NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUAPATEN KLUNGKUNG TENTANG RUMAH KOS.

(1)

1

LAPORAN PENELITIAN

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN

KLUNGKUNG

TENTANG

TENTANG RUMAH KOS

KERJASAMA

DPRD KABUPATEN KLUNGKUNG

DAN

FAKULTAS HUKUM UNUD

TAHUN 2015


(2)

2

TIM PENELITI

1.

Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, S.H.,M.H

2.

Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja,S.H.,M.Hum.

3.

Ni Luh Gede Astariyani, S.H.,M.H.

4.

Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati, S.H.,M.Kn.,LLM.

5.

Anak Agung Sri Utari, S.H.,M.H.


(3)

ii

ABSTRAK

Pengaturan dalam Pasal 28 H ayat ( 1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada setiap orang untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Berdasarkan pengaturan tersebut pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan publik dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.

Pengaturan dalam UUD 1945 membawa konsekuensi hukum bahwa pemerintah termasuk pemerintah daerah merupakan pihak yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang penyelenggaraan perumahan. Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan Rumah Kos secara terpadu, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan public, diperlukan payung hukum dalam bentuk peraturan daerah. Berdasarkan hal tersebut, pembentukan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah Kos ini diperlukan dalam rangka kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan pengelolaan Rumah Kos yang baik dan berwawasan lingkungan dan menjamin keberlangsungan akan kehidupan sejahtera lahir dan bathin.


(4)

iii

DAFTAR ISI

Narasi Pengantar ……… i

Daftar Isi ………. ii

Daftar Tabel ………. iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. ………… 1

B Identifikasi Masalah……….. 4

C. Tujuan dan Kegunaan………. 4

D. Metode……… 5

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoritis ………... 9

B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip yang Terkait dengan Penyusunan Norma ………. 12

C. Analisis terhadap penentuan asas-asas ini juga memperhatikan berbagai aspek bidang kehidupan terkait dengan Peraturan Perundang-undangan yang akan dibuat, yang berasal dari hasil penelitian ……….. 12 D. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta permasalahan yang dihadapi masyarakat 13 E Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Undang-Undang atau Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan negara……….. BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT... 14 A. Peraturan Perundang-Undangan tentang Mate4ri Pokok Yang Diatur... B. Keterkaitan Dengan Peraturan Perundang-Undangan Yang Lain... BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS 16 20 19 A. Landasan Filosofis... B. Landasan Sosiologis... C. Landasan Yuridis ... BAB V. JANGKAUAN ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH ... 23 24 24 A.Arah, Sasaran Dan Jangkauan Pengaturan... B.Ruang Lingkup Materi Muatan... BAB VI PENUTUP 26 26 A. Simpulan... 32

B. Saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA


(5)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Tentang Halaman

Tabel 1: Kewenangan Kabupaten berdasarkan UU No 23 Tahun 2014……

1

Tabel 2: Perbedaan rumah kontrakan dan Kos………

11

Tabel 3: Data Rumah Kos Di Kabupaten Klungkung………..

13

Tabel 4: Keterkaitan dengan Peraturan Perundang-undangan yang

lain... ...

18

Tabel 5: Ruang Lingkup materi muatan dalam Peraturan Daerah………..


(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Pasal 28 H ayat ( 1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada setiap orang untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pengaturan tersebut menujukkan adanya pengaturan hak atas perumahan dan hak untuk melakukan usaha. Berdasarkan pengaturan tersebut pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan publik dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Kabupaten Klungkung sebagai salah satu bagian dari kabupaten/kota di Provinsi Bali berdasarkan kewenangannya memiliki sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau social di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat.

Pemerintah daerah bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan. Di Kabupaten Klungkung dalam setiap kecamatan terdapat rumah kos yang dimiliki oleh warga klungkung.

Mengenai otonomi dan tugas pembantuan ditentukan dalam Pasal 18 ayat (2) UUD 1945, bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan


(7)

2 menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat (Pasal 18 ayat (5) UUD 1945).

Dasar hukum pembentukan Peraturan Daerah dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah merupakan dasar hukum pembentukan peraturan daerah diatur dalam Pasal 236 Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan TugasPembantuan, Daerah membentuk Perda.

(1)Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala Daerah.

(2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi muatan:

a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan

b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

(4) Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Perda dapat memuat materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kewenangan pengaturan Pajak diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (selajutnya disebut UU PDRD). Dalam Pasal tersebut mengatur bahwa

(1) Jenis Pajak provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan

e. Pajak Rokok.

(2) Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan


(8)

3 (3) Daerah dilarang memungut pajak selain jenis Pajak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(4) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang

memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(5) Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kota

otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis Pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari Pajak untuk daerah provinsi dan Pajak untuk daerah kabupaten/kota.

Dalam kaitannya dengan penelitian pemahaman akan rumah kos dapat dikaitkan dengan pemahaman akan tes dan konteks dalam ketentuan Pasal 1 angka 21 Pemehaman dalam arti rumah Kos 10 kamar adalah termasuk dalam pengertian hotel sebagaimana diatur bahwa :

Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah Kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

Dalam kaitannya dengan kewenangan konkuren dalam Pasal 12 UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah mengatur bahwa :

Pasal 12

(1) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi: a. pendidikan;

b. kesehatan;

c. pekerjaan umum dan penataan ruang;

d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman; e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan

masyarakat; dan f. sosial.

Dalam lampiran D UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman mengatur bahwa :


(9)

4 Tabel 1 : Kewenangan Kabupaten berdasarkan UU No 23 Tahun 2014

Sub Urusan Kewenangan Kabupaten

Perumahan a. Penyediaan dan rehabilitasi

rumah korban bencana kabupaten/kota.

b. Fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena relokasi program Pemerintah Daerah kabupaten/kota.

c. Penerbitan izin

pembangunan dan

pengembangan perumahan. d. Penerbitan sertifikat

kepemilikan bangunan gedung (SKBG).

Kawasan pemukiman a. Penerbitan izin pembangunan dan

pengembangan kawasan permukiman.

b. Penataan dan

peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas di bawah 10 (sepuluh) ha Perumahan dan kawasan

pemukimanKumuh

Pencegahan perumahan dan kawasan permukiman

kumuh pada Daerah kabupaten/kota. Prasarana, sarana dan Utilitas

Umum ( PSU)

Penyelenggaraan PSU Perumahan

Sertifikasi, Kualifikasi, Klasifikasi, dan

Registrasi Bidang Perumahan dan

Kawasan Permukiman

Sertifikasi dan registrasi bagi orang atau badan hukum yang melaksanakan

perancangan dan

perencanaan rumah serta perencanaan prasarana, sarana dan utilitas umum PSU tingkat kemampuan Kecil

Sehingga berdasarkan dasar kewenangan tersebut perlu dibentuk Peraturan Daerah tentang Rumah KOS.


(10)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dilakukan identifikasi masalah terkait dengan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung tentang Rumah KOS Berdasarkan pada identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan 4 (empat) pokok masalah, yaitu sebagai berikut:

Identifikasi masalah memuat rumusan mengenai masalah apa yang akan ditemukan dan diuraikan dalam Naskah Akademik tersebut. Pada dasarnya identifikasi masalah dalam suatu Naskah Akademik mencakup 4 (empat) pokok masalah, yaitu sebagai berikut:

1) Permasalahan apa yang dihadapi dalam pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rumah Kos

2) Mengapa perlu Rancangan Peraturan Daerah sebagai dasar pemecahan masalah tersebut, yang berarti membenarkan pelibatan negara dalam penyelesaian masalah tersebut

3) Apakah yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung tentang Rumah Kos ?.

4) Apakah sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung tentang Rumah Kos ?. C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik dirumuskan sebagai berikut:

1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat serta cara-cara mengatasi permasalahan tersebut.

2) Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi


(11)

6 permasalahan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah.

4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah.

Kegunaan penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah Kos.

D. Metode

Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya merupakan suatu kegiatan penelitian sehingga digunakan metode penyusunan Naskah Akademik yang berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian lain. Penelitian hukum dapat dilakukan melalui metode yuridis normatif dan metode yuridis empiris. Metode yuridis empiris dikenal juga dengan penelitian sosiolegal. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder yang berupa Peraturan Perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian, kontrak, atau dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil pengkajian, dan referensi lainnya. Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan wawancara, diskusi (focus group discussion), dan rapat dengar pendapat. Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali dengan penelitian normatif atau penelaahan terhadap Peraturan Perundang-undangan (normatif) yang dilanjutkan dengan observasi yang mendalam serta penyebarluasan kuesioner untuk mendapatkan data faktor nonhukum yang terkait dan yang berpengaruh terhadap Peraturan Perundang-undangan yang diteliti. Penyusunan Naskah Akademik ini yang


(12)

7 pada dasarnya merupakan suatu kegiatan penelitian penyusunan Naskah Akademik digunakan metode yang berbasiskan metode penelitian hukum.1

D.1 Jenis Penelitian.

Dalam penelitian hukum terdapat dua model jenis penelitian yang digunakan yaitu yaitu : Metode penelitian hukum normative atau penelitian doctrinal dan Metode penelitian hukum sosiologis / empiris. 2

Bertitik tolak dari pemasalahan yang diangkat dalam kajian ini, maka jenis penelitian dalam kajian ini mempergunakan penelitian hukum normative. Dalam beberapa kajian jenis penelitian seperti ini juga disebut dengan penelitian dogmatik.3 Dalam penelitian hukum normatif, untuk

mengkaji persoalan hukumnya dipergunakan bahan-bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer ( primary sources or authorities ) bahan-bahan hukum sekunder ( secondary sources or authorities ) dan bahan hukum tersier ( tertier sources or authorities ). Bahan-bahan hukum primer dapat berupa peraturan perundang-undangan, bahan-bahan hukum sekunder dapat berupa makalah, buku-buku yang ditulis oleh para ahli dan bahan hukum tersier berupa kamus bahasa hukum dan kamus bahasa Indonesia.

D.2. MetodePendekatan.

Dalam penelitian hukum normative ada beberapa metode pendekatan yakni pendekatan perundang-undangan ( statute approach ), pendekatan konsep (conceptual approach ), pendekatan analitis ( analytical approach ), pendekatan perbandingan ( comparative approach ), pendekatan histories (

historical approach ), pendekatan filsafat ( philosophical approach ),dan

pendekatan kasus ( case approach).4 Dalam penelitian ini digunakan

beberapa cara pendekatan untuk menganalisa permasalahan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan ( statute

1 Soelistyowati Irianto dan Sidharta, 2009, Metode Penelitian Hukum Konstelasi Dan Refleksi,Yayasan Obor, h 177-178.

2 Rony Hanitijo Soemitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia

Jakarta, 1985, h 9.

3 Jan Gijsels,2005, Mark Van Hocke ( terjemahan B. Arief Sidharta ) Apakah Teori Hukum Itu ? , Laboratorium Hukum Universitas Parahyangan Bandung, h. 109-110.

4 Peter Mahmud Marzuki; 2005, Penelitian Hukum, Jakarta Interpratama Offset, h.


(13)

8

approach ), pendekatan kasus ( case approach ) dan pendekatan konsep

hukum ( conceptual approach ).

Dalam penyusunan Naskah Akademik ini menggunakan pendekatan perundang-undangan ( statute approach ), dilakukan dengan menelaah peraturan perundang-undangan yang bersangkut paut dengan pendelegasian kewenangan, antara lain UU Pemda, UU Pajak dn Retribusi Daerah dan Peraturan yang mengatur tentang Pengelolaan Rumah Kos.

Pendekatan konsep hukum ( conceptual approach ) dilakukan dengan menelaah pandangan-pandangan mengenai pendelegasian kewenangan sesuai dengan penelitian tentang Rumah Kos5 Disamping itu digunakan

pendekatan kontekstual terkait dengan penerapan hukum dalam suatu waktu yang tertentu.

D.3. Sumber Bahan Hukum.

Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.6 Bahan hukum primer adalah segala dokumen

resmi yang memuat ketentuan hukum, dalam hal ini adalah UU Pemda , UU Perbendaharaan Negara dan PP tentang Pengelolaan Rumah Kos serta peraturan perundang-undangan yang lain yang terkait dengan pendelegasian kewenangan mengatur pada peraturan perundang-undangan.

Bahan hukum sekunder adalah dokumen atau bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti hasil penelitian atau karya tulis para ahli hukum yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, termasuk di dalamnya kamus dan ensiklopedia.

Selain itu akan digunakan data penunjang, yakni berupa informasi dari lembaga atau pejabatdi lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung

D.4. Metode Pengumpulan Bahan Hukum.

Bahan hukum dikumpulkan melakukan studi dokumentasi, yakni dengan melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang relevan dengan

5 Ibid, h 19.

6 C.F.G.Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad ke 2 , Alumni, Bandung, h 134.


(14)

9 masalah yang diteliti yang ditemukan dalam bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier.

D.5 Teknis Analisis Bahan Hukum

Teknik analisa terhadap bahan-bahan hukum yang dipergunakan dalam kajian ini adalah teknik deskripsi, interpretasi, sistematisasi, argumentasi dan evaluasi. Philipus M.Hadjon mengatakan bahwa tehnik deskripsi adalah mencakup isi maupun struktur hukum positif.7 Pada

tahap deskripsi ini dilakukan pemaparan serta penentuan makna dari aturan-aturan hukum yang dikaji dengan demikian pada tahapan ini hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu keadaan.8 Lebih lanjut

berkaitan dengan teknik Interpretasi Alf Ross mengatakan :

The relation berween a given formulation and specific complex of facts.The technique of argumentation demanded by this method is directed toward discovering the meaning of the statute and arguing that

the given facts sre either covered by it or not.9

( terjemahan bebas : Hubungan antara rumusan konsep yang diberikan dan kumpulan fakta khusus. teknik argumentasi ini dibutuhkan oleh cara ini yang diarahkan kepada penemuan makna dari undang-undang dan fakta-fakta yang saling melengkapi satu sama lain )

Dari sisi sumber dan kekuatan mengikatnya menurut I Dewa Gede Atmadja secara yuridis interpretasi ini dapat dibedakan menjadi :10

1. Penafsiran otentik ; yakni penafsiran yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan itu sendiri. Penafsiran ini adalah merupakan penjelasan-penjelasan yang dilampirkan pada undang-undang yang bersangkutan ( biasanya sebagai lampiran ). Penafsiran otentik ini mengikat umum ;

2. Penafsiran Yurisprudensi ; merupakan penafsiran yang ditetapkan oleh hakim yang hanya mengikat para pihak yang bersangkutan ;

7 Philipus M Hadjon, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik ( Normatif ) dalam

Yuridika Nomor 6 Tahun IX, Nopember-Desember h 33.

8 Erna Widodo , 2000, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avy-rouz, h 16. 9 Alf Ross, 1969, On Law And Justice, University Of Californis Press, Barkely & Los

Angeles, h 111.

10 I Dewa Gede Atmadja, 1996, Penafsiran KOSitusi Dalam Rangka Sosialisasi

Hukum, Sisi Pelaksanaan UUD 1945 Secara Murni Dan konsekuen” Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Hukum Tata Negara Pada FH.UNUD, h 14 .


(15)

10 3. Penafsiran Doktrinal ahli hukum ; merupakan penafsiran yang diketemukan dalam buku-buku dan buah tangan para ahli sarjana hukum. Penafsiran ini tidak mempunyai kekuatan mengikat, namun karena wibawa ilmiahnya maka penafsiran yang dikemukakan, secara materiil mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan undang-undang.

Bertitik tolak dari pandangan Philipus M. Hadjon dan I Dewa Atmadja di atas, maka untuk membahas persoalan hukum yang akan dikaji, akan dipergunakan penafsiran otentik, penafsiran gramatikal dan penafsiran sejarah hukum.

Penafsiran otentik dalam kajian ini dimaksudkan adalah penafsiran yang didasarkan pada penafsiran yang diberikan oleh pembentuk undang-undang, melalui penjelasan-penjelasannya dan peraturan perundang-undangan yang lain.

Sedangkan penafsiran Gramatikal dalam pengkajian dilakukan dalam kaitannya untuk menemukan makna atau arti aturan hukum, khususnya aturan hukum yang berkaitan dengan Pengelolaan Rumah Kos.


(16)

11 BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

Bab ini memuat uraian mengenai materi yang bersifat teoretis, asas, praktik, perkembangan pemikiran, serta implikasi sosial, politik, dan ekonomi, keuangan negara dari pengaturan dalam suatu Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Bab ini dapat diuraikan dalam beberapa sub bab berikut:

A. Kajian teoretis

Pemerintah Daerah bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan. Negara juga bertanggung jawab dalam menyediakan dan memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman serta keswadayaan masyarakat. Penyediaan dan kemudahan perolehan rumah tersebut merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang, kehidupan ekonomi, dan social budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab untuk menjadi fasilitator, memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat, serta melakukan penelitian dan pengembangan yang meliputi berbagai aspek yang terkait, antara lain, tata ruang, pertanahan, prasarana lingkungan, industri bahan dan komponen, jasa konstruksi dan rancang


(17)

12 bangun, pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan lokal, serta peraturan perundang-undangan yang mendukung. Kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk:

a. memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang berkepribadian Indonesia;

b. ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan;

c. mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;

d. memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara; dan

e. mendorong iklim investasi asing.

Pengertian dan jenis bentuk rumah diatur dalam Pasal 1 dan Pasal 21 Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan KawasanPemukiman

1.Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

2.Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

7.Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, saranapembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.


(18)

13 8. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan

tujuan mendapatkan keuntungan Jenis dan Bentuk Rumah

(1) Jenis rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian yang meliputi:

a. rumah komersial; b. rumah umum; c. rumah swadaya; d. rumah khusus; dan e. rumah negara.

(2) Rumah komersial sebagaimana dimaksud pada

Kos merupakan salah satu tempat penyedia jasa penginapan atau tempat tinggal sementara yang terdiri dari beberapa kamar dan setiap kamar memiliki beberapa fasilitas yang ditawarkan atau disediakan dan juga mempunyai harga yang telah ditentukan oleh pemilik Kos sedangkan lama waktu penyewaan ditentukan sendiri oleh si penyewa kamar. Kos ini adalah salah satu tempat tinggal yang banyak diminati para pelajar khususnya mahasiswa sebab Kos adalah salah satu

tempat hunian yang di sewa untuk di tinggalkan sementara. Tabel 2 : Perbedaan rumah kontrakan dan Kos

Sudut pandang Rumah kontrakan Rumah kos

Sistem pembayaran

Pertahun atau kelipatanya Perbulan atau kelipatanya Jangka waktu

sewa

Tahunan, jadi kalau sudah bayar uang sewa tapi bosen maka harus over kontrak.

Bulanan, sehingga cocok bagi yang hendak mencari rumah sewa dalam waktu pendek.

Garasi /

tempat parkir kendaraan

Setiap rumah punya garasi masing-masing.

Satu garasi untuk seluruh penghuni rumah Kos

Tagihan listrik & air

Masing-masing rumah ada meteran dan tagihan pembayarn sendiri.

Satu meteran untuk seluruh kamar Kos, jadi uang sewa bulanan sudah termasuk


(19)

14 bayar listrik dan air.

Pengawasan sudah seperti milik sendiri,

jadi langsung

berhubungan dengan RT atau perangkat desa setempat.

Ada bapak Kos, atau ibu Kos yang bertugas mengawasi seluruh anak Kos.

Kondisi bangunan

Bangunan berdiri sendiri, sama seperti rumah warga pada umumnya.

Rata-rata menyatu dengan pemilik rumah, hal ini untuk memudahkan pengawasan dan penagihan bulanan

Dapur Setiap rumah punya dapur khusus.

Ada juga yang setiap kamar ada dapurnya, tapi

kebanykan satu dapur untuk seluruh anak Kos.

Kebebasan tamu

Bebas bertamu asalkan masih mematuhi norma agama dan adat setempat.

Jam bertamu dan lokasi penerimaan tamu dibatasi. Kondisi

penyewa

Cocok bagi yang sudah berkeluarga, untuk ditempati bersama

pasangan dan anak-anak.

Cocok disewa oleh para pelajar, pekerja perantauan, mahasiswa dan sejenisnya.

B. Kajian terhadap asas/prinsip yang terkait dengan penyusunan norma.

Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, telah dipositipkan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Dalam undang-undang sebagaimana dimaksud, asas yang bersifat formal diatur dalam Pasal 5 dan asas yang bersifat materiil diatur dalam Pasal 6. Pengertian masing-masing asas ini dikemukakan dalam penjelasan pasal dimaksud. Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, asas yang bersifat formal pengertiannya dapat dikemukakan dalam tabel berikut. Berdasarkan Pasal 5 UU 12/2011 mengatur :

1. kejelasan tujuan

2. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat 3. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan 4. dapat dilaksanakan

5. kedayagunaan dan kehasilgunaan 6. kejelasan rumusan


(20)

15 7. Keterbukaan

Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, Yang Bersifat Materiil diatur dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) UU 12/2011 antara lain :

1. Pengayoman 2. Kemanusiaan 3. Kebangsaan 4. Kekeluargaan 5. Kenusantaraan

6. Bhinneka Tunggal Ika 7. Keadilan

8. Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan 9. Ketertiban dan Kepastian Hukum

10. Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan

Asas-asas tersebut kemudian membimbing para legislator dalam perumusan norma hukum ke dalam aturan hukum, yang berlangsung dengan cara menjadikan dirinya sebagai titik tolak bagi permusan norma hukum dalam aturan hukum. Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Derah tentang Pengelolaan Rumah Kos.

C. Analisis terhadap penentuan asas-asas ini juga memperhatikan berbagai aspek bidang kehidupan terkait dengan Peraturan Perundang-undangan yang akan dibuat, yang berasal dari hasil penelitian.

Dalam 95 ayat (4) Undang-Undang Pajak dan Retribusi Daerah ditentukan Peraturan Daerah tentang Pajak dapat juga mengatur ketentuan mengenai:

a. pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam halhal tertentu atas pokok pajak dan/atau sanksinya; b. tata cara penghapusan piutang pajak yang kedaluwarsa;

dan/atau

c. asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak kepada kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing sesuai dengan kelaziman internasional.


(21)

16 Dalam penelitian terkait dengan Penyusunan Raperda Kabupaten Klungkung didasarkan pada asas-asas tersebut di atas, baik asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik yang formal, materiil, maupun asas yang termuat dalam UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

D. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Dalam pelaksanaannnya praktik penyelenggaraan selama ini di Kabupaten Klungkung pengelolaan rumah Kos dalam bentuk pendataan yang dilakukan oleh masing-masing kelurahan di Kabupaten Klungkung. Berdasarkan data yang diperoleh dalam bentuk sebaran jumlah rumah Kos di Kabupaten Klungkung antara lain :

Tabel 3 : Data Rumah Kos Di Kabupaten Klungkung

No Kelurahan Jumlah Rumah Jumlah Pemilik

1 Kelurahan Semarapura Kelod a. Lingkungan Kemoning Kaja b. Lingkungan Kemoning Kelod c. Galiran

d. Pekandelan

65 247 206 25

15 32 24 4 2 Kelurahan Semarapura Kaja

a. Lingkungan Semarapura Kaja

b. Budaga c. Pengending

58 32 29

8 6 3

3 Semarapura Klod Kangin


(22)

17

b. Menega 74 11

4 Kelurahan Semarapura Kangin 1.Lingkungan Senggoan

2. Lingkungan Lebah

42 49

8 13

Sumber : Data yang disampaikan oleh Bagian Hukum DPRD Klungkung berdasarkan surat No 08/198/Pemtrantib, Tanggal 16 Oktober 2015

E. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Undang-Undang atau Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan negara.

Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah Kos merupakan sarana untuk menjaga agar terlaksananya :

a. terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan rumah kos ;

b. terwujudnya sistem penyelenggaraan Rumah Kos mengatur mengenai pemanfaatan, pengelolaan, perijinan, pengawasan; dan

c. terwujudnya pengaturan tentang rumah Kos, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penegakan hukum terkait dengan rumah kos. Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung tentang Rumah Kos membawa implikasi pada aspek keuangan daerah dan pendapatan daerah, sehingga sangat diperlukan adanya pengaturan.


(23)

18 BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

A. DASAR HUKUM

Kewenangan pengaturan Pajak diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (selajutnya disebut dalam UU PDRD). Dalam Pasal tersebut mengatur bahwa

(1) Jenis Pajak provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan

e. Pajak Rokok.

(2) Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

(3) Daerah dilarang memungut pajak selain jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(4) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang

memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(5) Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kota

otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis Pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari Pajak untuk daerah provinsi dan Pajak untuk daerah kabupaten/kota.

Dalam kaitannya dengan penelitian pemahaman akan rumah KOS dapat dikaitkan dengan pemahaman akan teks dan konteks dalam


(24)

19 ketentuan Pasal 1 angka 21 Pemehaman dalam arti rumah Kos 10 kamar adalah termasuk dalam pengertian hotel sebagaimana diatur bahwa :

Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah Kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

Berdasarkan Lampiran D UU No23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan kewenangan kepada kabupaten/kota untuk mengatur tentang perumahan.

Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah Kos adalah :

1. Pasal 18 ayat (6) UUD NRI 1945

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

4. Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188).

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234).

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor


(25)

20 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

7. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Klungkung (Lembaran Daerah Kabupaten Klungkung Tahun 2008 Tambahan Lembaran Daerah Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah No 2)

Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 menentukan pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Ketentuan ini merupakan landasan hukum konstitusional bagi pembentukan Peraturan Daerah. Pemerintahan daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota adalah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan (Pasal 18 ayat (2) UUD 1945). Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat (Pasal 18 ayat (5) UUD 1945).

Ketentuan tersebut menjadi politik hukum pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pemilihan Kepala Pengelolaan . Sebagai dasar hukum formal pembentukan perda ini adalah Pasal 18 ayat (6) UUD 1945, sebagaimana juga ditentukan pada Pedoman 39 Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan (TP3U) Lampiran UU 12/2011, yang menyatakan bahwa dasar hukum pembentukan Peraturan Daerah adalah Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

B. KETERKAITAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG LAIN


(26)

21 Kekuasaan untuk membuat aturan dalam kehidupan bernegara dikonstruksikan berasal dari rakyat yang berdaulat yang dilembagakan dalam organisasi negara di lembaga legislatif sebagai lembaga perwakilan rakyat misalnya kekuasaan membentuk undang-undang merupakan kekuasaan negara yang dipegang oleh badan legislatif.11 Sedangkan cabang

kekuasaan pemerintahan negara sebagai organ pelaksana atau eksekutif hanya menjalankan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh cabang legislative. Sementara itu cabang kekuasaan kehakiman atau yudikatif bertindak sebagai pihak yang menegakkan peraturan-peraturan itu melalui proses peradilan.

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rumah KOS dalam rangka pelaksanaan pemerintahan dalam bentuk pengelolaan rumah Kos dalam bentuk pengendalian.

Tabel 4 : Keterkaitan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lain Materi

Muatan

Keterkaitan Dengan Peraturan Perundang-Undangan

UU PDRD UU PKP UU Pemda

1. Pengel olaan ruma h kos 2. Izin pengel olaan 3. Pemut ahira n izin 4. Pungu tan 5. Hak dan kewaji ban 6. Partisi pasi Masya rakat 7. Pembi naan dan

Pasal 2 ayat (2)

Jenis Pajak

kabupaten/kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan

Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

g. Pajak Parkir; h. Pajak Air Tanah; i. Pajak Sarang

Burung Walet; j. Pajak Bumi dan

Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan; dan k Bea Perolehan Hak

Jenis dan Bentuk Rumah

Pasal 21

(1) Jenis rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian yang meliputi: a. rumah komersial; b. rumah umum; c. rumah

swadaya;

d. rumah khusus; dan

e. rumah negara. (2) Rumah

komersial

a. Penyediaan

danehabilitasi rumah korbanbencana

kabupaten/kota.

b. Fasilitasi penyediaan

rumah bagi

masyarakatyang terkena relokasi

c. program

PemerintahDaerah kabupaten/kota.

d. Penerbitan izin pembangunan dan pengembangan

perumahan.

e. Penerbitan sertifikat kepemilikan bangunan gedung (SKBG).

f. Penerbitan izin

11 Made Subawa, 2003, Implikasi Yuridis Pengalihan Kekuasaan Membentuk Undang-Undang terhadap Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca perubahan UUD 1945, Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya, h. 1.


(27)

22

Penga wasan 8. Sanks

i Admin istrati f 9. Penda

naan

atas Tanah dan Bangunan

sebagaima na

dimaksud pada

pembangunan danpengembangan kawasan permukiman.

g. Penataan dan

peningkatan kualitasan kawasan perumahan h. Pencegahan perumahan

dan kawasan

permukiman kumuh

pada Daerah

kabupaten/kota

i. Penyelenggaraan PSU perumahan.

Sumber : UU PDRD, UU tentang Perumahan dan Pemukiman, UU tentang Pemerintahan Daerah


(28)

23 BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

Validitas hukum sebagaimana dimaksudkan oleh Hans Kelsen, adalah eksistensi spesifik dari norma-norma. Dikatakan bahwa suatu norma adalah valid adalah sama halnya dengan mengakui eksistensinya atau menganggap norma itu mengandung “kekuatan mengikat” bagi mereka yang perbuatannya diatur oleh peraturan tersebut.12

Merujuk pada pandangan teoritik dari para sarjana yang telah dikemukakan di atas, dikaitkan dengan ketentuan tentang teknik penyusunan peraturan perundang-undangan13 dan teknik penyusunan

naskah akademik14 yang diadopsi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

(UU No 12/2011),

A. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah Kos Daerah landasan Filosofis adalah landasan filosofisnya : Penyelenggaraan pemerintahan negara dan pemerintahan daerah yang efektif dan efisien sangat membutuhkan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai yang terkelola dengan baik dan efisien

Landasan filosofis dalam penyusunan Peraturan Daerah tentang Rumah Kos, bahwa rumah merupakan salah satu bentuk pemenuhan

12 Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, terjemahan Raisul

Muttaqien dari judul asli: General Theory of Law and State, (Bandung: Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2006), h. 40

13 Angka 18 dan 19 TP3 (vide Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2011).


(29)

24 kebutuhan dasar yang wajib untuk dipenuhi sebagai bentuk perlindungan bagi masyarakat.

B. Landasan Sosiologis.

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alas an yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara. Landasan Sosiologis dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rumah Kos yaitu : Penyelenggaraan pemerintahan negara dan pemerintahan daerah yang efektif dan efisien sangat membutuhkan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai yang terkelola dengan baik dan efisien. Dalam penyusunan rancangan peraturan daerah tentang rumah KOS landasan sosiologis yaitu peningkatan perkembangan masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan fasilitas dan rumah tanggan untuk bertempat tinggal di rumah Kos dalam kurun waktu tertentu

C. Landasan Yuridis.

Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi keKosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada. Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Dan Retribusi Daerah


(30)

25 kabupaten/ kota berwenang untuk mengatur dalam bentuk Peraturan Derah tentang Pengelolaan Rumah Kos;


(31)

26 BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG, PERATURAN DAERAH PROVINSI, ATAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

A. ARAH, SASARAN DAN JANGKAUAN PENGATURAN

Arah pengaturan dari Peraturan Daerah yang akan dibentuk ini adalah memberikan landasan dan kepastian hukum bagi:

a. Pemerintah Kabupaten dalam memfasilitasi dan membimbing dalam memberikan arah pengaturan terkait dengan rumah kos;

b. Pemilik rumah kos dalam melakukan pengelolaan rumah kos

Sasaran yang hendak diwujudkan dari Peraturan Daerah yang akan dibentuk ini adalah terwujudnya pengelolaan rumah kos. Jangkauan pengaturan dari Peraturan Daerah yang akan dibentuk ini adalah memberikan pedoman bagi pemilik rumah kos dan pemangku kepentingan terkait dengan rumah kos..

B. RUANG LINGKUP MATERI MUATAN

Naskah Akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan ruang lingkup materi muatan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang akan dibentuk. Dalam Bab ini, sebelum menguraikan ruang lingkup materi muatan, dirumuskan sasaran yang akan diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan.

Materi didasarkan pada ulasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya. Selanjutnya mengenai ruang lingkup materi pada dasarnya mencakup: isi sesuai dengan materi muatan dalam PP

A. ketentuan umum memuat rumusan akademik mengenai pengertian istilah, dan frasa;

B. materi yang akan diatur; C. ketentuan sanksi; dan D. ketentuan peralihan.

Jangkauan materi muatan dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah :


(32)

27 1. Ketentuan Umum

2. Pengelola Rumah Kos

3. Izin Pengelolaan Rumah Kos

4. Pemutahiran Izin Pengelolaan Rumah Kos 5. Pungutan

6. Hak dan Kewajiban 7. Partisipasi Masyarakat 8. Pembinaan dan Pengawasan 9. Sanksi Administratif

10. Pendanaan

11. Ketentuan Penutup

Penjabaran jangkauan dan arah pengaturan dalam bentuk materi muatan sebagimana dalam tabel di bawah ini :

Tabel 5 : Ruang Lingkup materi muatan dalam Peraturan Daerah PENGELOM

POKAN

KATEGORI DALAM BATANG

TUBUH

SUBSTANSI

Umum BAB I

KETENTUAN UMUM

1. Pengelolaan Rumah Kos adalah kegiatan menyediakan dan mengurus Rumah Kos.

2. Rumah Kos adalah bangunan gedung

yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang terdiri dari kamar-kamar yang

sebagian atau seluruhnya

diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan dengan cara menyewakan kepada orang lain sebagai tempat tinggal dalam kurun waktu paling sedikit (satu) bulan.

3. Kamar Kos yang selanjutnya disebut

Kamar adalah bangunan gedung baik sebagai bagian dari Rumah Kos maupun berdiri sendiri yang diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan dengan cara menyewakan kepada orang lain sebagai tempat tinggal dalam kurun waktu paling sedikit (satu) bulan

4. …

Pengelolaan BAB II

PENGELOLAAN

(1)Pemilik Rumah Kos merupakan Pengelola Rumah Kos.


(33)

28

RUMAH KOS (2)Pengelola Rumah Kos melaksanakan

Pengelolaan Rumah Kos.

(3)Pengelola Rumah Kos dapat melimpahkan pengurusan Rumah Kos kepada orang lain.

(4)Dalam hal melimpahkan pengurusan Rumah Kos sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pengelola Rumah Kos wajib melimpahkan kepada orang yang berdomisili di desa /kelurahan tempat Rumah Kos berada.

(5)Orang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan Pengurus Rumah Kos.

Izin BAB III

IZIN PENGELOLAAN

RUMAH KOS

(1)Pengelola Rumah Kos wajib memiliki izin Pengelolaan Rumah Kos.

(2)Izin Pengelolaan Rumah Kos sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Bupati.

(3)Bupati dapat melimpahkan kewenangan penerbitan Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Kepala Badan.

(4)Izin Pengelolaan Rumah Kos berlaku selama Pengelola Rumah Kos menjalankan usahanya.

BAB IV PEMUTAHIRA

N IZIN PENGELOLAA

N RUMAH KOS

(1) Pengelola Rumah Kos wajib mengajukan permohonan pemutakhiran Izin Pengelolaan Rumah Kos apabila terdapat suatu perubahan kondisi terhadap hal yang tercantum di dalam Izin Pengelolaan Rumah Kos paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah suatu perubahan terjadi.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Bupati melalui Kepala Badan.

(3) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan dokumen penunjang yang terkait.


(34)

29 PENGUTAN dipungut retribusi perizinan tertentu.

(2) Pengelolaan Rumah Kos yang mengelola paling sedikit 10 (sepuluh) Kamar Kos dikenakan Pajak Hotel sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Pajak Hotel. Hak dan

Kewajiban

BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN

Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos wajib:

a. meminta fotokopi Kartu Tanda Penduduk

Penghuni Rumah Kos;

b. meminta Penghuni Rumah Kos

memperlihatkan Kartu Tanda Penduduknya;

c. melakukan registrasi Penghuni Rumah Kos;

d. melaporkan Penghuni Rumah Kos kepada

Kepala Lingkungan atau Kepala Dusun paling lama 1x24 jam sejak diterimanya sebagai Penghuni Rumah Kos; dan

e. membuat tata tertib Rumah Kos.

Partisipasi BAB VII

PARTISIPASI MASYARAKA

T

(1)Masyarakat berhak berpartisipasi dalam pengelolaan Rumah Kos.

(2)Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. menyampaikan keluhan kepada

Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos apabila Pengelolaan Rumah Kos menimbulkan gangguan ketertiban masyarakat; atau b. menyampaikan keluhan kepada Kepala Lingkungan atau Kepala Dusun apabila Pengelolaan Rumah Kos menimbulkan gangguan ketertiban masyarakat;

Pembinaan BAB VIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASA

N

(1)Bupati melakukan pembinaan atas Pengelolaan Rumah Kos.

(2)Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. sosialisasi peraturan perundang-undangan berkenaan dengan Pengelolaan Rumah Kos dan administrasi kependudukan kepada Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos;

b. sosialisasi peraturan perundang-undangan berkenaan dengan


(35)

30 administrasi kependudukan kepada Penghuni Rumah Kos;

koordinasi dengan Bendesa Desa Pakraman untuk mencegah Pengelolaan Rumah Kos menimbulkan hal yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau hukum adat

Sanksi BAB IX

SANKSI ADMINISTRA

TIF

(1) Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1), dan/atau Pasal 16 dikenai teguran tertulis pertama.

(2) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diberikan teguran tertulis pertama, Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1), dan/atau Pasal 16 dikenai teguran tertulis kedua. (3) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh)

hari kerja setelah diberikan teguran tertulis kedua, Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1), dan/atau Pasal 16, Izin Pengelolaan Rumah Kos dibekukan.

(4) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah Izin Pengelolaan Rumah Kos dibekukan, Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1), dan/atau Pasal 16, Izin Pengelolaan


(36)

31 Rumah Kos dicabut.

Pendanaan BAB X

PENDANAAN

Pendanaan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini bersumber dari Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah Kabupaten Klungkung.

Penutup BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


(37)

32 BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan kajian yang telah di lakukan di BAB terdahulu, dapat ditarik kesimpulan

Pertama, bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung memiliki

kewenangan untuk melakukan pengaturan tentang rumah Kos

Kedua kewenangan tentang pembentukan Peraturan Daerah tentang rumah

Kos berdasarkan :

a. Pasal 18 ayat (6) UUD NRI 1945

b. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

d. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234).

e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik


(38)

33 Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

f. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Klungkung (Lembaran Daerah Kabupaten Klungkung Tahun 2008 Tambahan Lembaran Daerah Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah No 2)

Ketiga, penyusunan Peraturan Daerah diperlukan agar rumah Kos

memiliki landasan dan kepastian dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Keempat, pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis

pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah :

a. Pertimbangan Filosofis, bahwa rumah merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan dasar yang wajib untuk dipenuhi sebagai bentuk perlindungan bagi masyarakat ;

b. Pertimbangan Sosiologis bahwa peningkatan perkembangan masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan fasilitas dan rumah tanggan untuk bertempat tinggal di rumah Kos dalam kurun waktu tertentu

c. Pertimbangan yuridis bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Dan Retribusi Daerah kabupaten/ kota berwenang untuk mengatur dalam bentuk Peraturan Derah tentang Rumah Kos.

Kelima, arah, sasaran, dan jangkauan pengaturan, dan ruang lingkup

materi muatan Peraturan Daerah yang akan dibentuk adalah:

1. Arah pengaturan dari Peraturan Daerah yang akan dibentuk ini adalah memberikan landasan dan kepastian hukum dalam Pengelolaan Rumah Kos.

2. Sasaran yang hendak diwujudkan dari Peraturan Daerah yang akan dibentuk ini adalah Pengelolaan Rumah Kos yang transparan, efektif dan memiliki kepastian hukum.


(39)

34 3. Jangkauan pengaturan dari Peraturan Daerah yang akan dibentuk

ini adalah memberikan pedoman bagi:

a. Pemerintah Kabupaten dalam memfasilitasi dalam Pengelolaan Rumah Kos;

b. Pemilik Rumah Kos dalam menetapkan pelaksaan Pengelolaan Rumah Kos Penyewa Rumah Kos

4. Ruang lingkup materi muatan Peraturan Daerah yang akan dibentuk Pembinaan dan Pengawasan.

B. SARAN

Penyusunan Naskah Akademik ini berikut Konsep Awal Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah Kos diadakan FGD yang melibatkan SKPD terkait maupun para pengemban kepentingan dengan tujuan mendapat saran dan kritik menuju penyempurnaan naskah ini. sesuai dengan asas keterbukaan dan ketentuan tentang partisipasi masyarakat dalam Pasal 96 UU P3 2011 dan Pasal 354 ayat (4) UU Pemerintahan Daerah 2004. Dalam Pasal 354 ayat (4) UU Pemerintahan Daerah 2014. Pasal partisipasi masyarakat dalam bentuk :

a. konsultasi publik; b. musyawarah; c. kemitraan;

d. penyampaian aspirasi; e. pengawasan; dan/atau

f. keterlibatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan


(40)

35 DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Alf Ross, 1969, On Law And Justice, University Of Californis Press, Barkely & Los Angeles C.F.G.Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum Di

Indonesia Pada Akhir Abad ke 2 , Alumni, Bandung

Erna Widodo , 2000, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avy-rouz Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, terjemahan Raisul

Muttaqien dari judul asli: General Theory of Law and State, (Bandung: Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2006

I Dewa Gede Atmadja, 1996, Penafsiran KOSitusi Dalam Rangka Sosialisasi Hukum, Sisi Pelaksanaan UUD 1945 Secara Murni Dan konsekuen” Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Hukum Tata Negara Pada FH.UNUD.

Jan Gijsels,2005, Mark Van Hocke ( terjemahan B. Arief Sidharta ) Apakah

Teori Hukum Itu ? , Laboratorium Hukum Universitas Parahyangan

Bandung.

Rony Hanitijo Soemitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia Jakarta, 1985

Soelistyowati Irianto dan Sidharta, 2009, Metode Penelitian Hukum

Konstelasi Dan Refleksi,Yayasan Obor.

Peter Mahmud Marzuki; 2005, Penelitian Hukum, Jakarta Interpratama Offset.

Philipus M Hadjon, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik ( Normatif ) dalam Yuridika Nomor 6 Tahun IX, Nopember-Desember

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Klungkung ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480 ).

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286).


(41)

36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355).

Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188).

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagimana diubah beberapa kali terkhir dengan Undang-Undang No 2 tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang ( Lembaran Negara Republik Indoensia Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran negara republik Indonesia Nomor 5657).


(1)

31 Rumah Kos dicabut.

Pendanaan BAB X PENDANAAN

Pendanaan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini bersumber dari Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah Kabupaten Klungkung.

Penutup BAB XI KETENTUAN

PENUTUP

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


(2)

32 BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan kajian yang telah di lakukan di BAB terdahulu, dapat ditarik kesimpulan

Pertama, bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung memiliki kewenangan untuk melakukan pengaturan tentang rumah Kos

Kedua kewenangan tentang pembentukan Peraturan Daerah tentang rumah Kos berdasarkan :

a. Pasal 18 ayat (6) UUD NRI 1945

b. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

d. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234).

e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik


(3)

33 Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

f. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Klungkung (Lembaran Daerah Kabupaten Klungkung Tahun 2008 Tambahan Lembaran Daerah Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah No 2)

Ketiga, penyusunan Peraturan Daerah diperlukan agar rumah Kos memiliki landasan dan kepastian dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Keempat, pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah :

a. Pertimbangan Filosofis, bahwa rumah merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan dasar yang wajib untuk dipenuhi sebagai bentuk perlindungan bagi masyarakat ;

b. Pertimbangan Sosiologis bahwa peningkatan perkembangan masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan fasilitas dan rumah tanggan untuk bertempat tinggal di rumah Kos dalam kurun waktu tertentu

c. Pertimbangan yuridis bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Dan Retribusi Daerah kabupaten/ kota berwenang untuk mengatur dalam bentuk Peraturan Derah tentang Rumah Kos.

Kelima, arah, sasaran, dan jangkauan pengaturan, dan ruang lingkup materi muatan Peraturan Daerah yang akan dibentuk adalah:

1. Arah pengaturan dari Peraturan Daerah yang akan dibentuk ini adalah memberikan landasan dan kepastian hukum dalam Pengelolaan Rumah Kos.

2. Sasaran yang hendak diwujudkan dari Peraturan Daerah yang akan dibentuk ini adalah Pengelolaan Rumah Kos yang transparan, efektif dan memiliki kepastian hukum.


(4)

34 3. Jangkauan pengaturan dari Peraturan Daerah yang akan dibentuk

ini adalah memberikan pedoman bagi:

a. Pemerintah Kabupaten dalam memfasilitasi dalam Pengelolaan Rumah Kos;

b. Pemilik Rumah Kos dalam menetapkan pelaksaan Pengelolaan Rumah Kos Penyewa Rumah Kos

4. Ruang lingkup materi muatan Peraturan Daerah yang akan dibentuk Pembinaan dan Pengawasan.

B. SARAN

Penyusunan Naskah Akademik ini berikut Konsep Awal Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah Kos diadakan FGD yang melibatkan SKPD terkait maupun para pengemban kepentingan dengan tujuan mendapat saran dan kritik menuju penyempurnaan naskah ini. sesuai dengan asas keterbukaan dan ketentuan tentang partisipasi masyarakat dalam Pasal 96 UU P3 2011 dan Pasal 354 ayat (4) UU Pemerintahan Daerah 2004. Dalam Pasal 354 ayat (4) UU Pemerintahan Daerah 2014. Pasal partisipasi masyarakat dalam bentuk :

a. konsultasi publik; b. musyawarah; c. kemitraan;

d. penyampaian aspirasi; e. pengawasan; dan/atau

f. keterlibatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan


(5)

35 DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Alf Ross, 1969, On Law And Justice, University Of Californis Press, Barkely & Los Angeles C.F.G.Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad ke 2 , Alumni, Bandung

Erna Widodo , 2000, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avy-rouz Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, terjemahan Raisul

Muttaqien dari judul asli: General Theory of Law and State, (Bandung: Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2006

I Dewa Gede Atmadja, 1996, Penafsiran KOSitusi Dalam Rangka Sosialisasi Hukum, Sisi Pelaksanaan UUD 1945 Secara Murni Dan konsekuen” Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Hukum Tata Negara Pada FH.UNUD.

Jan Gijsels,2005, Mark Van Hocke ( terjemahan B. Arief Sidharta ) Apakah Teori Hukum Itu ? , Laboratorium Hukum Universitas Parahyangan Bandung.

Rony Hanitijo Soemitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia Jakarta, 1985

Soelistyowati Irianto dan Sidharta, 2009, Metode Penelitian Hukum Konstelasi Dan Refleksi,Yayasan Obor.

Peter Mahmud Marzuki; 2005, Penelitian Hukum, Jakarta Interpratama Offset.

Philipus M Hadjon, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik ( Normatif ) dalam Yuridika Nomor 6 Tahun IX, Nopember-Desember

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Klungkung ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480 ).

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286).


(6)

36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355).

Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188).

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagimana diubah beberapa kali terkhir dengan Undang-Undang No 2 tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang ( Lembaran Negara Republik Indoensia Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran negara republik Indonesia Nomor 5657).