STRATE GI PE ME RINTAH KOT A S URAKARTA DALAM MELESTARI KAN PASAR T RADIS IO NAL

MELESTARI KAN PASAR T RADIS IO NAL SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat – syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi

Disusun Oleh: NUR RITA TRISNAWATI D11 09020 ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan Bangsa yang kaya akan kebudayaan. Karena terdiri dari banyak pulau dimana tiap pulau tersebut memiliki beberapa suku yang mempunyai nilai, norma dan adat istiadat sebagai wujud kebudayaan. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat karena Masyarakat hidup bersama sama untuk menghasilkan kebudayaan. Budaya tersebut merupakan bentuk identitas dari suatu kelompok atau masyarakat yang diharapkan mampu menjadi identitas nasional..

Koentjaraningrat(2000:186-187), dalam bukunya menyebutkan bahwa wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-

nilai, norma-norma dan peraturan b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Salah satu wujud fisik kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat adalah Pasar Tradisional. Didalamnya terdapat nilai, norma dan peraturan yang merupakan wujud dari kebudayaan bangsa Indonesia. Di dalam pasar tradisional terdapat kelompok pedagang yang sebagian besar merupakan kelompok usaha kecil yaitu kelompok

commit to user

usaha yang berbasis kerakyatan. Pedagang dan pembeli di dalam pasar berkomunikasi secara langsung dan terbuka mengenai kesepakatan harga melalui proses tawar menawar. Interaksi antara pedagang dan pembeli tersebut merupakan salah satu bentuk dari nilai budaya tradisional Bangsa Indonesia.

Selain pada aspek budaya, Pasar tradisional juga memegang peranan penting dalam bidang ekonomi. Dalam bidang ekonomi pasar tradisional berperan sebagai salah satu tempat perputaran uang dan stabilisasi harga sebuah barang atau produk, dimana terjadi proses tawar menawar antara pedagang dan pembeli sehingga nilai suatu barang bisa lebih stabil karena dalam proses tersebut dapat menghilangkan monopoli harga oleh penjual. Pada sisi lain, pasar tradisional juga merupakan pemasok Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terus menerus dan langsung pada kas Pemerintah daerah.

Salah satu kota di Indonesia yang masih mempertahankan keberadaan pasar tradisional sebagai bentuk dari kebudayaan adalah Kota Surakarta. Kota Surakarta atau yang sering disebut Solo merupakan nama sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Meskipun bukan ibukota propinsi, namun Surakarta merupakan sebuah kota besar yang aktif dalam bidang perdagangan maupun kebudayaan. Kota Surakarta atau Solo memiliki slogan pariwisata, Solo Spirit of Java , yang berarti bahwa kota Surakarta adalah kota yang menjunjung tinggi dan mempertahankan kehidupan tradisi kebudayaan jawa. Slogan tersebut diharapkan mampu membangun pandangan kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa.

commit to user

Sebagai kota Perdagangan dan kebudayaan, Kota Surakarta memiliki banyak pasar tradisional. Baik yang sudah besar dan menjadi tujuan hampir tiap wisatawan serta pasar kecil yang hanya mencukupi kebutuhan sehari–hari, bentuk bangunannya pun juga bermacam-macam, biasanya disesuaikan dengan jenis barang yang diperdagangkan. Kondisi di dalam pasar cukup ramai dengan aktifitas jual belinya, namun masih semrawut karena banyak pedagang yang menggelar dagangannya di sembarang tempat serta kurangnya sarana prasarana dalam memfasilitasi pasar, sehingga membuat tampilan pasar menjadi sangat memprihatinkan. Untuk mengetahui jumlah pasar yang ada di Surakarta dapat di lihat pada Tabel 1.1 berikut ini.

Table 1.1 Nama Pasar, Jumlah Kios dan Los Pasar Tradisional di Kota Surakarta Tahun 2010

No Nama Pasar

Jumlah Los

Plataran

1 P. Legi

IA 16.640

205

1.545 647 2 P. Klewer

IA 12.950

2.069

135 643 3 P. Cinderamata

IA -

41 - 48 4 P. Singosaren

IA 4.900

243

68 24 5 P. Notoharjo

IB 17.276

1018

- 72 6 P. Gede

IB 5.607

134

664 244 7 P. Nusukan

IB 12.254

208

666 254 8 P. Harjodaksino

IB 8.997

80 909 443

commit to user

9 P. Jongke

IB 12.254

104

868 171 10 P. Rejosari

IIA

2.477

24 160 295 11 P. Pasar Turi

IIA

2.750

36 251 79 12 P. Purwosari

IIA

1.272

14 189 133 13 P. Sidodadi

IIA

1.784

14 254 341 14 P. Ledoksari

IIA

494

20 39 28 15 P.Kadipolo

IIA

1.496

7 439 76 16 P. Tanggul

IIB

2.400

9 142 93 17 P. Depok

IIB

4.480

0 185 83 18 P. Kabangan

IIB

3.660

47 143 35 19 P. Penumping

IIB

1.200

2 112 27 20 P. Ayam

IIB

11.220

0 272 70 21. P. Kliwon

167 20 22 P. Jebres

IIB

2.684

17 90 218 23 P. Kembang

IIB

1.409

39 80 185 24 P. Ayu Balapan

IIB

1.375

37 0 - 25 P. Proliman

IIB

818

0 152 123 26 P. Mebel

IIB

5.755

18 67 - 27 P. Windujenar

IIB

2.384

0 195 - 28 P. Ngemplak

IIIA

947

14 60 30 29 P. Mojosongo

IIIA

1.190

11 151 84 30 P. Bangunharjo

IIIA

1.116

5 44 18 31 P. Sidomulyo

IIIA

840

0 58 64 32 P. Gading

IIIA

2.283

33 195 155 33 P. Sangkrah

IIIA

1.122

4 140 93 34 P. Tanggulsari

IIIA

740

19 137 40 35 P. Jurug

IIIA

540

36 0 -

commit to user

36 P. Dawung

IIIA

800

0 0 - 37 P. Mojosongo P IIIB

1.498

3 128 18 38 P. Ngumbul

IIIB

428

11 46 - 39 P. Bambu

IIIB

450

0 0 22 40 P. Besi

IIIB

15.120

0 309 - 41 P. Joglo

9.178 4.904 Sumber: Dinas Pengelola Pasar Kota Surakarta.

Dari data diatas, dapat kita ketahui jumlah pasar tradisional yang berada di Surakarta berjumlah 41 pasar, lokasinya berada di setiap kecamatan. Biasanya, nama pasar disesuaikan dengan nama tempat atau dengan nama barang yang diperdagangkan. Dari 41 pasar tradisional tersebut dapat di golongkan menjadi beberapa kelas, yakni kelas IA, IB, IIA, IIB, IIIA, dan IIIB. Pemasukan golongan tersebut berdasarkan luas dan besar pasar serta banyaknya jumlah para pedagang dan frekuensi aktifitas jual beli yang dilakukan.

Dilihat dari banyaknya jumlah pasar dapat dikatakan bahwa kota Surakarta merupakan kota budaya yang aktif dalam bidang perdagangan namun juga tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi tradisi kebudayaan jawa. Namun disamping masih mempertahankan tradisi kebudayaan, masyarakat Surakarta juga mengadopsi budaya modern. Hal tersebut dikarenakan semakin maju pesatnya perkembangan teknologi, sarana komunikasi dan transportasi yang mengakibatkan semakin melebarnya pintu globalisasi suatu negara dalam perdagangan internasional ternasuk di Negara Indonesia. sehingga memudahkan

commit to user

masyarakat untuk menciptakan berbagai kegiatan ekonomi yang praktis, efesien dan menguntungkan. Seperti dengan meningkatkan daya beli, mengembangkan kemampuan produksi dan permintaan barang atau jasa, Serta memenuhi tuntutan masyarakat konsumen.

Kota Solo dengan penduduk lebih dari 500.000 jiwa merupakan pusat regional kawasan Soloraya (Sukoharjo, Karanganyar, Klaten, Boyolali, Sragen, Wonogiri). Akses transportasi menuju kota ini sangat memadai, sehingga mobilitas manusia sangat tinggi. Aspek demografis ini menjadikan Solo sebagai pendorong pertumbuhan kawasan incaran raksasa bisnis ritel.

Dalam menghadapi tuntutan masyarakat tersebut, maka timbul fenomena baru yaitu dengan munculnya pasar (ritel) modern, seperti mall, supermarket, department store , dan shopping centre. Berbagai macam pusat perbelanjaan eceran bermunculan dengan bermacam bentuk dan ukuran. keberadaan pasar modern yang kian waktu kian terus bertambah terjadi karena tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat.

Perkembangan pasar modern di Surakarta berkembang sejak tahun 2006. Berdirinya PT Makro Indonesia, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Centre (BTC) yang berada satu kawasan dengan PGS, Solo Square, Solo Grand Mall, Mini market, Indomart dan minimarket-minimarket kecil lainnya menjadi wujud nyata pertumbuhan pasar modern di Surakarta. Pertumbuhan pasar-pasar modern ternyata berdampak pada terjadinya persaingan antara pasar modern dengan pasar tradisional. Munculnya pasar modern tersebut kurang terencana khususnya

commit to user

dalam penempatan lokasi dan hubungan timbal balik dengan pedagang kecil, menengah, koperasi, dan pasar tradisional. Akibatnya, keberadaan pasar - pasar tradisional dikhawatirkan semakin hari semakin tersingkirkan oleh kehadiran pasar -pasar modern. Bahkan dapat diprediksikan bahwa untuk kedepannya pasar modern mampu menggusur peran pasar tradisional dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa kehadiran pasar modern telah mengancam eksistensi pasar tradisional, fakta ini antara lain diungkap dalam VIVAnews yang menyebutkan bahwa Selama kuartal I 2009, baik pasar tradisional maupun pasar modern di Indonesia mengalami pertumbuhan. Pasar modern mencatat pertumbuhan tertinggi. Dari 50 kategori barang konsumsi di kedua pasar, tradisional dan modern pada pertumbuhan Maret 2009, terhadap bulan sebelumnya sebesar 8% dengan pertumbuhan pasar modern 13,2% dan pasar tradisional 5,0%. Perbandingan pada tahun 2009 dengan 2008 secara total mencapai 4,3%, dengan pertumbuhan pasar modern 11,2 %. Sedangkan pada tahun 2010 pasar (retail) modern mencapai 31,4% sedangkan untuk pasar tradisional minus 8,1%. Pada tahun 2010 jumlah pedagang pasar tradisional mencapai 12,5 juta orang dan pasar tradisional berjumlah 11.000 unit.

Agar pasar tradisional dapat tetap bertahan di dalam perubahan dan persaingan terhadap pasar modern, maka dibutuhkan upaya – upaya sistematis yang memahami karakteristik pasar dan kebijakan yang berpihak pada keberadaan pasar tradisional dan pedagangnya. Sehingga pasar tradisional dapat

commit to user

mengembangkan segala aspek yang dimiliki dengan karakter dasarnya tanpa harus menutup penetrasi pasar modern. Maka dalam hal ini, tidak diperlukan persaingan namun lebih tepat dengan cara melestarikan pasar tradisional. Usaha pelestarian tersebut diharapkan mampu mempertahankan eksistensi pasar tradisional tanpa merubah karakter pasar tradisional pada dasarnya.

Pelestarian pasar tradisional di Surakarta dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Surakarta selaku pihak yang berwenang dalam mengatur urusan rumah tangga kota Surakarta, upaya yang dilakukan Pemerintah kota Surakarta dalam mempertahankan eksistensi pasar tradisional adalah dengan memeliharan dan melestarikan Pasar Tradisional yang bertumpu pada perekonomian kota dengan tetap memelihara nilai – nilai kebudayaan bangsa dan kelestarian lingkungan.

Mengacu pada Perda Kota Madya Daerah Tingkat II Surakarta No. 3 Tahun 1993 tentang pasar, Dinas Pengelola Pasar Kota Surakarta merupakan pihak yang berwenang dalam pengelolaan Pasar Tradisional. Sehingga dalam masalah ini peran Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) kota surakarta sangat penting mengingat tugas pokok dan fungsinya sebagai badan penyelenggara urusan pemerintah khususnya dalam pengelolaan pasar tradisional di Surakarta. Sebagai unsur pelaksana pemerintahan dalam masalah pengelolaan pasar tradisional, DPP Kota Surakarta diharapkan untuk terus mampu mempertahankan eksistensi pasar tradisional. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) dan Dinas lain yang terkait perlu memaksimalkan pelestarian pasar tradisonal melalui strategi yang efektif, efesien dan

commit to user

komprehensif serta menyeluruh dan melibatkan seluruh potensi yang ada sehingga tujuan dapat tercapai secara maksimal.

Untuk merealisasikan kebijakan tersebut, Pemerintah kota Surakarta melalui Dinas Pengelolaan Pasar dan Pihak lain yang terkait, menjabarkannya dalam bentuk pemberdayaan, pengembangan, serta melaksanakan promosi yang berorientasi pada penampilan identitas ketradisionalannya. Dinas Pengelolaan Pasar kota Surakarta berkomitmen tinggi untuk menciptakan pasar tradisional yang nyaman seperti pasar modern dengan tetap mempertahankan dan menonjolkan keunggulan – keunggulan dasarnya. Namun seiring dengan perubahan lingkungan menyebabkan munculnya hambatan – hambatan yang tidak terduga dalam pelaksanaan strategi.

Dari uraian yang telah disampaikan diatas, maka penulis tertarik untuk mengungkapkan Strategi Pemerintah kota Surakarta dan pelaksanaannya serta hambatan dalam melestarikan pasar tradisional. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis memilih judul “STRATEGI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DALAM MELESTARIKAN PASAR TRADISIONAL.”

commit to user

A. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam pengamatan ini diharapkan agar dapat mengetahui obyek – obyek yang diamati serta bertujuan agar tulisan dan ruang lingkup pengamatan urainnya terbatas dan terarah. Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya, maka dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :

1. Strategi apa yang dilakukan Pemerintah kota Surakarta dalam

melestarikan pasar tradisional? 2. Bagaimana pelaksanaan strategi pelestarian pasar tradisional? 3. Hambatan apa saja yang ditemui Pemerintah Kota Surakarta dalam

melaksanakan strategi pelestarikan pasar tradisional?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menjawab semua permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah tersebut. Bertolak dari rumusan masalah diatas, maka penelitian ini dilakukan guna mencapai tujuan berupa:

1. Tujuan Operasional a. Untuk mengetahui dan menggambarkan Strategi Pemerintah Kota

Surakarta dalam melestarikan pasar tradisional.

commit to user

b. Untuk mengetahui pelaksanaan strategi pemerintah kota Surakarta dalam melestarikan pasar tradisional. c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui oleh Pemerintah

Kota Surakarta dalam menjalankan strategi pelestarian pasar tradisional. 2. Tujuan Individu

a. Untuk mengetahui pelaksanaan stretegi pemerintah kota surakarta dalam melestarikan pasar tradisional. b. Untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis guna memperoleh gelar

kesarjanaan Strata 1 di Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

3. Tujuan Fungsional Sebagai bahan masukan dan pemikiran agar dapat digunakan oleh organisasi, lembaga pemerintahan dan semua pihak yang memerlukan dalam rangka membantu dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi khususnya dalam pelestarian kebudayaan.

C. Manfaat penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat menghasilkan informasi yang rinci, akurat dan aktual yang dapat memberikan manfaat dalam menjawab permasalahan yang sedang diteliti. Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :

commit to user

1. Manfaat Teoritis Penelitian mengenai strategi dalam melestarikan pasar tradisional yang dilaksanakan oleh Pemerintah kota Surakarta ini menjadi suatu kesempatan untuk menerapkan teori yang diperoleh selama kuliah ke dalam praktik nyata untuk menganalis suatu permasalahan secara ilmiah dan sistematis serta diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran yang bisa digunakan untuk membantu bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki dan mengembangkan kinerja DPP Kota Surakarta khususnya dalam pelaksanaan Strategi pelestarian Pasar Tradisional.

b. Bagi penulis penelitian ini sangat berguna dalam usaha memahami pelaksanaan strategi dari suatu kebijakan dan sebagai tambahan referensi, serta menambah kepustakaan

commit to user 13

BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

Unsur penelitian yang paling besar peranannya adalah teori, dengan teori peneliti mencoba menerangkan fenomena sosial yang menjadi pusat perhatiannya. Oleh karena itu, teori perlu disusun secara sistematis. Dibawah ini, penulis menguraikan beberapa konsep / teori yang dapat mendukung dan menjelaskan arahan penelitian ini, yang dibagi menjadi beberapa bagian yaitu; 1) Pembuat keputusan, 2) Teori konflik, 3) Strategi, 4) implementasi Strategi, 5) Pelestarian Pasar Tradisional, 6) Strategi Pemerintah Kota Surakarta dalam melestarikan pasar tradisional.hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1) Teori Pembuat Keputusan.

Pembuatan keputusan (Decision-making) berada di antara perumusan kebijakan dan implementasi, akan tetapi kedua hal tersebut saling terkait satu sama lain. Keputusan mempengaruhi implementasi dan implementasi tahap awal akan mempengaruhi tahap pembuatan keputusan dan selanjutnya pada gilirannya, akan mempengaruhi implementasi berikutnya. Keputusan adalah proses dan keputusan awal sering kali hanya merupakan sinyal penunjuk arah atau dorongan awal atau percobaan awal yang nantinya akan mengalami revisi dan diberi spesifikasi.

commit to user

Definisi pembuatan keputusan sebagai proses penentuan pilihan atau pemilihan opsi – opsi, maka gagasan tentang keputusan akan menyangkut satu poin atau serangkaian point – point dalam ruang dan waktu ketika pembuat kebijakan mengalokasikan nilai – nilai (Value) pembuatan keputusan dalam pengertian ini ada di seluruh siklus kebijakan, misalnya : keputusan mengenai apa yang digolongkan sebagai “problem”, informasi apa yang harus dipilih; pemilihan strategi untuk mempengaruhi agenda kebijakan; pemilihan cara menyeleksi

pemilihan cara mengimplementasikan kebijakan; pemilihan cara mengevaluasi kebijakan – kebijakan. Pada masing – masing point tersebut terdapat proses pembuatan keputusan. Beberapa keputusan melibatkan alokasi nilai dan distribusi sumber daya melalui perumusan kebijakan, atau melalui pelaksanaan program, oleh karenanya pembuatan keputusan terjadi di arena dan level yang berbeda – beda.

Dalam bukunya, Kaufman menjelaskan elemen utama pembuatan keputusan yaitu sebagai berikut;

“pembuat keputusan membawa preferensi, pengetahuan, keahlian, dan kekuasaan yang berasal dari pandangannya, keahlian khususnya atau akses kesumber daya. Dia membentuk persepsi tentang isu – isu yang ditangani, opsi – opsi yang tersedia, konsekuensi pilihan, kemungkinan munculnya peristiwa tertentu, dan aturan keputusan yang berlaku. Pembuat keputusan mungkin mengidentifikasi beberapa hasil yang diharapkan (status quo baru yang “ideal”) yang masih harus dinegosiasikan dengan lingkungan tempat implementasinya…lingkungan keputusan terdiri dari individu, kelompok, organisasi, dan agen yang bisa mempengaruhi hasil dari keputusan berdasarkan keputusan mereka atau mempengaruhi dengan cara mengontrol sumber daya atau kepentingan – kepentingan orang yang dapat dipengaruhi dengan keputusan (stakeholder). (Kaufman, 1991:124)

commit to user

Dalam pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa pembuatan keputusan dapat menggunakan berbagai macam teori. Terlebih untuk pembuat keputusan yang berlangsung dalam kondisi konflik antar stakeholder, informasi, persepsi, dan lingkungan yang berbeda – beda. Jadi model ini berguna untuk menjembatani teori kognisi dengan perilaku organisasi antara teori pembuatan keputusan dan implementasi.

Dalam perkembangannya di lingkungan organisasi profit dan non profit, pengambilan keputusan dalam manajemen strategis ternyata telah semakin berkembang. Seperti yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi, yaitu :

“ Manajemen stretagis adalah proses atau serangkain kegiatan pengambilan keputusanan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya.”

Dari pengertian tersebut terdapat beberapa aspek penting, antara lain : a. Manajemen strategi merupakan proses pengambilan keputusan, bagaimana prosesnya berlangsung dapat dilakukan dengan mengimplementasikan teori spectrum pengambilan keputusan yang telah diuraikan terlebih dahulu. b. Keputusan yang ditetapkan bersifat mendasar dan menyeluruh yang berkenaan dengan aspek – aspek yang penting dalam kehidupan organisasi, terutama tujuan dan cara melaksanakannya.

commit to user

c. Pembuatan keputusan tersebut harus dilakukan atau sekurang – kurangnya melibatkan pimpinan puncak. d. Pengimplementasian keputusan tersebut sebagai strategi organisasi untuk mencapai tujuan strategiknya dilakukan oleh seluruh jajaran organisasi. e. Keputusan yang ditetapkan manajemen puncak yang harus diimplementasikan oleh seluruh jajaran organisasi dalam bentuk kegiatan yang terarah pada tujuan strategic organisasi.

Pembuatan keputusan akan efektif jika problem telah terstruktur dengan baik. Dalam pembuatan keputusan pelestarian pasar tradisional, pendekatan yang digunakan adalah “Top – Down Approach”. Top – down Aprroach sifatnya tidak ada partisipasi aktif dari masyarakat. Segala keputusan berasal dari pimpinan pusat, sedangkan bawahan termasuk masyarakat sebagai ujung tombak pelaksana proyek hanya sekedar melaksanakan perintah. Pelaksanaan proyek semacam ini tentu saja kurang memperdayakan pedagang dan masyarakat luas pada umumnya. Dalam pengambilan keputusan yang menggunkan pendekatan “Top – down ” sering kali menuai selisih dan konflik antara pembuat keputusan dengan pihak yang berkepentingan / stakeholder dalam hal ini adalah Dinas pengelola Pasar kota Surakarta dengan para pedagang.

2) Teori Konflik

Tokoh yang membahas mengenai teori konflik yaitu Ralph Dahrendorf. Dahrendoft menganggap masyarakat bersisi ganda, memiliki sisi konflik dan sisi

commit to user

kerjasama. Proses sosialisasi yang ditekankan dalam model konflik mungkin berlaku untuk hubungan social antara kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group). Kekuatan solidaritas internal dan integrasi kelompok dalam (in- group) akan bertambah tinggi karena tingkat permusuhan atau konflik dengan kelompok luar (out-group) bertambah besar dengan adanya dua sisi tersebut terjadi suatu bentuk integrasi yang kuat anatara kelompok pedagang sebagai kelompok yang merasa dirugikan dengan pembuat kebijakan yaitu Dinas Pengelolaan Pasar. Kelompok pedagang ini melakukan perlawanan melawan kebijakan dari Dinas Pengelola Pasar. Dahrendorf telah melahirkan kritik penting terhadap pendekatan yang pernah dominan dalam sosiologi yaitu kegagalan dalam menganalisa masalah konflik social. Dia menegaskan bahwa proses konflik social itu merupakan kinci bagi struktur social. Dahrendorf telah berperan penting dalam teoritis utama yang menganjurkan agar perspektif konflik dipergunakan dalam rangka memahami dengan lebih baik fenomena social.

Dahrendorf membedakan golongan yang terlibat konflik itu menjadi dua tipe. Kelompok semu (quasi group) merupakan kempulan dari para pemegang kekeusaan atau jabatan dengan kepentingan yang sama yaitu terbentuk karena munculnya kelompok kepentingan. Tipe yang kedua adalah kelompok kepentingan (interest group), terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas. Kelompok kepentingan ini mempunyai struktur, organisasi, program, tujuan serta anggota yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi sumber nyata timbulnya konflik dalam masyarakat.

commit to user

Aspek terakhir teori konflik Dahrendorft adalah mata rantai antara konflik dan perubahan social. Konflik menurutnya memimpin kearah perubahan dan pemnbangunan. Dalam situasi konflik golongan yang terlibat melakukan tindakan – tindakan untuk mengadakan perubahan dalam struktur social, kalau konflik itu terjadi secara hebat maka perubahan yang timbul akan bersifat radikal. Begitu juga jika konflik itu disertai oleh penggunaan kekerasan maka perubahan structural akan efektif.

Konflik timbul disebabkan karena adanya beberapa hal yaitu:

1. Perbedaan antara individu – individu. Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin akan melahirkan bentrokan antara mereka. 2. Perbedaan kepentingan baik antara individu maupun kelompok kepentingan ini dapat bermacam – macam, ada kepentingan ekonomi, politik dan sebagainya.

istilah “conflict” didalam bahasa aslinya berarti suatu perkelahian, peperangan, atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik maupun non fisik antara beberapa pihak. namun arti kata itu kemudian berkembang dengan masuknya ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan ide dan lain – lain. Dengan kata lain, istilah tersebut sekarang menyentuh aspek psikologis dibalik konfrontasi fisik yang terjadi. Selain itu, istilah “conflict” menjadi begitu meluas sehingga beresiko kehilangan statusnya sebagai sebuah konsep tunggal.

commit to user

Sanderson mengatakan bahwa konflik merupakan pertentangan kepentingan antara berbagai individu dan kelompok social, baik yang mungkin pecah menjadi konflik terbuka atau kekerasan fisik. Konflik merupakan hubungan antara dua atau lebih, baik itu individu maupun kelompok dimana mereka mempunyai tujuan dan kepentingan yang bertentangan.

Dilihat dari asal mula konflik dibedakan menjadi dua, yaitu konflik langsung dan konflik tidak langsung. Konflik langsung adalah konflik yang terjadi tidak melalui perantara pihak ketiga, sedangakan konflik tidak langsung yaitu konflik yang terjadi dengan ada pihak ketiga.

Dari berbagai pengertian konflik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih, baik itu individu maupun kelompok yang memiliki sasaran dan kepentingan yang berbeda. Jadi dalam penelitian konflik menajemen pedagang pasar ada suatu ketidaksesuaian antara kebijakan dengan pemerintah kota Surakarta melalui Dinas Pengelolaan Pasar.

commit to user

3) Strategi a. Pengertian strategi

Kata Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategos”, yang terbentuk dari kata “Stratos” yang berarti militer dan “–ag” yang berarti memimpin (Grant, 1999:11). Penggunaan konsep dan teori strategi pertama kali digunakan dalam dunia militer, sedangkan dalam dunia bisnis baru mulai mengadopsinya pada pertengahan tahun 1960 - 1970an.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:859), konsep Strategi memiliki beberapa arti yaitu “ilmu siasat perang”, “tempat yang baik menurut siasat perang”, atau dapat pula diartikan sebagai “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”. Dari pengertian tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa Strategi berkaitan erat dengan peperangan. Namun dalam perkembangannya istilah Strategi sudah mulai digunakan oleh semua jenis organisasi atau instansi, baik instansi public maupun instansi non publik, serta dalam penerapannya ide – ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula tetap dipertahankan, hanya saja diaplikasikan lebih sesuai dengan jenis organisasi ataupun instansi yang menerapkan.

John M. Bryson dalam bukunya “perencanaan strategis” memberikan definisi mengenai strategi, yaitu ; “bahwa strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan,

program, tindakan, keputusan atau alokasi sumber daya yang dikerjakan organisasi dan mengapa organisasi melakukannya. Oleh

commit to user

karena itu strategi merupakan perluasan misi guna menjembatani organisasi dan lingkungannya. Strategi biasanya dikembangkan untuk mengatasi isu strategis, strategi menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok.” (2001:189)

Pengertian Strategi juga diungkapkan oleh J. Salusu dalam bukunya “pengambilan keputusan stratejik untuk organisasi public dan Non profit”, yaitu ;

“strategi adalah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.” (2004:101)

Menurut Vancil dalam Salusu (2004:95) Strategi bagi suatu organisasi merupakan konseptualisasi yang diekspresikan oleh Pimpinan organisasi itu mengenai :

2. Sasaran jangka panjang dari organisasinya. 3. Kebijaksanaan dan kendala, baik yang dicetuskan sendiri oleh pemimpin itu maupun yang diperintahkan oleh atasannya yang justru merintangi kegiatan organisasi. 4. Seperangkat rencana yang sedang berjalan mengenai tujuan

jangka pendek yang dipandang layak memberikan kontribusi bagi pencapaian sasaran.

Hax dan Majluf dalam Salusu (2004:100) mencoba menawarkan rumusan yang komprehensif mengenai strategi sebagai berikut:

1) Suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral.

commit to user

2) Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam sasaran jangka panjang dan program bertindak serta prioritas alokasi sumber daya. 3) Menyeleksi bidang yang akan digeluti organisasi. 4) Mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal dan kekuatan serta kelemahannya. 5) Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.

Inti pokok dari definisi yang dirumuskan oleh Hax dan Majluf adalah strategi menjadi suatu kerangka yang fundamental tempat suatu organisasi akan mampu menyatakan kontinuitasnya yang vital, sementara di sisi lain ia akan memiliki kekuatan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah.

Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu cara yang dijabarkan dalam kebijakan – kebijakan dan program – program yang digunakan oleh pimpinan atau manajemen puncak untuk mencapai sasaran tertentu. Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan – ketentuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan untuk dijadikan pedoman dalam pencapaian tujuan. Sedangkan program adalah kumpulan kegiatan - kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh

commit to user

suatu organisasi / instansi maupun dalam suatu kerjasama guna mewujudkan sasaran tertentu.

Strategi menjadi landasan awal bagi sebuah organisasi / instansi beserta element - element yang berada didalamnya yang berfungsi untuk menyusun langkah- langkah atau tindakan - tindakan dengan memperhitungkan faktor internal dan eksternal guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam mewujudkan sasaran dan tujuan suatu organisasi.

b. Ciri – ciri strategi

Strategi adalah semua keputusan untuk melakukan perubahan dalam mencapai kondisi yang diinginkan organisasi di masa depan. Sehingga organisasi harus mampu menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang akan dihadapi. Dengan demikian, terdapat beberapa ciri strategi yang utama, yaitu:

1) Goal- Directed actions, yaitu aktivitas yang menunjukan “Apa” yang diinginkan suatu Organisasi dan “Bagaimana” mengimplentasikannya. 2) Mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan kapabilitas), serta memperhatikan peluang dan tantangan. (Mudrajad Kuncoro, 2006:12)

commit to user

Terdapat beberapa pedoman yang tidak boleh dilupakan dalam strategi, yaitu:

1) Apa yang akan dilakukan. 2) Mengapa demikian, yaitu uraian tentang alasan yang dipakai dalam melakukan strategi tersebut. 3) Siapa yang akan bertanggungjawab dalam mengoperasionalkan strategi. 4) Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk menyukseskan strategi. 5) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk oprasionalisasi strategi tersebut. 6) Hasil apa yang diperoleh dari strategi tersebut.

Setiap organisasi mempunyai hubungan dengan lingkungannya yang dapat diamati dan dijelaskan. Strategi merupakan perluasan misi yang menjembatani organisasi dengan lingkungan. Oleh karena itu, strategi dikembangkan untuk mengatasi isu – isu strategi dengan cara membuat garis besar dari respon suatu organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok. Selain itu strategi juga merupakan pola tujuan, kebijakan program, tindakan atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi tersebut, apa yang dikerjakan dan mengapa organisasi tersebut melakukannya.

commit to user

c. Penentu strategi yang berhasil

Hatten dalam Salusu (2004:108) berpendapat bahwa terdapat prinsip – prinsip yang harus diperhatikan agar suatu strategi yang dibuat dapat berhasil, prinsip – prinsip tersebut meliputi:

1) Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya, dalam artian sejalan dengan lingkungan yang memberikan peluang untuk bergerak maju. 2) Setiap organisasi hendaknya tidak membuat satu strategi saja, dan antara strategi yang satu dengan yang lainnya haruslah konsisten dan serasi. 3) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tidak meceraiberaikan satu dengan yang lain, yang dapat merugikan organisasi. 4) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan dan tidak pada titik – titik yang justru adalah kelemahannya, dalam artian harus mampu memanfaatkan kelemahan pesaing dan membuat langkah – langkah yang tepat untuk menempati posisi kompetitif yang lebih kuat. 5) Sumber daya adalah suatu yang kritis, dalam artian sesuatu yang memang layak dan dapat dilaksanakan. 6) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar dan harus dapat selalu dikontrol.

commit to user

7) Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yang telah dicapai. 8) Tanda – tanda dari kesuksesanya strategi di tampakan dengan adanya dukungan dari pihak – pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.

Kunci sukses dari pelakasanaan strategi juga di ungkapkan oleh Thompson dan Strickland dalam salusu (2004:436), yang menyatakan organisasi secara total untuk mendukung strategi dan melihat apakah setiap tugas administrasi dan aktifitas dilakukan menurut cara yang memadukan secara tepat semua persyaratan sehingga pelaksanaan dari strategi itu dapat dinikmati. Jadi, dalam pelaksanaan strategi yang sukses membutuhkan komitmen, disiplin, motivasi dan kerja keras dari pihak yang bersangkutan.

d. Tipe – tipe strategi

Dalam mengimplementasikan strategi, ada beberapa tipe strategi yang dapat dipilih bagi organisasi Non Profit, khususnya DPP Kota Surakarta dalam melestarikan pasar tradisional. Menurut J. Salusu (104:105) mengemukakan beberapa tipe strategi yaitu:

1) Corporate strategy (Strategi Organisasi). Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai–nilai, dan inisiatif–

commit to user

inisiatif strategi yang baru. Pembatasan – pembatasan diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.

2) Program strategy (strategi program). Strategi ini lebih memberikan perhatian pada implikasi implikasi stratejik dari suatu program tertentu. Apa kira – kira dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.

3) Resource support strategy (strategi pendukung sumber daya). Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi,dan sebagainnya.

4) Institusional strategy (strategi kelembagaan). Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif – inisiatif strategik.

Dari keempat strategi diatas yang tepat untuk digunakan oleh Dinas Pengelola Pasar (DPP) Kota Surakarta dalam upaya melestarikan pasar tradisional adalah strategi pendukung sumber daya atau Resource support strategy , karena Strategi sumber daya ini lebih memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan sumber daya esensial yang

commit to user

tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi khususnya dinas pengelolaan pasar selaku pihak yang melaksanakan strategi pelestarian pasar tradisional. Upaya dalam melestarikan ini lebih memperhatikan dalam pembinaan pasar tradisonal yang dilakukan secara terintegrasi dan komperhernsif agar dapat terus berkembang dan eksis di dalam persaingan dengan pasar modern.

4) Implementasi strategi

Setiap strategi menuntut adanya suatu implementasi. Karena tanpa adanya suatu implementasi, strategi menjadi tidak berarti. Implementasi mencakup kegiatan dan tindakan yang dilakukan oleh bermacam aktor pelaku dengan menggunakan berbagai peralatan sehingga sasaran yang dikendaki dapat terwujud. Implementasi tidak dapat beroperasi tanpa adanya factor internal (dalam lingkungan) dan factor eksternal (luar lingkungan) yang selalu memengaruhinya. Sehingga dapat diartikan bahwa Implementasi adalah satu proses yang terarah dan terkoordinasi serta melibatkan banyak sumber daya.

Implementasi menurut Salusu (1996:409), adalah “seperangkat kegiatan yang dilakukan menyusul suatu keputusan

untuk mencapai sasaran tertentu.”

Dari pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa suatu keputusan selalu dimaksudkan untuk mencapai sasaran tertentu. Guna

commit to user

merealisasikan pencapaian sasaran itu, diperlukan serangkaian aktifitas. Jadi dapat dikatakan bahwa implementasi adalah operasionalisasi dari berbagai aktivitas guna mencapai suatu sasaran tertentu.

Dalam rumusan Higgins : “Implementasi adalah rangkuman dari berbagai kegiatan yang

dalamnya sumber daya manusia menggunkan suber daya lain untuk mencapai sasaran dari strategi. Kegiatan itu menyentuh semua jajaran manajemen mulai dari manajemen puncak sampai pada lini paling bawah.”

Jadi dapat dikatakan implementasi itu mencakup kegiatan dan tindakan, dan sering kali juga tanpa bertindak seperti kalau hanya duduk menunggu, yang dilakukan actor dengan menggunkan berbagai macam peralatan, sedemikian rupa sehingga sasaran yang dikendaki dapat tercapai. Singkatnya, implementasi adalah suatu proses yang terarah dan terkoordinasi, serta melibatkan banyak sumber daya.

Implemenatsi strategi adalah sejumlah total aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan sebuah perencanaan strategis. Implemantasi strategi merupakan proses berbagai strategi dan kebijkan berubah menjadi tindakan melalui pengembangan program , anggaran, dan prosedur (Hunger dan Wheelen, 2003:296). Lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Program, yaitu pernyataan aktifitas – aktifitas atau langkah – langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan.

commit to user

b) Anggaran, yaitu program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang, setiap program akan dinyatakan secara rinci dalam biaya yang dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan. c) Prosedur, yaitu system langkah – langkah atau teknik teknik yang berurutan yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan. (J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen, 2003:11)

Menurut Hunger dan Wheelen, untuk memulai proses implementasi, manajer strategis harus memperhatikan tiga pertanyaan berikut : · Siapa yang akan melaksanakan rencana strategis yang telah disusun? · Apa yang akan dilakukan? · Bagaimana Sumber daya manusia yang bertanggung jawab dalam

implementasi akan melaksanakan berbagai hal yang diperlukan? (Hunger dan Wheelen, 2003:297)

Lebih lanjut Hunger dan Wheelen menjelaskan bahwa program, anggaran, dan prosedur hanyalah bentuk rencana yang disusun lebih mendetail yang pada akhirnya membawa pada implementasi strategi yang telah dibuat. Proses manajemen strategis secara keseluruhan mencakup beberapa jenis aktivitas krusial yang berorientasi pada tindakan untuk

commit to user

implementasi strategi : pengorganisasian, penyususnan staf, pengarahan, dan pengawasan. (Hunger dan Wheelen, 2003: 303-304)

Dalam international journal of management Reviews (strategy-as- practice: A review and future directions for the field) :

“this review has contributed to the a-as-p field in three ways. First, it has provided an overview and map of the field, based on its own terminology and issues, which has helped to better explain those terminology and issues. Second, it has exposed gaps in fulfilling the as-a- p research agenda, particularly with empirical work. Third, it has proposed altenative theoretical recources from other fields of research, which may be used to address those gaps.” (Paula Jarzabkowski and Andreas Paul Spee, 2009:90)

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa dalam jurnal tersebut disumbangkan tiga langkah dalam hal pelaksanaan strategi. Pertama, disiapkan pandangan yang luas dan memetakan bidang, berdasarkan pada istilah dan isu. Kedua, menyingkap celah yang memenuhi agenda penelitian strategi. Ketiga, dikemukakan sumber alternative teoritis dari penelitian bidang lain, yang digunakan untuk menunujukan celah tersebut.

Jadi implementasi suatu strategi menuntut suatu kehati – hatian, karena menyangkut bagaimana melaksanakan strategi tersebut. Apabila strategi tersebut merupakan hasil keputusan strategis yang inkrimental maka implementasinya tidak menimbulkan masalah yang terlalu banyak. Tetapi kalau merupakan keputusan yang baru ditetapkan, maka akan sulit pelaksanaannya.

commit to user

Dalam tahapan implementasi strategi, strategi yang telah diformulasikan kemudian diimplementasikan. Menurut Cown (2001 :14), pada tahap implementasi ini beberapa aktivitas yang mendapat penekanan kegiatan antara lain :

a. Menetapkan tujuan tahunan. b. Menetapkan kebijakan. c. Memotovasi karyawan. d. Mengembangkan budaya yang mendukung. e. Menetapkan struktur organisasi yang efektif. f. Menyiapkan budget. g. Mendayagunakan sistem informasi. h. Menghubungkan kompensasi karyawan dengan kinerja perusahaan.

Menurut Fred R. David (1989 : 408 -409), terdapat beberapa karakteristik dari Implementasi Strategi. Yaitu : a. Implementasi Strategi mengelola sumber daya dan berbagai kekuatan yang berkaitan dengan persiapan dan pengarahan tenaga serta sumber daya sebelum bertindak sementara berlangsung kegiatan operasional.

b. Implementasi strategi lebih berfokus pada efisiensi. c. Implementasi strategi lebih merupakan pada proses operasional. d. Implementasi strategi membutuhkan motivasi dan ketrampilan

kepemimpinan.

e. Implementasi strategi mensyaratkan koordinasi diantara banyak orang.

commit to user

Sedangkan menurut Hadari nawawi, implementasi strategi terdiri dari beberapa langkah, seperti : sasaran operasional, program/proyek tahunan, kebijakan situasional, jaringan kerja internal dan eksternal, pengorganisasian,

pelaksanaan (actuating),

pengangguran, dan pengawasan. (Nawawi, 2003: 149-150) Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi strategi mencangkup dua unsur pokok, yaitu :

· Pengembangang strategi dalam proyek / program, anggaran, dan prosedur Mengacu pada teori David Hunger dan Thomas Wheelen, definisi program adalah pernyataan aktivitas – aktivitas atau langkah – langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai (Hunger dan Wheelen, 2003: 17)

Operasionalisasi program biasanya ditetapkan dalam bentuk proyek / kegiatan. Anggaran adalah program yang dinyatakan secara rinci dalam biaya, yang dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan. Prosedur adalah sistem langkah atau teknik – teknik yang berurutan yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan. (Hunger dan Wheelen, 2003: 17-18)

commit to user

· Pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen. Fungsi – fungsi manajemen menurut G. R. Terry terdiri dari :

planning (perencaan), organizing (pengorganisasian), actuacting (penggerakan), controlling (pengawasan). Fungsi perencaan dalam manajemen strategis merupakan suatu proses tersendiri tidak menjadi bagian dalam implementasi, demikian pula fungsi pengawasan dakam manenjemen strategis adalah suatu proses tersendiri yang terdapat pada proses control dan evaluasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa garis besar dari implementasi strategi adalah mengembangkan program, anggaran (perkiraan biaya), dan prosedur (rincian berbagai aktivitas yang digunakan dalam menyelesaikan program), serta pelaksanaan fungsi fungsi manajemen seperti : pengeorganisasian, pelakasaan, dan control atau pengawasan.

a. Hambatan dalam implementasi strategi

Menurut Hunger&Whellen (2003:297) dalam menerapkan strategi sering ditemui beberapa masalah/hambatan yang dihadapi. Masalah mulai muncul terjadi saat pelaksanaan suatu strategi. Masalah yang sering muncul dalam organisasi antara lain:

1) Implementasi berjalan lebih lambat dari perencanaan awalnya. 2) Munculnya masalah-masalah utama yang tidak terduga. 3) Koordinasi kegiatan yang tidak efektif.

commit to user

4) Perhatian terhadap aktivitas persaingan dan penanganan krisis yang berlebihan sehingga mengalihkan perhatian terhadap implementasi yang harus dijalankan. 5) Kurangnya kemampuan para karyawan yang terlibat dalam implementasi strategi. 6) Tidak memadainya pendidikan dan pelatihan karyawan tingkat bawah. 7) Tidak terkendalinya faktor-faktor lingkungan eksternal. 8) Tidak memadainya kepemimpinan dan pengarahan dari para manajer departemen. 9) Tidak jelasnya implementasi pada tugas dan aktivitas kunci. 10) Tidak memadainya pemantauan aktivitas oleh sistem informasi yang dimiliki.

Alexander dalam penelitiannya terhadap hampir seratus presiden dan divisi perusahaan (1991) mengungkapkan beberapa masalah yang sering dijumpai dalam pelaksanaan strategi (J.Salusu, 2004:431). Masalah yang sering timbul adalah jangka waktu pelaksanaan. Jangka waktu pelaksanaan ternyata jauh lebih lama dari yang direncanakan karena timbulnya banyak masalah baru yang tidak diprediksi sebelumnya. Sementara itu koordinasi tidak berjalan efektif, pengarahan dari unit kerja yang kurang tepat sehingga eselon bawah belum begitu paham dengan strategi yang digunakan. Masalah lain yang juga sering dihadapi adalah

commit to user

kualitas kepemimpinan yang kurang memadai dan kurangnya pengarahan dan informasi yang bisa diterima eselon bawahan yang menyebabkan intrpretasi yang diterima karyawan berbeda dari yang sebenarnya. Selain itu, kurangnya informasi mengenai faktor yang berkaitan dengan strategi sehingga produk atau pelayanan yang dihasilkan tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

5) Pelestarian Pasar Tradisional a. Pasar

Definisi Pasar menurut Mankiw (2000:82) adalah : “sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu.

Para pembeli dari sebuah kelompok yang menentukan permintaan terhadap produk, dan para penjual sebagai kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk.”

Sedangkan Bilas (1993 : 5 ) menyebutkan bahwa : “ pasar adalah tepat bertemunya sekelompok penjual dan pembeli untuk

menjual atau membeli sumber daya, barang dan jasa.” Pada waktu yang silam pasar diartikan menurut lokasi geografis ( Geographic location ), tetapi pada waktu sekarang ini pasar tidak mempunyai batas – batas Geografis, karena komunikasi Modern memungkinkan pembeli dan penjual “bertemu” tanpa pernah melihat wajah yang satu dengan yang lain.” (Bilas 1993:5)

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Sadono Sukirno (1996 :24 ) yang mendefinisikan pasar sebagai : “Suatu institusi, yang pada umumnya tidak berwujud secara fisik, yang

mempertemukan penjual dan pembeli sesuatu barang. Melalui interaksi diantara penjual dan pembeli pasar akan menentukan tingkat harga sesuatu barang dan sejumlah barang yang diperjualbelikan.”(Sukino, 1996:24)

commit to user