Lp Hambatan Mobilitas Fisik

A. Definisi
Mobilisasi
a. Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi
seseorang (Ansari, 2011).
b. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan
bebas (Kosier, 1989 cit Ida 2009)
c. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi
diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit
khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan
perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi
gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah
sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Mubarak, 2008).
d. Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Aziz AA, 2006)
e. Mobililis/ mobilisatio adalah usahagerak/ memgerakakn (Brooker Christine, 2001)
f. Mobilitas fisik yaitu keadaan keika tseseorang mengalami atau bahkan beresiko
mengalami keterbatasan fisik dan bukan merupakan immobile (Doenges, M.E,
2000)
g. Mobilitas atau Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara

bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannya.
Imobilisasi
a. Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang
darimobilitas optimal (Ansari, 2011).
b. Imobilisasi adalah suatu keadaan dimana penderita harus istirahat di tempat
tidur,tidak bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau gangguan pada
alat/organ tubuh yang bersifat fisik atau mental. Dapat juga diartikan sebagai suatu

keadaan tidak bergerak / tirah baring yang terus – menerus selama 5 hari atau lebih
akibat perubahan fungsi fisiologis (Bimoariotejo, 2009).
c. Immobility (imobilisasi) adalah keadaan tidak bergerak/ tirah baring (bed rest)
selama 3 hari atau lebih (Adi, 2005). Suatu keadaan keterbatasan kemampuan
pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang (Pusva, 2009).
d. Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan
aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).
e. Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu
yangmengalami atau beresiko mengalami keterbatsan gerakan fisik. Individu yang

mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia,
individu dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari
atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik
(kehilangan fungsi motorik,klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda),
penggunaan alat eksternal (seperti gipsatau traksi), dan pembatasan gerakan
volunteer (Potter, 2005).
f. Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan tubuhnya
sendiri. Imobilisasi dikatakan sebagai faktor resiko utama pada munculnya luka
dekubitus baik di rumah sakit maupun di komunitas. Kondisi ini dapat
meningkatkan waktu penekanan pada jaringan kulit, menurunkan sirkulasi dan
selanjutnya mengakibatkan luka dekubitus. Imobilisasi disamping mempengaruhi
kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa organ tubuh. Misalnya pada
system kardiovaskuler,gangguan sirkulasi darah perifer, system respirasi,
menurunkan pergerakan paru untuk mengambil oksigen dari udara (ekspansi paru)
dan berakibat pada menurunnya asupan oksigen ke tubuh Lindgren et al, 2004)
B. Tujuan Mobilisasi
a.

Memenuhi kebutuhan dasar manusia


b.

Mencegah terjadinya trauma

c.

Mempertahankan tingkat kesehatan

d.

Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari

e.

Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

C. Batasan karakteristik
a. Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam lingkungan, termasuk
b.
c.

d.
e.

mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi.
Keengganan untuk melakukan pergerakan.
Keterbatasan rentang gerak.
Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot.
Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protocol-protokol mekanis dan

medis
f. Gangguan koordinasi
D. Jenis Mobilitas dan Imobilitas
a. Jenis Mobilitas :
1) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh
dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran
sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan
sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mam.pu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai

pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien
paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena
kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:
a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversibel pada system musculoskeletal, contohnya
adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
b) Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya
system saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke,

paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya
system saraf motorik dan sensorik.
b. Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1) Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

2) Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan

otot-ototnya

secara

aktif

misalnya

berbaring

pasien

menggerakkan kakinya.
3) Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas
yang diperlukan

c. Jenis Imobilitas :
1) Imobilisasi fisik,
merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan.
2) Imobilisasi intelektual,
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir.
3) Imobilitas emosional,
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional
karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
4) Imobilitas sosial,
merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan
interaksi sosial karena keadaan penyakitnya, sehingga dapat mempengaruhi
perannya dalam kehidupan sosial.
E. Etiologi
a. Penyebab
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidakseimbangan,

dan


masalah

psikologis.

Osteoartritis

merupakan

penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti
pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan
imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orangusia

lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit
(Setiati dan Roosheroe, 2007).
Penyebab secara umum:
a. Kelainan postur
b. Gangguan perkembangan otot
c. Kerusakan system saraf pusat
d. Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan otot

Kondisi-kondisi yang menyebabkan immobilisasi antara lain: (Restrick, 2005)
1) Fall
2) Fracture
3) Stroke
4) Postoperative bed rest
5) Dementia and Depression
6) Instability
7) Hipnotic medicine
8) Impairment of vision
9) Polipharmacy
10) Fear of fall
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi
1) Gaya hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas
seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat
misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang
pramugari atau seorang pemambuk.
2) Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi
mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi
secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya
nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus
istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang
berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
3) Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas
misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda
mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala
keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan
seorang wanita madura dan sebagainya.
4) Tingkat energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi
sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi
dengan seorang pelari.
5) Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan
seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan

berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
c. Faktor resiko
Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan imobilisasi
pada usia lanjut, seperti pada tabel berikut:
Gangguan
muskuloskeletal

Gangguan neurologis
Penyakit
kardiovaskular
Penyakit paru
Faktoe sensorik
Penyebab lingkungan

Artritis
Osteoporosis
Fraktur (terutama panggul dan femur)
Problem kaki (bunion, kalus)
Lain-lain (misalnya penyakit paget)
Stroke
parkinson Penyakit
Lain-lain (disfungsi serebelar, neuropati)
Gagal jantung kongensif (berat)
Penyakit jantung koroner (nyeri dada yang sering)
Penyakit vaskular perifer (kardkasio yang sering)
Penyakit paru obstruksi kronis (berat)
Gangguan penglihatan
Takut (instabilitas dan takut akan jatuh)
Imobilisasi yang dipaksakan (di rumah sakit atau
panti werdha)
Alat bantu mobilitas yang tidak adekuat

Nyeri akut atau kronik
Lain-lain

Dekondisi (setelah tirah baring lama metastasis luas
pada keganasan)
Malnutrisi
Penyakit sistemik berat (misalnya metastasis luas

pada keganasan)
Depresi
Efek samping obat

(misalnya

kekuatan

yang

disebabkan obat antipsikotik)
F. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,
skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan
tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja
sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada
kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi
isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada
pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan
kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian
energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan
kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan
isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau
penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian
dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan
otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus
otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan
gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang
bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh
dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal
adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek,
pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan,
melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam
pembentukan sel darah merah.

Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:
a. Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan
stabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi
vertebra.
b. Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan
menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago
terdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi,
kostosternal antara sternum dan iga.
c. Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang
disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan
dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh:
sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula) .
d. Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan
secara bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago
artikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi
putar seperti sendi pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang
pada jari.
e. Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel
mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago.
Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi
protektif. Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan ligamentum
flavum mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat punggung
bergerak.
f. Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang
menghubungkan otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis,
serta mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon
akhiles/kalkaneus.
g. Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai
vaskuler, terutama berada disendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga.

Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago permanen tidak
mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.
h. Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer
utama, berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.
i. Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh
tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh
secara berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi
untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada
penekanan pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor
tekanan, melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.
G. Tanda Dan Gejala
a. Dampak fisiologis dari imobilitas, antara lain:
EFEK
§ Penurunan
§
§
§
§
§

konsumsi

maksimum
Penurunan fungsi ventrikel kiri
Penurunan volume sekuncup
Perlambatan fungsi usus
Pengurangan miksi
Gangguan tidur

HASIL
oksigen Intoleransi ortostatik
Peningkatan denyut jantung, sinkop
Penurunan kapasitas kebugaran
Konstipasi
Penurunan evakuasi kandung kemih
Bermimpi pada siang hari, halusinasi

b. Efek Imobilisasi pada Berbagai Sistem Organ
ORGAN / SISTEM
Muskuloskeletal

PERUBAHAN

YANG

TERJADI

AKIBAT

IMOBILISASI
Osteoporosis, penurunan massa tulang, hilangnya kekuatan
otot, penurunan area potong lintang otot, kontraktor,
degenerasi rawan sendi, ankilosis, peningkatan tekanan

Kardiopulmonal

intraartikular, berkurangnya volume sendi
dan Peningkatan denyut nadi istirahat, penurunan perfusi

pembuluh darah

miokard, intoleran terhadap ortostatik, penurunan ambilan
oksigen maksimal (VO2 max), deconditioning jantung,
penurunan volume plasma, perubahan uji fungsi paru,
atelektasis paru, pneumonia, peningkatan stasis vena,

peningkatan agresi trombosit, dan hiperkoagulasi
Peningkatan risiko ulkus dekubitus dan laserasi kulit
dan Keseimbangan nitrogen negatif, hiperkalsiuria, natriuresis

Integumen
Metabolik
endokrin

dan deplesi natrium, resistensi insulin (intoleransi glukosa),
hiperlipidemia, serta penurunan absorpsi dan metabolisme
vitamin/mineral

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
1) Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat
tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan
pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
2) Mengkaji tulang belakang
a. Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
b. Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
c. Lordosis

(membebek,

kurvatura

tulang

belakang

bagian

pinggang

berlebihan)
3) Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya
benjolan, adanya kekakuan sendi.
4) Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masingmasing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi,
nyeri otot.
5) Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis
- stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara
berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
6) Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer

Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin
dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji
denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
7) Mengkaji fungsional klien
a. Kategori tingkat kemampuan aktivitas
TINGKAT
AKTIVITAS/ MOBILITAS
0
1
2

KATEGORI
Mampu merawat sendiri secara penuh
Memerlukan penggunaan alat
Memerlukan bantuan atau pengawasan orang

3

lain
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,

4

dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan

b. Rentang gerak (range of motion-ROM)
DERAJAT
GERAK SENDI
Bahu

RENTANG

NORMAL
Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari 180
posisi samping ke atas kepala, telapak
tangan menghadap ke posisi yang

Siku

paling jauh.
Fleksi: angkat lengan bawah ke arah 150

depan dan ke arah atas menuju bahu.
Pergelangan Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah 80-90
tangan

bagian dalam lengan bawah.

Ekstensi: luruskan pergelangan tangan 80-90
dari posisi fleksi
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 70-90
arah belakang sejauh mungkin
Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke 0-20
sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap ke atas.
Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke 30-50
arah

kelingking

telapak

tangan

menghadap ke atas.
Tangan dan Fleksi: buat kepalan tangan
90
Ekstensi:
luruskan
jari
90
jari
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 30
belakang sejauh mungkin
Abduksi: kembangkan jari tangan
20
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari 20
posisi abduksi
c. Derajat kekuatan otot
PERSENTASE
SKALA KEKUATAN NORMAL KARAKTERISTIK
(%)
0
10

Paralisis sempurna
Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat

25

di palpasi atau dilihat
Gerakan otot penuh melawan gravitasi

3
4

50
75

dengan topangan
Gerakan yang normal melawan gravitasi
Gerakan penuh yang normal melawan

5

100

gravitasi dan melawan tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh yang

0
1
2

normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh

d. KATZ INDEX
AKTIVITAS

KEMANDIRIAN
KETERGANTUNGAN
(1 poin)
(0 poin)
TIDAK ADA pemantauan, Dengan pemantauan,
perintah

MANDI

ataupun perintah,

didampingi
(1 poin)
Sanggup mandi

pendampingan

personal atau perawatan total
(0 poin)
sendiri Mandi dengan bantuan lebih

tanpa bantuan, atau hanya dari

satu

bagian

tuguh,

memerlukan bantuan pada masuk dan keluar kamar
bagian

tubuh

(punggung,
BERPAKAIAN

genital,

atau bantuan total

ekstermitas lumpuh)
(1 poin)
(0 poin)
Berpakaian
lengkap Membutuhkan
mandiri.

Bisa

membutuhkan
TOILETING

tertentu mandi. Dimandikan dengan

jadi dalam

bantuan

berpakaian,

bantuan dipakaikan

baju

atau
secara

unutk memakai sepatu
keseluruhan
(1 poin)
(0 poin)
Mampu ke kamar kecil Butuh bantuan menuju dan
(toilet), mengganti pakaian, keluar toilet, membersihkan
membersihkan genital tanpa sendiri atau menggunakan

PINDAH
POSISI

bantuan
telepon
(1 poin)
(0 poin)
Masuk dan bangun dari Butuh

bantuan

dalam

tempat tidur / kursi tanpa berpindah dari tempat tidur
bantuan.
berpindah

Alat
posisi

bantu ke kursi, atau dibantu total
bisa

diterima
KONTINENSIA (1 poin)
(0 poin)
Mampu mengontrol secara Sebagian
baik perkemihan dan buang inkontinensia
MAKAN

air besar
(1 poin)

bladder
(0 poin)

atau
bowel

total
dan

Mampu

memasukkan Membutuhkan

bantuan

makanan ke mulut tanpa sebagian atau total dalam
bantuan. Persiapan makan makan,

atau

memerlukan

bisa jadi dilakukan oleh makanan parenteral
orang lain.
Total Poin :
6 = Tinggi (Mandiri); 4 = Sedang;