PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GEOMETRI DI MTs „AISYIYAH PALEMBANG
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
GEOMETRI DI MTs „AISYIYAH PALEMBANG SKRIPSI SARJANA S1
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
DALIMA NIM. 08221002
Program Studi Tadris Matematika FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2013
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto : Untuk mengerjar impian dan cita-cita dalam kehidupan bukan hanya dipikirkan melainkan harus dilaksanakan.
Akhir dari suatu perkataan “Sulit” bukanlah kesimpulan permasalahan, tetapi merupakan lembaran awal dari suatu keberhasilan, karena sesungguhnya dibalik kesulitan itu ada kemudahan.
Kupersembahkan skripsi ini kepada : Ayahanda (Muhamad Ali ) dan Ibunda (Darma) tercinta yang
senantiasa mendoa’kanku, serta berkorban membanting tulang tiada henti demi keberhasilanku. Dan mertuaku Ayahanda(Samsul Hani) dan Ibu nda(Suripa,Ama.Pd). Terimakasih atas cinta dan kasih sayang kalian kepadaku.
kakakku samroni, yunili , peki jaya,SE yeni astuti SE ,ana Diana Firhedi, Adikku dewi sopia, Alfiin.M,AM.d Agustina, Dika M.Nur Anisa Lia Dan Keponakanku (suburman, Siti Anisa, rahman jaya,Marsela B.S) Terima kasih atas doa dan motivasi kalian semua kepadaku selama ini
Saudara kembarku (muhamad kadapi Dan Istrinya Hiburmah) saya ucapkan terima kasih atas pengorbananmu selama ini yang tak henti-hentinya berjuang demi keberhasilanku.
Bapak Dr Amir Rusdi, M.Pd dan Bapak Muhammad Isnaini yang telah banyak membimbing, mengarahkanku dalam
penyelesaian studi (skripsi ini). Suamiku Tercinta(Farlin januarsya, S.Pd) Sahabat-sahabat terbaikku (Matematika 2008) Almamaterku Yang aku banggakan.
ABSTRACT
This research aims to determine learning outcome and student activity
process by using theVanHieleLearningModelinmathematicsespecially ingeometry. In this study theoverallactivities ofthe studentsduringthe application ofthe vanHielelearningModel is got 84.95whichis categorized as veryAvtive. The results from this study showed that the average of students achievement in the experimental group is higher than in the control group which is 76 and 66,6. the hypothesis test showed
that there is a significant difference to learning outcome of 9 th gra de students in Geometry at MTs ҅Aisyiyah palembang by using
the application of the van hiele learning model too. This can be seen in the result of t-test that showed t test = 7,42 > t table = 1,70 with α= 0,05.
Keywords: VanHiele, Learning
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan mengunakanModel Pembelajaran Van Hiele pada pelajaran matematika khususnya pada Materi Geometri. Dalam hal ini secara keseluruhan aktivitas siswa selama penerapan model pembelajaran van hiele sebesar 84,95 yang dikategorikan sangat active. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen yaitu 76 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa Pada kelompok kontrol yaitu 66,6 Sehingga hasil uji hipotesis menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar Geometri siswa di M Ts‟ Aisyiysh Palembang kelas IX dengan menggunakan penerapan Model Pembelajaran Van Hiele. Hal ini dapat dilihat pada hasil uji t yang menunjukkant hitung >t tabel = 7,42 > 1,70 dengan α = 0,05.
Kata Kunci: Van HieleHasil Belajar
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb. Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Penerapan
Model Pembelajaran Van Hiele terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Geometri di MTs ҅ Aisyiyah Palembang”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada pendidikan Matetmatika Palembang. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Aflatun Muchtar, MA Selaku Rektor IAIN Raden Fatah Palembang.
2. Bapak Dr. Kasinyo Harto, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang.
3. Ibu Agustiany Dumeva Putri, M.Si. selaku Ketua jurusan Pendidikan Matematika IAIN Raden Fatah Palembang.
4. Bapak, Ibu dan Seluruh Staf jurusan pendidikan Matematika IAIN Raden Fatah Palembang.
5. Bapak Dr. Amir Rusdi, M.Pd. selaku Pembimbing I skripsi.
6. Bapak Muhammad Isnaini, selaku Pembimbing II skripsi.
7. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan Fakultas tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang.
8. Bapak Suwito, S.Pd. selaku Kepala Sekolah MTs ҅Aisyiyah Palembang.
9. Ibu Lestari Andinin Utami, S.Pd selaku Guru Bidang Studi Matematika MTs Aisyiyah Palembang.
10. Ayahanda (Muhamad Ali) Ibunda (Darma) dan Ayahanda (Samsul Hani) Ibunda (Suripa,Ama.Pd) tercinta yang sel alu mendo‟akan dan tak pernah lelah membanting tulang demi keberhasilanku.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga amal baik dari semua pihak akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin.
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.
Palembang, 08 Juli2013 Penulis,
Dalima NIM. 08221002
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kegiatan Siswa Kelas saat mengerjakan Tes Awal .........................74 Gambar 2. Proses Pembelajaran Menggunakan Model Van Hiele .....................74 Gambar 3. Kegiatan Siswa Saat Mengamati LKS ..............................................75 Gambar 4. Kegiatan Siswa Saat Mengajukan pertanyaan ..................................75 Gambar 5. Kegiatan Siswa Saat Menjawab soal kedepan ..................................76 Gambar 6. Kegiatan Siswa saat diskusi kelompok .............................................76 Gambar 7. Kegiatan Siswa Saat Mengerjan soal ke Papan Tulis .......................77 Gambar 8. Kegiatan siswa saatpersentasi hasil diskusi ......................................77 Gambar 9. Kegiatan Siswa Kelas IX Saat Mengerjakan Tes Akhir ...................78
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya orang berpendapat pelajaran matematika merupakan pelajaran yang cukup berat dan sulit. Oleh sebab itu guru-guru metematika perlu memahami dan mengembangkan berbagai metode dan keterampilan da lam mengajar matematika Tujuannya antara lain agar guru dapat menyusun program pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi kepada siswa- siswa agar mereka dapat belajar dengan giat. Selain itu, agar siswa merasa dan benar-benar ikut serta dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran secara klasikal yang telah dilakukan oleh guru di SMP selama ini dirasakan mengalami hambatan dalam mencapai ketuntasan belajar. Karena tidak sempat mendorong siswanya untuk kreatif dalam mengembangkan kemampuannya dalam setiap tatap muka. Guru hanya mentransfer rumus-rumus dan langkah-langkah penyelesaian soal yang disajikan guru, sehingga siswa terkesan pasif dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal geometri. Kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar geometri terjadi mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Kesulitan belajar ini menyebabkan pemahaman yang kurang sempurna terhadap konsep-konsep geometri yang pada akhirnya akan menghambat proses belajar geometri untuk mencapai tujuan pembelajan. Untuk membekali manusia dalam menjalankan tugasnya, Allah SWT telah membekali dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana dengan dalam firman-Nya didalam kitab suci Al-quran.
“ karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ” (Q.S. Alam Nasyrah: 5).
Berkaitan dengan masalah tersebut, pada pembelajaran matematika di MTs „Aisyiyah Palembang juga ditemukan masalah yaitu hasil belajar yang belum optimal terutama pada mata pelajaran matematika. Hal ini di dapat berdasarkan hasil observasi peneliti pada proses belajar mengajar yang berlangsung di MTs „Aisyiyah palembang yaitu pada saat kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan II (PPL II), terlihat bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih rendah yang disebabkan keterbatasan informasi yang mereka peroleh. Selain itu, siswa belum memahami makna atau arti dari suatu informasi. Hal ini disebabkan siswa tidak mengidentifikasi dan menuliskan informasi yang diperoleh, sehingga belum menunjukkan hasil belajar yang baik.
Untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan, maka perlu dicarikan model pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika. Untuk itu dapat dipilih alternatif yaitu dengan menggunakan model pembelajaran van hiele, Menurut Van Hiele ( dalam ismail, 1998). kenaikan dari tingkat yang satu ke tingkat berikutnya tergantung sedikit pada kedewasaan biologis atau perkembanganya, dan tergantung lebih banyak kepada akibat pembelajaranya. Guru memegang peran penting dan istimewa untuk memperlancar kemajuan, terutama untuk memberi bimbingan mengenai pengharapan. Van Hiele menuntut bahwa tingkatan yang lebih tinggi tidak langsung menurut pendapat guru, tetapi melalui pilihan-pilihan yang tepat. Anak-anak sendiri menentukan kapan saatnya untuk naik Untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan, maka perlu dicarikan model pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika. Untuk itu dapat dipilih alternatif yaitu dengan menggunakan model pembelajaran van hiele, Menurut Van Hiele ( dalam ismail, 1998). kenaikan dari tingkat yang satu ke tingkat berikutnya tergantung sedikit pada kedewasaan biologis atau perkembanganya, dan tergantung lebih banyak kepada akibat pembelajaranya. Guru memegang peran penting dan istimewa untuk memperlancar kemajuan, terutama untuk memberi bimbingan mengenai pengharapan. Van Hiele menuntut bahwa tingkatan yang lebih tinggi tidak langsung menurut pendapat guru, tetapi melalui pilihan-pilihan yang tepat. Anak-anak sendiri menentukan kapan saatnya untuk naik
Model pembelajaran yang dikemukakan oleh Van Hiele (1964), menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak didik dalam bidang geometri. Menurut Van Hiele, ada tiga (3) unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu: waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan. Jika ketiga hal tadi ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak didik pada tingkatan berfikir yang lebih tinggi. Van Hiele juga menyatakan bahwa terdapat lima tahap belajar anak didik dalam belajar geometri yaitu: tahap pengenalan, tahap analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi, dan tahap akurasi (Pitadjeng, 2005 : 41).
Maka dari itu peneliti mencoba menggunakan Model pembelajaran Van Hiele dengan tujuan agar siswa dapat belajar lebih aktif dalam pembelajaran matematika serta dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar matematika dan hasil belajarnya pun di harapkan dapat lebih meningkat.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut (Depdiknas 2006) diantaranya:
a. Menggunakan Penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
b. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
c. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Materi kesebangunan merupakan materi yang sulit dipahami siswa karena berdasarkan dari observasi peneliti di MTs „Aisyiyah Palembang, siswa belum mampu mengetahui syarat segitiga-segitiga yang sebangun, pengertian segitiga yang kongruen, sifat-sifat dua segitiga yang sebangun, dan syarat dua segitiga yang kongruen. Hal tersebut mengakibatkan siswa kurang menanggapi materi yang di sampaikan guru, sehingga pada saat guru menyampaikan materi kesebangunan siswa merasa tidak aktif untuk belajar dan akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan hal di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul ‘‘ Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Geometri di
MTs „Aisyiyah Palembang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya apakah ada Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Geometri di MTs „Aisyiyah Palembang.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Geometri di MTs „Aisyiyah Palembang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:
a. Siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika khususnya pada Materi Geometri dengan menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele.
b. Guru, sebagai bahan tambahan Ilmu pengetahuan tentang pembelajaran Model Van Hiele dan penerapanya dalam kelas sebagai upaya peningkatan Hasil Belajar siswa khususnya pada Materi Geometri.
c. Peneliti, dapat menambah wawasan baru bagi peneliti yang akan digunakan pada jenjang pendidikan untuk selanjutnya serta pendewasaan diri bagi calon-calon guru.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Belajar di anggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental ini terjadi akibat karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang di sadari (Sanjaya, 2006:10).
Menurut Slameto (2003:2) yang di maksud dengan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan untyuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan interaksi dan lingkungannya. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, melihat, dan lain sebagainya (Sardiman, 2003:20). Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan (Daryanto 2010:2).
Jadi, belajar adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru dan menyebabkan perubahan tingkah laku.
B. Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik atau siswa di sekolah. Sedangkan menurut Hamalik (2005:57) Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik atau siswa di sekolah. Sedangkan menurut Hamalik (2005:57)
C. Pembelajaran Geometri
Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika menengah, karena banyaknya konsep-konsep yang termuat di dalamnya. Dari sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abstrak dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran dan pemetaan. Sedangkan dari sudut pandang matematik, geometri menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya gambar- gambar, diagram, sistem koordinat, vektor, dan transformasi. Geometri juga merupakan lingkungan untuk mempelajari struktur matematika. Geometri (Kesebangunan):
1. Dua bangun datar yang sebangun
Kedua bangun di atas, ABCD dan KLMN adalah dua bangun yang sebangun, karena memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a) Pasangan sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang sama, yaitu:
Pasangan sisi AD dan KN = Pasangan sisi AB dan KL =
Pasangan sisi BC dan LM =
Pasangan sisi CD dan MN =
Jadi,
b) Besar sudut yang bersesuaian sama, yaitu: :
2. Dua segi tiga yang sebangun
Segitiga ABC dan PQR adalah sebangun, karena memiliki sifat :
a) Perbandingan sisi yang sama besar bersesuaian sama besar, yaitu :
AC bersesuaian dengan PR =
AB bersesuaian dengan PQ =
BC bersesuaian dengan QR = Jadi, BC bersesuaian dengan QR = Jadi,
Perhatikan segitiga berikut ! ABC dan ADE sebangun, maka :
Pada segitiga siku-siku dapat dibuat garis tinggi ke sisi miring, maka diperoleh rumus :
2 2 AB 2 = BD x BC , AC = CD x CB , AD = BD x CD
3. Kongruenan Bangun Datar
a) Dua bangun datar yang kongruen, Perhatikan dua bangun datar berikut !
KL = PQ, LM = QR, MN = RS, NK = SP KLMN dan PQRS kongruen. Dua bangun dikatakan kongruen jika kedua bangun tersebut memiliki bentuk dan ukuran yang sama.
b) Dua segitiga yang kongruen
Secara geometris dua segitiga kongruen adalah dua segitiga yang saling menutupi dengan tepat. Sifat dua segitiga kongruen :
a. Pasangan sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang.
b. Sudut yang bersesuaian sama besar.
4. Sifat-Sifat Dua Segitiga yang Kongruen
Untuk dapat memahami sifat-sifat dua segitiga yang kongruen, perhatikan Gambar diatas ini. Karena segitiga-segitiga yang kongruen mempunyai bentuk dan ukuran yang sama maka masing-masing segitiga jika diimpitkan akan tepat saling menutupi satu sama lain. Gambar di atas juga menunju kkan ∆, PQT dan ∆ QRS kongruen. Perhatikan panjang sisi- sisinya. Tampak bahwa PQ = QR, QT = RS. dan QS = PT sehingga sisi- sisi yang bersesuaian dari kedua segitiga sama panjang. Selanjutnya, perhatikan besar sudut- sudutnya. Tampak bahwa ﮮ TPQ = ﮮ SQR, ﮮ PQ T = ﮮ QRS , dan ﮮ PTQ = ﮮ QSR sehingga sudut-sudut yang bersesuaian dari kedua segitiga tersebut sama besar. Dari uraian di atas. Dapat disimpulkan sebagai berikut. Dua buah segitiga dikatakan kongruen jika dan hanya jika memenuhi sifat-sifat berikut.
1. Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang.
2. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.
5. Syarat Dua Segitiga Kongruen Dua segitiga dikatakan kongruen jika dipenuhi salah satu dari tiga syarat berikut.
a. Ketiga Pasang Sisi yang Bersesuaian Sama Panjang (Sisi, Sisi, Sisi) Dua segitiga di bawah i ni, yaitu ∆ ABC dan ∆ DEF mempunyai panjang sisi-sisi yang sama.
Perbandingan yang senilai untuk sisi-sisi yang bersesuaian menunjukkan bahwa kedua segitiga tersebut sebangun. Karena sebangun maka sudut-sudut bersesuaian juga sama besar, yaitu ﮮ A= ﮮ D, ﮮ B= ﮮ E,dan ﮮ C= ﮮ F. Karena sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang dan sudut-sudut yang bersesuaian sama besar maka ∆ ABC dan ∆ DEF kongruen.
b. Dua Sisi.yang Bersesuaian Sama Panjang dan Sudut yang Dibentuk oleh Sisi-Sisi itu Samar Besar (Sisi, Sudut, Sisi)
Pada gambar di atas, diketahui bahwa AB = DE, AC = DF, dan ﮮ CAB = ﮮ EDF. Apakah ∆ ABC dan ∆ DEF kongruen? Jika dua segitiga tersebut diimpitkan maka akan tepat berimpit sehingga diperoleh :
Hal ini berarti ∆ ABC dan ∆ DEF sebangun sehingga diperoleh Aﮮ = ,Dﮮ isis aneraK Eﮮ = Cﮮ nad ,E ﮮ = Bﮮ-sisi yang bersesuaian sama panjang,
maka ∆ ABC dan ∆ DEF kongruen.
a. Dua Sudut yang Bersesuaian Sama Besar dan Sisi yang Menghubungkan Kedua Sudut itu Sama Panjang (Sudut, Sisi. Sudut)
Pada gambar di atas, ∆ ABC dan ∆ DEF mempunyai sepasang sisi bersesuai an yang sama panjang dan dua sudut bersesuaian yang sama besar, yaitu AB
= DE, ﮮ A = ﮮ D. Dan ﮮB = ﮮE. Karena ﮮA = ﮮD dan ﮮB =ﮮE maka isis akam nugnabes aneraK .nugnabes FED ∆ nad CBA ∆ .idaJ .Fﮮ = Cﮮ- = DE, ﮮ A = ﮮ D. Dan ﮮB = ﮮE. Karena ﮮA = ﮮD dan ﮮB =ﮮE maka isis akam nugnabes aneraK .nugnabes FED ∆ nad CBA ∆ .idaJ .Fﮮ = Cﮮ-
6. Pengertian Segitiga yang Kongruen
Pengubinan pada lantai yang telah kita kenal dapat digunakan untuk memahami pengertian kongruen. Pola pengubinan yang kita gunakan adalah pengubinan bangun segitiga. Perhatikan Gambar disamping Jika dilakukan pergeseran atau pemutaran terhadap salah satu ubin maka segitiga tersebut akan menempati ubin yang lain dengan tepat. Keadaan tersebut menunjukan bahwa ubin yang satu dengan ubin lain mempunyai bentuk sama (sebangun) dan mempunyai ukuran yang sama. Segitiga-segitiga yang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama disebut segitiga-segitiga yang kongruen (sama dan sebangun).
7. Menyelesaikan Soal Cerita yang Berkaitan dengan Kesebangunan
Konsep dan sifat-sifat kesebangunan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah atau soal cerita yang berkaitan dengan kesebangunan. Untuk menyelesaikan soal cerita dapat dibantu dengan Konsep dan sifat-sifat kesebangunan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah atau soal cerita yang berkaitan dengan kesebangunan. Untuk menyelesaikan soal cerita dapat dibantu dengan
D. Aktivitas Siswa
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa di paksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dipaksakan kepada orang lain. Menurut ( Sadirman, 2005: 97) bahwa dalam kegiatan belajar, siswa harus aktif berbuat dengan kata lain bahwa belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa adanya aktivitas proses belajar mengajar tidak mungkin berlangsung dengan baik Menurut (Oemar hamalik,2001:172).
E. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar.
Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperolah suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hasil belajar mempunyai hubungan yang erat dengan belajar itu sendiri. Untuk mengetahui sampai mana perubahan yang terjadi pada diri sendiri baik itu perubahan tingkah laku dan kecakapan dapat dilihat dari hasil belajarnya.
Pendapat lain dikemukakan Sudjana (1997: 10) yaitu hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sementara itu Sudjana membagi tiga macam hasil belajar yaitu :
1. Keterampilan dan kebiasaan
2. Pengetahuan dan pengertian
3. Sikap dan cita-cita Selanjutnya mengenai bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum, bahan tersebut dapat diajarkan menurut jenis hasil belajar yang ingin dicapai.
Untuk mencapai hasil belajar yang diuraikan diatas maka seorang guru harus memiliki potensi untuk menguji pemahaman siswa. Evaluasi Untuk mencapai hasil belajar yang diuraikan diatas maka seorang guru harus memiliki potensi untuk menguji pemahaman siswa. Evaluasi
F. Model Pembelajaran
Usaha-usaha guru dalam pembelajaran siswa merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan proses belajar mengajar. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat utama. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Model-model pembelajaran biasanya digunakan oleh guru untuk memberikan dorongan bagi siswa agar lebih fokus terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut. Hal ini dilakukan oleh seorang guru, karena dalam proses belajar mengajar, proses pengajaran dari seorang guru sangat menentukan keberhasilan dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk itulah guru harus memilih model pembelajaran yang tepat di sesuiakan dengan pokok bahasan yang akan di sampaikan.
Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
G. Model Pembelajaran Van Hiele
Van Hiele adalah seorang pengajar matematika Belanda yang telah mengadakan penelitian di lapangan, melalui observasi dan tanya jawab, kemudian hasil penelitiannya ditulis dalam disertasinya pada tahun 1954. Penelitian yang dilakukan Van Hiele melahirkan beberapa kesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Van Hiele (dalam Ismail, 1998) menyatakan bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri yaitu: Tahap pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan keakuratan.
Pembelajaran geometri menurut van hiele ada tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu, materi pengajaran, dan metode pangajaran yang diterapkan. Jika ketiga unsur utama tersebut dilalui secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa kepada tahapan yang lebih tinngi.
Van Hiele berpendapat bahwa perkembangan tahap berpikir siswa dalam belajar geometri lebih didominasi oleh pengaruh pembelajaran dibanding kematangan biologis. Hal ini berarti untuk meningkatkan perkembangan tahap berpikir siswa dalam belajar geometri tergantung kemampuan guru dalam merancang pembelajaran.
Menurut Van Hiele (dalam Pitadjeng, 2005:41-44) menyatakan terdapat lima tahap dalam pembelajaran geometri, yaitu :
1. Tahap Pengenalan
Dalam tahap ini, siswa mulai belajar mengenal suatu bangun geometri secara keseluruhan, tetapi ia belum mampu mengetahui adanya Dalam tahap ini, siswa mulai belajar mengenal suatu bangun geometri secara keseluruhan, tetapi ia belum mampu mengetahui adanya
2. Tahap Analisis
Pada tahap ini, siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki bangun geometri yang diamati. Ia sudah mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat pada bangun geometri tersebut. misalnya disaat siswa mengamati bangun datar siswa telah mengetahui kekongruenan dari bangun datar tersebut. Namun, dalam tahap ini siswa belum mampu mengetahui hubungan antara konsep-konsepnya.
3. Tahap Pengurutan
Pada tahap ini siswa sudah mengenal dan memahami sifat-sifat suatu bangun geometri serta sudah dapat mengurutkan bangun-bangun geometri yang satu sama lainnya saling berhubungan. Misalnya, siswa telah mengenal bahwa kesebangunan dengan mengidentifikasi kekongruenan, tetapi mungkin ia belum mampu menjelaskannya.
4. Tahap Deduksi
Pada tahap ini, siswa telah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan yang bersifat umum menuju ke hal-hal yang bersifat khusus. Siswa sudah mulai memahami perlunya membuat kesimpulan secara deduktif.
5. Tahap Akurasi
Pada tahap ini siswa sudah mulai menyadari pentingnya aturan prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian.
H. Kajian Penelitian Yang Relevan
Putri prahesti (2009), pengembangan media pengajaran perangkat lunak dalam pembelajaran geometri yang berorientasi teori van hiele di kelas
VII SMP N 18 Palembang. berdasarkan hasil validasi penelitian dapat disimpulkan bahwa: Media pembelajaran yang dihasilkan memenuhi kategori valid. berdasarkan hasil analisis observasi dapat dipresentasikan banyaknya siswa yang termaksud kategori praktis adalah 45%, maka media pembelajaran yang dihasilkan tidak memenuhi kategori cukup. Berdasarkan hasil tes di dapat rata-rata nilai siswa adalah 61,2 yang termaksud dalam kategori cukup dan persentasi kentuntasan 52,5% sehingga dapat di implementasikan bahwa media pembelajaran tidak memenuhi kreteria efektif.
Desiana (2009), Efektifitas Model Pembelajaran Van Hiele pada pokok bahasan geometri di kelas VII SMP N 9 Palembang. Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pokok bahasan Simetri setelah menggunakan model van hiele di kelas VII di peroleh rata-rata hasil belajar siswa 7,19. Hal ini berarti hasil belajar pokok bahasan Simetri cukup berhasil. Tetapi jika dilihat dari ketuntasanya masih kurang karena belum tuntas secara klasikal. Hasil angket siswa menunjukan 96,3% siswa yang merespon positif terhadap model Van Hiele. Hal ini berarti siswa setuju dengan model pembeljaran model Van Hiele. Karena pembeljaran ini tidak mencapai ketuntasan secara klasikal tetapi hasil angket menunjukan respon positif, maka model pembelajaran ini dapat dikatakan cukup aktif.
Perbedaan penelitian dari kajian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang adalah:
1. Putri prahesti (2009), pengembangan media pengajaran perangkat lunak dalam pembelajaran geometri yang berorientasi teori van hiele di kelas VII SMP N 18 Palembang.
2. Desiana (2009), Efektifitas Model Pembelajaran Van Hiele pada pokok bahasan geometri di kelas VII SMP N 9 Palembang.
3. Dalima (2013 ), Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Geometri di MTs ҅ Aisyiyah Palembang.
Dari Ketiga penelitian di atas terdapat perbedaan seperti di bawah ini: Penelitian prahesti: Pengembangan media pembelajaran perangkat lunak dalam pembelajaran Geometri khususnya Teori Van Hiele, disini peneliti melihat hasil belajar dan observasi selanjutnya kelas yang diteliti adalah kelas VII SMP 19 Palembang. Penelitian Desiana: Epektifitas Model pembelajaran Van Hiel Pda pokok bahasan Geometri dengan bahasan Simetri, dari penelitian desiana melihat hasil belajar, dan angket, kemudian kelas yang diteliti adalah kelas VII SMP N 9 palembang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang adalah Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele terhadap hasil belajar siswa pada Materi Geometri pokok bahasan Kesebangunan , peneliti melihat Aktivitas siswa dan hasil belajar siswa, dan kelas yang diteliti adalah kelas IX MTs ҅Aisyiyah Palembang.
I. Hipotesis Penelitian
Analisis data tersebut untuk menguji hipotesis sebagai berikut:
H o : Tidak ada Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Geometri di MTs
„Aisyiyah Palembang.
H a : ada Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele terhadap Hasil Belajar Siswa p ada Materi Geometri di MTs „Aisyiyah Palembang.
Untuk pengujian hipotesis pada penelitian ini digunakan statistik uji-t. Dalam penelitian ini mengunakan taraf signifikan 0 , 05 yang
perhitungannya mengunkakan statistik. Kreteria pengujian hipotesis ini dengan taraf signifikan 5% sebagai berikut:
Terima H o jika t hitung <t tabel( = 0,05) atau H a ditolak.
Terima H a jika t hitung >t tabel( = 0,05) atau H o ditolak.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan tempat penelitian
1. Waktu penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 Agustus sampai dengan 12 september 2012 Kurang lebih 1 bulan, dengan jumlah 4 kali pertemuan.
2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan d i MTs ҅ Aisyiyah Palembang di jln. Jendral Sudirman komplek keguruan muhamadiyah balayudha palembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran van hiele terhadap hasil belajar siswa pada materi Geometri di MTs ҅Aisyiyah palembang. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh kelas
IX MTs ҅Aisyiyah palembang yang berjumlah 32 orang siswa. materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Geometri” dengan sub bahasan
kesebangunan khusus di bahas pada semester satu (ganjil).
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi- eksperimen ) jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan (natural setting) objek yang diteliti Berdasarkan tujuan metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research ), penelitian terapan (applied recearch ), dan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi- eksperimen ) jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan (natural setting) objek yang diteliti Berdasarkan tujuan metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research ), penelitian terapan (applied recearch ), dan penelitian
Berdasarkan uraian jenis penelitian di atas maka jenis penelitian ini adalah jenis penelitian quasi eksperimen (eksperimen semu), dengan metode penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
C. Rancangan Penelitian
Adapun rancangan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel.1 Randomized Control-Group Pretest-Postest Design
Postest Eksperimen
T 1 X T 2 Kontrol
T 1 T 2 (Sumber: Suryabrata, 2011:105)
Keterangan: T 1 : Pretest
X : Perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Van Hiele T 2 : Posttest
Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk menetapkan hukum kausal (sebab-akibat) (Emzir, 2010:63). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dengan menggunakan pembelajaran model van hiele dalam pembelajaran Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk menetapkan hukum kausal (sebab-akibat) (Emzir, 2010:63). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dengan menggunakan pembelajaran model van hiele dalam pembelajaran
D. Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
a) Variabel X: Model Pembelajaran Van Hiele.
b) Variabel Y: Hasil belajar siswa pada materi geometri.
E. Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:61)
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele pada Materi Geometri di MTs ҅Asyiyah Palembang.
2. Hasil Belajar Siswa Batasan masalah berdasarkan hasil belajar pada penelitian ini dilihat dari 3 kompetensi siswa yaitu dari segi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotrik.
a) Ranah Kognitif Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ranah yang mencakup kegiatan mental dan kemampuan dalam ranah kognitif ini terdapat enam jenjang proses berpikir diantaranya, (1) pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan (application),
(4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis), dan (6) penilaian (evaluation). Dari keenam jenjang diatas peneliti hanya mengambil tiga jenjang yaitu, (1) pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan (application), siswa dalam pembelajaran dengan model pembleeljaran Van Hiele.
b) Ranah Afektif Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ranah yang berkaitan dengan sikap, didalam ranah afektif ini terdapat lima jenjang diantaranya, (1) menerima atau memperhatikan (receiving) , (2) menanggapi (responding) ,
mengatur atau mengorganisasikan (organization), (5) karakteristik suatu nilai atau kelompok (characterization by a value or value complex). Dari kelima jenjang diatas peneliti hanya mengambil tiga jenjang yaitu, (1) menerima atau memperhatikan (receiving), (2) menanggapi (responding), (3) menghargai (valuing), siswa dalam pembelajaran dengan model Van Hiele.
(3) menghargai
(valuing) (4)
c) Ranah Psikomotrik Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan keterampilan (Skill) atau bertindak seperti menggambar dan gerak-gerik antusias siswa saat pembelajaran dengan model van hiele. Hasil belajar siswa dilihat dari kemampuan siswa menyelesaikan soal yang masing- masing 8 soal pretest dan 8 soal postest sub bahasan Geometri.
F. Populasi dan Sampel penelitian
1. Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (2006:130). populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dan menurut Sugiyono (2008:560). populasi adalah sebagaian wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Arikunto (2010:173). populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jadi yang dimaksud dengan populasi adalah semua individu yang akan menjadi subjek penelitian baik manusia dan semua gejala yang ada hubungannya dengan penelitian ini
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX MTs „Aisyiyah Palembang tahun ajaran 2011/2012 berjumlah 32 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sasaran penelitian. Menurut Arikunto (2010:174). sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel adalah sebagai bagian dari populasi (Margono, 2009:121). Dalam pengambilan sampel apabila subjeknya kurang dari 100 sebaiknya menggunakan penelitian populasi akan tetapi jika subjeknya besar dapat diambil kesimpulan sampel 10% – 15% atau 20% – 25% (Arikunto, 2006:134). Sampel dalam penelitian ini diambil seluruh dari jumlah populasi, yaitu sebanyak 32 siswa.
Untuk lebih jelasnya, sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
2 sebagai berikut.
Tabel.2 Sampel Penelitian
G. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kenakan T 1, yaitu pretest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi Geometri.
2. Memberikan treatment kepada kelompok eksperimen, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Van Hiele.
3. memberikan T 2, yaitu posttest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah diterapkan model pembelajaran Van Hiele. Selain itu, pemberian posttest ini juga untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Van Hiele maupun yang tidak menggunakan model pembelajaran Van Hiele.
4. membandingkan T 1 dan T 2 untuk menentukan perbedaan yang timbul.
5. Menggunakan test uji-t untuk membuktikan apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran Van Hiele terhadap Hasil belajar siswa pada materi geometri.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Obeservasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Arikunto, 2010 :265). Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran aktivitas siswa selama diterapkannya model pembelajaran Van Hiele pada materi geometri di MTs ҅ Aisyiyah.
Selama kegiatan berlangsung dilakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri dari tiga indikator dan setiap indikator terdiri dari tiga deskriptor. Dalam setiap observasi, pengamat (observer) memberi tanda ceklist (√) pada deskriptor yang tampak pada lembar observasi yang tersedia.
Adapun indikator penelitian kegiatan observasi adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas visual :
1) Membaca buku Sumber belajar/ LKS
2) Mengamati penjelasan dari Guru
3) Mengamati kesebangunan
b. Aktivitas Lisan:
1) Mengajukan pertanyaan
2) Menjawab pertanyaan
3) Diskusi
c. Aktivitas menggambar:
1) Menggambar atau menarik suatu garis
2) Menggambar bangun datar yang sebangung.
3) Menggambar segitiga yang kongruen. Dari ketiga aktivitas siswa di atas ada hubungan dalam proses penerapan model pembelajaran Van Hiele dan ranah dalam penilaian aktivitas siswa ini di lihat dari ranah afektif dan psikomotorik. Untuk menilai aktivitas siswa tersebut, peneliti dibantu oleh seorang kolaborator, yaitu guru kelas IX Lestari Andini Utami, S.Pd dan Leti Apri Yanti,
Adapun format penilaian aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan model Van Hiele dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut.
Tabel.3 Lembar Observasi
Aktivitas Menggambar mpo Membac Nama
k Aktivitas Visual
Aktivitas Lisan
e lo
a Buku
Menanggambar Mengagambar Menggambar
Sumber
atau menarik yang kongruen kongrrien. LKS
bangundatar bangun datar segitiga yang
Belajar/
dari guru
an
suatu garis
2. Tes
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data hasil tes. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa adalah sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran Van hiele. Hasil tes didapat dari tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest), di mana instrumen Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data hasil tes. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa adalah sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran Van hiele. Hasil tes didapat dari tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest), di mana instrumen
a) Mudah dalam pembuatan soal.
b) Guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.
c) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi.
Tes dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang bertujuan untuk melihat sejauh mana pemahaman dan penguasaan siswa sebelum tes akhir diadakan, siswa diajar selama tiga kali pertemuan dan setiap selesai mengajar diadakan tes. Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan penerapan Model pembelajaran Van Hiele pada materi geometri. Pada pertemuan keempat siswa diberi tes yaitu berupa essay yang berjumlah 8 soal yang mencakup pokok bahasan geometri yaitu kesebangunan.
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Observasi
Data yang didapat melalui lembar observasi dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu dengan cara menghitung frekuensi dari indikator/deskriptor yang nampak dan kemudian dideskripsikan indikator/deskriptor yang dominan atau yang sedikit nampak. Data dari hasil observasi pada setiap pertemuan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menghitung rata-rata frekuensi deskriptor dari masing-masing indikator kemudian dipersentasikan dengan rumus :
R S x 100 (Purwanto, 2010:112). N
Keterangan: S
: Nilai yang diharapkan (dicari) R
: Jumlah skor yang diperoleh siswa N
: Skor maksimum
Tabel.4 Kategori Aktivitas Siswa
Rentang Nilai
Kategori
84,01 – 100,00 Sangat Aktif 70,01 – 84,00
Aktif 55,01 – 70,00
Cukup aktif 40,01 – 55,00
Kurang aktif 0,00 – 40,00
Tidak Aktif (Dimodifikasi dari Purwanto, 2010:103 ).
2. Teknik Analisis Data Tes
Untuk menghitung nilai hasil belajar, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
(Dimodifikasi dari Arikunto, 2007:245). Keterangan:
N : nilai yang diperoleh siswa Selanjutnya, hasil belajar tersebut konversikan ke dalam tabel katagori hasil belajar di bawah ini.
Tabel.5 Katagori Hasil Belajar
Rentang Nilai Kategori
80 – 100 Baik sekali
0 – 19 Kurang sekali (Dimodifikasi dari Purwanto, 2010:103 ).
Setelah diperoleh hasil belajar siswa, selanjutnya peneliti melakukan uji normalitas data, uji homogenitas data, dan uji hipotesis. Adapun penjabaran dari ketiganya adalah sebagai berikut.
a) Uji Normalitas Data
Berfungsi untuk mengetahui normal tidaknya penyebaran data atau sebagai bahan pertimbangan yang akan digunakan untuk menguji kenormalitasan data. Uji normalitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis normal atau tidak, karena uji statistik parametris t atau uji-t baru dapat digunakan jika data terdistribusi secara normal.
Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah:
1) R = x maks – x min
Keterangan : R
: range (daerah jangkauan data) x maks : data terbesar
x min : data terkecil
2) K = 1 + 3,3 log n
Keterangan : K
: banyaknya kelas N
: banyaknya data (frekuensi) 3,3
: bilangan konstanta R
3) P = K Keterangan :
P : panjang kelas (interval kelas) R
: range (daerah jangkauan data) K
: banyak kela (Sudjana, 2005: 45 –47).
4) Mencari Distribusi Frekuensi
Keterangan : x : rata-rata x i : tanda kelas interval
f i : frekuensi yang berhubungan dengan tanda kelas interval (Sudjana, 2005:67).
5) Mencari Modus
b 1 Mo = Bb + p
Keterangan : Mo : modus Bb : batas bawah kelas interval yang mengandung modus Keterangan : Mo : modus Bb : batas bawah kelas interval yang mengandung modus
b 2 : selisih frekuensi yang mengandung modus dengan frekuensi sesudahnya
p : panjang kelas interval (Sudjana 2005:77).
6) Mencari Simpangan Baku
Keterangan :
2 s : simpangan baku / standar deviasi n
: banyak data
f i : frekuensi sesuai dengan tanda kelas interval x i : tanda kelas interval (Sudjana, 2005: 95).
7) Menguji Kenormalan Data dengan Koefisien Kemiringan, yaitu: x Mo
SK = S
Keterangan : SK
: koefisien kemiringan Mo
: modus S
: simpangan baku x : rata-rata (Sudjana, 2005: 109).
b) Uji Homogenitas Data
Menurut Muhidin dan Abdurahman (2007:84), pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi Menurut Muhidin dan Abdurahman (2007:84), pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi
1) Mencari varians gabungan dengan menggunakan rumus:
2 db . S i
s gab =
db Keterangan :
s 2 gab : varians gabungan
db : n – 1 = jumlah derajat kebebasan tiap kelompok
: varians tiap kelompok data
2) Mencari nilai Bartlett dengan menggunakan rumus:
2 B : (Log s
gab ) db
3) Uji Bartlett menggunakan statistik Chi Kuadrat
i )] (Sudjana, 2005: 263). Dengan ln 10 = 2.3026 yang disebut dengan logaritma asli dari
2 2 : (ln 10) [B – (db.Log s
bilangan 10. Kriteria uji yang digunakan adalah apabila nilai hitung 2 > nilai tabel 2 maka H
0 yang menyatakan varians homogen ditolak, dalam hal lainnya diterima.
c) Uji Hipotesis
Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan Uji-t. Bila data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka statistik t digunakan adalah sebagai berikut :
(Sudjana,2005:239) Keterangan:
t : nilai kritis distribusi student x 1 : Nilai rata-rata siswa kelompok eksperimen x 2 : Nilai rata-rata siswa kelompok Kontrol s : simpangan baku
n 1 : jumlah sampel kelas eksperimen n 2 : jumlah sampel kontrol
dimana untuk mencari simpangan baku adalah sebagai berikut :
(Sudjana,2005:239)
I. Hipotesis Statistik
Adapun hipotesis Statistik dalam penelitian ini sebagai berikut:
H 0 :t hitung <t tabel
Tidak ada pengaruh yang signifikan Penerapan model pembelajaran van hiele terhadap hasil belajar siswa pada materi geometri di MTs
„Aisyiyah Palembang.
H a :t hitung >t tabel
Ada pengaruh yang signifikan Penerapan model pembelajaran van hiele terhadap hasil belajar siswa pada materi geometri di MTs „Aisyiyah Palembang
Kreteria pengujian : hipotesis Terima H 0 jika t hitung <t tabel dan tolak Ho jika t hitung > t tabel dimana t tabel didapat dari daftar distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = (n 1 +n 2 - 2) dengam taraf signifikan 5% .
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaaan penelitian
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele terhadap hasil belajar siswa pada Materi Geometri di MTs „Aisyiyah Palembang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada pengaruh penerapan model pembelajaran Van Hiele terhadap hasil belajar siswa pada materi geometri di MTs „Aisyiyah Palembang
Sebelum kegiatan penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu menentukan materi, menyusun rencana pembelajaran, menyusun lembar observasi/pengamatan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, serta menyusun lembar tes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Materi pokok adalah Geometri, sedangkan dalam penelitian ini hanya diambil sub materi Kesebangunan. Pembelajaran yang digunakan dalam kelompok eksperimen yaitu pembelajaran dengan Model Pembelajaran Van Hiele dan dalam kelompok kontrol digunakan pembelajaran konvensional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX MTs „Aisyiyah Palembang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 orang yang