Critical Journal Report PENINGKATAN AKTI
Critical Journal Report
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA
DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERDASARKAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA UMUM
I
Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Pengembangan Program
Pengajaran Fisika
Dosen Pengampu : Dr. Derlina, M.Si
Irfandi M.Si
Disusun Oleh :
NAMA
: NIA AYU NINGSIH
NIM
: 4151121045
Fisika Dik C 2015
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
1
Critical Journal Report
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA
DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERDASARKAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA UMUM
I
I.
PENGANTAR
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama untuk membangun bangsa
dan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam kehidupan
berbangsa dan negara. Tujuan Pendidikan Nasional tertuang dalam UndangUndang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh pendidik itu sendiri,
pendidik diharapkan bisa mengembangkan pembelajaran tersebut menjadi
pembelajaran yang bermakna. Untuk menjadikan pembelajaran yang bermakna
tersebut,
pembelajaran
hendaknya
diarahkan
ke
kontruktivisme
dan
mengembangkan model pembelajaran yang inovatif, yang nantinya pengetahuan
peserta didik dibangun melalui pengetahuan awal yang dimilikinya. Selain
membangun pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik, proses pembelajaran
dapat melatih keterampilan, dan pembelajaran diharapkan menyenangkan dan
menantang.
Pembelajaran yang bermakna merupakan pembelajaran yang di dalam
proses pembelajaran siswa belajar memahami dan merasakan apa yang telah
dipelajari. Akan tetapi realita di lapangan menunjukkan hal yang berbeda,
pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran, kegiatan ekplorasi sangat
jarang dilakukan, sehingga pengetahuan awal mahasiswa tidak terbangun dan
tidak
sesuaianya
metode
pembelajaran
yang
digunakan
dalam
proses
pembelajaran sehingga menyebabkan peserta didik merasa enggan dan bosan
untuk belajar, dan mengakibatkan peserta didik kurang aktif dan kreatif, sehingga
1
aktivitas belajar peserta didik sangat kurang. Kemudian dalam proses
pembelajaran pendidik juga kurang mengaitkan materi pembelajaran yang dibahas
dengan masalah nyata yang dihadapi peserta didik, sehingga pembelajaran
menjadi kurang bermakna. Kurang bermaknanya proses pembelajaran yang
disajikan, menimbulkan rasa tidak tertarik pada diri peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran, karena mereka memiliki anggapan proses pembelajaran yang
diikutinya tidak memberikan manfaat atau tambahan ilmu yang dapat diterapkan
dalam masalah kehidupan dunia nyata.
Adapun alternative untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta
didik adalah Model pembelajaran Berbasis Masalah (ProblemBased Learning).
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan
untuk memecahkan masalah.
Adapun identitas jurnal yang akan dijadikan sebagai sumber referensi
dalam Critical Journal Report ini adalah
Judul
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar
Mahasiswa
dengan
Penerapan
Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Mata
Jurnal
Download
Volume dan Halaman
ISSN
Tahun
Penulis
II.
Kuliah Fisika Umum I
Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan
http://pakirfandi.blogspot.com
Vol.2 No.1 & hal. 44-49
p-ISSN 2461-1247
e-ISSN 2477-5142
2016
Deo Demonta Panggabean dan Ifandi
RINGKASAN ISI JOURNAL
Berdasarkan pengalaman peneliti selama menjadi tim pengampu mata
kuliah Fisika Umum I, mahasiswa masih kurang kemampuannya dalam
memahami materi kuliah. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh
mahasiswa pada semester ganjil 2014/2015 yang lalu, masih kurang
memuaskan dimana mahasiswa yang memperoleh nilai A ada 7 orang, nilai B
2
ada 23 orang, dan nilai C ada 2 orang perkelas semuanya 32 orang. Hal ini
disebabkan mahasiswa pada umumnya rendah dalam penguasaan konsep fisika
ketika berada diSMA dan pembelajaran masih belum memaksimalkan
kemampuan kognitif mahasiswa dalam pemecahan masalah fisika.
Penelitian jurnal ini ini bertujuan : (1) Untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah pada mata kuliah Fisika Umum I. (2) Untuk mengetahui peningkatan
aktivitas
belajar
mahasiswa
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
berdasarkan masalah pada mata kuliah Fisika Umum I. Penelitian ini dilakukakan
dengan alur penelitian tindakan kelas (PTK). Jumlah siklus yang digunakan
meliputi 2 siklus yaitu siklus I dengan materi: Kinematika dan siklus II dengan
materi: Dinamika. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari instrumen tes hasil belajar dan lembar observasi aktivitas mahasiswa.
Penelitian ini terjadi dari 2 siklus yang dilakukan dengan tahapan yaitu :
a. Rencana (planning)
Pada tahap perencanaan, peneliti mengadakan beberapa kali pertemuan
untuk membahas teknis pelaksanaan penelitian tindakan kelas, mendata dan
mengidentifikasi isi buku teks yang ada di seluruh perpustakaan yang ada di
UNIMED yang terdapat igunakan untuk menunjang perkuliahan Fisika Umum I,
membuat tes hasil belajar, membuat angket/format observasi, membuat media
pembelajaran,
membuat
rencana
pembelajaran
sesuai
dengan
inovasi
pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini.
b. Tindakan (action)
Pada tahap ini, pertama sekali dilaksanakan pretes kepada mahasiswa
untuk melihat sejauh mana pengetahuan awal mahasiswa tentang materi Fisika
Umum I. Kemudia materi disampaikan kepada mahasiswa dengan menerapkan
model pembelajaran berbasis masalah dan menggunakan perpustakaan sebagai
sumber referensi. Setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah, paa
setiap akhir siklus diadakan postes untuk melihat tingkat keberhasilan yang
dicapai oleh mahasiswa.
c. Pengamatan (Observation)
3
Pengamatan dilakukan tim peneliti di dalam kelas pada saat kegiatan
belajar mengjar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas
mahasiswa. observasi dilakukan kepada aktivitas mahasiswa baik selama tatap
muka dan hal-hal yang terjadi selama proses belajar mengajar dan diskusi
kelompok. Jumlah observer dalam setiap ertemuan berjumlah satu orang.
Instrumen yang digunakan adalah format observasi yang dikembangkan
berdasarkan indikator –indikator ynag sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai.
d. Refleksi (Reflection)
Sebelum melakukan refleksi data hasil tes dan hasil pengamatan dianalisis
terlebih dahulu. Selanjutnnya refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data
perolehan tes dan engamatan yang dilakukan. Hasil analisis data merupakan bahan
dalam menentukan tindakan perbaikan untuk tahap perencanaan pada siklus
berikutnya. Dalam kegiatan refleksi akan dikaji kaitan anatara hasil pengamatan
dan tes setiap siklus, serta mendeskripsikan perkembangan –perkembangan yang
dicapai
tiap
siklus,
hambatan-hambatan
yang
dihadapi,
dan
upaya
penanggulangannya.
Instrumen tes yang digunakan terdiri dari instrumen tes kinematika dan
instrumen tes dinamika yang masing-masing terdiri dari 25 soal berbentuk pilihan
ganda yang sudah diujicobakan kepada mahasiswa dan hasilnya dinyatakan valid
dan memiliki reliabilitas sangat tinggi. Dari hasil penelitian me lalui lembar
observasi aktivitas mahasiswa dan hasil belajar mahasiswa diperoleh rata-rata skor
aktivitas mahasiswa pada setiap siklus mengalami peningkatan. Selanjutnya nilai rata-rata
dan nilai gain hasil belajar mahasiswa juga mengalami peningkatan pada siklus I dan
siklus II. Sehingga dapat disimpulkan terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar
mahasiswa pada mata kuliah fisika umum dengan penerapan model pembelajaran
berdasarkan masalah.
III.
KEUNGGULAN JOURNAL
a) Keterkaitan Isi Journal
4
Pada abstrak telah menggambarkan secara kesuluruhan isi paparan dalam
jurnal, mulai dari tujuan penelitian, instrumen yang digunakan dan hasil penelitian
yang telah dilakukan serta kesimpulan dari penelitian. abstrak yang dipaparkan
sesuai dan berkaitan dengan isi dalam jurnal penelitian
Tujuan dari penelitian jurnal ini adalah (1) Untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah pada mata kuliah Fisika Umum I. (2) Untuk mengetahui peningkatan
aktivitas
belajar
mahasiswa
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
berdasarkan masalah pada mata kuliah Fisika Umum I. Tujuan tersebut terdapat
pada abstrak tetapi tidak dijabarkan didalam isi jurnal secara langsung melainkan
pembaca harus menganalisis sendiri tujuan apa yang ingin dicapai pada pada
penelitian jurnal ini.
Penelitian yang dilukukan merupakan jenis penelitian tindakan kelas
(PTK), pada metode penelitian telah dijelaskan langkah-langkah yang akan
ditempuh yang mana dari paragraf satu ke paragraf lain saling berkaitan secara
terstruktur dimulai pada paragraf satu menjelaskan populasi penelitian dan
tahapan-tahapan yang ditempuh dengan menggunakan alur PTK (penelitian
tindakan kelas).
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif yang terdiri dari hasil
belajar dan aktivitas belajar yang dilengkapi dengan menyajikan data penelitian
dengan tabel dan diagram baik nilai pretes dan postes pada siklus I dan II serta
aktivitas mahasiswa. Kemudian pada pembahasan mengkaji hasil penetian
tersebut dengan teori yang ada. Hal ini membantu pembaca menganalisis
bagaimana hasil penelitian yang telah dilakukan.
Jurnal ini juga menggunakan referensi yang cukup uptodate yang
jumlahnya cukup banyak. Sehingga menambah keakuratan hasil penelitian. Jadi,
dapat disimpulkan keterkaitan tiap bagian pada jurnal sudah cukup baik dan saling
berkaitan satu dengan lainnya.Jadi, dapat disimpulkan keterkaitan tiap bagian
pada jurnal sudah cukup baik dan saling berkaitan satu dengan lainnya.
b) Kemuktahiran Isi Journal
5
Kemuktahiran ke tiga Journal ini dapat di buktikan dengan adanya
penerapan langsung model pembelajaran berdasarkan masalah yang menunjukkan
dampak positif dari penerapan pembelajaran berdasarkan masalah
dalam
pembelajaran. pembelajaran berdasarkan masalah dianggap sebagai suatu proses
terkandung makna ketika mahasiswa belajar pada proses menemukan kembali.
Pada jurnal ini juga pengaplikasian model pembelajaran berdasarkan masalah
dilakukan penelitian langsung dimana hasil penelitian terdiri dari aktivitas dan
hasil belajar
siswa dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan
masalah pada mahasiswa di jurusan fisika FMIPA Unimed T.A 2015/2016
IV.
KELEMAHAN BUKU
a) Keterkaitan isi jurnal
Keterkaitan isi jurnal sudah cukup baik satu dengan yang lain, hanya ada
terdapat beberapa kesalahan dalam pengetikan seperti : selanjutnta (selanjutnya),
memengadakan (mengadakan), berdarkan (berdsarkan). Ada beberapa bagian pada
jurnal yang menggunakan kalimat yang sulit untuk dicerna, butuh konsentrasi
yang cukup untuk memahami kata-kata yang terdapat di dalam jurnal .
b) Kemuktahiran Isi Journal
Menurut saya, pada jurnal ini sudah cukup terbukti kemuktahirannya yang
dilihat dari hasil penelitian jurnal memang benar-benar dilakukan sendiri oleh
peneliti.
V.
IMPLIKASI TERHADAP
a) Teori
Implikasi pembelajaran dengan pemecahan masalah terhadap teori dapat
diliat terlebih dari dari tujuan pendidikannya. tujuan pendidikan adalah
menciptakan orang-orang terdidik (deliberate and often painful attempts to learn).
Dalam konteks ini pendidikan terbatas sebagai tujuan akhir. Dewasa ini, tujuan
pedidikan
adalah
menghasilkan
orang-orang
yang
mampu
menerapkan
pengetahuan dalam kondisi yang terus berubah, dan yang lebih penting adalah
mampu belajar terus menerus dengan caranya (Thomas, 1986). Perbedaan tujuan
6
pendidikan
ini
akan
menyebabkan
terjadinya
perbedaan
pula
dalam
implementasinya pada proses pembelajaran.
Meski ada perbedaan, namum tetap bahwa model tentang proses
pembelajaran yang diturunkan dari tujuan pendidikan yang manapun tetap akan
merujuk pada kinerja belajar sebagai bagian terintegrasi dengan proses
pembelajaran itu sendiri. Model hubungan antara komponen dan proses dalam
belajar mencakup komponen karakteristik matakuliah, karakteristik pebelajar,
(yang keduanya akan berpengaruh pada persepsi dan intensi), aktivitas belajar,
dan outcome (Thomas dan Rohwer, 1986). Model ini dapat digunakan untuk
menjelaskan perbedaan kedua proses pembelajaran.
Meski pada dua komponen pertama, yaitu karakteristik matakuliah dan
karakterisitk pebelajar sama, namun pada aktivitas dan outcome antara
pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran kelas memang berbeda.
Perbedaan inilah yang akan menyebabkan adanya perbedaan yang terjadi pada
pebelajar yang mengalami proses pembelajaran.
Perbedaan penekanan aspek belajar antara pembelajaran berbasis proyek
dan pembelajaran kelas tersebut menjadi penggerak adanya perbedaan pada
outcome yang diperoleh untuk tiap proses pemebelajaran secara berbeda.
Sehingga cukup rasional bila memang pada akhirnya terjadi perbedaan yang
cukup signifikan pada proses pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran
kelas.
Apps (1979) menyatakan bahwa tujuan proses pembelajaran saat ini
sebaiknya adalah (1) membantu seseorang untuk dapat bertahan (survive), (2)
membantu seseorang menemukan makna, (3) membantu seseorang belajar
bagaimana belajar, (4) membantu masyarakat memberikan lingkungan yang lebih
manusiawi pada setiap warganya. Pebelajar perlu lebih bersikap proactive untuk
mencari apa yang ingin dipelajari. Konsep-konsep baru yang lebih mendekatkan
pebelajar dengan dunia nyata menjadi salah satu penyebab munculnya
pembelajaran berbasis proyek.
Sedangkan pembelajaran klasikal yang memang selama ini dilihat sebagai
salah satu alternatif untuk tejadinya efisiensi sumber daya namun bukan
efektivitas belajar, memberikan penekanan pada content of the subject matter
7
bukan pada nurturant effect of learning. Dan pebelajar dilihat sebagai sesuatu
yang pasif atau sebagai obyek yang orang lain memegang kendali sehingga
pebelajar perlu dibantu untuk ini dan itu. Dengan kata lain bahwa pada akhirnya
untuk meningkatkan kompetensi dunia industri, pembelajaran berbasis proyek
lebih berpeluang untuk itu.
Gagne (1985) menyebutkan bahwa tujuan proses belajar adalah
peningkatan kapabilitas pada declarative knowledge (verbal information),
procedural knowledge (intelectual skill), cognitive strategies (problem solving),
motor skill, dan attitudes. Konsep di atas dikembangkan dari teori pemrosesan
informasi. Belajar masih dilihat sebagai pembelajaran kelas yang terpisah dari
kehidupan nyata, maka Gagne mempertanyakan “mungkinkah pengetahuan
tentang proses belajar diterapkan untuk ‘task’ yang membuat seseorang lebih
mampu untuk memecahkan masalah, untuk berfikir secara jelas, dan menciptakan ide atau secuatu yang asli.
Teori belajar yang lain melihat bahwa belajar merupakan aktivitas yang
dinamik (Schank, 2001). Teori dinamik melihat bahwa dalam proses belajar penyimpanan memori saja tidaklah cukup. Pebelajar perlu memiliki konteks yang
sesuai dengan informasi baru yang diperolehnya agar dapat menggunakannya
sesuai dengan kecerdasannya. Siklus sejak identifikasi masalah hingga melakukan
evaluasi atas alternatif yang terjadi pada pembelajaran berbasis proyek memberi
peluang yang lebih baik untuk terjadinya aktivitas dinamik. Pemahaman yang
lebih mendalam lebih mungkin untuk diperoleh dengan proses pembelajaran
tersebut.
Mills (1985) dengan kalimat yang berbeda menyebutkan bahwa belajar
adalah proses yang terus menerus dalam mengembangkan dan memodifikasi
konseptual. Sedangkan Piaget melihat belajar sebagai aktivitas yang direpresentasikan pada perkembangan script/ scheme pada diri pebelajar.
Namun demikian perlu juga melihat bahwa pada era sekarang
sesungguhnya pebelajar tidak saja aktif tetapi lebih dari itu. Lebih tinggi dari aktif
adalah proaktif. Aktif menekankan pada kemampuan adapting (copying activity)
sedangkan proactive lebih pada creating. Dan pebelajar dengan sifatnya yang
intensional maka akan selalu melakukan creating dalam belajar.
8
Suatu yang perlu adalah bagaimana ccra yang sesuai untuk mengukur atau
menilai masing-masing. Tujuan yang berbeda akan menentukan teknik dalam
proses assessment. Perlunya perubahan dalam proses penilaian atau assessment ini
terjadi karena 3 faktor, yaitu: perubahan lingkungan tujuan belajar, hubungan
antara penilaian dan pengajaran, dan pembelajaran. Juga karena adanya
keterbatasan metode pencatatan kinerja dan pelaporan kredit (Marzano, Pickering,
dan Tighe, 1994).
b) Program Pembangunan Di Indonesia
Tantangan pembangunan bangsa Indonesia pada abad ke-21 ini, khususnya
dibidang pendidikan adalah menyiapkan generasi muda yang luwes, kreatif, dan
proaktif. Generasi muda perlu dibentuk agar terampil dalam memecahkan
masalah, bijak dalam membuat keputusan, berpikir kreatif, suka bermusyawarah,
dapat mengkomunikasikan gagasannya secara efektif, dan mampu bekerja secara
efesien baik secara individu maupun dalam kelompok. Hal ini didasari
bahwa,sekedar mengetahui pengetahuan (knowing of knowledge) saja terbukti
tidak cukup untuk dapat berhasil dalam menghadapi hidup dan kehidupan yang
semakin kompleksdan dapat berubah dengan cepat.
Tuntutan abad ke-21 dalam dunia pendidikan memerlukan adanya
pergeseran tujuan pendidikan. Yaitu, mempersiapkan p eserta didik menghadapi
dunia yang relatif sederhana, statis, dan dapat diramalkan ke arah mempersiapkan
peserta didik untuk hidup di dunia yang tidak mudah untuk diramal dan
memerlukan kekuatan pikiran serta kreativitas yang tinggi.Untuk menjawab
tantangan dan harapan tersebut hanya dapat diwujudkan melalui suatu pendidikan
yang memfasilitasi peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Kegiatan pembelajarandi sekolah harus merujuk pada 4 karakter
belajar abad 21 yang biasanya dirumuskan dalam 4C yakni :
1.Communication.
Artinya,pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik harus
terjadi komunikasi multi arah. Di mana terjadi komunikasi timbal balik antara
guru dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, maupun antar sesama
peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk mengemukakan
9
pendapatnya dalam proses belajar mengajar, sehingga peserta didik dapat
mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui komunikasi dan pengalaman yang
dia alami sendiri. Hal ini sejalan dengan filsafat pembelajaran modern yang
dikenal dengan filsafat Kontrukstivisme.
2.Collaboration.
Artinya, pada proses pembelajaran guru hendaknya menciptakan situasi di
mana peserta didik dapat belajar bersama-sama atau berkelompok (team work),
sehingga akan tercipta suasana demokratis dimana peserta didik dapat belajar
menghargai perbedaan pendapat, menyadari kesalahan yang ia buat, serta dapat
memupuk rasa tanggung jawab dalam mengerjakan tangung jawab yang
diberikan. Selain itu, dalam situasi ini peserta didik akan belajar tentang
kerjasama tim, kepemimpinan, ketaatan pada otoritas, dan fleksibilitas dalam
lingkungan kerja. Hal ini akan mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi
dunia kerja dimasa yang akan datang.
3.Critical Thinking and Problem Solving.
Artinya, proses pembelajaran hendaknya membuat peserta didik dapat
berpikir kritis dengan menghubungkan pembelajaran dengan masalah-masalah
kontekstual yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Kedekatan dengan situasi yang
real yang dialami oleh peserta didik ini akan membuat peserta didik menyadari
pentingnya pembelajaran tersebut sehingga peserta didik akan menggunakan
kemampuan yang diperolehnya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang dihadapinya.
4.Creativity and Innovation.
Artinya, pembelajaran harus menciptakan kondisi di mana peserta didik
dapat berkreasi dan berinovasi, bukannya didikte dan diintimidasi oleh guru. Guru
hendaknya selalu menjadi fasilitator dalam menampung hasil kreativitas dan
inovasi yang dikembangkan oleh peserta didik.
Peserta didik dapat mengembangkan daya kreativitasnya apabila proses
belajar mengajar dilaksanakan secara terencana untuk meningkatkan dan
membangkitkan upaya untuk kompetitif. Oleh karena itu, proses belajar mengajar
yang memberi peluang kepada peserta didik untuk menyelesaikan tugas secara
10
kompetitif perlu disosialisasikan, kemudian juga perlu adanya penghargaan yang
layak kepada mereka yang berprestasi.
Hal ini akan berdampak positif terhadap terbentuknya rasa percaya diri
pada peserta didik. Pengalaman ini selanjutnya dapat menjaga proses
pembentukan kemandirian. Dalam hal ini peserta didik juga perlu dilibatkan
dalam proses belajar mengajar yang memberikan pengalaman bagaimana peserta
didik bekerja sama dengan peserta didik yang lain seperti dalam hal berdiskusi.
Pengalaman seperti ini selanjutnya akan dapat membentuk sikap kooperatif dan
ketahanan bersaing dengan pengalaman nyata untuk dapat menghargai segala
kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Dalam kegiatan belajar mengajar sejarah, seorang pengajar harus mampu
menciptakan proses belajar mengajar yang dialogis, sehingga dapat memberi
peluang untuk terjadinya atau terselenggaranya proses belajar mengajar yang
aktif. Dengan cara ini, peserta didik akan mampu memahami secara lebih benar,
tidak hanya mampu menyebutkan fakta sejarah belaka. Pemahaman konsep
belajar sejarah yang demikian, memerlukan pendekatan dan metode pembelajaran
yang lebih bervariasi, agar peserta didik benar-benar dapat mengambil manfaat
dari belajar.
Hasil belajar yang dimaksud adalah terjadinya perubahan dan perbedaan
dalam cara berpikir, merasakan, dan kemampuan untuk bertindak serta mendapat
pengalaman dalam proses belajar mengajar. Metode problem solving adalah suatu
metode pengajaran yang mendorong peserta didik untuk mencari dan
memecahkan persoalan-persoalan. Manusia adakalanya memecahkan masalah
secara instinktif maupun dengan kebiasaan. Pemecahan masalah instinktif
merupakan bentuk tingkah laku yang tidak dipelajari, namun dalam menghadapi
masalah yang lebih pelik, manusia dapat menggunakans cara ilmiah. Langkahlangkah pemecahan masalah dengan cara ilmiah meliputi: memahami masalah,
mengumpulkan data, merumuskan hipotesis, menilai hipotesis, mengadakan
eksperimen/menguji hipotesis, dan terakhir adalah menarik kesimpulan.
c) Analisis Mahasiswa
11
Kemampuan pemecahan masalah adalah kecakapan untuk menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum
dikenal . Khaeruddin et al., (2009) menyatakan kemampuan memecahkan masalah
juga dapat diartikan sebagai kemampuan suatu individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya
dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang lumrah. masalah dapat diajukan
kepada mahasiswa melalui dugaan verifikasi, serta transfer pengetahuan yang
diperoleh dalam kursus sebelumnya. pemecahan masalah dapat diartikan sebagai
proses menghilangkan masalah yang ada, dimana didalamnya terdapat hubungan
atau konsepkonsep yang diperolehnya dalam memecahkan masalah.
Pemecahan masalah fisika adalah suatu metode penyelesaian terhadap
sejumlah
tugas
yang
berkaitan
dengan
fisika,
sedangkan
kemampuan
memecahkan masalah dalam pelajaran fisika adalah kemampuan menggunakan
suatu metode untuk menyelesaikan sejumlah tugas dalam pelajaran fisika.
Kemampuan pemecahan masalah mengacu pada upaya yang diperlukanpeserta
didik dalam menentukan solusi atas masalah yang dihadapi (Rahmat dkk, 2014).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan
pemecahan
masalah
merupakan
suatu
kemampuan
dalam
memanfaatkan segala informasi yang ada dan menggunakan suatu metode belajar
dalam menentukan apa yang harus dilakukan dan diselesaikan untuk mendapatkan
solusi dari masalah. Menurut Polya (1980), pemecahan masalah memuat empat
langkah penyelesaian, yaitu: (1) Memahami masalah (understanding the problem),
(2) Merencanakan penyelesaian (devising a plan), (3) Menyelesaikan masalah
sesuai rencana (carrying out the plan), (4) Melakukan pengecekan kembali
(looking back). Selanjutnya Styer (2012) mengemukakan bahwa tahapan yang
digunakan dalam menyelesaikan permasalahan fisika terbagi menjadi tiga
tahapan, yaitu (1) design a strategy, (2) execute strategy, (3) check the resulting
answer.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
12
a) Kesimpulan
Dari jurnal yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa pengajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan pembelajaran dimana mahasiswa
mengerjakan masalah otentik dengan maksud menysuun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inkuiri, dan keterampilan berpikiri, mengembangkan
kemandirian, dan percaya diri. Pengajarab berdasarkan masalah dikenal dengan
pembelajaran autentik dan bermakna yang memungkinkan terjaidnya pertukaran
ide secara bebas dan memberikan kemudahan untuk melakukan penyelidikan dan
inkuiri. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan penerpaan model pembelajaran
berdasarkan masalah pada proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar mahasiswa.
b) Saran
Penulisan Critical Journal Report ini masih banyak kekurangan. Pemilihan
kata-kata mungkin saja banyak kekeliruan saya juga mengharapkan saran dan
kritikan yang mendukung demi kesempurnaan Critical Journal Report ini.
KEPUSTAKAAN
Panggabean, Deo Damonta dan Ifrandi. (2016). Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar Mahasiswa Dengan Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
Pada
Mata
Kuliah
Fisika
Umum
I.
http://pakirfandi.blogspot.c0om. Vol.2 No. 1 & hal. 44--49. Diakses
04/05/2018
13
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA
DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERDASARKAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA UMUM
I
Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Pengembangan Program
Pengajaran Fisika
Dosen Pengampu : Dr. Derlina, M.Si
Irfandi M.Si
Disusun Oleh :
NAMA
: NIA AYU NINGSIH
NIM
: 4151121045
Fisika Dik C 2015
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
1
Critical Journal Report
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA
DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERDASARKAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA UMUM
I
I.
PENGANTAR
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama untuk membangun bangsa
dan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam kehidupan
berbangsa dan negara. Tujuan Pendidikan Nasional tertuang dalam UndangUndang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh pendidik itu sendiri,
pendidik diharapkan bisa mengembangkan pembelajaran tersebut menjadi
pembelajaran yang bermakna. Untuk menjadikan pembelajaran yang bermakna
tersebut,
pembelajaran
hendaknya
diarahkan
ke
kontruktivisme
dan
mengembangkan model pembelajaran yang inovatif, yang nantinya pengetahuan
peserta didik dibangun melalui pengetahuan awal yang dimilikinya. Selain
membangun pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik, proses pembelajaran
dapat melatih keterampilan, dan pembelajaran diharapkan menyenangkan dan
menantang.
Pembelajaran yang bermakna merupakan pembelajaran yang di dalam
proses pembelajaran siswa belajar memahami dan merasakan apa yang telah
dipelajari. Akan tetapi realita di lapangan menunjukkan hal yang berbeda,
pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran, kegiatan ekplorasi sangat
jarang dilakukan, sehingga pengetahuan awal mahasiswa tidak terbangun dan
tidak
sesuaianya
metode
pembelajaran
yang
digunakan
dalam
proses
pembelajaran sehingga menyebabkan peserta didik merasa enggan dan bosan
untuk belajar, dan mengakibatkan peserta didik kurang aktif dan kreatif, sehingga
1
aktivitas belajar peserta didik sangat kurang. Kemudian dalam proses
pembelajaran pendidik juga kurang mengaitkan materi pembelajaran yang dibahas
dengan masalah nyata yang dihadapi peserta didik, sehingga pembelajaran
menjadi kurang bermakna. Kurang bermaknanya proses pembelajaran yang
disajikan, menimbulkan rasa tidak tertarik pada diri peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran, karena mereka memiliki anggapan proses pembelajaran yang
diikutinya tidak memberikan manfaat atau tambahan ilmu yang dapat diterapkan
dalam masalah kehidupan dunia nyata.
Adapun alternative untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta
didik adalah Model pembelajaran Berbasis Masalah (ProblemBased Learning).
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan
untuk memecahkan masalah.
Adapun identitas jurnal yang akan dijadikan sebagai sumber referensi
dalam Critical Journal Report ini adalah
Judul
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar
Mahasiswa
dengan
Penerapan
Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Mata
Jurnal
Download
Volume dan Halaman
ISSN
Tahun
Penulis
II.
Kuliah Fisika Umum I
Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan
http://pakirfandi.blogspot.com
Vol.2 No.1 & hal. 44-49
p-ISSN 2461-1247
e-ISSN 2477-5142
2016
Deo Demonta Panggabean dan Ifandi
RINGKASAN ISI JOURNAL
Berdasarkan pengalaman peneliti selama menjadi tim pengampu mata
kuliah Fisika Umum I, mahasiswa masih kurang kemampuannya dalam
memahami materi kuliah. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh
mahasiswa pada semester ganjil 2014/2015 yang lalu, masih kurang
memuaskan dimana mahasiswa yang memperoleh nilai A ada 7 orang, nilai B
2
ada 23 orang, dan nilai C ada 2 orang perkelas semuanya 32 orang. Hal ini
disebabkan mahasiswa pada umumnya rendah dalam penguasaan konsep fisika
ketika berada diSMA dan pembelajaran masih belum memaksimalkan
kemampuan kognitif mahasiswa dalam pemecahan masalah fisika.
Penelitian jurnal ini ini bertujuan : (1) Untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah pada mata kuliah Fisika Umum I. (2) Untuk mengetahui peningkatan
aktivitas
belajar
mahasiswa
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
berdasarkan masalah pada mata kuliah Fisika Umum I. Penelitian ini dilakukakan
dengan alur penelitian tindakan kelas (PTK). Jumlah siklus yang digunakan
meliputi 2 siklus yaitu siklus I dengan materi: Kinematika dan siklus II dengan
materi: Dinamika. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari instrumen tes hasil belajar dan lembar observasi aktivitas mahasiswa.
Penelitian ini terjadi dari 2 siklus yang dilakukan dengan tahapan yaitu :
a. Rencana (planning)
Pada tahap perencanaan, peneliti mengadakan beberapa kali pertemuan
untuk membahas teknis pelaksanaan penelitian tindakan kelas, mendata dan
mengidentifikasi isi buku teks yang ada di seluruh perpustakaan yang ada di
UNIMED yang terdapat igunakan untuk menunjang perkuliahan Fisika Umum I,
membuat tes hasil belajar, membuat angket/format observasi, membuat media
pembelajaran,
membuat
rencana
pembelajaran
sesuai
dengan
inovasi
pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini.
b. Tindakan (action)
Pada tahap ini, pertama sekali dilaksanakan pretes kepada mahasiswa
untuk melihat sejauh mana pengetahuan awal mahasiswa tentang materi Fisika
Umum I. Kemudia materi disampaikan kepada mahasiswa dengan menerapkan
model pembelajaran berbasis masalah dan menggunakan perpustakaan sebagai
sumber referensi. Setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah, paa
setiap akhir siklus diadakan postes untuk melihat tingkat keberhasilan yang
dicapai oleh mahasiswa.
c. Pengamatan (Observation)
3
Pengamatan dilakukan tim peneliti di dalam kelas pada saat kegiatan
belajar mengjar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas
mahasiswa. observasi dilakukan kepada aktivitas mahasiswa baik selama tatap
muka dan hal-hal yang terjadi selama proses belajar mengajar dan diskusi
kelompok. Jumlah observer dalam setiap ertemuan berjumlah satu orang.
Instrumen yang digunakan adalah format observasi yang dikembangkan
berdasarkan indikator –indikator ynag sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai.
d. Refleksi (Reflection)
Sebelum melakukan refleksi data hasil tes dan hasil pengamatan dianalisis
terlebih dahulu. Selanjutnnya refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data
perolehan tes dan engamatan yang dilakukan. Hasil analisis data merupakan bahan
dalam menentukan tindakan perbaikan untuk tahap perencanaan pada siklus
berikutnya. Dalam kegiatan refleksi akan dikaji kaitan anatara hasil pengamatan
dan tes setiap siklus, serta mendeskripsikan perkembangan –perkembangan yang
dicapai
tiap
siklus,
hambatan-hambatan
yang
dihadapi,
dan
upaya
penanggulangannya.
Instrumen tes yang digunakan terdiri dari instrumen tes kinematika dan
instrumen tes dinamika yang masing-masing terdiri dari 25 soal berbentuk pilihan
ganda yang sudah diujicobakan kepada mahasiswa dan hasilnya dinyatakan valid
dan memiliki reliabilitas sangat tinggi. Dari hasil penelitian me lalui lembar
observasi aktivitas mahasiswa dan hasil belajar mahasiswa diperoleh rata-rata skor
aktivitas mahasiswa pada setiap siklus mengalami peningkatan. Selanjutnya nilai rata-rata
dan nilai gain hasil belajar mahasiswa juga mengalami peningkatan pada siklus I dan
siklus II. Sehingga dapat disimpulkan terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar
mahasiswa pada mata kuliah fisika umum dengan penerapan model pembelajaran
berdasarkan masalah.
III.
KEUNGGULAN JOURNAL
a) Keterkaitan Isi Journal
4
Pada abstrak telah menggambarkan secara kesuluruhan isi paparan dalam
jurnal, mulai dari tujuan penelitian, instrumen yang digunakan dan hasil penelitian
yang telah dilakukan serta kesimpulan dari penelitian. abstrak yang dipaparkan
sesuai dan berkaitan dengan isi dalam jurnal penelitian
Tujuan dari penelitian jurnal ini adalah (1) Untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah pada mata kuliah Fisika Umum I. (2) Untuk mengetahui peningkatan
aktivitas
belajar
mahasiswa
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
berdasarkan masalah pada mata kuliah Fisika Umum I. Tujuan tersebut terdapat
pada abstrak tetapi tidak dijabarkan didalam isi jurnal secara langsung melainkan
pembaca harus menganalisis sendiri tujuan apa yang ingin dicapai pada pada
penelitian jurnal ini.
Penelitian yang dilukukan merupakan jenis penelitian tindakan kelas
(PTK), pada metode penelitian telah dijelaskan langkah-langkah yang akan
ditempuh yang mana dari paragraf satu ke paragraf lain saling berkaitan secara
terstruktur dimulai pada paragraf satu menjelaskan populasi penelitian dan
tahapan-tahapan yang ditempuh dengan menggunakan alur PTK (penelitian
tindakan kelas).
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif yang terdiri dari hasil
belajar dan aktivitas belajar yang dilengkapi dengan menyajikan data penelitian
dengan tabel dan diagram baik nilai pretes dan postes pada siklus I dan II serta
aktivitas mahasiswa. Kemudian pada pembahasan mengkaji hasil penetian
tersebut dengan teori yang ada. Hal ini membantu pembaca menganalisis
bagaimana hasil penelitian yang telah dilakukan.
Jurnal ini juga menggunakan referensi yang cukup uptodate yang
jumlahnya cukup banyak. Sehingga menambah keakuratan hasil penelitian. Jadi,
dapat disimpulkan keterkaitan tiap bagian pada jurnal sudah cukup baik dan saling
berkaitan satu dengan lainnya.Jadi, dapat disimpulkan keterkaitan tiap bagian
pada jurnal sudah cukup baik dan saling berkaitan satu dengan lainnya.
b) Kemuktahiran Isi Journal
5
Kemuktahiran ke tiga Journal ini dapat di buktikan dengan adanya
penerapan langsung model pembelajaran berdasarkan masalah yang menunjukkan
dampak positif dari penerapan pembelajaran berdasarkan masalah
dalam
pembelajaran. pembelajaran berdasarkan masalah dianggap sebagai suatu proses
terkandung makna ketika mahasiswa belajar pada proses menemukan kembali.
Pada jurnal ini juga pengaplikasian model pembelajaran berdasarkan masalah
dilakukan penelitian langsung dimana hasil penelitian terdiri dari aktivitas dan
hasil belajar
siswa dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan
masalah pada mahasiswa di jurusan fisika FMIPA Unimed T.A 2015/2016
IV.
KELEMAHAN BUKU
a) Keterkaitan isi jurnal
Keterkaitan isi jurnal sudah cukup baik satu dengan yang lain, hanya ada
terdapat beberapa kesalahan dalam pengetikan seperti : selanjutnta (selanjutnya),
memengadakan (mengadakan), berdarkan (berdsarkan). Ada beberapa bagian pada
jurnal yang menggunakan kalimat yang sulit untuk dicerna, butuh konsentrasi
yang cukup untuk memahami kata-kata yang terdapat di dalam jurnal .
b) Kemuktahiran Isi Journal
Menurut saya, pada jurnal ini sudah cukup terbukti kemuktahirannya yang
dilihat dari hasil penelitian jurnal memang benar-benar dilakukan sendiri oleh
peneliti.
V.
IMPLIKASI TERHADAP
a) Teori
Implikasi pembelajaran dengan pemecahan masalah terhadap teori dapat
diliat terlebih dari dari tujuan pendidikannya. tujuan pendidikan adalah
menciptakan orang-orang terdidik (deliberate and often painful attempts to learn).
Dalam konteks ini pendidikan terbatas sebagai tujuan akhir. Dewasa ini, tujuan
pedidikan
adalah
menghasilkan
orang-orang
yang
mampu
menerapkan
pengetahuan dalam kondisi yang terus berubah, dan yang lebih penting adalah
mampu belajar terus menerus dengan caranya (Thomas, 1986). Perbedaan tujuan
6
pendidikan
ini
akan
menyebabkan
terjadinya
perbedaan
pula
dalam
implementasinya pada proses pembelajaran.
Meski ada perbedaan, namum tetap bahwa model tentang proses
pembelajaran yang diturunkan dari tujuan pendidikan yang manapun tetap akan
merujuk pada kinerja belajar sebagai bagian terintegrasi dengan proses
pembelajaran itu sendiri. Model hubungan antara komponen dan proses dalam
belajar mencakup komponen karakteristik matakuliah, karakteristik pebelajar,
(yang keduanya akan berpengaruh pada persepsi dan intensi), aktivitas belajar,
dan outcome (Thomas dan Rohwer, 1986). Model ini dapat digunakan untuk
menjelaskan perbedaan kedua proses pembelajaran.
Meski pada dua komponen pertama, yaitu karakteristik matakuliah dan
karakterisitk pebelajar sama, namun pada aktivitas dan outcome antara
pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran kelas memang berbeda.
Perbedaan inilah yang akan menyebabkan adanya perbedaan yang terjadi pada
pebelajar yang mengalami proses pembelajaran.
Perbedaan penekanan aspek belajar antara pembelajaran berbasis proyek
dan pembelajaran kelas tersebut menjadi penggerak adanya perbedaan pada
outcome yang diperoleh untuk tiap proses pemebelajaran secara berbeda.
Sehingga cukup rasional bila memang pada akhirnya terjadi perbedaan yang
cukup signifikan pada proses pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran
kelas.
Apps (1979) menyatakan bahwa tujuan proses pembelajaran saat ini
sebaiknya adalah (1) membantu seseorang untuk dapat bertahan (survive), (2)
membantu seseorang menemukan makna, (3) membantu seseorang belajar
bagaimana belajar, (4) membantu masyarakat memberikan lingkungan yang lebih
manusiawi pada setiap warganya. Pebelajar perlu lebih bersikap proactive untuk
mencari apa yang ingin dipelajari. Konsep-konsep baru yang lebih mendekatkan
pebelajar dengan dunia nyata menjadi salah satu penyebab munculnya
pembelajaran berbasis proyek.
Sedangkan pembelajaran klasikal yang memang selama ini dilihat sebagai
salah satu alternatif untuk tejadinya efisiensi sumber daya namun bukan
efektivitas belajar, memberikan penekanan pada content of the subject matter
7
bukan pada nurturant effect of learning. Dan pebelajar dilihat sebagai sesuatu
yang pasif atau sebagai obyek yang orang lain memegang kendali sehingga
pebelajar perlu dibantu untuk ini dan itu. Dengan kata lain bahwa pada akhirnya
untuk meningkatkan kompetensi dunia industri, pembelajaran berbasis proyek
lebih berpeluang untuk itu.
Gagne (1985) menyebutkan bahwa tujuan proses belajar adalah
peningkatan kapabilitas pada declarative knowledge (verbal information),
procedural knowledge (intelectual skill), cognitive strategies (problem solving),
motor skill, dan attitudes. Konsep di atas dikembangkan dari teori pemrosesan
informasi. Belajar masih dilihat sebagai pembelajaran kelas yang terpisah dari
kehidupan nyata, maka Gagne mempertanyakan “mungkinkah pengetahuan
tentang proses belajar diterapkan untuk ‘task’ yang membuat seseorang lebih
mampu untuk memecahkan masalah, untuk berfikir secara jelas, dan menciptakan ide atau secuatu yang asli.
Teori belajar yang lain melihat bahwa belajar merupakan aktivitas yang
dinamik (Schank, 2001). Teori dinamik melihat bahwa dalam proses belajar penyimpanan memori saja tidaklah cukup. Pebelajar perlu memiliki konteks yang
sesuai dengan informasi baru yang diperolehnya agar dapat menggunakannya
sesuai dengan kecerdasannya. Siklus sejak identifikasi masalah hingga melakukan
evaluasi atas alternatif yang terjadi pada pembelajaran berbasis proyek memberi
peluang yang lebih baik untuk terjadinya aktivitas dinamik. Pemahaman yang
lebih mendalam lebih mungkin untuk diperoleh dengan proses pembelajaran
tersebut.
Mills (1985) dengan kalimat yang berbeda menyebutkan bahwa belajar
adalah proses yang terus menerus dalam mengembangkan dan memodifikasi
konseptual. Sedangkan Piaget melihat belajar sebagai aktivitas yang direpresentasikan pada perkembangan script/ scheme pada diri pebelajar.
Namun demikian perlu juga melihat bahwa pada era sekarang
sesungguhnya pebelajar tidak saja aktif tetapi lebih dari itu. Lebih tinggi dari aktif
adalah proaktif. Aktif menekankan pada kemampuan adapting (copying activity)
sedangkan proactive lebih pada creating. Dan pebelajar dengan sifatnya yang
intensional maka akan selalu melakukan creating dalam belajar.
8
Suatu yang perlu adalah bagaimana ccra yang sesuai untuk mengukur atau
menilai masing-masing. Tujuan yang berbeda akan menentukan teknik dalam
proses assessment. Perlunya perubahan dalam proses penilaian atau assessment ini
terjadi karena 3 faktor, yaitu: perubahan lingkungan tujuan belajar, hubungan
antara penilaian dan pengajaran, dan pembelajaran. Juga karena adanya
keterbatasan metode pencatatan kinerja dan pelaporan kredit (Marzano, Pickering,
dan Tighe, 1994).
b) Program Pembangunan Di Indonesia
Tantangan pembangunan bangsa Indonesia pada abad ke-21 ini, khususnya
dibidang pendidikan adalah menyiapkan generasi muda yang luwes, kreatif, dan
proaktif. Generasi muda perlu dibentuk agar terampil dalam memecahkan
masalah, bijak dalam membuat keputusan, berpikir kreatif, suka bermusyawarah,
dapat mengkomunikasikan gagasannya secara efektif, dan mampu bekerja secara
efesien baik secara individu maupun dalam kelompok. Hal ini didasari
bahwa,sekedar mengetahui pengetahuan (knowing of knowledge) saja terbukti
tidak cukup untuk dapat berhasil dalam menghadapi hidup dan kehidupan yang
semakin kompleksdan dapat berubah dengan cepat.
Tuntutan abad ke-21 dalam dunia pendidikan memerlukan adanya
pergeseran tujuan pendidikan. Yaitu, mempersiapkan p eserta didik menghadapi
dunia yang relatif sederhana, statis, dan dapat diramalkan ke arah mempersiapkan
peserta didik untuk hidup di dunia yang tidak mudah untuk diramal dan
memerlukan kekuatan pikiran serta kreativitas yang tinggi.Untuk menjawab
tantangan dan harapan tersebut hanya dapat diwujudkan melalui suatu pendidikan
yang memfasilitasi peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Kegiatan pembelajarandi sekolah harus merujuk pada 4 karakter
belajar abad 21 yang biasanya dirumuskan dalam 4C yakni :
1.Communication.
Artinya,pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik harus
terjadi komunikasi multi arah. Di mana terjadi komunikasi timbal balik antara
guru dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, maupun antar sesama
peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk mengemukakan
9
pendapatnya dalam proses belajar mengajar, sehingga peserta didik dapat
mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui komunikasi dan pengalaman yang
dia alami sendiri. Hal ini sejalan dengan filsafat pembelajaran modern yang
dikenal dengan filsafat Kontrukstivisme.
2.Collaboration.
Artinya, pada proses pembelajaran guru hendaknya menciptakan situasi di
mana peserta didik dapat belajar bersama-sama atau berkelompok (team work),
sehingga akan tercipta suasana demokratis dimana peserta didik dapat belajar
menghargai perbedaan pendapat, menyadari kesalahan yang ia buat, serta dapat
memupuk rasa tanggung jawab dalam mengerjakan tangung jawab yang
diberikan. Selain itu, dalam situasi ini peserta didik akan belajar tentang
kerjasama tim, kepemimpinan, ketaatan pada otoritas, dan fleksibilitas dalam
lingkungan kerja. Hal ini akan mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi
dunia kerja dimasa yang akan datang.
3.Critical Thinking and Problem Solving.
Artinya, proses pembelajaran hendaknya membuat peserta didik dapat
berpikir kritis dengan menghubungkan pembelajaran dengan masalah-masalah
kontekstual yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Kedekatan dengan situasi yang
real yang dialami oleh peserta didik ini akan membuat peserta didik menyadari
pentingnya pembelajaran tersebut sehingga peserta didik akan menggunakan
kemampuan yang diperolehnya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang dihadapinya.
4.Creativity and Innovation.
Artinya, pembelajaran harus menciptakan kondisi di mana peserta didik
dapat berkreasi dan berinovasi, bukannya didikte dan diintimidasi oleh guru. Guru
hendaknya selalu menjadi fasilitator dalam menampung hasil kreativitas dan
inovasi yang dikembangkan oleh peserta didik.
Peserta didik dapat mengembangkan daya kreativitasnya apabila proses
belajar mengajar dilaksanakan secara terencana untuk meningkatkan dan
membangkitkan upaya untuk kompetitif. Oleh karena itu, proses belajar mengajar
yang memberi peluang kepada peserta didik untuk menyelesaikan tugas secara
10
kompetitif perlu disosialisasikan, kemudian juga perlu adanya penghargaan yang
layak kepada mereka yang berprestasi.
Hal ini akan berdampak positif terhadap terbentuknya rasa percaya diri
pada peserta didik. Pengalaman ini selanjutnya dapat menjaga proses
pembentukan kemandirian. Dalam hal ini peserta didik juga perlu dilibatkan
dalam proses belajar mengajar yang memberikan pengalaman bagaimana peserta
didik bekerja sama dengan peserta didik yang lain seperti dalam hal berdiskusi.
Pengalaman seperti ini selanjutnya akan dapat membentuk sikap kooperatif dan
ketahanan bersaing dengan pengalaman nyata untuk dapat menghargai segala
kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Dalam kegiatan belajar mengajar sejarah, seorang pengajar harus mampu
menciptakan proses belajar mengajar yang dialogis, sehingga dapat memberi
peluang untuk terjadinya atau terselenggaranya proses belajar mengajar yang
aktif. Dengan cara ini, peserta didik akan mampu memahami secara lebih benar,
tidak hanya mampu menyebutkan fakta sejarah belaka. Pemahaman konsep
belajar sejarah yang demikian, memerlukan pendekatan dan metode pembelajaran
yang lebih bervariasi, agar peserta didik benar-benar dapat mengambil manfaat
dari belajar.
Hasil belajar yang dimaksud adalah terjadinya perubahan dan perbedaan
dalam cara berpikir, merasakan, dan kemampuan untuk bertindak serta mendapat
pengalaman dalam proses belajar mengajar. Metode problem solving adalah suatu
metode pengajaran yang mendorong peserta didik untuk mencari dan
memecahkan persoalan-persoalan. Manusia adakalanya memecahkan masalah
secara instinktif maupun dengan kebiasaan. Pemecahan masalah instinktif
merupakan bentuk tingkah laku yang tidak dipelajari, namun dalam menghadapi
masalah yang lebih pelik, manusia dapat menggunakans cara ilmiah. Langkahlangkah pemecahan masalah dengan cara ilmiah meliputi: memahami masalah,
mengumpulkan data, merumuskan hipotesis, menilai hipotesis, mengadakan
eksperimen/menguji hipotesis, dan terakhir adalah menarik kesimpulan.
c) Analisis Mahasiswa
11
Kemampuan pemecahan masalah adalah kecakapan untuk menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum
dikenal . Khaeruddin et al., (2009) menyatakan kemampuan memecahkan masalah
juga dapat diartikan sebagai kemampuan suatu individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya
dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang lumrah. masalah dapat diajukan
kepada mahasiswa melalui dugaan verifikasi, serta transfer pengetahuan yang
diperoleh dalam kursus sebelumnya. pemecahan masalah dapat diartikan sebagai
proses menghilangkan masalah yang ada, dimana didalamnya terdapat hubungan
atau konsepkonsep yang diperolehnya dalam memecahkan masalah.
Pemecahan masalah fisika adalah suatu metode penyelesaian terhadap
sejumlah
tugas
yang
berkaitan
dengan
fisika,
sedangkan
kemampuan
memecahkan masalah dalam pelajaran fisika adalah kemampuan menggunakan
suatu metode untuk menyelesaikan sejumlah tugas dalam pelajaran fisika.
Kemampuan pemecahan masalah mengacu pada upaya yang diperlukanpeserta
didik dalam menentukan solusi atas masalah yang dihadapi (Rahmat dkk, 2014).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan
pemecahan
masalah
merupakan
suatu
kemampuan
dalam
memanfaatkan segala informasi yang ada dan menggunakan suatu metode belajar
dalam menentukan apa yang harus dilakukan dan diselesaikan untuk mendapatkan
solusi dari masalah. Menurut Polya (1980), pemecahan masalah memuat empat
langkah penyelesaian, yaitu: (1) Memahami masalah (understanding the problem),
(2) Merencanakan penyelesaian (devising a plan), (3) Menyelesaikan masalah
sesuai rencana (carrying out the plan), (4) Melakukan pengecekan kembali
(looking back). Selanjutnya Styer (2012) mengemukakan bahwa tahapan yang
digunakan dalam menyelesaikan permasalahan fisika terbagi menjadi tiga
tahapan, yaitu (1) design a strategy, (2) execute strategy, (3) check the resulting
answer.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
12
a) Kesimpulan
Dari jurnal yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa pengajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan pembelajaran dimana mahasiswa
mengerjakan masalah otentik dengan maksud menysuun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inkuiri, dan keterampilan berpikiri, mengembangkan
kemandirian, dan percaya diri. Pengajarab berdasarkan masalah dikenal dengan
pembelajaran autentik dan bermakna yang memungkinkan terjaidnya pertukaran
ide secara bebas dan memberikan kemudahan untuk melakukan penyelidikan dan
inkuiri. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan penerpaan model pembelajaran
berdasarkan masalah pada proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar mahasiswa.
b) Saran
Penulisan Critical Journal Report ini masih banyak kekurangan. Pemilihan
kata-kata mungkin saja banyak kekeliruan saya juga mengharapkan saran dan
kritikan yang mendukung demi kesempurnaan Critical Journal Report ini.
KEPUSTAKAAN
Panggabean, Deo Damonta dan Ifrandi. (2016). Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar Mahasiswa Dengan Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
Pada
Mata
Kuliah
Fisika
Umum
I.
http://pakirfandi.blogspot.c0om. Vol.2 No. 1 & hal. 44--49. Diakses
04/05/2018
13