PROFIL HERBARIUM CELEBENSE DAN DESKRIPSI

Editor : Prof. Ir. Zainuddin Basri, PhD

Penulis : Prof. Dr. Ramadanil Pitopang

Profil Herbarium Celebense Universitas Tadulako dan

Deskripsi 100Jenis Pohon Khas

Sulawesi

Editor :

Prof. Ir. Zainuddin Basri, PhD

Penulis :

Prof. Dr. Ramadanil Pitopang Dr. Ir. Iskandar Lapandjang, MP In'am F Burhanuddin, S.Si

Editor :

Prof. Ir. Zainuddin Basri, PhD

Penulis:

Prof. Dr. Ramadanil Pitopang, Dr. Ir. Iskandar Lapandjang, MP, In'am F Burhanuddin, S.Si

Penerbit: UNTAD PRESS ISBN 978-970-3701-64-6

©: 2011 Herbarium Celebense UNTAD Cover design : In’am F. Burhanuddin Lay out : In’am F.Burhanuddin

Penerbitan buku ini dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Tadulako Palu, Tahun 2011.

iii

Sambutan Rektor Universitas Tadulako Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, SE, MS

Segala puji dan syukur kami persembahkan kepada TuhanYang Maha Kuasa yang atas karuniaNya buku Profil Herbarium Celebense dan Deskripsi 100 Jenis Pohon Khas Sulawesi ini akhirnya dapat disusun dan diterbitkan dengan baik. Keanekaragaman hayati Sulawesi yang begitu tinggi perlu didokumentasikan dengan baik agar menjadi panduan bagi generasi mendatang yang ingin mempelajari keanekaragaman hayati sulawesi khususnya bagi para pelajar, guru- guru, mahasiwa, peneliti, pejabat fungsional dan parapihak yang ingin mengembangkan kajian tentang KEHATI di sulawesi. .

Kehadiran buku ini merupakan salah satu dari hasil Tri Darma Perguruan Tinggi yang dilakukan di Universitas Tadulako dan merupakan bukti nyata bahwa kegiatan penelitian merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian utama di Universitas Tadulako, sehingga melalui pengembangan lembaga riset seperti Herbarium merupakan fasilitas utama penting dalam menunjang bidang keanekaragaman hayati Sulawesi yang terkenal dengan keunikan dan tingkat endemisitas yang tinggi. Potensi biodiversitas tumbuhan Sulawesi ini masih sangat tinggi, hal ini ditunjukan dengan banyaknya penemuan ilmiah baru oleh botanist dalam beberapa tahun terakhir baik yang bersifat “New Record” ataupun “New Species”. Tercatat beberapa jenis yang merupakan baru untuk ilmu pengetahuan seperti Allocasia megawatii (Araceae) dari C.A. Tinombala, Impatien punaensis (Balsaminaceae) dari Lore Lindu, Pinanga aurantiaca (Arecaceae) dan Nepenthes pitopangii (Nepenthaceae) dari Taman Nasional Lore Lindu.

Kami merasa bangga dan menyambut baik kehadiran Buku ini yang

Ucapan Terima Kasih

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan KaruniaNya sehingga buku ini dapat diselesaikan secara baik hingga penerbitannya. Seperti disadari bahwa publikasi menyangkut Flora Sulawesi masih sangat terbatas, disisi lain kawasan ini merupakan bioregion penting untuk keanekaragaman hayati Indonesia terutama kekayaan Flora dan Fauna di Indonesia. Oleh sebab itulah buku ini disusun untuk membantu para pihak dalam pengenalan keanekaragaman hayati tumbuhan Sulawesi terutama kaum akademisi (dosen, peneliti dan mahasiswa) pada bidang Ilmu Pengetahuan Alam seperti Biologi, Kimia, Kehutanan serta lembaga terkait lainnya seperti pertanian, pariwisata, kehutanan, dan konservasi konservasi sumber daya alam.

Penulisan buku ini sangat ditunjang oleh fasilitas Herbarium Celebense (CEB) UNTAD, yang merupakan salah satu herbarium penting di bioregion Wallacea dan merupakan aset Universitas Tadulako. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah berjasa dalam pengembangan Herbarium Celebense terutama pada Bpk. Prof. Dr. Ir. H. Edi Guhardja, MSc (IPB), Dr. Paul J.A. Kessler (Hortus Botanicus Leiden), Prof. Dr. Stephan Robert Gradstein (Univ.of Gottingen), Dr. Michael Kessler (Univ. Gottingen), Dr. Ir. Sri S. Tjitrosoedirdjo (SEAMEO BIOTROP), Prof. Dr. Johanis P. Mogea (Herbarium Bogor) dan Dr. Ir. H. Dede Setiadi (IPB), Dr. Gillian Brown (School of Botany the University of Melbourne Australia) yang semuanya merupakan pakar ekotaksonomi dan konservasi biodiversitas tumbuhan.

Buku ini diterbitkan atas biaya dari Kementerian Pendidikan Nasional melalui Dana DIPA

Universitas Tadulako tahun 2011. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih banyak atas tersediannya pembiayaan tersebut. Akhirnya penulis berharap semoga buku ini bermanfaat untuk kemaslahatan umat manusia.

DAFTAR ISI

Sambutan Rektor Universitas Tadulako.....iii Ucapan Terima Kasih......v Daftar Isi.....vii Pendahuluan.....1 Tinjauan Pustaka.....3 Profil Herbarium Celebence....9 Teknik Pengkoleksian dan Pembuatan Herbarium....14 Deskripsi 100 Jenis Pohon khas Sulawesi..25 Aleurites moluccana.....27

Annona muricata.....30 Annona reticulata.....31 Annona squamosa....32

Areca vestiaria.....35 Arenga pinnata.....36 Arenga undulatifolia.....37 Artocarpus heterophyllus.....38 Bischofia javanica.....39 Buchanania arborescens....40 Calophyllum inophyllum....41 Cananga odorata....42 Canarium hirsutum...43 Carallia brachiata....44 Cassia siamea....45

Casuarina equisetifolia....47 Celtis phillipinensis...48 Cinnamomum porrectum....49 Cocos nucifera....50 Cynometra ramiflora.....52 Delonix regia....53 Deplanchea bencana....54

Alstonia scholaris.....28 Alstonia spectabilis......29

Anthocephalus chinensis....33 Antidesma bunius.....34

Castanopsis accuminatisima....46

Heritieria littoralis....75 Hibiscus tiliaceus.....76 Homalanthus populneus....77 Hopea celebica....78 Horsfieldia costulata.....79 Kalappia celebica.....80 Kleinhovia hospita.....82 Knema celebica.....83

Leucaena leucocephala....85 Lithocarpus havilandii.....87

Macadamia hildebrandii.....88 Macaranga hispida......89

Mangifera foetida.....91 Mangifera minor......92 Manilkara fasciculata...93 Meliosma sumatrana.....94 Morinda citrifolia.....95 Moringa oleifera.....96

Myristica fragrans....98 Nageia wallichiana.....99 Octomeles sumatrana.....100 Palaquium quercifolium.....101 Pandanus tectorius......102 Paraserianthes falcataria.....103

Pinanga caesea.....106 Platea excelsa.....107 Podocarpus imbricatus.....108 Podocarpus neriifolius.....109 Polyalthia lateriflora.....110 Pometia pinnata.....111

Koordersiodendron pinnatum...84 Lithocarpus celebicus.....86

Magnolia candollii.....90

Myristica fatua....97

Phylocladus hypophyllus.....104 Pigafeta elata.....105

vii

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mendapat julukan sebagai “Megabiodiversity Countries” karena memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia ini tersebar di dalam wilayah nagara kesatuan Republik Indonesia.

Sulawesi merupakan pulau terbesar dan penting di Indonesia, secara biogeografi pulau ini terletak dalam subregion biogeografi Wallacea yaitu suatu wilayah yang unik karena merupakan kawasan peralihan antara Benua Asia dan Australia dan memiliki keanekaragaman hayati dengan tingkat endemisitas yang tinggi. Diperkirakan 15% dari tumbuhan berbunga di Sulawesi adalah endemik (Whitten et al. 1987 : Ramadhanil Pitopang, 2006). V. Balgooy et al. (1996) melaporkan 933 tumbuhan asli dari Sulawesi yang dibahas dalam Flora Malesiana waktu itu, 112 adalah endemik Sulawesi.

Endemisitas tumbuhan berbunga di Sulawesi sangat bervariasi diantara kelompok takson,

Sebagai contoh pada Palm (Arecaceae) dan Anggrek (Orchidaceae) dari total 817 spesies anggrek dari Sulawesi dan Maluku (128 genera) 149 merupakan endemik (Thomas and Schuiteman 2002). Selain itu Sulawesi juga dikenal sebagai salah satu kawasan EBA (Endemic Bird Area) terpenting di Indonesia, dimana dari 328 jenis burungnya, 88% adalah jenis yang unik (White and Bruce, 1986). Dari 127 hewan menyusui asli, 79 (62%) bersifat endemik dan presentasinya meningkat sampai 98% jika kelelawar tidak dihitung (Whitten et al., 1987).

Berdasarkan data base yang ada, diperkirakan di Sulawesi terdapat lebih dari 2100 jenis tumbuhan berkayu yang terdiri atas famili Meliaceae, Euphorbiaceae, Rubiaceae, Myrtaceae, Ebenaceae, Moraceae, Magnoliaceae,

Burseraceae,

TINJAUAN PUSTAKA

Biogeografi , Sejarah Alam dan Keanekaragaman Hayati Sulawesi ulawesi merupakan salah satu pulau besar dan penting di Indonesia, karena

secara biogeografi termasuk dalam kawasan Wallacea, suatu kawasan yang terdiri atas pulau Sulawesi, sebagian Maluku, kepulauan Banda, dan kepulauan

Nusa Tenggara Barat, dengan luas keseluruhan sekitar 346.782 km2. Wilayah ini sangat unik karena merupakan tempat bercampurnya tumbuhan, hewan, dan hidupan lain dari Asia dan Australia, serta merupakan kawasan peralihan ekologi (ekoton) antara kedua benua tersebut (Mittermeier et al., 1999).

Kawasan ini dinamakan Wallacea, merujuk nama Alfred Russel Wallace, seorang penjelajah alam dari Inggris yang pada tahun 1850-an melakukan ekspedisi di kawasan ini. Hasil penelitiannya dipublikasikan dalam buku The Malay Archipelago yang menyimpulkan bahwa flora dan fauna di kawasan ini banyak yang unik dan spesifik, serta mempunyai biogeografi tersendiri yang berbeda dengan bagian barat dan timur Indonesia. Karena hasil pemikirannya ini, Alfred Russel Wallacea dikenal sebagai Bapak Biogeografi, studi tentang persebaran geografi tumbuhan dan hewan (Whitten et al., 1987; Kinnaird, 1997; Mittermeier et al., 1999).

Whitmore (1989) dan Mittermeier et al. (1999) menyatakan bahwa kondisi biogeografi pulau Sulawesi yang spesifik merupakan akibat proses pembentukan pulau ini sejak masa purba. Menurut Kinnaird (1997), kawasan ini memiliki sejarah geologi yang komplek, meliputi pergeseran lempeng bumi, perbenturan antar lempeng bumi, pergolakan dalam perut bumi, dan kegiatan gunung api yang memuntahkan isi perut bumi, hingga menjadikan bentuk pulau Sulawesi unik dan tidak beraturan seperti saat ini (Gambar 3).

4 Pembentukan pulau Sulawesi dimulai sekitar 200 juta tahun yang lalu, ketika

benua besar purba Gondwana (sebelumnya Pangea) terpecah-pecah karena pergerakan lempeng bumi di bawahnya. Di antara pecahan-pecahan benua tersebut ada sebagian yang bergabung kembali membentuk pulau-pulau baru (Gambar 2.3). Salah satu penggabungan yang penting secara biogeografi adalah pertemuan sebagian benua Asia dan Australia yang memungkinkan perpindahan dan percampuran flora dan fauna yang sedang berevolusi. Salah satu pecahan daratan Asia bergerak ke arah timur dan kelak membentuk Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi barat. Selanjutnya sekitar 100 juta tahun yang lalu, Australia bersama dengan Irian (Papua) dan Sulawesi timur, memisahkan diri dari Antartika dan bergerak ke utara dengan membawa serta mamalia, burung dan tumbuhan berbunga. Kemudian sekitar 60-70 juta tahun yang lalu, Sulawesi barat terpisah dari Kalimantan, lalu sekitar 15 juta tahun yang lalu Sulawesi timur memisahkan diri dari Irian, serta bergerak ke barat menabrak fragmen Sulawesi barat, sehingga pecahan tersebut membelok dan semenanjung utaranya berputar hampir 90 derajat ke posisinya yang sekarang. (Moss and Wilson, 1998).

Aktifitas geologi ini menyebabkan pulau Sulawesi secara biogeografi terisolasi dari pulau-pulau di sebelah barat (Asiatis), maupun di sebelah timur (Australis). Isolasi geografi pulau Sulawesi dan kondisi lingkungannya, seperti variasi topografi, gradien elevasi, dan variasi jenis tanah menyebabkan flora dan fauna di bioregion ini berkembang secara khas (Siebert, 2000). Struktur dan komposisi biota pulau ini sangat unik, walaupun jumlah jenisnya relatif sedikit, dimana jumlah jenis tumbuhan tinggi diperkirakan hanya 5000 spesies, termasuk 2100 tumbuhan berkayu (Whitten et al., 1987; Keßler et al., 2002). Di pulau ini hanya didapatkan 7 spesies anggota familia Dipterocarpaceae, kelompok tumbuhan berhabitus pohon yang bernilai ekonomi tinggi dan mendominasi hutan-hutan di Kalimantan (267 spesies) dan Sumatera (104 spesies). Fagaceae menunjukan pola yang sama dimana 6 spesies Lithocarpus dan 2 Castanopsis dari Sulawesi, dibandingkan dengan 60 dan

21 tercatat dari Kalimantan masing-masingnya (Keßler 2002).

7 Yuzammi dan Hidayat (2002) melaporkan 67 spesies anggrek dan 67 spesies

flora non anggrek yang bersifat endemik dan unik dari Sulawesi yang disusun berdasarkan pada hasil ekspedisi botani yang dilakukan di beberapa kawasan konservasi di Sulawesi. Jenis flora tersebut antara lain: Cymbidium finlaysonianum , Coelogyne celebica Abdominiea minimiflora Goodyera reticulata Phalaenopsis , , , celebensis Sweet, Vanda celebica J.J. Smith, Allocasia suhirmaniana Yuzammi & A.Hay, Alocasia megawatii Yuzammi, Alpinia abendanoni Val., Alocasia balgooyii Hay, Diospyros celebica Bakh., Orophea celebica Miq., Agathis celebica , dan lain-lain.

Gambar 4. Nepenthes spec.nov, jenis baru dari TN. Lore Lindu dan Macadamia hildebrandii (Proteaceae) species endemik Sulawesi.

Menurut Mogea (2002) Sulawesi memiliki tingkat endemisitas palem yang tinggi (72%), dimana 68% spesies dan 58% genus palem yang tumbuh di bioregion ini

PROFIL HERBARIUM CELEBENSE (CEB)

Gedung Herbarium Celebence Universitas Tadulako erbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700)

H pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan

untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490- 1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang

melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Arber, 1938). Pada awalnya banyak spesimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai koleksi pribadi tetapi pada abad ke-17 praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa. Karl von Linné (1707-1778) adalah orang berjasa mengembangkan teknik herbarium (de Wolf, 1968 dan Radford et al., 1974 dalam Bridson dan Forman, 1998). Pada saat ini istilah herbarium digunakan pula untuk menamai lembaga yang mengelola koleksi spesimen tumbuhan, mempelajari keanekaragam spesies tumbuhan dan kedudukan taksonominya, serta membuat pangkalan datanya secara komputerisasi.

10 Pendirian dan pengembangan lembaga ini telah melibatkan dan dukungan dari

beberapa ahli sistimatik botani seperti: Prof. S. Robert Gradstein (Department of Systematic Botany, Gõttingen, Germany), Dr. Paul J.A. Keßler (Nationaal Herbarium Nederland, Universiteit Leiden, Nederlands), Dr. Johanis P. Mogea, LIPI-Indonesia), Prof. Dr. Edi Guhardja, M.Sc. Selama perkembangannya CEB juga menjalin kerjasama dengan beberapa herbarium baik dari dalam maupun luar negeri, seperti Herbarium Bogoriense (BO), Herbarium Biotrop (BIOT), Herbarium Göttingen (GOET), National Herbarium of the Netherlands di Leiden (L), Herbarium Wanariset (WAN), Herbarium Universitas Andalas (ANDA) dan National Herbarium of Australia di Canberra. Kehadiran herbarium ini di kawasan Sulawesi sangat penting untuk mempelajari dan mengkoleksi seluruh spesimen tumbuhan dari Indonesia, khususnya flora wallacea.

Pada tahun 2002 Herbarium Celebense telah terdaftar secara resmi dalam International Index Herbariorum (New York) dengan akronim CEB. Pada saat ini CEB telah aktif melakukan koleksi botani dan menyimpan lebih dari 12.000 spesimen tumbuhan Sulawesi yang didatabasekan dalam BRAHM SYSTEM. Di antara koleksi terdapat juga “Specimen Type” yang pertama sekali di deskripsi dari Sulawesi (Jenis baru). Kebanyakan spesimen herbarium tersebut terdiri atas tumbuhan tingkat tinggi (spermatophyta) yang tergolong ke dalam dikotiledon seperti pohon dan Monokotiledon (rotan, anggrek, dan rumput) serta beberapa merupakan tumbuhan tingkat rendah yang terdiri dari paku-pakuan dan lumut, artifak etnobotani dan koleksi karpologi.

Peranan dan Fungsi Herbarium Celebense dan Kebun Botani UNTAD Secara umum keberadaan Herbarium Celebense (CEB) mempunyai peranan

sebagai berikut:

1. Mendukung penelitian keanekaragaman hayati tumbuhan, taksonomi,

ekologi dan konservasinya.

11

12 Aktifitas Penelitian

Sejauh ini Herbarium Celebense (CEB) telah melakukan beberapa aktivitas penelitian, dimana penelitian botani tidak hanya dilakukan secara sendiri akan tetapi bekerjasama melalui penelitian bersama dengan beberapa lembaga baik dari dalam negeri ataupun dengan lembaga luar negeri. Sebagai contoh adalah kerjasama melalui proyek STORMA (2000-2007), dengan beberapa herbarium dan kebun raya. Pada tahun 2001, dalam kerangka ekspedisi botani bersama dengan Kebun Raya Bogor (LIPI) telah menghasilkan sebuah hasil yang prestisius dimana ditemukan sebuah jenis baru (New Species) yang diberi nama Allocasia megawatii dari Cagar Alam Tinombala Sulawesi Tengah. Ekspedisi lainnya telah pula dibuat dengan lembaga seperti National Herbarium of Canberra, CSIRO Australia (2002), The Herbarium Bogoriense (2004-2006), The Nature Conservancy (2007) dan The Royal Botanical Garden, Edinburg, Scotland (2007-2008) .

13 Staf Herbarium Celebence

1 Prof. Dr. Ramadanil Pitopang

Taxonomi Tumbuhan

UNTAD

Tinggi

UNTAD 3 Dr. Syamsurizal Sulaeman

2 Irmasari, SP, MP

Kehutanan

UNTAD 4 Prof. Dr. Andi Tanra Tellu

Ekologi Mangrove

Taxonomi dan Ekologi

UNTAD

Rotan

5 Dr. Ir. Iskandar M. Lapandjang

UNTAD 6 Dr. Ir. Muhammad Basri

Agronomi

UNTAD 7 Dr. Ir. Muhd. Nur Sangadji, DEA

Konservasi satwa liar

UNTAD 8 Dr. Ir. A. Masyahoro

Ethno botany

UNTAD 9 Safaruddin, SSi, Apt

Botani laut

UNTAD 10 Gatot Sutanto

Ethno Farmasi

UNTAD 11 Nofri Arianto

Teknisi

UNTAD Staf Kehormatan

Teknisi

Nama Lembaga 1 Prof. S. Robbert Gradstein

University of Göttingen, Germany 2 Dr. Gillian Brown

School of Botany, University of Melbourne, Australia

3 Dr. Max Van Balgooy

NHN , Leiden, Netherland

4 Prof. Dr. Edi Guhardja Bogor Agricultural University, Indonesia 5 Prof. Dr. Michael Kessler

University of Zurich, Switzerland

Koleksi-koleksi Penting P.J.A. Kessler (NHN), Johannis P.Mogea (BO), H. Wiryadinata (BO), Ramadhanil

Teknik Pengkoleksian dan Pembuatan Herbarium

Herbarium adalah istilah yang pertama sekali digunakan oleh Tournerfort pada tahun 1700 untuk koleksi tanaman kering. Selanjutnya Lucha Gini (1490-1556) seorang Professor Botany di Universitas Bologna Italia adalah orang pertama mengeringkan tumbuhan dengan menggunakan tekanan dan kemudian mengeplaknya diatas kertas untuk disimpan sebagai koleksi dan dilakukan pencatatan sebagai koleksi. Pada Era Carolus Linneaus teknik pembuatan herbarium sudah sangat baik dipraktekan dan telah menyebar di seluruh dataran Eropah (Bridosn & Forman 1998)

Herbarium dapat dipergunakan untuk keperluan riset dalam bidang Taksonomi Tumbuhan, Ekologi, Ethnobotani, Biodiversity monitoring, Antropologi, Fitokimia, disamping itu herbarium dimaksudkan untuk mengumpulkan contoh-contoh tumbuhan yang hidup pada suatu daerah atau kawasan kemudian selanjutnya digunakan untuk penyusunan buku Flora daerah setempat.

Tahapan Kerja Dalam Pembuatan Herbarium dan Pengkoleksian Tumbuhan

Untuk mempelajari keanekaragaman jenis tumbuhan perlu diketahui teknik

15 Herbarium Specimen Sebuah herbarium specimen adalah

seluruh bagian tumbuhan atau pada sebuah ukuran ketika di pres secara merata dan kering dilekatkan pada selembar kertas plak (mounting paper) yang berukuran 26 X 42 cm sheets, Ukuran yang sama diadopsi dari Herbarium Bogoriense (BO) dan National Herbarium of Netherland, Leiden (L). Specimen sebaiknya memiliki ranting, daun, bunga dan buah dan disertai dengan label yang berisi keterangan.

Alat dan Bahan yang diperlukan Scissors cuttings ("Prunning cutter"), GPS (Global Positioning System), Altimeter, Compass, Branch Cutter, Pole, Hand lens, Electric stove, Oven, Tree Climbing equipment (either "Single rope technique or Iron Foot Technique"), Parang , Parang, Martil, Label gantung, Spidol, Pensil 2 B, Plastik besar, plastic kecil, amplop, spiritus,

I. Cara Membuat/ Pengkoleksian Tumbuhan Spermatophyta (Koleksi Kering atau Dried Collection)

Dalam pembuatan herbarium dan pengkoleksian spesimen terdapat beberapa langkah kerja yang harus diikuti yaitu :

Pengkoleksian (Collecting)

1. Untuk pengkoleksian spesimen tumbuhan sebaiknya dikoleksi spesimen yang fertil (memiliki bunga dan buah), menggunakan gunting stek. Untuk tumbuhan tingkat pohon bagian tumbuh yang diperlukan adalah ranting yang berbunga atau berbuah sebanyak 7 duplikat.

2. Untuk tumbuhan yang kecil , misalnya rumput , semanggi dan sebagainya dapat diambil dengan akarnya , setelah dicuci dapat diawetkan dengan jumlah sebanyak 7 duplikat juga.

3. Lakukan pencatatan terhadap informasi lapangan tempat spesimen tersebut dikoleksi pada buku lapangan misalnya : altitude, latitude, longitude, habitat tempat tumbuh, lokasi tempat koleksi (misalnya: Dusun, Desa, Kecamatan, Kabupaten, Pulau, Propinsi dll), Deskripsi tumbuhan misalnya ada atau tidaknya getah, warna getah, bau, warna bunga, informasi etnobotani dll.

4. Setiap spesimen diberi label gantung yang bertuliskan nama kolektor (cukup Inisial), nomor koleksi, tanggal, dll.

5. Contoh tumbuhan tadi dikumpulkan dalam karung beras untuk selanjutnya dibawa ke basecamp.

8. Apabila tidak memiliki Electric stove dan sponge dapat juga spesimen secara langsung diatur dengan rapi diatas kertas koran terlipat , ditutup dengan kertas koran lain, dijepit dengan dua papan tripleks , kemudian diikat dengan tali katun .

9. Untuk mendapat hasil yang lebih baik dan pengeringan lebih cepat , pada tripleks tadi dibuat lubang – lubang secukupnya , misalnya 12 lubang berdiameter +/- 2 cm . Satu pasang tripleks tadi dapat dipakai untuk membuat beberapa contoh hebarium sekaligus , yaitu tumbuhan yang telah diatur di antara dua koran tadi ditumpuk . Simpan di tempat yang kering selama beberapa hari , tiap 2 hari sekali kertas koran diganti yang kering , dan dijaga tumbuhan tadi tidak berjamur . Setelah contoh tumbuhan kering , dapat ditempelkan pada kertas karton putih ukuran folio , dan diberi label.

Untuk proses identifikasi spesimen tadi dapat dilakukan di lapangan ataupun

18 Pengepresan dan Pengeringan (Pressing and Drying)

Cara Kerja:

1. Spesimen tumbuhan yang berasal dari lapangan (sebelumnya telah diawetkan dengan alkohol 70% atau spiritus) disusun kembali untuk proses pengepresan dan pengeringan.

2. Pada proses pengpresan spesimen tumbuhan disusun (di atas kertas koran) dan diushakan rata dengan permukaan kertas koran. Spesimen diletakan dalam lembaran kertas koran bekas dan setiap lembaran spesimen (organ vegetatif) harus kelihatan permukaan daun atas (dorsal) dan permukaan bawah (ventral).

3. Spesimen tumbuhan yang telah ditutup dengan koran tersebut diletakkan secara berhimpitan di atas kertas koran yang berisi spesimen lain dan setiap spesimen dilapisi dengan kertas kardus atau triplek.

4. Setelah semua spesimen disusun lalu diikat menggunakan sabuk pengikat, diberi label berisi informasi tentang tanggal mulai dikeringkan dan kolektor, kemudian dimasukan ke dalam oven dalam posisi berdiri

5. Pengeringan dilakukan dalam oven yang suhunya 50-60 C selama 2-3 hari, 0 atau boleh juga menggunakan tungku arang yang telah dibuat khusus untuk

pengeringan herbarium. Setiap 1 hari ikatan spesimen tersebut dibalik sedangkan untuk spesimen yang banyak mengandung air (famili Musaceae, Zingiberaceae, Araceae dll) kertas koran pelapis sebaiknya diganti dengan

Contoh label specimen 1 :

HERBARIUM CELEBENSE (CEB)

Research Center for Plant Diversity of Wallacea UNIVERSITAS TADULAKO

Kampus Bumi Tadulako, Tondo CENTRAL SULAWESI, PALU, INDONESIA

Family : Magnoliaceae Species

: Magnolia candoleii (Blume) H. Keng var. Candollii Vern.

: Uru Det.

: Ramadhanil Pitopang Leg.

: R. Pitopang, S.R Gradstein, S. Sporn, N.S. Ariayanti, H. Mangopo and C.Drubert Coll. Number

: 1005 Date

: 28 Feb. 2004 Locality

: Indonesia, Central Sulawesi, Donggala Regency, Kulawi District, Toro, Dusun 1, Bulu Kamonua

Long. : 01º 29.735' S Lat.

: 120º 02. 212' E Alt.

: 832 m

Description :

Tree, 7 m tall, 10 cm in diameter, flos terminalis, Growth on sandy soil at the Forest Margin

Contoh Label 2

HERBARIUM CELEBENSE (CEB)

Research Center for Plant Diversity of Wallacea UNIVERSITAS TADULAKO

KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, PALU

CENTRAL SULAWESI, INDONESIA

Arecaceae Calamus zollingerii Becc.

Locality : Manokwari Regency, Wasior District, Wosimi river, Sikama river, 3 km SE of Senderawoi village, 26 km SE

Latitude : 02 57 02.7 S Longitude : 134 34 22.5 E Altitude

: Habitat

: Swampy area

Collector(s) : Ramadhanil No.

R. 1200 Date : 01/01/2002

Local Name : Kou Habit

: Solitary, up to 25 m. Diam. With leaf sheath to 8 cm, to 1 cm without leaf sheath. Internodus to 30 cm in length. Knee conspicuous. Leaf sheath grayish, smooth surface. Spine in leaf sheath very rare, in group of two or single spine, scattered. Leaves in one plane. Leaflets irregularly

21 Pengeplakan (Mounting Specimen)

Proses pengeplakan (”mounting”) bertujuan untuk melekatkan spesimen tumbuhan yang telah kering pada kertas plak menggunakan kertas yang bebas asam (”acid free”) dengan ukuran 43 X 30 cm. Apabila spesimen agak berat dan besar menggunakan kertas plak yang tebal (600 g/m) sedangkan untuk spesimen yang ringan menggunakan kertas plak yang tipis (400 g/m). Selanjutnya pengeplakan dapat juga dilakukan setelah spesimen dideterminasi atau diidentifikasi.

Bahan yang digunakan dalam proses pengeplakan adalah kertas plak bebas asam, selotip 3 m bebas asam (lebar 4,5 mm dan 6 mm), sampul jenis dari kertas bebas asam, benang ”goodyear”, lem Fox, Stempel CEB, ”numbering”, pensil 2B, pinset, jarum layar, jarum preparat, gunting, ”scalpel” dan kuas.

1. Kertas plak yang digunakan untuk menempel spesimen terlebih dahulu diberi nomor CEB menggunakan alat.

2. Spesimen diletakan secara hati-hati di atas kertas plak, disusun sedemikian rupa sehingga kelihatan simetris dan rapi.

3. Spesimen dilekatkan rata dengan kertas plak menggunakan selotip yang bebas asam dan apabila organ spesimen tersebut besar dan tebal seperti buah, batang dan akar harus dijahit menggunakan benang ”Goodyear”.

22 Pembekuan (Freezing)

1. Spesimen yang sudah di data, kemudian dimasukan ke dalam kantong lastic berklip (“zipper plastic bag”) dengan ukuran 44 X 55 cm.

2. Dimasukan ke dalam frezzer atau lemari pendingin dan dibekukan sampai

pada suhu -18 sampai -20 C selama 48 hari-72 jam atau 5-7 hari. Diharapkan 0 pada suhu tersebut semua tahap perubahan serangga (metamarfosis) dan

organisme perusak lain sudah mati.

3. Setelah itu dikeluarkan dari freezer dan diaklimatisasi selama 1-2 hari untuk kembali ke suhu ruangan.

4. Guna menghindari segala kemungkinan buruk seperti masuknya kembali serangga dalam spesimen, diupayakan agar tidak mengganti kantong plastik yang digunakan pada saat pembekuan.

Penyelipan (”Inserting”) Setelah proses aklimatisasi selama beberapa hari spesimen diseleksi kembali dan dipilah-pilah berdasarkan taksanya seperti suku, marga dan jenis serta lokasi pengambilan (pula) yang diurut secara alfabetis.

II. Teknik Pembuatan Koleksi Basah (Spirit Collection) Koleksi basah biasa digunakan untuk spesimen-spesimen yang lunak dan mudah rusak seperti : Cucurbitaceae, Zingiberaceae, Musaceae, Araceae, Rafflesiaceae, Orchidaceae atau juga untuk jamur yang lunak.

23 Penyimpanan dan Perawatan Koleksi Basah

Spesimen koleksi basah yang akan diawetkan terlebih dahulu diregistrasi dalam buku register (buku yang memuat data koleksi). Data yang diperlukan adalah sebagai berikut :

Nama Suku (Family) Nama jenis ( Species) Kolektor (Nama orang yang mengkoleksi) No. Koleksi ( Nomor koleksi dari kolektor) Lokasi (lokasi tempat pengambilan spesimen) Tanggal Koleksi

Penyimpanan: Gunakan tempat yang biasanya terdiri atas botol. Ukuran botol yang digunakan pada keperluan (Untuk koleksi yang besar seperti Rafflesia atau Amorphophallus dapat digunakan botol asinan yang besar). Penataan spesimen disusun secara alfabetis mulai dari Family (suku), Genus (marga) dan Species (jenis). Untuk koleksi jamur (Fungi) koleksi disusun secara alfabetis bangsa (Ordo), Marga dan Jenis

Perawatan Tambahkan alkohol 70% ke dalam botol bagi spesimen yang kurang

III. Koleksi Karpologi (”Carpological Collection”)

Koleksi karpologi pada umunya merupakan bagian dari koleksi umum karena ukurannya terlalu besar sehingga sulit untuk diplak. Koleksi karpologi berasal dari koleksi buah kering tetapi ada juga batang, kulit, bunga, akar dan umbi serta jamur Basidiomisetes seperti Fomes, Polyporus dan Ganoderma. Koleksi karpologi disimpan di dalam lemari yang disusun secara alfabethis menurut suku, marga, jenis dan pulau. Untuk mengurangi kerusakan koleksi akibat serangan serangga, setiap kantong plastik koleksi diberikan satu butir kapur barus.

IV. Koleksi Tumbuhan Rendah (”Cryptogamie”)

Koleksi tumbuhan tingkat rendah meliputi jamur (Ascomisetes), Algae (Chrysophyta, Chlorophyta dll ), Lumut (Hepaticae dan Musci) serta Lumut kerak (Lichenes).

Setiap spesimen/koleksi untuk jamur, lumut dan lichens dilakukan pencatatan sewaktu di lapangan meliputi lokasi, ketinggian tempat, longitude, latitude, kelembaban, habitat, kolektor dan nomor koleksi pada label dan pada buku lapangan.

Spesimen tersebut dikeringanginkan dan disimpan dalam kertas koran.

25

Deskripsi 100 Jenis Pohon Khas Sulawesi

Aleurites moluccana (L.) Willd. EUPHORBIACEAE

Deskripsi

Distribusi

Berukuran besar, tinggi hingga 20 m, diameter

Asia tropis hingga Polinesia. Di Asia

setinggi dada (DBH) hingga 60 cm. Tajuk

Tenggara umumnya ditanam dan

kelihatan berwarna perak keputih-putihan dari dibudidayakan termasuk di Sulawesi,

terutama digunakan sebagai tanaman

jauh. Daun : Tunggal, tersusun secara alternate atau pelindung pada tanaman coklat. spiral, berukuran 12-23 X 6–12 cm, dengan 3-5 tulang daun dari bawah, disamping itu terdapat 4-7 Nama Lokal

Lumbang (Filipina), Kemiri, Muncang

ekstra pertulangan daun. Tangkai daun 10 cm atau (Indonesia), Kembiri, buah keras lebih dengan sepasang kelenjer

(Malaysia), “Kok namz man (Laos),

pada permukaan atas. Bunga : Putih kekuning-

Photisat, Kue ra, Purat, Mayao (Thailand),

kuningan, pucat, dengan tangkai bunga bulat, Lai (Vietnam). Derekan , Pidekan (Jawa),

Muncang (Sunda), Candle nut tree,

terletak pada ujung. Buah : Bulat, 5-6 cm diameter, Bankul nut Tree (Inggeris), Bancoulier des hijau atau kecoklatan, biasanya dengan 2 biji keras, Moluques, Noyer des M, Noix de Bancoul,

daging buah tebal berdaging. Aleurite, Camiri (Perancis). Sulawesi : Beau

(Kaili, Muma, Uma). Kegunaan

Minyak dari biji untuk pembuatan lilin dan sabun, digunakan juga sebagai bumbu untuk memasak. Kulit batang kadang- kadang digunakan sebagai obat.

Alstonia scholaris (L.) R.Br APOCYNACEAE

Deskripsi

Distribusi

Berukuran besar, tinggi hingga 40 m, diameter

Srilanka dan India hingga Asia Tenggara

setinggi dada (DBH) hingga 100 cm. Kulit batang dan China Selatan termasuk Filipina dan

Australia bagian Utara, Kepulauan

bagian luar coklat terang hingga krem, batang

Bismarck, dan Salomon.

berlenti sel, kulit batang bagian dalam menghasilkan getah warna putih (susu). Daun :

Nama Lokal

Tunggal, tersusun dalam bentuk melingkar yang

Dita (Filipina), Pulai lilin (Brunei), Pulai

terdiri atas 5-8 daun, berbentuk elip, berukuran 7- (Indonesia, Malaysia), Lettok (Myanmar),

17 X 2.5 –3,5 cm, dasar daun runcing, ujung Tinpet (laos), Sattaban, Teenpet, Hassaban

(Thailand), C[aa]y m[of] cua (Vietnam).

membulat, pertulangan daun sering prominent,

Pule, Gabusan (Jawa), Lame bodas

warna hijau pada permukaan atas, dan keputihan

(Sunda), Poole, Ajooras, Shaitan wood,

pada permukaan bagian bawah, tangkai daun 1,5-3 Whitecheese wood (Inggeris), Pulai,

Shaitan (Perancis). Sulawesi : Kayu Tolor

cm panjangnya. Bunga : Putih krem, dalam bentuk (Buol), Lengaru (Kaili, Muma, Uma). cymus terletak pada ujung, corolla tubular dengan

5 lobes. Buah disusun oleh 2 folikel, 20-30 cm

Kegunaan

masing-masingnya, glabrous (polos), biji panjang Kayu berkualitas bagus untuk pulp

berwarna putih ringan, mempunyai berat

dan pipih dengan bulu/ rambut pada ujung.

jenis 0,38 termasuk kelas awet V dan kelas kuat V-IV. Kulit batang untuk banyak kegunaan seperti obat Malaria, kadang- kadang ditanam sebagai tanaman hias.

Alstonia spectabilis R.Br. APOCYNACEAE

Deskripsi

Distribusi

Berukuran sedang, tinggi 8-10 m, kulit batang

Tersebar di Asia Tenggara seperti di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Maluku. Di

agak gelap, bergetah seperti susu. Banir akan ada

Sulawesi tersebar merata seperti di Taman

apabila pohon sudah tua. Daun tunggal,

Nasional Lore Lindu, Dumoga Bone,

berhadapan atau melingkar, bentuk elip melebar,

Tangkongko, Cagar Alam Morowali, dan

urat daun jelas. Perbungaan terminal, tersusun Soroako. malai, bunga berukuran kecil. Mahkota bunga

Nama Lokal

putih, kuncup terpuntir pada ujung. Buah bulat

Hiha, Labuangi (Sulawesi Tengah).

memanjang, diameter 4 mm. Tumbuh berpasangan.

Kegunaan Kayu berkualitas bagus untuk pulp berwarna putih ringan, mempunyai berat jenis 0,37 termasuk kelas awet III dan kelas kuat III-II.

Annona muricata L. ANNONACEAE

Deskripsi

Pohon berukuran kecil, tinggi 3-8 m. Daun Distribusi

Tropis, berasal dari Amerika Selatan,

memanjang, bentuk lanset atau bulat telur

banyak ditanam dan kadang tumbuh liar

terbalik, ujung meruncing pendek, seperti kulit,

di Malesia. Banyak tumbuh di lembah

panjang 6-18 cm, tepi rata. Palu Bunga berdiri sendiri berhadapan dengan daun,

bau tak enak. Daun kelopak kecil. Daun mahkota Nama Lokal berdaging, 3 yang terluar hijau, kemudian kuning, Zuurzak (Nederland), Sirsak (Indonesia),

Durian Balando (Minangkabau),

panjang 3,5- 5cm, 3 yang terdalam bulat telur,

Mandalika (Sunda), Nangka Belanda

kuning muda. Daun kelopak dan daun mahkota

(Jawa, Sunda), nangka buris (Madura),

terdalam secara genting. Dasar bunga cekung Nangka England (Madura), Nangka

Sabrang (Jawa).

sekali. Benang sari banyak. Penghubung ruang sari di atas ruang sari melebar, menutup

ruangnya, putih. Bakal buah banyak, bakal biji 1. Kegunaan

Ekstrak biji dan daun digunakan sebagai

Tangkai putik langsing, berambut. Kepala putik

pestisida botani. Daging buah bahan

silendris. Buah majemuk tidak beraturan, bentuk

baku industri minuman (juice),

telur miring atau bengkok, 15-35 kali 10-15 cm. mengandung vitamin C. Biji hitam dan daging buah putih. Manis

keasaman rasanya apabila masak.

Annona reticulata L. ANNONACEAE

Deskripsi

Distribusi

Pohon atau perdu berukuran kecil, tinggi hingga

Tropis, berasal dari Amerika Selatan,

7 m, semua bagian jika diremas berbau kuat.

banyak ditanam dan kadang tumbuh liar

Daun memanjang sampai bentuk lanset, di Malesia. Banyak tumbuh di lembah

Palu.

9-30 X 3,5-7 cm, cukup lemas, tepi rata. Bunga dalam karangan yang pendek berbunga 2-

Nama Lokal

10. Daun kelopak waktu kuncup tersusun secara Buah nona (Indonesia), kemluwa (Jawa),

manowa (Jawa).

katup, segitiga kecil, pada pangkalnya bersatu. Bunga dengan daun mahkota terluar berdaging

sangat tebal, 2-3 cm panjangnya, dari dalam Kegunaan

Hampir sama dengan sirsak, buah dapat

putih kekuningan, dengan pangkal berongga

dimakan.

akhirnya ungu. Daun mahkota yang dalam sangat kecil. Dasar bunga meninggi. Benang sari banyak, putih. Penghubung ruang sari di atas ruang sari melebar, dan menutup ruangnya. Bakal buah banyak. Kepala putik boleh dikatakan duduk. Buah majemuk bentuk bola, garis tengah 5-12 cm ; anak buah khususnya dengan ujung datar, juga pada waktu masak masih berhubungan. Biji coklat hitam. Daging buah putih kotor.

Annona squamosa L. ANNONACEAE

Deskripsi

Distribusi

Pohon atau perdu berukuran, tinggi hingga 7 m.

Tropis, berasal dari Amerika Selatan,

Daun elip memanjang sampai bentuk lanset

banyak ditanam dan kadang tumbuh liar

tumpul, 6-17 X 2,5-7,5 cm, tepi daun rata. Bunga 1- di Malesia. Banyak tumbuhan di lembah Palu, terutama di sekitar kampus

2 berhadapan atau di samping daun. Daun kelopak Universitas Tadulako dan jalan raya segitiga, waktu kuncup bersambung secara katup,

menuju Donggala. Salah satu buah-

kecil. Daun mahkota yang terluar berdaging tebal,

buahan utama di Kota Palu.

panjang 2-2,5 cm, dari putih kuning, dengan pangkal yang berongga akhirnya ungu. Daun

Nama Lokal

mahkota yang terdalam sangat kecil atau tidak ada. Srikaya ( Indonesia, Jawa, Sunda),

Sarkaya (Madura), Srikaya (Palu), Sarikayo

Dasar bunga dipertinggi. Benang sari banyak,

(Minangkabau).

putih. Penghubung ruang sari di atas ruang diperpanjang dan melebar, dan menutup ruangnya. Kegunaan Bakal buah banyak, ungu tua. Kepala putik duduk, Buah dapat dimakan. Ekstrak biji dan rekat menjadi satu, mudah rontok. Buah majemuk daun digunakan sebagai pestisida botani. bentuk bola, garis tengah 5-10 cm, berlilin. Anak

Buah di makan segar atau dibuat juice.

buah khususnya dengan ujung yang melengkung, pada waktu masak sedikit atau banyak melepaskan diri satu dengan yang lain. Biji masak hitam mengkilat. Daging buah putih.

Anthocephalus chinensis (Lam.) A. Rich ex Walp.

Syn : Neolamarckia cadamba (Roxb) Bosser, Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.

RUBIACEAE

Deskripsi

Pohon berukuran besar, Tinggi hingga 40 m, Distribusi

India hingga New Guinea. Malesia :

DBH hingga 60 cm. Batang lurus. Banir jika ada,

Sumatra, Kalimantan, Semenanjung

curam, tinggi hingga 2 m. Kulit batang halus

Malaysia, Jawa, Sulawesi, NTT, NTB,

hingga bersisik, berwarna coklat abu-abu hingga Maluku, PNG, Filipina.

Habitat dan Ekologi

coklat tua. Kulit batang bagian dalam berwarna

Merupakan jenis pohon pionir penting

kuning pucat, kayu berwarna kuning pucat. Cabang dalam hutan sekunder, terutama di tanah mendatar. Daun penumpu segi tiga sempit, alluvial. Pada ketinggian 70 m.

panjang 1-2 cm, bertumpang tindih dan memeluk

Nama Lokal

kuncup ujung. Daun menjorong hingga

Jabon, kelempayan (Melayu). Sulawesi :

membundar telur sungsang, panjang 12- 30 cm, Kokabo (Poso, Baree, Tojo),

Bekawa/Bekava (Besoa, Napu, Kulawi).

lebar 5-16 cm, pangkal membundar hingga menjantung, ujung melancip, gundul di

Kegunaan

permukaan bawah, tulang daun sekunder 11-17

Buah dapat dimakan, di Jawa Barat

pasang, susunan tulang daun tersier mirip tangga. digunakan sebagai bahan pembuatan

rujak, kadang-kadang difermentasi

Tangkai daun panjang 1-4 cm. Perbungaan di

menjadi wine. Dimasak bersama-sama

ujung, berbentuk sebuah bongkol soliter,

ikan.

membulat, garis tengah 2-4 cm, tanpa daun gagang antar bunga, berkelamin ganda, berkelipatan 5, hampir tanpa tangkai, mahkota berwarna kuning, gundul, panjang hingga 9 mm, terpilin dalam kuncup, bakal buah beruang 2, bakal biji banyak. Bongkol berbuah membulat, berwarna jingga, buah muda garis tengah hingga 3 mm, tidak

Antidesma bunius (L.) Spreng. EUPHORBIACEAE

Deskripsi

Distribusi

Berukuran kecil, tinggi hingga 7 m, Kanopi sangat India, Srilanka, Indochina dan Malesia rapat. Daun : Tunggal, tersusun secara alternate, meliputi Malaysia, Sumatra, Jawa,

Sulawesi, Filipina.

coriaceus, berdaging dan mengkilat, berukuran 8-16 X 15 cm, jarang lebih besar tetapi sering

Nama Lokal

lebih kecil, dasar daun cuneatus atau membulat.

Bignai (Filipina), Buni (Malaysia), “Kho

Ujung runcing, petioles bulat dan besar 1 cm lien tu (Laos), ba mao chaang (Thailand),

Choi moi (Vietnam). Wuni, Buni

panjangnya. Bunga : dalam bentuk racemus

(Indonesia), Wuni (Jawa), Huni, Buni,

terdapat pada dekat ujung tangkai, Bunga putih

Wuni, Barune (Sunda), Antidesme

kekuningan, bunga jantan sesil. Bunga betina

(Perancis). Chinese Laurel, Bignay (Inggeris), Sulawesi : Aropi (Kaili, Muma,

dengan tangkai yang pendek. Buah : pendek

Uma).

bentuk elip atau bulat, 1 cm diameter.

Kegunaan Buah dapat dimakan, di Jawa barat

dimakan sebagai rujak, kadang-kadang difermentasi menjadi wine (anggur). Dimasak bersama-sama ikan.

Areca vestiaria Giseke ARECACEAE

Deskripsi

Distribusi

Areca adalah salah satu marga tumbuhan berciri

Wallacea (Sulawesi dan Maluku)

pohon, berbatang lurus. Terdiri atas 60 jenis Habitat dan Ekologi

Tumbuh pada hutan yang agak terbuka

tersebar mulai dari Asia Selatan, China bagian

pada ketinggian 300-1.200 m dpl.

selatan, Indochina, malesia sampai kepulauan Salomon. Di alam tumbuh di hutan hujan tropik

Nama Lokal

yang rapat mulai dari dataran rendah sampai

Harao (Napu), Katasa (Wana, Morowali),

dataran tinggi. Pinang yakis (Sulawesi) Areca vestiaria Giseke memiliki perawakan pohon

Kegunaan

berbatang lurus tanpa cabang, tunggal atau

Tanaman hias di luar ruangan, Di alam,

berumpun, tegak, tinggi 5-10 m, tajuk pelepah

buah Areca vestiaria banyak dimakan

berwarna kuning sampai jingga, warnanya makin monyet jika sudah masak. terang dengan bertambahnya ketinggian tempat.

Daun: tangkai dan tulang daun berwarna kuning. Perbungaan : tumbuh pada batang di bawah tajuk pelepah. Buah : bulat, diameter sampai 2 cm, warna kuning sampai merah, daging buah berserat dan berbiji satu.

Arenga pinnata (Wurmb) Merr. ARECACEAE

Deskripsi

Nama Lokal

Berukuran besar, Palem pohon soliter tinggi Kaong (Filipina), Aren, Lirang (Jawa),

Anau, Biluluak, (Minangkabau), Kawung,

hingga 12 m, diameter setinggi dada (DBH)

Taren (Sunda), Areng Palm, Sugar Palm,

hingga 60 cm. Permukaan batang ditutupi oleh

Gomuti palm (Inggeris), Palmier a sucre,

serat ijuk berwarna hitam yang berasal dari dasar

Areng, Aren (Perancis). Sulawesi :

tangkai daun. Daun : pinnate, hingga 8 m panjang, “Ngkonau (Kaili), Saguer (Minahasa,

Sulawesi Utara),

anak daun divaricate, panjangnya 1 m atau lebih, jumlahnya 100 atau lebih pada masing-masing

Distribusi

sisi, dasar daun 2 auriculate, ujung daun lobes, dan Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa, kadang-kadang bergigi, permukaan atas hijau Sulawesi, Filipina. Di Sulawesi Tengah

terutama tumbuh pada hutan dataran

berdaging, bagian bawah putih dan bertepung.

rendah hingga ketinggian 1000 m dpl.

Bunga: baik bunga jantan dan betina terpisah, besar, tangkai perbungaan muncul dari batang,

Kegunaan

panjangnya 1-1,5 m masing-masing pada rachille. Buah muda dimasak dan dapat dibuat

biluluak (kolang-kaling), gula disadap dari

Buah : bulat, ujung tertoreh, 4 X 5 cm, sesil dan

tangkai bunga untuk pembuatan gula

terdapat 3 bractea yang tebal, secara rapat

merah, difermentasi menjadi minuman

berkumpul sepanjang tangkai perbungaan,

beralkohol, cuka, Ijuk (serat) digunakan untuk pembuatan sapu. Saringan air, atap

berwarna hijau mengkilat, buah masak warna

rumah, lidi untuk sapu.

kuning, terdapat 3 biji keras.

Arenga undulatifolia Becc. ARECACEAE

Deskripsi

Distribusi

Pohon yang tergolong palm ini berukuran kecil,

Kalimantan dan Sulawesi.

tumbuhnya berumpun, dan batang tidak jelas, Di Sulawesi tengah banyak ditemukan di

Taman Nasional Lore Lindu

tinggi bisa mencapai 6 m, daunnya lebar, panjang

mulai dari ketinggian 400 mdpl hingga

hingga 4 m, anak daun tersusun menyirip dan

1200 mdpl.

berbentuk sirip ikan, tepinya bergelombang.

Nama Lokal

Perbungaan /inflorescentia mirip enau, berukuran Take ( Sulawesi Tengah : Kulawi (Muma , kecil.

Uma, Tado). Kegunaan

Daun dimanfaatkan untuk atap rumah, ijuk untuk tali. Tanaman hias.

Artocarpus heterophyllus Lmk

Sinonim : Artocarpus integrifolia L.f

MORACEAE

Deskripsi Distribusi

Tanaman ini berasal dari India. Di

Pohon berumah satu, tinggi 10-25m. Memiliki

Indonesia umumnya ditanam untuk

getah perekat. Daun tunggal, biasanya tidak

diambil buahnya. Dapat tumbuh pada

berlekuk, hanya daun pada pohon muda dan tunas ketinggian 50-1200 m dpl. Di Sulawesi,

terutama tumbuh baik di sekitar lembah

air dengan lekuk besar 3-5; tangkai 1-4 cm; helaian

Palu.

daun memanjang atau bulat telur terbalik, 10-25 X 4,5-10 cm, dengan pangkal menyempit demi sedikit, Nama Lokal

tepi rata, serupa kulit, dari atas mengkilat hijau tua. Nongko (Jawa), Cubadak (Minangkabau),

Nangka (Indonesia). Sulawesi : ganaga

Daun penumpu segitiga bulat telur. Karangan bunga (Kaili, Muma), Sulawesi Tengah; panasa jantan atau betina. Bulir betina berbentuk gada

(Bugis), nanaka (Bungku, nanaka

silendris, anak bunga tenggelam dalam poros, bagian (Sulawesi Tenggara). yang bebas panjangnya lebih kurang 0,5 cm, pada

Kegunaan

ujung berpori, di mana muncul kepala putik yang

Buah muda disayur, biasanya digulai

tunggal, pipih pada sisinya. Bulir jantan bentuk gada (kari), sedangkan buah yang sudah

masak, daging buah yang meyelimuti biji

atau spul, kerapkali bengkok, hijau tua; anak bunga

berwarna kuning, harum dapat dimakan.

sangat kecil, dan tenda bunga bertaju 2, dan 1

Biji kadangkala direbus dan dimakan.

benang sari. Buah semu menggantung pada ranting Salah satu buah utama dari Kota Palu.

Kayunya berwarna kuning digunakan

yang p endek dari batang atau cabang utama, bentuk sebagai bahan ukiran Toraja, getahnya telur, memanjang, atau + bentuk ginjal, dengan duri digunakan untuk perekat penangkap tempel pendek yang runcing segi 3-6, berbau manis burung. yang keras; berdaging ketat di sekeliling biji. Biji 3,5 cm panjangnya. Terdapat jenis lain yang umumnya tumbuh secara alami di hutan yaitu Artocarpus integra Merr. (cempedak hutan) yang buahnya harum dan berasa enak, pada musimnya biasanya

39

Jenis-Jenis Pohon Yang Umum Di Sulawesi

Bischofia javanica Blume EUPHORBIACEAE

Deskripsi

Distribusi

Berukuran besar, bersifat menggugurkan daun

India dan Himalaya hingga China, Taiwan,

(deciduous) tinggi hingga 35 m, diameter setinggi

Jepang Selatan, Indochina, Thailand, di

dada (DBH) hingga 80 cm. Kulit batang bagian seluruh Malesia, termasuk Filipina, dan

Australia Utara, Samoa, di hutan-hutan

luar coklat kemerahan dan bersisik, kulit batang

primer, areal terbuka.

bagian dalam menghasilkan getah warna merah. Daun : Beranak daun tiga (trifoliate), anak daun Nama Lokal

Tuai (Filipina), Gadog, Gintungan, Kerinjing

elip hingga ovatus, berukuran 6-16 cm X 3-10 cm, (Indonesia), Jitang, Tuai (Malaysia), Java dasar daun membulat, ujung daun meruncing,

cedar ( Papua New Guinea), “Khom 'fat,

pinggiran daun bergerigi, permukaan daun

'Foung'fat (Laos), Toem, Pradu sam

berdaging dan mengkilat terutama pada (Thailand), Nhoi (Vietnam). Sulawesi :

“Pepolo” (Pakerehua/ Napu), Balintunga

permukaan bagian atas. Tangkai daun 8-20 cm

(Kulawi, Moma. Uma), Bunga- bunga

panjangnya. Bunga : Kuning kehijauan baik bunga (Pantai barat). jantan dan betina. Dalam bentuk bunga malai

Kegunaan

yang terletak secara axilaris, 9-20 cm panjangnya.

Kayu digunakan sebagai kontruksi

Buah: bulat (globosa), drupa berdaging,

bangunan, tanin dapat diekstrak dari kulit

berdiameter 1-1.5 cm dengan 3-4 lokul, masing- batang, daun muda dapat dimakan, di

Napu digunakan sebagai obat cacing

masingnya terdapat 2 biji. Biji oblong-obovoid,

Schistosomiasis. Kadangkala digunakan

panjangnya 5 mm berwarna coklat.

sebagai tanaman pelindung.

Buchanania arborescens (Blume) Blume ANACARDIACEAE

Deskripsi

Distribusi

Berukuran besar, hingga 75 m tinggi, Kulit batang Andamans, Thailand, Indochina, Taiwan,

Menyebar keseluruh Malesia meliputi

bagian luar umumnya halus. Daun tunggal,

Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa,

tersebar (spiral), obovatus, berukuran 4-26 X 2-7 kalimantan, Sulawesi, Filipina, New cm, ujung daun cuneatus, ujung daun membulat.

Britain, Kepulauan Salomon, Australia

Pertulangan daun 7-18 pasang, petiole 1-3 cm utara. Terutama pada elevasi yang rendah

seperti dekat pantai dan pesisir.

panjangnya. Bunga : Putih atau kuning terang, bisexual, dalam panikel axilaris. Buah 1 biji

Nama Lokal

berbentuk drupa, buah masak hitam violet, 10 mm Balinghasai (Filipina), Kepala Tundang, diameter.

Renghas Ayam (Brunei), Otak, Udang tumpul, Rangas laut, beluno-beluno (Malysia), Chaa muang, Luaet khwai, Mamuang khee kratai (Thailand), C[aaa]y m[uw]ng ri (Vietnam), Popohan, rawa- rawa pipit (Indonesia). Sulawesi Tengah : “Marantaripa” (Baree, Tau Taa), Marantaipa (Kaili, Moma)

Kegunaan Kayu digunakan sebagai kontruksi

bangunan, meubel, dan kotak-kotak.

Calophyllum inophyllum L. CLUSIACEAE

Deskripsi

Distribusi

Berukuran besar, hingga 20 m tinggi, DBH hingga Afrika Timur hingga India, Srilanka,

80 cm. Kulit batang bagian luar umumnya bersisik menyebar ke seluruh Asia Tenggara, ( scaly), apabila dipotong mengeluarkan getah Taiwan, Kepulauan Ryukyu, termasuk

Filipina, Australia bagian Utara, dan

berwarna kuning. Kanopi tersebar.. Daun :

pulau-pulau di bagian barat Pasifik,

Tunggal, berhadapan, membulat, dasar daun bulat

terutama pada hutan-hutan pantai,

atau tumpul, ujung bulat dengan urat daun pada kadang-kadang hingga 200 m dpl. permukaan atas secara prominen putih kekuningan. Nama Lokal

Pertulangan daun sekunder sangat jelas. Daun

Bitaag, Palo Maria (Filipina), Bintangor

berdaging. Bunga : Putih, beraroma bagus, biasanya laut, pinaga laut, penaga (Malaysia), tidak bercabang, terdapat pada ketiak daun. Buah : Beach Calophyllum (PNG), Ponnyet

ph'ang (Myanmar), Krating, Saraphee

Drupa, bluat, 3-4 cm diamaternya, hijau keabu-

naen, Naawakan (Thailand), C[aa}y

abuan. Buah masak kuning.

m[uf]u (Vietnam), Calaba, Calophyle, Bintangor, Bintangur, Bois canot, Bois tatamaka, Laurier d'Alexandrie (Perancis), Alexandrian Laurel, Ceylon beautyleaf, Bintangoor (Inggeris). Nyamplung, Dingkaran (Indonesia), Nyamplung (Sunda). Sulawesi : Pude' (Bugis), Bintangoro (Muma, Uma), Donggala (Palu).

Kegunaan Kayu banyak digunakan untuk banyak

keperluan, minyak dari biji untuk penerangan dan pembuatan sabun, sering ditanam sebagai tanaman hias.

Cananga odorata (Lamk) Hook.f. & Thomson ANNONACEAE

Deskripsi

Distribusi

Berukuran besar, hingga 50 m tinggi, DBH hingga

Seluruh Asia Tenggara, dan Malesia

60 cm. Tidak memiliki akar papan/ banir, Kulit

termasuk Sumatra, Jawa, Kalimantan,

batang bagian luar umumnya halus, coklat Sulawesi, Filipina, PNG, Australia dan

kepulauan Pasifik. Biasanya pada hutan

kekuningan. Daun : tunggal, alternate, berbentuk

dataran rendah.

oval- oblong, berukuran 13-29 X 4-10 cm, berdaging, ujung runcing-meruncing, pinggiran

Nama Lokal

daun berombak, pertulangan daun 8-9 pasang, Ilang-ilang, Alangilang (Filipina),

Chenanga, kenanga utan, kenanga

tangkai daun 1-2 cm panjang. Bunga : hijau terang,

(Malysia), Kadatngan, Kadapnam,

kuning, sangat harum dalam karangan bunga

Sagasein (myanmar), Chhke sreng

dengan 2-6 bunga berukuran pendek. Petal 6, (Kamboja),, Kradangnya thai, Kradangnya

songkla (Thailand), Ngh[oj]c lant [aa]y,

linear-lancelata, 3-9 X 5-16 mm, sering

ho[af]ng lan (Vietnam), Ylang ylang