ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA KELAS 1A JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UPI DALAM CARA PENULISAN KANJI DAN BENTUKNYA.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK I

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Rumusan. dan Batasan Masalah ... 3

1. Identifikasi Masalah ... 3

2. Rumusan Masalah ... 4

3. Batasan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Kajian Pustaka ... 5

E. Metode Penelitian ... 6

1. Populasi dan Sampel ... 6

2. Instrumen Penelitian ... 6

3. Prosedur Penelitian ... 7

4. Teknik Pengumpulan Data ... 8

5. Analisis Data ... 8

F. Sistematika Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Analisis Kesalahan ... 11


(2)

B. Tujuan dan Metodologi Analisis Kesalahan ... 14

C. Sejarah dan Komponen Kanji ... 18

D. Jumlah Kanji ... 21

E. Kakusuu ... 24

F. Hitsujun ... 25

G. Penelitian Sebelumnya ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 38

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

C. Instrumen Penelitian ... 40

1. Validitas Soal Tes ... 42

2. Reliabilitas Soal Tes ... 43

3. Indeks Kesukaran Soal Tes ... 44

4. Daya Pembeda Soal Tes ... 45

D. Prosedur Penelitian ... 47

E. Teknik Pengolahan Data ... 48

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA A. Pengumpulan Data ... 52

B. Pengolahan Data Instrumen Soal Isian ... 52

1. Pengumpulan Bagian Kesalahan, Pengidentifikasian Kesalahan Berdasarkan Kategori Kesalahannya, serta Urutan Berdasarkan Frekuensinya ... 52


(3)

2. Penjelasan Kesalahan dan Contoh yang Benar ... 55 3. Perkiraan dan Prediksi Daerah Kesalahan yang

Rawan ... 88 4. Pengoreksian Kesalahan ... 89 C. Pengolahan Data Instrumen Angket ... 89

1. Menghitung Jumlah dan Frekuensi Jawaban Berdasarkan Kategori Analisis Faktor

Kesalahannya ... 90 2. Menginterpretasikan Data Angket ……… 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………... 103

B. Saran ………. 105

DAFTAR PUSTAKA 108

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa dapat dinyatakan dengan dua cara, yaitu melalui media lisan dan tulisan. Kedua cara tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menyampaikan ide, pikiran, pendapat, perasaan, berita, dan lain sebagainya kepada orang lain sebagai bahan informasi. Adapun perbedaan dari kedua cara itu adalah dalam hal penyampaiannya. Penyampaian informasi dengan media lisan dilakukan menggunakan alat ucap manusia dengan bantuan udara pernapasan, sedangkan penyampaian informasi dengan media tulisan dilakukan secara tertulis menggunakan huruf-huruf yang diterima, dibaca, dan dimengerti oleh penerima informasi tersebut. Kemudian muncullah dua macam istilah yaitu hanashi kotoba (ragam lisan) dan kaki kotoba (ragam tulisan).

Jaman dahulu sebelum ada alat perekam suara, hal tersebut merupakan suatu faktor kelemahan ragam lisan, karena hanya dalam waktu sekejap bentuk bahasa akan hilang dan mudah dilupakan. Dengan alasan itulah diperlukan huruf yang dapat merekam bahasa secara tertulis.

Huruf dalam bahasa Jepang disebut moji, monji, ataupun ji (Sudjianto, 2004 : 55). Termasuk di dalamnya terdapat huruf-huruf kanji, hiragana, katakana, dan


(5)

6 3 年: 1) bahwa: “In Japanese four kind of scripts are used : Chinese

characters, hiragana, katakana and the Roman alphabet.”

Kanji merupakan salah satu aspek yang sulit bagi mahasiswa yang sedang mempelajari bahasa Jepang, disebabkan oleh jumlah hurufnya yang banyak. Pentingnya mempelajari kanji bagi para mahasiswa tentunya di Universitas Pendidikan Indonesia merupakan hal yang mutlak, karena Universitas sudah memiliki standar pencapaian target belajar tersendiri. Lain halnya dengan lembaga kursus atau sejenisnya, mengenai pentingnya mempelajari kanji tergantung pada keperluan pembelajar. Bagi pembelajar yang hanya ingin menguasai percakapan bahasa Jepang mungkin kanji tidak perlu dipelajari, sebab dalam hal ini pembelajar tersebut cukup mempelajari ragam lisan saja. Namun bagi pembelajar yang ingin mempelajari ragam baca-tulis bahasa Jepang, pembelajaran kanji sangat penting.

Dalam mempelajari kanji banyak aspek yang harus diperhatikan, diantaranya adalah membaca, menulis, mengartikan, dan mengaplikasikan. Di dalam perkuliahan aspek-aspek tersebut harus dikuasai. Terdapat suatu kasus yang ditemukan oleh penulis ketika mengikuti kelas kanji, tepatnya di kelas 5A. pada suatu pertemuan kuliah, dosen mengadakan kuis cara menulis kanji. Ternyata di sana ditemukan kesalahan-kesalahan baik dari cara menulis kanji maupun bentuknya. Menurut penulis hal seperti itu tidak perlu terjadi, karena mahasiswa tingkat tiga sudah termasuk tingkat atas. Metode pembelajaran kanji yang


(6)

dilaksanakannyapun sudah berbeda. Sudah tidak mempelajari dengan coretan demi coretan dalam pembelajarannya. Tingkat 1 merupakan basic dalam mempelajari kanji dan bentuknya. Dari kelas inilah mahasiswa mempelajari kanji dengan metode coretan demi coretan, sehingga ketika penulis menemukan kasus seperti yang telah disebutkan di atas, penulis berkesimpulan bahwa pembelajaran kanji yang dilakukan di tingkat 1 dengan metode coretan demi coretan sangat penting dan tidak ada alasan untuk mengabaikannya. Kemudian pada akhirnya ketika menginjak tingkat yang lebih atas dimana metode coretan demi coretan ini tidak digunakan lagi mahasiswa tidak lagi membuat kesalahan dalam cara penulisan kanji dan bentuknya, karena bagi penulis kasus seperti yang terjadi di atas tidak pantas terjadi.

Dari kenyataan tersebut penulis bermaksud untuk membuat penelitian mengenai kesalahan-kesalahan mahasiswa tingkat 1 mengenai cara penulisan kanji dan bentuknya. Menurut penulis langkah ini penting untuk dilakukan mengingat tingkat 1 merupakan basic dalam pembelajaran cara penulisan kanji dan bentuknya. Penulis juga beranggapan bahwa usia tingkat satulah yang paling baik ketika harus mengoreksi cara penulisan kanji dan bentuknya.

B. Rumusan Masalah 1. Identifikasi masalah


(7)

a. Dalam pengajaran kanji di tingkat atas, dosen tidak lagi mengajarkan kanji dengan metode yang dilakukan di tingkat satu.

b. Dalam implementasinya, mahasiswa tidak terkontrol dengan baik apakah mereka menulis kanji dengan bentuk dan urutan yang benar atau salah.

2. Rumusan masalah

Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Kesalahan pada bagian mana yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa kelas 1A Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI dalam cara penulisan kanji dan bentuknya ?

b. Apa yang menjadi faktor penyebab mahasiswa kelas 1A Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI melakukan kesalahan dalam cara penulisan kanji dan bentuknya ?

3. Batasan masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis membatasinya, sebagai berikut:

a. Penulis hanya akan meneliti tentang bagian kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa kelas 1A Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI dalam cara penulisan kanji dan bentuknya.


(8)

b. Penulis hanya akan meneliti tentang faktor penyebab mahasiswa kelas 1A Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI melakukan kesalahan dalam cara penulisan kanji dan bentuknya.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagian-bagian kesalahan yang paling banyak dilakukan mahasiswa kelas 1A Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI dalam cara penulisan kanji dan bentuknya, dan apa faktor penyebab terjadinya kesalahan tersebut.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain : a. Bagi dosen yaitu agar dalam pembelajaran kanji lebih diperinci lagi mengenai

cara penulisan kanji dan bentuknya terutama di tingkat satu.

b. Bagi mahasiswa yaitu agar lebih teliti dalam mempelajari cara penulisan kanji dan bentuknya. Kemudian penulis mengharapkan mahasiswa tidak mengulangi kesalahan yang sama dalam cara penulisan kanji dan bentuknya.

D. Kajian Pustaka 1. Analisis

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, analisis memiliki pengertian yang sama dengan analisa, yaitu penyelidikan suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya dan sebagainya.


(9)

Kemudian yang dimaksud dengan menganalisis atau menganalisa adalah penyelidikan dengan menguraikan bagian-bagiannya.

2. Kesalahan

Menurut Tarigan (1995 : 141), kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran dan atau tulisan pembelajar.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan analisis kualitatif. Yang dimaksud dengan deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah yang aktual serta cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisis, kemudian menginterpretasikan (Surakhmad, 1990 : 47).

1. Polulasi dan sampel

Populasi adalah semua anggota dari kesatuan, kejadian atau benda yang akan kita jadikan sasaran generalisasi penelitian. (Arikunto, 1998 : 68)

Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa tingkat 1 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI sebagai populasi, sedangkan mahasiswa kelas 1A Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI dijadikan sebagai sampel.

2. Instrumen penelitian


(10)

a. Soal kanji, yang memuat cara penulisan kanji dan bentuknya dalam bentuk soal isian.

b. Angket, yang memuat hal-hal yang diperkirakan menjadi kendala dalam cara penulisan kanji dan bentuknya.

3. Prosedur penelitian

Penelitian ini difokuskan pada penganalisisan kesalahan-kesalahan mahasiswa dalam cara penulisan kanji dan bentuknya. Untuk itu, penulis merumuskan empat tahapan dalam menganalisis data. Adapun empat tahapan itu adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan data

Pada tahap ini penulis mengumpulkan data dengan membuat daftar kanji yang akan dijadikan soal untuk diberikan kepada mahasiswa.

b. Mengumpulkan data

Pada tahap ini penulis mengumpulkan data dari soal yang telah diberikan kepada mahasiswa.

c. Menganalisis data

Pada tahap ini penulis menganalisis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh mahasiswa sesuai prosedur yang ada.

d. Menyimpulkan


(11)

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data yang diharapkan. Dalam penelitian ini data akan diambil dari kedua instrumen penelitian yang telah dibuat dan diberikan kepada mahasiswa kelas 1A sebagai sampel.

5. Analisis data

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan pengolahan data melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menganalisis kesalahan-kesalahan mahasiswa menurut jenis kesalahannya. b. Mengolah data angket sesuai prosedur.

F. Sistematika Penelitian

Secara garis besar sistematika penelitian yang akan dibuat adalah sebagai berikut :

Dalam BAB I akan memuat pendahuluan yang di dalamnya akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, dan metode penelitian secara garis besar.

Dalam BAB II akan memuat kajian teoritis yang di dalamnya akan diuraikan mengenai tiga hal, diantaranya :


(12)

b. apa yang telah dilakukan oleh orang lain atau peneliti lain dalam bidang yang diteliti, bagaimana mereka melakukannya (prosedur, subjek) dan temuannya. c. posisi teoritik peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.

Dalam hal ini teori-teori yang mencakupnya adalah Pengertian Analisis Kesalahan, Tujuan dan Metodologi Analisis Kesalahan, Sejarah dan Komponen Kanji, Jumlah Kanji, Kakusuu, dan Hitsujun.

Dalam BAB III akan memuat penjabaran lebih rinci tentang metode penelitian yang secara garis besar telah disinggung pada BAB I. Semua prosedur dan tahap-tahap penelitian mulai persiapan hingga penelitian berakhir dijelaskan dalam BAB ini. Disamping itu, dilaporkan juga tentang instrumen yang digunakan.

Dalam BAB IV akan memuat hasil penelitian dan pembahasannya. Pada dasarnya bab ini memuat dua hal utama yaitu pengolahan/ analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan analisis temuan. Pengolahan data menjadi temuan dalam penelitian ini akan dilakukan menurut prosedur penelitian kualitatif.

Dalam BAB V akan memuat kesimpulan dan implikasi yang di dalamnya disajikan penafsiran/ pemaknaan peneliti berupa kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperolehnya. Implikasi atau rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan akan ditunjukkan kepada para pembuat kebijakan, kepada


(13)

para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan dan kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(14)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Analisis Kesalahan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1985: 39), analisis memiliki pengertian yang sama dengan analisa, yaitu penyelidikan suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya dan sebagainya. Kemudian yang dimaksud dengan menganalisis atau menganalisa adalah penyelidikan dengan menguraikan bagian-bagiannya.

Dalam proses pembelajaran, kesalahan adalah sesuatu yang dilakukan oleh pembelajar yang sedang menjalani proses belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1995 : 140) bahwa “tidak ada siswa yang tidak pernah membuat kesalahan selama belajar di sekolah”. Kemudian dalam halaman selanjutnya pada buku yang sama Tarigan (1995: 141) menjelaskan pengertian kesalahan, bahwa menurutnya “kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran dan atau tulisan pembelajar”.

Sementara itu menurut George dalam Nugraha (2007: 14) berpendapat bahwa

“an error is an “unwanted form”, especially, a form which a particular cours designer or teacher does not want”. Maksudnya kesalahan adalah sebuah bentuk


(15)

yang tidak diinginkan khususnya oleh para penyelenggara kursus atau oleh pengajar.

Dari definisi-definisi di atas penulis dapat mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah penyimpangan terhadap norma baku baik pada ujaran maupun pada tulisan pembelajar.

Kesalahan berbahasa memang beraneka ragam jenisnya. Chomsky dalam Tarigan (1995 : 143) membedakan kesalahan berbahasa menjadi dua jenis, yaitu : 1. Kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kesalahan, keletihan, dan

kurangnya perhatian yang disebut faktor performasi atau disebut juga kesalahan penampilan yang dalam beberapa kepustakaan disebut sebagai

mistakes (kekeliruan).

2. Kesalahan yang diakibatkan kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa yang disebut faktor kompetensi. Penyimpangan ini disebut error (kesalahan).

Dari tabel berikut di bawah ini dapat dilihat perbedaan yang lebih jelas antara kesalahan dan kekeliruan. Dasar perbandingan adalah enam sudut pandang, yaitu sumber, sifat, durasi, sistem linguistik, hasil dan cara perbaikan. (Dapat dilihat pada tabel 2.1)


(16)

Tabel 2.1

Perbandingan antara kesalahan dan kekeliruan (Tarigan, 1988:75) Kategori

Sudut pandang Kesalahan Kekeliruan

1. Sumber Kompetensi Performansi

2. Sifat Sistematis Tidak sistematis

3. Durasi Agak lama Sementara

4. Sistem linguistik Belum dikuasai Sudah dikuasai

5. Hasil Penyimpangan Penyimpangan

6. Perbaikan Dibantu oleh guru: latihan pengajaran remedial

Siswa sendiri: pemusatan perhatian

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu mistakes atau kekeliruan dan error atau kesalahan.

Mistakes adalah penyimpangan yang terjadi karena adanya pengaruh situasi dari

dalam diri pembelajar bahasa atau disebabkan oleh faktor performansi. Faktor performansi ini bisa berupa keletihan, kelelahan serta kurang konsentrasi pada tema yang dibahas, sehingga menyebabkan pembelajar bahasa lupa akan kaidah bahasa yang dipelajari. Mistakes tidak berlangsung lama karena tema yang dibahas telah dipelajari sebelumnya. Mistakes dapat diperbaiki oleh pembelajar sendiri, yaitu dengan pemusatan perhatian atau pikiran sehingga konsentrasi pada tema tidak terganggu. Sedangkan error adalah penyimpangan yang terjadi karena pembelajar bahasa belum memahami kaidah bahasa yang dipelajari. Perbaikan


(17)

dalam kejadian error dapat dibantu oleh pengajar dengan memberikan tambahan latihan atau pengajaran remedial.

Dari pengertian-pengertian di atas disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah penyelidikan mengenai penyimpangan terhadap norma baku baik pada ujaran maupun pada tulisan pembelajar.

Pengertian yang disimpulkan oleh peneliti ternyata senada dengan pengertian yang dijelaskan dalam buku yang dikarang oleh Tarigan dan Sulistyaningsih (1997: 25) bahwa “Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang bisa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi kegiatan mengumpulkan sample kesalahan, mengidentifikasi yang terdapat dalam sample, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasikan kesalahan itu.”

B. Tujuan dan Metodologi Analisis Kesalahan

Tarigan (1995 : 68) menganalisis kesalahan berbahasa yang dilakukan pembelajar bahasa jelas memberikan manfaat tertentu, karena pemahaman terhadap kesalahan merupakan umpan balik yang sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan penyusunan materi dan strategi pengajaran di kelas. Analisis kesalahan mempunyai beberapa tujuan, diantaranya :

1. menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah sukar.

2. menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan dan latihan berbagai butir bahan yang diajarkan.


(18)

3. merencanakan latihan dan pengajaran remedial. 4. memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa.

Paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir dari analisis kesalahan adalah mencari umpan balik yang digunakan sebagai titik tolak perbaikan pengajaran bahasa yang pada gilirannya dapat mencegah atau mengurangi kesalahan yang mungkin dibuat oleh siswa.

Analisis kesalahan merupakan suatu prosedur kerja. Sebagai prosedur kerja, analisis kesalahan mempunyai langkah-langkah dalam menganalisis suatu kesalahan.

Parera dalam Aryani (2001: 9) menyimpulkan analisis kesalahan sebagai berikut :

1. Pengumpulan data dari karangan-karangan siswa atau hasil ujian.

2. Identifikasi kesalahan baik yang mendapatkan perhatian khusus dengan tujuan tertentu maupun penyimpangan yang umum.

3. Klasifikasi atau pengelompokkan kesalahan. 4. Pernyataan tentang frekuensi tipe kesalahan. 5. Identifikasi lingkup tipe kesalahan.

6. Usaha perbaikan.

Pendapat senada yang menjelaskan tentang langkah-langkah dalam melakukan analisis kesalahan juga diungkapkan oleh Tarigan (1995 : 71), sebagai berikut :


(19)

1. Mengumpulkan data, berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa, misalnya hasil ulangan, karangan, atau percakapan.

2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan, yaitu mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata, dan penyusunan kalimat.

3. Mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensinya.

4. menjelaskan kesalahan yaitu menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar.

5. memprakirakan dan memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan, seperti meramalkan tataran bahasa yang potensial mendatangkan kesalahan. 6. Mengoreksi kesalahan, seperti memperbaiki dan bila dapat menghilangkan

kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi.

Selanjutnya kedua pendapat tentang langkah-langkah analisis kesalahan di atas diuraikan dengan penjelasan berikut:

Langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisa kesalahan adalah mengumpulkan data yang berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh pembelajar. Data tersebut dapat diperoleh dari karangan-karangan tertulis maupun lisan, hasil ulangan dan juga latihan-latihan soal. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan. Dalam hal ini akan diperoleh informasi, dalam hal apa saja para pembelajar melakukan kesalahan. Kemudian


(20)

kesalahan tersebut dibagi-bagi berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya kesalahan penyusunan kalimat, pembentukkan kalimat, pelafalan, bahkan tulisan. Setelah mengidentifikasi kesalahan, selanjutnya peneliti membuat peringkat atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Peringkat kesalahan tersebut dapat dibuat dengan berdasarkan pada frekuensi atau seringnya kesalahan itu dilakukan. Selanjutnya adalah menjelaskan kesalahan dengan menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan dan memberikan contoh yang benar. Setelah itu membuat prediksi tentang butir kebahasaan yang rawan terjadi kesalahan. Langkah terakhir adalah melakukan koreksi atas kesalahan yang dilakukan dengan memperbaiki kesalahan dan memberikan contoh yang benar.

Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa langkah-langkah analisis kesalahan berbahasa adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data berupa kesalahan-kesalahan dari hasil ulangan, karangan tertulis ataupun lisan.

2. Mengoreksi dan menjelaskan kesalahan yang terjadi.

3. mengklasifikasi kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan.

4. membuat tingkatan kesalahan sesuai dengan frekuensi terjadinya kesalahan. 5. Menjelaskan letak kesalahan dan penyebab kesalahan.

6. Memprakirakan tataran bahasa yang rawan kesalahan.

7. Memperbaiki kesalahan dengan melalui penyusunan bahan yang tepat, perencanaan pengajaran dan teknik penyajian materi yang sesuai.


(21)

Dengan langkah-langkah yang telah disebutkan di atas, diharapkan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan dapat diminimalisir dan bila mungkin dapat dihindari.

C. Sejarah dan Komponen Kanji

Menurut http://id.google.org/sejarahkanji, sejarah kanji dijelaskan sebagai berikut :

Bersamaan dengan masuknya seni budaya serta agama Budha dari China, serta merta kanjipun masuk secara bergelombang dalam dua periode dinasti, yaitu Dinasti Sui dan Dinasti Tang. Kanji menjadi amat luas pemakaiannya, amat luas daerah penyebarannya, beragam penuturnya, serta berjalan dalam rentangan waktu yang cukup panjang, sehingga mau tidak mau tunduk pada hukum perubahan. Faktor bahasa Jepang serta masyarakatnya sendiri turut berperan dalam perubahan terhadap kanji. Kanji memiliki tiga macam pengucapan, yaitu Kan-on yang digunakan pada jaman Nara abad VII, Go-on, yaitu cara baca yang berasal dari daerah Goetsu, suatu daerah di daratan China jaman dulu, dan To-on, yang masuk ke Jepang dibawa pedagang China pada jaman Kamakura dan Muromachi antara pertengahan abad XVI. Setiba di Jepang menjadi tak terelakkan terhadap perubahan silabel yang ada pada bahasa Jepang.

Kemudian dalam http://id.wikipedia.org/wiki/kanji, sejarah kanji dijelaskan sebagai berikut :

Secara resmi, aksara Tionghoa pertama kali dikenal di Jepang lewat barang-barang yang diimpor dari Tiongkok melalui Semenanjung Korea mulai abad ke-5 Masehi.

Sebelumnya di awal abad ke-3 Masehi, dua orang bernama Achiki dan Wani datang dari Baekje di masa pemerintahan Kaisar Ōjin. Keduanya konon

menjadi pengajar aksara Tionghoa bagi putra kaisar. Wani membawa buku Analek karya Kong Hu Chu dan buku pelajaran menulis aksara Tionghoa untuk anak-anak dengan judul Seribu Karakter. Klasik Walaupun demikian, orang Jepang mungkin sudah mengenal aksara Tionghoa sejak abad ke-1 Masehi.


(22)

Dokumen tertua yang ditulis di Jepang menurut perkiraan ditulis keturunan imigran dari Tiongkok. Istana mempekerjakan keturunan imigran dari

Tiongkok bekerja di istana sebagai juru tulis. Mereka menuliskan bahasa

Jepang kuno yang disebut yamato kotoba dalam aksara Tionghoa.

Selanjutnya dalam buku yang berjudul Nihon Bungakushi (Isoji, 1983: 2-3) dijelaskan mengenai batas-batas jaman dan penerimaan kebudayaan China, sebagai berikut :

… sekitar abad IV sampai abad V, dan di bawah Dinasti Yamato… . Dinasti

Nara… meneruskan usaha yang telah dilakukan pada masa sebelumnya.

Sebelum adanya bukti-bukti sejarah yang tertulis, kontak dengan daratan China sudah terjalin. Hubungan tersebut terjalin… dari abad III sampai dengan abad IV pengiriman utusan sering terjadi. Setelah itu,... abad VII dan VIII, Jepang mengirim utusan..., untuk mengimpor kebudayaan China... . Diantara unsur-unsur kebudayaan China yang diimpor, yang sangat berpengaruh dan membuka lembaran baru pada kesusastraan Jepang adalah tulisan kanji.

Dari sumber-sumber di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Jepang mulai mengenal tulisan Kanji kurang dari abad ke III. Proses dikenalnya tulisan Kanji di Jepang beragam, dimulai dari ketidaksengajaan karena adanya hubungan langsung dengan China misalnya perdagangan, sampai proses yang benar-benar disengaja seperti pengiriman utusan dari Jepang ke China untuk mengimpor kebudayaan China yaitu diantaranya tulisan Kanji, dan contoh yang lainnya seperti didatangkannya pengajar-pengajar langsung dari China, dan sebagainya. Proses ini dapat dikatakan berlangsung dari jaman Joodai hingga abad pertengahan yang panjangnya 400 tahun (jaman Kamakura dan Muromachi), hingga akhirnya terbentuk huruf kana dan roomaji dan terjadi perubahan-perubahan.


(23)

Kanji disebut ideographi atau hyooi moji. Setiap kanji memiliki makna, karena kanji dibuat sebagai ungkapan ide simbolis terhadap kata yang dimaksud. Oleh karena itu, komponen yang terdapat dalam kanji bisa kita bagi ke dalam tiga bagian, yaitu bentuk, bunyi dan arti/ makna. Dilihat dari bentuknya atau penulisannya terdapat tiga macam istilah dalam kanji, yaitu Bushu, Kakusuu,

Hitsujun dan Rikusho. Kemudian bila dilihat dari bunyinya terdapat dua macam

istilah dalam kanji, yaitu On`yomi dan Kun`yomi.

Istilah bushu muncul karena adanya bagian-bagian pada sebuah kanji. Menurut Sudjianto (2004 : 59) bushu ialah sebuah istilah berkenaan dengan bagian-bagian yang ada pada sebuah kanji yang dapat dijadikan suatu dasar untuk pengklasifikasian huruf kanji. Terdapat tujuh macam bushu sesuai dengan letaknya pada suatu kanji, yaitu hen, tsukuri, kanmuri, ashi, tare, nyoo, dan

kamae.

Istilah kakushu dan hitsujun merupakan teori-teori yang berhubungan erat dengan penelitian ini, oleh karena itu akan dijelaskan secara lebih rinci dalam bagian-bagiannya tersendiri.

Rikusho adalah klasifikasi enam macam pembentukkan serta pemakaian kanji.

Dengan kata lain rikusho adalah bahasan tentang asal usul sebuah kanji bila dilihat dari segi pembentukan serta pemakaiannya. Klasifikasi enam macam

rikusho yaitu Shookei (shookei moji), Shiji (shiji moji), Ka’i (ka’i moji), Keisei (keisei moji), Tenchuu, dan Kasha.


(24)

On`yomi adalah cara baca kanji menurut bunyi bahasa China. Misalnya ketika

kanji 人 dibaca ニ ン atau ン, itu dikatakan on`yomi. Sedangkan yang dinamakan Kun`yomi adalah cara membaca kanji menurut bunyi bahasa Jepang asli. Misalnya ketika kanji 人 dibaca ひ , maka itu dikatakan kun`yomi.

D. Jumlah Kanji

Jumlah kanji sangat banyak, hal itulah yang dijadikan alasan sulit mempelajarinya bagi mahasiswa. Sebuah kanji bisa menyatakan arti tertentu, dan itu memberikan arti bahwa hampir semua benda yang ada di dunia ini dapat ditulis dengan huruf kanji. Itulah gambaran tentang kesulitannya. Di dalam

Daikanwa Jiten yang merupakan kamus (Kanwa Jiten) terbesar yang disusun di

Jepang terdapat kira-kira 50.000 kanji. (Ishida dalam Sudjianto, 2004: 59)

Namun pada jaman Meiji muncullah pendapat-pendapat perlunya batasan jumlah kanji dikarenakan begitu banyaknya. Maka pada tahun 1900 Monbusho (Departemen Pendidikan Jepang) menetapkan 1200 kanji yang harus dipelajari di Sekolah Dasar. Lalu setelah itu sudah beberapa kali diterbitkan daftar kanji yang standar. Pada tanggal 16 November 1946 (dengan maklumat kabinet) ditetapkanlah Daftar Tooyoo Kanji yang memuat 1850 kanji. Kanji-kanji yang termasuk pada Daftar Tooyoo Kanji ini terbatas pada kanji-kanji yang dipergunakan dalam bidang perundang-undangan, dokumen-dokumen atau surat-surat dinas surat-surat kabar, majalah atau kanji-kanji yang dipakai secara umum dalam


(25)

kehidupan sehari-hari. Setelah itu sebagai lampiranya ditetapkan pula Kyooiku

Kanji (kanji yang harus dikuasai oleh siswa SD dan SMP di Jepang) yang

memuat 881 kanji, Daftar bentuk kanji (Jitaihyoo), (Jinmeihyoo kanji), Daftar

On-Kun (Onkunhyoo), dan lain sebagainya. Lalu pada tanggal 1 Oktober 1981

ditetapkan lagi Daftar Jooyoo Kanji (Jooyoo Kanjihyoo) yang memuat 1945 kanji lengkap dengan cara membaca on`yomi dan kun`yomi beserta contoh-contoh katanya. Jumlah Jooyoo Kanji ini berasal dari 1850 Tooyoo Kanji ditambah 95 kanji sehingga seluruhnya berjumlah 1945 kanji (Nihongo Kyooshi Tokuhon

Henshuubu, 1989 : 130).

Senada dengan pernyataan tersebut, dalam koodansha kan ei kakushuu jiten

menyatakan bahwa, “… コ や教育現場 広く使用さ 常用漢

字 字 人の 前 に使わ 人 用漢字 字

相互参照項目 字に及ぶ ...”.

Cara membaca pernyataan di atas adalah sebagai berikut :

“... (1) masukomi ya kyouikugenbade hiroku shiyousareru jyouyou kanji 1945 ji, (2) hito no namae ni tsukawareru jinmeiyou kanji 285 ji, (3) sougosanshou koumoku 578 ji ni oyobu.”

Dalam bahasa Indonesia, kutipan di atas dipahami sebagai berikut :

“... (1) 1945 huruf jyoyoukanji dipakai meluas pada media dan pendidikan, (2) 285 huruf dalam jinmeikanji digunakan pada nama orang, (3) 578 daftar


(26)

Persoalan selanjutnya adalah berapa jumlah kanji yang perlu dikuasai oleh orang asing yang sedang mempelajari bahasa Jepang. Untuk permasalahan ini Katoo Akihiko di dalam buku Nihongo Gaisetsu menyarankan agar sasaran pengajaran kanji untuk orang asing sedapat-dapatnya disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia serta tingkat pengajarannya. Untuk ini biasanya pengajaran kanji diberikan dengan komposisi sebagai berikut :

Tabel 2.2

Sasaran Pengajaran Kanji bagi Orang Asing menurut Katoo dalam Sudjianto (2004 : 58)

Tingkat Pengajaran Jumlah Kanji Alokasi Waktu

Tingkat Dasar 400-500 13 Minggu

Tingkat Menengah 700-800 18 Minggu

Tingkat Mahir 300-400 9 Minggu

Jumlah 1400-1700 40 Minggu

Kemudian, dalam Nihon go nouryoku shiken jyuken annai (gansho) (2008: 7) dituliskan jumlah kanji yang harus dikuasai oleh pembelajar asing adalah sebagai berikut :


(27)

Tabel 2.3

Jumlah kanji bagi pembelajar asing

Level Jumlah kanji

1 2000

2 1000

3 300

4 100

E. Kakusuu (Jumlah Coretan)

Kakusuu adalah jumlah garis atau coretan yang membentuk sebuah kanji.

Seperti yang dapat kita lihat, kanji terbentuk dari garis-garis atau coretan-coretan yang biasanya dihitung. Jumlah garis atau coretan kanji sangat beragam, mulai dari yang sedikit sampai yang banyak sehingga terlihat rumit.

Sama seperti bushu, kakushupun dapat dipakai sebagai cara untuk mencari kanji dalam kamus. Biasanya dalam kamus kanji selain dilengkapi dengan daftar

bushu, dilengkapi pula dengan daftar kakusuu untuk mempermudah cara

pemakaiannya.

Untuk mengetahui jumlah garis atau coretan pada sebuah kanji yang harus diperhatikan adalah dasar-dasar garis atau coretan yang sering dipakai dalam penulisan kanji. Menurut pengalaman pribadi biasanya terjadi kesalahan pada waktu melakukan perhitungan garis atau coretan yang terdapat pada suatu kanji.


(28)

Karena bentuknya yang berbelit, terkadang satu garis atau coretan dihitung dua atau tiga coretan, dua buah garis atau coretan dihitung satu, tiga, bahkan empat coretan, dan lain sebagainya. Hal seperti ini yang dijadikan penulis sebagai salah satu faktor kesalahan mahasiswa dalam cara penulisan kanji.

Di bawah ini adalah daftar contoh kakusuu yang dipelajari oleh mahasiswa tingkat satu.

一 (satu coretan) 鳥 (sebelas coretan)

人 (dua coretan) 雪 (sebelas coretan)

(tiga coretan) 暑 (dua belas coretan)

中 (empat coretan) 覚 (dua belas coretan)

目 (lima coretan) 園 (tiga belas coretan)

字 (enam coretan) 楽 (tiga belas coretan)

何 (tujuh coretan) 聞 (empat belas coretan)

学 (delapan coretan) 論 (lima belas coretan)

前 (sembilan coretan) 機 (enam belas coretan)

夏 (sepuluh coretan) 類 (delapan belas coretan)

F. Hitsujun (Urutan Coretan)

Seperti yang telah kita ketahui bahwa kanji terbentuk dari garis atau coretan. Dimulai dari kanji yang coretannya sedikit sampai yang coretannya banyak.


(29)

Menurut Katoo dalam Sudjianto (2004: 65) menjelaskan bahwa nama-nama garis atau coretan yang biasa dipakai untuk penulisan kanji dapat kita lihat sebagai berikut :

1. Ten (丶丶丶丶)

2. Yokokaku atau Ookaku ()

3. Tatekaku atau Juukaku ()

4. Hidariharai (丿)

5. Migiharai ( ) 6. Ore ( ) 7. Hane ( )

8. Tome (亅一)

9. Magari ( )

Penulisan kanji dengan garis atau coretan di atas dilakukan dengan suatu tata cara, dengan kata lain kita tidak bisa melakukannya dengan sembarang. Sebagai contoh, untuk menulis kanji 二 ‘dua’, pertama-tama kita harus menulis coretan bagian atas, barulah menulis coretan bawah. Jadi, kita tidak bisa mengacak urutan penulisan, misalnya bagian bawah terlebih dahulu, kemudian baru bagian atasnya. Urutan garis-garis atau coretan-coretan itulah yang disebut hitsujun. Istilah tersebut berlaku juga untuk penulisan huruf kana. Terdapat satu manfaat hitsujun bagi pembelajar bahasa Jepang yaitu sebagai cara untuk menghapal huruf kanji satu demi satu secara tepat.


(30)

Dalam gaikoku jin no tameno kanji jiten dijelaskan mengenai pentingnya mempelajari urutan coretan, seperti berikut ini:

The stroke order for characters that is now used is the fruit of long experience. If you follow the standard stroke order, not only can characters be easily and quickly written but also their form will be pleasing to the eye. Stroke order is also helpful for memorizing characters and for looking them up in dictionaries. If everyone used a different stroke order, the finished form at the character would give a very different impression. Unlike kana and Roman letters there are a very great number of characters. Moreover, since the composition of these characters is often complex, we must learn how to combine the various dots and lines in the elements comprising the character and also we must familiarize ourselves with the order in which these dots and lines are written.

Dalam bahasa Indonesia, kutipan di atas dipahami sebagai berikut :

Urutan coretan pada huruf yang dipakai sekarang adalah hasil dari pengalaman yang panjang. Bila kamu mengikuti urutan coretan standar, bukan hanya dapat mempermudah dan mempercepat penulisan tetapi juga huruf tersebut akan lebih enak dilihat. Urutan coretan tentu sangat membantu untuk mengingat huruf dan untuk mencarinya di kamus. Jika setiap orang menggunakan urutan coretan yang berbeda, hasil akhir hurufnya akan memberikan kesan yang sangat berbeda. Tidak seperti kana dan romaji, kedua huruf tersebut luar biasa banyak karakternya.selain itu, sejak komposisi dari huruf-huruf itu kerap kali kompleks, kita harus belajar bagaimana mengkombinasikan titik dan garis yang bervariasi dan tentu kita harus terbiasa dengan urutan tulisan titik dan garis tersebut.

Dari kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pentingnya mempelajari urutan coretan diantaranya adalah mempermudah dan mempercepat penulisan, memperindah huruf, membantu dalam mengingat huruf, dan membantu dalam mencarinya di dalam kamus.

Sebagai salah satu upaya dalam bidang pengajaran kanji pada pendidikan sekolah di Jepang terutama untuk menyeragamkan hitsujun (urutan penulisan kanji), maka pada tahun 1958 Monbusho menyusun Hitsujun Shidoo no Tebiki.


(31)

Prinsip-prinsip penulisan urutan kanji yang dikemukakan pada Hitsujun Shidoo

no Tebiki tersebut adalah sebagai berikut (Iwabuchi, 1989 : 227).

1. Kanji ditulis dengan urutan dari atas ke bawah (misalnya kanji 喜). 2. Kanji ditulis dengan urutan dari kiri ke kanan (misalnya kanji 川 例). 3. Yokokaku pada kanji yang memiliki tulisan berbentuk silang ditulis lebih dulu

(misalnya kanji 十 大). Tetapi yokokaku pada bentuk silang seperti pada kanji-kanji 田, 王 dan sebagainya ditulis belakangan.

4. Garis atau coretan yang merupakan bagian tengah kanji ditulis lebih dulu (misalnya kanji 小 水 ), kecuali coretan-coretan pada huruf kanji 火 dan 性. 5. Garis atau coretan yang merupakan bagian luar kanji ditulis lebih dulu

(misalnya kanji 国 司).

6. Coretan hidariharai ditulis lebih dulu (misalnya kanji 人 文).

7. Coretan tatekaku yang menembus atau memotong / membelah bagian kanji yang lainnya ditulis pada urutan yang terakhir (misalnya kanji 中 車). Huruf-huruf seperti , , dan lain-lainnya (yang memiliki tatekaku yang memotong bagian kanji yang lainnya tidak sampai keluar menembus bagian atas ataupun bagian bawah) ditulis dengan urutan ; pertama-tama bagian atas kanji, lalu tatekaku, dan terakhir bagian bawah kanji tersebut.

8. Coretan yokokaku yang menembus atau memotong /membelah bagian kanji lainnya ditulis pada urutan yang terakhir (misalnya kanji 女 子 母).


(32)

Selanjutnya dalam Gaikoku Jin no tame no Kanji Jiten dijelaskan lebih rinci mengenai aturan untuk urutan coretan kanji dalam bahasa Jepang dan Inggris. Penulis menerjemahkannya dalam kalimat bahasa Indonesia yang biasa dipakai sehari-hari, sebagai berikut :

Aturan untuk urutan coretan

Aturan penting nomor 1 dari atas ke bawah

1. Dimulai dengan satu coretan single yang ada di bagian teratas huruf dan kemudian di tulis ke bawah.

2. Dimulai dengan satu elemen di atas huruf dan kemudian ditulis ke bawah.

Aturan penting nomor 2 dari kiri ke kanan

1. Dimulai dengan coretan dari kiri dan kemudian ditulis melewati coretan pertama.

2. Dimulai dengan satu elemen di kiri huruf dan kemudian ditulis melewati elemen pertama.


(33)

Catatan : tiga dari tipe nyou merupakan kekecualian dari b.

Kedua aturan penting di atas adalah sifat-sifat dasar untuk menulis urutan coretan dengan benar. Menyusul itu terdapat delapan aturan yang terkait dengan kombinasi dari elemen yang dipakai pada coretan yang mana elemen-elemen itu terdiri dari huruf-huruf cina.

Aturan nomor 1 – coretan horizontal ditulis sebelum coretan vertikal. Ketika coretan horizontal dan vertikal bersilang, coretan horizontal hampir selalu ditulis duluan.

1. horizontal – vertikal

2. horizontal – vertikal – vertikal

3. horizontal – horizontal – vertikal

4. horizontal – horizontal – vertikal – vertikal

catatan : aturan dua memberikan contoh dimana coretan horizontal ditulis setelah coretan vertikal (pengecualian untuk aturan nomor satu).


(34)

Aturan nomor 2 – coretan horizontal ditulis setelah coretan vertikal. Ketika terdapat tiga atau lebih coretan horizontal dan coretan vertical tidak memotong melewati coretan horizontal ke bawah, coretan horizontal ketiga ditulis terakhir. 1.

2. kemiripan huruf dalam bentuk :

3.

4. kemiripan huruf dalam bentuk :

aturan nomor 3 – coretan bagian tengah ditulis sebelum coretan-coretan pada

salah satu sisi :

coretan bagian tengah ditulis sebelum coretan kiri dan kanan ketika yang akhir adalah simetris.


(35)

Aturan nomor 4 – coretan yang melingkari ditulis sebelum coretan sebelah dalam.

Catatan 1 : ditulis seperti berikut :

Catatan 2 : huruf dengan coretan yang melingkari ditulis seperti berikut :

Aturan nomor 5 – coretan ayunan kiri ditulis yang pertama.

Coretan ayunan kiri ditulis yang pertama ketika coretan ayunan kiri dan kanan menyilang dan ketika keduanya bersentuhan.

Catatan : ditulis seperti berikut :

Aturan nomor 6 – coretan vertikal tengah setelah coretan-coretan horizontal

ditulis terakhir.

1. Ketika coretan vertikal seluruhnya/ sepenuhnya melewati huruf.

Catatan : coretan horizontal terbawah digunakan terakhir dengan ayunan ke atas ketika radikal hen, dengan kata lain terdapat radikal pada bagian tangan kanan dari huruf, seperti pada .


(36)

2. Ketika coretan vertikal lewat melalui atas dan tidak melalui bawah.

3. Ketika coretan vertikal lewat melalui bawah dan tidak melalui atas.

4. Ketika coretan vertikal tidak lewat melalui atas maupun bawah, huruf ditulis pada urutan bagian teratas, coretan vertikal dan bagian terbawah.

Aturan nomor 7 – coretan horizontal terakhir datang ketika itu lewat melalui yang lain. Ketika coretan horizontal lewat melalui seluruh huruf ditulis terakhir.

Catatan : hanya adalah pengeculian.

Aturan nomor 8 – coretan horizontal dan coretan ayunan kiri.

1. coretan ayunan kiri ditulis pertama ketika coretan itu pendek dan coretan horizontal panjang.

2. Coretan horizontal ditulis pertama ketika coretan itu pendek dan coretan ayunan kiri panjang.

Catatan : pada tipe gaya Ming panjang coretan ayunan kiri kelihatannya serupa pada a dan b seperti diatas.


(37)

Urutan coretan yang diperlukan perhatian istimewa. 1. menulis coretan tare

a. ketika coretan tare ditulis setelah tulisan horizontal.

b. Ketika coretan tare ditulis pertama.

2. menulis coretan ayunan kiri

a. satu tulisan coretan ayunan kiri pertama seperti huruf berikut :

b. satu tulisan coretan ayunan kiri setelah coretan yang lain seperti huruf berikut :

3. menulis radikal nyou

a. satu tulisan radikal nyou sebelum elemen bagian tengah seperti huruf berikut :

b. satu tulisan radikal nyou setelah elemen bagian tengah seperti huruf berikut :

4. menulis hatsu-gashira dan matsuri-gashira a. hatsu-gashira


(38)

b. matsuri-gashira

5. menulis huruf lain yang meragukan

Dari kedua sumber di atas, maka dapat disimpulkan mengenai aturan penulisan coretan kanji seperti berikut.

Pada dasarnya dalam menulis kanji terdapat dua aturan, yaitu ditulis dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. Kita tidak akan menemukan kanji yang ditulis dari bawah ke atas atau dari kanan ke kiri. Dari kedua aturan dasar tersebut dirumuskan 12 aturan yang terkait dengan kombinasi coretannya, sebagai berikut :

1. Yokokaku ditulis sebelum tatekaku.

2. Yokokaku ditulis setelah tatekaku.

3. Coretan bagian tengah ditulis lebih dulu. 4. Coretan bagian luar ditulis lebih dulu. 5. Coretan hidari harai ditulis lebih dulu.


(39)

7. Yokokaku yang memotong seluruh elemen ditulis terakhir.

8. Untuk yokokaku dan coretan hidari harai :

a. Coretan hidari harai ditulis lebih dulu ketika coretan itu pendek dan

yokokaku panjang.

b. Yokokaku ditulis lebih dulu ketika coretan itu pendek dan coretan hidari harai panjang.

9. Untuk Coretan Tare a. Tare ditulis lebih dulu.

b. Tare ditulis setelah yokokaku

10.Untuk Hidari harai

a. Hidari harai ditulis lebih dulu.

b. Hidari harai ditulis setelah coretan yang lain

11.Untuk radikal Nyou

a. Radikal Nyou ditulis sebelum elemen bagian tengah. b. Radikal Nyou ditulis setelah elemen bagian tengah.

G. Penelitian sebelumnya

Sampai saat ini, penulis belum menemukan referensi penelitian yang sama dengan penelitian ini. Penulis hanya menemukan referensi yang sama dalam bagian-bagian tertentunya. Adapun referensi yang dimaksud contohnya adalah membahas analisis kesalahan, namun tidak meneliti tentang tulisan, penulis kebanyakan menemukan penelitian-penelitian analisis kesalahan pada tata bahasa.


(40)

Kemudian menurut dosen pembimbing terdapat penelitian tentang tulisan, namun itupun bukan kanji, melainkan huruf kana, dan bukan meneliti analisis kesalahannya.

Jadi penelitian mengenai analisis kesalahan pada cara penulisan kanji dan bentuknya ini merupakan ide asli dari penulis sendiri, dan diharapkan untuk kedepannya dapat menjadi referensi bagi peneliti-peneliti lain agar tema penelitian ini lebih baik dan lebih berkembang lagi.


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dedi Sutedi mengungkapkan bahwa “metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan”, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menuliskan bahwa “Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.

Menurut pengertian-pengertian di atas maka penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode adalah cara kerja yang teratur yang digunakan untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan agar tercapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah yang digunakan dalam kegiatan penelitian, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan dengan berdasarkan pada tipe dan jenis penelitiannya. (Sutedi, 2005: 22)

Arikunto (1997 : 80) mengatakan bahwa ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam suatu penelitian, diantaranya adalah pendekatan non eksperimen


(42)

dan pendekatan eksperimen. Pendekatan non eksperimen dapat dibedakan menjadi penelitian deskriptif, historis, dan filosofis.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif. “Penelitian deskriptif (deskriptife research) adalah penelitian yang bertujuan memerikan (menjabarkan) suatu keadaan atau fenomena yang ada secara apa adanya. Objeknya berupa fenomena aktual yang terjadi pada masa kini dalam suatu populasi tertentu atau berupa kasus yang aktual dalam kehidupan sehari-hari.“ (Ali dalam Sutedi, 2007: 18)

Salah satu alasannya menggunakan metode ini didasarkan pada penelitian untuk menganalisis kesalahan mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang kelas 1A dalam penulisan kanji dan bentuknya yang merupakan penelitian untuk mengungkapkan fenomena yang sedang terjadi. Hal ini sesuai dengan tujuan metode deskriptif yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain :

1. Syamsudin (1995 : 9) mengemukakan bahwa metode deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atas daerah tertentu.

1. Arikunto (1991: 76) mengemukakan bahwa tujuan metode deskriptif mendeskripsikan sesuatu gejala atau fenomena dan situasi apa adanya.

Dengan alasan-alasan tersebut diharapkan penggunaan metode deskriptif dapat menganalisis kesalahan mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang kelas 1A dalam penulisan kanji dan bentuknya seobjektif mungkin.


(43)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. (KBBI, 2002: 889)

Anggota populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang tingkat 1 yang terdiri dari empat kelas, yaitu kelas A, B, C dan D. Pemilihan populasi ini dikarenakan bahwa tingkat 1 adalah kelas dimana dasar pembelajaran kanji diajarkan, seperti cara penulisan kanji dan bentuknya secara rinci, yang mana untuk tingkat selanjutnya pembelajaran kanji seperti itu tidak diajarkan kembali.

Sampel adalah bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar. (KBBI, 2002: 991)

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara random sampling. Menurut Riduwan (2007: 58) random sampling yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota polulasi tersebut. Sehingga setiap anggota populasi mempunyai kesempatan dan kebebasan yang sama untuk terambil. Akhirnya didapat kelas 1A sebagai sampel penelitiannya.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah instrumen tes tipe isian atau uraian. Secara umum tipe tes ini adalah


(44)

pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis yang sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, tes ini menuntut kemampuan mahasiswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan. Suherman dan Sukjaya (1990 : 95) mengungkapkan beberapa kelebihan penyajian tes tipe isian atau uraian, yaitu :

1. Pembuatan soal relatif mudah dan dapat dibuat dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama.

2. Dalam menjawab soal bentuk uraian siswa dituntut untuk menjawabnya secara rinci, maka proses berpikir, ketelitian, dan sistematika penyusunan dapat dievaluasi. Terjadinya bias evaluasi dapat dihindari karena tidak ada sistem tebakan atau untung-untungan hasil evaluasi lebih mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya.

3. Proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif siswa agar berfikir secara sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi, serta mengaitkan fakta-fakta yang relevan.

Sedangkan menurut Sudjana (1989 : 36) kelebihan atau keunggulan tes tipe uraian ini antara lain :

1. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi. 2. Dapat mengambangkan kemampuan berbahasa baik lisan maupun tulisan


(45)

3. Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis, analitis, dan sistematis.

4. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving).

5. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.

Untuk mendapatkan data yang tepat tentunya diperlukan alat pengumpul data yang kualitasnya tepat pula. Untuk itu sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda.

1. Validitas soal tes

Instrumen berupa tes, sebelum digunakan perlu diuji kelayakannya. Menurut Arikunto dalam Riduwan (2004: 97) yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Karena validitas suatu instrumen berkaitan dengan untuk apa instrumen itu dibuat, maka terdapat beberapa macam validitas, yaitu validitas isi (content), ramal (predictive), dompleng (concurrent), dan konstruk (construct). (Ruseffendi, 1994: 133)

Dalam penelitian ini digunakan validitas isi (content) yang berkenaan dengan kesahihan instrumen dengan materi yang akan ditanyakan, baik menurut perbutir soal maupun menurut soalnya secara menyeluruh. Ruseffendi (1994:


(46)

134) mengatakan bahwa “validitas isi ditentukan oleh pakar yang berpengalaman.“ Oleh karena itu dalam mengukur tes pada penelitian ini, penulis berusaha mengkonsultasikan instrumen selain kepada pembimbing skripsi juga kepada dosen lain yang juga berkompeten untuk menilai valid atau tidaknya suatu instrumen melalui surat pernyataan Expert Judgement (terlampir).

2. Reliabilitas soal tes

Reliabilitas instrumen berkaitan dengan keajegan atau ketetapan alat evaluasi dalam mengukur sesuatu dari mahasiswa. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk uraian digunakan metode Cronbach Alpha, yaitu :

   

  Σ

− −

= 2

1 2 1

11 1

1 S

S n

n r

Dengan : 11

r = koefisien reliabilitas keseluruhan n = banyaknya butir soal

2 1

S

Σ = jumlah varians skor setiap butir soal 2

1

S = varians skor total

Koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan formula di atas selanjutnya diinterpetasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 2003: 139) pada tebel berikut:


(47)

Tabel 3.1 Klasifikasi Reliabilitas

Besarnya r Interpretasi

0,00 – 0.20 Kecil

0,20 – 0,40 Rendah

0,40 – 0,70 Sedang

0,70 – 0,90 Tinggi

0,90 – 1,00 Sangat Tinggi

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai r11 sebesar 0,96. Dengan melihat klasifikasi reliabilitas pada tabel di atas, maka instrumen ini tergolong mempunyai reliabilitas sangat tinggi.

3. Indeks kesukaran

Untuk menghitung indeks kesukaran tiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut :

SMI X IK =

Dengan :

IK = indeks kesukaran

X = rata-rata skor jawaban tiap butir soal SMI = skor maksimal ideal tiap butir soal


(48)

Tolok ukur untuk mengiterpretasikan indeks kesukaran tiap butir soal digunakan kriteria menurut Huda (Lasnawati, 200 : 20) yaitu :

Tabel 3.2

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Besarnya r Interpretasi

IK > 0,69 Mudah

O,69 – 0,30 Sedang

IK > 0,30 Sukar

Berdasarkan kriteria dan perhitungan dengan formula di atas, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.3

Tingkat kesukaran soal pada instrumen tes

Interpretasi Jumlah soal

Mudah 23

Sedang 14

Sukar 2

Untuk perhitungan secara rinci, disajikan dalam lampiran.

4. Daya pembeda

Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut :


(49)

SMI X X DP= AB

Dengan : A

X = rata-rata skor mahasiswa kelompok atas

B

X = rata-rata skor kelompok bawah SMI = skor maksimum ideal tiap butir

Tolok ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal digunakan kriteria menurut Huda (Lasnawati, 2000 : 21) yaitu :

Tabel 3.4

Klasifikasi Daya Pembeda

Harga Daya Pembeda Interpretasi

Negatif atau < 0,20 Jelek

0,20 – 0,29 Kurang Baik

0,30 – 0,39 Cukup Baik

0,40 atau > 0,40 Baik

Berdasarkan perhitungan dan kriteria pada tabel di atas, didapatlah hasil interpretasi sebagai berikut:

Tabel 3.5

Daya pembeda pada instrumen tes

Interpretasi Jumlah soal

Kurang Baik 5

Cukup Baik 13


(50)

Pada awalnya, penulis menyiapkan 50 soal untuk instrumen penelitian ini, namun ketika dilakukan uji coba dan mengolah hasilnya, didapat 11 soal yang masuk ke dalam interpretasi jelek, sehingga penulis memutuskan untuk memperbaiki soal tersebut.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Mempersiapkan data

Dalam tahap ini yang harus dilakukan adalah menyiapkan dua macam instrumen penelitian, yaitu soal dan angket. Ketika membuat soal, yang harus diperhatikan adalah materi yang akan digunakan sebagai instrumen harus sesuai dengan materi yang didapat oleh kelas yang akan dipakai untuk penelitian. Dalam hal ini, materi kelas 1A setara dengan materi ujian kemampuan bahasa Jepang level 4. Setelah soal dibuat, yang dilakukan selanjutnya adalah pengujian instrumen yang dilakukan kepada kelas 1C (dipilih secara random sample antara kelas 1B, 1C dan 1D). Karena ketika pengujian instrument ini dalam minggu ujian bagi para mahasiswa, sehingga dari seluruh mahasiswa kelas 1C yang berjumlah 30 orang yang sanggup mengikuti hanya 20 orang. Namun jumlah ini lebih dari 50% jumlah mahasiswa sehingga dapat dikatakan sesuai dengan prosedur penelitian. Dari uji instrumen yang dilakukan didapat hasil validitas instrumen, reliabilitas instrumen, tingkat kesukaran instrumen, dan daya pembeda instrumen. Untuk


(51)

instrumen dalam bentuk angket, setelah dirumuskan beberapa pertanyaan tentang cara penulisan kanji dan bentuknya, kemudian dikonsultasikan kepada para ahli.

2. Mengumpulkan data

Pada tahap ini data akan diambil dari kelas 1A sebagai sampel penelitian. Data yang akan dikumpulkan berasal dari instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3. Menganalisis data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai jenisnya. 4. Menyimpulkan

Dari data yang telah dianalisis akan ditarik kesimpulan.

E. Teknik Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data pada penelitian ini terbagi ke dalam dua cara. Pertama adalah teknik pengolahan data untuk instrumen berbentuk soal isian, dan yang ke dua adalah teknik pengolahan data untuk instrumen berbentuk angket.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data untuk instrumen berbentuk soal isian pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data, berupa bagian kesalahan menulis yang dibuat oleh mahasiswa dari instrumen penelitian yang ada menurut nomor urut soal yaitu dimulai dari nomor urut 1 sampai nomor urut 39.


(52)

2. Mengidentifikasi kesalahan yaitu mengenali dan memilih kesalahan berdasarkan jenis-jenis atau kategori kesalahannya.

3. Mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensinya. Untuk mengetahui frekuensi kesalahan yang dilakukan mahasiswa, setiap kesalahan yang ada diberi nilai 1 untuk semua ketegori kesalahan. Dengan demikian untuk mengetahui persentase kesalahan yang ada, maka rumus yang digunakan adalah :

N f

x 100%

Keterangan : f = frekuensi jumlah kesalahan N = jumlah keseluruhan kesalahan (Supardi dalam Kusumawati, 2005 : 41)

4. menjelaskan kesalahan yaitu menggambarkan letak kesalahan dan memberikan contoh yang benar.

5. Memprakirakan dan memprediksi daerah atau butir kesalahan yang rawan. 6. Mengoreksi kesalahan, seperti memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data untuk instrumen berbentuk angket pada penelitian ini adalah sebagai berikut :


(53)

Dalam hal ini dari angket yang dibuat sebanyak 15 nomor, telah dirumuskan 7 kategori analisis faktor kesalahan, yaitu:

a. Analisis faktor kesalahan berdasarkan pengetahuan mahasiswa mengenai pentingnya aturan penulisan kanji. Kategori ini meliputi nomor 1, 2, dan 3. b. Analisis faktor kesalahan berdasarkan pengetahuan mahasiswa mengenai

aturan penulisan urutan kanji. Kategori ini meliputi nomor 4, 5, dan 6. c. Analisis faktor kesalahan berdasarkan pengetahuan mahasiswa mengenai

hubungan antara urutan kanji dengan bentuknya. Kategori ini hanya meliputi nomor 7 saja.

d. Analisis faktor kesalahan berdasarkan penilaian bentuk kanji yang ditulis oleh mahasiswa itu sendiri. Kategori ini meliputi nomor 8, dan 9.

e. Analisis faktor kesalahan berdasarkan kesulitan yang dirasakan langsung oleh mahasiswa dalam menulis panji. Kategori ini meliputi nomor 10, dan 11.

f. Analisis faktor kesalahan berdasarkan kesulitan mahasiswa yang berhubungan dengan pembelajaran kanji yang mereka ikuti. Kategori ini meliputi nomor 12, 13, dan 14.

g. Analisis faktor kesalahan berdasarkan minat mahasiswa pada mata kuliah kanji. Kategori ini kanya meliputi nomor 15 saja.

2. Membuat tabel jumlah dan frekuensi jawaban untuk masing-masing nomor pada setiap kategori, seperti di bawah ini :


(54)

Tabel 3.6

Jumlah dan frekuensi jawaban

Alternatif jawaban f %

a Ya

b Tidak

c Ragu-ragu

3. Menghitung persentase frekuensi dari setiap jawaban dengan rumus: P =

N f

x 100%

Keterangan : P = persentase

f = frekuensi jawaban

N = jumlah responden yang menjawab

Kemudian persentase untuk masing-masing nomor pada setiap kategorinya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Interpretasi persentase

P Interpretasi

0% Tidak seorang pun 1-5% Hampir tidak ada 6-25% Sebagian kecil 26-49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51-75% Lebih dari setengahnya 76-95% Sebagian besar 96-99% Hampir seluruhnya


(55)

BAB IV

ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

A. Pengumpulan Data

Pengumpulan data soal uraian dan angket dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 9 Februari 2009, pada pukul 08.45 WIB selama kira-kira 45 menit di ruang 144 lantai 3 gedung FPBS, kepada 28 orang mahasiswa tingkat 1 kelas A Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang.

B. Pengolahan Data Instrumen Soal Isian

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data instrumen soal isian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan bagian kesalahan, pengidentifikasian kesalahan berdasarkan kategori kesalahanya, serta urutan berdasarkan frekuensinya. (dapat dilihat di tabel 4.1)


(56)

Tabel 4.1 Frekuensi Kesalahan

NR KATEGORI KESALAHAN JM

L

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A1 4 4 2 2 2 2 24 40

A2 2 4 2 1 3 31 43

A3 2 2 2 2 4 12

A4 10 4 4 1 1 2 7 35 64

A5 3 5 3 3 5 25 49

A6 2 10 2 4 1 1 2 2 43 67

A7 5 7 2 2 1 28 45

A8 11 5 3 2 1 2 7 42 73

A9 6 10 4 1 1 2 1 36 60

A10 9 6 2 3 2 6 47 73

A11 2 2 1 2 2 9

A12 2 1 1 2 2 8 16

A13 2 16 18

A14 8 2 1 2 1 2 10 26

A15 1 2 2 6 11

A16 2 1 12 15

A17 1 1 2 1 40 45

A18 3 2 1 2 3 70 82

A19 2 1 10 13

A20 5 10 2 2 10 29

A21 12 2 4 2 2 2 1 3 9 37

A22 4 2 1 14 21

A23 1 2 1 4 8

A24 1 2 2 8 13

A25 2 1 2 9 14

A26 12 12

A27 2 2 4 8

A28 2 3 2 5 12

Σ 84 80 35 17 2 20 1 48 14 53 0 547 904

% 9,3 8,8 3,9 1,9 0,2 2,2 0,1 5,3 1,5 5,9 0 60,5

Adapun 12 kategori kesalahan dalam tabel di atas adalah sebagai berikut : Kategori nomor 1, yokokaku ditulis sebelum tatekaku.


(57)

Kategori nomor 2, yokokaku ditulis setelah tatekaku. Kategori nomor 3, coretan bagian tengah ditulis lebih dulu. Kategori nomor 4, coretan bagian luar ditulis lebih dulu. Kategori nomor 5, coretan hidari harai ditulis lebih dulu.

Kategori nomor 6, tatekaku tengah setelah coretan-coretan yokokaku ditulis terakhir.

Kategori nomor 7, yokokaku yang memotong seluruh elemen ditulis terakhir. Kategori nomor 8, coretan hidari harai ditulis lebih dulu ketika coretan itu pendek dan yokokaku panjang atau yokokaku ditulis lebih dulu ketika coretan itu pendek dan coretan hidari harai panjang.

Kategori nomor 9, tare ditulis lebih dulu atau ditulis setelah yokokaku.

Kategori nomor 10, hidari harai ditulis lebih dulu atau setelah coretan yang lain.

Kategori nomor 11, radikal nyou sebelum elemen bagian tengah atau setelah elemen bagian tengah.

Kategori nomor 12, mengerti jumlah urutan coretan atau bentuk yang sempurna.

Dari hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa kesalahan terbanyak adalah pada kategori nomor 12 yaitu sebanyak 60,5%, setelahnya adalah kategori nomor 1 sebanyak 9,3%, lalu kategori nomor 2 sebanyak 8,8%, kategori nomor 10 sebanyak 5,9%, kategori nomor 8 sebanyak 5,3%, kategori nomor 3 sebanyak 3,9%, kategori nomor 6 sebanyak 2,2%, kategori nomor 4 sebanyak


(58)

1,9%, kategori nomor 9 sebanyak 1,5%, kemudian kategori nomor 5 sebanyak 0,2%, dan kesalahan yang paling sedikit terdapat pada kategori nomor 11 sebanyak 0,1%, sedangkan pada kategori nomor 11 sama sekali tidak ditemukan kesalahan.

2. Penjelasan kesalahan dan contoh yang benar Tabel 4.2

Urutan dan bentuk yang salah (1)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

1

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.3

Urutan dan bentuk yang benar (1)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

1

1 2 3 4 5 6 7 8


(59)

Tabel 4.4

Urutan dan bentuk yang salah (2)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

2

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.5

Urutan dan bentuk yang benar (2)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

2

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.6

Urutan dan bentuk yang salah (3)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

3

1 2 3 4 5 6 7 8


(60)

Tabel 4.7

Urutan dan bentuk yang benar (3)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

3

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.8

Urutan dan bentuk yang salah (4)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

4

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.9

Urutan dan bentuk yang benar (4)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

4

1 2 3 4 5 6 7 8


(61)

Tabel 4.10

Urutan dan bentuk yang salah (5)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

5

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.11

Urutan dan bentuk yang benar (5)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

5

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.12

Urutan dan bentuk yang salah (6)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

6

1 2 3 4 5 6 7 8


(62)

Tabel 4.13

Urutan dan bentuk yang benar (6)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

6

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.14

Urutan dan bentuk yang salah (7)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

7

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.15

Urutan dan bentuk yang benar (7)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

7

1 2 3 4 5 6 7 8


(63)

Tabel 4.16

Urutan dan bentuk yang salah (8)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

8

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.17

Urutan dan bentuk yang benar (8)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

8

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.18

Urutan dan bentuk yang salah (9)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

9

1 2 3 4 5 6 7 8


(64)

Tabel 4.19

Urutan dan bentuk yang benar (9)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

9

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.20

Urutan dan bentuk yang salah (10)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

10

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.21

Urutan dan bentuk yang benar (10)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

10

1 2 3 4 5 6 7 8


(65)

Tabel 4.22

Urutan dan bentuk yang salah (11)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

11

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.23

Urutan dan bentuk yang benar (11)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

11

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.24

Urutan dan bentuk yang salah (12)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

12

1 2 3 4 5 6 7 8


(66)

Tabel 4.25

Urutan dan bentuk yang benar (12)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

12

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.26

Urutan dan bentuk yang salah (13)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

13

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Tabel 4.27

Urutan dan bentuk yang benar (13)

漢字

漢字

漢字

漢字

書き方

書き方

書き方

書き方

13

1 2 3 4 5 6 7 8


(1)

Kategori nomor 10, hidari harai ditulis lebih dulu atau setelah coretan yang lain.

Kategori nomor 11, radikal nyou sebelum elemen bagian tengah atau setelah elemen bagian tengah.

Kategori nomor 12, mengerti jumlah urutan coretan atau bentuk yang sempurna.

Dari hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa kesalahan terbanyak adalah pada kategori nomor 12 yaitu sebanyak 60,5%, setelahnya adalah kategori nomor 1 sebanyak 9,3%, lalu kategori nomor 2 sebanyak 8,8%, kategori nomor 10 sebanyak 5,9%, kategori nomor 8 sebanyak 5,3%, kategori nomor 3 sebanyak 3,9%, kategori nomor 6 sebanyak 2,2%, kategori nomor 4 sebanyak 1,9%, kategori nomor 9 sebanyak 1,5%, kemudian kategori nomor 5 sebanyak 0,2%, dan kesalahan yang paling sedikit terdapat pada kategori nomor 11 sebanyak 0,1%, sedangkan pada kategori nomor 11 sama sekali tidak ditemukan kesalahan.

2. Setelah dilakukan pengolahan data angket dirumuskan 3 kategori analisis faktor kesalahan dalam penelitian ini yaitu seperti dirumuskan seperti di bawah ini.

a. Analisis faktor kesalahan berdasarkan pengetahuan mahasiswa kelas 1A mengenai aturan penulisan urutan kanji. Adapun poin pentingnya yaitu


(2)

3

bahwa hampir setengah dari mahasiswa kelas 1A ragu-ragu mengenai adanya aturan penulisan urutan kanji.

b. faktor kesalahan berdasarkan penilaian bentuk kanji yang ditulis oleh mahasiswa kelas 1A sendiri. Adapun poin pentingnya, yaitu sebagian besar mereka tidak yakin bila bentuk kanji yang mereka tulis sudah benar, dan tidak ada pengoreksian terhadap kesalahan yang pernah mereka lakukan.

c. faktor kesalahan berdasarkan kesulitan yang dirasakan langsung oleh mahasiswa kelas 1A dalam menulis kanji. Adapun poin pentingnya, yaitu menyebutkan hampir setengah dari mahasiswa kelas kelas 1A setuju bila menulis kanji dikatakan sebagai hal yang sulit. Kemudian ditegaskan lagi pada jawaban berikutnya bahwa sebagian besar dari mahasiswa kelas 1A setuju bila jumlah coretan dikatakan mempengaruhi tingkat kesulitan dalam membentuk kanji.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, penulis ingin memberikan saran kepada beberapa pihak, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi pengajar

Penulis sangat mengharapkan pengajar kanji pada tingkat dasar untuk mengenalkan aturan penulisan coretan kanji. Hal ini dapat meminimalisir kesalahan mahasiswa dalam menulis kanji. Kemudian tidak ada salahnya bila


(3)

ada waktu luang, pengajar membuat tes-tes kecil mengenai benuk kanji, sehingga mahasiswa akan semakin mengerti kesalahan-kesalahan yang mereka buat, dan ada perbaikan setelahnya.

2. Bagi mahasiswa

Penulis menyarankan mahasiswa untuk bergerak aktif dalam pembelajaran kanji dengan cara bertanya kepada orang yang lebih berpengalaman (dosen), juga melihat-lihat referensi kanji, sehingga kita akan mengetahui segala sesuatu mengenai kanji walau pengajar tidak mengajarkannya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, yang berminat untuk meneliti analisis kesalahan cara penulisan kanji dan bentuknya, penulis merumuskan saran sebagai berikut :

a. Ketika sedang menjalani penyusunan bab teori-teori dan instrumen penelitian, sebaiknya rumuskan terlebih dahulu kategori kesalahan kemudian instrumen soal disesuaikan dengan kategori kesalahan. Maksudnya agar kategori kesalahan terwakili dengan baik pada setiap butir soal. Sama halnya dengan instrumen dalam bentuk angket.

b. Bila merumuskan pernyataan/ pertanyaan untuk angket akan lebih baik bila dipikirkan dengan matang mengenai kefokusan pernyataan/ pertanyaan tersebut diarahkan kemana, dan harus tepat sasaran sesuai


(4)

5

tujuan. Sehingga ketika mengolah data tidak ada interpretasi-interpretasi yang sifatnya semu atau ngambang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1991). Metode Penelitian. Bandung: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aryani, Lyna. (2001). Analisis Kesalahan dalam Mendeklinasikan Adjektiva pada Kalimat Bahasa Jerman. Skripsi FPBS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Lasnawati, A. (2000). Analisis Kesulitan Siswa Sekolah Menengah Umum Menurut

Rumusan Metters dan Pilot dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika pada Pokok Bahasan Dimensi Tiga. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Poerwadarminta, W.J.S. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Bahasa

Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: ALFABETA

Ruseffendi. (1994). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sudjana, N.(1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjianto dan Ahmad Dahidi. (2004). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Suherman, E dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan. Bandung: FIP IKIP Bandung.


(6)

109

Suherman, E. et al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: IMSTEP.

Sutedi, Dedi. (2005). Pengantar Penelitian Pendidikan dan Bahasa Jepang. Bandung: UPI.

Sutedi, Dedi. (2007). Pengantar Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: UPI. Syamsudin, A.(1995). Penelitian Pendidikan. Bandung: FIP IKIP Bandung.

Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyawati. (1997). Analisis Kesalahan Berbahasa.Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Tarigan, Henry dan Djago. (1995). Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. (1988). Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Depdikbud.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

ハルペン ジャク 講談社 漢英 学習 字典 講談社

昭和 6 外国人 の ための 漢字 辞典 文化庁

日本語 能力 試験 受験案内 願書 Japan Foundation.

http://id.google.org/sejarahkanji. http://id.wikipedia.org/wiki/kanji.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGUASAAN HURUF KANJI TERHADAP PEMAHAMAN TEKS DOKKAI (PENELITIAN TERHADAP MAHASISWA TINGKAT III JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FPBS UPI).

10 34 32

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM MENGGUNAKAN KALIMAT KAUSATIF-PASIF BAHASA JEPANG (SHIEKI-UKEMI BUN): Studi Deskriptif pada Mahasiswa Tingkat III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI.

6 11 39

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN SETTOUGO FU- DAN MU- DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG: Pada Mahasiswa Tingkat III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI Tahun Ajaran 2012/2013.

1 3 43

ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN SOKUON PADA MAHASISWA TINGKAT I PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FPBS UPI.

6 13 42

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA TINGKAT III JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UPI TAHUN AKADEMIK 2012/2013 DALAM PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI DEMO, KEREDOMO, GA DAN SHIKASHI.

0 10 135

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA TINGKAT IV JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UPI TAHUN AKADEMIK 2012/2013 DALAM PENGGUNAAN VERBA NOZOMU, NEGAU DAN KIBOU SURU.

0 1 38

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA TINGKAT IV JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FPBS UPI DALAM MENERJEMAHKAN VERBA ATARU SEBAGAI POLISEMI.

1 2 44

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA TINGKAT III JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UPI TAHUN AKADEMIK 2012/2013 DALAM PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI DEMO, KEREDOMO, GA DAN SHIKASHI.

1 1 129

Analisis Kesulitan Mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Unnes dalam Menguasai Kanji.

0 0 1

ANALISIS KESALAHAN CARA BACA KANJI PADA MAHASISWA TINGKAT I DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FPBS UPI - repository UPI S JEP 0902412 Title

0 0 3