuk itu maka dibuat deskriptor tiap aspek aktivitas yang diobservasi dengan rentang skor 0 sampai 3.


(52)

Aspek yang diobservasi meliputi keaktifan, kreativitas, dan tanggungjawab, sehingga diperoleh skor ideal 9. Kriterian penilaian yang dibuat terdiri dari tiga kriteria yaitu baik, cukup, dan kurang. Kriteria baik jika skor yang diperoleh 8 sampai 9, kriteria cukup jika skor yang diperoleh 6 sampi 7, dan kriteria kurang jika skor yang diperoleh dari 5 ke bawah. Dari skor ini kemudian dikonversi ke dalam bentuk nilai dengan membandingkan skor perolehan dengan skor ideal dikalikan seratus, dan penentuan ketuntasan adalah siswa dinyatakan tuntas jika memperoleh kriteria baik atau cukup. Kriteria baik atau cukup ini berada dalam tataran nilai 66 sampai 100, dan nilai tersebut setara dan atau di atas KKM sekolah. Adapun KKM sekolah adalah 60. Adapun deskriptor penilaian aktivitas siswa adalah sebagai berikut ini.

Tabel 3.4

Deskriptor Penilaian Aktivitas Siswa

No Aspek Penilaian Indikator

1 Keaktifan

a. Mampu bertanya dan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan yang ada

b. Mau bekerjasama secara baik dengan semua teman dalam berbagai kegiatan pembelajaran

c. Melakukan berbagai kegiatan pembelajaran dengan sungguh-sungguh

2 Kreativitas

a. Mampu memunculkan ide, gagasan, pertanyaan, dan jawaban yang baru (berbeda dengan kebanyakan). b. Menyampaikan ide, gagasan, pertanyaan dan

jawaban dilakukan dengan cara yang efesien c. Melakukan aktivitas dengan cara sendiri tanpa

terpengaruh oleh orang lain

3 Tanggungjawab

a. Berani mempertahankan jawaban yang diberikan dengan cara yang baik

b. Terlibat secara maksimal dari awal sampai akhir dalam mengerjakan tugas baik kelompok maupun individu

c. Mau menerima berbagai masukan atau kritik yang dibuktikan dengan memperbaiki pekerjaan sesuai saran dan masukan


(53)

2) Pengolahan Data Hasil Observasi Kinerja Guru

Pengolahan data selanjutnya adalah pengolahan data hasil observasi kinerja guru. Pengolahan data hasil observasi kinerja guru, pada dasarnya hampir sama dengan pengolahan pada data hasil observasi aktivitas siswa. Kesamaan tersebut terletak pada jenis data yang keduanya merupakan data kualitas. Dengan demikian pengolahan data hasil kinerja guru juga menggunakan deskriptor penilaian pada setiap indikator yang diobservasi. Deskrptor tersebut diberi rentang skor dari 0 sampai 3. Dari semua kinerja guru dalam pembelajaran mengenai membuat naskah pidato tersebut dengan menggunakan model konstruktivisme terdiri dari 18 indikator.

Kedelapanbelas indikator tersebut tersebar pada perencanaan sebanyak 4 indikator, pelaksanaan sebanyak 10 indikator, dan evaluasi sebanyak 4 indikator. Dari 18 indikator tersebut diperoleh skor ideal sebesar 54. Dan penentuan tingkat keberhasilan kinerja guru adalah dengan membandingkan atau membagi skor perolehan dengan skor ideal yang dikalikan seratus. Selanjutnya dengan diperoleh persentase atau nilai tersebut ditentukan tingkat kualitas kinerja guru dengan kategori baik, cukup, dan kurang yang mengacu pada rentang nilai yang telah ditentukan. Kinerja guru dinyatakan berhasil jika semua atau (100%) tahapan kinerja guru masuk kategori baik. Dan jika kinerja guru masih ada yang masuk tataran cukup dan kurang maka, kinerja guru tersebut dinyatakan belum berhasil.


(54)

Untuk lebih jelasnya deskriptor penilaian kinerja guru untuk semua indikator dalam setiap tahapan seperti tertera pada tabel 3.5 sebagai berikut ini.

Tabel 3.5

Deskriptor Penilaian Kinerja Guru

No Aspek yang Dinilai Deskriptor

A. Perencanaan

1 Mempersiapkan

Perencanaan Pembelajaran

a. RPP dibuat dengan sistematika dan komponen yang lengkap

b. RPP dibuat sesuai dengan pembelajaran yang akan diajarkan c. RPP dibuat dengan menggunakan

bahasa yang baik dan benar

2 Menyiapkan materi

pembelajaran

a. Materi disiapkan sesuai dengan SK, KD dan Indikator

b. Materi disiapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

c. Materi diorientasikan untuk disesuaikan dengan karakteristik siswa dan kondisi yang ada.

3 Menyiapkan media

pembelajaran

a. Media yang disiapkan sesuai dengan tujuan dan kegiatan pembelajaran b. Media dapat dipahami oleh siswa c. Media dapat meningkatkan gairah

siswa dalam belajar

4 Menyiapkan alat penilaian

a. Instrumen penialaian dibuat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Instrumen yang dibuat sesuai dengan materi yang akan diajarkan c. Instrumen penilaian dibuat dengan

memperhatikan tingkat kesukaran (mudah, sedang, dan sukar)


(55)

No Aspek yang Dinilai Deskriptor B. Pelaksanaan

1

Menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

a. Materi yang akan disampaikan dikemas dalam kegiatan apersepsi yang

menghubungkan materi dengan

pengetahuan awal siswa.

b. Penghubungan materi yang dilakukan mampu memotifasi siswa terhadap pembelajaran

c. Penghubungan materi dilakukan dengan cara yang dapat dipahami oleh semua siswa.

2 Menyampaikan tujuan

pembelajaran.

a. Tujuan pembelajaran disampaikan sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam RPP

b. Penyampaian tujuan pembelajaran dapat dipahami oleh semua siswa c. Penyampaian tujuan pembelajaran

menggunakan bahasa yang baik dan benar

3

Menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa

a. Penjelasan kegiatan dapat dipahami oleh semua siswa

b. Penjelasan kegiatan pembelajaran dapat memunculkan antusiasme siswa dalam pembelajaran

c. Kegitan yang disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran

4

Membangun pengetahuan dengan kegiatan yang berpusat pada siswa.

a. Semua siswa terfasilitasi dalam membangun pengetahuannya

b. Memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mereduksi pengetahuan yang diperolehnya dengan berbagai kegiatan yang menantang.

c. Pembangunan pengetahuan

dilakukan oleh siswa dengan pendampingan.

5 Memberikan tugas

kelompok secara tersendiri

a. Pembentukan kelompok efektif dan efesien

b. Pemberian dan penjelasan tugas kelompok jelas

c. Berbagai keperluaan kerja kelompok disisapkan dan semua kelompok mendapatkannya


(56)

No Aspek yang Dinilai Deskriptor B. Pelaksanaan

6 Membimbing kerja kelompok dan memberikan motivasi

a. Bimbingan dan motivasi yang diberikan dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok

b. Bimbingan dan motivasi

diberikan secara merata kepada setiap kelompok.

c. Bimbingan dan motivasi

diberikan secara klasikal, kelompok dan individu

7

Menggunakan media

pembelajaran untuk

memberikan kemudahan

kepada siswa

a. Pembelajaran menggunakan media.

b. Media yang digunakan dapat memudahkan dan menarik minat siswa dalam belajar

c. Media pembelajaran mudah digunakan

8 Mengembangkan materi

pembelajaran

a. Pengembangan materi menambah wawasan siswa.

b. Pengembangan materi dapat diikuti oleh semua siswa

c. Pengembangan materi

meningkatkan kualitas hasil pembelajaran

9

Membimbing siswa dalam belajar dengan membangun pengetahuan siswa dalam membuat naskah pidato

a. Bimbingan memberikan

kesempatan yang luas pada siswa

dalam membangun

pengetahuannya.

b. Bimbingan memberikan

kemudahan dan keterampilan lebih dalam membuat naskah pidato

c. Pembangunan pengetahuan

dilakukan dengan cara yang sesuai dan diminati oleh siswa

10 Membantu siswa ketika

mendapat kesulitan

a. Bantuan dapat mengatasi kesulitan siswa

b. Bantuan diberikan secara merata dan berimbang

c. Bantuan berdampak pada


(57)

No Aspek yang Dinilai Deskriptor C. Evaluasi

1 Menyimpulkan materi yang telah diajarkan

a. Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran b. Menanggapai semua kesimpulan

yang disampaikan siswa

c. Menyimpulkan hasil

pembelajaran berdasarkan pendapat siswa yang sesuai dengan hasil pembelajaran.

2 Memberikan tindak lanjut

a. Memberikan penguatan dan penegasan pada materi-materi yang harus dikuasai oleh siswa

b. Memberikan pesan untuk

mempelajari dan berlatih dalam

peningkatan kemampuan

membuat naskah pidato.

c. Memberikan tugas terstruktur yang berkaitan dengan pembuatan naskah pidato

3 Melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran

a. Melaksanakan penilaian proses dengan mengisi lembar penilaian proses

b. Penilaian proses sesuai dengan tujuan pembelajaran

c. Penilaian proses dapat dipahami dan diikuti oleh semua siswa

4 Melaksanakan tes individu

a. Melaksanakan penilaian individu sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran.

b. Penilaian mengacu kepada format penilaian yang telah disiapkan c. Kegiatan penilaian dapat

diikutidan dipahami oleh semua siswa

3) Pengolahan Data Hasil Wawaancara

Data yang terkumpul dari hasil wawancara adalah rangkuman atau inti-inti dari jawaban yang diberikan oleh guru dan siswa pada


(58)

saat wawancara. Pengolahan data yang dilakukan adalah melalui interprestasi terhadap jawaban yang diberikan. Karena pertanyaan yang diberikan secara umum berkisar mengenai kesan, pesan, kesulitan, dan pendapat terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga pengolahan data melalui interprestasi difokuskan pada kesan, pesan, dan pendapat yang positif, serta kadar kesulitan yang dialami. Jika pesan, kesan, dan pendapat sudah baik (positif) indikasinya keberhasilan pembelajaran akan atau sudah tercapai demikian sebaliknya. Sementara kadar kesulitan juga baik ada kesulitan, maupun tidak ada kesulitan, mengindikasikan akan proses pembelajaran yang dapat dikategorikan ideal. Dengan demikian dari berbagai interprestasi data hasil wawancara akan memperkuat dan melengkapi hasil-hasil pengolahan data yang lainnya.

4) Pengolahan Data Hasil Catatan Lapangan

Data dari catatan lapangan berisi hal-hal yang penting dan terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Catatan lapangan ini merangkum berbagai kejadian pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal penting yang dicatat tentunya yang sangat berkaitan dengan proses pemecahan permasalahan pembelajaran mengenai membuat naskah pidato. Hal-hal penting tersebut dapat berupa kejadian yang diharapkan juga kejadian yang tidak diharapkan, baik dari aktivitas siswa, kinerja guru, maupun hasil belajar siswa.


(1)

persiapan dan pelaksanaan, serta evaluasi yang dilakukan benar-benar dipertimbangkan dengan seksama.

3. Hasil belajar siswa pada pembelajaran menulis naskah pidato setelah menggunakan model pembelajaran konstruktivisme menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini terbukti dari hasil evaluasi pada setiap pembelajaran. Adapun hasil rata-rata evaluasi dan persentase ketuntasan setiap siklus adalah : siklus I rata-rata nilai adalah 69,6 dan persentase ketuntasannya baru mencapai 66,7%, siklus II rata-rata nilai adalah 80,7 dengan persentase ketuntasan mencapai 80% dan siklus III rata-rata adalah 96,4 dengan persentase ketuntasan yang sudah mencapai 100%. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkata rata-rata tes hasil belajar sebesar 11,1, sedangkan dari siklus II ke siklus III peningkatan yang terjadi adalah sebesar 15,7, sehingga dengan demikian peningkatan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan adalah sebesar 26,8.

B. Saran-Saran

Dalam upaya meningkatkan dan menyempurnakan pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN Bantarjambe pada aspek keterampilan manulis mengenai membuat naskah pidato, merujuk kepada hasil penelitian yang telah dapatkan dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa, maka berikut ini dapat dikemukakan beberapa saran, antara lain sebagai berikut ini.


(2)

1. Untuk Guru

a. Berdasarkan keberhasilan penerapan model pembelajaran konstruktivisme dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa pada menulis naskah pidato maka disarankan agar model pembelajaran tersebut dapat dikembangkan dan diterapkan pada konsep atau mata pelajaran yang lain.

b. Agar pembelajaran dengan menerapkan model konstruktivisme berjalan efektif dan mencapai tujuan secara maksimal, guru hendaknya berupaya melaksanakan peran dan tanggungjawabnya dengan baik. Guru harus dapat menjadi fasilitator, dinamisator, dan konselor dalam memberikan pengalaman belajar yang menuju kepada pencapaia tujuan pembelajaran. Juga harus dapat menjadi evaluator yang akuntabel terhadap hasil belajar siswa.

2. Untuk Siswa

a. Dalam pembelajaran dengan menerapkan model konstruktivisme siswa dituntut untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan cara bekerjasama, memahami hakikat kerjasama, serta bertanggungjawab terhadap tugas yang diembannya. Dimana semua ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas, partisipasi dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

b. Inti keberhasilan dalam pembelajaran dengan menerapkan model konstruktivisme sangat ditentukan oleh aktifitas siswa dalam memberikan berbagai ide, gagasan, saran maupun kritik ketika


(3)

pembelajaran berlangsung. Selain itu ketika melaksanakan tugas yang dilakukan secara bekerjasama dengan semua anggota tanpa mempermasalahkan perbedaan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dimana kompetensi ini sangat penting dikuasai oleh siswa karena kondisi ini merupakan gambaran nyata dari kehidupan yang dialami oleh siswa. Dengan demikian semua siswa dalam pembelajaran disarankan dan di arahkan untuk mampu terlibat secara aktif dan dinamis serta mampu beajar dan bekerjasama dengan semua anggota kelas.

3. Untuk Lembaga a. SDN Bantarjambe

1) Dengan semakin besarnya tuntutan peningkatan kualitas pendidikan baik secara horizontal maupun vertikal, maka lembaga pendidikan harus lebih antusias dan membuka diri terhadap berbagai pembaharuan maupun inovasi pembelajaran. Yang salah satunya adalah dengan penerapan pembelajaran konstruktivisme yang telah nyata terbukti keberhasilannya pada penelitian ini. 2) Sekolah hendaknya lebih mensosialisasikan kembali model

pembelajaran konstruktivisme, karena model ini memiliki kontribusi yang besar terhadap perkembangan siswa secara menyeluruh, sehingga siswa memiliki kompetensi yang bermanfaat bagi kehidupannya.


(4)

b. UPI

1) Berbagai penelitian untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran khususnya di jenjang sekolah dasar sudah banyak dilakukan oleh para mahasiswa, tentunya hal ini merupakan masukan yang sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan. Untuk itu sebaiknya UPI lebih intensif dalam mempublikasikan berbagai hasil penelitian ini dengan dinas maupun instansi terkait.

2) UPI merupakan LPTK yang menghasilkan calon-calon pendidik dan tidak terlepas dari usaha-usaha peningkatan kualitas kompetensi keguruan pada umumnya, untuk itu inovasi-inovasi dalam dunia pendidikan menjadi hal yang sangat penting. Salah satu cara yang efektif adalah dengan memberikan fasilitas kepada para mahasiswa untuk menunjukkan kemampuan akdemiknya dengan menstrasformasikan hasil penelitiannya.

4. Untuk Peneliti Lain

a. Hasil-hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain terutama dalam pengembangan model konstruktivisme.

b. Dalam mengembangkan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan dilakukan dengan lebih baik lagi dimasa-masa mendatang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alya Qonita. (2009). Kamus Bahasa Indonesia Untuk Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indahjaya Adipratama

Asrori Mohamad. (2009). Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima Arikunto Suharsimi, (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendakatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djuanda, Dadan. (2006). Pembinaan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : UPI PRESS

Kasbolah Kasihani. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Depdikbud Majid Abdul. (2009). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: PT Rosdakarya

Moleong Lexy. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya Nana Syaodih .( 2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda

Karya

Nurhadi, Dkk. (2004). Pembelajaran Konstektual. Malang: UM PRESS Permen No. 22 (2006). Standar Isi dan Standar Kompetensi Kurikulu Tingkat

Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Resmini, Novi dan Djuanda Dadan (2007). Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung : UPI PRESS

Rosalin Elin. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Konstektual. Bandung: Karya Mandiri Persada

Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta

Sutarno, Nono. (2008). Materi dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: UT Samatowa Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA Di Sekolah


(6)

Sudjana Nana dan Ibrahim. (2001) Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suriamiharja Agus, Dkk. (1996). Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikdasmen.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta Tarigan, Djago. (1986). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka

http://dirinyacapunk.wordpress.com ( 12 Januari 2013)

Suriamiharja Agus, Dkk. (1996). Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikdasmen.

Tarigan H.G. (1982). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan Djago. (1997). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud

Tim Pengembang PGSD. (1997). Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Depdikbud Dirjendikti

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Filosofis Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya.

Udin Sa‟ud dan Abin Syamsudi. (2009). Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT Rosdakarya.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda Karya

Wardani. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas terbuka. Yulaelawati Ella. (2007) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya


Dokumen yang terkait

MODEL PEMBELAJARAN NETWORKED TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NASKAH PIDATO SISWA.

1 5 11

PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MENGIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT BENDA CAIR DI KELAS III SDN CIKAMUNING KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 3 40

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH PIDATO SISWA KELAS V SDN SENTUL II MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW.

0 1 34

PENERAPAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR BATANG TUMBUHAN DAN FUNGSINYA DI KELAS IV SDN SABAGI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 40

PENERAPAN PERMAINAN KARTU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BEBER KECAMATAN BEBER KABUPATEN CIREBON.

0 4 45

Penerapan Metode Permainan Tebak Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Mendeskripsikan Benda pada Siswa Kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang.

2 30 45

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang.

0 1 48

PENERAPAN MODEL MENULIS BERSAMA MELALUI MEDIA GAMBAR TUNGGAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS III SDN CADASPANGERAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 2 51

PENERAPAN METODE STAD UNTUK MENINGKATKAN GERAK DASAR LONCAT HARIMAU PADA ANAK KELAS VI SDN SUKANEGLA KECAMATAN RANCAKALONG SUMEDANG.

0 1 48

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV SDN SITUGEDE 4 KECAMATAN KARANGPAWITAN KABUPATEN GARUT

1 1 10