Belajar dari deklarasi nostra aetate sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran berdialog dengan umat beriman lain melalui katekese - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BELAJAR DARI DEKLARASI NOSTRA AETATE SEBAGAI UPAYA
UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN BERDIALOG
DENGAN UMAT BERIMAN LAIN MELALUI KATEKESE
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Dominikus Dance
NIM: 091124003

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua, kakak, adik, dan semua
keluargaku serta sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling

mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus
saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah
murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi”.

(Yohanes 13: 34-35)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “BELAJAR DARI DEKLARASI NOSTRA
AETATE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN
BERDIALOG DENGAN UMAT BERIMAN
LAIN MELALUI
KATEKESE”. Judul skripsi ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis terhadap

situasi masyarakat dunia dewasa ini yang sangat rentan terjadi konflik karena
adanya pluralitas. Kenyataan menunjukkan bahwa pluralitas itu sering
menimbulkan berbagai ketegangan dan kekerasan jika tidak ditangani secara
bijak. Berbagai ketegangan dan kekerasan yang terjadi selama ini hanya dapat
diredam jika semua orang mau bergandengan tangan untuk terlibat aktif dalam
berdialog dan berkerjasama guna memperjuangkan terwujudnya suatu dunia baru
di mana nilai-nilai Kerajaan Allah ada di dalamnya. Bertitik tolak dari kenyataan
itu, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan pemahaman
dan kesadaran umat supaya semakin terlibat aktif dalam membangun dialog dan
kerjasama dengan umat beriman lain.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana meningkatkan
kesadaran umat untuk berdialog dengan umat beriman lain. Permasalahan
tersebut diolah dengan menggunakan studi pustaka guna memperoleh pemikiranpemikiran untuk dipahami dan direfleksikan, sehingga diperoleh gagasan-gagasan
pokok yang dapat dipergunakan sebagai dasar bagi umat dalam memahami dan
menghayati pentingnya membangun dialog dengan umat beriman lain.
Dokumen deklarasi Nostra Aetate merupakan salah satu dokumen Konsili
Vatikan II yang menjadi tonggak sejarah dan dasar bagi Gereja Katolik dalam
langkahnya membangun dialog dengan umat beriman lain. Dialog dengan umat
beriman lain ini ditegaskan dalam deklarasi Nostra Aetate bahwa Gereja secara
resmi mengakui adanya tata keselamatan dan rahmat pada agama dan kepercayaan

lain. Oleh karena itu, Gereja mendorong seluruh umatnya untuk menjalin
kerjasama dan dialog dengan umat beriman lain. Pandangan positif Gereja
terhadap umat beriman lain ini bukan tanpa persoalan karena di satu pihak Gereja
harus mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang, tetapi di lain pihak Gereja
juga harus membangun dialog dengan umat beriman lain. Bertitik tolak dari
persoalan tersebut maka dijelaskan juga mengenai peranan dialog dengan umat
beriman lain sebagai tugas perutusan Gereja untuk mewujudkan imannya. Dialog
dengan umat beriman lain merupakan suatu gerakan atau aksi bersama untuk
memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah bagi kehidupan bersama.
Katekese merupakan proses pembinaan iman umat secara terus menerus
untuk membantu umat agar semakin memahami, menghayati dan
mewujudnyatakan imannya dalam kehidupan konkret sehari-hari. Oleh karena itu,
penulis menawarkan suatu program katekese umat model Shared Christian Praxis
sebagai upaya untuk membantu meningkatkan kesadaran umat dalam berdialog
dengan umat beriman lain, sekaligus dengan penjabarannya.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


ABSTRACT
This thesis entitled "LEARNING FROM THE DECLARATION OF
NOSTRA AETATE AS AN EFFORT TO INCREASE AWARENESS ON
DIALOGUE WITH OTHER BELIEVERS THROUGH CATECHESIS”.
The title of this thesis selected was based on the concerns with the situation of the
world today that is very vulnerable to conflict because of the plurality. The fact is
that it often creates a plurality of tensions and violence if not being handled
wisely. The tensions and violence that can only be eliminated if everyone would
join hands to have dialogue and cooperation in the fight for the creation of a new
world in which the values of the Kingdom of God are in it. Based on that fact, this
thesis is intended to help to increase the understanding and awareness of the
people to be more actively involved in a dialogue and a cooperation with other
believers through catechesis.
A key issue in this thesis is how to increase the awareness of the people
to promote dialogue with other believers. Those problems were analyzed by the
use of library study to obtain ideas to be understood and reflected, and also to
obtain the main ideas that can be used as a basis for the people to understand and
appreciate the importance of establishing a dialogue with other believers.
Nostra Aetate Declaration is one of the documents of Vatican II Council
that became a milestone and the basis for the Catholic Church in a stride to

establish a dialogue with other believers. The dialogue with other believers is
emphasized in the declaration Nostra Aetate that the Church officially recognizes
the existence of salvation and graces found in other religions and beliefs.
Therefore, the Church encourages the whole community to build a network and a
dialogue with other believers. This positive view of the Church towards other
believers is not without problems because on the one hand the Church must
proclaim the Kingdom of God to all people, but on the other hand the Church
should establish a dialogue with other believers. Based on these issues as well as
it needs to explain the role of dialogue with other believers as the Church's
mission to bring faith. Dialogues with other believers is a movement or collective
action to fight for the values of the Kingdom of God to the common life.
Catechesis is of the faith formation process continuously focused in order
to help people better understand, appreciate and make real faith in concrete
everyday life. Therefore, the author offers a program of catechesis by making use
of Christian Shared Praxis model in an effort to help to raise awareness of the
people in a dialogue with other believers, as well as the elaboration.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
BELAJAR DARI DEKLARASI NOSTRA AETATE SEBAGAI UPAYA
UNTUK

MENINGKATKAN

KESADARAN

BERDIALOG

DENGAN

UMAT BERIMAN LAIN MELALUI KATEKESE.
Skripsi ini lahir dari pengalaman dan refleksi penulis atas berbagai konflik
dan kekerasan yang terjadi di tengah bangsa Indonesia yang majemuk ini.
Berbagai konflik dan kekerasan yang terjadi selama ini menimbulkan berbagai

persoalan dan kesenjangan dalam kehidupan bersama antar umat beriman. Konflik
dan kekerasan yang semakin merajalela ini hanya dapat diredam apabila semua
umat beriman mau bergandengan tangan untuk berjuang bersama dalam
mengusahakan terwujudnya kerukunan dalam hidup bersama. Oleh karena itu,
penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan pemahaman
dan kesadaran umat agar semakin lebih terbuka dan terlibat aktif lagi dalam
menjalin dialog dengan umat beriman lain di tengah kehidupan bersama. Selain
itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Menyadari itu, pada

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kesempatan ini penulis dengan tulus hati menghaturkan banyak terima kasih
kepada:
1. Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. selaku Kaprodi IPPAK dan

sekaligus dosen pembimbing utama yang selalu memberikan perhatian,
meluangkan waktu untuk mendampingi dan membimbing penulis dengan
penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. C. Putranta, SJ. Selaku dosen penguji II yang telah bersedia membaca,
memberikan kritik dan masukan serta mendampingi penulis dalam
mempertanggungjawabkan skripsi ini.
3. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum. selaku dosen penguji III yang telah
bersedia membaca, memberikan kritik dan masukan, serta mendampingi
penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.
4. Seluruh staff dosen dan karyawan Prodi IPPAK yang telah mendidik, dan
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di Prodi IPPAKUSD dengan baik.
5. Bapak, mama, kakak, adik dan semua keluarga yang selalu memberikan
semangat, dukungan moral dan material serta doa bagi penulis dalam
menyelesaikan perkuliahan.
6. Seluruh staff perpustakaan Kolose St. Ignatius Kotabaru yang begitu
bermurah hati untuk meminjakan buku-buku yang penulis perlukan dalam
penulisan skripsi ini sampai selesai.

xi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................


iv

MOTTO ..........................................................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .........................................................

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................

vii

ABSTRAK ......................................................................................................

viii

ABSTRACT ......................................................................................................

ix

KATA PENGANTAR ....................................................................................

x

DAFTAR ISI ...................................................................................................

xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii
BAB I.

PENDAHULUAN ..........................................................................

1

A. Latar Belakang ................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................

7

C. Tujuan Penulisan ............................................................................

7

D. Manfaat Penulisan ..........................................................................

8

E. Metode Penulisan ...........................................................................

8

F. Sistematika penulisan .....................................................................

9

BAB II. DEKLARASI NOSTRA AETATE TENTANG HUBUNGAN
GEREJA DENGAN UMAT BERIMAN LAIN .............................

11

A. Sejarah Deklarasi Nostra Aetate .....................................................

12

1.

Latar Belakang Lahirnya Deklarasi Nostra Aetate ..................

13

2.

Naskah A: Deklarasi Tentang Orang Yahudi ..........................

14

3.

Naskah B: Sikap Gereja Katolik Terhadap
Orang-Orang Bukan Kristiani, Terutama Yahudi ...................

15

Naskah C: Deklarasi Tentang Orang Yahudi
dan Orang Bukan Yahudi ........................................................

16

4.
5.

Naskah D: Deklarasi Tentang Sikap Gereja
xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Terhadap Agama-Agama Non-Kristiani .................................

18

Naskah E: Deklarasi Tentang Sikap Gereja
Terhadap Agama-Agama Bukan Kristiani ..............................

20

B. Tujuan Deklarasi Nostra Aetate .....................................................

20

C. Struktur dan Isi Deklarasi Nostra Aetate ........................................

24

6.

1.

Struktur Deklarasi Nostra Aetate .............................................

25

2.

Isi Deklarasi Nostra Aetate ......................................................

26

a. Gereja Katolik Menghargai Segala Yang Baik dan Suci
dalam Agama-Agama ........................................................

27

b. Sikap Gereja Terhadap Islam ............................................

28

c. Dialog Dengan Umat Yahudi ............................................

30

D. Tanggapan Atas Sikap Gereja Terhadap Umat Beriman Lain
dalam Deklarasi Nostra Aetate .......................................................

31

BAB III. GEREJA YANG BERDIALOG DENGAN
UMAT BERIMAN LAIN ..............................................................

37

A. Hakikat Dialog dalam Tugas Perutusan Gereja ..............................

38

1.

Dialog sebagai Wujud Kesaksian Perutusan Gereja ...............

38

2.

Dialog sebagai Bagian Evangelisasi ........................................

40

3.

Dialog sebagai Usaha Bersama Mewujudkan Kerajaan Allah

41

B. Pengertian Dialog Antar Umat Beriman ........................................

42

C. Tujuan Dialog Antara Gereja dengan Umat Beriman Lain ............

45

D. Syarat-Syarat Dialog dengan Umat Beriman Lain .........................

51

E. Hambatan-Hambatan Dialog dengan Umat Beriman Lain .............

58

F. Bentuk-Bentuk Dialog dengan Umat Beriman Lain ......................

60

1.

Dialog Kehidupan ....................................................................

60

2.

Dialog Karya ...........................................................................

62

3.

Dialog Pandangan Teologis .....................................................

63

4.

Dialog Pengalaman Keagamaan (Dialog Pengalaman Iman) .

64

BAB IV. KATEKESE SEBAGAI SALAH SATU UPAYA
MENINGKATKAN DIALOG ANTAR UMAT BERIMAN ........

65

A. Gambaran Umum Katekese ............................................................

66

1.

Pengertian Katekese ................................................................

xiv

66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.

Tujuan Katekese ......................................................................

68

B. Katekese Model Shared Christian Praxis Sebagai
Salah Satu Upaya Meningkatkan Dialog Antar Umat Beriman .....

70

1.

Tiga Elemen Model Shared Christian Praxis ........................

71

a. Shared ................................................................................

71

b. Christian ............................................................................

71

c. Praxis .................................................................................

72

2.

Tujuan Katekese Model Shared Christian Praxis ..................

72

3.

Langkah-Langkah Katekese Model Shared Christian Praxis .

73

a. Langkah I (Pertama) : Pengungkapan Pengalaman Hidup
Faktual ...............................................................................

73

b. Langkah II (Kedua) : Refleksi Kritis atau Sharing
Pengalaman Hidup Faktual ................................................

73

c. Langkah III (Ketiga) : Mengusahakan supaya
Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau .....................

74

d. Langkah IV (Keempat) : Interpretasi/Tafsir Dialektis
antara Tradisi dan Visi Kristiani
dengan Tradisi dan Visi Peserta ........................................

75

e. Langkah V (Kelima) : Keterlibatan Baru demi
Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia Ini ........................

75

C. Usulan Program Katekese Model Shared Christian Praxis
Untuk Meningkatkan Dialog Antar Umat Beriman .......................

76

1.

Latar Belakang .........................................................................

76

2.

Alasan Diadakannya Kegiatan Katekese Model
Shared Christian Praxis ..........................................................

79

3.

Tujuan Kegiatan Pendampingan ..............................................

80

4.

Pemilihan Materi .....................................................................

81

5.

Matriks Usulan Program Katekese ..........................................

84

6.

Contoh Persiapan Program Katekese bagi Umat
di Lingkungan Warung Pring Ganjuran dengan Menggunakan
Katekese Model Shared Christian Praxis ...............................

90

BAB V. PENUTUP ......................................................................................

108

A. Kesimpulan .....................................................................................

108

B. Saran ...............................................................................................

110

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

112

LAMPIRAN ....................................................................................................

115

Lampiran 1: Teks Lagu Pembukaan ......................................................

(1)

Lampiran 2: Teks Cerita “Cinta dan Persahabatan” ...............................

(2)

Lampiran 3: Teks Lagu Penutup ............................................................

(3)

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama
Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.
8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT:

Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

DCG:

Directorium Catechisticum Generale, Direktorium Kateketik
Umum yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci para Klerus, 11
April 1971

DP:

Dialogue and Proclamation, Dokumen Kongregasi Evangelisasi
Bangsa-Bangsa dan Sekretariat untuk Dialog Antar Umat Beriman,
19 Mei 1991.

NA:

Nostra Aetate, Deklarasi Konsili Vatikan II tentang Hubungan
Gereja dengan Agama-Agama Bukan Kristen, 28 Oktober 1965.

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

RM:

Redemptoris Missio, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang
Amanat Misioner Gereja, 7 Desember 1990.

AG:

Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner
Gereja, 7 Desember 1965

LG:

Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang
Gereja di Dunia Dewasa ini, 21 November 1964.

C. Singkatan Lain
Art

: Artikel

FABC

: Federation of Asian Bishop’s Conferences

Hal.

: Halaman

KU

: Katekese Umat

KWI

: Konferensi Waligereja Indonesia

MAWI

: Majelis Agung Waligereja

PKKI

: Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

Prodi

: Program Studi

PUSPAS : Pusat Pastoral
PUSKAT : Pusat Kateketik
SJ

: Societas Jesus, Serikat Yesus

UUD

: Undang-Undang Dasar

SCP

: Shared Christian Praxis

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara yang majemuk. Dikatakan majemuk
karena Negara Indonesia memiliki berbagai suku bangsa, bahasa, budaya, ras,
termasuk juga keanekaragaman agama. Kemajemukan Bangsa Indonesia ini
merupakan suatu sumber kekayaan yang patut dibanggakan oleh seluruh
masyarakat Indonesia sebagai warga negara yang satu yaitu negara Republik
Indonesia. Dengan keanekaragaman suku, budaya dan agama, orang dapat saling
belajar satu dengan yang lainnya, dengan demikian dapat saling memperkaya.
Namun di balik itu juga, kemajemukan merupakan suatu tantangan karena rentan
terjadi konflik apabila ditangani secara tidak arif. Kekhawatiran bahwa
kemajemukan sangat rentan terjadinya konflik, maka sejak mempersiapkan
proklamasi kemerdekaan bangsa, para founding fathers merumuskan dalam suatu
landasan dasar ideologi dan falsafah bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945,
sebagai landasan dasar pemersatu seluruh bangsa Indonesia. Selain itu juga telah
dicanangkan Tri Kerukunan, yaitu Kerukunan Antar Umat Beragama, Kerukunan
Intern Umat Beragama dan Kerukunan Antar Umat Beragama dengan Pemerintah
(Yewangoe, 2002: 26-28).
Meskipun

telah

dicanangkannya

rumusan-rumusan

sebagai

dasar

pemersatu bangsa, tetapi pada kenyataannya bahwa kemajemukan bangsa ini
terutama keanekaragaman agama menjadi sumber konflik dan perpecahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

Perbedaan ajaran, tidak saja dengan mereka yang beriman lain tetapi juga dengan
mereka yang seiman, mudah menjadi alasan kekerasan dan konflik antar umat
beriman seperti yang terjadi di Ambon dan Poso, penyerangan terhadap kelompok
Ahmadyiah, Sunni dan Syiah di Situbondo dan beberapa daerah lainnya
(Yewangoe, 2002: 28). Selain beberapa konflik tersebut, masih ada konflik
lainnya yaitu munculnya perda-perda tentang syariat Islam di beberapa daerah
seperti Tasikmalaya dan Cianjur dan juga fundamentalis-fundamentalis baru
dalam suatu agama yang sangat fanatik dan radikal.
Dalam semua peristiwa kekerasan dan konflik antar umat beriman itu,
anehnya tidak ada tindakan yang tegas dari pemerintah sebagai lembaga tertinggi,
tetapi malahan kelompok-kelompok pelaku kekerasan itu sengaja dibiarkan
ataupun didiamkan saja sehingga dengan demikian kelompok-kelompok ini
semakin berani dan gencar untuk melakukan kekerasan dalam memaksakan
kehendaknya (FPUB, 2008: 12-18). Konflik-konflik antar umat beriman maupun
antar internal umat beriman yang merebak ini mengakibatkan hilangnya rasa
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana
terdapat dalam rumusan dasar ideologi bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945
yang merupakan landasan pemersatu bangsa. Dalam hal ini juga, Krispurwana
Cahyadi (2011: 69) menegaskan pandangan Paus Yohanes Paulus II sebagai
berikut:
Realitas keterpecahan relasi, baik antarpribadi, kelompok maupun bangsa.
Persoalan ketidakadilan, pertentangan ideologi, baik pertarungan politik
maupun ekonomi, baik konflik etnis maupun suku, juga pengalaman
diskriminasi agama diungkapkannya sebagai pemicu adanya konflik dan
perpecahan. Realitas tersebut tidak semakin dipulihkan, malahan tidak
jarang semakin parah dan panas karena kesediaan untuk berdialog tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

semakin tumbuh. Oleh karena itu, dialog baginya merupakan langkah
penting agar rekonsiliasi dan pemulihan kehidupan bersama dapat
dibangun.

Pernyataan ini menggambarkan bahwa pluralitas masyarakat dapat
mengakibatkan terjadinya konflik dan perpecahan yang sulit untuk dihindarkan
dalam hidup bersama di tengah masyarakat. Konflik dan perpecahan ini hanya
dapat terhindarkan, jika semua orang memiliki keinginan dan kesediaan yang
sama dari dalam dirinya untuk menjalin kerjasama dan dialog guna mengusahakan
terwujudnya suatu dunia baru yang lebih baik di mana nilai-nilai Kerajaan Allah
semakin ditegakkan di tengah hidup bersama.
Untuk menyikapi adanya berbagai konflik antar umat beriman yang terjadi
selama ini maka salah satu cara untuk dapat membangun kembali kerukunan dan
perdamaian antar umat beriman yaitu, perlunya kesediaan dan keterbukaan dari
semua orang untuk membangun dialog dan kerjasama antar umat beriman.
Namun, dialog macam apakah yang perlu dilaksanakan? Dialog yang dimaksud
dalam hal ini bukan semata-mata dalam arti komunikasi dalam hidup sehari-hari
tetapi merupakan dialog yang mampu mendukung dan memperkembangkan iman
setiap pribadi manusia. Suatu dialog yang menjadi cara hidup dalam membangun
hidup bersama di tengah masyarakat yang plural, di mana para pelaku atau subyek
dari dialog harus mampu menghargai nilai-nilai kebenaran yang dihormati agama
lain tanpa meninggalkan nilai-nilai agamanya yang telah dihayatinya. Oleh karena
itu, dalam dialog, para peserta dialog perlu merumuskan atau membahasakan
sedemikian rupa akan apa yang diimaninya sehingga dapat dipahami oleh partner
dialognya (Laku, 2011: 140).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

Pluralitas agama di Indonesia yang ditandai dengan munculnya berbagai
ketegangan dan konflik antar umat beriman ini juga menjadi tantangan dan
keprihatinan Gereja Katolik di Indonesia untuk membuka diri dalam membangun
sikap dialog dan kerjasama dengan umat beriman lain. Gereja dipanggil dan
diutus untuk memberikan sumbangan dan peranannya di tengah kehidupan
bersama di dunia. Oleh karena itu, Gereja perlu membangun dialog dan kerjasama
dengan umat beriman lain dalam memerangi berbagai tindakan diskriminasi dan
kekerasan yang terjadi di dunia demi terciptanya kesatuan dan kerukunan dalam
hidup bersama di dunia. Usaha Gereja Katolik dalam membangun dialog dengan
umat beriman lain ini ditegaskan dalam Konsili Vatikan II terutama dalam
deklarasi Nostra Aetate.
Deklarasi Nostra Aetate dalam Konsili Vatikan II merupakan tonggak
sejarah bagi Gereja Katolik dalam langkahnya membangun dialog dengan umat
beriman lain. Dialog dengan umat beriman lain ini ditegaskan dalam deklarasi
Nostra Aetate bahwa Gereja mulai mengakui adanya tata keselamatan dan rahmat,
baik dalam agama maupun kepercayaan lain, oleh karena itu Gereja Katolik tidak
menolak segala apa yang benar dan suci dalam agama-agama lain betapapun tidak
jarang hal itu merupakan sesuatu yang berbeda dari apa yang diyakini dan
diajarkan Gereja, akan tetapi toh tidak jarang memantulkan sinar kebenaran yang
menerangi semua orang (NA, art. 2). Oleh karena itu, Gereja mendorong para
puteranya untuk mewartakan Injil melalui dialog dan kerjasama dengan saudarasaudara beriman lain dengan sikap terbuka, bijaksana, kasih dan menghargai nilainilai yang ada pada saudara-saudara beriman lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Deklarasi Nostra Aetate merupakan pertanggungjawaban historis dan
teologis sikap dialogis Gereja terhadap agama-agama lain, sebab dokumen ini
semacam evaluasi tentang sikap Gereja di masa lampau terhadap agama-agama
lain. Melalui deklarasi Nostra Aetate, Konsili Vatikan II tanpa ragu memandang
positif agama-agama lain guna menjalin kerjasama dan dialog dengan umat
beriman lain. Sedangkan pertanggungjawaban teologis yang dimaksudkan adalah
pandangan positif Gereja mengenai kehendak Allah untuk menyelamatkan semua
orang tanpa kecuali. Karena itu Gereja merasa terpanggil untuk berdialog dan
bekerjasama dengan umat beriman lain untuk memajukan persatuan dan kasih di
antara umat manusia (Armada Riyanto, 1995: 53).
Konsili Vatikan II menegaskan bahwa dialog dengan umat beriman lain
pada dasarnya merupakan aktualisasi dari tugas perutusan Gereja untuk
memajukan kasih, kesatuan antarumat manusia dan mewartakan kabar gembira
dalam hidup bermasyarakat dan berbangsa (Krispurwana Cahyadi, 2011: 31).
Maksud dari tugas perutusan Gereja ini bukan sebagai sarana untuk penyebaran
agama atau mengkristenkan orang tetapi membantu umat untuk mengenal,
memahami dan menghayati imannya serta mampu mewujudkan imannya secara
nyata di tengah hidup bermasyarakat melalui kesaksian iman dan hidup Kristiani.
Tugas perutusan Gereja ini dapat dilaksanakan dengan semangat dialogis melalui
sikap terbuka, saling menghargai, toleransi, dan penuh persahabatan dengan umat
beriman lain. Melalui dialog dengan umat beriman lain, Gereja merealisasikan
karya Kristus agar semua orang mendapat keselamatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

Mewujudkan dialog dengan umat beriman lain dalam hidup bersama di
tengah masyarakat plural seperti sekarang ini merupakan salah satu bagian dari
tugas perutusan Gereja dalam menciptakan masyarakat yang rukun, damai, adil
dan sejahtera. Maka sehubungan dengan itu, penulis mengupayakan suatu bentuk
pendekatan reflektif kritis guna memberi harapan baru, sehingga dapat membantu
meningkatkan kesadaran umat Kristiani supaya semakin terbuka dan terlibat aktif
untuk berdialog dengan umat beriman lain dalam hidup bersama di tengah
masyarakat. Untuk itu penulis memberi gambaran bagaimana pentingnya
membangun sikap dialog dan kerjasama dengan umat beriman lain melalui
katekese bagi umat beriman.
Katekese yang merupakan bagian utuh pastoral Gereja memiliki hubungan
erat dengan Evangelisasi baru. Menurut Catechesi Tradendae, art.18, katekese
merupakan salah satu momen penting dari evangelisasi. Arah utama seluruh
kegiatan pastoral Gereja adalah pembangunan jemaat. Sebagai bagian pastoral
Gereja, salah satu tujuan utama katekese adalah pengembangan hidup jemaat agar
secara bersama-sama ikut berjuang mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di
tengah-tengah hidup manusia. Oleh karena itu, katekese hendaknya dapat
membantu menciptakan dialog sejati dengan umat beriman lain dalam hidup
bersama di tengah masyarakat plural. Fokus katekese adalah pengalaman iman
umat akan keterlibatannya dalam berdialog dengan umat beriman lain. Dalam
katekese, pengalaman umat akan diperkaya dengan pandangan Gereja dalam
deklarasi Nostra Aetate. Deklarasi Nostra Aetate digunakan sebagai sumber atau
tonggak sejarah berdialog dalam tubuh Gereja Katolik sehingga mendorong umat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

untuk semakin terbuka dan terlibat aktif dalam membangun dialog dengan umat
beriman lain. Sehubungan dengan itu, penulis mengambil judul dari skripsi ini,
sebagai berikut: BELAJAR DARI DEKLARASI
SEBAGAI

UPAYA

UNTUK

NOSTRA AETATE

MENINGKATKAN

KESADARAN

BERDIALOG DENGAN UMAT BERIMAN LAIN MELALUI KATEKESE.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan
permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini sebagai berikut :
1. Menurut deklarasi Nostra Aetate bagaimana hubungan Gereja dengan umat
beriman lain?
2. Bagaimana pandangan Gereja tentang dialog dengan umat beriman lain?
3. Bagaimana katekese dapat membantu meningkatkan kesadaran berdialog
dengan umat beriman lain?

C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini
sebagai berikut :
1. Menggambarkan pandangan Gereja dalam deklarasi Nostra Aetate tentang
hubungan Gereja dengan umat beriman lain.
2. Menjelaskan pandangan Gereja tentang hakikat dan tujuan dialog antar umat
beriman lain sebagai tugas perutusan Gereja sehingga dapat membantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

pemahaman umat agar semakin lebih terbuka dan terlibat aktif dalam
membangun dialog dengan umat beriman lain.
3. Memaparkan gambaran katekese yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran umat dalam berdialog dengan umat beriman lain.

D. Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi umat Kristiani mengenai
pandangan Gereja dalam deklarasi Nostra Aetate tentang hubungan Gereja
dengan umat beriman lain.
2. Memberikan pemahaman baru bagi umat Kristiani bahwa dialog dengan umat
beriman lain merupakan tugas perutusan Gereja, misi pewartaan Injil dan
sebagai usaha membangun Kerajaan Allah.
3. Memberikan

inspirasi

bagi

para

katekis

dan

guru

agama

dalam

mengembangkan program katekese yang membangun dialog sehingga dapat
meningkatkan kesadaran umat untuk semakin terbuka dan terlibat aktif dalam
berdialog dengan umat beriman lain.

E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif
analitis melalui studi pustaka terhadap dokumen deklarasi Nostra Aetate. Yang
dimaksud dengan metode analitis deskriptif adalah suatu cara penulisan yang
dilakukan dengan landasan pengalaman dan kajian teori yang disertai dengan
analisis permasalahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

F. Sistematika Penulisan
Judul skripsi yang penulis pilih adalah “Belajar dari Deklarasi Nostra
Aetate Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kesadaran Berdialog Dengan Umat
Beriman Lain Melalui Katekese”. Skripsi ini dibagi dalam lima bab yang akan
diuraikan sebagai berikut:
Bab I menguraikan mengenai pendahuluan yang berisi latar belakang,
rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan
dan sistematika penulisan.
Bab II membahas deklarasi Nostra Aetate tentang hubungan Gereja
dengan umat beriman lain yang meliputi: sejarah lahirnya deklarasi Nostra Aetate,
tujuan deklarasi Nostra Aetate, struktur dan isi deklarasi Nostra Aetate serta
tanggapan atas sikap Gereja terhadap umat beriman lain dalam deklarasi Nostra
Aetate.
Bab III menggambarkan mengenai hakikat dialog dalam tugas perutusan
Gereja, pengertian dialog, tujuan dialog, syarat-syarat dialog, hambatan-hambatan
dialog dan bentuk-bentuk dialog dengan umat beriman lain.
Bab IV menggambarkan secara umum mengenai katekese yang meliputi
pengertian katekese, tujuan katekese dan katekese model Shared Christian Praxis
sebagai usaha meningkatkan kesadaran berdialog dengan umat beriman yang
meliputi: pengertian katekese model Shared Christian Praxis, tujuan katekese
model Shared Christian Praxis, langkah-langkah katekese model Shared
Christian Praxis. Bagian ini ditutup dengan usulan program katekese model
Shared Christian Praxis untuk meningkatkan kesadaran umat dalam berdialog

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

dengan umat beriman lain. Bagian ini meliputi latar belakang, alasan diadakannya
kegiatan katekese model Shared Christian Praxis, tujuan kegiatan pendampingan,
pemilihan materi, matriks program katekese dan contoh persiapan katekese
dengan mengunakan model Shared Christian Praxis.
Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan, penulis
akan mengungkapkan inti pokok dari seluruh rangkaian pembahasan karya tulis
ini. Saran diberikan guna mengadakan pendampingan bagi umat demi
peningkatan pemahaman dan keterlibatan umat dalam menjalin dialog dan
kerjasama dengan umat beriman lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

BAB II
DEKLARASI NOSTRA AETATE TENTANG HUBUNGAN GEREJA
DENGAN UMAT BERIMAN LAIN

Deklarasi Nostra Aetate merupakan salah satu dokumen resmi Konsili
Vatikan II yang secara khusus membahas mengenai hubungan Gereja Katolik
dengan umat beriman lain. Deklarasi Nostra Aetate ini lahir melalui perjuangan
dan pergulatan Gereja yang sangat panjang dan berat untuk sampai pada
pengakuan adanya nilai-nilai positif yang terdapat pada agama dan kepercayaan
lain. Pengakuan adanya nilai-nilai positif yang terdapat pada agama dan
kepercayaan lain tersebut menuntut Gereja perlu untuk memperbaharui
hubungannya dengan umat beriman lain.
Pembaharuan hubungan Gereja dengan umat beriman lain ini di dalam
deklarasi Nostra Aetate dikatakan sebagai pertanggungjawaban historis dan
teologis sikap dialogal Gereja terhadap agama-agama lain. Dikatakan sebagai
pertanggungjawaban karena deklarasi Nostra Aetate ini semacam suatu evaluasi
tentang sikap Gereja terhadap agama-agama lain karena sebelum Konsili Vatikan
II, Gereja kurang menampilkan sikap positif dan dialogal dengan umat beriman
lain. Oleh karena itu, dalam deklarasi Nostra Aetate, Konsili Vatikan II tanpa
keraguan untuk memandang positif agama-agama lain seraya mencari segi-segi
yang dapat mengantar ke dialog dan rekonsiliasi. Sedangkan pertanggungjawaban
teologis dimaksudkan pandangan positif Gereja mengenai kehendak Allah untuk
menyelamatkan semua orang tanpa kecuali. Oleh Karena itu Gereja merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

terpanggil untuk memajukan persatuan dan kasih di antara umat manusia dengan
menjalin kerjasama dan dialog bersama umat beriman lain (Armada Riyanto,
1995: 53).
Berdasarkan deklarasi Nostra Aetate kita akan melihat bagaimana
pandangan Gereja mengenai hubungannya dengan umat beriman lain. Untuk itu
dalam bab II ini penulis menjelaskan beberapa hal yaitu antara lain: sejarah
lahirnya deklarasi Nostra Aetate, tujuan deklarasi Nostra Aetate, struktur dan isi
deklarasi Nostra Aetate serta tanggapan atas sikap Gereja terhadap umat beriman
lain dalam deklarasi Nostra Aetate.

A. Sejarah Deklarasi Nostra Aetate
Deklarasi Nostra Aetate merupakan salah satu dokumen yang dihasilkan
oleh Konsili Vatikan II. Dokumen deklarasi Nostra Aetate ini lahir melalui sejarah
yang panjang dan perjuangan yang sangat berat dalam Konsili Vatikan II untuk
sampai pada pengakuan adanya nilai-nilai positif yang terdapat pada agama dan
kepercayaan lain. Oleh karena itu untuk memudahkan kita dalam memahami
sejarah lahirnya deklarasi Nostra Aetate, maka pembahasannya meliputi: Sejarah
lahirnya deklarasi Nostra Aetate dan kelima naskah deklarasi Nostra Aetate
tersebut yang terdiri dari: pertama, Naskah A yang berisi deklarasi tentang orang
Yahudi, kedua, Naskah B berisi deklarasi tentang sikap Gereja Katolik terhadap
orang-orang bukan Kristiani terutama Yahudi, ketiga, Naskah C berisi deklarasi
tentang orang Yahudi dan bukan Yahudi, keempat, Naskah D berisi deklarasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

tentang sikap Gereja terhadap agama-agama non Kristiani dan kelima, Naskah E
yang berisi deklarasi tentang sikap Gereja terhadap agama-agama bukan Kristiani.

1.

Latar Belakang Lahirnya Deklarasi Nostra Aetate
Pada masa Adolf Hitler menjabat sebagai pemimpin Partai Nazi di Jerman,

bangsa Yahudi mengalami penganiayaan yang sangat kejam (1933-1945).
Kenangan buruk atas gelombang anti-semitisme tersebut mendesak bangsa
Yahudi untuk memohon kepada Sri Paus Yohanes XXIII agar Gereja berusaha
memperbaiki pendapat umum mengenai deicidium (pembunuh Tuhan) yang
dituduhkan kepada bangsa Yahudi (Ratzinger, 1970: 95).
Untuk mencapai cita-cita mengenai adanya perbaikan dari Gereja terhadap
pendapat umum tentang deicidium tersebut, beberapa delegasi Yahudi
mengunjungi Paus Yohanes XXIII, di antaranya “Bani B’rith (Putera-Putera
Perjanjian) dari Prancis pada tanggal 3 Juli 1960, United Jewish Appeal sebanyak
300 orang pada tanggal 17 Oktober 1960 dan American Jewish Committee pada
tahun 1961. Mereka membawa dokumen tentang penilaian negatif Gereja
mengenai bangsa Yahudi sebagaimana tersebar dalam buku pelajaran agama dan
dalam liturgi, seperti pemakaian kata-kata deicidium yang artinya pembunuh
Tuhan dan perfidi Judaei yang artinya Yahudi berkhianat. Kata-kata ini sangat
disesalkan oleh bangsa Yahudi, maka bangsa Yahudi memohon pihak Gereja
untuk menghilangkan penilaian-penilaian negatif tersebut. Pihak Yahudi juga
mengakui bahwa dalam buku-buku Yahudi juga tidak bersih dari ungkapan-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

ungkapan anti Kristen. Oleh karena itu, baik Gereja maupun bangsa Yahudi saling
berjanji untuk mengakhiri intoleransi dan memperbaiki tulisan masing-masing.
Menanggapi permohonan delegasi Yahudi tersebut, pada tahun 1960 Paus
Yohanes XXIII memberi perintah kepada Kardinal Bea selaku ketua sekretariat
Ekumenisme yang didirikan pada tanggal 5 Januari 1960 untuk menyusun suatu
pernyataan tentang sikap Gereja terhadap Yahudi (Bakker, 1972: 12).

2.

Naskah A: Deklarasi Tentang Orang Yahudi
Pada tahun 1962, rancangan pernyataan tentang Yahudi (Naskah A) selesai

disusun oleh sekretariat Ekumene. Dalam Naskah A ditegaskan bahwa bangsa
Yahudi tidak boleh dituduh telah melakukan deicidium (Pembunuh Tuhan).
Pernyataan dalam Naskah A ini mengundang berbagai reaksi hebat yang muncul
untuk melawan pernyataan Naskah A. Reaksi itu berasal dari pihak Arab Muslim
yang khawatir kalau-kalau pernyataan Naskah A mengandung pengakuan negara
Israel oleh Vatikan. Reaksi menghebat ketika diketahui bahwa Dr. Chaim Wardi,
yang dipilih oleh Kongres Yahudi untuk menjadi observer dalam sidang Konsili,
adalah petugas dari Kementerian Agama Israel. Meskipun Kardinal Bea
menjelaskan bahwa pernyataannya tidak mengandung maksud politik, namun
pihak Arab Muslim yang tidak memisahkan agama dari politik, tetap tidak mau
percaya. Oleh karena itu naskah A tidak jadi dibahas dan didistribusikan (Bakker,
1972: 12-13).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

3.

Naskah B : Sikap Gereja Katolik Terhadap Orang-Orang Bukan
Kristiani, Terutama Yahudi
Pada sidang umum bulan November tahun 1963, Naskah A direvisi dan

menjadi bab IV dari Unitatis Redintegratio. Soal deicidium tidak dimuat lagi.
Atas usul beberapa Kardinal bahwa agama-agama lain juga perlu diperhatikan,
dengan demikian keluarlah Naskah B dengan judul “Sikap Gereja Katolik
terhadap orang bukan Kristiani, terutama Yahudi”.
Naskah B juga menimbulkan reaksi perlawanan dari para uskup Arab.
Mereka tidak menyetujui Yahudi dimasukkan dalam dekrit tentang Ekumenisme,
karena bagi mereka bahwa ekumenisme merupakan rekonsiliasi antara orangorang yang sudah dibaptis dalam nama Kristus. Hal ini berarti orang Yahudi tidak
perlu

diikutsertakan

dalam

ekumenisme,

karena

kalau

orang

Yahudi

diikutsertakan tentunya dapat menyinggung umat dari Gereja Protestan dan
Ortodoks, karena penggabungan itu berarti mereka setingkat dengan orang
Yahudi, padahal Yahudi menolak Kristus sebagai Al-Masih. Selain itu juga, akan
menghambat usaha ekumenis.
Dengan demikian, kelompok yang tidak menyetujui penggabungan
tersebut menyarankan agar Naskah B dimasukkan ke dalam konstitusi Gaudium et
Spes, di mana rasialisme dan diskriminasi agama dicela, atau digabung dengan
Konstitusi tentang Gereja (Lumen Gentium) atau digabung dengan deklarasi
tentang Kebebasan Agama (Dignitatis Humanae). Karena perdebatan-perdebatan
tersebut tidak menemui kesepakatan, maka Naskah B tersebut ditarik kembali
supaya dapat berjalan lancar dalam penyusunan Unitatis Redintegratio.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Selama penundaan pembahasan Naskah B, pada tanggal 6 Januari 1964,
Paus Paulus VI berkunjung ke daerah Palestina dan mengadakan pertemuan
dengan para pemuka umat Islam di sana. Kemudian di dalam amanat Paskahnya
tanggal 29 Maret 1964, beliau memuji nilai rohani semua agama. Pada tanggal 19
Mei 1964 didirikan Sekretariat bagi umat non Kristen serta pada tanggal 6
Agustus 1964 Paus Paulus VI mengeluarkan Ensiklik Ecclesiam Suam yang isinya
antara lain mengatakan bahwa Gereja mempunyai kerinduan yang besar untuk
berdialog dengan agama-agama lain, terutama Islam. Semua itu dilakukan demi
memperlancar persoalan Naskah B serta menetralisir persoalan yang terjadi di
Timur Tengah (Bakker, 1972: 13).

4.

Naskah C : Deklarasi Tentang Orang Yahudi dan Orang Bukan Yahudi
Meskipun tekanan dari pemerintah Islam Arab yang dialamatkan ke

Vatikan semakin besar, namun Sekretariat Ekumenisme tidak mau mengendurkan
semangatnya. Pada tanggal 24 Februari sampai 4 Maret 1964, diadakan sidang
pleno yang menghasilkan naskah baru.
Naskah baru itu disebut Naskah C dengan judul “ Deklarasi tentang Orang
Yahudi dan Orang Bukan Yahudi”. Naskah ini ditempatkan sebagai lampiran II
dari skema Ekumenisme yang kelak menjadi Unitatis Redintegratio. Meskipun
soal orang Yahudi lebih diutamakan, namun suatu pembahasan tentang orang
Islam dan agama non Kristen lainnya juga sudah dimuat dalam naskah tersebut.
Naskah C merupakan suatu naskah singkat yang mencatat suatu kemajuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Pada tanggal 25 September 1964, Kardinal Bea memperkenalkan Naskah
C kepada sidang. Ia menjelaskan bahwa Gereja tidak selayaknya hanya berdiam
diri terhadap bangsa Yahudi karena Yesus dan para rasul sendiri mencintai bangsa
Yahudi.
Komisi Koordinasi memberi beberapa catatan atas Naskah C. Catatan itu
antara lain, meminta agar di dalam Naskah C dimuat suatu ajakan kepada umat
Katolik untuk tidak menyebut bangsa Yahudi sebagai bangsa yang terkutuk, serta
harapan eskatologis Gereja akan kesatuaannya dengan Israel hendaknya
ditampilkan dalam naskah itu. Catatan tersebut disalahmengerti oleh Rabbi
Yoshua Hecsel. Ia menilai pernyataan tersebut sebagai paksaan halus terhadap
bangsa Israel untuk menerima iman Katolik. Uskup Agung Heeman dari
Westminster memberikan suatu penjelasan. Namun bagi dia sendiri munculnya
kesalahpahaman dari pihak Yahudi merupakan alasan yang memadai untuk
melepaskan catatan dari Komisi Koordinasi atas Naskah C.
Protes tidak hanya muncul dari pihak Yahudi, tetapi juga dari pihak
Gereja. pada bulan Oktober 1964, Batrik Taffuni mencap Naskah C sebagai
sesuatu yang tidak berguna. Batrik Maximus menilai Naskah C sebagai rumusan
yang dijual oleh Uskup-Uskup kepada bangsa Yahudi. Menurut mereka,
kemajuan konsili di dalam menanggapi Naskah C merupakan hasil dari
propaganda Yahudi. Mereka juga menganggap intervensi para Uskup Amerika
yang gigih mempertahankan Naskah C merupakan konsekuensi dari minat
komersial bangsa Amerika yang memiliki hubungan bisnis dengan orang-orang
Yahudi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Sementara itu, pihak Islam Arab semakin mencurigai Konsili. Komisi
Tinggi Arab untuk masalah Palestina mengutus delegasinya ke Vatikan untuk
menyampaikan protes melawan usaha yang sedang dikerjakan konsili. Mereka
mendesak konsili agar segera menentukan sikapnya terhadap konflik IsraelPalestina.
Karena gelombang protes banyak bermunculan, maka Sekretariat
Ekumenisme mengadakan sidang pada 9 Oktober 1964. Pada kesempatan itu,
Kardinal Bea membacakan sepucuk surat dari Uskup Felici, sekretariat konsili
yang isinya meminta agar Naskah C ditinjau kembali dan mengusulkan agar
dimasukkan ke dalam skema tentang Gereja. Komisi Teologis yang menangani
dokumen tentang Gereja tidak menerima anjuran tersebut (Bakker, 1976: 14).

5.

Naskah D : Deklarasi Tentang Sikap Gereja Terhadap Agama-Agama
Non-Kristiani
Akhirnya diusulkan supaya Naskah C dijadikan naskah yang berdiri

sendiri. Usul tersebut diterima oleh sidang dan sejak saat itu Naskah C tidak lagi
ditangani oleh Sekretariat Ekumenisme, melainkan oleh panitia khusus. Mereka
mengolah Naskah C menjadi suatu naskah baru, yaitu naskah D dengan nama: “
Deklarasi Tentang Sikap Gereja Terhadap Agama-Agama Non-Kristiani ”. Soal
bangsa Yahudi tidak lagi mendapat penekanan khusus. Pernyataan sikap Gereja
terhadap bangsa Yahudi dipersatukan dengan teologi yang luas tentang agamaagama di dunia pada umumnya.
Naskah D kemudian diajukan kepada Sekretariat Ekumenisme. Setelah
mempelajari naskah tersebut, Sekretariat Ekumenisme segera menyerahkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

kepada sidang konsili pada tanggal 18 November 1964. Pemunggutan suara
secara perorangan dilaksanakan pada tanggal 20 November 1964. Sebagian besar
bapa konsili menerima naskah itu.
Kendati deklarasi tentang sikap Gereja terhadap bangsa Yahudi mendapat
kerangka baru, namun pihak Islam-Arab tetap menampakkan reaksi-reaksi yang
tidak bersahabat. Majelis ‘Ala Shu’un Arrabyyatum (berpusat di Cairo) mengutus
delegasinya ke Roma untuk memprotes pembebasan bangsa Yahudi dari tuduhan
deicidium. Radio Damaskus pada tanggal 18 November 1964 memaklumkan jihad
melawan Naskah D. Surat kabar-surat kabar Arab menuliskan bahwa Konsili
Vatikan II sama dengan Yudas II yang telah menjual Yesus, bukan dengan 30
keping perak melainkan dengan dolar-dolar Amerika. Demonstrasi melawan
Gereja terjadi di Damaskus. Sejumlah perkampungan Kristen di Allepo dilempari
granat oleh kelompok “Persahabatan Islam”. Muncul juga ancaman untuk
menutup sekolah-sekolah Katolik di Timur Tengah. Setelah mengetahui kejadian
tersebut Mgr. Willebrans, berkunjung ke Timur Tengah dan menyimpulkan
bahwa umat Katolik di sana sungguh-sungguh berada dalam bahaya.
Di Roma sendiri beredar buku-buku dan pamflet-pamflet anti Yahudi.
Sebuah buku berjudul Complotta Contra Ia Chiesa (Komplotan melawan Gereja)
disampaikan kepada bapa-bapa konsili. Beberapa Uskup menafsirkan Kisah Rasul
3:15 dan Roma 11 :28-29 secara anti semitisme. Seorang Uskup ortodoks mencap
bahwa Gereja telah jatuh ke dalam Nestorianisme bila menolak penggunaan
tuduhan deicidium terhadap bangsa Yahudi, karena itu di dalam kasus ini gelar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Theotokos (Bunda Allah) bagi Maria tidak dapat dibenarkan lagi (Bakker, 1976:
14).

6.

Naskah E : Deklarasi Tentang Sikap Gereja Terhadap Agama-Agama
Bukan Kristiani
Sesuai dengan hasil sidang tanggal 20 Mei 1964 bahwa Naskah D diterima

namun masih perlu penyempurnaan, maka dalam sidang keempat konsili, Naskah
D mengalami beberapa perubahan. Pada saat berlangsungnya sidang ke IV, aksi
protes terhadap konsili yang terjadi di luar sidang sudah mereda. Rumusan
terakhir yaitu Naskah E diajukan pada tanggal 15 Oktober 1965 dengan judul:
“Deklarasi Tentang Sikap Gereja Terhadap Agama-Agama Bukan Kristiani”.
Deklarasi ini berdiri sendiri, tidak dimuat atau dilampirkan pada naskah-naskah
lain seperti diusulkan terdahulu. Dari hasil pemungutan suara diperoleh data, ada
2221 orang menyatakan setuju, 38 orang menyatakan tidak setuju sedangkan
hanya 2 orang menyatakan abstain.
Pada tanggal 28 Oktober 1965, deklarasi itu ditetapkan secara resmi
dengan diberi nama Nostra Aetate, yang diambil dari dua kata pertama dari
deklarasi tersebut yaitu dari kata nostra dan aetate yang artinya “Zaman Kita”
(Bakker, 1976: 15).

B. Tujuan Deklarasi Nostra Aetate
Deklarasi Nostra Aetate merupakan salah satu dokumen hasil dari Konsili
Vatikan II, maka tujuan deklarasi Nostra Aetate juga merupakan bagian dari
keseluruhan tujuan yang ingin dicapai oleh Konsili Vatikan II. Maka sebelum kita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

mengenal tujuan dari deklarasi Nostra Aetate itu sendiri, kita perlu mengenali
terlebih dahulu tujuan pokok diadakannya Konsili Vatikan II.
Tujuan pokok dari Konsili Vatikan II adalah Aggiornamento. Maksud dari
Aggiornamento adalah suatu usaha pembaharuan Gereja sesuai dengan
perkembangan zaman agar Gereja mampu memberikan kesaksian secara otentik
mengenai kasih dan

Dokumen yang terkait

Sumbangan katekese umat sebagai upaya untuk meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Mansalong Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan.

2 16 158

Upaya meningkatkan pendampingan iman kaum muda di Paroki Santa Maria Mater Dolorosa, Soe, Keuskupan Agung Kupang melalui katekese umat model shared christian praxis - USD Repository

0 0 138

Belajar dari kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kualitas hidup beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis - Yogyakarta - USD Repository

0 1 144

Upaya memajukan hidup doa bagi para suster Jesus, Maria, Joseph demi meningkatkan karya kerasulan melalui katekese - USD Repository

0 0 141

Upaya menumbuhkan hidup doa dalam keluarga-keluarga kristiani umat lingkungan Santa Maria stasi Majenang paroki Santo Stefanus Cilacap melalui katekese umat - USD Repository

0 0 137

Upaya meningkatkan dialog antar umat beriman dalam masyarakat yang plural di Stasi St. Maria Cikampek Paroki Kristus Raja Karawang Jawa Barat melalui katekese - USD Repository

0 0 180

Pengampunan dan kerjasama sebagai kekuatan dalam upaya membangun hidup berkomunitas suster-suster Amalkasih Darah Mulia melalui katekese - USD Repository

0 2 176

Musik pop sebagai sarana katekese kaum muda - USD Repository

0 4 120

Sumbangan katekese umat bagi prodiakon melalui model shared christian praxis di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah - USD Repository

0 4 178

Upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat melalui katekese - USD Repository

0 3 236