Pengaruh Budaya Organisasi KaizenTerhadap Kinerja Kerja Karyawan pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk (Jalan Ahmad Yani No. 2 Kesawan Medan)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budaya Organisasi
2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi
Penggunaan istilah budaya organisasi dengan mangacu pada budaya
yang berlaku dalam perusahaan, karena pada umumnya perusahaan itu dalam
bentuk organisasi, yaitu kerja sama antara beberapa orang yang membentuk
kelompok atau satuan kerja sama tersendiri.
Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak,
yang

dapat

menggerakkan

orang-orang

dalam

suatu


organisasi

untuk

melakukan aktifitas kerja.Budaya organisasi yang kuat mendukung tujuantujuan perusahaan, sebaliknya yang lemah atau negatif menghambat atau
bertentangan dengan tujuan-tujuan perusahaan.
Dalam suatu perusahaan yang organisasinya kuat, nilai-nilai bersama
dipahami secara mendalam, dianut, dan diperjuangkan oleh sebagian besar
karyawan

perusahaan.Budaya

yang

kuat

dan

positif


sangat

berpengaruh

terhadap perilaku dan efektifitas kinerja perusahaan sebagaimana dinyatakan
oleh Deal et al

(Sutrisno,2010:3), karena menimbulkan antara lain sebagai

berikut:
1.

Nilai-nilai

kunci

yang

salilng


menjalin,

tersosialisasikan,

menginternalisasi, menjiwai pada para anggota, dan merupakan
kekuatan yang tidak tampak.

12

Universitas Sumatera Utara

13

2.

Perilaku-perilaku

karyawan


secara

tak

disadari

terkendali

dan

terkoordinasi oleh kekuatan yang informal atau tidak tampak.
3.

Para anggota merasa komit dan loyal pada organisasi.

4.

Adanya musyawarah dan kebersamaan atau kesertaan dalam halhal

yang


berarti

sebagai

bentuk

partisipasi,

pengakuan,

dan

penghormatan terhadap karyawan.
5.

Semua kegiatan

berorientasi


atau diarahkan

kepada

misi

atau

tujuan organisasi.
6.

Para

karyawan

merasa

senang,

karena


diakui

dan

dihargai

martabat dan kontribusinya, yang sangat rewarding.
7.

Adanya koordinasi, integrasi, dan konsistensi yang menstabilkan
kegiatan-kegiatan perusahaan.

8.

Berpengaruh

kuat

terhadap


organisasi

dalam

tiga

aspek:

pengarahan perilaku dan kinerja organisasi, penyebarannya pada
para anggota organisasi, dan kekuatannya, yaitu menekan para
anggota untuk melaksanakan nilai-nilai budaya.
9.

Budaya

berpengaruh

terhadap


perilaku

individual

maupun

kelompok.
Jika suatu perusahaan menerapkan budaya organisasi yang benar-benar
dikelola sebagai alat manajemen akan berpengaruh dan menjadi pendorong
bagi karyawan untuk berperilaku positif, dedikatif, dan produktif. Nilai-nilai
budaya

itu

tidak

tampak,

tetapi


merupakan

kekuatan

yang

mendorong

perilaku untuk menghasilkan efektifitas kerja.

Universitas Sumatera Utara

14

Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan,
nilai-nilai dan norma yang di kembangkan dalam organisasi yang dijadikan
pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah
adaptasi eksternal dan integrasi internal (Mangkunegara,2005:113)
Kesimpulannya adalah bahwa budaya organisasi berkaitan dengan menifestasi
dari perilaku sosial dan pengalaman manusia secara menyeluruh atau isu-isu

(Liliweri,2013:283) seperti:
1.

Cara bekerja yang terorganisasir dan berpengalaman.

2.

Bagaimana kewenangan dipakai dan didistribusikan.

3.

Bagaimana seseorang merasa berada dalam organisasi dan merasa
mendapat ganjaran, diorganisasikan, dan dikontrol.

4.

Nilai-nilai kerja dan orientasi kerja dari staf.

5.

Derajat formalitas, standarisasi, dan control melalui sistem yang ada
dan akanada.

6.

Nilai yang ada dalam perencanaan, analisis, logis, dan adil.

7.

Bagaimana sedikit inisiatif diajukan, pengambilan resiko, dan ruang
lingkup individu mengekspresikan dirinya.

8.

Aturan dan harapan tentang seggala sesuatu yang bersifat informal
dalam relasi antar pribadi, berpakaian, tampilan pribadi, dan lainlain.

9.

Diferensiasi status.

10.

Penekanan atas aturan (prosedur)

11.

Spesifikasi tampilan dan hasil tim kerja.

Universitas Sumatera Utara

15

2.1.2 Konsep Budaya Organisasi
Menurut Seckman (Sutrisno,2010:7) terdapat 5 kelompok pendekatan,
pandangan atau mahzab dalam mempelajari budaya, antara lain:
1.

Pendekatan evolusi

2.

Pendekatan partikularisme

3.

Pendekatan fungsionalisme

4.

Pendekatan materalialisme kultur, dan

5.

Pendekatan idealism kultur

Yang terkhir, yaitu pendekatan idealism kultur, terdiri atas empat aliran:
(1)antropologi psikologikal, (2)etnografi, (3)strukturalisme, (4)antropologi simbolik.
Empat aliran ini semuanya berpengaruh terhadap kepustakaan manajemen dan
menimbulkan tiga pendekatan, perspektif atau pandangan mengenai budaya
organisasi, yaitu:
1.

Pandangan pola (pattern) atau pandangan konfigurasionis, yang
kemudian disebut pandangan holistis.

2.

Pandangan

berorientasi

manifestasi,

termasuk

fungsionalisme,

yang kemudian disebut pandangan variable atau perilaku.
3.

Pandangan

idealional

termasuk

simbolisme,

yang

kemudian

disebut pandangan kognitif.
1. Pandangan Holistis
Pandangan holistis ini mencakup semua fase budaya , dan mamadukan
perkembangan
Namun,

historical

apabila

dengan

pandangan

sifat-sifat
ini

evolusioner

digunakan

yang

dalam

dinamik.
penelitian

Universitas Sumatera Utara

16

akanmenimbulkan

kesulitan,

karena

mempelajari

budaya

organisasi

dengan pandangan ini berarti harus melakukan etnograpi jangka panjang
yang memfokuskan berbagai aspek dan mengumpulkan berbagai macam
data yang diduga termasuk dalam budaya organisasi.
2. Pandangan Variabel
Pandangan variabel ini lebih memfokuskan pada ekspresi budaya yang
dapat disimak dalam bentuk verbal dan perilaku fisikal atau praktik,
merupakan

manifestasi

menguraikan

dengan

banyak

kultur

menggunakan

kemungkinan

terjadi

yang

tangible.

pandangan

ini

Menjelaskan
juga

dugaan-dugaan,

sulit,

sehingga

dan
karena
dapat

menimbulkan kesalahan-kesalahan dan bias-bias dalam sistematikanya.
3. Pandangan Kognitif
Menurut pandangan ini yang akan disebut budaya organisasi dapat digambarkan
sebagai suatu konstruksi aturan-aturan sosail yang memedomani atau menuntun
persepsi dan pikiran. Budaya organisasi menurut pandangan ini memberikan
desain konseptual yang berisi standar untuk mengambil suatu keputusan
mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana melaksanakannya.
2.1.3 Fungsi Budaya Organisasi
Fungsi

budaya

kerja

adalah

sebagai

perekat

sosial

dalam

mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan organisasi beruapa
ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh
para karyawan. Hal ini dapat berfungsi pula sebagai control atas perilaku
para karyawan.

Universitas Sumatera Utara

17

Menurut Robbins (Sutrisno,2010:11) dari sisi fungsi, budaya organisasi
mempunyai

beberapa

fungsi.

Pertama,

budaya

mempunyai

suatu

peran

pembeda. Hal itu berarti bahwa budaya kerja menciptakan pembedaan yang
jelas antara satu organisasi dengan yang lain. Kedua, budaya organisasi
membawa

suatu

rasa

budaya

organisasi

sesuatu

yang

identitas

bagi

mempermudah

lebih

luas

anggota-anggita

timbul

daripada

pertumbuhan

kepentingan

diri

organisasi.Ketiga,
komitmen

pada

individual.Keempat,

budaya organisasi itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.
Dalam
perekat

hubungannya

sosial

yang

dengan

membantu

segi

sosial,

mempersatukan

budaya

berfungsi

organisasi

itu

sebagai
dengan

memberikan standar-standar yang tepat untuk apa yang apa yang harus
dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Budaya berfungsi

sebagai

mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk
sikap serta perilaku para karyawan (Gordon,1991).
2.1.4 Nilai - Nilai Budaya Organisasi
Observasi yang dilakukan Miller selama 14 tahun pada berbagai perusahaan di
Amerika, disimpulkan setidak-tidaknya ada delapan nilai primer yang menjadi
senibudaya perusahaan yang sukses, yaitu asas-asas: (1)tujuan, (2)consensus,
(3)keunggulan, (4)kesatuan, (5)prestasi, (6)empiris, (7)keakraban, dan integrasi
(Sutrisno,2010:16)

Universitas Sumatera Utara

18

Secara singkat masing-masing asas itu diuraikan berikut ini:
1.

Asas Tujuan
Perusahaan
untuk

yang

paling

menghasilkan

berhasil

produk

ialah

dan

yang

jasa

menetapkan

yang

tujuannya

bermanfaat

bagi

pelanggannya, dan yang dapat membangkitkan semangat dan motivasi
kerja

para

pandangan

karyawannya.Pimpinan
yang

luhur

perusahaan

mengenai

harus

tujuan

mempunyai

perusahaan

dan

membangkitkan para karyawan untuk bekerja kearah tujuan itu.Para
karyawan

dapat

dibangkitkan

semangat

dan

energinya

untuk

memfokuskan pada produk dan pelanggan, yaitu produk yang sebaik
mungkin, dan pelanggan yang sepuas mungkin.
2.

Asas Konsensus
Suatu perusahaan yang sukses dimasa depan ialah yang pimpinannya
berhasil membuat kearifan kolektif dalam membuat keputusan, yaitu
keputusan bersama yang dibuat sebaik mungkin. Keputusan konsensus
adalah

keputusan

kelompok,

yang

pada

umumnya

lebih

kompleks,

berjangka panjang, strategis, dan dicapai dengan pertimbangan cermat
dari pengetahuan orang banyak yang dilibatkan.
Keputusan konsensus itu lebih baik, kreatif, lebih tegas, dan diikuti oleh
tindakan-tindakan
otoriter,komando,
untuk

terpadu
atau

mengembangkan

dibandingkan

konsultasi.
proses

Adalah

dengan
tugas

konsensus

keputusan-keputusan
manajer
karena

masa

kini

perusahaan-

Universitas Sumatera Utara

19

perusahaan terkemuka yang berhasil mengakui bahwa keberhasilannya
itukarena keputusan-keputusan didasarkan atas asas konsensus.
3.

Asas Keunggulan
Keunggulan merupakan semangat yang menguasai kehidupan dan jiwa
seseorang atau perusahaan. Keinginan atau motivasi keunggulan adalah
proses

yang

tersendiri

tidak

pernah

.keunggulan

berakhir

yang

memberikan

dapat

dicapai

sebagai

hanya

kepuasan
hasil

dari

kemampuan mempelajari dan menanggapi keadaan lingkungan dengan
cara-cara

yang

menciptakan

kreatif

budaya

dan

produktif.

keunggulan

Manajer

dan

yang

berhasil,

melaksanakannya

dengan

perjuangan yang konstan dengan mengembangkan tiga unsure, yaitu :
standar, motivasi, dan umpan balik.
4.

Asas Kesatuan
Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, tidak lagi terpecah-pecah
dalam kelas-kelas secara tradisional. Sudah waktunya para karyawan
berpartisipasi

dalam

manajeman

dan

melakukan

pekerjaan

yang

produktif, karena tuntutan dunia perusahaan modern sekarang tidak lagi
membedakan

antara

pekerja

otak

yang

melulu

sama

saja

dengan

pekerjaan yang menggunakan hanya otot semata-mata.
Usaha
akan

mempertahankan
tetap

terutama
dan

menjadi

pada

tidak

sektor

pembeda-pembedaan
penghalang

untuk

kelas

dalam

terciptanya

manufacturing.Pembeda-pembedaan

menyenangkan

itu

baik

antara

manajemen

perusahaan
produktivitas,
yang

salah

dan

non-

Universitas Sumatera Utara

20

manajemen, maupun antara kelompok atau kelas yang satu dengan yang
lainnya,

hanya

merupakan

ketidak-efisiensian
dibedakan

harus

bibit-bibit

dalam
diubah

kebencian,

manajemen.Oleh
menjadi

perasaan

ketidakpuasan,

sebab
satu,

itu

demi

dan

perasaan
keberhasilan

perusahaan.
5.

Asas Prestasi
Menghargai

prestasi

karyawan

dapat

dilakukan

dalam

bentuk

pemberian upah, gaji, promosi, bonus, pemilikan saham, profit sharing,
keselamatan
dan

kerja,

sebagainya.

surat

penghargaan,

Imbalan-imbalan

ini

kesempatan
adalah

mengikuti

bentuk

biaya

latihan
bagi

perusahaan, tetapi akan kembali dalam bentuk laba yang disebabkan
oleh prestasi balik yang diberikan oleh para karyawan individual.
6.

Asas Empiris
Keberhasilan perusahaan di masa dating dan juga saat ini tergantung pada
kemampuan untuk berpikir realistik, jelas, kritis dan kreatif.Untuk itu
diperlukan data nyata atas dasar empiri, sepanjang waktu, yang perlu
diketahui dan dilihat oleh para karyawan, dapat disusun dalam bentuk
statistic, dan dapat dianalisis untuk keperluan pengambilan keputusan.

7.

Asas Keakraban
Keakraban adalah kemampuan berbagi rasa dengan cara yang utuh dan penuh
percaya, yang pada gilirannya akan memberikan penghargaan yang tulus dan
penuh

perhatian

mengenai

kepentingan-kepentingan

pribadi

yang

Universitas Sumatera Utara

21

bersangkutan. Keakrabanlah yang memungkinkan timbulnya kepercayaan,
pengorbanan, dan loyalitas.
8.

Asas Integrasi
Kepercayaan dan keyakinan hanya dapat dibangkitkan apabila pemimpin
bertindak atas dasar integritas, antara lain jujur, bertanggun jawab, konsisten,
adil, dan mampu. Organisasi yang memiliki integritas dapat memperoleh
kepercayaan dari pihak lain.

2.1.5 Indikator Budaya Organisasi
Jerome Want (Wibowo,2016:253) menyarankan menggunakan sepuluh
indikator yang mempunyai arti bagi manajemen perusahaan dan tenaga kerja
sebagai indikator budaya perusahaan, yaitu:
1.

Misi dan strategi

2.

Kepemimpinan dan efektivitas manajemen

3.

Komunikasi dan pengambilan keputusan

4.

Desain dan struktur organisasi

5.

Perilaku organisasi

6.

Pengetahuan dan kompetisi

7.

Intervensi bisnis dan organisasi

8.

Inovasi dan pengambilan resiko

9.

Kinerja

10.

Kesiapan perubahan dan manajemen

Universitas Sumatera Utara

22

Berikut penjelasannya:
1.

Misi dan Strategi
Misi dan strategi merupakan isu krtis untuk budaya organisasi, tidak
hanya sekedar keberadaannya, tetapi dipahami, diterima, dan dijalankan
pekerja.

Bila

misi

dan

strategi

tidak

secara

langsung

mendorong

kinerja, maka sama dengan tidak ada
2.

Kepemimpinan dan Efektivitas Manajemen
Manajemen menekankan pada: (a)berfikir inovatif dan umpan balik
kritis

dari

semua

tingkatan,

(b)mempimpin

versus

mengawasi,

(c)membangun consensus secara luas versus Lone Ranger management,
(d)evaluasi

360o

versus

evaluasi

dari

atas

kebawah,

(e)keberanian

kepemimpinan, (f)pengambilan risiko masuk akal, (g)pendirian proaktif
versus reaktif, (h)ethical conduct tidak terbantah.
3.

Komunikasi dan Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan terbaik akan menjadi tidak berguna oleh salah
komunikasi yang tidak jelas, tidak tepat waktu, atau dibingkai tidak
tepat dan kekurangan konteks yang diperlukan. Arah komunikasi akan
menceritakan tentang budayanya. Aliran komunikasi yang bebas antara
fungsi

dan

departemen

dari

bawah

ke

atas

menunjukkan

kinerja

organisasi lebih baik.
4.

Desain dan Struktur Organisasi
Desain dan struktur organisasi dapat berkata banyak tentang budaya
dan mempunyai dampak kuat pada kinerja melalui besaran oranisasi,

Universitas Sumatera Utara

23

tentang kendali dan lapisan.Desain organisasi dapat bersifat merintangi
atau membantu pertukaran informasi, komunikasi, sumber daya, dan
gagasan.Dapat

membantu

perusahaan

menghubungkan

secara

efektif

dan cepat dengan pelanggan dan rekanan.
5.

Perilaku Organisasi
Perilaku positif danproaktif bertindak sebagai perekat organisasi sambil
mendukung kinerja bisnis melalui: (a)team building secara efektif dan
kolaborasi versus perlunya bermain lone ranger, (b)tanggap kepada
pelanggan

dan

rekanan

versus

perilaku

tertutup,

(c)mengambil

tanggung jawab atas kesalahan maupun keberhasilan versus menolak
tanggung jawab dan menyalahkan orang lain, (d)member kesemoatan
dan belajar dari kegagalan versus tidak memberikan toleransi atas
kegagalan,

(e)terikat

dalam

praktik

professional

terbaik

versus

melakukan apa yang mudah dan nyaman, (f)menghargai kemenangan
tim di atas keberhasilan individu versus perlunya menjadi pahlawan dan
juru
versus

selamat,

(g)keterbukaan

komitmen

palsu

untuk

terhadap

berubah
usaha,

dan

pembelajaran

kebenaran

dan

baru

familiar,

(h)mengambil resiko yang tepat versus bermain aman, (i)kelakuan etika
yang melayani seluruh stakeholderversus etika standar yang melayani
diri sendiri.
6.

Pengetahuan dan Kompetensi
Pengetahuan dan kompetensi tampaknya menjadi isu yang berbeda dan
diperlakukan

demikian

oleh

organisasi.Tampaknya

terdapat

Universitas Sumatera Utara

24

kekosongan

besar

antara

memperoleh

pengetahuan

dan

benar-benar

melakukan untuk mendorong kinerja dalam organisasi.
7.

Bisnis dan Intervasi Organisasional
Organisasi bisnis harus terikat dalam pemecahan masalah secara efektif
dan membuat koreksi yang tepat pada saat yang tepat.Manajemen harus
menunjukkan kemampuan menilai kebutuhan internal dan masalah di
banyak

bidang,

dengan

sekecil

mungkin

bisa

dan

kemudian

menjalankan koreksi yang paling efektif.
8.

Inovasi dan Pengambilan Resiko
Kecendrungan
pengawasan

mengarah
oleh

pada

manajemen

peningkatan

bersifat

kaku

kebutuhan
dan

birokrasi

akan
yang

kompleks. Orang juga merasa dibatasi dengan mengusahakan umpan
balik kritis kepada kolega dan pengawas dalam lingkungan yang lebih
otoriter.
9.

Kinerja
Akhir-akhir ini perusahaan telah menaruh perhatian pada penukuran
kinerja

seorang.Tetapi

perusahaan

jarang

memahami

bagaimana

menerjemahkan kinerja orang ke dalam kinerja organisasional, yang
akhirnya mendorong kinerja pekerja paling bawah.
10.

Kesiapan Perubahan dan Manajemen
Perusahaan berkinerja terbaik dapat menciptakan perubahan di pasar.
Perusahaan

yang

dapat

bersain

secara

efektif

dapat

memahami

Universitas Sumatera Utara

25

perubahan kondisi bisnis, sambil merespon cara yang memungkinkan
mendapat keuntungan dari iklim bisnis yang berubah.
2.2

Budaya Organisasi Kaizen

2.2.1 Pengertian Budaya Organisasi Kaizen
Sebuah
sehingga

perusahaan

budaya

manajemen
seperti

perusahaan

untuk

yang

harus

benar-benar
dapat

mencapai

ditunjukkan

di

mengelola

digunakan

budaya

sebagai

salah

perusahaan
satu

efisiensi,efektifitas,produktifitas,etos
berbagai

perusahaan

Jepang,

alat
kerja,

Amerika

dan

berbagai Negara Eropa, dan ternyata dapat membuat perusahaan berhasil
efektif.
Kaizen
pengertian

berarti
perbaikan

perbaikan
yang

berkesinambungan.Istilah

melibatkan

semua

orang

ini

baik

mencakup

manajer

dan

karyawan, dan melibatkan biaya dalam jumlah tak seberapa.Cane (1998:23)
Pada pokoknya, Kaizen adalah konsep yang sangat sederhana, dibentuk dari
dua karakter yaitu “kai” artinya perubahan dan “zen”artinya baik, sehingga
jika digabungkan menjadi satu kata maka secara harfiah berarti “perbaikan”.
Kaizen menurut Imai (2008:11) adalah “kemajuan dan perbaikan terus
menerus
kehidupan

dalam

kehidupan

bermasyarakat

Hardjosoedarmo

(2001:147)

seseorang,

dan

kehidupan

mendefiniskan

kehidupan

berumah

tanggga,

kerja”.

Sedangkan

menurut

Kaizen

atau

perbaikan

secara

berkelanjutan adalah “perbaikan proses secara terus menerus untuk selalu
meningkatkan mutu dan produktifitas output”

Universitas Sumatera Utara

26

Kemudian

Waluyo

menyatakan

bahwa

budaya

organisasi

Jepang

disebut Kaizenyang secara bahasa Jepang kaiberarti perubahan sedangkan
zenberarti

baik

dan

secara

istilah

artinya

adalah

perbaikan

dan

penyempurnaan berkesinambungan yang mellibatkan semua anggota dalam
hirarki

perusahaan,

baik

manajemen

maupun

karyawan.Intinya

adalah

bahawa manajemen harus memuaskan dan memenuhi kebutuhan pelanggan
jika perusahaan ingin tetap bertahan dan berkembang.
Kata Kaizen digunakan untuk menguraikan suatu proses manajeman
dan

budaya

bisnis

berarti

terus

menerus

dan

perlahan-lahan

dengan

keikutsertaan aktif dan komitmen dari semua karyawan dalam bentuk apapun
yang dilakukan oleh perusahaan. Kaizen telah menjadi bagian dari teori
manajemen

jepang

di

pertengahan

manajemen di barat dengan

tahun

1980-an

dan

para

konsultan

cepat mengambil dan menggunakan

insilah

Kaizen untuk diterapkan dalam praktek manajemen secara luas, yang pada
pokoknya Kaizendianggap milik jepang dan cenderung membuat perusahaan
jepang menjadi kuat di bidang peningkatan yang terus menerus dibandingkan
dengan inovasi.
Dalam

perusahaan

Kaizendi

jepang

seorang

karyawan

direkrut

dan

dikembangkan sebagai seorang pribadi yang utuh, bukan hanya sekedar
sebagai sumber daya yang bermanfaat. Pentingnya pengetahuan karyawan
dan tim mengenai partisipasi dalam setiap aspek keluarga perusahaan, serta
kontribusi yang tepat, bahkan seharusnya dilakukan oleh setiap karyawan
untuk memperbaiki tempat

kerjanya dan apa yang dihasilkannya adalah

Universitas Sumatera Utara

27

seperti

obsesi

membuat

untuk

hasil

mencapai

besar

mutu

ketimbang

dan

fokus

jumlah

pada

kontribusi

perusahaan

serta

individu

semua

anggotanya.
Dengan

kata

lain

dapat

disimpulkan

bahwa

Kaizenproses

budaya

perbaikan yang terjadi secara terus menerus untuk memperbaiki cara kerja,
meningkatkan

mutu

menanamkan

sikap

dan

produktivitas

disiplin

terhadap

output
karyawan

dengan
serta

cara

antara

menciptakan

lain

tempat

kerja yang nyaman bagi karyawan yang melibatkan semua anggota dalam
hierarki perusahaan, baik manajemen maupun karyawan.
2.2.2 Konsep Budaya Organisasi Kaizen
Konsep

utama

Kaizenmenurut

Imai

(2008:15)

untuk

mewujudkan

strategi Kaizen yaitu:
1.

Kaizen dan Manajemen
Dalam konteks Kaizen, manajemen memiliki dua fungsi utama yaitu :
pemeliharaan dan perbaikan. Pemeliharaan berkaitan dengan kegiatan
untuk
yang

memelihara
ada,

dan

menjaga

disiplin.Sedangkan
diarahkan

teknologi,

untuk

system

standar

manajerial,

operasional

perbaikan

berkaitan

meningkatkan

standar

standar

melalui

dengan
yang

ada.

operasional

pelatihan

dan

kegiatan

yang

Perbaikan

dapat

dibedakan sebagai:Kaizendan inovasi. Kaizen bersifat perbaikan kecil
yang

berlangsung

merupakan

perbaikan

secara
drastis

berkesinambungan,
sebagai

hasil

sedangkan

investasi

sumber

inovasi
daya

berjumlah besar dalam teknologi atau peralatan.

Universitas Sumatera Utara

28

Tabel 1.1 Perbedaan Kaizen dan Inovasi
KAIZEN

INOVASI

1. Orientasi Umum

1. Orientasi pada Keahlian

2. Orientasi pada Manusia

2. Orientasi pada Teknologi

3. Perhatian pada Pendalaman

3.Perhatian Lompatan Jauh

4. Dibangun dengan Teknologi yang ada
5. Informasi Terbuka, dibagikan

4. Cari Teknologi Baru

6. Kelompok Kerja
5. Informasi Tertutup
6. Individual

2.

Proses Versus Hasil
Kaizen menekankan pola pikir yang berorientasi proses, karena proses
harus disempurnakan agar hasil dapat meningkat. Kegagalan mencapai
hasil

yang

direncanakan

merupakan

cermin

dari

kegagalan

proses.

Manajemen harus menemukan, mengenali, dan memperbaiki kesalahan
pada

proses.

manajemen

Pada

umumnya

Kaizenyang

lebih

perusahaan

Jepang

berorientasi

pada

menggunakan
proses

bila

dibandingkan dengan manajemen perusahaan di Barat yang berorientasi
pada hasil.
3.

Siklus PDCA/SDCA
Langkah

pertama

dari

(Plan,Do,Check,Action)
terlaksanakannya

Kaizenadalah
sebagai

kesinambungan

menerapkan
sarana

dari

Kaizen

siklus

PDCA

yang

menjamin

guna

mewujudkan

Universitas Sumatera Utara

29

kebijakan untuk memelihara, memperbaiki dan meningkatkan standar.
Setiap proses kerja yang baru biasanya belum stabil sehingga perlu
distabilkan melalui siklus SDCA (Standardize,Do,Check,Action) dalam
rangka

mencapai

perubahan

kestabilan

guna

proses.

Sedangkan

meningkatkannya.SDCA

PDCA

berkaitan

menerapkan

dengan

fungsi

pemeliharaan sedangkan PDCA berkaitan dengan fungsi perbaikan.
4.

Mengutamakan Kualitas
Kualitas merupakan prioritas tinggi dibandingkan dengan harga dan
penyerahan

produk

yang

ditawarkan

kepada

konsumen,

karena

perusahaan tidak dapat bersaing jika kualitas produk dan pelayanan
tidak memadai.
5.

Berbicara dengan Data
Mengumpulkan data tentang keadaan saat ini merupakan langkah awal
dalam upaya perbaikan, karena data berguna untuk memecahkan suatu
masalah

6.

Kepuasan Konsumen
Semua

pekerjaan

terselenggarakan

melalu

serangkaian

proses

dan

masing-masing proses memiliki pemasok maupun konsumen.
2.2.3 Indikator Budaya Organisasi Kaizen
Kaizen

secara

harfiah

berarti

improvement.

Kaizen

dibutuhkan

di

setiap perusahaan. Filosofi Kaizen: dalam perjalanan atau akticitas suatu
perusahaan

pasti

akan

mengalami

penurunan/detoriasi

(baik

alat

maupun

manusia). Untuk menjaga agar penurunan itu tidak terjadi maka diperlukan

Universitas Sumatera Utara

30

maintenance/repairement
ingin

meningkatkan

(pemeliharaan/perbaikan).
performancenya,

maka

Tapi,

kalau

dibutuhkan

perusahaan

juga

aktivitas

improvement (Kaizen). Perusahaan sering menggunakan istilah kaizen atau
improvement proposal dalam melaksanakan program improvementnya.
Ada 5 (lima) indikator yang dapat mendukung di dalam budaya kaizen
yaitu:
1.

Teamwork (Tim Kerja)
Teamwork bisa diartikan kerja tim atau kerjsama, team work atau kerja
sama tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang
saling

melengkapi

sudah

disepakati

efektif

dan

serta

berkomitmen

sebelumnya untuk

efisien.

Harus

untuk

mencapi

disadari

mencapai
tujuan

bahwa

target

bersama

yang
secara

teamworkmerupakan

peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai
tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan
ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi yang paling populer di tim.
2.

Personal Disipline (Disiplin Pribadi)
Disiplin tidak ada kaitannya dengan kekerasan atau hukuman. Namun
disiplin sangat erat kaitannya dengan motivasi. Pada dasarnya hal yang
dapat memotivasi individu dapat dikelompokkan menjadi dua : by love
atau by fear. Disiplin pribadi merupakan suatu skill, yang artinya dapat
dilatih. Disiplin dapat dianalogikan seperti otot, semakin dilatih akan
semakin baik.

Universitas Sumatera Utara

31

3.

Improved Morale (Peningkatan Moral)
Peningkatan

kualitas

moral

sangat

berperan

penting

dalam

budaya

kaizen, karena budaya yang tidak didukung dengan kualitas moral yang
baik maka budaya tersebut dapat dikatakan adalah budaya yang gagal.
Budaya kaizen identik dengan aspek moral yang tetap dijaga dari
dahulu

sampai

sekarang.

Budaya

yang

mencerminkan

ketaatan

atas

moral individu masyarakat yang menganut budaya tersebut.
4.

Quality Circle (Kualitas Lingkaran)
Orang-orang yang merupakan bagian dari lingkaran kontrol kualitas
akan merasakan rasa kepemilikan untuk proyek tersebut. Hasil yang
lebih tinggi dan tingkat penolakan juga lebih rendah mengakibatkan
peningkatan kepuasan kerja bagi para pekerja, yang pada gilirannya
mendorong mereka untuk berkontribusi lebih banyak. Sebuah kontrol
kualitas program lingkran juga membawa peningkatan komunikasi dua
arah antara staf dan manajemen.

5.

Suggestion for Improvement (Saran untuk Perbaikan)
Penerapan
diduga

kaizen

sebab

perusahaan.
mendapatkan
perusahaan

di

dalam

memerlukan

Ini

dimulai

gambaran
dan

suatu

perusahaan

keterlibatan

tidak

semua

semudah

unsur

di

dalam

literatur

untuk

dengan

melakukan

penerapan

continuous

improvement

faktor-faktor

berpengaruh

mendapatkan

studi

yang

di

suatu

terhadap

pelaksanaan penerapannya.

Universitas Sumatera Utara

32

2.3

Kinerja Karyawan

2.3.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Dalam

melaksanakan

aktivitas

kerjanya,

karyawan

menghasilkan

sesuatu yang disebut dengan kinerja. Kinerja sebagai hasil kerja atau
prestasi kerja. Namun sebenarnya kinerja mempunyai hasil makna yang
lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses
pekerjaan berlangsung.
Suatu organisasi mempunyai tujuan yang harus dicapai dan dalam
mencapai tujuannya setiap organisasi sipengaruhi sikap para pelaku dalam
organisasi.Kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi adalah
kinerja

karyawan,

berhubungan

yakni

dengan

bagaimana

suatu

ia

melakukan

pekerjaan,

jabatan,

segala
atau

sesuatu

peranan

yang
dalam

organisasi.
Menurut Amstrong et al (Wibowo,2013:7) Kinerja merupakan hasil
pekerjaan
organisasi,

yang

mempunyai

kepuasan

ekonomi.Dengan

hubungan

konsumen,

demikian,

kinerja

dan
adalah

kuat

dengan

memberikan
tentang

tujuan

strategis

kontribusi

melakukan

pada

pekerjaan

dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa
yang dilakukan dan bagaimana cara mengerjakannya. Dengan demikian,
istilah kinerja mempunyai

pengertian akan adanya suatu tindakan

atau

kegiatan yang ditampilkan oleh seseorang dalam melaksanakan aktivitas
tertentu yang menjadi tugasnya.

Universitas Sumatera Utara

33

Selanjutnya, definisi kinerja karyawan menurut A.A. Anwar Prabu
Mangkunegara (2014:9) bahwa “Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah
hasil

kerja secara kualitas

karyawan

dalam

dan kuantitas

melaksanakan

tugasnya

yang dicapai

sesuai

dengan

oleh

seseorang

tanggung

jawab

yang diberikan kepadanya.” Oleh karena itu disimpulkan bahwa kinerja
karyawan adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas
maupun kuantitas yang dicapai karyawan persatuan periode waktu dalam
melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Sementara
manajemen
manajer

itu,

kinerja

Cascio
adalah

mendefinisikan,

(Wibowo,2013:10)

suatu

proses

memfasilitasi,

yang

dan

berpendapat
luas

yang

mendorong

bahwa

memerlukan

kinerja

dengan

mengusahakan umpan balik tepat waktu dan secara konstan memfokuskan
perhatian

setiap

orang

pada

sasaran

akhir.

Pada

dasarnya

manajemen

kinerja merupakan gaya manajemen dalam mengelola sumber daya yang
berorientasi

pada

kinerja

yang

melakukan

proses

komunikasi

secara

terbuka dan berkelanjutan dengan menciptkan visi bersama dan pendekatan
strategis serta terpadu sebagai kekuatan pendorong untuk mnecapai tujuan
organisasi.
Kinerja karyawan merupakan suatu hal sangat penting dalam suatu organisasi
untuk meningkatkannya. Salah satu adalah melalui penilaian kinerja atau
manajemen kinerja. Untuk mencapai kinerja yang baik, unsur yang paling dominan
adalah sumber daya manusia, walaupun perencanaan telah tersusun dengan baik dan

Universitas Sumatera Utara

34

rapi tetapi apabila orang atau personil yang melaksanakan tidak berkualitas dan
tidak memiliki kinerja yang tinggi, maka perencanaan yang telah disusun tersebut
akan sia-sia.
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Kinerja yang dicapai karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam menjamin kelangsungan hidup suatu organisasi.Dalam mencapai kinerja
yang tinggi beberapa faktor yang mempengaruhi menjadi acuan apakah kinerja
karyawan tinggi atau rendah.
Menurut Mangkunegara (2014,hal.13) faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan adalah:
Human Performance = Ability x Motivation
Motivation

= Attitude x Situation

Ability

= Knowledge x Skill

Penjelasan:
1.

Faktor Kemampuan ( Ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge + skill). Artinya, karyawan
yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan seharihari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

Universitas Sumatera Utara

35

2.

Faktor Motivasi ( Motivation )
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap
situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap
positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi
dan sebaliknya jika bersikap negatife (kontra) terhadap situasi kerjanya akan
menunjukkan motivasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang
rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja,
fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan
kondisi kerja.
William Stern dalam Mangkunegara (2014,hal.16) menyatakan bahwa faktor-

faktor penentu kinerja individu adalah faktor individu dan faktor lingkungan kerja
organisasi.
1.

Faktor Individu
Secara psikoligis, individu yang normal yang memiliki integritas yang tinggi
antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya
integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut
memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan
model utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan
potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas
kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.

2.

Faktor lingkungan organisasi
Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai kinerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain

Universitas Sumatera Utara

36

uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang
menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja yang harmonis,
iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang
relatif dan memadai.
2.3.3 Penilaian Kinerja
Perusahaan

sebagai

suatu

organisasi

mempunyai

tujuan

yakni

memperoleh keuntungan.Organisasi perusahaan hidup karena aktivitas yang
dilakukan oleh para karyawannya.Sesuai dengan unit kerja yang terdapat
dalam organisasi perusahaan, maka masing-masing unit dinilai kinerjanya,
agar kinerja sumber daya manusia yang terdapat dalam unit dapat dinilai
secara

objektif.Untuk

mengetahui

kinerja

karyawan

diperlukan

kegiatan-

kegiatan khusus. Bernardin et al dalam Sutrisno (2010:179) mengajukan
enam kinerja primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja, yaitu:
1.

Quality, Merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan
kegiatan

mendekati

kesempurnaan

atau

mendekati

tujuan

yang

diharapkan.
2.

Quantity,

Merupakan

jumlah

yang

dihasilkan,

misalnya

jumlah

rupiah,unit, dan siklus kegiatan yang dilakukan
3.

Timeliness, Merupakan sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada
waktu yang dikehendaki, dengan memerhatikan koordinasi output lain
serta waktu yang tersedia untuk kegiatan orang lain.

4.

Cost effectiveness, Merupakan tingkat sejauh mana penggunaan sumber
daya

organisasi

(manusia,

keuangan,

teknologi,

dan

material)

Universitas Sumatera Utara

37

dimaksimalkan

untuk

mencapai

kerugian

setiap

unit

dari

hasil

tertinggi

penggunaan

atau

pengurangan

dari

setiap

kerugian

unit

penggunaan sumber daya.
5.

Need for supervision, merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja
dapat

melaksanakan

suatu

fungsi

pekerjaan

tanpa

melakukan

pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yan kurang
diinginkan.
6.

Interpersonal

impact,

Merupakan

tingkat

sejauh

mana

pegawai

memelihara harga diri, nama baik, dan kerja sama diantara rekan kerja
dan bawahan.
2.3.4 Upaya Peningkatan Kinerja
Seperti

diketahui

tujuan

organisasi

hanya

dapat

dicapai,

karena

organisasi tersebut didukung oleh unit-unit kerja yang terdapat didalamnya.
Terdapat beberapa cara untuk peningkatan kinerja karyawan. Menurut Stoner
(dalam Sutrisno, 2010), mengemukakan adanya empat cara, yaitu:
1.

Diskriminasi
Seorang

manajer

mereka

yang

harus

dapat

mampu

member

membedakan
sumbangan

secara

berarti

objektif

dalam

antara

pencapaian

tujuan organisasi dengan mereka yang tidak.Dalam konteks penilaian
kerja memang harus ada perbedaan antara karyawan yang berprestasi
dengan karyawan yang tidak berprestasi.Oleh karena itu, dapat dibuat
keputusan yang adil dalam berbagai bidang, misalnya pengembangan
sumber daya manusia, penggajian, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

38

2.

Pengharapan
Karyawan yang memiliki nilai kinerja tinggi mengharpkan pengakuan
dalam bentuk berbagai pengharapan yang diterimanya dari organisasi.
Untuk

mempertinggi

mengesankan

dalam

motivasi

dan

bekerja

harus

kinerja,

mereka

diidentifikasi

yang

tampil

sedemikian

rupa

sehingga penghargaan memang jauh pada tangan yang memang berhak
3.

Pengembangan
Bagi

yang

bekerja

mengikuti

program

dibawah

standar,

pelatihan

dan

skema

untuk

mereka

adalah

pengembangan.Sedangkan

yang

diatas standar, misalnya dapat dipromosikan kepada jabatan yang lebih
tinggi.Berdasarkan

hasil

laporan

manajemen,

bagaimanapun

bentuk

kebijakan organisasi dapat terjaminkeadilan dan kejujurannya.Untuk itu
diperlukan suatu tanggunng jawab yang penuh pada manajer yang
membawahinya.
4.

Komunikasi
Para

manajer

karyawan

bertanggungjawab

dan

dilakukannya.

secara

Untuk

akurat

dapat

untuk

mengevaluasi

mengomunikasikan

melakukan

secara

akurat,

kinerja
penilaian
para

para
yang

manajer

harus mengetahui kekurangan dan masalah apa saja yang dihadapi
karyawan

dan

bagaimana

cara

mengatasinya.

Untuk

memastikannya,

para manajer perlu berkomunikasi secara intens dengan karyawannya.

Universitas Sumatera Utara

39

2.3.5 Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang efektif menunjukkan tingkatan pencapaian suatu
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Indikator kinerja
merupakan ciri-ciri yang dapat menilai atau melihat kinerja setiap karyawan sesuai
dengan target yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Mangkunegara ( 2013, hal. 75 ) menyatakan bahwa “Terdapat empat
indikator kinerja, yaitu:
1.

Kuantitas Pekerjaan

2.

Dapat tidaknya diandalkan

3.

Sikap

4.

Kualitas Pekerjaan

Berikut penjelasannya:
1.

Kualitas pekerjaan
Mencerminkan peningkatan mutu dan standart kerja yang telah ditentukan
sebelumnya, biasanya disertai dengan peningkatan kemampuan, antara lain:
ketepatan kerja, ketelitian, keterampilan, dan kebersihan.

2.

Kuantitas pekerjaan
Peningkatan volume atau jumlah dari suatu kegiatan yang menghasilkan suatu
hasil kerja. Tidak hanya diperhatikan dari pekerjaan rutin, tetapi juga
diperhatikan seberapa cepat bisa menyelesaikan kerjaan.

Universitas Sumatera Utara

40

3.

Dapat tidaknya diandalkan
Mencerminkan bagaimana seseorang itu menyelesaikan suatu pekerjaan yang
dibebankan kepadanya dengan tingkat ketelitian, kemauan, serta semangat
yang tinggi. Contoh: mengikuti instruksi, inisiatif, hati-hati, dan kerajinan.

4.

Sikap
Menggambarkan sikap yang menunjukkan tingkat kerja sama diantara sesama
pegawai dan terhadap atasan, serta sikap terhadap pegawai perusahaan lain.

Dengan adanya indikator-indikator dari kinerja diatas, dapat diukur kinerja
karyawan yang telah dicapai karyawan tersebut dalam bekerja, sehingga perusahaan
dapat mengevaluasi kemampuan dari karyawan tersebut dalam bekerja sudah atau
belum memenuhi standar dari kinerja perusahaan.
2.4

Penelitian Terdahulu
Nur Hafsah (2013) dengan judul penelitian “ Pengaruh Budaya Kaizen

Terhadap Kinerja Karyawan PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang medan”. Dalam
penelitian ini hasil dari uji-F menyatakan secara simultan budaya kaizen yang terdiri
dari variabel disiplin kerja dan tempat kerja secara bersama-sama berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Sedangkan hasil uji-t menunjukkan
bahwa secara parsial variabel budaya kaizen yang terdiri dari variabel disiplin kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Karyawan, variabel tempat kerja
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja Karyawan PT. Asuransi
Ramayana Tbk Medan. Dan hasil Perhitungan koefisien determinasi (R2 ) diketahui
bahwa variabel budaya kaizen yang terdiri dari disiplin dan tempat kerja

Universitas Sumatera Utara

41

mempengaruhi kinerja karyawan pada PT. Asuransi Ramayana Tbk Medan.
Hubungan antara variabel disiplin dan tempat kerja terhadap kinerja karyawan
dengan nilai R = 0,871 atau sebesar 87,1 %. R Square sebesar 0,744 berarti 74,4 %
berati variabel kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh budaya kaizen. Sedangkan
sisanya sebesar 25,6% dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti
dalam penelitian ini.
Feranika Meliala Br. Sembiring (2015) dengan judul “Pengaruh Budaya
Kaizen Terhadap Kinerja Karyawan pada Bank Perkreditan Rakyat Solider Pancur
Batu” Menyimpulkan bahwa hasil uji-F menyatakan secara simultan budaya Kaizen
yang terdiri dari dimensi variabel yaitu pendidikan dan pelatihan, hubungan kerja,
tempat kerja, supervisor, dan disiplin kerja secara bersama-sama berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT Bank Perkreditan Rakyat Solider
Pancur Batu. Sedangkan hasil Uji t menunjukkan bahwa semua Variabel berpengaruh
secara positif dan Variabel yang paling dominan terhadap kinerja karyawan adalah
2

disiplin kerja. Dari analisis diperoleh nilai R adjust square (R ) sebesar 0.692 hal ini
menunjukkan bahwa dimensi dari variabel bebas secara bersama-sama memberikan
konstribusi atau sumbangan terhadap perubahan variabel terikat Y sebesar 69,2% dan
sisanya sebesar 30,8% dipengaruhi oleh variabel lain dalam lingkup permasalahan
sumber daya manusia seperti kepemimpinan, kompensasi, motivasi dan lain
sebagainya yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Adek Handayani (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Budaya Kaizen Terhadap Efektifitas Kerja Karyawan pada Toyota Sales operation

Universitas Sumatera Utara

42

Auto 2000 Cabang Medan Amplas” meyatakan bahwa Budaya Kaizen yang terdapat
pada Toyota Sales Operation AUTO 2000 cabang Medan Amplas berada pada
kategori yang sangat tinggi yaitu sebanyak 85% dan pada Efektivitas kerja karyawan
pada Toyota Sales Operation AUTO 2000 cabang Medan Amplas dapat dikatakan
sangat baik. Berdasarkan uji regresi linier sederhana data menunjukkan bahwa
apabila variabel X (Budaya Kaizen) berubah 1 satuan, maka variabel Y (Efekivitas)
berubah 0,8 satuan dan berdasarkan uji-t terhadap data menunjukan bahwa hipotesis
alternatif (Ha) yang menyatakan adanya pengaruh positif antara budaya Kaizen
terhadap efektivitas kerja karyawan pada Toyota Sales Operation AUTO 2000 cabang
Medan Amplas diterima. Hal ini didasarkan pada hasil t hitung lebih besar dari t tabel
(5,013>1,686). Berdasarkan perhitungan koefisien determinan (D) maka diketahui
pengaruh budaya kaizen terhadap efektivitas kerja karyawan pada Toyota Sales
Operation AUTO 2000 cabang Medan Amplas sebesar 39,8%, dan 60,2% sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Irma Julianty (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisa Mutu
Produk Minyak Sawit Berdasarkan Metode Kaizen di PT. Perkebunan Nusantara III
Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan”. Hasil penelitian ini dilakukan pada studi
penerapan kaizen menggunakan seven tools pada bagian proses produksi dan analisis
penerapan 5S, pemborosan (Muda), serta standarisasi yang dapat diterapkan
perusahaan di lantai pabrik. Dari hasil diperoleh pada histogram yang diperoleh dari
check sheet, pareto diagram terlihat kerusakan yang terjadi dibagian pengolahan
kerusakan terbesar adalah adanya kadar asam lemak bebas (ALB) yang tinggi
(40,11%), dan diikuti dengan kadar air yang tinggi (33,86%) dan kadar kotoran yang

Universitas Sumatera Utara

43

tinggi (26,03%). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapati kerusakan yang
paling besar adalah adanya kadar asam lemak bebas (ALB) yang tinggi. Serta adanya
penerapan 5 S, penghapusan pemborosan (Muda) dan pembuatan standarisasi. Faktor
penyebab terjadinya kerusakan minyak kelapa sawit ini adalah faktor bahan baku,
manusia, lingkungan, mesin dan metode kerja.
2.5

Kerangka Konseptual

2.5.1 Pengaruh Budaya Organisasi Kaizen(X1) TerhadapKinerja Karyawan
(Y)
Budaya kaizen pada perusahaan sangat berpengaruh terhadap kinerja
karyawan. Apabila budaya kaizen diterapkan dan dilaksanakan dengan baik di
perusahaan maka karyawan akan dapat mencapai standar target yang di tetapkan
oleh perusahaan dan kinerja karyawan akan semakin meningkat untuk setiap
tahunnya. Jika budaya kaizen yang dilaksanakan di perusahaan meningkat maka
akan mempengaruhi kinerja karyawan semakin meningkat, sebab setiap karyawan
akan menunjukkan hasil kerja yang baik, karyawan bertanggungjawab untuk
memperbaiki setiap kesalahan kerja, serta menyempurnakan proses kerja dalam
rangka ,mencapai tujuan perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa budaya kaizen dapat berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
Dengan adanya budaya kaizenyang baik terhadap karyawan diharapkan dapat
meningkatkan hasil kerja dan tanggung jawab yang tinggi pada karyawan guna
meningkatkankinerja karyawan dan mencapai tujuan perusahaan PT. PP. London
Sumatra Indonesia Tbk Medan. Pengaruh antara budaya kaizendengan kinerja
karyawan dapat digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

44

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Budaya Kaizen (X1)

Kinerja(Y)

1. Tim Kerja

1. Kuantitas Pekerjaan

2. Disiplin Pribadi

2. Dapat tidaknya diandalkan

3. Peningkatan Moral

3. Sikap

4. Kualitas Lingkaran

4. Kualitas Pekerjaan

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Self Efficacy dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk (Jalan Ahmad Yani No. 2 Kesawan Medan)

10 46 205

Pengaruh Budaya Organisasi KaizenTerhadap Kinerja Kerja Karyawan pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk (Jalan Ahmad Yani No. 2 Kesawan Medan)

42 170 160

Pengaruh Budaya Organisasi KaizenTerhadap Kinerja Kerja Karyawan pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk (Jalan Ahmad Yani No. 2 Kesawan Medan)

0 1 14

Pengaruh Budaya Organisasi KaizenTerhadap Kinerja Kerja Karyawan pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk (Jalan Ahmad Yani No. 2 Kesawan Medan)

0 0 2

Pengaruh Budaya Organisasi KaizenTerhadap Kinerja Kerja Karyawan pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk (Jalan Ahmad Yani No. 2 Kesawan Medan)

0 1 11

Pengaruh Budaya Organisasi KaizenTerhadap Kinerja Kerja Karyawan pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk (Jalan Ahmad Yani No. 2 Kesawan Medan) Chapter III V

0 0 76

Pengaruh Budaya Organisasi KaizenTerhadap Kinerja Kerja Karyawan pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk (Jalan Ahmad Yani No. 2 Kesawan Medan)

0 0 2

Pengaruh Budaya Organisasi KaizenTerhadap Kinerja Kerja Karyawan pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk (Jalan Ahmad Yani No. 2 Kesawan Medan)

0 0 22

Pengaruh Self Efficacy dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk (Jalan Ahmad Yani No. 2 Kesawan Medan)

2 12 14

Pengaruh Self Efficacy dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk (Jalan Ahmad Yani No. 2 Kesawan Medan)

1 1 2