Efektivitas Partisi N-heksana Buah Pare (Momordica charantia) Terhadap Penurunan Gula Darah Diabetik Eksperimental Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus).

(1)

EFEKTIVITAS PARTISI N-HEKSANA BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP PENURUNAN GULA DARAH

DIABETIK EKSPERIMENTAL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Diajukan Oleh

Made Pratiwi Putri Pradnyani 1009005104

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

EFEKTIVITAS PARTISI N-HEKSANA BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP PENURUNAN GULA DARAH


(2)

DIABETIK EKSPERIMENTAL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Oleh

Made Pratiwi Putri Pradnyani NIM. 1009005104

Menyetujui/Mengesahkan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Drh. I Nyoman Suartha, M,Si Drh. Luh Made Sudimartini, M.Sc NIP. 19680301 199403 1 002 NIP. 19821024 200801 2 009

DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

Dr. Drh. Nyoman Adi Suratma, M.P NIP. 19600305 198703 1 001


(3)

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa tulisan ini baik ruang lingkup maupun kualitasnya, dapat diajukan sebagai skripsi untuk memperoleh

gelar Sarjana Kedokteran Hewan.

Ditetapkan di Denpasar tanggal ...

Panitia Penguji

Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si Ketua

Drh. Luh Made Sudimartini, M.Sc Drh. Made Suma Anthara, M.Kes

Sekretaris Anggota

Drh. A.A. Gde Oka Dharmayudha, M.P Drh. I Made Merdana, M.P


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Singaraja, Bali pada tanggal 27 Agustus 1992, merupakan putri kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Putu Sukayadnya dan Ibu Made Resiani.

Penulis mulai mengenyam pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Kartika IX-3 dan menamatkan pendidikan pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Mutiara Singaraja dan menyelesaikannya pada tahun 2004. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Singaraja pada tahun 2007. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Singaraja, Bali.

Penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana pada tahun 2010 melalui jalur PMDK gelombang ke 2. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan, penulis melakukan penelitian di Laboratorium Biomedik Rumah Sakit Hewan Universitas Udayana dengan mengambil judul “Efektivitas Partisi N-heksana Buah Pare (Momordica charantia) Terhadap Penurumam Gula Darah Diabetik Eksperimental Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)”.


(5)

ABSTRAK

Diabetik eksperimental adalah kondisi kadar glukosa darah yang meningkat akibat injeksi obat-obatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas partisi n-heksana ekstrak pare terhadap tikus putih jantan diabetik eksperimental. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang berumur 3 bulan dan tikus diadaptasikan pada lingkungan penelitian selama 2 minggu dalam kandang yang baik. Tikus dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu: kontrol negatif (-), kontrol positif (+), ekstrak pare 2%, partisi n-heksana 50 mg/kg BB. Semua tikus ditimbang berat badannya dan disuntik dengan streptozotocin (STZ) dengan dosis 40 mg/kg BB secara intraperitoneal kecuali tikus kontrol (-). Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan sebelum disuntikkan streptozotocin (STZ) dan pada hari ke 0, 3, 7, 14, dan 21, setelah penyuntikkan streptozotocin (STZ). Pemberian perlakuan ekstrak pare dan partisi n-heksana diberikan setelah hari ke 3 penyuntikkan streptozotocin (STZ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisi n-heksana mampu menurunkan kadar glukosa darah pada dosis 50 mg/kg berat badan secara nyata dibandingkan dengan kontrol positif.

Kata kunci : Diabetik eksperimental, Ekstrak pare, Partisi N-heksana, Streptozotocin.


(6)

ABSTRACT

Experimental diabetes is an increasement of glucose level in the blood because drug induction. This research inted to discover effectivity of n-heksana partition of bitter melon extract in treating experimental diabetes. This research used 20 three month old male white rats (Rattus norvegivus). Rats divided into 4 group with the following : negative control, positive control, bitter melon extract 2% and n-heksana partition 50 mg/kg BB. All rats injected intraperitoneally with 40 mg/kg body weight streptozotocin (STZ) except negative control group. Blood glucose level checked before injection of streptozotocinin the following days : 0, 3, 4, 14 and 21 post injection. Bitter mellon extract and n-heksana partition administrated in day 3 post STZ injection. Result showed that 50 mg/kg body weight n-heksana partition capable of decreasing glucose blood level significantly than positive control group.

Keyword : Bitter melon extract, Eksperimental diabetes , N-heksana partition, Streptozotocin


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul “Efektivitas Partisi N -heksana Buah Pare (Momordica charantia) Terhadap Penurunan Gula Darah Diabetik Eksperimental Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, M.P. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

2. Bapak Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si dan ibu drh. Luh Made Sudimartini selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu serta tenaga untuk memberikan bimbingan, motivasi dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

3. Bapak drh. Made Suma Anthara, M.Kes, bapak drh. Anak Agung Gde Oka Dharmayudha, M.P, bapak drh I Made Merdana, M.P selaku penguji I, II, dan III yang bersedia meluangkan waktu, memberikan kritik dan saran yang sangat membangun dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drh. A.A. Gde Arjana, M.Kes selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan motivasi dan membimbing penulis selama perkuliahan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

5. Seluruh Bapak/Ibu dosen yang pernah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.


(8)

6. Seluruh jajaran Tata Usaha dan perpustakaan yang telah memberikan kemudahan administrasi selama menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

7. Bapak Putu Sukayadnya dan Ibu Made Resiani sebagai orang tua penulis yang telah banyak memberikan semangat, pengorbanan dan kasih sayang nya yang sangat luar biasa besar, terimakasih atas doa yang selalu diberikan kepada penulis.

8. Teman - teman penelitian Yoana, Ananta dan Yogi yang selalu semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Alit Satria W, Karina, Satya, Farhan, dan Eman yang sudah bersedia meluangkan waktu nya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan semua permasalahan dan penyelesaian penulisan ini.

10.Erwanti, Tiara, Adinda, Mauren, Nande, Vivin, Yunita, Isnan, Devit, Sindhu, Evi, Leonita, Aulia dan seluruh teman-teman angkatan 2010 yang telah memberikan semangat kepada penulis.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan keritik membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang banyak dan juga bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Denpasar, Februari 2015 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 2

1.3Tujuan Penelitian ... 2

1.4Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Diabetes Mellitus ... 3

2.1.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 3

2.2 Streptozotocin (STZ) ... 5

2.3 Buah Pare ... 9

2.4 N-heksana ... 10

2.5 Kerangka Konsep ... 11

2.6 Hipotesis Penelitian ... 14

BAB III MATERI DAN METODE ... 15

3.1 Bahan Penelitian ... 15

3.2 Alat Penelitian ... 15

3.3 Rancangan Penelitian ... 15

3.4 Variabel Penelitian ... 16

3.4.1 Variabel Bebas... 16

3.4.2 Variabel Tergantung ... 16

3.4.3 Variabel Kendali ... 16

3.5 Prosedur Peneliti ... 16

3.5.1 Pembuatan Ekstrak Buah Pare ... 16

3.5.2 Partisi N-heksana ... 17

3.5.3 Persiapan Hewan Coba ... 17


(10)

3.6 Analisis Data ... 19

3.7 Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 20

4.2 Pembahasan ... 22

4.3 Penguji Hipotesis ... 23

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Kelompok Tikus Perlakuan ... 18 Tabel 2. Kadar glukosa tikus putih jantan hari-0 sampai hari ke-21 ... 20


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Kerangka Konsep ... 13 Gambar 2. Grafik Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Hari ke-0 sampai Hari ke-21 ... 21


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Hasil Analisis Data ... 29 Lampiran 2. Uji Lanjutan Duncan Test ... 33


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Diabetik eksperimental adalah kondisi kadar glukosa darah tinggi akibat induksi obat-obatan yang dapat menghambat kerja hormon insulin. Kondisi diabetik eksperimental dapat dibuat dengan menyuntikkan obat-obatan seperti streptozotocin (STZ) dan aloksan. Mekanisme kerja yang ditimbulkan dari streptozotocin (STZ) bersifat toksik terhadap sel β pankreas, dan struktur streptozotocin (STZ) juga sangat mirip dengan molekul glukosa (Schnedl et al., 2004). Kondisi ini diharapkan mampu memicu kondisi diabetes mellitus (DM) yang umum terjadi.

Upaya dalam mengatasi berbagai komplikasi penyakit akibat diabetes mellitus telah dikembangkan pemakaian obat-obatan sintetis. Obat-obatan ini mempunyai efek samping yang tinggi. Untuk itu, telah dikembangkan penggunaan berbagai macam obat-obatan tradisional (herbal) yang relatif lebih aman untuk menurunkan gula darah (Agoes, 1991).

Salah satu jenis tanaman obat tradisional adalah buah pare (Momordica charantia). Penggunaan ekstrak etanol buah pare terbukti dapat menurunkan gula darah tikus (Suartha et al., 2013; Utami, 2014). Kandungan kimia buah pare yang berkhasiat dalam pengobatan adalah saponin, flavonoid, triterpenoid (Suartha et al., 2013) polifenon, alkaloid, momordisin, glikosida cucurbitacin, charantin (Dajiyuan, 2007), asam butirat, asam palmitat, asam linoleat, dan asam stearat. Dilaporkan juga flavonoid berfungsi sebagai antimikroba dan triterpenoid sebagai insektisida dan mempengaruhi sistem saraf (Subahar, 2004).

Pemurnian senyawa aktif dari ekstrak buah pare dapat dilakukan dengan partisi menggunakan larutan yang memiliki kepolaran yang berbeda. N-heksana merupakan larutan yang bersifat non polar yang digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang bersifat non


(15)

polar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan partisi n-heksana buah pare untuk menurunkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang menderita diabetik eksperimental.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana efektivitas partisi n-heksana ekstrak pare terhadap tikus putih jantan (Rattus norvegicus) diabetik eksperimental.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas partisi n-heksana ekstrak pare terhadap tikus putih jantan (Rattus norvegicus) diabetik eksperimental.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efektivitas partisi n-heksana ekstrak pare terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan diabetik eksperimental.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) adalah keadaan dimana kadar gula dalam darah meningkat dan di dalam urin/kencing ditemukan gula. Diabetes mellitus (DM) mendapat gelar “The silent killer” karena komplikasi yang dapat ditimbulkannya dan hingga kini masih belum tuntas penangannya. Komplikasi akut yang disebabkan oleh terganggunya proses metabolisme karbohidrat sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi atau sangat rendah dan dapat timbul koma diabetikum. Apabila tidak segera ditolong dapat menyebabkan kematian. Kompliksi kronis disebabkan timbulnya kerusakan pembuluh darah besar dan kecil pada organ tubuh, anafilaksis dan rontoknya bulu rambut (Dalimunthe, 2004). Disebut diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah lebih dari 200 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Diabetes mellitus atau disebut juga penyakit kencing manis merupakan keadaan patologis yang sering terjadi akibat defisiensi insulin.

2.1.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Secara umum diabetes mellitus dibagi menjadi 3 tipe, yaitu: 1. Diabetes Mellitus Tipe I

Diabetes mellitus tipe 1 disebut juga sebagai insulin dependent diabetes mellitus (IDDM). Pada tipe 1, tubuh penderita sama sekali tidak menghasilkan insulin karena pada jenis ini timbul reaksi autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta pankreas sehingga menyebabkan timbulnya antibodi terhadap sel β yang disebut dengan islet cell antibodi (ICA). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel β (Soegondo, 2006). Kerusakan sel beta


(17)

pankreas juga dapat disebabkan oleh virus tertentu atau toksin lingkungan yang memicu respon antibodi yang tidak normal dan juga merusak sel-sel pankreas (Mealey, 2006).

Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadinya ketosis apabila tidak dilakukan pengobatan, biasanya terjadi pada anak remaja dan kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa. Gangguan katabolisme yang disebabkan tidak adanya insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel β pankreas gagal merespon stimulus insulinogenik (Katzung, 2002).

2. Diabetes Mellitus Tipe II

Diabetes mellitus tipe II dikenal sebagai non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) (Brown, 2002). Pada tipe ini pankreas mempunyai beberapa sel β yang menyebabkan kadar insulin bervariasi, kadar ini cukup untuk memelihara homeostasis glukosa. Diabetes tipe II dihubungkan dengan resistensi organ target yang membatasi respon insulin endogen dan eksogen. Pada beberapa kasus disebabkan oleh penurunan jumlah atau mutasi reseptor insulin (Mycek et al., 2001). Dengan demikian keadaan ini sama dengan diabetes mellitus tipe I. Perbedaannya adalah diabetes mellitus tipe II disamping kadar glukosa tinggi, jumlah kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resisten insulin. Faktor-faktor yang menyebabkan resistensi insulin adalah obesitas, diet tinggi dan diet rendah karbohidrat, kurang gerak badan, dan faktor keturunan (Soegondo, 2006).

3. Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi pada saat kehamilan, artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa yang didapat selama kehamilan biasanya pada trismester dua atau tiga (Dharmayudha, 2011). Pada tipe ini berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal (di sekitar waktu melahirkan) dan sang ibu memiliki resiko


(18)

menderita penyakit diabetes mellitus yang lebih besar dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun setelah melahirkan (Woodley dan Wheland, 1995).

2.2 Streptozotocin (STZ)

Streptozotocin (STZ) adalah derivat N-mehyl-N-nitrosoureido D-glucosamine yang bersifat toksik terhadap sel β pankreas dan berfungsi untuk mensekresi insulin, sehingga banyak digunakan untuk menginduksi diabetes pada hewan-hewan percobaan (Pathak et al., 2008). Streptozotocin dapat digunakan untuk menginduksi DM tipe I dan tipe II yang diaplikasikan pada saat hewan percobaan masih pada tahap neonatal. Setelah bermur 8-10 minggu, tikus yang diinjeksi dengan streptozotocin pada saat neonatal tersebut akan menunjukkan gejala hiperglikemia ringan dan hilangnya sensitivitas sel β terhadap glukosa (Szkudelski, 2001). Mekanisme kerja yang diitimbulkan dari streptozotocin bersifat toksik terhadap sel β pankreas, struktur streptozotocin sangat mirip dengan molekul glukosa sehingga akan ditranspor ke dalam sel oleh glucose transporter 2 (GLUT2) (Schnedl et al.,1994). Sedangkan GLUT2 itu sendiri akan memperantarai sel β dalam mengambil glukosa dalam darah, sehingga streptozotocin akan ikut diambil melalui proses pengambilan glukosa tersebut (Szkudelski, 2001). Pada rodensia GLUT2 diekspresikan dalam sel β pankreas, ginjal dan hati, sehingga dengan menurunnya ekspresi dari GLUT2 ini akan mencegah aksi streptozotocin dalam menimbulkan diabetes. Berbeda dengan GLUT2, GLUT1 yang merupakan isoform dari GLUT2, mempunyai afinitas yang rendah bahkan tidak ada sama sekali terhadap streptozotocin (sebagai substansi pentranspor), sehingga GLUT1 yang banyak diekspresikan pada sel β pankreas manusia bersifat resisten terhadap sifat toksik yang ditimbulkan oleh streptozotocin (Thulesen et al., 1997).

Mekanisme intraseluler dari streptozotocin menimbulkan fragmentasi DNA pada sel β pankreas melalui pembentukan free alkylatig radicals yang akan menyebabkan turunnya


(19)

nukleotida seluler dan komponen-komponennya seperti NAD+ sehingga terjadi nekrosis sel β pankreas (Szkudelski, 2001). Dengan menggunakan terapi insulin, ekspresi GLUT2 dapat berkurang dan kebutuhan akan NAD+ juga akan menurun karena berkurangnya aktivitas sel β (Szkudelski 2001). Tingkat keparahan dan persistensi yang ditimbulkan oleh agen streptozotocin pada tikus (rodensia) sangat tergantung dari dosis dan jalur pemberiannya (Thulesen et al., 1997). Selain itu, strain dari tikus (hewan percobaan) juga mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap pemberian streptozotocin dalam dosis tertentu (Abeeleh et al., 2009). Menurut Szkudelski (2001), injeksi streptozotocin secara intravena dengan dosis 40-60 mg/kg berat badan, banyak digunakan untuk menginduksi diabetes mellitus tipe-1, selain itu dapat juga digunakan dosis yang sama atau bahkan lebih secara intraperitoneal untuk menginduksi diabetes tipe 2.

Pemberian streptozotocin dengan dosis kurang dari 40 mg/kg BB, tidak efektif untuk menginduksi diabetes. Berdasakan penelitian yang dilakukan oleh Thulesen (1997), dosis injeksi streptozotocin sebanyak 45 mg/kg BB, akan menyebabkan diabetes sementara atau singkat dan dapat kembali normal secara spontan, sedangkan dosis yang tinggi 60 mg/kg BB, akan menginduksi diabetes yang permanen pada hewan percobaan. Faktor lain yang mempengaruhi sensitivitas streptozotocin dalam menginduksi diabetes adalah strain dari tikus atau hewan percoban yang digunakan (Abeeleh et al., 2009). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abeeleh (2009), jenis tikus Sprague Dawley (SD) lebih peka terhadap injeksi streptozotocin secara intraperitoneal, dibandingkan dengan tikus jenis nude (nude rats) dan pada tikus Sprague Dawley (SD) menunjukkan konsentrasi glukosa yang tinggi pasca injeksi serta tingkat mortalitas yang tinggi dalam waktu yang singkat, sedangkan pada nude rats tidak menunjukkan peningkatan glukosa darah yang signifikan pasca injeksi streptozotocin dan membutuhkan dosis injeksi ulang untuk meningkatkan kadar glukosa darahnya jika gejala-gejala diabetes seperti: hiperglikemia, hipoinsulinemia polifagia, poliuria dan polidipsi


(20)

yang disertai dengan penurunan berat badan tampak dalam waktu 1 minggu hingga 10 hari, maka hal ini mengindikasikan kerusakan dari pulau langerhans pankreas yang bersifat irreversible.

Streptozotocin dapat merusak DNA sel-sel pulau pankreas dan menstimulasi sintesis poli nuklear (ADP-ribosa), NAD, dan NAP yang kemudian akan menghambat atau menghalangi sintesis proinsulin dan akhirnya menyebabkan diabetes. Streptozotocin juga dapat mengaktifkan jenis-jenis oksigen seperti superoksida, hydrogen peroksida, dan radikal bebas. Pemberian injeksi streptozotocin 100 mg/kg secara intraperitonial (IP) kepada penderita DM-2, dapat menyebabkan hiperglikemia. Namun pemberian streptozotocin pada dosis rendah, yaitu 40 mg/kg selama 5 hari mampu menyebabkan hiperglikemia yang signifikan pada mingu ke-1. Hewan-hewan mengalami diabetes pada minggu ke-2 dan tetap dalam keadaan diabetes sampai minggu ke-5. Menurut Zhang (2008), pemberian injeksi 2 kali dengan dosis 30 mg/kg dengan interval mingguan akan memberikan efek diabetes mellitus tipe 2. Injeksi dengan dosis 40 mg/kg menunjukkan hasil terinduksinya mencit diabetes melitus tipe 2, tetapi akan mengalami tipe 1 untuk beberapa minggu. Streptozotocin pada hewan coba dapat menginduksi perkembangan hiperglikemia yang lambat, kemudian diikuti dengan penyusupan lymphocytic pulau pankreas lalu menyebar ke seluruh duktus pankreas. Selanjutnya limfosit akan menghancurkan sel beta dalam islet pankreas dan akhirnya menyempurnakan terjadinya diabetes mellitus (Wilson et al., 1998).


(21)

Tanaman pare tergolong dalam bangsa Cucurbitaceae, jenis Momordica charantia L. Penyebarannya meliputi Indonesia, India dan Asia Teggara (Williams and Ng, 1971).

Berikut adalah klasifikasi dari buah pare : Ordo : Curcubitales Kelas : Magnoliophyta Famili : Cucurbitaceae Genus : Momordica

Spesies : Momordica charantia L.

Dalam buah pare yang berguna dalam penurunan gula darah adalah : karantin, momordisin dan polyeptide-P insulin (polipeptida yang mirip insulin) yang memiliki komponen yang menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua dan banyak dipakai) (Pratama, 2011). Kandungan kimia buah pare yang berkhasiat dalam pengobatan adalah : saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid, triterpenoid, momordisin, glikosida, cucurbitacin, charantin, asam butirat, asam palmitat, asam linoleat dan asam stearat. Flavonoid berfungsi sebagai antimikroba dan triterpenoid sebagai insektisida dan mempengaruhi sistem saraf (Subahar, 2004).

Pare (Momordica charantia) juga merupakan salah satu jenis bahan nabati yang potensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai tanaman pangan dan bahan obat tradisional (Siska, 2007). Fakta ini menjadi alasan mengapa obat tradisional menjadi pilihan favorit yang dapat dijadikan solusi alternatif untuk pengobatan karena harganya murah, mudah terjangkau dan relatif aman (Mambo, 2007).

2.4 N-heksana

N-heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14


(22)

karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran –ana berasal dari alkana yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air. N-heksana merupakan jenis pelarut non-polar (Kastianti dan Amalia, 2008).

N-heksana merupakan salah satu pelarut yang baik untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang bersifat non-polar karena memiliki beberapa keunggulan yang diantaranya adalah bersifat stabil, mudah menguap, selektif, serta menghasilkan jumlah kecil lilin, albumin dan zat warna (Guenther, 1987).

Adapun karakteristik dari n-heksana antara lain:

Nama lain : caproly hydride, hexyl hydride

Rumus molekul : C3(CH2)4CH3

Berat molekul : 86,17 kg/mol

Warna : berwarna

Titik leleh : -94C

Titik didih : 69 (P = 1 atm)

Densitas : 0,6548 gr/ml

Kelarutan dalam 100 bagian air : 0,014 (15C)

N-heksana juga dapat digunakan untuk mengekstrasi minyak nilam yang dapat digunakan sebagai minyak atsiri (Jos, 2004). Selain itu, n-heksana dapat digunakan sebagai solven untuk mengekstrasi karotenoid dari crude palm oil (CPO) (Firdiana et al., 2003). Solven campuran antara n-heksana dan benzene dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak dari kopra (Kustanti dan Anjianni, 2000). Sedangkan solven campuran antara n-heksana dan isopropanol dapat digunakan dalam penuruan kadar limbah sintetis asam fosfat dengan ekstraksi cair-cair (Mahmudi, 1997).


(23)

2.5Kerangka Konsep

Diabetik eksperimental adalah penambahan kadar glukosa darah akibat injeksi obat-obatan. Kondisi ini yang memicu kondisi diabetes mellitus (DM) sesungguhnya. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolisme yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia (peningkatan kadar glukosa darah). Peningkatan kadar glukosa darah bervariasi terutama setelah makan. Hal ini akibat dari tubuh tidak melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Suyono, 1996). Peningkatan kadar glukosa darah ini dikarenakan pemberian streptozotocin (STZ) yang merupakan derivat N-mehyl-N-nitrosoureido D-glucosamine yang bersifat toksik terhadap sel β pankreas dan berfungsi untuk mensekresi insulin. Pemindahan gugus metil dari STZ menyebabkan kerusakan DNA. Kerusakan DNA akibat STZ dapat mengaktivasi poly (ADP-ribose) polymerase (PARP) yang kemudian mengakibatkan penekanan NAD+ seluler, selanjutnya menimbulkan penurunan jumlah ATP, dan akhirnya terjadi nekrosis sel β pankreas.

Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern. Contoh tanaman yang digunakan sebagai tanaman obat adalah buah pare (Momordica charantia). Bagian tumbuhan ini yang digunakan adalah daging buah yang berpotensi dapat menurunkan kadar glukosa darah (Utami, 2004) karena mengandung saponin, flavonoid, triterfenoid (Suartha et al., 2013), polifenol (antioksidan kuat), serta glikosida cucurbitacin, momordicin dan charantin (Dajiyuan, 2007). Penggunaan ekstrak kasar (ekstrak etanol) telah terbukti menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetik eksperimental (Suartha et al., 2013).

Pemurnian kandung senyawa suatu bahan dapat dilakukan dengan partisi menggunakan pelarut dengan sifat kepolaran yang berbeda yaitu non polar, semi polar, dan polar. Salah satu larutan non polar yang umum digunakan adalah larutan n-heksana.


(24)

Diabetik Eksperimental

Injeksi Obat (STZ)

Memicu Kondisi DM

Obat Modern (Mahal, Efek samping)

Obat Tradisional (Aman, Murah)

Buah Pare (Isolasi Bahan Aktif)

Ekstrak Etanol (Kasar) Potensi Baik

Partisi dengan N-heksana

Partisi sebagai penurun kadar gula darah tikus diabetik eksperimental Gambar 1. Kerangka Konsep


(25)

2.6Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep diatas, dapat dirumuskan hipotesis bahwa partisi n-heksana buah pare berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan diabetik eksperimental.


(1)

yang disertai dengan penurunan berat badan tampak dalam waktu 1 minggu hingga 10 hari, maka hal ini mengindikasikan kerusakan dari pulau langerhans pankreas yang bersifat irreversible.

Streptozotocin dapat merusak DNA sel-sel pulau pankreas dan menstimulasi sintesis poli nuklear (ADP-ribosa), NAD, dan NAP yang kemudian akan menghambat atau menghalangi sintesis proinsulin dan akhirnya menyebabkan diabetes. Streptozotocin juga dapat mengaktifkan jenis-jenis oksigen seperti superoksida, hydrogen peroksida, dan radikal bebas. Pemberian injeksi streptozotocin 100 mg/kg secara intraperitonial (IP) kepada penderita DM-2, dapat menyebabkan hiperglikemia. Namun pemberian streptozotocin pada dosis rendah, yaitu 40 mg/kg selama 5 hari mampu menyebabkan hiperglikemia yang signifikan pada mingu ke-1. Hewan-hewan mengalami diabetes pada minggu ke-2 dan tetap dalam keadaan diabetes sampai minggu ke-5. Menurut Zhang (2008), pemberian injeksi 2 kali dengan dosis 30 mg/kg dengan interval mingguan akan memberikan efek diabetes mellitus tipe 2. Injeksi dengan dosis 40 mg/kg menunjukkan hasil terinduksinya mencit diabetes melitus tipe 2, tetapi akan mengalami tipe 1 untuk beberapa minggu. Streptozotocin pada hewan coba dapat menginduksi perkembangan hiperglikemia yang lambat, kemudian diikuti dengan penyusupan lymphocytic pulau pankreas lalu menyebar ke seluruh duktus pankreas. Selanjutnya limfosit akan menghancurkan sel beta dalam islet pankreas dan akhirnya menyempurnakan terjadinya diabetes mellitus (Wilson et al., 1998).


(2)

Tanaman pare tergolong dalam bangsa Cucurbitaceae, jenis Momordica charantia L. Penyebarannya meliputi Indonesia, India dan Asia Teggara (Williams and Ng, 1971).

Berikut adalah klasifikasi dari buah pare : Ordo : Curcubitales Kelas : Magnoliophyta Famili : Cucurbitaceae Genus : Momordica

Spesies : Momordica charantia L.

Dalam buah pare yang berguna dalam penurunan gula darah adalah : karantin, momordisin dan polyeptide-P insulin (polipeptida yang mirip insulin) yang memiliki komponen yang menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua dan banyak dipakai) (Pratama, 2011). Kandungan kimia buah pare yang berkhasiat dalam pengobatan adalah : saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid, triterpenoid, momordisin, glikosida, cucurbitacin, charantin, asam butirat, asam palmitat, asam linoleat dan asam stearat. Flavonoid berfungsi sebagai antimikroba dan triterpenoid sebagai insektisida dan mempengaruhi sistem saraf (Subahar, 2004).

Pare (Momordica charantia) juga merupakan salah satu jenis bahan nabati yang potensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai tanaman pangan dan bahan obat tradisional (Siska, 2007). Fakta ini menjadi alasan mengapa obat tradisional menjadi pilihan favorit yang dapat dijadikan solusi alternatif untuk pengobatan karena harganya murah, mudah terjangkau dan relatif aman (Mambo, 2007).

2.4 N-heksana

N-heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus C3(CH2)4CH3). Awalan heks- merujuk pada enam


(3)

karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran –ana berasal dari alkana yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air. N-heksana merupakan jenis pelarut non-polar (Kastianti dan Amalia, 2008).

N-heksana merupakan salah satu pelarut yang baik untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang bersifat non-polar karena memiliki beberapa keunggulan yang diantaranya adalah bersifat stabil, mudah menguap, selektif, serta menghasilkan jumlah kecil lilin, albumin dan zat warna (Guenther, 1987).

Adapun karakteristik dari n-heksana antara lain:

Nama lain : caproly hydride, hexyl hydride

Rumus molekul : C3(CH2)4CH3

Berat molekul : 86,17 kg/mol

Warna : berwarna

Titik leleh : -94C

Titik didih : 69 (P = 1 atm)

Densitas : 0,6548 gr/ml

Kelarutan dalam 100 bagian air : 0,014 (15C)

N-heksana juga dapat digunakan untuk mengekstrasi minyak nilam yang dapat digunakan sebagai minyak atsiri (Jos, 2004). Selain itu, n-heksana dapat digunakan sebagai solven untuk mengekstrasi karotenoid dari crude palm oil (CPO) (Firdiana et al., 2003). Solven campuran antara n-heksana dan benzene dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak dari kopra (Kustanti dan Anjianni, 2000). Sedangkan solven campuran antara n-heksana dan isopropanol dapat digunakan dalam penuruan kadar limbah sintetis asam fosfat dengan ekstraksi cair-cair (Mahmudi, 1997).


(4)

2.5Kerangka Konsep

Diabetik eksperimental adalah penambahan kadar glukosa darah akibat injeksi obat-obatan. Kondisi ini yang memicu kondisi diabetes mellitus (DM) sesungguhnya. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolisme yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia (peningkatan kadar glukosa darah). Peningkatan kadar glukosa darah bervariasi terutama setelah makan. Hal ini akibat dari tubuh tidak melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Suyono, 1996). Peningkatan kadar glukosa darah ini dikarenakan pemberian streptozotocin (STZ) yang merupakan derivat N-mehyl-N-nitrosoureido D-glucosamine yang

bersifat toksik terhadap sel β pankreas dan berfungsi untuk mensekresi insulin. Pemindahan gugus metil dari STZ menyebabkan kerusakan DNA. Kerusakan DNA akibat STZ dapat mengaktivasi poly (ADP-ribose) polymerase (PARP) yang kemudian mengakibatkan penekanan NAD+ seluler, selanjutnya menimbulkan penurunan jumlah ATP, dan akhirnya terjadi nekrosis sel β pankreas.

Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern. Contoh tanaman yang digunakan sebagai tanaman obat adalah buah pare (Momordica charantia). Bagian tumbuhan ini yang digunakan adalah daging buah yang berpotensi dapat menurunkan kadar glukosa darah (Utami, 2004) karena mengandung saponin, flavonoid, triterfenoid (Suartha et al., 2013), polifenol (antioksidan kuat), serta glikosida cucurbitacin, momordicin dan charantin (Dajiyuan, 2007). Penggunaan ekstrak kasar (ekstrak etanol) telah terbukti menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetik eksperimental (Suartha et al., 2013).

Pemurnian kandung senyawa suatu bahan dapat dilakukan dengan partisi menggunakan pelarut dengan sifat kepolaran yang berbeda yaitu non polar, semi polar, dan polar. Salah satu larutan non polar yang umum digunakan adalah larutan n-heksana.


(5)

Diabetik Eksperimental

Injeksi Obat (STZ)

Memicu Kondisi DM

Obat Modern (Mahal, Efek samping)

Obat Tradisional (Aman, Murah)

Buah Pare (Isolasi Bahan Aktif)

Ekstrak Etanol (Kasar) Potensi Baik

Partisi dengan N-heksana

Partisi sebagai penurun kadar gula darah tikus diabetik eksperimental Gambar 1. Kerangka Konsep


(6)

2.6Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep diatas, dapat dirumuskan hipotesis bahwa partisi n-heksana buah pare berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan diabetik eksperimental.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN DEKOK BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus)

0 4 1

PENGARUH BERBAGAI DOSIS FILTRAT PARE (Momordica charantia L) TERHADAP KADAR GLUKOSA URIN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) HIPERGLIKEMIA

0 25 1

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia Lynn) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS WISTAR JANTAN DIABETIK YANG DIINDUKSI ALOKSAN

0 4 15

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Buah Pare (Momordica charantia L.)Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Alok

0 0 11

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.)TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Buah Pare (Momordica charantia L.)Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi AloksaN

0 1 15

Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia L.) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Tikus Jantan Wistar yang Diinduksi Aloksan.

0 9 20

Efektivitas Partisi Air Buah Pare (Momordicia charantia) Terhadap Penurunan Gula Darah Diabetik Eksperimental Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus).

0 0 19

EFEKTIFITAS FRAKSI KROMOTOGRAFI EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) KONDISI DIABETES MELLITUS.

0 0 13

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA MENCIT PUTIH JANTAN

1 1 7

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN PARE (Momordica charantia) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR

0 0 20