PENATAAN REGULASI DALAM MENDUKUNG PEMBAN
PENATAAN REGULASI
DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL
Regulatory Refor to Support Naio al E o o i De elop e t
Arfan Faiz Muhlizi
Pusat A alisis da E aluasi Huku Nasio al Bada Pe i aa Huku Nasio al Jl. Mayje Sutoyo No. Cililita Jakarta E ail: arfa _f @yahoo. o
Naskah diteri a: 5 Agustus
7; re isi: 5 No e er
7; disetujui: 5 No e er
Abstrak
I do esia ya g seda g e a gu siste pereko o ia asio al e ghadapi ta ta ga persai ga glo al. Pada situasi i ilah aka ter ipta ya ikli ke udaha erusaha e jadi pe i g. Tulisa i i e ahas pe dekata teoriis ya g dapat digu aka u tuk elakuka pe ataa huku agar idak e gga ggu ke udaha erusaha dala pe a gu a eko o i asio al, serta la gkah-la gkah ya g dilakuka agar idak terjadi tu pa g i dih a tara peratura ya g satu
de ga peratura ya g lai . De ga e ggu aka pe dekata yuridis or aif disi pulka ah a pe a gu a eko o i asio al de ga pe dekata teori huku i tegraif perlu dilakuka agar ke ijaka ya g dikeluarka u tuk e udahka usaha dapat dii a gi de ga pe guata pera huku ya g uka sekedar se agai pe eri fasilitas ke udaha erusaha, tetapi juga e erika perli du ga agi persai ga usaha ya g idak sehat. Pe eri tah perlu elakuka la gkah e aluasi seluruh peratura peru da g-u da ga , pe guata pe e tuka peratura peru da g- u da ga , da pe uata data ase ya g teri tegrasi. E aluasi peratura peru da g-u da ga dilakuka e gi gat kualitas regulasi saat i i asih re dah de ga asih ada ya dishar o i a tar peratura peru da g-u da ga , aik ya g
ersifat erikal aupu horizo tal, serta idak se ua ya erdaya gu a da erhasil gu a. Pe guata pe e tuka peratura peru da g-u da ga harus a pu e go trol isu-isu pri ordial, sektaria , kepe i ga asi g, da ego sektoral. Pe uata data ase ya g teri tegrasi perlu dilakuka agar tersedia i for asi ya g akurat, e ge ai status peratura peru da g-u da ga , aik i gkat pusat aupu daerah da erupaka sara a pe duku g ya g sa gat ital
agi a alisis da e aluasi regulasi, har o isasi, serta si kro isasi peratura peru da g-u da ga . Kata Kunci: huku eko o i, teori huku i tegraif, Pa asila, ke udaha erusaha, pe ataa regulasi
Abstract
I do esia as de elopi g ou try is fa i g halle ges of glo al o peiio . I this situaio , reai g ease of doi g usi ess e o es i porta t. This paper dis usses hat theorei al approa h a e used to o du t regulatory refor so as ot to i terfere ith the ease of doi g usi ess i aio al e o o i de elop e t a d ho the steps are arried out i order to a oid o erlappi g regulaio s. Usi g or ai e juridi al approa h, it is o luded that the aio al e o o i de elop e t
a apply i tegrai e la theory so that the poli y issued to fa ilitate the usi ess a e ofset y stre ghte i g the role of la hi h is ot just gi e u fair usi ess fa iliies. Go er
e t eeds to e aluate la s a d regulaio s, also reate a i tegrated data ase. Stre gthe i g legislaio should e a le to o trol pri ordial, se taria , foreig , a d se toral ego issues. Creai g a data ase is i porta t to pro ide a urate i for aio a out the status of la s a d regulaio s, oth e tral a d regio al le els. Legislaio data ase rules are a ital support tool for regulatory a alysis a d har o izaio .
Keywords:
e o o i la , i tegrai e la theory, Pa asila, ease of doi g usi ess, regulatory refor
Penataan Regulasi dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Nasional (Arfan Faiz Muhlizi)
A. Pendahuluan
menerus berupaya untuk menaikkan peringkat kemudahan berusaha. Upaya i i perlu dii a gi
Era persai ga glo al e aksa se ua egara u tuk erlo a e a gu da e perkuat dengan penguatan peran hukum yang bukan
sekedar se agai pe eri fasilitas ke udaha siste pereko o ia asi g- asi g. I do esia
sebagai salah satu negara yang sedang berjuang erusaha, tetapi juga e erika perli du ga
agi persai ga usaha ya g idak sehat di te gah
e arik i estasi se esar- esar ya u tuk ikli eko o i du ia ya g e deru g li eral
e a gu siste pereko o ia asio al menghadapi tantangan yang sama di tengah
agar idak larut dala pusara pasar e as. persaingan tersebut.
Oleh kare a itu, Pe eri tah harus e erika
Keika du ia i i e jadi
satu pasar berakibat pada semakin kuatnya proporsi ya g ajar elalui siste seleksi da
interpedensi atau saling keter gantungan antara adequate dengan kedaulatan
pengarahan yang
tunggal yang dimiliki . Regulasi yang dibangun satu negara dengan negara lainnya yang sama-
sa a e pu yai kedaulata asio al. Jadi harus mampu menyeimbangankan berbagai yang sebenarnya terjadi bukanlah satu negara
kepe i ga agar asi g- asi g egara sali g
e ghor ai kedaulata u tuk e etapka terga tu g pada egara lai ya, elai ka
ke ijaka huku i estasi ya, a u asi g- suatu situasi da ko disi di a a se ua ya masing negara harus pula saling melindungi dan saling memerlukan untuk mempertahankan
e perlakuka kegiata i estasi di egara ya kesei a ga poliis, eko o is da te tu pula
ta pa ada diskri i asi a tara i estor asi g dala ra gka pe e uha kepe i ga asi g
de ga i estor do esik, de ikia juga a tar sesa a i estor asi g. Pri sip i i e eka ka
-masing negara . Pada situasi inilah maka
ter ipta ya ikli ke udaha erusaha ease of doing business di iap egara e jadi pe i g. pada dasar pikiran prinsip perlindungan
kesei a ga kepe i ga a tar asi g- Dala ra gka
erespo ta ta ga
terse ut pe eri tah I do esia se ara terus-
1 Kondisi ini dengan tepat digambarkan Daniel Davidson: ”We are so economicially interdependent on one another that We so live in global village”. Lebih jauh lihat CFG Sunaryati (artono, Globalisasi dan Perdagangan Bebas,
2 Jakarta: BP(N Departemen Kehakiman, 99 , hlm. Rusdin. Bisnis lnternasional dalam Pendekatan Praktik.
, hlm. . Meningkatnya perekonomian di banyak negara ini menciptakan derajat keterbukaan ekonomi yang semakin
Jilid . Bandung: Alfabeta,
tinggi di dunia, yang terlihat bukan hanya pada arus peningkatan barang tapi juga pada arus jasa serta arus uang dan modal. Pada gilirannya arus investasi di dunia semakin mengikuti perkembangan ini, sehingga dewasa ini peningkatan arus investasi itulah yang memacu arus perdagangan di dunia. Lebih jauh lihat Yanto Bashri (ed). ”Mau Ke Mana Pembangunan Ekonomi Indonesia. Prisma Pemikiran Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti. (Jakarta: Predna Media, 2003), hlm. 12-13.
4 Bank Dunia World Bank mengumumkan lewat laporan tahunan terbarunya bahwa )ndonesia berhasil masuk menjadi 10 negara dunia yang mencapai peningkatan kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB).
Laporan yang bertajuk “Doing Business 2017: Equal Opportunity” yang diluncurkan di Washington DC / mengungkapkan bahwa Indonesia naik 15 peringkat, dari posisi ke-106 menjadi posisi ke-91, di tahun 2016.
Lihat http://www.bkpm.go.id/id/artikel/readmore/usaha-pemerintah-indonesia-dalam-meningkatkan- kemudahan-berusaha, (diakses 8 Agustus 2017). 5 Bandingkan dengan B. Napitupulu. Joint Ventures di Indonesia. (Jakarta: Erlangga, 1975), hlm. 30.
350 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 3, Desember 2017, hlm. 349–367 350 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 3, Desember 2017, hlm. 349–367
masyarakat.
Meskipu pe iptaa ikli ke udaha Age da pe a gu a ida g eko o i berusaha ini selalu dikaitkan dengan upaya
pada dasar ya erupaka releksi dari ita- u tuk e a gu eko o i asio al, a u
ita ke erdekaa da Pa asila. Dala harus tetap dijaga agar pembangunan yang
ko teks i i, Pa asila harus di ak ai se ara dilakuka idak terjeru us pada pe a gu a
utuh di a a sila-sila ya idaklah terlepas se agai sekedar ko sep develop e talis e
satu dengan yang lain. Kelima sila Pancasila yang sempit. Pe a gu a eko o i
ersifat sali g e ak ai da erupaka satu erupaka proses ya g disele ggaraka se ara
kesatuan yang utuh . Pemaknaan yang utuh ini berkelanjutan untuk mencapai kemakmuran
dapat di ulai dari sila ke- ya g e u jukka
da ke ajua a gsa. Se agai agia i tegral to ggak kesadara a gsa I do esia u tuk dari pe a gu a asio al, perwujuda tujua
bersepakat mendapatkan kemerdekaannya di atas tercermin di dalam peningkatan kegiatan
da ke udia ewujudka kei gi a ersa a eko o i ya g disertai de ga per aika
setelah merebut kemerdekaan itu sebagai satu kualitas hidup seiap pe duduk ya se agai a a
a gsa. Satu-satu ya ara u tuk ewujudka dia a atka Pasal UUD NRI 1 . Hal i i
keinginan bersama itu adalah dengan adanya
e syaratka ada ya kegiata pereko o ia persatua . Persatua di si i uka erari yang secara berkelanjutan meningkat kualitas
menghilangkan keberagaman tetapi justru
da kua itas ya, sta ilitas eko o i ya g dibangun dalam prinsip bhinneka tunggal ika di terjaga, da hasil dari pe a gu a eko o i
a a per edaa -per edaa ya g ada dikelola
6 Prinsip-prinsip penanaman modal asing yang meliputi non discriminatory principle, yang berintikan The Most Favoured Nation (MFN) Treatment Principle dan National Treatment Principle, juga tentang Perkecualian
terhadap MFN dan National Treatment serta Transparency Principle. Lebih jauh lihat Muchammad Zaidun, Prinsip-prinsip Hukum Internasional Penanaman Modal Asing di Indonesia, (Ringkasan Disertasi), Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga, 2005, hlm.17-20. 7 Mansour Fakih mengungkapkan bahwa pembangunan merupakan konsep yang lahir dari pertentangan yang
panjang antara ideologi Kapitalisme dan Sosialisme. Konsep development tidak lebih merupakan refleksi paradigma Barat tentang perubahan sosial, yakni langkah-langkah menuju higher modernity”. Modernitas diterjemahkan dalam bentuk teknologi dan pertumbuhan ekonomi mengikuti jejak negara-negara industri yang
mengacu pada revolusi industri. Pembangunan selanjutnya lebih dimaksud demi peningkatan standar hidup , dan itu hanya bisa ditempuh melalui industrialisasi. Pemerintah dalam perspektif ini adalah sebagai subyek
yang tugasnya mentransformasikan rakyat menjadi objects, recipients, clients atau participant. Modernisasi selanjutnya menjadi dasar developmentalisme. Kata modernisasi juga berkonotasi sekularisasi, industrialisasi, persatuan nasional serta partisipasi massa. Asumsi dasar modernisasi adalah bahwa tradisi adalah masalah
yang harus diselesaikan dan harus ditransformasi, seperti apa yang dialami Eropa dulu. Dalam kenyataannya modernisasi dan developmentalisme tidak berbeda dengan kapitalisme. Konsep developmentalisme semacam
ini tentu tidak bisa begitu saja secara mentah-mentah diadopsi untuk diterapkan di Indonesia yang mempunyai sejarah dan struktur budaya yang berbeda dengan masyarakat Barat. Lebih jauh lihat Mansour Fakih, Tinjauan Kritis Terhadap Revolusi Hijau, dalam (atta Sunanto et.all, Menggeser Pembangunan Memperkuat Rakyat, Emansipasi dan Demokrasi Mulai dari Desa, (Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama, 2000), hlm. 4 8 Pocut Eliza dkk, Dokumen Pembangunan Hukum Nasional Tahun 2016
, Jakarta: BP(N, 10 6 , hlm. 44 Soerdjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 132.
Penataan Regulasi dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Nasional (Arfan Faiz Muhlizi)
e jiwai pelaksa aa de okrasi dala ra gka untuk bergerak bersama mencapai tujuan yang
mencapai masyarakat yang adil dan makmur. di ita- itaka . Tujua ersa a i i e ga u
Ha ya saja pada tatara i ple e tasi, pada sila ke- yaitu keadila sosial agi seluruh
banyak permasalahan yang perlu ditemukan rakyat I do esia. Tujua a gsa I do esia
aik dari perspekif eko o i bersatu adalah untuk mencapai keadilan dan
solusi ya
aupu dala perspekif huku . Dala kesejahteraa asyarakat. Ke udia , u tuk 9 Huku Eko o i permasalahan utama yang
mencapai cita-cita itu harus ada sebuah dihadapi adalah mudah sekali terjadi tumpang eka is e pe eri taha . Meka is e di
i dih atau ahka perte ta ga ko tradiksi sini bukan hanya untuk memilih atau mengisi
antara peraturan yang satu dengan peraturan jabatan-jabatan pemerintahan itu tetapi juga
yang lain. Padahal hal ini merupakan eka is e u tuk e jala ka ya. Meka is e
pelanggaran yang besar dalam kegiatan ya g dipilih a gsa I do esia i i di yataka
penyusunan peraturan perundang-undangan oleh sila ke- yaitu de okrasi. Proses kerja
legislaion . Perte ta ga atau i ko siste si pe eri taha ya g de okrais serta kehidupa
dalam perundang-undangan itu merusak er a gsa da er egara i i harus se a iasa
seluruh siste huku , kare a e gaki atka berlandaskan nilai-nilai yang terkandung dalam
keidakpasia huku da hila g ya e a g sila ke- da sila ke- Pa asila. Nilai- ilai
erah poliik huku ya g telah dite tuka ketuha a da ke a usiaa harus se a iasa
se elu ya. Selai itu asalah ya g dihadapi
9 )stilah (ukum Ekonomi yang digunakan di sini dipengaruhi dari istilah yang sering digunakan dalam beberapa literatur negara-negara Barat, seperti Economic Law E.C.A.M. Boot, Introduction to Dutch Law for Lawyers,
Kluwer, Deventer, 1978), Economisch Recht M.R. Mok, Economic Recht Droit , dalam W.F. de Gaay Fortman, Problemen van Wetgeving , Kluwer Deventer,
, dan istilah yang digunakan oleh badan Pembinaan (ukum Nasional. Di Amerika Serikat istilah yang digunakan bukan (ukum Ekonomi tapi Economic and Law (A. Mitchell Polinsky, an Introduction to Law and Economic , Boston and Toronto, Little Brown and Company,
atau
Business Law (Mark E. Roszkowski, Business Law , New York, Mc.Graw-(ill Publishing Company,
. )stilah dari Amerika tersebut juga digunakan oleh beberapa pakar hukum Indonesia, seperti T. Mulya Lubis dalam bukunya Hukum dan Ekonomi , Jakarta, Pustaka Sinar (arapan,
. (ukum ekonomi diartikan keseluruhan peraturan-perundangan, hukum kebiasaan, putusan pengadilan yang berkaitan dengan kegiataan ekonomi, baik
itu menyangkut badan hukum pelaku ekonomi, transaksi pelaku ekonomi, tempat transaksi pelaku ekonomi, sampai dengan intervensi pemerintah untuk menunjang kegiatan ekonomi, dan mekanisme penyelesaian
sengketa pelaku ekonomi. Sedangkan menurut C.F.G. Sunaryati (artono, hukum ekonomi dalam arti luas adalah keseluruhan kebijaksanaan dan peraturan hukum yang tidak hanya terbatas pada (ukum Administrasi Negara, tetapi juga mengatur hal-hal yang termasuk substansi (ukum Pidana, (ukum Perdata, (ukum Dagang, (ukum Perdata )nternasiona, bahkan hukum acara perdata dan pidana. Sunaryati (artono, Upaya Menyusun (ukum
Ekonomi Indonesia Pasca tahun 2003”, Makalah dalam Seminar Pembangunan Nasional VIII, Tema Penegakkan Hukum Dalam rangka Pembangunan Berkelanjutan , Diselenggarakan Badan Pembinaan (ukum Nasional Departemen Kehakiman dan (ak Asasi Manusia, Denpasar, - Juli
. Lebih jauh lihat juga Adi Sulistyono, Pembangunan (ukum Ekonomi Untuk Mendukung Pencapaian Visi )ndonesia
, Makalah disampaikan pada Pidato Pengukuhan Guru Besar (ukum Ekonomi dalam Sidang Senat Terbuka Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 17 Nopember 2007. 10 Ahm/YK/WP, Tumpang-Tindih Regulasi (ambat Kemudahan Usaha, http://www.koran-jakarta.com/tumpang-
tindih-regulasi-hambat-kemudahan-usaha/ diakses Agustus ; Lihat juga )bnu (ariyanto. Menkum (AM Ungkap Penyebab Banyak UU Masih Tumpang Tindih, https://news.detik.com/berita/d-3334692/menkum-ham-ungkap-
penyebab-banyak-uu masih- tumpang-tindih (diakses 8 Agustus 2017)
352 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 3, Desember 2017, hlm. 349–367 352 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 3, Desember 2017, hlm. 349–367
diperoleh dari doku e lai ya g terkait seperi se elu elakuka kegiata -kegiata eko o i
hasil pe eliia se elu ya, se i ar da /atau deregulasi .
lokakarya, uku- uku da jur al il iah ya g Per asalaha terse ut dapat diklasiikasika
terkait, serta data dari er agai edia, aik sebagai permasalahan legislasi dan terkait
etak aupu elektro ik. Tradisi pe eliia la gsu g de ga pe ataa su sta si huku ,
de ga e ggu aka lapora edia assa, di samping masih terdapat permasalahan
khusus ya surat ka ar da i ter et, se aki
i ple e tasi ya g idak dapat dilepaska dari erke a g pesat sela a e erapa dasawarsa struktrur da udaya huku . Tulisa i i aka
terakhir, teruta a di ida g kajia i daka lebih banyak membahas aspek legislasi dan
kolekif da geraka sosial.
hal-hal ya g terkait de ga su sta si huku , sehi gga per asalaha uta a ya g aka dijawa
C. Pembahasan
dalam tulisan ini adalah bagaimana pendekatan
1. Pe dekata
Huku
I tegraif
teoriis ya g dapat digu aka u tuk elakuka
Untuk Mengeliminir Regulasi yang
penataan hukum dalam rangka penataan
Menghambat Pembangunan Ekonomi.
regulasi yang mendukung pembangunan Dasar pe ge a ga huku eko o i eko o i asio al? Serta agai a a la gkah-
adalah Pasal UUD NRI 9 hasil A a de e langkah yang dilakukan dalam rangka penataan
Kee pat e gataka :
regulasi agar idak terjadi tu pa g i dih atau Pereko o ia disusu se agai usaha ahka perte ta ga ko tradiksi a tara
ersa a erdasar atas asas kekeluargaa ; peraturan yang satu dengan peraturan yang
Ca a g- a a g produksi ya g pe i g agi lai ?
negara dan yang menguasai hajat hidup ora g a yak dikuasai oleh egara;
B. Metode Pe eliia
Bu i da air da kekayaa ala ya g Berdasarkan permasalahan dan latar
terka du g di dala ya dikuasai oleh elaka g di atas, pe eliia i i dilakuka
negara dan dipergunakan untuk sebesar- dengan menggunakan pendekatan yuridis
esar ke ak ura rakyat;
or aif. Se agai suatu pe eliia yuridis Pereko o ia asio al disele ggaraka or aif, aka pe eliia i i er asis pada
erdasar atas de okrasi eko o i de ga
a alisis terhadap or a huku , aik huku pri sip ke ersa aa , eisie si, erkeadila , dala ari law as it is writen in the books
erwawasa li gku ga , and statutes dala literatur da peratura -
erkela juta ,
ke a diria , serta de ga
e jaga
11 Penelitian normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Pemikiran normatif didasarkan pada penelitian yang mencakup
sistematik hukum,
asas-asas hukum,
sejarah hukum. Lebih jauh tentang ini lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Peranan dan Penggunaan Perpustakaan di Dalam Penelitian
taraf sinkronisasi vertikal dan horisontal,
perbandingan hukum,
Hukum, 12 Lebih jauh lihat Ronald Dworkin, Legal Research, (Daedalus: Spring,1973), hlm. 250. Jakarta: Pusat Dokumentasi (ukum Fakultas (ukum Universitas )ndonesia, 979 hlm. .
Penataan Regulasi dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Nasional (Arfan Faiz Muhlizi)
de ga e yataka ah a egara huku Kete tua
merupakan si e ua o , kare a ta pa proses pelaksanaaan pasal ini diatur dalam undang-
huku ya g efekif, idak u gki diharapka undang.
per aika eko o i, poliik, kehidupa , sosial,
da keadila . Huku erupaka sara a ya g Ayat dari pasal
UUD 19 i i
pe i g u tuk
e elihara keteri a da
e a daka ah a uka lah huku ya g sekaligus pembaharuan masyarakat sehingga harus se a iasa e gikui saja apa ya g
harus dikembangkan sedemikian rupa agar dihe daki oleh pe eri tah se agai poliik
dapat memberi ruang gerak bagi perubahan
da ke ijaka asio al kita, tetapi juga ah a 1 te po a uta tu , os et uta u i Illis), pe e tua poliik da ke ijaka eko o i juga
da uka se alik ya, e gha at usaha- harus tunduk pada ketentuan dan asas-asas
usaha pembaruan karena semata-mata ingin hukum
ya g telah dite tuka oleh UUD da TAP 1 e pertaha ka ilai- ilai ortodoks. MPR, serta asih aka dite tuka oleh u da g-
Sejala de ga hal terse ut aka egara undang dan peraturan perundang-undangan lain
perlu membentuk suatu iklim usaha yang di asa depa . U tuk dapat e yusu u da g-
dapat memudahkan usaha dan meminimalkan undang atau peraturan perundang-undangan
risiko erusaha. Dari sekia a yak risiko ya g lainnya serta untuk dapat memutus perkara
i ul dala upaya terse ut, terdapat dua pengadilan atau arbitrase juga mengadakan
risiko uta a ya g aka e jadi patoka a al, egosiasi ya g aka
yaitu risiko poliis da risiko pe gatura . Risiko doku e huku eko o i, sarja a huku harus
e ghasilka suatu
poliis i ul ila a a idak ada kejelasa
fu gsi/pera dari pe eri tah, se e tara eko o i lokal, asio al da i ter asio al u tuk
e geri da
e aha i
asalah- asalah
risiko pe gatura i ul kare a ada ya dapat e ghasilka produk huku eko o i
pe yalahgu aa fu gsi/pera dari pe gatura ya g aik da e ar. Hal i i pe i g dilakuka
itu sendiri. 1 Pada dasar ya kedua resiko u tuk
e etapka poliik da ke ijaka ini dapat dieliminasi dengan menggunakan eko o i ya g sesuai de ga asas-asas Huku
pe dekata huku i tegraif. asio al da asas-asas u u pe eri taha
e erika ya g aik good governance , asas-asas huku
Teori huku i tegraif
pe eraha e ge ai rele a si Pa asila da asio al au pu kete tua -kete tua huku
ari pe i g huku dala kehidupa a usia eko o i ya g sudah erlaku se elu ya.
I do esia, da e er i ka ah a huku
14 Daniel S.Lev., Pemulihan Negara Hukum”, Tempo, 6 Januari 2002. Tempora mutantur, nos et mutamur in Illis merupakan ungkapan Latin yang memiliki makna ”zaman berubah dan kita juga berubah bersamanya . Lebih jauh tentang ini lihat Barita Saragih, Tantangan Hukum atas Aktivitas Internet,
Kompas, Minggu, 9 Juli 2000, hlm. 8. 15 Lebih jauh tentang ini lihat Pidato Kepala Negara RI pada pelantikan Menteri Kehakiman pada tanggal 19 Januari
1974 dalam Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, (Bandung: Alumni, 2002) hlm.74 .
16 Bandingkan dengan Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, cetakan ketiga, (Jakarta: Sinar Grafika,
), hlm. .
354 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 3, Desember 2017, hlm. 349–367 354 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 3, Desember 2017, hlm. 349–367
social engineering semata-mata tetapi juga dan karakter masyarakatnya serta letak
harus diakui sebagai a tool of social control geograis li gku ga ya serta pa da ga hidup
and eureu rai engineering;
masyarakat. Keyaki a teori huku i tegraif . Kegu aa atau ke a faata huku idak adalah fu gsi da pera a huku se agai
lagi ha ya dilihat dari ka a ata kepe i ga sara a pe ersatu da e perkuat solidaritas
pemegang kekuasaan melainkan harus asyarakat da irokrasi dala e ghadapi
juga dikaji dari prospekif da perspekif perke a ga da di a ika kehidupa , aik
kepe i ga stakeholder;
di dala li gkup Negara Kesatua Repu lik . Fu gsi huku se agai sara a pe aharua
I do esia NKRI , aupu di dala li gkup sosial da irokrasi dala ko disi asyarakat perke a ga i ter asio al. Pera irokrasi
ya g ersifat vulnera le dan transiional,
e e pai posisi pe i g dala teori i tegraif. idak dapat dilaksa aka se ara opi al Oleh kare a itu upaya u tuk e gu ah atau
ha ya e ggu aka pe dekata pre e if erekayasa irokrasi ya g
da represif se ata- ata elai ka juga ikli usaha e jadi sa gat pe i g u tuk
e per udah
memerlukan pendekatan restoraif, da dilakuka . Sela jut ya irokrasi e erika
reha ilitaif;
dan melaksanakan keteladanan sesuai dengan . Agar fu gsi da pera a huku dapat ketentuan yang berlaku dan diharapkan
dilaksa aka se ara opi al aka huku asyarakat e atuhi da e gikui la gkah-
idak se ata- ata dipa da g se agai ujud la gkah pe yele ggara irokrasi terse ut.
dari ko it e poliik, elai ka harus Hal i i dapat dilaksa aka se ara efekif jika
dipandang sebagai sarana untuk merubah pe yele ggara irokrasi telah e aha i fu gsi
sikap aitude da perilaku ehavior .
da pera a serta posisi huku se agai a a erikut:
De ga e e patka pera da fu gsi . Huku dipa da g uka se agai pera gkat
hukum sebagaimana di atas maka hukum ya g harus dipatuhi oleh asyarakat saja
diharapka a pu e iptaka ”sta ility”, melainkan juga harus dipandang sebagai
”predi ta ility” da ”fair ess”. 20 Dua hal ya g sarana yang harus dapat membatasi perilaku
perta a adalah prasyarat agi erfu gsi ya aparat pe egak huku da peja at pu lik;
siste eko o i ya g aik. Fu gsi sta ilitas
17 Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif: Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2012) hlm. 97-98.
18 Ibid. 19 Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm.20-21 20 Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum mempunyai fungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia.
Agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat juga terjadi karena adanya pelanggaran hukum. Dan, hukum yang terlanggar
tersebut tentunya harus ditegakkan. (anya melalui penegakkan hukum inilah tujuan hukum bisa menjadi kenyataan. Dan, untuk menegakkan hukum terdapat tiga unsur yang harus selalu diperhatikan, yaitu: kepastian hukum (rechtssicherheit , kemanfaatan zweck-massigkeit) dan keadilan (gerechtigkeit). Lebih jauh lihat Sudikno
Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-bab tentang Penemuan Hukum , Yogyakarta: Citra Adtya Bakti, 1993 , hlm 1
Penataan Regulasi dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Nasional (Arfan Faiz Muhlizi)
Ko disi i i kia diperu it oleh le ah ya kepe i ga -kepe i ga ya g sali g ersai g.
e yei a gka
da e gako odasi
kepe i pi a ataupu profesio alis e kerja Ke utuha fu gsi huku u tuk dapat
asih ke tal ya i ter e si era alka predictability aki at dari suatu
irokrat serta
kepe i ga kelo pok dala pe ga ila la gkah-la gkah ya g dia il. Aspek keadila
ke ijaka eko o i. Keiga, kura g ya i isiaif fair ess , seperi, perlakua ya g sa a da
eli atka parisipasi sta dar pola i gkah laku Pe eri tah adalah
pe eri tah u tuk
kelo pok asosiasi ataupu profesio al se ara perlu untuk menjaga mekanisme pasar dan
yata dala peru usa ke ijaka eko o i
e egah irokrasi ya g erle iha . Sehi gga serta dala e o itor i ple e tasi ke ijaka , melalui sistem hukum dan peraturan hukum
da juga dala e i dakla jui/ e e ahka ya g dapat e erika perli du ga , aka
penyimpangan kebijakan. Kee pat, ko it e ter ipta kepasia
predictability , keadila
yang rendah dalam mengimplementasikan
fair ess
da eisie si ei ie y bagi para
gra d desig /strategi dan road ap
i estor u tuk e a a ka odal ya. pe a gu a eko o i asio al . Pe eri tah se agai regulator da fasilitator
Pe ggu aa teori huku i tegraif dapat pe a gu a eko o i erta ggu g ja a
dijadika se agai desai soluif atas er agai terhadap e arik atau idak ya ikli erusaha
permasalahan di atas serta mengikat tujuan di I do esia. I i erari ah a kura g
pe a gu a huku eko o i, teruta a menariknya iklim berusaha mengindikasikan
untuk menciptakan iklim kemudahan berusaha lemahnya kapasitas pemerintah dalam
atau yang lebih dikenal sebagai ease of doing
e doro g daya sai g egeri i i. Dala ko teks busi ess EODB di I do esia se agai a a
i i, kele aha terse ut, dii dikasika oleh:
ga ar erikut:
perta a, keidak a pua pe eri tah u tuk
e e du g i por produk illegal. Kedua, kura g ya koordi asi a tar i sta si pe eri tah
21 Erman Radjagukguk, Hukum Investasi di Indonesia , Jakarta: F( Univ Al Azhar )ndonesia, cetakan pertama, , hlm. 27-31. 22 (adi Subhan, mengutip Latif Adam, Prioritas Pengembangan Hukum Di Bidang Investasi, makalah pada
23 harmonosasi dan sinkronisasi BP(N, Oktober
Peran pengikat ini penting karena secara teoritik sistem hukum adalah suatu kesatuan yang utuh yang terdiri dari unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan kait mengait secara erat. Dengan demikian untuk mencapai suatu tujuan hukum dalam satu kesatuan diperlukan kesatuan sinergi antara unsur-unsur yang terdapat dalam sistem tersebut. Lebih jauh lihat Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar,
Cetakan Kedua, Edisi ke empat, Yogyakarta: Penerbit Liberty,
. Bandingkan juga dengan L M Gandhi dan Lily Mulyati, Sejarah Tata Hukum Indonesia dan Sistem Hukum Indonesia, dalam E Fernando M Manullang (editor), Selayang Pandang Sistem Hukum di Indonesia , Cetakan ke , Jakarta: Penerbit Kencana,
hlm,
2016) hlm. 45. 24 EODB dimaknai sebagai kemudahan berusaha dilihat dari kriteria yaitu: Getting Credit, Resolving )nsolvency,
Getting Electricity, Paying Tax, Enforcing Contract, Protecting Minority )nvestors, Registering property, Trading Across Borders, Dealing with Construction Permit, Starting Business. Lebih jauh lihat http://eodb.ekon.go.id/
dikases pada 17 Juni 2017.
356 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 3, Desember 2017, hlm. 349–367
Gambar 1. Pe ge a ga Teori Huku I tegraif Dala Me duku g EODB
Su er: Adopsi dari Ro li At asas ita, Teori Huku I tegraif: Reko struksi Terhadap Teori Huku Pe a gu a da Teori Huku Progresif, I Yogyakarta: Ge ta Pu lishi g,
, hl .
Pada ga ar di atas terlihat ahwa teori bertujuan untuk mencapai kemakmuran huku i tegraif
ersa a seluruh rakyat, hal i i se ara eksplisit sebagai bintang pemandu agenda penataan
e e patka Pa asila
dijelaska dala pe jelasa Pasal UUD 9 . regulasi untuk menciptakan ease of doing
Kedua, keikutsertaa rakyat dala pe ilika , business agar idak e a rak ilai- ilai dasar
proses produksi da e ik ai hasil ya. Hal i i kehidupa er a gsa da er egara, da
sesuai dengan rumusan yang terdapat dalam
e jaga agar idak tu uh e jadi siste Pasal ayat da ayat UUD 9 . Keiga, eko o i li eral . Upaya u tuk e jaga agar
sesuai de ga pri sip Pasal ayat UUD pe iptaa EODB tetap pada rel ko situif i i
9 yaitu eisie si erkeadila , pereko o ia dapat dilakuka de ga selalu e perhaika
perlu dijalankan dengan menggunakan tujuh iri ko situsio al pe a gu a eko o i
mekanisme pasar yang berkeadilan yang se agai erikut: Pertama, pereko o ia
didasarkan pada persaingan yang sehat dan
25 Sistem ekonomi liberal cenderung melihat dunia sebagai satu kesatuan pemikiran, sikap, dan nilai (one world). Sedangkan Pancasila memegang paham berbeda-beda dalam satu kesatuan. Pandangan globalisasi sebagai
sistem dunia di segala bidang tidak realistik dan rentan terhadap konflik sosial dan budaya, bahkan dapat mempengaruhi pembentukan dan penegakan hukum. Hal ini menuntut revitalisasi Pancasila sebagai langkah
yang tidak terelakkan sebagai sistem nilai tertinggi di dalam piramida sistem hukum di Indonesia. Lebih jauh lihat Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2003) hlm. 100-101.
26 Subiakto Tjakrawerdaja, Menunggu UU Induk Mengenai Perekonomian Nasional, Reform Review (Jurnal untuk Kajian dan Pemetaan Krisis), Volume II Nomor 1 April-Juni 2008, hlm. 40.
Penataan Regulasi dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Nasional (Arfan Faiz Muhlizi)
da s asta. Pri sip i i ter uat dala Pasal pera Negara harus dija i , se agai a a
i ter e si jika terjadi kegagala pasar. Kee pat,
. Ciri- iri ko situsio al i ilah dia a atka Pasal ayat
ayat UUD
ya g se esi ya diterje ahka dala seluruh UUD
da ayat
teruta a dala hal pere a aa rangkaian penataan regulasi dalam rangka eko o i asio al, dala
e e tuk da
e duku g pe a gu a eko o i asio al.
e egakka pelaksa aa U da g-u da g, da dala hal elaksa aka progra pelaya a
2. Langkah Penataan Regulasi Dalam
da pe erdayaa asyarakat, pe e asa
Mewujudkan Agenda Pembangunan
pajak, pe eria su sidi da lai ya. Keli a, Ekonomi. BUMN se agai salah satu soko guru kegiatan
Salah satu alasa pe i g ya dilakuka eko o i e guasai a a g- a a g produksi
pe ataa regulasi di I do esia adalah: ya g pe i g da ya g e guasai hajat hidup
Terlalu a yak ya regulasi Hyper-regulaio ; ora g a yak. Hal i i jelas tertua g dala
Sali g erte ta ga Co lici g) 30 ; 3) Pasal ayat UUD
Tu pa g i dih Overlappi g ; Muli sebagai soko guru pereko o ia rakyat harus
. Kee a , koperasi
tafsir Muli I terpretaio ; Tidak taat di ujudka dala se a gat ke ersa aa
de ga BUMN da s asta, serta se agai ada usaha eko o i rakyat. Ketujuh, pereko o ia asio al haruslah erupaka per ujuda dari
27 Ibid. hlm.41 28 DAPP-BAPPENAS, Pemetaan Hasil Identifikasi terhadap undang-undang Sektor yang Berpotensi Bermasalah ,
disampaikan pada workshop koordinasi strategis analisa peraturan perundang-undangan Jakarta, 5 Desember . Pemataan dilakukan oleh direktorat dan lingkungan bappenas serta undang –undang yang dilakukan
secara self-assessment. Bandingkan dengan Ida Bagus Rahmadi Supancana, Sebuah Gagasan Tentang Grand Design Reformasi Regulasi Indonesia, (Jakarta: Penerbit Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2017) hlm. 2-4.
29 Meskipun tidak diketahui secara pasti tentang total jumlah regulasi di Indonesia, baik pada tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten dan Kota, setidak-tidaknya sampai dengan level peraturan daerah dan peraturan
Menteri/Lembaga, terdapat sejumlah kurang lebih 60.000 peraturan. Jumlah tersebut belum termasuk peraturan pelaksanaan setingkat Direktur Jenderal atau yang setingkat. Banyaknya regulasi tersebut telah menimbulkan gurauan (joke) yang menyatakan bahwa jika dulu di Indonesia terkenal dengan hukum rimba , maka kondisi yang kita hadapi sekarang adalah rimba hukum . Betapa menyedihkan karena regulasi sudah tidak lagi menjadi
solusi, tetapi malahan menjadi beban. 30 Yang kurang menggembirakan,data menunjukan bahwa masih banyak peraturan perundang-undangan yang
mempunyai materi muatan yang bertentangan, baik yang sifatnya vertikal, maupun horizontal. Akibatnya menimbulkan kegamangan ketidakpastian dalam pelaksanaannya
31 Masih banyak juga peraturan yang bersifat tumpang tindih, artinya untuk isu yang sama diatur oleh banyak peraturan perundang-undangan. Bahkan dalam satu Kementrian/Lembaga terdapat beberapa peraturan untuk
mengatur isu yang sama. 32 Permasalahan lain dibidang regulasi adalah banyaknya ketentuan regulasi yang mengandung materi muatan
yang bersifat multi tafsir. Akibat dari peraturan yang bersifat multi tafsir adalah disamping mengandung ketidakpastian dan perbedaan dalam implementasinya, juga rentan akan kemungkinan di salah gunakan untuk
kepentingan tertentu.
358 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 3, Desember 2017, hlm. 349–367 358 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 3, Desember 2017, hlm. 349–367
e uat segala sesuatu ya e jadi er elit, U ecesarry Burde ;
itu harus die aluasi. Regulasi harus sederha a, Eko o i Biaya Ti ggi High-Cost Eco o y .
Me iptaka
tetapi memiliki kekuatan yang mengikat . U tuk
e gatasi per asalaha ya g Pe e tuka regulasi aru idak oleh lagi seda g dihadapai saat i i, Preside Joko i
dilihat se agai proyek tahu a , tetapi e ar- pada Rapat ter atas di Ka tor Preside ta ggal
e ar harus diperhaika atura itu e iliki Ja uari
la dasa ya g kuat se ara ko situsio al da huku idak ha ya e ye tuh sektor hilir ya g
e egaska agar refor asi
pe e aha regulasi i i dapat e a faatka terkait pelaya a pu lik, tetapi juga e ye tuh
tek ologi ya g ada dalam mendukung sektor hulu ya g terkait de ga pe e aha
pe a gu a asio al.
regulasi, prosedur, da pe ataa regulasi ya g Hal i i perlu dilakuka u tuk e e tuk harus e jadi prioritas refor asi huku saat
sebuah pemerintahan yang baik Good ini . Regulasi harus si kro satu sa a lai
gover a ce . Pemerintahan yang baik seidak-
da sejala de ga Pa asila, UUD NRI Tahu idak ya harus diduku g iga faktor ya g esi , serta kepe i ga asio al. Regulasi
33 Ketidaktaatan asas dalam regulasi di Indonesia juga menonjol, terutama terkait dengan hubungan antara kebijakan dengan regulasi. Dalam banyak regulasi ditemukan bahwa regulasi tersebut tidak konsisten dengan
kebijakan yang membesarinya. Padahal sebagaimana dipahami bahwa regulasi merupakan instrumen kebijakan. Ketidak taatan asas juga nampak pada berbagai terminologi yang digunakan, termasuk pengertiannya. Hal ini akan membingungkan berbagai pihak yang mendasarkan tindakannya pada peraturan-peraturan tersebut.
34 Pada banyak regulasi ditemukan bahwa implementasinya tidak efektif. Terdapat beberapa kemungkinan yang menjadi penyebabnya. Kemungkinan penyebab pertama, adalah tidak memadainya persiapan dalam
implementasi suatu peraturan perundang-undangan, baik dari aspek sosialisasi, penyiapan struktur organisasi, kesiapan sumber daya manusia dari sisi kompetensinya, maupun dukungan pendanaanya. Kemungkinan kedua, karena adanya kelemahan dalam proses konsultasi publik, sehingga pihak-pihak yang seharusnya diminta pandangan dan aspirasinya (misalnya: pihak yang terkena dampak, serta pemangku kepentingan lainnya, termasuk interested parties) tidak mengetahui atau tidak dapat menerima ketentuan termaksud, akibatnya timbul pihak-pihak yang menentang pemberlakuannya, yang berakibat rendahnya kepatuhan dan akhirnya
menjadikan peraturan perundang-undangan termaksud menjadi tidak efektif. 35 Banyak regulasi yang juga menciptakan beban yang tidak perlu, baik terhadap kelompok sasaran (targeted group)
maupun non-kelompok sasaran (non-targeted group). Keadaan ini menunjukan bahwa pada saat pembentukan peraturan perundangan tidak cukup dilakukan identifikasi terhadap pihak-pihak yang potensial terkena dampak, serta tidak cukup dilakukan upaya-upaya untuk memitigasi dampaknya, sehingga ketika diberlakukan
akan menimbulkan beban yang tidak perlu. 36 Banyaknya jumlah regulasi yang tidak proporsional (berlebihan) telah menciptakan ekonomi biaya tinggi.
Ekonomi biaya tinggi jelas akan menambah biaya produksi, sehingga pada akhirnya produk atau jasa yang dihasilkan menjadi tidak kompetitif.
37 Disampaikan oleh Pesiden Joko Widodo pada Rapat Terbatas yang dilaksanakan pada Selasa, Januari di Kantor Presiden, Jakarta. Lihat: Fabian Januarius Kuwado, Ini Fokus Jokowi dalam Reformasi Hukum Jilid II,
http://nasional.kompas.com/read/
/ ini.fokus.jokowi. dalam. reformasi. hukum.jilid.ii. (diakses 17 Januari 2017)
38 ibid. 39 ibid
Penataan Regulasi dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Nasional (Arfan Faiz Muhlizi)
a. E aluasi Seluruh Peratura Peru da g- poliik, kualitas ad i istrasi pe eri taha ,
U da ga
da kapasitas e uat, e erapka , serta
E aluasi seluruh peratura peru da g-
e ge aluasi ke ijaksa aa -ke ijaksa aa . undangan perlu dilakukan mengingat kualitas Salah satu hasil e aluasi ke ijaksa aa regulasi saat ini masih rendah yang ditandai
pemerintah yang telah dilakukan adalah
de ga asih ada ya tu pa g i dih da deregulasi perda elalui har o isasi peratura
dishar o i a tar peratura peru da g- terhadap .
u da ga , aik ya g ersifat erikal aupu sai g i dustri, ikli i estasi, ekspor, isata
Perda gu a pe i gkata daya
horizo tal, ju lah regulasi juga asih dirasaka
da pertu uha eko o i ya g i ggi da erle iha serta idak se ua ya erdaya gu a berkelanjutan . Meskipu dala perke a ga
dan berhasil guna.
terakhir, Putusa Mahka ah Ko situsi
E aluasi seluruh peratura peru da g- MK telah e yataka ah a ke e a ga
undangan dilakukan melalui analisis dan pemerintah untuk membatalkan Perda adalah
e aluasi huku u tuk e ilai or a huku erte ta ga de ga ko situsi sehi gga perlu
ya g ersifat pe gatura regeling , ya g disikapi agar idak terjadi kekoso ga huku ,
telah tertuang dalam peraturan perundang-
da tetap dapat e jala ka age da refor asi u da ga de ga tujua e doro g terjadi ya hukum. Pemerintah perlu melanjutkan
proses refor asi regulasi sehi gga peratura pe ataa regulasi elalui:
perundang-undangan akan dapat berperan
40 Sjahrir, Good Governance di Indonesia Masih Utopia: Tinjauan Kritis Good Governance, Dalam Media Transparansi, edisi 14, November 1999, diakses dari www.transparansi.or.id/majalah/edisi14/14berita, (diakses 16 Mei
. Dalam tulisannya Sjahrir mengatakan bahwa faktor ketiga adalah kapasitas membuat, menerapkan serta mengevaluasi kebijaksanaan-kebijaksanaan khususnya di bidang ekonomi. Menurut penulis, bukan hanya
kapasitas membuat, menerapkan serta mengevaluasi kebijaksanaan-kebijaksanaan di bidang ekonomi yang menjadi faktor pendukung good governance, tetapi kebijaksanaan-kebijaksanaan di semua bidang, baik ekonomi, politik, sosial, pertahanan dan keamanan, serta kultural.
41 Dalam literatur hukum administrasi, istilah peraturan kebijaksanaan di )ndonesia biasa diartikan sebagai beleidsregels atau policy rules, atau disebut juga pseudo-wetgeving. Produk ini tidak terlepas dari kaitan penggunaan
fries ermessen, yaitu badan atau pejabat tata usaha yang bersangkutan merumuskan kebijaksanaannya itu dalam berbagai bentuk, seperti halnya peraturan, pedoman, pengumuman, surat edaran. Peraturan kebijaksanaan bukan peraturan perundang-undangan karena badan yang mengeluarkan peraturan kebijaksanaan tidak
memiliki kewenangan pembuatan peraturan. Lebih jauh tentang ini lihat Philipus M (adjon dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993) hlm.148. Namun demikian,
penulis melihat bahwa apa yang dimaksud oleh Syahrir dalam tulisannya tersebut bisa diartikan sebagai kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam arti luas yang mencakup tidak hanya beleidsregels, tetapi mencakup pula beschikking dan regeling.
42 Dna/Es, Tahun Pemerintahan Jokowi–JK, Wiranto: )ndeks Demokrasi Naik Jadi , , http://setkab.go.id/2- tahun-pemerintahan-jokowi-jk-wiranto-indeks-demokrasi-naik-jadi-7312/ (diakses 9 Agustus 2017).
43 Lihat Putusan MK dengan nomor perkara 137/PUU-XIII/2015 tekait uji materi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
44 Upaya penataan regulasi melalui: evaluasi seluruh peraturan perundang-undangan, penguatan pembentukan peraturan perundang-undangan, dan pembuatan database yang terintegrasi. Ketiga hal ini merupakan bagian
dari program penataan regulasi agenda Revitalisasi (ukum Jilid )). Disampaikan oleh Pesiden Joko Widodo pada Rapat Terbatas yang dilaksanakan pada Selasa, 12 Januari 2017 di Kantor Presiden, Jakarta. Lihat: Fabian Januarius Kuwado, )ni Fokus Jokowi dalam Reformasi (ukum Jilid )), http://nasional.kompas.com/read/
/// / ini.fokus.jokowi. dalam. reformasi. hukum.jilid.ii. diakses Januari
360 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 3, Desember 2017, hlm. 349–367 360 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 3, Desember 2017, hlm. 349–367
dilakukan haruslah berpijak pada nilai-nilai yang er asyarakat sehi gga dapat
erasal dari udaya I do esia se diri. La dasa pelaksa aa pe a gu a ya g le ih efekif
e doro g
terpe i g ya g dipergu aka u tuk elakuka
da eisie . evaluasi huku Nasio al idak lai adalah
A alisis da evaluasi terhadap peratura Pancasila yang mengandung lima sila atau nilai peru da g-u da ga dilakuka idak ha ya
dasar. Li a ilai dasar i i dia ggap se agai untuk memperbaiki materi hukum yang
er i a sejai dari udaya a gsa I do esia ada exising , tetapi juga u tuk per aika
ya g plural. Ari ya, li a ilai dasar itu e jadi terhadap sistem hukum yang mencakup
su er asas-asas huku asio al, sekaligus ateri huku , kele agaa da pe egaka
asis ideal spiritual u tuk e e tuka suatu huku , pelaya a huku serta kesadara
or a huku .
huku asyarakat. Hasil A alisis Evaluasi
A alisis da evaluasi dala ra gka pe ataa adalah reko e dasi terhadap status peratura
regulasi se ara asio al dapat dilakuka de ga peru da g-u da ga ya g ada, apakah perlu
e e tuk satua tugas satgas khusus peru aha revisi , pe gga ia di a ut ,
aik di level asio al, ke e teria /le aga, atau dipertaha ka . A alisis da evaluasi
da di pe eri tah daerah, dala koordi asi peraturan perundang-undangan dilaksanakan
Ke e teria Huku da HAM. Satgas i i perlu melalui pembaruan hukum dengan tetap
melibatkan berbagai pihak yang terkait dan
e erhaika ke aje uka tata a huku ko pete seperi para a alis, peja at pu lik ya g erlaku da pe garuh glo alisasi se agai
terkait, akade isi, pe elii, aupu prakisi upaya u tuk
e i gkatka kepasia da huku lai ya. Hal i i dapat diga arka perli du ga huku , pe egaka huku da
se agai erikut:
Gambar 2. Meka is e Kerja Evaluasi Peratura Peru da g-U da ga
45 Disampaikan oleh Enny Nurbaningsih, selaku Kepala Badan Pembinaan (ukum Nasional dalam Pembukaan Focus Group Discussion Evaluasi (ukum dan Proyeksi Pembangunan (ukum Nasional yang dilaksanakan
di Badan Pembinaan (ukum Nasional tanggal 9 November 6. Lebih jauh lihat Pocut Eliza dkk, Dokumen Pembangunan Hukum Nasional Tahun 2016 , Jakarta: BP(N,
6 , hlm. . Bandingkan dengan Munir Fuady, Teori-Teori Besar Dalam Hukum, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 141. Bandingkan juga dengan Jimly Asshiddiqie yang mengatakan bahwa dasar justifikasi terhadap suatu norma hukum adalah norma dasar. Lebih jauh lihat Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-undang, (Jakarta: Konstitusi Press, 2006), hlm. 1.
Penataan Regulasi dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Nasional (Arfan Faiz Muhlizi)
Dala elaksa aka a alisis da e aluasi i i
Peru da g-U da ga yang dihasilkan memiliki kualitas yang seragam.
pembentukan peraturan Oleh kare a itu perlu
Penguatan
e ge a gka
perundang-undangan harus dilakukan karena
i stru e pe ilaia ya g e akup: Pertama, masih terdapat penyelundupan isu-isu
kesesuaia a tara je is, hierarki, da ateri pri ordial, sektaria , kepe i ga asi g, da uata ; Kedua, Kejelasa Ru usa ; Keiga,
ego sektoral dala pe e tuka peratura ateri uata ; Kee pat, pote si dishar o i
perundang-undangan , serta asih elu pe gatura ; Keli a, efeki itas i ple e tasi
har o is ya U da g-U da g No or peraturan perundang-undangan. Penilaian
te ta g Pe e tuka Peratura li a di e si i i ertujua le ih ko prehe sif,
Tahu
Peru da g-u da ga de ga U da g-U da g idak ha ya se ara or aif tetapi juga se ara
te ta g Pe eri tah prakis. Sta dar i ilah ya g e jadi pa dua
No or
Tahu
Daerah. Pada dasar ya pe ataa regulasi dan arahan bagi para pelaksana teknis analisis
yang dilakukan saat ini merupakan sarana
da e aluasi, aik ya g erada di li gku ga untuk menyeimbangkan tre d glo alisasi dan Pe eri tah Pusat da Pe eri tah Daerah.
se a gat kedaeraha dala era oto o i Selai itu, perlu juga dike a gka pe ilaia
daerah. Se agai a a dikataka oleh Joh iaya da a faat ost a d e eit a alysis/
Nais it, ah a kei gi a aka kesei a ga CBA agar persoala -persoala eisie si dapat
a tara kesukua da u i ersal selalu ada terjari g da diru uska solusi ya.
bersama kita. Proses legislasi harus a pu menangkap aspirasi dari masyarakat sekaligus
e go trol ya. Ber agai ke ijaka serta su er
46 )nstrumen penilaian ini digunakan dan dikembangkan oleh BP(N sejak tahun , dan disebut sebagai metode 5 Dimensi (5D). Lebih jauh lihat http://bphn.go.id/news/2016041104071626/ ALUR-KERJA-ANALISIS-DAN- EVALUAS)-(UKUM-NAS)ONAL diakses
dan http://bphn.go.id/data/documents/lkip_ 47 bphn_
Agustus
_full_-_new.pdf diakses Agustus CBA adalah suatu metode analisis yang mengukur dan membandingkan seluruh manfaat/keuntungan yang
akan diperoleh, serta biaya/beban/kerugian/konsekuensi yang harus ditanggung oleh semua penerima dampak dari suatu kebijakan/atau regulasi tertentu, beserta alternatif yang ada untuk digunakan membantu proses pengambilan keputusan. Lebih jauh lihat Ida Bagus Rahmadi Supancana, Sebuah Gagasan Tentang Grand Design
Reformasi Regulasi Indonesia, (Jakarta: Penerbit Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2017) hlm. 73. 48 Pada dasarnya hukum nasional adalah suatu sistem. Sistem ini terdiri dari sejumlah unsur atau komponen atau
fungsi/variabel yang selalu pengaruh-mempengaruhi, terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas dan berinteraksi. Semua unsur/komponen/fungsi/variabel itu terpaut dan terorganisasi menurut suatu struktur
atau pola yang tertentu, sehingga senantiasa saling pengaruh mempengaruhi dan berinteraksi. Asas utama yang mengaitkan semua unsur atau komponen hukum nasional itu ialah Pancasila dan UUD 1945, di samping sejumlah asas-asas hukum yang lain seperti asas kenusantaraan, kebangsaan, dan kebhinekaan. Sistem hukum nasional tidak hanya terdiri dari kaidah-kaidah atau norma-norma hukum belaka, tetapi juga mencakup seluruh