Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Depernas-01 Bab-13

BAB 13.
KESEHATAN,
A. Pendahuluan.
Organisasi kesehatan telah mendjadi kotjar-katjir
selama pendudukan Djepang dan selama revolusi
nasional. Disamping itu pemberantasan penjakitpenjakit seperti: malaria, T.B.C., fram-boesia, tidak
berdjalan, pun djuga banjak bangunan-bangunan
kesehatan tidak terpelihara atau rusak. Achirnja
keadaan
kesehatan buruk karena kurangnja tenaga ahli (dokter dan
paramedis), sedang pendidikan tenaga-tenaga
baru dapat dikatakan belum begitu pesat djalannja.
B. Keadaan Kesehatan Rakjat
Untuk
mengadakan
gambaran
keadaan
kesehatan rakjat, sukar diperdapat angka-angka
statistik jang dapat dipertjajai. Dibawah
ini hanjalah ditjantumkan perkiraan mengehai
angka-angka kematian (untuk perbandingan diberikan angkaangka di India).

Tingkat Kematian baji Kematian ibu
kematian (infant morta- (maternity
lity rate)
mortality rate)
1 Indonesia (1951)
India
(1950)
2 Indonesia (1955)

22 %
115 – 300
16,5%
127
± 11,8% %
± 97
%

12 – 16%

± 4%


Sumber: Kementerian Kesehatan.
Mengenai penjakit menular: typhus, cholera
dysentri, meskipun tidak dapat diberi angka-angka
jang tepat, tetapi penderita penjakit ini tetap
banjak.
Penjakit tjatjar dapat dikatakan hingga Perang
Dunia II tidak terlihat di Indonesia disebabkan
vaksinasi dan revaksinasi. Tetapi pads tahun 1947
penjakit ini mulai berdjangkit di Sumatera (dari
Malaya) mendialar ke Djawa dan sekarang djuga ke
Kalimantan dan Sulawesi. Penjakit pes sebagai
suatu
wabah
belum
seluruhnja
dapat dibasmi scbab beberapa sumber masih belum
dapat dibe-rantas.
Disamping
peniakit

menular
ini,
banjak
gangguan
penjakit
rakjat:
malaria,
T.B.C.,
framboesia, lepra, trachoma dan penjakit kelamin.

201

Diantara ini malarialah jang paling berbahaja,
karena daerah-daerah malaria jang luas dan
tingginja
angka-angka
morbiditet
dan mortalitet. Taksiran angka mortalitet 1,3 —
l,5%, morbiditet 40% (angka mortalitet didaerah
jang chronis - epidemis dapat mentjapai 400%),

Angka-angka tentang T.B.C. ditaksir 189 per
100.000 untuk tingkat mortalitet dengan taksiran
0,75 sampai 1 djuta „open cases”. Salah satu
penjakit jang banjak terdapat ialah framboesia.
Ditaksir djumlah penderita 15% dari seluruh
penduduk, dan 6% dari ini jang dapat menular
dan 75% dari jang menular pada kanak-kanak
kurang dari 18 tahun. Penderita-penderita lepra
kira-kira
70,000
orang.
Trachoma
masih
meradjalela didaerah-daerah pantai dan ditempattempat dimana hygiene rakjat masih rendah.
Mengenai penjakit kelamin belum dapat diberikan
angkaangka jang tepat: menurut perkiraan sangat
mungkin frekwensinja lebih besar sesudah Perang
Dunia II,
C. Fasilitet-1asilitet Pengobatan.
Kemungkinan untuk pengobatan tidak begitu

besar, sebab rumah-rumah sakit (biasa dan
istimewa) menjediakan hanja 63.080 tempat tidur,
djadi suatu ratio 0,806 . Sedjumlah 12,940 tempat
tidur ada dirumah-rumah sakit istimewa, djumlah
jang sangat ketjil djika dibandingkan dengan
djumlah penderita.
Banjaknja Rumah-rumah Sakit Pemerintah dan
Partikelir
(achir tahun 1953)

1.
R.
Sakit Umum

29
9

223
06


113

1108
0

112

1415
7

524

Kekuatan
merawat

DJumlah

Banjaknja

Kekuatan

merawat

Partikelir

Banjaknja

Kekuatan
merawat

Kekuatan
merawat

njaBanjak-

Perintjian

Partikelir
Jg.
diselengga
ra-kan

Peleedntah
Banjaknja

Pemerint
ah

4754
3

2.
R.S.
Kusta
3.
R.S.
Djiwa
4.
R.S,
Bersalln
5.
R.S.

Math
6.
R.S.
Paru-paru

39

10

1742

1

250

50

5034

-


-

-

-

25

6978

12

304
2
697
8
359

7


128

27

736

96

1223

1

200

-

-

3

458

4

658

8

770

4

435

2

235

14

1440

Djumlah:

38
5

336
55

134

1338
5

145

1583
6

644

6287
6

20
3

219
43

-

-

407

3867
1

610

6061
4

25

1953
1940

Sumber: Kementerian Kesehatan
202

Kesukaran dalam pengobatan lebih terasa karena
tenaga dokter dan bidan terkumpul dikota-kota
besar dan karena kesukaran alat perhubungan.
Untuk meratakan usaha-usaha pengobatan, perhubungan merupakan sjarat utama.
D. Kebidjaksanaan Kesehatan.
Diadakan urgensi-program dalam lapangan
kesehatan jang terdiri atas 11 pasal:
1. a. Pemberantasan penjakit menular: tjatjar,
typhus, dysentri, cholera, dilangsungkan
setjara sistematis seperti sebelum perang;
djuga
pemberantasan
pes
diperhatikan
sepenuhnja; perbaikan perumahan rakjat
diadakan dimana perlu.
b. Pemberantasan penjakit rakjat dilapangan
kuratip dan preventip menurut tjara jang
sistematis.
Dengan
bantuan
UNICEF,
pemberantasan framboesia akan diperluas di
Djawa Tengah dan Djawa Timur, sedangkan
ditempattempat lain didjalankan dengan
effektip.
Pemberantasan penjakit kelamin dipersiapkan
di Surabaja. Untuk T.B.C. Pemerintah
menjiapkan BCG vaksinasi di Bandung.
Pemberantasan lepra menurut tjara modern
dengan meni-tik-beratkan pada pemeliharaan
kesosialan penderita. Perhatian sebesarbesarnja diberikan pada pemberantasan
malaria bersama-sama dengan WHO.
2. Pendidikan rakjat tentang kesehatan
hygiene mendapat perhatian sepenuhnja.

dan

3. Sangat perlu untuk memperbesar kapasitet
rumah-rumah sakit dengan meluaskan atau
mendirikan jang baru. demikian pula halnja
dengan balai-balai pengobatan. Direntjanakan
pendirian rumah-rumah sakit di Kebajoran, kabupaten
Bandung,
Subang,
Palembang.
Perluasan
diadakan
di
Bandung
(Rantjabadak),
Bukittinggi, Surabaja dan Semarang. Selain itu
akan ditjoba memakai auto-ambulance dan
kapal-kapal sebagai poliklinik berkeliling.

4. Pendidikan tenaga-tenaga kesehatan (dokter
dan para-medis).
203

5. Usaha untuk memperbesar persediaan obatobatan dan alatalat kedokteran dengan djalan
mengimpor lebih banjak. Dipertimbangkan
pula kemungkinan usaha untuk mendirikan
depot dan pabrik obat baru (pabrik pharmasi).
6.
Meneruskan
penjelidikan-penjelidikan
di
Balai-balai
dan
Lembaga-lembaga
Ilmu
Pengetahuan.
7.
Mulai dengan hygiene sosial, a.l. hygiene
industri.
8.
Dengan
bantuan
WHO
dan
UNICEF
dikerdjakan Rentjana Kesehatan Ibu dan Anak.
9.
Rentjana Pembentukan Djawatan Kesehatan
Desa dimulai dengan „Rentjana Bandung”,
jaitu rentjana integrasi usahausaha kuratip
dan preventip didusun.
10. Usaha perbaikan makanan rakjat bersamasama dengan F.A.O.
11. Memelihara kerdjasama dengan badanbadan internasional WHO, UNICEF, FAO, ICA.).
Program pekerdjaan Pemerintah dalam lapangan
kesehatan jang ditetapkan dalam tahun 1951 perlu
disebut disini sebab dianggap sebagai dasar
kebidjaksanaan kesehatan dart Kementerian Kesehatan dalam tahun-tahun berikutnja.
Didalamnja dapat dilihat usaha meninggikan
tingkat pengobatan kuratip dengan memperluas
dan mendirikan rumah-rumah sakit dan balai-balai
pengobatan.
Usaha preventip dipertahankan seperti sebelum
Perang Dunia II dalam pemberantasan penjakitpenjakit menular: cholera, typhus. pes dll. Tetapi
usaha-usaha pemberantasan penjakit rakjat: malaria, framboesia, trachoma, T.B.C., dengan bantuan
badan-badan
internasional
sangat
diperluas.
Tudjuan: membendung penjakitpenjakit rakjat
dalam waktu jang singkat.
Rentjana lain jang mendapat perhatian lagi ialah

rentjana
untuk
meluaskan
usaha-usaha
pengobatan-pengobatan kuratip dan preventip
didusun.
Untuk ini ada „Rentjana Bandung” jaitu rentjana
pertjobaan sebagai integrasi usaha kuratip dan
preventip.

204

E. Hasil-hasil sementara.
Meskipun usaha-usaha diatas belum mentjukupi,
namun sudah ada kemadjuan:
a. Epidemi besar dan berbahaja pada tahun 1954
tidak ada. Tjatjar, typhus, T.B.C. dan dysentri
hanja setjara insidentil. Djuga penjakit pes jang
pada tahun 1950 dan 1951 meminta banjak
korban (2 s/d 3000), dalam tahun 1954 banjak
berkurang (119). Pun daerah-daerah pes lebih
ketjil dari keadaannja pada tahun 1950/1951.
6. Pemberantasan penjakit rakjat berdjalan pesat:
-- Kampanje anti framboesia dimulai pada tahun
1950 dengan bantuan WHO dan UNICEF
didaerah
Djokja
dan
Djakarta
dan
sekarang
sudah
merupakan
kampanje
umum.
Achir 1954 daerah jang berpenduduk lebih
dari 15 djuta diperiksa dan 2 djuta telah
diobati.
BCG vaksinasi, memberantas T.B.C. dimulai
didaerah Bandung dengan bantuan WHO dan
UNICEF. Achir tahun 1954 telah diperiksa 2
djuta lebih.
 Pemberantasan malaria jang dimulai dengan
penjemprotan
DDT,
menundjukkan
kemadjuan-kemadjuan
(daerah-da-erah
Metro, Tjihea, Tjilatjap).
 Penjakit kelamin diberantas setjara sistematis
oleh
Lembaga
Pusat
Penjelidikan
dan
Pemberantasan
Penjakit
Kelamin
di Surabaja, sebagai pusat penjelidikan,
pemberantasan dan pendidikan.
 Usaha
pemberantasan
kusta
diperluas
dengan pendirian
Rumah Sakit Kusta jang besar di Tangerang.
Penjelidikan
epidemiologis,
dimulai
didaerah
Wates
(Krawang).
 Trachoma diberantas dengan bantuan WHO
dan UNICEF
di Djawa dan Sumatera Selatan.
c. Dilapangan Kesedjahteraan Ibu dan Anak ada
kemadjuan jang amat pesat. Dengan bantuan
UNICEF dan WHO telah di-perluas, hingga pada
tahun 1954 telah ada 1.100 Balai Kesehatan Ibu dan Anak.

d. Djumlah tempat tidur rumah sakit pada tahun
1954 sudah 63.080 buah.
e. Djumlah Poliklinik pada achir tahun 1954 ada
3.153 buah diantaranja 2.908, milik Pemerintah.
205

f. Dengan adanja Lembaga Orthopaedi dan
Prothese, maka soal rehabilitasi penderita tjatjad
diberi perhatian.
g. Djumlah tenaga kesehatan kelihatan meningkat.
Tenaga kesehatan

Djumlah

Pemerinta
h
896
144
4
232
835
570
5.500
55
14
-

Dokter
1.504
Dokter gigi
260
Ahli obat
108
Pembantu ahli obat
1.174
Bidan
1.838
Perawat
727
Djururawat
6.000
Analis
64
Ahli dieet
14
Tenaga para-medis
3.200
lain
Sumber: Kementerian Kesehatan (tahun
1954).
F. Rentjana Lima Tahun.
Sebagai inti dari Rentjana Lima Tahun Kesehatan
ini dapat ditentukan pokok-pokoknja sbb,:
1. Rentjana Usaha Perawatan (rumah-rumah sakit,
poliklinik dan perluasan Rentjana Bandung),
2. Rentjana Pemberantasan Penjakit Rakjat,
3. Rentjana Pemberantasan Penjakit Menular.
4. Rentjana Kesehatan Desa.
5. Rentjana Kesehatan Sekolah.
6. Rentjana Pendidikan.
7. Rentjana Laboratorium.
8. Rentjana Lain-lain.
Untuk menjelenggarakan rentjana-rentjana ini
jang meliputi djangka waktu jang lebih pandjang,
claim
Rentjana
Lima
Tahun
ini disediakan biaja sebanjak Rp. 250 djuta.
Adapun pembiajaan pegawai-pegawai dan lain-lain
jang meru-pakan pengeluaran routine, termasuk
Anggaran Belandja biasa,

206

1.

Rencana usaha Perawatan.

Rentjana ini meliputi 3 bagian:
a. Rentjana mendirikan dan memperluas rumah-rumah
sakit.
b. Djuga
memperbanjak
djumlah
balai-balai
pengobatan guna pengobatan-pengobatan ringan.
c. Usaha-usaha untuk memperluas „Rentjana Bandung”.
Rentjana jang tiga buah ini, dapat dipandang
sebagai rentjana kesatuan pengobatan kuratip dan
preventip.
Rentjana rumah-rumah sakit berpangkal pada
maksud untuk meninggikan perbandingan djumlah
tempat tidur dan penduduk, jang sekarang kirakira 0,8:1000. Maksud semula untuk mening-gikan
ratio sampai 1% ternjata terlalu berat, disebabkan
biaja-biaja jang tinggi, sehingga diturunkan sampai
0,90%
Djika djumlah penduduk pada permulaan tahun
1960
kurang
lebih
sebanjak
89,8
djuta
(pertambahan penduduk tiap tahun 1,7%) maka
djumlah tempat tidur haruslah sebanjak 80.820
buah. Maka harus ada tambahan 80.020 — 63.080
= 17.740 tempat tidur.
Djumlah ini dapat dibagi
sbb.:
Untuk
R.S. U.
RS. Djiwa
R.S. Paru-paru
R.S. Kusta
RS. Mata
R.S. Kelamin
R.S. Baji/Anak
R.S. Pasien Chronis
R.S. Bersalin

50%
4%
=
10%
4%
4%
4%
10%
=4%
10%

=

887
71
0
=
177
4
=
71
0
=
71
0
=
71
0
177
4
=
71
0
=
177
4
Disamping
rentjana
memperluas
fasilitet
pengobatan, sangat perlu memperluas balai-balai
pengobatan
jang
pada
achir
tahun
1954 berdjumlah 3.153 buah; dan diusahakan agar
djumlah
ini
dalam 5 tahun dapat ditambah dengan 1400 buah.
Berdasarkan praktek, pemerintah daerah lebih
mudah mendirikannja.
Achirnja perluasan „Rentjana Bandung” jang

melengkapi ren-tjana ini dengan usaha-usaha
preventip.
Rentjana
ini
mempersatukan usaha-usaha preventip dan kuratip oleh
Pemerintah Pusat, daerah, dengan kerdja sama
dengan masjarakat setempat. Ini
207

penting sekali, sebab usaha ini, terutama jang
bersifat preventip tidak akan berhasil djika tidak
ada dukungan masjarakat. (Lihat bab, mengenai
Pembangunan Masjarakat Desa).
Diambil sebagai pangkal ialah daerah kabupaten
dan jang setingkat, daerah-daerah dimana ada
rumah-rumah sakit jang dianggap dapat diperluas
djadi rumah sakit pusat.
Maksud semula untuk mendirikan dalam 3
kabupaten pertjon-tohan ini 3 pusat kesehatan dan 2
rumah sakit pembantu, masingmasing dengan 15
dan 40 tempat tidur; pusat kesehatan diibu kota
ketjamatan dengan usaha-usaha kuratip dan
preventip; rumah sakit pembantu untuk orang sakit
ringan. Usaha-usaha preventip pusat kesehatan ini
melebarkan
usaha-usahanja
kedesa-desa
dengan pembentukan djawatan hygiene desa,
memeriksa orang-orang hamil dan anak-anak, djuga
balai penasehat desa untuk pengobatan-pengobatan
ringan. Seperti rumah sakit, djuga ini perlu
dibatasi, karena bukan lagi 3 buah pusat
kesehatan dan 2 rumah sakit pembantu, melainkan
satu pusat kesehatan dan satu rumah sakit
pembantu jang akan didirikan,
Rentjana perluasan „Rentjana Bandung” meliputi
12 buah kabupaten (tersebar diseluruh Indonesia);
diharapkan
pertambahan djumlah tempat tidur sebesar 660 buah.
Pelaksanaan Rentjana ini sebaiknja diselenggarakan
dalam rangka Rentjana Pembangunan Masjarakat
Desa,
2. Rentjana Pemberantasan Penjakit Rakjat.
Malaria, T.B.C., framboesia, penjakit kelamin,
trachoma banjak diderita di Indonesia. Malarialah
jang dianggap sebagai musuh terbesar. Ditaksir
pada tahun 1951, 30 djuta rakjat Indonesia menderita penjakit malaria, dan 120.000 coati karena
malaria. T.B,C., penjakit kelamin, framboesia dan
trachoma dianggap sebagai penjakit jang banjak
mengakibatkan korban.
a. Malaria.
Rentjana pemberantasan malaria adalah suatu
landjutan dan perluasan „malaria control program”
dari Kementerian Kesehatan, Meskipun telah dimulai
pada tahun 1950, kemadjuan sedikit sekali dan barn
3 djuta orang dapat dilindungi dari malaria

dengan D D T (D D T house spraying). Beberapa
persoalan
timbal,
dan
jang paling panting ialah kekebalan D D T (D D T
resistance)
pada penghantar malaria (malaria vectors). Untuk
mentjegah mendjalarnja kekebalan kedaerah-daerah
lain, diperlukan rentjana besar-besaran untuk
membasmi malaria setjepat mungkin, jakni
208

dengan diadakannja penjemprotan diseluruh
daerah-daerah
mala-ria dengan pengendapan
penjemprotan rumah dengan obat pembunuh
serangga (residual insecticide house spraying).
Tiap daerah disemprot paling sedikit 3 tahun
berturut-turut. Jang dipakai terutama D D T, dan
didaerah-daerah
dimana
terdapat
kekebalan
dipakai Dieldrin. Sesudah 5 tahun penjemprotan
besar-besaran dihentikan dan dilandjutkan usaha
pemeliharaan jang tidak banjak makan ongkos.
Rentjana ini mendapat bantuan I C A berupa alatalat, bahan-bahan dan ahli-ahli dan dimulai pada
tahun 1955 dan akan berachir pada tahun 1959,
Dari fihak Indonesia disediakan biaja untuk
keperluan
pengeluaran-pengeluaran
berdjalan
(current); djuga untuk keperluan pendidikan
Lembaga Malaria.
Karena
perkembangan-perkembangan
ilmu
pengetahuan jang sangat pesat belakangan ini,
maka
perlu
diadakan
penjesuaian
dalam usaha pemberantasan malaria ini. Disini perlu
kiranja dipertimbangkan usaha pendirian pabrik D D
T
sendiri
di
Indonesia, dan djuga harus dikemukakan urgensi dari
suatu
laboratorium malaria dan diadakannja „malaria sanitation”.
b. T. B. C.
Sesudah malaria, T.B.C, adalah penjakit rakjat
jang utama. Taksiran jang rendah mengenai
kematian ialah + 190 per 100.000 dan 750.000 —
1.000.000 sarang-sarang terbuka (open cases).
Penjakit ini termasuk penjakit rakjat (social
diseases), jang banjak dipengaruhi oleh keadaan
sosial-ekonomis djadi erat hubungannja dengan taraf
hidup.
Pada umumnja pemberantasan T.B.C. bersifat
preventip dan kuratip. Usaha pemberantasan dalam
20 tahun belakangan ini memindahkan titik beratnja
pada usaha „preventip aktip ” dan meliputi: B C G
vaksinasi, mendirikan pusat pengobatan T.B.C.
(consultatie bureaux), dan kampanje Sinas X
(mase X-ray Campaign).
Rentjana B C G vaksinasi setjara luas (mass
prevention program) telah dimulai pada tahun
1954 dengan bantuan UNICEF dan W H 0 berupa
bahan-bahan.
Ini
akan
berachir

pada tahun 1960 dan diharapkan akan sudah
disuntik 30 djuta penduduk. Titik berat harus
diletakkan
pada
kota-kota
(besar
dan ketjil) oleh karena „kepadatan-infeksi (infectie
dichtheid)
dan „kemungkinan infeksi” (inlectie-kansen) dikotakota
lebih
besar dari pada didesa-desa.
209

Perlu dipertimbangkan djuga pemblkinan B C G
vaksin
sendiri
di Indonesia.
c. Framboesia.
Dalam tahun 1954 telah dimulai dengan
pelaksanaan
suatu
rentjana
pemberantasan
framboesia dengan bantuan W H 0 dan UNICEF.
Menurut rentjana pengobatan akan meliputi
daerah jang berpenduduk 65 djuta orang.
Didalam Rentjana Lima Tahun ini pemberantasan
framboesia adalah kelandjutan usaha tersebut
diatas jang ternjata berdjalan pesat menurut
rentjana,
Penjakit framboesia adalah penjakit jang hingga
kini masih besar bahajanja, dan terdapat dilapisan
rakjat jang miskin dimana keadaan sosial dan
hygiene adalah buruk. Dengan diketemukannja
penniciline, maka pemberantasan penjakit ini
mengalami fase baru, karena terbukti telah dapat
memberikan hasil jang sangat baik, Penjelidikanpenjelidikan jang selandjutnja diadakan dalam
tjara pemberantasan ini menghasilkan suatu tjara
jang lebih baik. Maka berhubung dengan itu telah
disetudjui oleh Kementerian Kesehatan untuk
memperluas usaha-usaha pemberantasan ini keseluruh Indonesia.
d. Penjakit mata
Diantara penjakit-penjakit mata, trachomalah jang
diderita sebagian besar rakjat. Ada beberapa
daerah jang merupakan
sarang trachoma, jaitu:
daerah
-- Tangera
ng
,,
Tjirebon -- Semara
,,
Surabaja -- Gresik.
Angka kedjangkitan dalam daerah-daerah ini
adalah 50 --- 75%, Soal trachoma terutama terdapat
di Djawa chusus pada golongan anak-anak. Angka
kedjangkitan umum adalah 40 -- 50%.
Penjakit mata, terutama trachoma, mendjadi suatu
masalah kesehatan rakjat (public health problem)
jang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial-ekonomis
dan sosial-hygienis.
Usaha-usaha pemberantasan penjakit mata perlu

diperluas sebanjak mungkin dan dalam hal trachoma
dititik-beratkan pada pemberantasan pada anakanak. Pemberantasan ini pada dasarnja terdiri atas
mengedjar kesehatan mata seumumnja dan
pemberan-

210

tasan trachoma chususnja. Pendidikan perawat mata
amat penting karena usaha kesehatan mata harus
dikerdjakan oleh pegawai tersendiri.
Koordinasi dan pemberian petundjuk-petundjuk
umum jang harus diselenggarakan oleh Pemerintah
Pusat
adalah
pada
tempatnja kalau dilakukan oleh Bagian Kesehatan Mata
Kementerian Kesehatan.
Pemberantasan penjakit-penjakit mata setjara
„nationwide ” akan didasarkan atas hasil-hasil
pekerdjaan
.,initial
anti-trachoma
projects”
dibeberapa daerah, seperti jang telah dikerdjakan
didaerah Tangerang.
3. Rentjana Pemberantasan penjakit menular.
Ini sebagian besar dititik beratkan pada usahausaha perbaikan keadaan karantina di Indonesia.
Soal ini mendjadi amat penting sebab Indonesia
mempunjai hubungan jang ramai dengan luar
negeri.
Selama 8 tahun perang, pelabuhan-pelabuhan
laut dan udara rusak, maka itu perlu diperhatikan
persoalan-persoalan sebagai akibatnja, chusus
keadaan karantina.
Dalam
rentjana
ini
perhatian
teristimewa
ditudjukan pada pelabuhan-pelabuhan kelas I
Tandjung
Priok,
Makasar,
Bitung.
Medan,
Surabaja begitu djuga Kemajoran, Medan dan
Surabaja.
Rentjana
lain-lain
mengenai
pemberantasan
penjakit
menular
sekarang
tetap
bersifat
pemeliharaan. Pada tahun-tahun terachir impes
menundjukkan ketjendrungan menurun. Tetapi
„pooling test”, pemeriksaan apakah ada: tikus-tikus
disatu daerah, terus diadakan, Djika ada sumbersumber pes, segera disusul dengan penjemprotan
DDT, vaksinasi dan perbaikan rumah.
4. Rentjana Kesehatan Desa.
Salah suatu atjara terpenting didalam Rentjana
Kesehatan
Desa
jang
dapat
diselenggarakan
didalam
rangka
Pembangunan Masja-rakat Desa, ialah hygiene
lingkungan
hidup
jang
meliputi
tindakan-tindakan
jang
ditudjukan
kepada

lingkungan
manusia
dengan
maksud
mempengaruhi atau merobah lingkungan itu
sehingga faktor-faktor jang tidak baik dikontrol
sedemikian rupa, sehingga manusia dapat hidup
sehat. Sebenarnja hygiene ling-kungan ini tidak
dapat dipisahkan dari hygiene perseorangan. jang
satu mempengaruhi jang lain.

211

Usaha pokok dalam lapangan ini dalam garis
besarnja ialah mengusahakan agar penduduk desa
menjelenggarakan hal-hal sbb:
a. mengadakan persediaan air jang tjukup dan baik
untuk di., minum dan mandi;
b. mengatur pembuangan kotoran baik jang berasal
dari manusia dan binatang, maupun dari rumahrumah, pekarangan-pekarangan dan djalandjalan;
c. mendirikan
rumah-rumah
jang
baik,
memperbesar djumlah rumah-rumah maupun
memperhatikan konstruksi dari rumahrumah,
agar supaja rumah-rumah itu mendjadi pusat
kese-nangan rumah-tangga jang sehat (lihat
Bab „Perumahan’’);
d. pembasmian binatang-binatang ketjil seperti
lalat, njamuk atau kutu-kutu jang dapat
membawa bibit penjakit dari sisakit keorangorang jang sehat;
e. memperhatikan hygiene makanan dan minuman.
Pada umumnja usaha-usaha hygiene lingkungan
hidup harus dikerdjakan oleh „Sanitarians ” dengan
pertolongan dari Djawatan Perumahan Rakjat dan
Djawatan Peternakan.
Oleh karena situasi di Indonesia dilapangan
hygiene lingkungan masih ,.onoverzichtelijk", perlu
sekali dibeberapa tempat diadakan „pilot-projects ”
jang bisa mendjadi „demonstration dan teaching
centres” bagi seluruh Indonesia. Untuk hal ini WHO
bersedia memberikan pertolongan, baik jang
mengenai
personil
maupun
jang mengenai alat-alat.
Soal
meradjalelanja
penjakit-penjakit
jang
disebabkan oleh kurang baiknja keadaan hygiene
lingkungan
di
Indonesia,
disebabkan pula oleh kurang pengertian tentang hygiene
perseorangan dan hygiene umum. Maka oleh karena
itu
soal
pendidikan
kesehatan kepada rakjat adalah suatu soal jang
teramat pentingnja. Pada umumnja dapat dikatakan
bahwa semua usaha dilapangan kesehatan rakjat
tidak akan berhasil, djika rakjat itu tidak diberikan pendidikan dan penerangan jang sebaikbaiknja tentang soal-soal itu.
Pendidikan
kesehatan
kepada
rakjat
ini
bermaksud:

a. menimbulkan suatu pengertian jang baik dari
penduduk ten-tang masalah-masalah kesehatan;
b. menggerakkan rakjat agar supaja mereka turut
serta dengan aktip atas dasar pengertian tadi
untuk mentjapai tudjuan-tudjuan tersebut;

212

c. mengusahakan suatu tingkat dimana masjarakat
sendiri telah memikul tanggung-djawab atas
keadaan kesehatannja.
Setjara umum, methodik pendidikan kesehatan
didjalankan dengan djalan: penerangan lisan, tulisan
dan audiovisuil (film). Pendidikan ditudjukan kepada
perseorangan, keluarga, perkum-pulan-perkumpulan,
anak-anak sekolah. Methode-methode jang sederhana
dan praktis jang disesuaikan kepada kebutuhankebutuhan dan minat penduduk adalah jang terbaik.
Disamping met- hode-methode jang sederhana ini
ada djuga methode-methode spesial jang ditudjukan
kepada golongan-golongan penduduk jang tertentu,
umpamanja kaum tani, buruh perusahaan, guru dsb,
Sudah barang tentu bahwa usaha-usaha ini hanja
dapat didjalankan oleh tenaga-tenaga jang faham
mengerdjakan
pekerdjaan ini.
5. Rentjana Kesehatan Sekolah.
Mendjelang dilaksanakannja Rentjana Wadjib
Beladjar, telah diadakan langkah-langkah pertama
untuk
didjadikan
dasar
dari
usaha kesehatan sekolah dan ini untuk sementara
waktu diselenggarakan Bagian Kesehatan Desa
Kementerian Kesehatan.
6. Rentjana Pendidikan.
Karena kekurangan akan pegawai terlatih dalam
masing-masing kedjuruan dan keahlian, maka telah
direntjanakan
untuk
meng-adakan
perluasan
lapangan pendidikan tenaga-tenaga kesehatan,
sehingga dalam waktu singkat dapat diharapkan
tenaga-tenaga kesehatan dalam djumlah jang tjukup.
Maka perlu diadakan penindjauan soal pendidikan
setjara integral.
Didalam penindjauan itu ada beberapa soal jang
memerlukan penjelidikan, ialah:
a. djenis tenaga, suatu hal jang berhubung dengan
usaha jang akan dikerdjakan,

b. tjara pendidikan, suatu hal jang berhubungan
dengan „basic education ” dan lamanja pendidikan;
disitupun termasuk; penetapan mata peladjaran
dan bahan peladjaran,
c. djumlah dari tiap djenis tenaga jang dibutuhkan
dalam
tahuntahun
j.a.d.,
menurut
suatu
perentjanaan jang tertentu.
213