Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang.

(1)

KABUPATEN SUMEDANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar

Oleh

HIDAYAT NURHAETI 0904276

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG 2012/2013


(2)

TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA KELAS III

SDN SUKATANI KECAMATAN TANJUNGMEDAR KABUPATEN SUMEDANG

Oleh

HIDAYAT NURHAETI 0904276

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,

Drs. DADAN DJUANDA, M.Pd NIP. 19631108 198803 1 001

Pembimbing II,

Drs. H. ALI SUDIN, M.Pd NIP.19570302 198003 1 006

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD S1 Kelas

Universitas Pendidikan Indonesia kampus Sumedang

RIANA IRAWATI,M.Si NIP. 19801125 200501 2 002


(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang.” ini beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Tanjungkerta, Juni 2013 Yang membuat pernyataan

HIDAYAT NURHAETI NIM. 0904276


(4)

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………... iv

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR GAMBAR ……… x

DAFTAR DIAGRAM ……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ……….. 6

1. Rumusan Masalah ……….. 6

2. Pemecahan Masalah ……… 7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ……… 11

1. Tujuan penelitian ……… 11

2. Manfaat Penelitian ………. 11

D. Batasan Istilah ………. 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ……….. 13

1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ….. 13

2. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ……….. 14

B. Keterampilan Membaca ……… 15

1. Pengertian Membaca ……….. 15

2. Tujuan Membaca ………. 17

3. Jenis-jenis Membaca ………. 17

4. Komponen Kegiatan Membaca ……….. 18

C. Pendekatan, Strategi, dan Teknik Membaca ……… 20

1. Pendekatan Mengajar ………. 20

2. Strategi Pemahaman Bacaan ……….. 21

3. Teknik Membaca ………... 23


(5)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 31

1. Lokasi Penelitian ……… 31

2. Waktu Penelitian ……… 33

B. Subjek Penelitian ………. 34

C. Metode dan Desain Penelitian ……… 35

1. Metode Penelitian ………. 35

2. Desain Penelitian ……… 35

D. Prosedur Penelitian ………. 37

1. Tahap Perencanaan Tindakan ……… 38

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ……… 38

3. Tahap observasi ………. 38

4. Tahap Refleksi ……….. 39

E. Instrument Penelitian ……….. 40

1. Lembar observasi ………. 40

2. Tes ………..……….. 41

3. Kuesioner ………..……… 41

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ……… 42

1. Teknik Pengolahna Data ……… 42

2. Analisis Data ………. 44

G. Validasi Data ……….. 44

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal ………. 47

B. Paparan Data Tindakan ……… 50

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ………. 50

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I ………. 50

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I ………. 51

c. Paparan Data Hasil Siklus I ……… 59

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ………. 61

2. Paparan Tindakan Siklus II ……… 64

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ……… 64

b. Paparan Data Pelaksanaan siklus II ………. 65

c. Paparan Data Hasil Siklus II ……… 72

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ………. 74


(6)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ………. 89

B. Saran ……… 92

DAFTAR PUSTAKA ………. 94

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………. 96


(7)

Tabel 1.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa ……… 4

Tabel 3.1 Keadaan Siswa SDN Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang ……….... 32

Tabel 3.2 keadaan Guru SDN Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang ……… 33

Tabel 3.3 Daftar Siswa kelas I SDN Sukatani Tahun Pelajaran 2012/2013 ……….. 34

Tabel 4.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa ………. 49

Tabel 4.2 Observasi Kinerja Guru Siklus I ……… 57

Tabel 4.3 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ……… 58

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Membaca Pemahaman Siklus I …………. 60

Tabel 4.5 Observasi Kinerja Guru Siklus II ……… 69

Tabel 4.6 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ……… 71

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Membaca Pemahaman Siklus II ………… 73

Tabel 4.8 Analisis Proses dan Hasil Pembelajaaran Siklus II ………. 76

Tabel 4.9 Data Hasil pengamatan Kinerja Guru Pada Setiap Siklus … 83 Tabel 4.10 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Setiap Siklus .84 Tabel 4.11 Perbandingan Tingkat ketuntasan Siswa pada Setiap Siklus .86 Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Hingga Siklus II ……….. 88


(8)

Halaman Gambar 3.1 Denah SDN Sukatani ……….. 32 Gambar 3.2 Model Spiral Kemmiss dan Mc Taggart ………. 36


(9)

Halaman Diagram 4.1 Persentase Peningkatan Kinerja Guru Pada Setiap Siklus …… 84 Diagram 4.2 Persentase Peningkatan Aktivitas Siswa Pada Setiap Siklus ….. 85 Diagram 4.3 Perbandingan Tingkat Ketuntasan Siswa Pada Setiap Siklus …. 87


(10)

Halaman Lampiran A Instrumen Penelitian

Lampiran A.1 Format Observasi Kinerja Guru ……... 96

Lampiran A.2 Format Observasi Aktivitas Siswa …... 103

Lampiran A.3 Format Penilaian hasil Belajar …... 105

Lampiran A.4 Lembar Kerja Siswa ………... 106

Lampiran A.5 Pedoman Kuesioner Untuk Guru ……... 111

Lampiran A.6 Pedoman Kuesioner Untuk Siswa ………... 112

Lampiran B Data Awal Lampiran B.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa ……….. 113

Lampiran C Pembelajaran Siklus I Lampiran C.1 RPP Siklus I ……… 114

Lampiran C.2 Observasi Kinerja Guru Siklus I ………. 117

Lampiran C.3 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I …………. 118

Lampiran C.4 Hasil Penilaian Membaca Siklus I ………….. 119

Lampiran D Pembelajaran Siklus II Lampiran D.1 RPP Siklus II ………. .. 134

Lampiran D.2 Observasi Kinerja Guru Siklus II …………... 137

Lampiran D.3 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II …………. 138

Lampiran D.4 Hasil Penilaian Membaca Siklus II ………….. 139

Lampiran D.5 Hasil Kuesioner Untuk Siswa ………. 149


(11)

Foto 3 Tahapan Pair ……….. 155

Foto 4 Siswa berdiskusi dan berbagi jawaban ………. 155

Foto 5 Tahapan Share ……….………. 156

Foto 6 Guru memberikan bimbingan ………. …………. 156

Foto 7 Perwakilan Kelompok tampil di depan kelas ………… 157

Foto 8 siswa merayakan keberhasilan dengan bernyanyi ……. 157

Lampiran F Arsip-Arsip Lampiran F.1 SK Pembimbing ……… 158

Lampiran F.2 Surat Izin Penelitian ………. 159

Lampiran F.3 Surat Keterangan Penelitian dari SD ……… 160


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi antar individu. Bahasa Indonesia berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntunan jaman. Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan mata pelajaran pokok pada setiap jenjang dan jenis pendidikan di Indonesia. Mata pelajaran ini dalam pembelajarannya menurut kurikulum 2006 menggunakan pendekatan komunikatif. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi.

Bahasa Indonesia mempunyai ragam lisan dan tulisan yang kedua-duanya digunakan dalam situasi formal dan nonformal. Sehingga, guru harus selayaknya memperkenalkan bahasa Indonesia kepada siswa. „Pada dasarnya, ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat aspek, yakni : (1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis‟ (Depdiknas, 2006 : 23 ). Pengajaran Bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa.

Keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan dalam pengajaran berbahasa Indonesia adalah keterampilan reseftif (mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif (menulis dan berbicara). Pengajaran berbahasa diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahapan selanjutnya. Kemudian peningkatan kedua keterampilan tersebut akan menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu.

Membaca merupakan bagian terpadu dari kemampuan berbahasa. Membaca sangat bersandar pada kemampuan berbahasa. Pendekatan pengalaman berbahasa dapat digunakan dalam pengajaran membaca. Menurut pendekatan ini, kekuatan konseptual dan linguistik yang dibawa anak ke sekolah harus digunakan secara penuh.


(13)

Membaca tidak hanya sekedar membunyikan lambang-lambang bunyi bahasa yang tertulis. Membaca adalah aktivitas yang komplek dengan mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah (Soedarso,1996 : 4).

Selanjutnya Tarigan (1979 : 7) mengatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Performasi dan kemampuan membaca dilatar belakangi pengalaman dan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh sebelumnya.

Selanjutnya Anderson dalam Tarigan (1979 : 7) mengatakan bahwa membaca sebagai suatu penafsiran atau intrerprestasi terhadap ujaran yang berbeda dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sendi (decoding process). Membaca pun dapat diartikan sebagai suatu metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain, yaitu mengkomunikasikan maknannya yang terkandung atau tersirat padalambang-lambang tertulis.

Apabila dihubungkan dengan siswa di SD, berarti tujuan pembelajaran membaca adalah agar siswa memilki keterampilan berinteraksi dengan bahasa yang dialihkodekan dalam tulisan.

Burns, dkk. (dalam Rahim, 2005 : 1) “mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar”. Namun, anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca.

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri.

Namun berdasarkan kenyataan di lapangan, kemampuan siswa dalam membaca pemahaman di kelas III SDN Sukatani tidak sesuai dengan harapan.


(14)

Banyak siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan sesuai bacaan. Dalam pembelajaran membaca siswa tidak menunjukan motivasi belajar yang baik. Siswa cenderung pasif, kurang semangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajarnya juga kurang baik. Guru juga tidak menggunakan metode membaca yang efektif sehingga dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman.

Gambaran tersebut peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan guru dan siswa kelas III SDN Sukatani, serta hasil refleksi setelah pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil tersebut diperoleh temuan bahwa ada beberapa permasalahan yang jadi penyebab siswa kesulitan dalam memahami bacaan, antara lain sebagai berikut.

1. Metode yang digunakan tidak bervariasi dan tidak menarik, hal ini disebabkan karena metode pembelajaran yang dipilih cenderung monoton, terlalu klasikal dan belum optimal. Pada saat pelaksanaan pembelajaran membaca, guru hanya sekadar menugasi siswa membaca (dalam hati) kemudian mengerjakan tugas yang ada dalam wacana tersebut.

2. Pembelajaran hanya terpusat pada guru, artinya siswa tidak diberikan kesempatan untuk aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. 3. Hasil belajar dalam pembelajaran membaca pemahaman dikatakan belum

optimal.

Adapun pemerolehan belajar, dapat dilihat berdasarkan hasil pengamatan awal mengenai kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang.


(15)

Tabel 1.1

Data Awal Hasil Belajar Siswa

No Nama Siswa

Aspek yang dinilai

jml

skor Nilai

Tafsiran Menjawab Pertanyaan Tuntas (T) Belum Tuntas (BT) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Adi Wahyudin √ √ √ 3 30 √

2. Yadi Haryadi √ √ √ √ √ 5 50 √

3. Rangga Okanda √ √ √ √ √ √ √ 7 70 √

4. Sunandar Sunarya √ √ √ √ √ 5 50 √

5. Ace Ardianto √ √ √ √ √ √ 6 60 √

6. Agus Rukmana √ √ √ √ √ 5 50 √

7. Agung Permana √ √ √ √ √ √ √ √ 8 80 √

8. Ai Oyat Nurlaelasari √ √ √ 3 30 √

9. Asep Pebryansyah √ √ √ √ √ √ √ 7 70 √

10. Asep Irpan Sutisna √ √ √ √ √ √ √ 7 70 √

11. Dani Sopiana √ √ √ √ √ √ √ 7 70 √

12. Desti Renika Sari √ √ √ √ √ 5 50 √

13. Didi Tedi Junaedi √ √ √ √ √ 5 50 √

14. Edi Koswara √ √ √ √ 4 40 √

15. Eli Varwati √ √ √ √ √ √ √ 7 70 √

16. Elis Dewi Ratna √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 90 √

17. Idan Sopian √ √ √ 3 30 √

18. Jaya Kusumah √ √ √ √ √ 5 50 √

19. Miftahulamri H √ √ √ √ √ 5 50 √

20. Muhammad Ikhsan √ √ √ √ √ 5 50 √

21. Muhammad Rillo D √ √ √ √ √ √ √ 7 70 √

22. Muhamad Saefuloh √ √ √ √ √ 5 50 √

23. Mutia Hermayati √ √ √ √ √ √ √ 7 70 √

24. Radi Rosadi √ √ √ √ √ 5 50 √

25. Rayhan Zidan √ √ √ √ 4 40 √

26. Reni Sulastri √ √ √ √ √ √ √ 7 70 √

27. Rina Yuliawati √ √ √ √ √ √ √ 7 70 √

28. Richard Baratressa √ √ √ √ √ √ √ 7 70 √

29. Romi Zulfitra √ √ √ √ √ √ √ 7 70 √

30. Sandi Nurpidan √ √ √ √ √ 5 50 √

31. Siti Haryati √ √ √ 3 30 √

32. Soleha √ √ √ √ 4 40 √

33. Sri Susanti √ √ √ √ 4 40 √

34. Sri Widianingsih √ √ √ √ √ 5 50 √

35. Tiara Wulan √ √ √ √ √ 5 50 √

36. Ukaesih √ √ √ √ 4 40 √

37. Yosep Muhamad √ √ √ 3 30 √

38. Milda Qudsiyah √ √ √ √ √ √ √ √ 8 80 √

Jumlah 202 2020 15 23

Prosentase 39% 61%

Rata-rata 5,32 53,16

Berdasarkan data di atas hanya 15 siswa atau 39 % yang sudah tuntas dalam menjawab pertanyaan bacaan. Sisanya yaitu 23 siswa atau 61% siswa belum tuntas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan


(16)

membaca pemahaman masih rendah sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

Dengan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka guru harus mengambil tindakan, yakni dengan mencari dan menggunakan suatu pendekatan atau model pembelajaran yang efektif, inovatif, dan berpotensi memperbaiki pembelajaran membaca pemahaman, sehingga meningkatkan minat, motivasi, dan sikap siswa terhadap pembelajaran membaca yang berakibat pada meningkatnya prestasi belajar siswa.

Membaca pemahaman memerlukan strategi dalam membacanya. Strategi adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengupayaan pencapaian tujuan akhir digunakan sebagai acuan di dalam menata kekuatan serta menutup kelemahan yang kemudian diterjemahkan menjadi program kegiatan merupakan pemikiran strategi, Joni (dalam Rahim, 2005 : 36).

Dengan demikian guru dapat merancang suatu bentuk pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan melalui Model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menganut falsafah homo homoni socius, falsafah ini menekankan saling ketergantungan antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja sama antar kelompok sehingga menumbuhkan nilai gotong royong ( Lie, 2010 : 88).

Model Think-Pair-Share tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif, model Think-Pair-Share dapat juga disebut sebagai model belajar-mengajar berpasangan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985 (Think-Pair-Share) sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royaong. Model ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Model Think-Pair-Share sebagai ganti dari tanya jawab seluruh kelas (Lie, 2010: 57).


(17)

Seperti namanya „Thinking’, pembelajaran diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk difikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabanya. Selanjutnya ‘Pairing’, guru meminta peserta didik berpasang pasangan. Beri kesempatan pada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diskusi ini diharapkan memperdalam jawaban yang telah difikirkannya melalui itersubjektif dengan pasangannya. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas, tahap ini dikenal dengan ‘Sharing’, sehingga pada akhirya diharapkan terjadi Tanya jawab yang mendorog pengonstruksian pengetahuan secara integratif (Suprijono, 2012 : 91).

Model pembelajaran ini lebih menekankan pada keaktifan siswa sebagai pengganti diskusi seluruh kelas sehingga dengan demikian siswa diharapkan mampu mengutarakan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain, sehingga tercipta komunikasi/interaksi yang harmonis antara siswa dan guru maupun siswa dengan siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas. Untuk mengatasi masalah yang peneliti hadapi adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair and Share. Untuk selanjutnya penelitian ini diberi judul “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas III SDN

Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang.”

B.Perumusan dan Pemecahan Masalah 1. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang?


(18)

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang?

c. Bagaimana peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan menerapkan metode Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang?

2. Pemecahan Masalah

Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran membaca pemahaman di kelas III SD Negeri Sukatani yaitu kinerja guru, aktivitas siswa dan hasil belajar yang belum optimal.

Salah satu model pembelajaran yang relevan untuk mengatasi kesulitan pemecahan masalah dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah dengan penerapan model pembelajaran yang efektip, yaitu dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share.

Think Pair Share (TPS) sangat efektip diterapkan pada pembelajaran

membaca pemahaman untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan bacaan karena dalam kegiatan membaca dan memahami bacaan, siswa dapat menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan

Think-Pair-Share. Dengan penerapan model pembelajaran ini mendorong siswa lebih

aktif dalam proses pembelajaran salahsatunya adalah banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab pertanyaan setelah berlatih dalam kelompok dengan pasangannya. Siswa dapat mengingat secara lebih dan kualitas jawaban menjadi lebih baik.

Guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Guru dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.


(19)

Selain itu dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share semua siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran, baik secara individu maupun berkelompok. Aktif dalam hal ini adalah siswa akan diberi beberapa permasalahan dalam materi yang akan didapatnya, sehingga siswa harus berpikir untuk mencari pemecahan masalahnya baik individu maupun dengan kelompoknya.

Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Hal lain yang diperoleh siswa dari metode ini adalah siswa aktif dalam berkomunikasi baik dengan kelompoknya maupun teman sekelasnya, karena setelah siswa berhasil memecahkan masalah yang diberikan, semua kelompok akan menyampaikan atau mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, sehingga suasana kelas akan tampak lebih hidup dan hasil belajar siswa akan lebih meningkat.

Think Pair Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan

keuntungan besar. Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari 3 tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).


(20)

Strategi Think-pair-square yang dikembangkan oleh Spencer Kagan terdiri dari tiga tahap yaitu:

Tahap 1

Thingking (Berpikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan

dengan palajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri beberapa saat.

Pada tahap ini setelah siswa selesai membaca bacaan siswa diberikan pertanyaan dan siswa memikirkan sendiri jawaban yang tepat unuk pertanyaan yang diajukan dalam waktu beberapa saat

Tahap 2

Pairing (Berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain

untuk dapat mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanya atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4 sampai 5 menit untuk berpasangan.

Pada tahap ini siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban yang telah mereka pikirkan.

Tahap 3

Sharing (Berbagi). Pada tahap akhir ini, guru meminta pasangan siswa untuk

membentuk kelompok yang lebih besar untuk berbagi yang tentang apa yang telah mereka pelajari dan seterusnya sampai seluruh kelas.

Pada tahap ini siswa membuat kelompok yang tadinya hanya berpasangan kemudian bertambah besar dengan kelompok berempat di sini siswa berbagi hasil pemikiran mereka.

Adapun prosedur pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share adalah sebagai berikut :

Guru membagi siswa kedalam kelompok, satu kelompok terdiri dari 4 orang dengan pengelompokkan heterogen berdasarkan kemampuan akademik dan jenis kelamin.


(21)

Mula-mula siswa diminta bekerja sendiri-sendiri lalu berpasangan dengan salah satu teman kelompoknya dan selanjutnya dengan kelompok berempat. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang berhubungan dengan LKS,

kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawabannya secara mandiri beberapa saat.

Lalu kembali berpasangan dengan salah satu teman kelompoknya dan berdiskusi untuk meyakinkan jawabannya.

Setelah beberapa waktu siswa diminta kembali kedalam kelompok berempatnya dan berbagi jawaban serta berdiskusi untuk saling meyakinkan dalam mencari jawaban terbaik.

Guru memanggil salah satu kelompok atau perwakilannya untuk ke depan kelas dan memberikan kesimpulan jawaban yang telah disepakati kelompoknya dan ditanggapi oleh seluruh siswa sampai ditemukan suatu kesimpulan.

Adapun rincian target yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. 1. Target Proses

a. Kinerja Guru

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran.

2) Pembelajaran membaca divariasikan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think pair and Share sehingga siswa merasa lebih senang dalam pembelajaran membaca pemahaman sehingga siswa dapat mengingat dan memahami isi cerita.

b. Aktivitas Siswa

1) Siswa menunjukan sikap antusias, partisipatif dan motivasi dalam pembelajaran membaca pemahaman.

2) Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

3) Siswa dapat mengingat hal-hal yang ada dalam cerita dan memahami isi cerita sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan bacaan dengan tepat dan benar.


(22)

2. Target Hasil

Target yang ingin dicapai dalam penelitian ini sekurang-kurangnya 30 siswa mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan dari 38 siswa atau 75% maka kemampuan membaca pemahaman sudah dianggap berhasil.

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah.

a. Mengetahui perencanaan pembelajaran penerapan model Pembelajaran

Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman pada siswa Kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjugmedar Kabupaten Sumedang.

b. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran penerapan model Pembelajaran

Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman pada siswa Kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjugmedar Kabupaten Sumedang.

c. Mengetahui peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan menerapkan metode Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang?

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan kelas dengan penerapan metode Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) adalah sebagai berikut :

1. Bagi siswa

a) Ikut berperan aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

b) Memberikan pengalaman bagi siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia, khususnya dalam aspek membaca pemahaman. Dengan demikian, siswa dapat menyukai kegiatan


(23)

membaca dan dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam menuangkan berbagai ide, gagasan, serta pengalamannya.

2. Bagi Guru

a) Hasil penelitian memberikan pengetahuan dan pengalaman juga solusi terhadap permasalahan yang dihadapi siswa dan guru.

b) Meningkatkan profesionalisme guru dalam membelajarkan siswa, khususnya dalam kemampuan membaca pemahaman.

3. Bagi sekolah

Diharapkan penelitian tindakan kelas dengan penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) dapat memberikan kontribusi dalam usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di SD Negeri Sukatani.

D.Batasan Istilah

1. Penerapan adalah hal, cara atau hasil kerja menerapkan.(Badudu, 1994: 1487)

2. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Joyce (dalam Trianto, 2007: 5).

3. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menganut falsafah homo homoni socius, falsafah ini menekankan saling ketergantungan antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja sama antar kelompok sehingga menumbuhkan nilai gotong royong (Anita Lie, 2005 : 28).

4. Think Pair and Share sebagai struktur kegiatan Cooperatif Learning. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. (Lie, 2005: 57)

5. Membaca pemahaman adalah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih tajam dan dalam, sehingga terasa ada kepuasan tersendiri setelah bahan bacaan itu dibaca sampai selesai. (M E Suhendar)


(24)

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Sukatani yang beralamat di Dusun Ciburulung Desa Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang.

Alasan pemilihan lokasi ini didasarkan pada:

a. Adanya permasalahan mengenai pembelajaran terutama pembelajaran keterampilan membaca pemahaman sehingga memerlukan pengembangan model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi, kinerja guru dan aktivitas siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan optimal.

b. Merupakan tempat peneliti mengajar sehingga peneliti mengetahui karakteristik siswa dan keadaan sekolah yang mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Tidak menganggu tugas mengajar peneliti juga tidak menganggu proses belajar mengajar disekolah.

c. Secara geografis letak lokasi penelitian dengan tempat tinggal peneliti berjarak dekat sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.

Adapun secara lebih rinci, lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Kondisi Sekolah

SD Negeri Sukatani memiliki tujuh ruang belajar, satu ruang guru, satu ruang kepala sekolah, ruang kesenian, perpustakaan dan WC. Seperti tampak pada denah berikut.


(26)

WC

TB

U

Gambar 3.1 Denah SDN Sukatani

b. Kondisi Siswa

Kondisi Siswa SD Negeri Sukatani pada tahun pelajaran 2012/2013 berjumlah 184 siswa dengan jumlah siswa perempuan sebanyak 89 siswa dan jumlah siswa laki-laki sebanyak 95 siswa.

Tabel 3.1

Keadaan Siswa SDN Sukatani

Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 18 14 32

2 II 17 17 34

3 III 24 14 38

4 IV 13 17 30

5 V 10 14 24

6 VI 13 13 26

Jumlah keseluruhan 95 89 184

Perpustakaan KELAS

III Dapur

KELAS II RUANG KESENIAN KELAS IV KELAS V KELAS VI KELAS IB KELAS IA KANTOR


(27)

c. Kondisi Guru

SDN Sukatani memiliki 7 orang guru kelas, seorang guru agama, seorang guru olahraga, seorang guru mulok, seorang tenaga administrasi, seorang tenaga perpustakaan, dan seorang penjaga serta kepala sekolah. Daftar pendidik dan tenaga kependidikan di SDN Sukatani tampak pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2

Keadaan Guru SDN Sukatani

Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2012/2013

No NAMA/NIP L/P PENDIDIKAN JABATAN KET

1 Tjarta Somantri

NIP. 19530403 197403 1 005

L D2 1994 Kepala Sekolah

2 Enah Suhaenah

NIP. 19600905 197912 2 003

P D2 1998 Guru Kelas

3 Nurni Wahyuni, S.Pd

NIP. 19590319 197912 2 003

P S1 2012 Guru Kelas

4 Romlah, S.Pd

NIP. 19661005 198803 2 007

P S1 2008 Guru Kelas

5 Yaya Sudarya, S.Pd

NIP. 19640605 198410 1 001

L S1 2008 Guru Kelas

6 Cucu Carmini, S.Pd

NIP. 19640605 198508 2 003

P S1 2008 Guru Kelas

7 Taryodi, S.Pd

NIP. 19640125 198812 1 003

L S1 2009 Guru Penjas

8 Nunung Rosanah, S.Pd NIP. 19710712 200003 2 008

P S1 2009 Guru Kelas

9 Hidayat Nurhaeti

NIP. 19710919 200801 2 002

P SPG 1990 Guru Kelas 10 Udia Saprudin

NIP. 19530601 198412 1 001

L D2 1995 Guru Agama

11 Erni Nurhayati P D2 2001 Guru Sukwan

12 Ade Sunarsih P SMK 2000 Tenaga Adm

13 Farid Nur Hadi L SMA 2005 Tenaga Perpus

14 Omay Ruhmaya L SMK 1999 Penjaga

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dimulai pada semester kedua tahun pelajaran 2012/2013 di kelas III yang diprkirakan membutuhkan waktu sekitar lima bulan yaitu bulan Januari 2013 sampai bulan Mei 2013.


(28)

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan sehingga jumlah seluruhnya adalah 38 orang siswa.

Adapun alasan pemilihan subjek penelitian ini didasari oleh rendahnya kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. hal tersebut terlihat dari ketidak mampuan siswa dalam menjawab pertanyaan sesuai dengan isi bacaan yang dibaca.

Tabel 3.3

Daftar Siswa Kelas III SDN Sukatani Tahun pelajaran 2012/2013

No Nama Siswa L/P No Nama Siswa L/P

1. Adi Wahyudin L 20. Muhammad Ikhsan L

2. Yadi Haryadi L 21. Muhammad Rillo D L

3. Rangga Okanda L 22. Muhamad Saefuloh L

4. Sunandar Sunarya L 23. Mutia Hermayati P

5. Ace Ardianto L 24. Radi Rosadi L

6. Agus Rukmana L 25. Rayhan Zidan L

7. Agung Permana L 26. Reni Sulastri P

8. Ai Oyat Nurlaelasari P 27. Rina Yuliawati P 9. Asep Pebryansyah L 28. Richard Baratressa L

10. Asep Irpan Sutisna L 29. Romi Zulfitra L

11. Dani Sopiana L 30. Sandi Nurpidan L

12. Desti Renika Sari P 31. Siti Haryati P

13. Didi Tedi Junaedi L 32. Soleha P

14. Edi Koswara L 33. Sri Susanti P

15. Eli Varwati P 34. Sri Widianingsih P

16. Elis Dewi Ratna P 35. Tiara Wulan P

17. Idan Sopian L 36. Ukaesih P

18. Jaya Kusumah L 37. Yosep Muhamad L


(29)

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan classroom action research sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Ebbut (Wiriaatmadja, 2005: 12) penelitian Tindakan Kelas adalah

Kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Selanjutnya menurut Suhardjono (Arikunto, dkk, 2006:58) mengemukakan bahwa „Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelasnya‟. Sedangkan menurut Arikunto (2006:91), menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas”.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, dilakukan pengolahan data dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2005:1)

Penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data dilakukan secara induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

2. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan mengacu pada model Spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC Taggart (Wiriaatmadja, 2005 : 66) yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang-ulang, bisa dua atau tiga siklus sesuai dengan keberhasilan atau tercapainya target.


(30)

Semakin lama, diharapkan semakin meningkat perubahannya atau pencapaian hasilnya.

Dalam perencanaan Kemmis menggunakan sistem spiral yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan.

Sebelum pelaksanaan tindakan, pertama membuat rencana tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana tersusun dengan matang barulah tindakan tersebut dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilakukannya tindakan, dilakukan pengamatan mengenai proses pelaksanaan tindakan itu sendiri. Keempat, berdasarkan hasil tersebut kemudian dilakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukan perlunya dilakukan

Berikut bagan model spiral Kemmis dan Taggar

Gambar 3.2

Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (Wiraatmadja, 2005 : 66) Apabila dicermati pada bagan di atas, desain model Kemmis & Taggart ini pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu:


(31)

1. Perencanaan (planning) yaitu rencana tindakan yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku sebagai solusi;

2. Pelaksanaan tindakan (action) yaitu sesuatu yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai upaya perbaikan, perubahan dan peningkatan yang diinginkan;

3. Mengobservasi (observe) yaitu aktivitas mengamati proses dan hasil dari suatu tindakan yang dilakukan;

4. Refleksi (reflection) yaitu suatu kegiatan mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil dari suatu tindakan, maka rencana tindakan yang dilaksanakan berikutnya mengulang suatu tindakan dengan cara memperbaiki atau mengoptimalkan dari suatu tindakan sebelumnya. Demikian seterusnya sampai target yang ditetapkan tercapai.

Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini ialah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Berdasarkan model siklus diatas, maka dalam penelitian ini terdiri dari beberapa siklus yaitu:

a. Siklus 1, memperbaiki permasalahan yang ditemukan pada saat observasi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share. b. Siklus 2, memperbaiki permasalahan yang timbul pada proses perbaikan siklus

1 yang telah dilaksanakan, sehingga permasalahan yang ditemukan dapat diperbaiki sampai hasilnya sesuai dengan harapan.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah berbentuk siklus, setiap siklus terdiri dari 1 pertemua (2 jam pelajaran). Pada akhir pertemuan diharapkan tercapainya tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Pengertian siklus pada kesempatan ini ialah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Model siklus tersebut meliputi langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :


(32)

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan penelitian tindakan kelas disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis yang diajukan. Rencana tindakan disusun untuk menguji secara empirik ketetapan hipotesis tindakan yang diajukan. Pada tahap ini, berbagai masalah yang mungkin terjadi pada saat pelaksanaan tindakan dipersiapkan antisipasinya. Adapun langkah-langkah kegiatan dalam tahap perencanaan tindakan adalah sebagai berikut.

a. Membuat skenario pembelajaran membaca pemahaman dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share.

b. Membuat alat evaluasi belajar untuk melihat sejauh mana peningkatan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share.

c. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian.

d. Membuat instrumen penelitian yang berupa lembar observasi kinerja guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar tes belajar, lembar wawancara untuk guru, serta lembar wawancara untuk siswa.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan menjawab pertanyaan bacaan di kelas III SDN Sukatani dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think

pair and share.

Apabila dalam pelaksanaan siklus pertama tujuan pembelajaran belum tercapai, maka diperbaiki pada pelaksanaan siklus kedua sampai tujuan dan target tercapai. Adapun pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. (terlampir).

3. Tahap Observasi

Kegiatan observasi dilakukan bersama dengan dilaksanakannya tindakan. Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang


(33)

hal-hal yang akan diamati dan diteliti, yaitu seluruh aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung dengan fokus yang diamati adalah kinerja guru dan aktivitas siswa.

Observasi sebagai alat pemantau merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan setiap siklus. Pengamatan tersebut mengacu pada lembar observasi dan aktivitas siswa yang telah disediakan. Informasi hasil pengamatan yang terkumpul adalah data mengenai pelaksanaan tindakan dan hal-hal yang perlu dioptimalkan.

Melalui kegiatan observasi diharapkan mendapatkan data tentang setiap perubahan yang terjadi pada proses pembelajaran sehingga peneliti dapat menentukan langkah-langkah berikutnya apabila menemukan sesuatu yang harus diperbaiki dalam proses pembelajaran tersebut.

4. Tahap Refleksi

Langkah ini merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan. Kegiatan refleksi ini meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Mengecek data yang terkumpul dari hasil observasi berdasarkan hasil lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca. Data yang sudah terkumpul kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan analisis dan interpretasi, sehingga diketahui hasil dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Hasil analisis dan interpretasi dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi agar dapat diketahui berhasil tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan, sekaligus untuk memperoleh gambaran terhadap siklus pertama.

b. Setelah diperoleh data kemudian mendiskusikan langkah selanjutnya dari hasil data yang diperoleh.

c. Penyusunan kembali rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengacu pada hasil analisis tindakan sebelumnya


(34)

E. Instrumen Penelitian

“Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, karena alat atau instrumen ini mencerminkan juga cara pelaksanaannya, maka sering juga disebut dengan teknik penelitian.” (Sanjaya, 2009:84)

Instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan untuk menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan.

Dengan penggunaan alat pengumpul data penelitian yang tepat, permasalahan yang sebelumnya dirumuskan akan dapat dipecahkan baik. Penyusunan instrumen dilaksanakan setelah observasi ke lapangan dan setelah menentukan populasi dan sampel penelitian.

Adapun teknik yang digunakan untuk pengumpulan data tersebut adalah melalui :

1. Lembar observasi

Observasi adalah upaya mengamati dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Sukardi (2003:78) menyatakan bahwa “observasi sering digunakan sebagai alat pelengkap instrument lain, termasuk wawancara”. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan informasi proses pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share.

Agar observasi dapat berhasil dengan baik, maka diperlukan alat atau instrumen observasi yang merupakan pedoman bagi observer. Diantaranya untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan dari rancangan tindakan selama situasi pembelajaran pada saat pelaksanaan tindakan.

Lembar observasi ini digunakan untuk mencatat kinerja guru dan aktivasi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, hingga kegiatan akhir pembelajaran. Sedangkan kegiatan siswa yang diobservasi adalah aktivitas dan motivasi siswa. Instrumen untuk melakukan observasi ini tertuang dalam pedoman observasi. (format terlampir)


(35)

2. Tes

“Tes adalah salah satu instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi.” Sanjaya (2009:99). Lembar tes digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam membaca pemahaman dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share sesudah tindakan dilaksanakan dengan cara membandingkan nilai yang diperoleh siswa dengan KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) yang ditetapkan oleh guru.

Adapun jenis tes yang digunakan adalah tes individual, yaitu tes yang dilakukan kepada siswa secara perorangan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh tindakan pembelajaran yang diterapkan. Berdasarkan indikator yang hendak dicapai yaitu siswa dapat menjawab pertanyaan tentang isi teks agak panjang (150-200 kata) yang dibaca secara intensif maka bentuk tes yang dilakukan adalah tes tertulis. Setelah kegiatan membaca siswa diharapkan dapat menjawab pertanyaan tentang isi teks yang telah dibacanya secara intensif secara tertulis. Alat tes yang digunakan berupa soal isian dan format penilaian terlampir. 3. Lembar Kuesioner

Kuesioner merupakan serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis, bertujuan untuk mendapat informasi dari responden. melalui daftar pertanyaan. Pada penelitian ini menggunakan lembar kuesioner terbuka yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

Lembar Kuesioner dilakukan untuk memperoleh data tentang kesulitan dan hambatan yang dialami siswa kelas III SDN Sukatani kecamatan Tanjungmedar dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share. Informasi tersebut salahsatunya adalah jawaban yang bersifat pribadi dan pendapat kelompok, atau informasi alternative dari suatu kegiatan penting.(format terlampir)


(36)

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Data penelitian yang dikaji yaitu data proses dan hasil. Teknik pengolahan data proses dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan pengolahan data hasil dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Data Proses

Data proses berupa deskripsi pelaksanaan tindakan pada pembelajaran membaca pemahaman yang meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa. Pengolahan data proses diperlukan untuk meneliti tahap-tahap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan observasi, wawancara yang instrumennya berbentuk pedoman observasi, dan pedoman kuesioner.

1) Teknik Pengolahan data kinerja guru

Teknik pengolahan data kinerja guru dilakukan dengan cara menentukan perolehan skor dari aspek perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi. Pada lembar observasi kinerja guru, masing-masing aspek yang dinilai memiliki keterangan baik, cukup dan kurang dengan deskriptor pada masing-masing berbeda. Semua keterangan yang diperoleh dari tiap aspek dijumlahkan dan dipresentasikan.

Dengan presentase tersebut dapat terlihat peningkatan kualitas kinerja guru pada proses pembelajaran atau pada pelaksanaan tindakan dan dapat dijadikan bahan refleksi untuk pelaksanaan siklus berikutnya.

Adapun kriteria interpretasi untuk menentukan tingkat keberhasilan kinerja guru pada saat proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

B : 65% - 100% C : 35% - 64% K : 0%- 34%

2) Teknik pengolahan data aktivitas siswa

Teknik pengolahan data terhadap aktivitas siswa dengan cara menentukan perolehan skor dari aspek aktivitas siswa yaitu keaktifan dan motivasi, masing-masing aspek yang dinilai memiliki skala skor 3-2-1-0 dengan deskriptor


(37)

penilaian yaitu siswa mendapat skor 3 apabila semua indikator dilaksanakan,siswa mendapat skor 2 apabila hanya dua indikator dilaksanakan, siswa mendapat skor 1 apabila hanya satu indikator dilaksanakan dan siswa mendapat skor 0 apabila tidak melaksanakan semua indikator. Smua skor yang diperoleh dari tiap aspek dijumlahkan dan ditafsirkan dengan criteria baik, cukup dan kurang. Adapun yang telah ditentukan adalah sebagai berikut.

Tafsiran

B (Baik) = 5 – 6 C (Cukup) = 3 – 4 K (Kurang) = 0 – 2

Dengan tafsiran tersebut dapat terlihat peningkatan kualitas aktivitas siswa pada proses pembelajaran atau pada pelaksanaan tindakan dan dapat dijadikan bahan refleksi untuk pelaksanaan siklus berikutnya.

b. Data hasil

Pengelolaan data hasil belajar berupa hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam mengolah data hasil belajar, maka terlebih dahulu harus menentukan aspek-aspek yang akan di nilai. Setelah itu diberi skor dan terakhir membandingkan dengan batas nilai yang ditentukan yaitu melalui KKM ( Kriteria Ketuntasan Maksimum).

Tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui sejauhmana efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. yang instrumennya berbentuk penilaian kemampuan siswa. Data hasil belajar diolah dengan menggunakan penghitungan sebagai berikut :

Skor ideal = 100 KKM = 70

Skor perolehan siswa

Nilai = X 100 Skor maksimal

Kriteria Penafsiran T = Tuntas


(38)

Siswa dikatakan tuntas apabila mendapat skor sama dengan atau lebih dari 70. Dan siswa yang mendapat skor kurang dari 70 dikatakan belum tuntas. Dengan langkah ini akan diketahui siswa yang tuntas dan belum tuntas.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Patton (Moleong, 2002 : 103) mengemukakan bahwa:

Proses mengatur urutan data, mengorganisasi kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian”

Analisis data dalam pelaksanaan penelitian kualitatif telah dilakukan sejak pengumpulan informasi, maka sejak itulah analisis terhadap data yang ditemukan dilakukan. Analisis data ini dilakukan oleh peneliti sejak awal, pada setiap aspek kegiatan penelitian, Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang terkumpul dari berbagai instrument penelitian. Kemudian data tersebut direduksi dengan jalan membuat abstrak yaitu merangkumnya menjadi intisari yang terjaga kebenarannya. Selanjutnya data tersebut disusun dan dikategorikan, disajikan, dimaknai,dan terakhir diperiksa kebenarannya. Kegiatan akhir yang dilaksanakan adalah dengan mengadakan pemeriksaan validasi data.

G. Validasi Data

Merujuk pada Hopkins (Wiriaatmadja, 2005 : 170) „Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang didasari atas empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability)’. Teknik validasi yang akan digunakan untuk mencapai kriteria tersebut adalag sebagai berikut:

1. Triangulasi

Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan triangulasi data, triangulasi metode, dan triangulasi teori. Triangulasi data yaitu membandingkan


(39)

dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Informasi dari narasumber yang satu dibandingkan dengan informasi dari narasumber yang lainnya.

Triangulasi metode yaitu mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Misalnya kuesioner, tes hasil belajar dan observasi. Penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda ini diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya.

Triangulasi teori merupakan teknik yang menggunakan perspekstif lebih dari satu teori dalam membahas masalah yang dikaji. Selain itu, juga digunakan

review informan, yaitu teknik yang digunakan untuk menanyakan kembali kepada

informan, apakah data yang diperoleh peneliti sudah valid atau belum.

2. Member Check

Member check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi yang diperoleh selama observasi dan kuesioner dengan mengkonfirmasikannya bersama guru, mitra peneliti, dan siswamelalui diskusi pada akhir tindakan.

Peneliti memeriksa kembali keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau kuesioner, apakah keterangan atau informasi itu berubah atau tetap.

3. Audit Trail

Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode yang dipakai

peneliti serta kesimpulan yang diambil oleh peneliti dengan cara mendiskusikannya bersama teman sejawat peneliti yaitu guru kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang. Peneliti mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpul data dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing dan teman-teman mahasiswa.

4. Expert Opinion

Expert Opinion, yaitu pengecekan data terakhir terhadap kesahihan temuan

penelitian professional. Peneliti mencari pendapat atau nasihat ahli yang akan memeriksa semua tahapan penelitian dan akan memberikan pendapat dan arahan


(40)

terhadap permasalahan maupun langkah-langkah penelitian. Perbaikan berdasarkan arahan akan meningkatkan derajat kepercayaan penelitian.


(41)

(42)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan pada siswa kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang dengan menerapkan model pembelajaran kooperatip tipe Think Pair

and Share dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa pada pembelajaran

membaca pemahaman, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran membaca pemahaman melalui penerapan model pembelajaran kooperatip tipe Think Pair and Share direncanakan dengan tahapan sebagai berikut. Pertama-tama mengajukan permohonan izin kepada kepala sekolah dan guru kelas III SDN Sukatani bahwa akan dilaksanakan tindakan sebanyak dua siklus untuk memperbaiki hasil belajar siswa, kinerja guru, serta aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman,membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mendesain alat evaluasi yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan berdasarkan rencana pembelajaran yang sudah disusun, mempersiapkan lembar observasi, mempersiapkan dokumentasi, mempersiapkan sarana dan prasarana, memberikan informasi kepada guru mengenai cara penerapan model pembelajaran Think pair and Share dalam pembelajaran membaca pemahaman.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan model pembelajaran kooperatip tipe Think pair and Share telah mampu memperbaiki aktivitas siswa, kinerja guru serta kemampuan siswa. Adapun tahapan pembelajarannya adalah sebagai berikut.

Langkah pertama, kegiatan awal guru melaksanakan tugas harian kelas kemudian mengondisikan siswa kearah pembelajaran yang kondusif. Lalu berdoa bersama-sama. Setelah itu guru menjelaskan tujuan pembelajaran selanjutnya melakukan apersepsi.


(43)

Langkah kedua yaitu kegiatan inti pembelajaran. Adapun tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok setelah itu mengatur posisi duduk setiap kelompok. Kemudian guru memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pembelajaran dalam hal ini guru menjelaskan prosedur dan langkah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatip tipe Think pair and Share. Kemudia siswa melakukan tahapan-tahapan pembelajaran.

Pada tahap pertama, think, guru memberikan sebuah teks bacaan agak panjang (150 – 200 kata) kemudian siswa membacanya secara intensif dalam hati dan kemudian memahami topic bacaan, mengidentifikasi pendapat orang kemampuan menyimpulkan bacaan. kemudian siswa diberikan kesempatan mengembangkan belajar mereka dengan menyuruh siswa menjawab soal-soal yang berkaitan dengan materi berjumlah 10 soal untuk dikerjakan secara individu pada lembar kerja yang telah disediakan.

Setelah tahapan think selesai, guru meminta siswa berpasangan dengan temannya (kelompok) untuk mendiskusikan hasil jawabannya. Jawaban hasil diskusi ditulis pada lembar kerja yang telah disediakan. Tahapan ini disebut dengan pair (berpasangan). Ketika berpasangan dalam kelompok, peneliti memeriksa pelaksanaan pair (berpasangan) dari kelompok satu ke kelompok yang lain dan membantu jika ada kesulitan yang dihadapi ketika diskusi serta mengkondisikan agar diskusi dalam kelompok berjalan sesuai harapan. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanya atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4 sampai 5 menit untuk berpasangan.

Tahapan TPS selanjutnya yaitu share (berbagi). Pada tahap ini guru meminta kelompok secara bergantian untuk mengungkapkan jawaban hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi, menyanggah, hasil jawaban dari kelompok yang tampil. Pada tahapan ini tidak semua siswa berkesempatan untuk tampil didepan kelas, melainkan hanya temannya saja sebagai perwakilan pada tiap kelompok. Namun


(44)

kelompok atau siswa yang menyimak berkesempatan untuk menanggapi ataupun menyanggah.

Dalam proses diskusi tersebut guru menangani pertanyaan dan respon siswa, guru memicu dan memelihara ketertiban siswa, guru memberikan penghargaan dan penguatan kepada siswa.

Langkah terakhir adalah kegiatan akhir pembelajaran. Guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran. Kemudian guru mengadakan evaluasi secara individu. Selanjutnya guru meminta siswa mengumpulkan hasilnya. Setelah itu, menutup pembelajaran dan berdoa.

Selanjutnya pada siklus II, kegiatan masih sama dengan siklus I namun yang membedakan adalah pembagian kelompok dan pengondisian siswa. Serta dalam melakukan apersepsi. Pada siklus II ini siswa yang mengobrol atau tidak fokus dalam pembelajaran akan mendapatkan punishment atau hukuman sehungga ia menjadi fokus pada pembelajaran. Siswa sangat senang dalam setiap pembelajaran.

3. Hasil Pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus, penerapan model pembelajaran Think Pair Share ini telah memberikan dampak positif berupa peningkatan kinerja guru, aktivitas siswa, serta hasil belajar siswa pada pembelajaran membaca pemahaman. Pelaksanaan siklus-siklus tersebut merupakan tahapan-tahapan dari proses perbaikan yang dilakukan. Perbaikan-perbaikan tersebut disusun melalui perencanaan pembelajaran pada tiap siklus berdasarkan hal-hal yang kurang optimal pada siklus atau kegiatan sebelumnya.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kinerja guru yang meliputi tahap perencanaan, tahap kegiatan awal pembelajaran, tahap kegiatan inti pembelajaran serta tahap akhir pembelajaran mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal tersebut menunjukan bahwa pembelajaran membaca pemahaman melalui penerapan model pembelajaran Think Pair Share telah terlaksana dengan baik.

Kinerja guru pada siklus I mencapai 32% dan pada siklus II mencapai 79%, dengan demikian setiap siklusnya mengalami peningkatan hingga mencapai target yang ditentukan yaitu 75 %.


(45)

Sedangkan pengamatan pada aktivitas siswa pada setiap siklus hasilnya adalah sebagai berikut Pada siklus I aktivitas siswa terdapat hasil baik sebesar 53%, cukup 42% dan kurang 5% sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan aktivitas siswa yang baik mencapai 82%, cukup 18% dan tidak ada yang kurang.

Peningkatan juga terjadi pada kemampuan siswa dengan meningkatnya jumlah siswa yang tuntas yaitu sebagai berikut. ketuntasan siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Ketuntasan siswa pada sebelum dilakukan tindakan terdapat 15 orang siswa atau 39% yang tuntas dan 23 orang siswa atau 61% siswa belum tuntas. Sedangkan pada siklus I terdapat 25 orang siswa atau 66% siswa yang sudah tuntas dan 13 orang siswa atau 34% siswa belum tuntas. Kemudian pada siklus III terdapat 31 orang siswa atau 82% telah tuntas dan 7 orang siswa atau 18% saja yang belum tuntas.

Hasil tersebut menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Think

Pair and Share pada pembelajaran membaca pemahaman sangat membantu dalam

pencapaian keberhasilan pembelajaranmembaca pemahaman pada siswa kelas III SDN Sukatani kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang.

B. Saran

Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan pada siswa kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang dalam upaya peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair and Share, maka terdapat beberapa hal yang harus disampaikan baik

yang berkaitan dengan proses maupun hasil dari seluruh rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan, yaitu sebagai berikut.

1. Bagi siswa

Dalam strategi pembelajaran, peran siswa sangat penting dalam menyukseskan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dari itu siswa harus mampu memposisikan diri dalam kelas sesuai dengan kondisinya. Siswa diharapkan selalu berperan aktif dan motivasi yang kuat dalam belajar.


(46)

2. Bagi guru

Guru harus dibiasakan mengembangkan strategi pembelajaran berupa penerapan metode pembelajaran yang sesuai dalam setiap pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu sumber pembelajaran yang digunakan harus selalu inovatif. Dalam pembelajaran membaca guru harus terampil dalam memilih bahan bacaan yang akan diberikan kepada siswa agar menarik minat mereka. Selain itu guru membiasakan untuk mengubah posisi duduk siswa, untuk menghilangkan rasa jenuh siswa. Guru juga lebih menerapkan kegiatan diskusi yang melibatkan aktivitas siswa.

3. Bagi sekolah

Kepala sekolah sebaiknya memberi kesempatan dan motivasi kepada guru-guru untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mengajar. Selain itu hendaknya menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang cukup agar terlaksana situasi pembelajaran yang aktif , kreatif dan inovatif. 4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian serta dapat dijadikan bahan perbandingan sekaligus landasan penelitian yang berhubungandengan pengembangan pembelajaran.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Cahyani, Isah, dkk. ( 2006 ). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah

Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Depdikbud. ( 1995 ). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Hermawan, Ruswandi, dkk. ( 2006 ). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah

Dasar. Bandung : UPI PRESS.

Kasbuloh, Kasihani .(1998). Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Depdikbud.

Moleong, Lexy.(2004). Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Lie, Anita. (2005). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Rahim, Farida. (2005). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.

Resmini, Novi, dkk. ( 2006 ). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran

bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : UPI PRESS.

Resmini, Novi, dkk. ( 2006 ). Membaca dan Menulis di SD Teori dan

Pengajarannya. Bandung : UPI PRESS.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Soedarso. (1996). Sistem Membaca cepat dan Efektif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Somadayo, Samsu.(2013). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Graha Ilmu

Suprijono,Agus. (2012). Cooperative Learning Teori dan aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Tarigan, Henry Guntur. (1979). Membaca : sebagai salah satu ketrampilan


(48)

Trianto.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

Wiriaatmadja, Rochiati. ( 2006 ). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(1)

Langkah kedua yaitu kegiatan inti pembelajaran. Adapun tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok setelah itu mengatur posisi duduk setiap kelompok. Kemudian guru memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pembelajaran dalam hal ini guru menjelaskan prosedur dan langkah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatip tipe Think pair and Share. Kemudia siswa melakukan tahapan-tahapan pembelajaran.

Pada tahap pertama, think, guru memberikan sebuah teks bacaan agak panjang (150 – 200 kata) kemudian siswa membacanya secara intensif dalam hati dan kemudian memahami topic bacaan, mengidentifikasi pendapat orang kemampuan menyimpulkan bacaan. kemudian siswa diberikan kesempatan mengembangkan belajar mereka dengan menyuruh siswa menjawab soal-soal yang berkaitan dengan materi berjumlah 10 soal untuk dikerjakan secara individu pada lembar kerja yang telah disediakan.

Setelah tahapan think selesai, guru meminta siswa berpasangan dengan temannya (kelompok) untuk mendiskusikan hasil jawabannya. Jawaban hasil diskusi ditulis pada lembar kerja yang telah disediakan. Tahapan ini disebut dengan pair (berpasangan). Ketika berpasangan dalam kelompok, peneliti memeriksa pelaksanaan pair (berpasangan) dari kelompok satu ke kelompok yang lain dan membantu jika ada kesulitan yang dihadapi ketika diskusi serta mengkondisikan agar diskusi dalam kelompok berjalan sesuai harapan. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanya atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4 sampai 5 menit untuk berpasangan.

Tahapan TPS selanjutnya yaitu share (berbagi). Pada tahap ini guru meminta kelompok secara bergantian untuk mengungkapkan jawaban hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi, menyanggah, hasil jawaban dari kelompok yang tampil. Pada tahapan ini tidak semua siswa berkesempatan untuk tampil didepan kelas, melainkan hanya temannya saja sebagai perwakilan pada tiap kelompok. Namun


(2)

kelompok atau siswa yang menyimak berkesempatan untuk menanggapi ataupun menyanggah.

Dalam proses diskusi tersebut guru menangani pertanyaan dan respon siswa, guru memicu dan memelihara ketertiban siswa, guru memberikan penghargaan dan penguatan kepada siswa.

Langkah terakhir adalah kegiatan akhir pembelajaran. Guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran. Kemudian guru mengadakan evaluasi secara individu. Selanjutnya guru meminta siswa mengumpulkan hasilnya. Setelah itu, menutup pembelajaran dan berdoa.

Selanjutnya pada siklus II, kegiatan masih sama dengan siklus I namun yang membedakan adalah pembagian kelompok dan pengondisian siswa. Serta dalam melakukan apersepsi. Pada siklus II ini siswa yang mengobrol atau tidak fokus dalam pembelajaran akan mendapatkan punishment atau hukuman sehungga ia menjadi fokus pada pembelajaran. Siswa sangat senang dalam setiap pembelajaran.

3. Hasil Pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus, penerapan model pembelajaran Think Pair Share ini telah memberikan dampak positif berupa peningkatan kinerja guru, aktivitas siswa, serta hasil belajar siswa pada pembelajaran membaca pemahaman. Pelaksanaan siklus-siklus tersebut merupakan tahapan-tahapan dari proses perbaikan yang dilakukan. Perbaikan-perbaikan tersebut disusun melalui perencanaan pembelajaran pada tiap siklus berdasarkan hal-hal yang kurang optimal pada siklus atau kegiatan sebelumnya.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kinerja guru yang meliputi tahap perencanaan, tahap kegiatan awal pembelajaran, tahap kegiatan inti pembelajaran serta tahap akhir pembelajaran mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal tersebut menunjukan bahwa pembelajaran membaca pemahaman melalui penerapan model pembelajaran Think Pair Share telah terlaksana dengan baik.

Kinerja guru pada siklus I mencapai 32% dan pada siklus II mencapai 79%, dengan demikian setiap siklusnya mengalami peningkatan hingga mencapai target yang ditentukan yaitu 75 %.


(3)

Sedangkan pengamatan pada aktivitas siswa pada setiap siklus hasilnya adalah sebagai berikut Pada siklus I aktivitas siswa terdapat hasil baik sebesar 53%, cukup 42% dan kurang 5% sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan aktivitas siswa yang baik mencapai 82%, cukup 18% dan tidak ada yang kurang.

Peningkatan juga terjadi pada kemampuan siswa dengan meningkatnya jumlah siswa yang tuntas yaitu sebagai berikut. ketuntasan siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Ketuntasan siswa pada sebelum dilakukan tindakan terdapat 15 orang siswa atau 39% yang tuntas dan 23 orang siswa atau 61% siswa belum tuntas. Sedangkan pada siklus I terdapat 25 orang siswa atau 66% siswa yang sudah tuntas dan 13 orang siswa atau 34% siswa belum tuntas. Kemudian pada siklus III terdapat 31 orang siswa atau 82% telah tuntas dan 7 orang siswa atau 18% saja yang belum tuntas.

Hasil tersebut menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair and Share pada pembelajaran membaca pemahaman sangat membantu dalam pencapaian keberhasilan pembelajaranmembaca pemahaman pada siswa kelas III SDN Sukatani kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang.

B. Saran

Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan pada siswa kelas III SDN Sukatani Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang dalam upaya peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share, maka terdapat beberapa hal yang harus disampaikan baik yang berkaitan dengan proses maupun hasil dari seluruh rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan, yaitu sebagai berikut.

1. Bagi siswa

Dalam strategi pembelajaran, peran siswa sangat penting dalam menyukseskan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dari itu siswa harus mampu memposisikan diri dalam kelas sesuai dengan kondisinya. Siswa diharapkan selalu berperan aktif dan motivasi yang kuat dalam belajar.


(4)

2. Bagi guru

Guru harus dibiasakan mengembangkan strategi pembelajaran berupa penerapan metode pembelajaran yang sesuai dalam setiap pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu sumber pembelajaran yang digunakan harus selalu inovatif. Dalam pembelajaran membaca guru harus terampil dalam memilih bahan bacaan yang akan diberikan kepada siswa agar menarik minat mereka. Selain itu guru membiasakan untuk mengubah posisi duduk siswa, untuk menghilangkan rasa jenuh siswa. Guru juga lebih menerapkan kegiatan diskusi yang melibatkan aktivitas siswa.

3. Bagi sekolah

Kepala sekolah sebaiknya memberi kesempatan dan motivasi kepada guru-guru untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mengajar. Selain itu hendaknya menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang cukup agar terlaksana situasi pembelajaran yang aktif , kreatif dan inovatif. 4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian serta dapat dijadikan bahan perbandingan sekaligus landasan penelitian yang berhubungandengan pengembangan pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Cahyani, Isah, dkk. ( 2006 ). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Depdikbud. ( 1995 ). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Hermawan, Ruswandi, dkk. ( 2006 ). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS.

Kasbuloh, Kasihani .(1998). Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Depdikbud. Moleong, Lexy.(2004). Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Lie, Anita. (2005). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Rahim, Farida. (2005). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.

Resmini, Novi, dkk. ( 2006 ). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : UPI PRESS.

Resmini, Novi, dkk. ( 2006 ). Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajarannya. Bandung : UPI PRESS.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Soedarso. (1996). Sistem Membaca cepat dan Efektif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Somadayo, Samsu.(2013). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Graha Ilmu

Suprijono,Agus. (2012). Cooperative Learning Teori dan aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Tarigan, Henry Guntur. (1979). Membaca : sebagai salah satu ketrampilan berbahasa. Bandung :Angkasa


(6)

Trianto.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

Wiriaatmadja, Rochiati. ( 2006 ). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII SMP SWASTA ANGKASA MEDAN.

0 5 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURA

0 4 14

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS.

0 2 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK.

0 0 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS III SDN AJUNG 03 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2014 2015

0 0 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

0 0 9

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VC SDN 165 Pekanbaru

0 1 15