Hasil Analisis Angket Pemahaman Verba Jita Berpasangan Bagi Mahasiswa Sastra Jepang Unpad.

(1)

HASIL ANALISIS ANGKET PEMAHAMAN VERBA JITA BERPASANGAN BAGI MAHASISWA SASTRA JEPANG UNPAD

(*Puspa Mirani Kadir) 1. LATAR BELAKANG

Verba merupakan unsur terpenting dalam kalimat karena dalam banyak hal verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lain yang boleh ada atau harus ada dalam kalimat itu. Verba dapat ditentukan berdasarkan tiga kriteria. Ketiga kriteria itu adalah ciri morfologis, perilaku sintaksis, dan perilaku semantis.

Verba bahasa Jepang memiliki ciri morfologis salah satu diantaranya terdapat pada verba transitif dan verba intransitif. Tidak hanya bagi pembelajar bahasa Jepang di Indonesia saja, bahkan diseluruh dunia pembelajar perlu kecermatan dalam mempelajari verba berpasangan ini. Hal ini terlihat dari ranking tertinggi yang banyak diakses Minna no Kyouzai Saito sebagai media pengajaran bahasa Jepang diseluruh dunia, khususnya yang berkaitan erat dengan Verba Jidoushi-Tadoushi (disingkat Jita) yang berpasangan.

Kendala yang paling utama bagi pembelajar adalah adanya kemiripan dalam morfologis kategori verba yang dapat dilekati sufiks pada verba Jita, diantaranya ~aru, ~eru, , ~u, ~osu, ~ asu, dan ~su, misalnya atsumaru ‘berkumpul’ ; atsumeru ‘mengumpulkan’; ugoku ‘bergerak’ dan

ugokasu ‘menggerakkan’. Hal lain dari verba Jita berpasangan dapat dilihat dari kategori sintaksis dengan melihat jumlah argumen yang mengikutinya. Pembagian dengan cara ini akan terlihat berapa argumen yang dimiliki verba Jita berpasangan tersebut. Sehingga dalam kalimat bahasa Jepang yang memiliki unsur verba (V) sudah pasti harus harus memiliki berkonstituen (argumen) dan pada umumnya ko-konstituen itu adalah nomina (N). Cara membedakan verba Jita

berpasangan ini ditandai dengan melihat partikel yang digunakan dalam kalimat yang disebut dengan penanda kasus atau Joshi. Umumnya Verba transitif memerlukan objek atau ‘peran sasaran’ yang diikuti partikel ~(o), sedangkan untuk verba intransitif pada nomina tersebut diikuti oleh partikel ~(ga) sebagai ‘peran pengalam’.

Dari penjelasan di atas, baik itu dari ciri morfologis dan perilaku sintaksis, verba Jita

berpasangan disamping memiliki makna inheren, makna yang diemban dalam kategori verba dapat pula gramatikal, karena ada afiksasi dan morfem terikat. Bentukan ~ ~ ~ ~’suberaseru’

‘menjadi tergelincir’ adalah perbuatan yang tidak disengaja ~ ~ ’ kashitsu’; ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~’oreteshimatta’ adalah verba yang bermakna ‘sampai patah’.

Ketiga kriteria di atas dijadikan bahan untuk pembuatan angket berupa soal yang ditujukan kepada pembelajar bahasa Jepang dilingkungan Sastra Jepang, Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Pembuatan angket inipun didasari pada hasil penelitian yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

Dalam penelitian terdahulu mengenai ‘Kesalahan penggunaan verba berpasangan Jita

dalam kalimat bahasa Jepang’ khususnya pada mahasiswa Semester 6 sebanyak 83 orang pada awal Maret 2009 ini, memperlihatkan hasil analisis yang perlu dikaji lebih dalam lagi, seperti pada paparan berikut ini,


(2)

No SOAL PILIHAN BERGANDA Frekuensi dan Presentase Jawaban yang benar

Keterangan 1. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~(~~~~~~~~~~~~~)~ 18(21,7%) Verba Intransitif Bhs JepangVerba Transitif dalam Bhs Indonesia

2. つつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつ

つつつつつつつつつつつつつつつつつ;-つつつつつつつつつ

50(60,2%) Verba Intransitif Bahasa Jepang Verba Intransitif dalam Bahasa Indonesia 3. つつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつ

つつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつ

61(73,5%) Pemahaman terhadap verba transitif Bahasa Jepang berakhiran ‘つeru’ cukup tinggi 4. つつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつ

つつつつつつつつつつつつつつつつつつつつ

49(59,0%) Hasil analisis pada soal 4 ini berbeda dengan hasil soal no 3 dalam pemahaman verba berakhiran ‘つeru’

5. つつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつ

つつつつつつつつつつつつつつつつつつつつ

43(51,8%) Demikian pula pada soal 5 ini berbeda dengan hasil soal no 3 Dari contoh 5 soal di atas yang disertai dengan keterangan singkat ini, memperlihatkan hasil analisis data yang belum dapat difahami secara benar. Hal ini dapat dilihat pada pesentase jawaban yang benar pada soal 1 (21,7%) dan pada soal 2(60,2%) sedangkan bentuk soal itu sama yakni mengenai verba intransitif Bahasa Jepang namun memperoleh hasil berbeda. Demikian pula pada soal 3 yang memperoleh presentase jawaban tertinggi (73,5%) yakni yang berkaitan dengan pemahaman verba transitif bahasa Jepang ‘つeru’ , berbeda hasilnya dengan presentase jawaban soal 4(59,0%) dan soal 5(51,8%) yang memiliki bentuk soal yang sama. Dengan demikian permasalahan-permasalahan tersebut harus dapat dijadikan bahan untuk penelitian lanjutan sehingga hal-hal yang belum terjawab itu dapat dijelaskan secara lebih terperinci.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kemampuan mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Unpad dalam memahami Verba Jita berpasangan baik dalam bentuk morfologis maupun dalam struktur sintaksis ? 2. Bagaimana gambaran kemahiran mahasiswa tersebut dalam memaknai struktur sintaksis yang menggunakan partikel sebagai penanda kasus ataupun kemahiran siswa dalam memaknai kategori verba dari segi gramatikalnya?

2. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini bertujuan sebagai berikut :


(3)

a. Mengkaji kemampuan mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Unpad dalam memahami verba

Jita berpasangan

b. Mendeskripsikan gambaran kemahiran mahasiswa tersebut dalam memaknai struktur sintaksis yang menggunakan partikel sebagai penanda kasus ataupun kemahiran siswa dalam memaknai kategori verba dari segi gramatikalnya.

3. KONTRIBUSI PENELITIAN

Secara praktis dan institusional, penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang sangat berharga baik itu untuk siswa dalam perbaikan cara belajar bahasa Jepang pada umumnya, maupun untuk pengajar dalam peningkatan efektivitas pengajarannya. Dengan demikian, kemampuan mahasiswa dapat lebih dioptimalkan.

Di dalam pengajaran Tata bahasa ‘Bunpo’ dalam Bahasa Jepang, untuk pemahaman verba

Jita berpasangan, pengajar agak sulit mengevaluasi pemahaman dalam struktur kalimat, baik itu level dasar, level menengah maupun level atas. Di dalam Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (UKBJ) pun tidak ada tes khusus untuk pemahaman struktur kalimat ini secara mendetail . Dalam penelitian ini sedikitnya dapat membantu pengajar Tata Bahasa untuk memperoleh data siswa dalam segi pemahamannya, sehingga pengajar dapat lebih mengoptimalkan dalam pengajaran sehingga pemahaman siswa terhadap verba Jita yang berpasangan ini pun menjadi lebih meningkat.

4. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif (sinkronis). Dalam kaitan ini , Hasil penilaian pemahaman siswa semester V dibandingkan dengan pemahaman siswa semester VII dan penganalisisan data tidak bersifat menilai ( evaluatif).

Pengumpulan data dilakukan melalui evaluasi hasil angket jawaban siswa semester 5 yang diperbandingkan dengan hasil angket siswa semester 7. Jumlah siswa semester 5 sebanyak 50 orang dan siswa semester 7 sebanyak 64 orang yang dilaksanakan pada tanggal 19-20 September 2009, akan disertakan pula dengan angket yang sudah dikeluarkan pada tanggal yang sama.

Analisis data dilaksanakan secara kualitatif dan kuantitatif, dengan menghitung frekuensi dan membuat tabulasi silang.

5. HASIL PEMBAHASAN


(4)

Dalam menganalisis angket pemahaman siswa terhadap verba Jita berpasangan ini, terbagi ke dalam dua kelompok soal verba. Soal pertama berkaitan erat dengan morfologi kategori verba, dan soal kedua berkaitan dengan perilaku sintaksis dan perilaku semantis.

Dalam memudahkan menganalisis soal pertama, yakni dari 50 soal ini dapat dikelompokkan berdasarkan kategori verba yang dilekati sufiks つaru, つeru, , つu, つosu, つasu, dan つ

su. Teori mengenai verba Jita berpasangan ini digunakan teori dari Sakuma (1936:137), yang diperbaharui oleh Ootsuki (2007:117) seperti yang tergambar dalam diagram berikut ini,

Secara praktis 50 soal kelompok pertama ini terbagi kedalam 7 kelompok yakni : Kelompok I : perubahan bentuk transitifintransitif; Dari bentuk つつつeru Kelompok II: perubahan bentuk transitifintransitif; Dari bentuk つsuつreru

Kelompok III: perubahan bentuk transitifintransitif; Dari bentuk つsuつru

Kelompok IV: perubahan bentuk transitifintransitif; Dari bentuk つuつreru

Kelompok V : perubahan bentuk intransitiftransitif; Dari bentuk つaruつeru

Kelompok VI: perubahan bentuk intransitiftransitif; Dari bentuk つuつeru Kelompok VII : perubahan bentuk intransitiftransitif; Dari bentuk つuつosu Kelompok I : perubahan bentuk transitifintransitif; Dari bentuk つつつeru

Contoh untuk perubahan bentuk ini misalnya pada kata yaku ‘membakar’  yakeru

‘terbakar’;Kiru ‘memotong’ Kireru ‘terpotong’ dan lain-lain. Dari tabel kelompok I ini dapat terlihat bahwa faktor kesalahan siswa dalam menjawab sangat besar terutama pada soal no (1)

yaku (つ)つyang menjawab benar hanya 28,9%; pada soal no (15) hodoku (つ) yang menjawab benarpun hanya 21,9%. Faktor kesalahan siswa yang cukup besar ini, adanya kecenderungan siswa yang menyamakan verba yang bersufiks /つu/ adalah verba intransitif. Verba intransitif yang sudah sering siswa pelajari misalnya: tsuku ‘terkena’; hataraku ‘bekerja’; tatsu ‘berdiri’; atau narabu ‘berderet’. Namun untuk jawaban pada soal no (7) kecenderungan siswa menjawab benar mencapai 61,4%. Hal ini dimungkinkan dikarenakan verba ini sering muncul pada pelajaran di kelas.

Tabel.1. Dari bentuk [つつつeru]

No Soal Perubahan Bentuk つつつつ

transitifintransitif

Presentase Jawaban Mahasiswa (%)

Smtr V SmtrVII total

1. つ つつつeru 32 % 26,6 % 28,9 %

~i~ ~osu

~aru ~u ~asu ~su ~eru


(5)

つつ(つ)

7. つ

つつ(つ) つつつreru 68 % 56,3 % 61,4 %

10. つ

つつつ(つ) つつつreru 22 % 43,8 % 34,2 %

11. つ

つつつ(つ) つつつreru 44 % 46,9 % 45,6 %

15. つつ

つつ(つ) つつつeru 18 % 25 % 21,9 %

Kelompok II: perubahan bentuk transitifintransitif; Dari bentuk つsuつreru

Contoh yang paling banyak digunakan dalam buku pegangan siswa adalah kata yogosu ‘kotor’

yogoreru ‘kotor’; kowasu ‘merusakkan’kowareru ‘rusak’, sehingga jawaban siswa yang benar mencapai persentase 41,2 % dan 42,1 % sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan verba yang belum siswa kenal dengan baik. Misal untuk kata kakusu ‘menyembunyikan’ persentase kebenaran jawaban siswa hanya 28,9%.

Tabel.2. Dari bentuk sureru

No Soal Perubahan Bentuk

つつつつ transitifintransitif

Presentase Jawaban Mahasiswa (%) Smtr V SmtrVII total

5. つつ

つつつつつ つsuつreru 36 % 23,4 % 28,9 %

28.

つつつつ(つ) つsuつreru 32 % 48,4 % 41,2 %

37. つつ

つつ(つ) つsuつreru 52 % 34,4 % 42,1 %

49. つつ

つつつ(つ) つsuつreru 26 % 35,9 % 31,6 %

Kelompok III: perubahan bentuk transitifintransitif; Dari bentuk つsuつru

Pada tabel.3. di bawah ini memberikan gambaran kemampuan jawaban yang benar bagi siswa semester V presentasenya lebih tinggi dibandingkan jawaban yang benar bagi siswa semester VII. Penyebab yang utama adalah kemungkinan siswa semester VII melupakan aturan perubahan kategori verba tersebut. Patut difahami pula pada verba transitif fuyasu ‘menambahkan’, serta verba intransitifnya adalah fueru ‘bertambah’ , bagi siswa semester VII presentasenya lebih tinggi. Hal ini ada kecenderungan perbendahaaran kata yang dimiliki siswa semester 7 sudah bertambah, akan tetapi melupakan aturan dasar yang sudah dipelajari di semester sebelumnya.

Tabel.3. [Dari bentuk suru]

No Soal Perubahan Bentuk

つつつつ

transitifintransitif

Presentase Jawaban Mahasiswa (%) Smtr V SmtrVII total


(6)

12. つ

つつつ(つ) つsuつru 42 % 54,7 % 49,1 %

24. つ

つつつつつ つsuつru 60 % 64,1 % 62,3 %

44. つつ

つつつつつ つsuつru 64 % 59,4 % 61,4 %

47. つつ

つつ(つ) つsuつru 60 % 64,1 % 62,3 %

Kelompok IV: perubahan bentuk transitifintransitif; Dari bentuk つuつreru/つiru/つaru

Pemahaman siswa semester V dan semester VII terhadap kategori verba kelompok IV ini, pada soal (11),dan (20) presentase jawaban yang benar mencapai 52,6% dan 70,2%. Bahkan pada kategori verba ini jawaban benar siswa semester VII lebih tinggi dibandingkan dengan semester V. Hal ini ada kecenderungan siswa semester VII sudah kerap menggunakan verba-verba tersebut. Namun bila melihat soal (46) presentase kebenaran jawaban siswa semester V dan VII sangat rendah yakni hanya mencapai 28,9 %. Hal ini kemungkinan jarang menemukan verba Jita

berpasangan yang bersufiks [つmu][ つaru].

Tabel.4.[ Dari bentuk ureru/iru/aru]

No Soal Perubahan Bentuk

つつつつ transitifintransitif

Presentase Jawaban Mahasiswa (%) Smtr V SmtrVII total

11. つ

つつつつ(つ) つuつreru 52 % 53,1 % 52,6 %

13. つ

つつつつつつ つuつreru 44 % 46,9 % 45,6 %

20. つ

つつつ(つ) つuつiru 70 % 70,3 % 70,2 %

46. つつ

つつ(つ) つuつaru 22 % 34,4 % 28,9 %

Kelompok V : perubahan bentuk intransitiftransitif; Dari bentuk つaruつeru

Jawaban benar siswa semester V dan semester VII pada kelompok ini mencapai presentase yang cukup tinggi berada diantara 70- 72 %. Namun hanya pada no (31) yakni verba intransitif

kuwawaru’bertambah’ dan verba transitif kuwaeru ‘menambahkan’ hanya mencapai 64%. Hal ini dikarenakan kurang banyak diberikan pada pelajaran di kelas. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya meskipun kategori verba ini sudah diberikan pada pelajaran ‘Bunpo’ di semester III-IV, namun siswa semester VII sangat kurang berlatih sehingga kecenderungan untuk lupa semakin besar.


(7)

No Soal Perubahan Bentuk つつつつつつ

intransitiftransitif

Presentase Jawaban Mahasiswa (%)

Smtr V SmtrVII total

3. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 94 % 71,9 % 81,6 %

4. つ

つつつ(つ) つaruつeru 82 % 56,3 % 67,5 %

6. つ

つつつ(つ) つaruつeru 72 % 70,3 % 71,1 %

8. つ

つつつ(つ) つaruつeru 82 % 67,2 % 73,7 %

9. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 86 % 65,6 % 74,6 %

16.

つつつつ(つ) つaruつeru 74 % 62,5 % 67,5 %

18. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 76 % 65,6 % 70,2 %

19. つ

つつつ(つ) つaruつeru 76 % 57,8 % 65,8 %

23. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 80 % 67,2 % 72,8 %

27. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 84 % 65,6 % 73,7 %

31. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 70 % 59,4 % 64 %

33. つ

つつつ(つ) つaruつeru 84 % 70,3 % 76,3 %

36. つ

つつつつ(つ) つaruつeru 74 % 57,8 % 64,9 %

40. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 88 % 64,1 % 74,6 %

41.

つつつつ(つ) つaruつeru 70 % 64,1 % 66,7 %

No Soal Perubahan Bentuk

つつつつつつ

intransitiftransitif

Presentase Jawaban Mahasiswa (%)

Smtr V Smtr VII T o t a l

42. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 82 % 70,3 % 75,4 %

43. つ

つつつつつつ つaruつeru 76 % 75 % 75,4 %

48. つつつ

つつつ(つ) つaruつeru 82 % 76,6 % 78,9 %

50. つ

つつつ(つ) つaruつeru 78 % 65, 6 % 71,1 %

Kelompok VI : perubahan bentuk intransitiftransitif; Dari bentuk つuつeru

Tabel.5.yang memunculkan hasil presentase jawaban siswa yang benar tidak begitu berbeda dengan presentase jawaban siswa pada tabel.4. yakni rata-rata mencapai angka 74,2 %. Demikian


(8)

pula hasil jawaban siswa semester V jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jawaban siswa semester VII. Katagori verba pada soal (22) dan soal (34) yakni verba intransitif katazuku

‘teratur’ dan pada verba transitif todokeru ‘mengantarkan’ masing-masing sama hanya mencapai presentase 67,5%.

Tabel.6.[ Dari bentuk aruつeru]

No Soal Perubahan Bentuk

つつつつつつ

intransitiftransitif

Presentase Jawaban Mahasiswa (%) Smtr V SmtrVII Total

2. つつ

つつつ(つ) つuつeru 94 % 65,6 % 78,1 %

22.

つつつ”つ(つ) つuつeru 72 % 64,1 % 67,5 %

30.

つつ”つつ(つ) つuつeru 88 % 71,9 % 78,9 %

34.

つつつつ(つ) つuつeru 76 % 60,9 % 67,5 %

35. つ

つつ(つ) つuつeru 74 % 75 % 74,6 %

38. つつ

つつつ(つ) つuつeru 68 % 68,8 % 68,4 %

32. つ

つつつ(つ) つuつeru 84 % 81,3 % 82,5 %

33. つ

つつつつつ つuつeru 84 % 70,3 % 76,3 %

Kelompok VII : perubahan bentuk intransitiftransitif; Dari bentuk つuつosu

Tabel.7. ini memperlihatkan presentase jawaban yang benar siswa yang hasilnya sangat berbeda. Verba intransitif okiru ‘bangun’ dan verba transitif pada soal (29) okosu ‘membangunkan’ sebagai jawaban yang benar hanya mencapai 50,9%. Hasil ini dapat dianggap kecil bila dibandingkan dengan soal no (39) kawaku ‘kering’ yang mencapai 73,7%. Jadi pada kategori verba ini siswa lebih mudah mengingat bentuk verba intransitif dibandingkan dengan verba transitifnya.

Tabel.7.[ Dari bentuk uosu]

No Soal Perubahan Bentuk

つつつつつつ

intransitiftransitif

Presentase Jawaban Mahasiswa (%) Smtr V SmtrVII total

29. つ

つつつ(つ) つuつosu 68 % 37,5 % 50,9 %

39. つつ


(9)

5.2. Analisis Pemahaman Siswa terhadap Perilaku Sintaksis Verba Jita Berpasangan

Pada kajian Perilaku sintaksis ini, dari 23 soal berupa kalimat yang menggunakan verba

Jita berpasangan dicoba dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yang berdasarkan pada argumen yang memiliki atau tidaknya pemarkah kasus yang ditandai dengan joshi baik つ(o) maupunつつ(ga); selain itu adanya makna gramatikal pada kategori verba yang melekati morfem terikat diakhir verba ‘houjodoushi’; Makna inheren kategori verba yang bermakna ‘ketidak-sengajaan’.

Berdasarkan kepada ketentuan-ketentuan di atas, dari soal-soal kalimat yang menggunakan verba Jita berpasangan ini, dibagi kedalam lima kelompok besar yakni,

 Adanya penggunaan pemarkah kasus ‘Joshi’: Presentase jawaban yang benar pada kategori verba ini rata-rata mencapai 65,7%

 Adanya ‘joshi’ dan morfem terikat つつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつ: Presentase pada jawaban yang benar rata-rata mencapai 61%

 Tidak ada ‘joshi’ dan morfem terikat : Presentase jawaban yang benar mencapai 62,5%

 Adanya makna inheren kategori verba bermakna ‘kesalahan yang tidak disengaja’: Presentase jawaban yang benar hanya mencapai 41,25%

 Adanya pengaruh bahasa Ibu (Bahasa Ind): presentase jawaban yang benar mencapai 61%. Jadi hasil analisis jawaban siswa dari beberapa struktur kalimat yang menggunakan verba Jita

berpasangan ini masih perlu dioptimalkan dalam latihan terutama pada makna inheren kategori verba bermakna ‘kesalahan yang tidak sengaja’ karena sedikitnya berkaitan erat kaitannya dengan budaya masyarakat Jepang dalam kesehariannya.


(10)

KALIMAT YANG MENGGUNAKAN VERBA BERPASANGAN JITA

Penekanan Bentuk kalimat

pada:

Presentase Jawaban Mahasiswa NO

Smt lima Smt Tujuh TOTAL

1. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 78 % 66 % 72 %

2. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 74 % 68 % 71 %

3. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 66 % 52 % 59 %

4. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 58 % 60 % 59 %

5. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 60 % 54 % 57 %

6. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~ 88 % 86 % 87 %

7. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~ 78 % 40 % 59 %

8. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~ 52 % 72 % 62 %

9. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~ 60 % 58 % 59 %

10. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~ 44 % 36 % 40 %

11. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~ 52 % 66 % 59 %

12. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~ 72 % 70 % 71 %

13. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~ 60 % 50 % 55 %

14. A~~~~~~~~~~~~~~~~~~

B~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~ 48 % 64 % 56 %

15. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~ 74 % 62 % 68 %

16. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~ 70 % 62 % 66 %

17. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~... ~~ 38 % 28 % 33 %

18. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 48 % 56 % 52 %

19. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 40 % 34 % 37 %

20. A~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

B~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 54 % 32 % 43 %

21. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~ 80 % 74 % 77 %

22. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~ 36 % 36 % 36 %

23. A~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


(11)

6. KESIMPULAN

Pemahaman siswa pada morfologi kategori verba Jita berpasangan masih perlu dioptimalkan dengan banyak berlatih terutama pemahaman kaidah yang menjadi ciri spesifik baik itu verba transitif-maupun verba intransitif. Selain itu banyak latihan pada struktur kalimat yang menggunakan ‘joshi’atau tanpa ‘joshi’ sebagai pemarkah kasus, dan mengoptimalkan pemahaman makna yang dimiliki pada kategori gramatikal.

Perlu adanya peninjauan kurikulum yang efektif dan terpadu secara berkala, sehingga penurunan kemampuan siswa di semester VII dapat diatasi secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

-~~~~~~~~~~~~~~2001~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~」『 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

-~~~~~~~~ 1987~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~ ~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~~

-~~~~~~ 1999~~~~~~~~ II~~~~~~ ~~~~~~~~~~~~

-~~~~~ 1998~~~~~~~~~ II~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~~~ -~~~~~~ 2007「~~~~-~~~~~~~~~~~~80」~~~~~~~~

-~~~~~~~~ 2001~~~~~~~~~~~

-~~~~~~ 2004~~~~~~~~~~~~~~~ 20~~~~~~~~~~~ -~~~~~~ 1991~~~~~~~~-~~~~-III~~~~

-~~~~~~ 2004~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~(*) CURRICULUM VITAE

1. Nama Lengkap Puspa Mirani Kadir,Dra.,M.A.

2. Tempat Tanggal Lahir Bandung, 21 Agustus 1961

3. Alamat Rumah Komplek Cipadung Permai, Jl.Permai II/No 42

4. Nomor Telepon 0227802501

5. Nomor HP 081931337735

6. Alamat Kantor Jl. Bandung –Sumedang km.21 Jatinangor Sumedang

7. Nomor Telepon/Faks 022- 7796388

8. Alamat e-mail puspamiranik@yahoo.co.jp

9. Mata Kuliah yang diampu Dokkai I (reading)(S1-Semester V-VI)

Hyougen I (grammar)(S1-Semester III-IV)

Nihongo Kiso(elemantary grammar) (S1-Semester III-III-IV)


(12)

 RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Program S1 S2 S3

2. Nama PT UNPAD Universitas Kurume

Jepang

Universitas Padjadjaran

3. Bidang Ilmu Bahasa Jepang Bahasa (Linguistik) Bahasa (Linguistik)

4. Tahun Masuk 1980 1995 2008

5. Tahun Lulus 1985 1997 Masih penelitian

6. Judul Skripsi/

Tesis/Disertasi Pemakaian kata ‘koto’ sebagai kata akhir dalam kalimat bahasa Jepang

Kontrastivitas verba transitif-intrasitif Bahasa Jepang dan Indonesia


(1)

No Soal Perubahan Bentuk つつつつつつ

intransitiftransitif

Presentase Jawaban Mahasiswa (%)

Smtr V SmtrつVII total

3. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 94 % 71,9 % 81,6 %

4. つ

つつつ(つ) つaruつeru 82 % 56,3 % 67,5 %

6. つ

つつつ(つ) つaruつeru 72 % 70,3 % 71,1 %

8. つ

つつつ(つ) つaruつeru 82 % 67,2 % 73,7 %

9. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 86 % 65,6 % 74,6 %

16.

つつつつ(つ) つaruつeru 74 % 62,5 % 67,5 %

18. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 76 % 65,6 % 70,2 %

19. つ

つつつ(つ) つaruつeru 76 % 57,8 % 65,8 %

23. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 80 % 67,2 % 72,8 %

27. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 84 % 65,6 % 73,7 %

31. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 70 % 59,4 % 64 %

33. つ

つつつ(つ) つaruつeru 84 % 70,3 % 76,3 %

36. つ

つつつつ(つ) つaruつeru 74 % 57,8 % 64,9 %

40. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 88 % 64,1 % 74,6 %

41.

つつつつ(つ) つaruつeru 70 % 64,1 % 66,7 %

No Soal Perubahan Bentuk

つつつつつつ

intransitiftransitif

Presentase Jawaban Mahasiswa (%)

Smtr V Smtr VII T o t a l

42. つつ

つつつ(つ) つaruつeru 82 % 70,3 % 75,4 %

43. つ

つつつつつつ つaruつeru 76 % 75 % 75,4 %

48. つつつ

つつつ(つ) つaruつeru 82 % 76,6 % 78,9 %

50. つ

つつつ(つ) つaruつeru 78 % 65, 6 % 71,1 %

Kelompok VI : perubahan bentuk intransitiftransitif; Dari bentuk つuつeru

Tabel.5.yang memunculkan hasil presentase jawaban siswa yang benar tidak begitu berbeda dengan presentase jawaban siswa pada tabel.4. yakni rata-rata mencapai angka 74,2 %. Demikian


(2)

pula hasil jawaban siswa semester V jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jawaban siswa semester VII. Katagori verba pada soal (22) dan soal (34) yakni verba intransitif katazuku ‘teratur’ dan pada verba transitif todokeru ‘mengantarkan’ masing-masing sama hanya mencapai presentase 67,5%.

Tabel.6.[ Dari bentuk aruつeru]

No Soal Perubahan Bentuk

つつつつつつ

intransitiftransitif

Presentase Jawaban Mahasiswa (%)

Smtr V SmtrつVII Total

2. つつ

つつつ(つ) つuつeru 94 % 65,6 % 78,1 %

22.

つつつ”つ(つ) つuつeru 72 % 64,1 % 67,5 %

30.

つつ”つつ(つ) つuつeru 88 % 71,9 % 78,9 %

34.

つつつつ(つ) つuつeru 76 % 60,9 % 67,5 %

35. つ

つつ(つ) つuつeru 74 % 75 % 74,6 %

38. つつ

つつつ(つ) つuつeru 68 % 68,8 % 68,4 %

32. つ

つつつ(つ) つuつeru 84 % 81,3 % 82,5 %

33. つ

つつつつつ つuつeru 84 % 70,3 % 76,3 %

Kelompok VII : perubahan bentuk intransitiftransitif; Dari bentuk つuつosu

Tabel.7. ini memperlihatkan presentase jawaban yang benar siswa yang hasilnya sangat berbeda. Verba intransitif okiru ‘bangun’ dan verba transitif pada soal (29) okosu ‘membangunkan’ sebagai jawaban yang benar hanya mencapai 50,9%. Hasil ini dapat dianggap kecil bila dibandingkan dengan soal no (39) kawaku ‘kering’ yang mencapai 73,7%. Jadi pada kategori verba ini siswa lebih mudah mengingat bentuk verba intransitif dibandingkan dengan verba transitifnya.

Tabel.7.[ Dari bentuk uosu]

No Soal Perubahan Bentuk

つつつつつつ

intransitiftransitif

Presentase Jawaban Mahasiswa (%)

Smtr V SmtrつVII total

29. つ

つつつ(つ) つuつosu 68 % 37,5 % 50,9 %

39. つつ


(3)

5.2. Analisis Pemahaman Siswa terhadap Perilaku Sintaksis Verba Jita Berpasangan

Pada kajian Perilaku sintaksis ini, dari 23 soal berupa kalimat yang menggunakan verba Jita berpasangan dicoba dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yang berdasarkan pada argumen yang memiliki atau tidaknya pemarkah kasus yang ditandai dengan joshi baik つ(o) maupunつつ(ga); selain itu adanya makna gramatikal pada kategori verba yang melekati morfem terikat diakhir verba ‘houjodoushi’; Makna inheren kategori verba yang bermakna ‘ketidak-sengajaan’.

Berdasarkan kepada ketentuan-ketentuan di atas, dari soal-soal kalimat yang menggunakan verba Jita berpasangan ini, dibagi kedalam lima kelompok besar yakni,

 Adanya penggunaan pemarkah kasus ‘Joshi’: Presentase jawaban yang benar pada kategori verba ini rata-rata mencapai 65,7%

 Adanya ‘joshi’ dan morfem terikat つつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつつ: Presentase pada jawaban yang benar

rata-rata mencapai 61%

 Tidak ada ‘joshi’ dan morfem terikat : Presentase jawaban yang benar mencapai 62,5%

 Adanya makna inheren kategori verba bermakna ‘kesalahan yang tidak disengaja’: Presentase jawaban yang benar hanya mencapai 41,25%

 Adanya pengaruh bahasa Ibu (Bahasa Ind): presentase jawaban yang benar mencapai 61%. Jadi hasil analisis jawaban siswa dari beberapa struktur kalimat yang menggunakan verba Jita berpasangan ini masih perlu dioptimalkan dalam latihan terutama pada makna inheren kategori verba bermakna ‘kesalahan yang tidak sengaja’ karena sedikitnya berkaitan erat kaitannya dengan budaya masyarakat Jepang dalam kesehariannya.


(4)

KALIMAT YANG MENGGUNAKAN VERBA BERPASANGAN JITA

Penekanan Bentuk kalimat

pada:

Presentase Jawaban Mahasiswa NO

Smt lima Smt Tujuh TOTAL

1. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 78 % 66 % 72 %

2. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 74 % 68 % 71 %

3. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 66 % 52 % 59 %

4. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 58 % 60 % 59 %

5. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 60 % 54 % 57 %

6. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~ 88 % 86 % 87 %

7. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~ 78 % 40 % 59 %

8. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~ 52 % 72 % 62 %

9. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~ 60 % 58 % 59 %

10. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~ 44 % 36 % 40 %

11. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~ 52 % 66 % 59 %

12. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~ 72 % 70 % 71 %

13. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~ 60 % 50 % 55 %

14. A~~~~~~~~~~~~~~~~~~

B~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~ 48 % 64 % 56 %

15. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~ 74 % 62 % 68 %

16. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~ 70 % 62 % 66 %

17. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~... ~~ 38 % 28 % 33 %

18. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 48 % 56 % 52 %

19. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 40 % 34 % 37 %

20. A~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

B~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~ 54 % 32 % 43 %

21. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~ 80 % 74 % 77 %

22. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~ 36 % 36 % 36 %

23. A~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


(5)

6. KESIMPULAN

Pemahaman siswa pada morfologi kategori verba Jita berpasangan masih perlu dioptimalkan dengan banyak berlatih terutama pemahaman kaidah yang menjadi ciri spesifik baik itu verba transitif-maupun verba intransitif. Selain itu banyak latihan pada struktur kalimat yang menggunakan ‘joshi’atau tanpa ‘joshi’ sebagai pemarkah kasus, dan mengoptimalkan pemahaman makna yang dimiliki pada kategori gramatikal.

Perlu adanya peninjauan kurikulum yang efektif dan terpadu secara berkala, sehingga penurunan kemampuan siswa di semester VII dapat diatasi secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

-~~~~~~~~~~~~~~2001~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~」『 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

-~~~~~~~~ 1987~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~

~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~~

-~~~~~~ 1999~~~~~~~~ II~~~~~~ ~~~~~~~~~~~~

-~~~~~ 1998~~~~~~~~~ II~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~~~ -~~~~~~ 2007「~~~~-~~~~~~~~~~~~80」~~~~~~~~

-~~~~~~~~ 2001~~~~~~~~~~~

-~~~~~~ 2004~~~~~~~~~~~~~~~ 20~~~~~~~~~~~ -~~~~~~ 1991~~~~~~~~-~~~~-III~~~~

-~~~~~~ 2004~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

(*) CURRICULUM VITAE

1. Nama Lengkap Puspa Mirani Kadir,Dra.,M.A. 2. Tempat Tanggal Lahir Bandung, 21 Agustus 1961

3. Alamat Rumah Komplek Cipadung Permai, Jl.Permai II/No 42 4. Nomor Telepon 0227802501

5. Nomor HP 081931337735

6. Alamat Kantor Jl. Bandung –Sumedang km.21 Jatinangor Sumedang 7. Nomor Telepon/Faks 022- 7796388

8. Alamat e-mail puspamiranik@yahoo.co.jp

9. Mata Kuliah yang diampu Dokkai I (reading)(S1-Semester V-VI) Hyougen I (grammar)(S1-Semester III-IV)

Nihongo Kiso(elemantary grammar) (S1-Semester III-III-IV)


(6)

 RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Program S1 S2 S3

2. Nama PT UNPAD Universitas Kurume

Jepang

Universitas Padjadjaran

3. Bidang Ilmu Bahasa Jepang Bahasa (Linguistik) Bahasa (Linguistik)

4. Tahun Masuk 1980 1995 2008

5. Tahun Lulus 1985 1997 Masih penelitian

6. Judul Skripsi/

Tesis/Disertasi Pemakaian kata sebagai kata akhir ‘koto’ dalam kalimat bahasa Jepang

Kontrastivitas verba transitif-intrasitif Bahasa Jepang dan Indonesia