ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT ILMU MENURUT K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB - Test Repository

  

ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT ILMU

MENURUT K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.)

  

Disusun oleh

AFRA FADLILAH MEYLIMA

111-14-232

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi KepadaYth.

  Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

  IAIN Salatiga Di Salatiga

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa : Nama : Afra Fadlilah Meylima NIM : 111 14 232 Judul : ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT

  ILMU MENURUT K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB

  Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimuqosahkan. Demikian agar menjdi perhatian.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salatiga, 18 Februari 2018

  Pembimbing, Prof. Dr. H. Mansur ,M.Ag.

   NIP. 19680613 199403 1004

  

SKRIPSI

ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT ILMU

MENURUT K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB

  Oleh

  

AFRA FADLILAH MEYLIMA

NIM: 111 14 232

  telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 26 Maret 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan

  Susunan Panitia Penguji : Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd.

  Sekretaris Penguji : Prof. Dr. Mansur, M.Ag. Penguji I : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. Penguji II : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.

  Salatiga, 18 Februari 2018 Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Suwardi, M.Pd.

   NIP. 1967021 199903 1 002

PERNYATAAN KEASLIAN

  Yang bertandatangan dibawah ini: Nama : Afra Fadlilah Meylima NIM : 111 14 232 Fakultas : TARBIYAHDAN ILMU KEGURUAN Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Judul Skripsi : ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT ILMU

  MENURUT K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB

  Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 18 Februari 2018 Yang menyatakan

  AFRA FADLILAH. M 111 14 232

  MOTTO

   NOTHING IS IMPOSIBLE IF YOU CAN BELIEVE IT

  

PERSEMBAHAN

  Karya Ilmiah berupa skripsi ini ku persembahkan kepada : 1.

  Alm. KH. Zoemri RWS dan Ibi Nyai Hj. Latifah Zoemry beserta keluarga yang mendidikku di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, untuk menjadi orang yang lebih baik.

  2. Kedua Orang tuaku Sukiman dan Suprihatin yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta semangat kepadaku selama ini.

  3. Saudara-saudaraku terutama bulikku mbok Sukas yang saya sayangi.

  4. Guru-guruku di Madrasah Islamiyah Matholi’ul Hidayah ( MIMH) Sapuran Wonosobo, terutama kepada Bp. Kyai. Miftahul Amin dan dewan asatidz Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Alfalah ( PPTI ) Al-Falah Salatiga.

  5. Semua santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah.

  6. Kepada seseorang yang selalu memberi aku semangat dan doa 7.

  Kepada teman-teman PPTI Al-Falah angkatan 2014 yang senantiasa memberi dukungan pula.

KATA PENGANTAR

  Syukur Alhamdulillah penulis lantunkan dalam lisan dan hati atas segala ni’mat dzohir dan bathin yang telah Allah berikan. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada manusia sempurna dan penyempurna segala kema’rufan Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul

  “Adab Peserta Didik dalam Menuntut Ilmu Menurut K.H Ahmad R ifa’i dalam Kitab Athlab” dapat terselesaikan.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak berbagai pihak yang turut serta membantu kelancaran proses pembuatan skripsi, baik secara material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

  1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Bapak Drs. H. Ahmad Sulthoni, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis dalam menempuh studi di IAIN Salatiga

  5. Bapak Prof. Dr.H. Mansur, M.Ag. selalu Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  6. Alm.KH. Zoemri RWS dan Ibi Nyai Hj. Latifah Zoemry beserta keluarga yang mendidikku di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, untuk menjadi orang yang lebih baik.

  7. Kedua Orang tuaku Sukiman dan Suprihatin yang telah mendoakan dan memberi kasihsayang serta semangat kepadaku selama ini.

  8. Saudara-saudaraku di rumah dan terutama kepada bulikku mbok Sukas yang saya sayangi yang senantiasa memberi doa dan dorongan.

  9. Guru-guruku di Madrasah Islamiyah Matholi’ul Hidayah ( MIMH) Sapuran Wonosobo, terutama kepada Bp. Kyai. Miftahul Amin dan dewan asatidz Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Alfalah ( PPTI ) Al-Falah Salatiga.

  10. Semua santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah.

  11. Kepada seseorang yang selalu memberi aku semangat dan doa 12.

  Kepada teman-teman PPTI Al-Falah angkatan 2014 yang senantiasa memberi dukungan pula dan Miladil yang selalu setia menemaniku dan membantuku menyelesaikan skripsi ini.

  Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

  Salatiga, 18 Februari 2018 Yang menyatakan

  AFRA FADLILAH. M

   111 14 232

  

ABSTRAK

  Meylima, Afra Fadlilah. 2018. Adab Peserta Didik dalam Menuntut Ilmu Menurut

  K.H Ahmad Rifa’i dalam Kitab Athlab. Jurusan Pendidikan Agama

  Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing Prof. Dr. Mansyur, M.Ag. Kata Kunci : athlab, menuntut ilmu, peserta didik.

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui Adab peserta didik dalam menuntut ilmu dalam kitab Athlab karya K.H Ahmad Rifa’i. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah biografi K.H Ahmad Rifa’i,

  Adab peserta didik dalam menuntut ilmu menurut K.H Ahmad Rifa’i dalam kitab

  Athlab , dan relevansi Adab peserta didik dalam menuntut ilmu di era modern.

  Metode penelitian yang digunakan yaitu literature (kepustakaan). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati pada sumber-sumber tertentu ,mencari, menelaah buku-buku, artikel atau lainya yang bersangkutan dengan skripsi ini. Pengumpulan data dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan sekunder.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa Adab peserta didik dalam menuntut menurut K.H Ahmad Rifa’i dalam kitab Athlab meliputi : kewajiban menuntut ilmu, dalam menuntut ilmu harus mencari guru yang ‘alim dan adil, tidak boleh menyakiti perasaan guru, mencari keberkahan guru dengan selalu menaati perintah dan menjauhi larangan dari guru. Menuntut ilmu harus memiliki etika terhadap guru, tidak pernah melawan guru, tidak menyakiti perasaan guru, karena keberkahan sebuah ilmu ada pada ridho seorang guru. Relevansi Adab peserta didik dalam mennutut ilmu menurut K.H Ahmad Rifa’i dalam menuntut ilmu dalam kitab Athlab di era modern dapat menjadi solusi dalam memperbaiki akhlak anak di era modern.

  

DAFTAR ISI

NOTA PEMBIMBING .......................................................................................... i

PENGESAHAN .................................................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIN ............................................................................... iii

MOTTO ............................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN .................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7 D. Manfaat Hasil Penelitian............................................................................. 7 E. Definisi Operasional ................................................................................... 8 F. Metode Penelitian ..................................................................................... 10 G. Sistematika Penelitian ............................................................................... 13 BAB II : BIOGRAFI K.H AHMAD RIFA’I IBN MUHAMMAD A. Latar Belakang Historis ............................................................................ 14 B. Waktu dan Tempat Kelahiran K.H Ahmad Rifa’i ................................... 16

  C.

  Riwayat Pendidikan dan Karir K.H Ahmad Rifa’i .................................. 22 D. Guru-Guru K.H Ahmad Rifa’i .................................................................. 26 E. Murid-Murid K.H Ahmad Rifa’i .............................................................. 28 F. Hasil Karya K.H Ahmad Rifa’i ............................................................... 31 G.

  Gambaran Kitab Athlab ............................................................................ 44

  

BAB III : PEMIKIRAN K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB

MENGENAI ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT ILMU A. Pengertian Peserta Didik .......................................................................... 49 B. Menuntut Ilmu ......................................................................................... 52 C. Adab Peserta Didik dalam Menuntut Ilmu dalam Kitab Athlab............... 55

BAB IV : ANALISIS ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT

ILMU MENURUT K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB Analisis adap Peserta Didik dalam Menuntut Ilmu Menurut K.H Ahmad Rifa’i dalam Kitab Athlab .............................................................................. 66 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................. 87 B. Saran ......................................................................................................... 89 C. Penutup ..................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................91

LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan di Indonesia saat memang menghadapi problematika

  yang sangat kompleks dan menuntut pembenahan secara seksama. Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar mengajar berlangsung secara menari dan menantang, sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan.

  Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, telah menyebabkan berkembangnya gaya hidup meterialistik dan hedonistik dikalangan warga masyarakat. dampak yang lebih jauh dari gaya hidup tersebut merebaknya dekadensi moral ataupelecehan nilai-nilai agama, baik dikalangan orang dewasa, remaja, maupun anak-anak. Akan tetapi, banyak dikalangan remaja, karena secara psikologis masa remaja merupakan masa yang penuh teka-teki (pertumbuhanya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar sehingga perkembangan jiwa mereka ataupun karakter mereka berbeda-beda, kepribadian mereka susah ditebak), dilematis (merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju usia dewasa sehingga cenderung coba-coba) dan sangat rentan.

  Perilaku-perilaku reaktif, semakin meresahkan jika diakaitkan dengan masa depan diperkirakan akan segera kompleks dan penuh tantangan. Tantangan kompleksitas memberikan dua alternatif, yaitu pasrah kepada nasib atau mempersiapkan diri sebaik mungkin. Misi pendidikan yang juga berdimensi masa depan tentu saja menjatuhkan pilihanya pada aternatif kedua, artinya pendidikan mengemban tugas untuk mempersiapkan perananya dimasa yang akan datang agar kelak menjadi manusia yang berkulaitas ( Ali dan Asrori, 2006:107).

  Ilmu menjadi sarana bagi setiap manusia untuk memperoleh kesejahteraan dunia maupun akhirat, maka mencari ilmu hukumnya wajib. Mengkaji ilmu itu merupakan pekerjaan mulia, karena banyak orang yang keluar mencari ilmu dengan didasari iman kepada Allah SWT. Maka semua dibumi mendoakannya.

  Karena mencari ilmu itu memerlukan perjuangan fisik dan akal, maka Nabi pernah bersabda bahwa orang yang keluar untuk mencari ilmu akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT, karena Allah suka menolong orang yang mau bersusah payahdalam menjalankan kewajiban agama ( Juwariyah, 2010: 141).

  Rasulullah SAW bersabda :

  ةملسمو ملسم لك ىلع ةضيرف ملعلا بلط “Menuntut ilmu adalah fardhu bagi setiap muslim dan muslimat” (H.R

  Ibnu Majah no 223) Dalam hadis di atas telah dijelaskan bahwa menuntut ilmu hukumnya wajib bagi semua orang Islam, dalam Islam mewajibkan untuk menuntut ilmu bukan tanpa alasan akan tetapi Islam memerintahkan hal tersebut karena ada keutaman yang terkandung bagi seseorang yang memiliki ilmu.

  Keutamaan ilmu sudah tidak diragukan lagi bagi siapapun, karena ilmu merupakan sesuatu yang khusus yang dimiliki manusia. Sebab segala hal di luar ilmu itu tidak dimiliki oleh manusia dan segala macam binatang, seperti keberanian, ketegasan, kedermawana, dan kasih sayang. Dengan ilmu pula Allah memberikan keunggulan kepada Nabi Adam As atas para Malaikat. Dan Allah menyuruh para Malaikat untuk besujud kepada Adam. Keutamaan ilmu hanya kerena menjadi pengantar menuju ketaqwaan yang menyebabkan orang berhak mendapat kemulyaan disisi Allah dan kebahagiaan yang abadi, dalam syair Muhammad bin Hasan bin Abdillah menjelaskan :

  دم احملا لكل ناونعو لضفو # هلهلأ نيز ملعلا ناف ملعت دءاوفلا روخب يف حبساو ملعلا نم# ةدايز موي لك اديفتسم نكو

“ Tuntutlah ilmu karena ilmu merupakan perhiasan bagi pemiliknya, keunggulan

dan pertanda segala pujian , jadikankanlah dirimu sebagai orang yang selalu

menambah ilmu setiap hari, dan berenanglah di lautan makna “(Ma’ruf Asrori,

2012 : 12-15).

  Emha Ainun Najd ib ( Cak Nun) berkata “ jika ilmu meningkat maka jiwa akan meluas”, menurutnya orang pintar itu harus menyesuaikan diri dengan orang bodoh, bukan orang bodoh yang harus menyesuaikan orang pandai. Karena apa gunanya kepandaian kalau tidak digunakan untuk menampung orang bodoh, apa gunanya mempunyai ilmu kalau tidak bisa menyesuaikan diri dengan orang bodoh ( Emha Ainun Nadjib, 2015:223).

  Dalam hal ini telah dipahami betapa pentingnya menuntut ilmu, dan dapat ditegaskan pula dengan adanya perkembangan tekhnologi tidak dapat dipungkiri bahwa menuntut ilmu bagi para pelajar sudah sangat mudah dalam mencari informasi untuk belajar serta sumber belajar yang di sekolah belum diajarkan secara totalitas. Dalam hal menuntut ilmu tidak ada dua ikon penting yaitu guru dan peserta didik, dan dua ikon tersebut memiliki kewajiban tersendiri. Terutaman kaitannya dengan kewajiban ataupun etika peserta didik.

  Dalam hal ini telah dipahami bahwa peserta didik memiliki beberapa kewajiban dalam menuntut ilmu, menurut Imam al-Ghazali (Muhammad Jawwad Ridla,2002:124-127) kewajiban atau wadlifah anatalain pertama , memprioritaskan penyucian diri dari akhlak tercela dan sifat buruk, kedua, menjaga diri dari kesibukan duniawi dan seyogyanya berkelana jauh dari tempat tinggalnya, dalam kitab alala karangan Al’alamah Syaikh Burhanuddin Az- zaarnuji :

  “Lungoho songko deso perlu ngudi kamulyan

  Kerono limang faidah den temu ing pelungan Siji ilange susah loro rizkine tambah Kaping telu merkoleh ilmu nyebabake bungah”

  Artinya :

  “ Pergilah kamu keluar adri desamu Karena ada lima manfaat yang akan kamu dapat Satu hilangnya ksesdihan dua tambah rizki Ketiga mendaptkan ilmu yang membuat bahagia”

ketiga, tidak membusungkan dada terhadap orang alim (guru), melainkan bersedia

  patuh dalam segala urusan dan bersedia mendengarkan nasihatnya, keempat,bagi penuntut ilmu pemula hendanya menghindarkan diri dari mengkaji variasi pemikiran tokoh, baik menyangkut ilmu ilmu-ilmu duniawi maupun ilmun ukhrowi. Sebab hal ini dapat mengacaukan pikiran, membuat bingung dan memecah konsentrasi, kelima, penuntut ilmu tidak mengabaikan suatu disiplin ilmu apapun yang terpuji, melainkan bersedia mempelajarinya hingga tahu akan orientasi dan disiplin ilmu yang diamaksud, keenam, penuntut ilmu dalam usaha mendalimi suatu ilmu tidak dilakukan secara sekaligus, akan tetapi perlu bertahap dan memprioritaskan yang terpenting (Muhammad Jawwad Ridla, 2002: 124- 127).

  Berkaitan dengan hal tersebut, kedudukan etika murid atau peserta didik dalam menuntut ilmu menempati posisi yang sangat penting. Sebab apabila murid mempunyai etika yang baik maka akan pula lahir dan batinya, akan tetapi apa bila etika dan akhlaknya buruk, maka rusaklah lahir dan batinya.

  Pada masa sekarang ini banyak ditemukan adanya kekeliruan bagaimana dalam menuntut ilmu yang baik dengan tatakrama yang ada. Pada saat di sekolah anak sering tidak patuh dengan guru, ketika guru menjelaskan mereka asik berbicara dengan temanya, sehingga mereka tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan. Padahal guru merupakan spiritual father (bapak ruhani) bagi muridnya yang senatiasa memberi santapan jiwa dengan ilmunya (Soeharto, 2006:120)

  Padahal, etika dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan murid merupakan suatu hal yang sampai saat ini masih menjadi buah bibir pendidikan di Indonesia. Sering kita dapati dalam media masa tentang rusaknya etika yang telah mengikiskan praktisi pendidikan, di Kabupaten Bengkulu Utara. Di SMP Negeri 3 Kerkap di Desa Tanjung Putus Kecamatan Kerkap. Seorang guru harus menderita patah tulang hidung setelah ditinjau oleh muridnya sendiri yang tidak terima setelah ditegur lantaran berbuat kesalahan di ruang kelas

  Melihat kasus di atas menunjukkan bahwa kewajiban seorang peserta didik kurang diterapkan secara baik dan belum dipahami oleh peserta didik sehingga menjadikan peserta didik berani dengan guru.

  Salah satu kitab yang membahas tentang menuntut ilmu yaitu kitab Athlab (

  بلطا( karya K.H Ahmad Rifa’i ibn Muhammad yang dikarang pada tahun 1842 Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu yang terdiri dari 1 koras (Ridlo, 2016:88).

  Ridlo, Muhammad Amin. 2016. USFITA (Usul, Fiqh, Tasawuf). Wonosobo:Manba’ul Anwar Press. KH Ahmad Rifa’i bin RKH. Muhammad Marhum bin RKH. Abisuja’ alias Raden Soetjowidjojo yang brasal dari Kendal, Semarang, Jawa Tengah adalah seorang pejuang sekaligus ulama besar di Indonesia pada abad ke XIX dalam menentang pemerintah kolonial Hindia Belanda(Amin, 1996:9). Beliau merupakan penulis yang sangat produktif, karena beliau telah menulis berpuluh-puluh kitab semasa hidupnya. Kitab-kitab yang dikarang memuat hukum-hukum Islam yang sangat penting dan yang unik dari kitab-kitab beliau adalah berupa nadzom atau syair dari segi bahasa karena menggunakan bahasa Jawa Pegon atau sering disebut bahasa Tarajumah karena kitab tersebut merupakan hasil terjemahan dari kitab-kitab berbahasa Arab. Salah satu kitabnya yaitu Athlab yang membahas tentang kewajiban menuntut ilmu yang berisi tentang etika menuntut ilmu serta etika para santri atau peserta didik (Muhammad Amin Ridlo, 2016:88).

  Beranjak dari latar belakang yang sudah penulis paparkan di atas maka penulis mencoba menulis sebuah skripsi dengan mengangkat judul tentang “ ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT ILMU MENURUT K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB” B.

   Rumusan Masalah

  Berdasarkan gambaran masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana biografi K.H Ahmad Rifa’i ibn Muhammad? 2.

  Bagaimana adab peserta didik dalam menuntut ilmu menurut K.H Ahmad Rifa’i dalam kitab Athlab? 3. Bagaimana relevansi adab peserta didik dalam menuntut ilmu di era modern dalam kitab Athlab

C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bigrafi K.H Ahmd Rifa’i 2.

  Untuk menjelaskan adab peserta didik dalam menuntut ilmu dalam kitab Athlab karangan K.H Ahmad Rifa’i 3. Untuk mengetahui relevansi adab peserta didik dalam menuntut ilmu di era modern dalam kitab Athlab

D. Manfaat Hasil Penelitian

  Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan skripsi ini yaitu:

  1. Manfaat Teoritis a.

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi para akademis khususnya penulis untuk mengetahui lebih lanjut tentang adab peserta didik dalam menuntut ilmu dalam kitab Athlab. Dengan ini dapat memperluas kepustakaan yang dapat menjadi referensi penelitian-penelitian selanjutnya.

  b.

  Untuk memberikan wawasan bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

  2. Manfaat Praktis a.

  Agar dapat memberikan gambaran pada peserta didik betapa pentinganya menuntut ilmu.

  b.

  Memberikan pengetahuan tentang adabp peserta didik dalam menuntut ilmu c.

  Bahan acuan bagi para peserta didik agar memiliki semangat dalam menuntut ilmu.

E. Definisi Operasional

  Untuk menghindari kekeliruan pembaca dalam memahami istilah dalan judul penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan-penjelasan definisi operasionalnya. Beberapa istilah yang dipandang perlu untuk dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Peserta Didik

  Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Sosok peserta didik umumnya merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan oran lain untuk bisa tumbuh dan berkembang menuju kedewasaan (Siswoyo,2007:87).

  Menurut Khoiron Rosyadi (2004) Anak didik sebagai komponen pendidikan yang tidak bisa terlepas dari sistem kependidikan, sehingga ada aliran pendidikan yang menempatkan anak didik sebagi pusat segala usaha pendidikan. Meningat pendidikan itu merupakn proses pembinaan dan perkembangan terhdap profesi fitrah yang dimiliki anak didik, maka ada hal-hal yang penting yang harus dipahami seorang pendidik. Rosyadi, Khoiron. 2004. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2.

  Kitab Athlab Kitab Athlab merupakan salah satu kitab karangan K.H Ahmad Rifa’i,kitab ini berisi tentang kewajiban menuntut ilmu.

  Kitab Athlab menggunakan bahasa terjemah atau biasa disebut bahas Tarajumah karena kitab tersebut merupakan kitab terjemahan dari kitab-kitab arab yang berupa syair atau nadzom. Adapun beberapa pembahasan yang ada dalam kitab Athlab diantaranya adalah sebagai berikut: a.

  Kewajiban mencari ilmu b. kewajiban saling tolong-menolong dalam mencari ilmu c. kewajiban orang yang alim untuk berbagi ilmunya d. orang bodoh taqsir tidak boleh mengajar e. beberapa santri yang dianggap bodoh taqsir ( bodoh tidak ada usaha untuk belajar) f. tanda-tanda mukmin yang jujur g. mengistiqomahkan syukur kepada Allah SWT h.

  Hati orang kafir adalah hati yang penuh dengan penyakit karena tanpa iman

F. Metode Penelitian 1.

  Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitiaan keputakaan

  (Library Research), yaitu suatu bentuk penelitian terhadap literatur dengan pengumpulan data atau informasi dengan bantuan buku-buku tentang K.H Ahmad Rifa’i dan kitab-kitab karangan K.H Ahmad Rifa’i yang berkaitan dengan pemikiran mengenai peserta didik dalam menuntut ilmu, yang ada di perpustakaan dan materi pustaka lainya.

  Dalam hal ini Arif Furchan,(1982:98), menegaskan bahwa penelitian kepustakaan yang dimaksud adalah studi yang sebenarnya digali dari buku-buku, disertai dengan indeks penerbitan berkala (majalah atau surat kabar), sistem penyimpanan dan pencarian informasi.

2. Sumber Data a.

  Sumber Data Primer

  Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan dikaji dalam permasalahan. Karena sifat dari penelitian literer, maka datanya besumber dari literatur. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah dari kitab karangan K.H Ahmad Rifa’i dalam kitab Athlab.

  b.

  Sumber data sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan peserta didik dan menuntut ilmu sebagai pendukung dalam pembahasan skripsi ini yang ada di dalamnya di anataranya: 1). Dwi Siswoyo, dkk. Ilmu Pendidikan. 2). Muhammad Jawwad Ridla. Tiga Aliran Utama Teori

  Pendidkan Islam 3). Khoiron Rosyadi. Pendidikan Profetik.

  4). Buku-buku pendukung lainya 3. Tekhnik Pengumpulan Data

  Untuk memperoleh data-data dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research) dengan langkah- langkah sebagai berikut: a.

  Membaca buku-buku sumber, baik primer maupun sekunder b. Mempelajari dan mengkaji serta memahami isi yang ada dalam buku sumber c.

  Menganalisis sekaligus mengidentifikasi serta mengelompokan sesuai dengan masing-masing bab

4. Metode Analisi Data

  Metode anslisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisi atau content analysis. Analisis ini adalah metode yang digunakan untuk menganalisis teks, sifatnya terus terang dan mengandung makna yang tersurat (Sarosa, 2012:71). Dalam menganalisis data dari pengumpulan data yang telah dilakukan penulis menggunakan analisis data sebagai berikut : a.

  Deskriptif Sebagai sebuah karya ilmiah yang bersifat literal, maka segala sesuatu yang terkait topik pembahasan hasilnya apa adanya sejauh yang dipahami penulis. Adapun tekhnik diskriptif yang penulis gunakan adalah analisis kualitatif.

  Dengan analisis ini akan diperoleh gambaran mengenai isi buku yang diteliti.

  b.

  Content Analysis Metode ini digunakan untuk memperoleh pemahaman isi dan makna dari berbagai data dalam penelitian, analisis objektifitas, pendekatan sistematis, dan generalisasi, baik yang mengarah pada makana, terutama dalam penarikan kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

  Penulisan karya ilmiah harus bersifat sistematis,di dalam penulisan skripsi ini pun harus dibangun secara berkesinambungan. Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang isinya adalah sebagai berikut :

  Bab I : Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II : Biografi tentang K.H Ahmad Rifa’i meliputi nasabnya, kelahiran K.H Ahmad Rifa’i, masa kanak-kanak , cikal bakal menjadi ulama, riwayat pendidikan, karya-karya serta ringkasan tentang kitab Athlab.

  Bab III : Pemikiran K.H Ahmad Rifa’i dalam kitab Athlab mengenai peserta didik dalam menuntut ilmu. Bab IV : Analisis adab Peserta Didik dalam Menuntutt Ilmu dalam kitab Athlab karya K.H Ahmad Rifa’i.

  Bab V : Penutup, bab ini berisi kesimpulan, saran.

BAB II BIOGRAFI K.H AHMAD RIFA’I IBN MUHAMMAD A. Latar Belakang Historis Seorang ulama terkenal di Jawa Tengah bernama KH Ahamad Rifa’i ibn Muhammad, pada abad 19 M, pasca perang Diponegoro. Beliau

  dilahirkan di desa Tempuran Kendal, pada 9 Muharam 1208 H / 1786 M, dalam buku (Ahmad Syadzirin Amin,1995:40), disebutkan bahwa pada 9 Muharam adalah hari kamis, dan beliau wafat pada usia 84 tahun hari Ahad 6 Rabiul Akhir 1286 H/ 1870 M (Muhammad Amin Ridlo,2008:103). Dalam buku

  Gerakan Syaikh Ahmad Rifa’i dalam Menentang Kolonial Belanda (Ahmad Syadzirin Amin,1995:40),

  disebutkan bahwa ada tiga macan perbedaan mengenai tanggal dan tahun wafatnya K.H Ahmad Rifa’i. Pertama,ia meninggal pada hari Ahad manis tanggal 6 Rabiul Akhir 1286 H, dalam usia 85 tahun dalam hitungan tahun Hijriyah. Kedua, hari Ahad Rabiul Awwal 1070 M dalam usia 84 tahun menurut kalender Masehi. ketiga, menurut ulama generasi kedua, setelah generasi Haji Abdul Qahhar, Syekh Ain Abdul Muthalib Kendal, Ahmad Bajuri yang berasal dari Batang, mengatakan bahwa Syaikh Ahmad Rifa’i meninggal pada hari Kamis manis 25 Rabiul Awwal 1286 H, atau tahun Jim Awwal, dalam usia 84 tahun (Ahmad Syadzirin Amin,1995:99).

  Seorang ulama ahli Fikih dan Tasawuf yang terkenal anti penjajahan Belanda. Sehingga diasingkan sampai ke Ambon, bahkan sampai wafat di sana. Seorang penulis kitab (mualif), yang sangat produktif baik karya asli maupun terjemahan. Bisa dikatakan beliau sebagai tokoh ulama yang menulis kitab dengan Jawa Pegon. KH Ahmad Rifa’i yang terkenal dengan sebutan mbah Ripangi, merupakan ulama yang mempunyai pengaruh kuat di kalangan santri-santrinya dan masyarakat luas. Santrinya terkenal dengan santri Tarajumah (Muhammad Bibit Suprapto, 2003:202).

  Syaikh Ahmad Rifa’i seorang ulama intelektual lulusan Makkah dan Mesir yang mempunyai reputasi tinggi, yang berjiwa patriotik, seorang ulama ahli fiqh, penyair, pengarang paling produktif, mubaligh handal, juru dakwah ulung, ahli sufi berorientasi fiqh, dan pendidik yang banyak muridnya. Ada sekitar 65 kitab yang dikarang beliau (Ahmad Syadzirin Amin, 1996:25).

  Sebagai pembaharu dan pemurni Islam, KH Ahmad Rifa’i merasa tidak puas dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat. Ia menanamkan kesadaran umat bahwa praktek kehidupan agama sudah jauh menyimpang dari tatanan syariah (Ahmad Syadzirin Amin, 1996:25-26).

  Jelaslah bahwa K.H Ahamad Rifa’i atau mbah Ripangi adalah seorang ulama besar, dan pengarang kitab yang produktif, baik dalam bab Ushul, Fikih, dan Tasawuf dalam (Muhammad Amin Ridlo,2008:106), kitabnya adalah Riayatul Himmah, kitab tersebut ada dua jilid yaitu yang terdiri dari 25 koras, dalam kitab tersebut membahas mengenai Ushul,fiqh dan Tasawuf (Muhammad Amin Ridlo,2008:106), kitab Abyanal Hawaij juga berisi juga berisi Ushul, Fikih,dan Tasawuf. Rincinya bab Fikih ada dalam Riayatul Himmah jilid I , Tasawuf ada dalam kitab Riayatul Himmah jilid II (Muhammad Amin Ridlo,2008:106). Seorang ulama penantang penjajah Belanda yang radikal dan non cooperative, hingga rela hidup dalam pembuangan nan jauh dari tanah kelahirannya, tetapi pengaruhnya tetap hidup dan berkembang sampai sekarang (Muhammad Bibit Suprapto, 2003:208).

B. Waktu dan Tempat Kelahiran K.H Ahmad Rifa’i

  Syekh Haji Ahmad Rifa’i lahir di desa Tempuran yang teletak di sebelah selatan Masjid Agung Kendal pada hari kamis 9 Muharam 1208 H/1786 M dan m eninggal pada usia 84 tahun hari ahad 6 Rabi’ul Akhir 1286 H/ 1870 M. Ayahnya bernama Muhammad Marhum, anak seorang penghulu landeraad Kendal bernama RKH. Abu Sujak alias Sutowidjojo (Muhammad Amin Ridlo,2008:103).

  Sejak lahir hingga usia enam tahun Ahmad Rifa’i hidup diasuh langsung oleh kedua orang tuanya. Sesuai dengan tradisi di kalangan santri, setiap anak dikenalkan huruf- huruf Arab, Alif, Ba’, Ta’, Tsa’, Jim, Ha’diajarkan tulis menulis dan merangkai huruf menjadi bentuk kalimat lalu dibaca. Dan diajari pula bacaan surat Fatihah, Al-Ikhlas, surat Falaq bin Nas hingga hafal. Dikenalkan siapa pencipta dirinya dan alam semesta, diajarkan bahasa kromo inggil, bahasa sopan santun pada orangtua pada kawan sebaya yang lazim digunakan di kalangan bangsawan keturunan keraton. Selain itu Ahmad Rifa’i dilatih tatacara melaksanakan sholat fardhu dan bacaan yang wajib dibaca serta bacaan yang sunah dibaca. Dan mengkaji Al- Qur’an bin Nadlar kepada seorang guru desa di Tempuran (Ahmad Syadzirin Amin,1995:42).

  Ayahnya meninggal pada tahun 1207 H/ 1794 M, ketika beliau masih berusia 6 tahun, kemudian beliau diasuh oleh kakak iparnya bernama KH. Asy’ari, seorang ulama terkenal di wilayah Kaliwungu. Dua Tahun setelah ayahnya meninggal kakeknya meninggal dan dimakamkan di pemakaman Masjid Agung Kendal. Hanya dari ibunya saja Ahmad Rifa’i mendapat asuhan dan bimbingan serta pengawasan selanjutnya. Ibunya yang bernama Siti Rahmah semakin bertambah berat beban hidup yang ditanggung. Tujuh anak dalam rumah tangga sederhana, biaya hidupnya masih membutuhkan belas kasih ibundanya (Ahmad Syadzirin Amin,1995:42).

  Sesuai dengan pesan Nabi :

  اهيلع مه وبرضاو نينس عبس ء انبأ مهو ة لاصل اب مكد لاوأ اورم عج اضملا يف مهنيب اوقرفو رشع ء انبأ مهو

  ”Perintahlah kamu pada anak-anakmu untuk mengerjakan shalat

  

setelah usia tujuh tahun dan memukulah kamu (karena pendidikan) pada

anak-anakmu setelah berusia sepuluh tahun jika meninggalkanya (Hadis

  Shohih riwayat Ahmad, Abu Dawud, Hakim dari Umar (Jalaluddin Suyuthi: Al Jamius Shaghir: Bairut, Darulfikri,1981,jld.II.hal.535.).

  Maka untuk mengurangi beban berat Siti Rahmah dan demi kelangsungan pendidikan masa depan, setelah memasuki usia tujuh tahun, Ahmad Rifa’i dibawa oleh kakak kandungnya Nyai Radjiyah ke Kaliwungu dan tinggal di rumahnya. Selama di kaliwungu ia mendapatkan pendidikan dan pembinaan dari kakak iparnya KH. Asy’ari seorang ulama kharismatik pendiri dan pengasuh pondok pesantren Kaliwungu, dalam sumber tidak dijelaskan nama pondoknya, dan dapat disimpulkan pondok K.H Asy’ari masih apa tidak tidak disebutkan dalam sumber. Dari permulaan mengaji ilmu agama sampai cabang-cabang dan rantingnya, Ahmad rifa’i hampir tak pernah lepas dari binaan ulama Kaliwungu (Ahmad Syadzirin Amin,1995:42-43).

  Cikal bakal menjadi ulama besar ada pada diri Ahmad Rifa’i dikisahkan : Oleh ulama terkemuka generasi kedua Syaikh Ahmad Bajuri bin

  Abdul Mutholib Kendal, bahwa pada diri Ahamd Rifa’i ada suatu keistimewaan yang merupakan tanda kekuasaan kebesaran Allah sebagai alamat cikal bakal ulama besar dikemudian hari, diperlihatkan kepada masyarakat kaum santri di Kaliwungu, terutama pada kakak iparnya Kiai Asy’ari. “pada suatu malam gelap gulita Kiai Asy’ari secara diam-diam memeriksa para santri yang sedang berada dalam asrama pondok, tiba-tiba dikejutkan dengan seberkas cahaya menerangi asrama dan memancar tinggi ke atas. Dia menyangka cahaya itu berasal dari lampu milik anak santri yang sedang menelaah kitab, tetapi sangkaan itu meleset karena ternyata cahaya itu berasal dari lekuk di tengah-tengah perut (pusar) seorang santri kecil yang belum diketahui identitasnya. Kiai Asy’ari terheran karena belum pernah menyaksikan kejadian seperti itu, kemudian beliau bersiasat untuk menyobek sarung anak tersebut dengan dugaan besok ada salah satu anak yang akan menangis karena sarungnya sobek,alasan mengapa sarung anak tersebut disobek karena K.H Asya’ri benar-benar tidak tahu siapa anak kecil itu, sehingga inisiatif yang muncul adalah dengan cara menyobek sarung bagian bawahnya, sehingga nanti akan ketahuan siapa anak itu. Dan sungguh tepat sekali dugaan sang Kiai asrama santri geger karena Ahmad Rifa’i menangis dan marah-marah karena sarungya sobek, kemudia diatasi oleh Kiai Asy’ari dan diganti dengan sarung yang baru. Dan ternyata santri yang memancarkan cahaya dari pusarnya adalah adik iparnya sendiri, yang menurut kepercayaan masyarakat sekitar adalah tanda cikal bakal menjadi ulama besar dikemudian hari” (Ahmad Syadzirin Amin,1995:43-44).

  Pada masa remaja Ahmad Rifa’i, atas pola dasar pemikiran itu. Ahmad Rifa’i hampir sama sekali tidak meluangkan waktunya untuk keperluan lain kecuali menuntut ilmu agama pada kiai Asy’ari dan kiai lainnya. Tiada hari tanpa mengaji, tiada waktu tanpa menuntut ilmu, tiada saat tanpa bela jar semangat dan tiada hidup tanpa amar ma’ruf. KH Ahmad Rifa’i mendasarkan pula pada cita-cita suci yaitu Pemuda sekarang! Pemimping di masa mendatang!.

  KH Ahmad Rifa’i di Kaliwungu Kendal belajar ilmu agama yaitu:

  n

ahwu, shorof, fiqh, badi’, bayan, dan ilmu hadis Alqur’an ( Muhammad

  Amin Ridla, 2016:84). Dalam buku Gerakan Syaih Ahmad Rifa’i dalam menentang Kolonial Belanda karya Ahmad Syadzirin Amin,1995:45, ilmu pokok yang dipelajari KH Ahmad Rifa’i adalah ada 3 yaitu Ilmu Fiqh, Ilmu Tasawuf dan Ketuhanan. Untuk memperluas pemahaman tentang ilmu- ilmu agama, KH Ahmad Rifa’i kemudian mendalami cabang-cabang beserta ranting-ranting yang berkaitan dengan tiga ilmu di atas, cabang- cabangnya di antaranya adalah :

  Ulumul Qur’an, Mushthalahuh Hadist, Lugahotul Arabiyah, Balaghoh, Mantiq, Falak, Arudl, dan lain-lain.

  Setelah melampaui masa pancaroba dengan selamat menjadi orang dewasa, Ahmad Rifa’i memulai babak baru di dalam meneruskan cita- citanya. Yaitu mempersunting seorang gadis desa bernama Umul Umroh, mereka menikah dengan adat kebiasaan di sana. Semua kegiatan resepsi dilaksanakan dengan tertib.

  Permualan dakwah KH Ahmad Rifa’i perlu perjuangan keras, berangkat dari firman Allah dalam surat An Nahl ayat 125 :

  عْدا

ِةَنَسَحْلا َكِّبَر

ْم هْلِداَجَو َيِه يِتَّلاِب ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِحْلاِب ِليِبَس ىَلِإ

  نَسْحَأ َّنِإ َكَّبَر َو ه مَلْعَأ

  ْنَمِب َّلَض ْنَع ِهِليِبَس

  َو هَو مَلْعَأ َنيِدَتْه مْلاِب ( ٥٢١ )

  “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

  Kiai Ahmad Rifa’i menyayangkan banyak orang mukmin yang tergolong ahli agama (‘alim), bersekutu dengan pihak Hindia-Belanda, dalam kitab Sawalih , beliau menulis :

  “Satengah alim akeh podo sarekat Maring raja negara dosa dhalim Lan raja kafir atine tan taslim Tan ngistoaken ing quran Adzim Nyatru ing panutan adil alim Artinya :

  Diantara orang alim ada yang bersekutu Kepada raja yang berdosa dan dzalim Dan kepada raja yang kafir hatinya tidak Islam Tidak mempertimbangkan Al-Quran Adzim Membenci panutan yang adil alim (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2010:396).

  Sebagai tokoh yang terisolasi dari lingkungan pejabat pemerintah kolonial, Kiai Rifa’i tidak saja menentang pemerintah Hindia-Belanda, tetapi menentang juga para pejabat seperti para penghulu, demang, dan bupati. Para pejabat itu telah sesat menurut beliau karena tunduk dengan pemerintah kafir yaitu Belanda. Ia sangat ingin melaksanakan Syariah Islam secara murni dan konsekuen. Dan ia juga menentang para pengulu yang berserikat dengan pemerintah Belanda, sehingga dalam kitab karangannya yaitu Riayatul Himmah beliau menuliskan :

  Utawi wali fasik iku sah tinutur Mlakeaken ing wong wadon sebab uzur Ora nang sekabehe wali adil lan jujur Ikulah werdi syara’ kang pitutur Artinya :

  Bila wali fasik itu sah ucapanya Menikahkan yang perempuan karena uzur Tidak semua wali itu adil dan jujur Itulah tuntunan syarak yang benar

  Sebagai protes keras beliau terhadap para penghulu yang dianggap tidak adil sehingga menurut beliau pernikahan tidak sah (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2010:396).Maka KH Ahmad Rifa’i merasa terpanggil umtuk segera menyampaikan dakwah kepada masyarakat Islam di sekitar Kendal. Bahwa sempat pula berdakwah kel uar daerah, seperti ke Wonosobo. Dakwah Ahmad Rifa’i lebih mengajarkan ke masalah-masalah dasar seperti ibadah sholat, jamaah dan shalat jum’at, serta tentang arah kiblat, penikahan dan muamalah.

  Akan tetapi dak wah keras Ahmad Rifa’i tidak disukai oleh para ulama di derah Kendal, oleh karena itu Ahmad Rifa’i di usir dari Kendal beliau diusir oleh para ulama yang pro dengan Belanda dan pihak pemerintahan Belanda , tetapi men urut Ahmad Rifa’i kewajiban dakwah tidak terbatas hanya di Kendal saja, melainkan di mana saja, kapan saja selama hukum- hukum Allah belum ditegakakkan secara maksimal (Ahmad Syadzirin Amin,1995:47-49).

  K.H Ahmad Rifa’i juga pernah dipenjarakan di Wonosono gara- gara pihak Belanda menganggap bahwa tindakan KH Ahmad Rifa’i terlalu berlebihan ketika berdakwah di Wonosobo, beliau ditangkap dan dipenjarakan di Wonosobo tanpa melalui peradilan resmi, karena penahanan hanya bersifat preventif . akan tetapi ruapaya penjara bukan menjadi penghalang dakwah, menurutnya lebih baik di penjara daripada harus menaati peraturan pemerintah kafir yang merobek tatanan sayriat Islam dan tatanan budaya leluhur di bumi Nusantara ini (Ahmad Syadzirin Amin,1995:47-49).

C. Riwayat Pendidikan dan Karir KH Ahmad Rifa’i

  Kebiasaan KH Ahmad Rifa’i dengan dakwah yang tegas tersebut membuat was-was keluarga yang ada di Kendal, sebenarnya keluarga Ahmad Rifa’i sudah sering menasehati beliau agar tidak bersifat keras terhadap pemerintah agar dapat terhindar dari resiko yang membahayakan.

  Ahmad Rifa’i adalah seorang ulama dan kader tangguh yang sudah banyak makan asam garam perjuangan dakwah. Kendari resiko matipun akan dihadapi dengan sikap kesatria. Nampaknya dia diilhami semboyan :

  Hiduplah merdeka! Atau matilah syahid! , sehingga dalam kancah

  kehidupan Ahmad Rifa’i lebih mementingkan keselamatan agama dari segala-galanya.

  Ketika Ahmad Rifa’i berusia 30-an tahun meminta restu dari keluarga di Kaliwungu dan Kendal untuk pergi menuntut ilmu ke Makkah.