PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KYAI POLITIKUS : STUDI KASUS PERSEPSI MASYARAKAT DESA TERUNGWETAN KRIAN SIDOARJO TERHADAP KYAI BERPOLITIK.

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KYAI POLITIKUS (Studi Kasus Persepsi Masyarakat Desa Terungwetan Krian Sidoarjo

Terhadap Kyai Berpolitik) SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

(S.I.Kom) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Disusun oleh : Muchammad Maskurulloh

NIM. B06211020

Dosen Pembimbing: Drs. Yoyon Mudjiono. M. Si

NIP. 195409071982031003

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Muchammad Maskurulloh, B06211020, 2015. PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KYAI POLITIKUS (Studi Kasus Persepsi Masyarakat Desa Terungwetan Krian Sidoarjo Terhadap Kyai Berpolitik). Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Persepsi Masyarakat, Kiai Kampung Berpolitik dan Masyarakat desa Terungwetan.

Persepsi adalah inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Seperti halnya yang terjadi di desa Terungwetan ada kiai kampung berpolitik. Dan masyarakat berpersepsi berbeda – beda. Ada sebuah persoalan yang dikaji dalam skripsi ini, yaitu : Bagaimanakah Persepsi masyarakat desa Terungwetan tentang kiai berpolitik. Dan bagaimana kesan dan pesan masyarakat desa Terungwetan tentang kiai berpolitik. Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam peneliti menggunakan metode kualitatif dan wawancara mendalam, ini sangatlah berguna untuk mengetahui banyak fakta yang terjadi di masyakat Desa Terungwetan Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Dari hasil penelitian ini di temukan bahwa, Pertama: Banyak masyarakat desa Terungwetan menyetujui dengan keterlibatan kiai Sunan Asyari berpolitik. Karena masyarakat tahu kinerja beliau, orang yang jujur, amanah. Telah dibuktikan kinerja beliau sebagai sekretaris desa Terungwetan. Beliau menjabat sekretaris desa sudah bertahun – tahun. Dari situlah masyarakat tidak kawatir terhadap kiai Sunan Asyari untuk berpolitik. Kedua: Berdasarkan kesan dan pesan masyarakat desa Terungwetan tentang kiai berpolitik. Masyarakat desa Terungwetan sangat mendukung dengan apa yang dilakukan oleh kiai Sunan Asyari untuk berpolitik. Dengan beliau mengurusi politik ada manfaat untuk kemajuan desa setempat. Misalnya, kemajuan sosial budaya akan berubah. Akan tetapi dari tanggapan masyarakat yang baik, tanggapan kurang baik dari masyarakat juga ada. Masyarakat menilai bahwa kiai sebaiknya menjadi pembina atau pembimbing politik. Dengan demikian kiai kembali sebagai panutam umat atau orang yang dipercaya oleh masyarakat setempat.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI...iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v

KATA PENGANTAR...vi

ABSTRAKS...viii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL ...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Fokus Penelitian...5

C. Tujuan Penelitian...6

D. Manfaat Penelitian...6

E. Kajian Pustaka Terdahulu...6

F. Definisi Konsep...7

G. Kerangka Pikir Penelitian ...10

H. Metode Penelitian...12

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian...12

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian...14

3. Jenis dan Sumber Data...14

4. Tahap – Tahap Penelitian...15

5. Teknik Pengumpulan Data...16

6. Teknik Analisis Data...17

7. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data...18


(7)

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Kajian pustaka...21

1. Persepsi...21

a. Pengertian ...21

b. Sifat – sifat Persepsi...25

c. Proses Persepsi...27

d.Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi...30

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi...33

2. Persepsi Dalam Komunikasi...35

3. Pengertian Masyarakat...36

4. Pengertian Politik...39

5. Komunikasi Politik...42

6. Kiai Politik...52

B. Kajian Teori...55

BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN A. Profil Data...57

1. Kondisi Geografis Desa Terungwetan...57

2. Kondisi Demografi Desa Terungwetan...59

3. Sejarah Desa Terungwetan...66

B. Diskripsi Data Penelitian...66

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN A. Analisis Data...74

B. Konfirmasi dengan Teori...81

BAB V PENUTUP A. Simpulan...83


(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kiai merupakan tokoh agama yang dianut oleh masyarakat khususnya para muslim. Gelar kiai bukan pengakuan individu, melainkan gelar kehormatan dari masyarakat kepada seseorang yang memiliki pondok pesantren dan keahlian ilmu agama Islam atau beliau memang ahli dibidang agama. Gelar kiai tidak harus diberikan kepada mereka yang memiliki pesantren, tetapi juga dapat diberikan kepada guru ngaji atau imam masjid yang memiliki pengetahuan keislaman lebih dibandingkan dengan warga lain. Kiai memiliki pengaruh sangat kuat terhadap masyarakat karena faktor lingkungan dan sistem sosial. kiai adalah orang yang diyakini penduduk mempunyai otoritas yang sangat besar dan kharismatik. Kiai dipandang mempunyai kelebihan – kelebihan luar biasa yang membuat kepemimpinannya diakui secara umum. Hal tersebut tentu saja tidak pernah terlepas dari teks – teks keagamaan yang membuat posisi ahli agama, pada segala kondisi dan situasi, seolah-olah berada di atas manusia lain.

Sejarah kiai berpartisipasi dalam dunia politik sejak era reformasi. Beberapa kiai di masa itu mendirikan partai politik. Banyak kalangan ormas – ormas di indonesia menguntungkan posisi ini.. Jika dilihat dari perspektif politik, terdapat kiai yang dekat dengan penguasa, kiai yang independen, dan kiai yang mengambil jarak dengan penguasa.

Tipe kiai yang berbeda, tentu memiliki orientasi kegiatan dan bentuk keterlibatan yang berbeda – beda pula. Kiai yang lebih memperhatikan aspek politik akan berbeda dengan kiai yang hanya menitikberatkan kegiatannya pada


(9)

2

kehidupan pesantren yang hanya mengurus para santri dan melakukan pendekatan dengan Tuhan dengan melakukan ibadah. Pada masyarakat yang doktrin ajaran agamanya kokoh, maka akan terdapat beberapa aktifitas yang rawan dimana terjadi ketegangan antara kepentingan kiai sebagai pemimpin umat dengan pemerintah sebagai pemimpin formal, yakni aktifitas seputar keterlibatan politik dan pemilu, penyelenggaraan pendidikan, pengembangan ekonomi umat serta pola dan gaya yang dimiliki kiai. Akibatnya kiai seringkali diperebutkan oleh berbagai kelompok kepentingan terutama untuk melegitimasi partai politik tertentu karena kiai dipercaya dapat menjadi magnet penarik bagi keberhasilan suatu politik dalam menarik para pendukungnya. Dalam kehidupan suatu negara, yang selalu melakukan politik adalah kegiatan yang dilakukan pemerintah (lembaga dan peranannya) dan partai politik karena fungsi meraka dalam politik.

Sebagai motor perubahan yang bergerak dari elit kultural, kiai memasuki ruang politik dengan dua modal sosial yaitu otoritas dan kharisma. Munculnya otoritas dan kharisma yang melekat pada kiai tidak hanya melalui faktor lingkungan dan sistem sosial saja. Lebih jauh Endang Turmudzi mengungkapkan terdapat tiga faktor; pertama, munculnya generasi kiai berkarakter modern dan progresif dengan keberanian dan kemampuan melakukan kritik – evaluatif terhadap pola perilaku sosial politik. Kedua, meningkatnya muslim terdidik. Ketiga, meluasnya operasi negara memberikan pelayanan dan pendampingan bagi keberlangsungan umat Islam di Indonesia.1

Menurut penelitian dari berbagai perpustakaan ilmu politik, dapat disimpulkan dengan tiga cara yang pernah digunakan untuk menjelaskan


(10)

3

pengertian dari politik. Cara yang pertama, mengidentifikasikan kategori – kategori yang membentuk politik. Dalam hal ini, Paul Conn beranggapan bahwa konflik sebagai esensi politik. Kedua, menyusun dan membentuk suatu rumusan yang dapat merangkum apa saja hal yang dapat dikategorikan sebagai politik. Dalam kaitan tersebut, Harold Laswell merumuskan politik sebagai siapa mendapat apa, kapan, dan bagaimana. Ketiga, menyusun daftar pertanyaan yang harus dijawab sehingga pertanyaan tersebut diharapkan dapat menemukan jawaban tentang gambaran yang paling tepat mengenai politik. Dan politik yang pertama kita harus pahami jelas mengenai apa saja yang ada dalam pemerintahan, baik itu sistem dan seluruh komponen yang ada didalamnya.2

Posisi kiai dalam sebuah masyarakat juga tidak bisa dilepaskan dari pribadinya sebagai manusia biasa. Sikap wara’ dan zuhud senantiasa menghiasi pribadinya. Sehingga nampak dalam kehidupan sehari – harinya sebagai pribadi yang taat beragama. Namun, tak dapat disangkal kadang kiai bertindak yang tidak sepenuhnya sesuai dengan aturan agama. Namun masyarakat juga harus menyadari bahwa kiai juga manusia, tak bisa terlepas dari lupa, salah dan dosa. Seperti Hadist dari Imam Bukhori Muslim, yang artinya: Manusia tidak lepas dari lupa dan dosa.3

Sudah menjadi adat, yang menyatakan masyarakat yang ikut apa kata kiai atau ulama maka ia akan selamat. Budaya ini belum tergerus oleh perkembangan zaman walaupun pergeseran – pergeseran nilai terus terjadi setiap masa. Kharisma

2

Henri, ida. Komunikasi politik, media, dan demokrasi. (Jakarta, kencana, 2012), hlm. 56. 3


(11)

4

kiai merupakan senjata paling mujarab untuk mendapatkan pengaruh dimasyarakat, dan masyarakat pun secara sadar menerima.4

Keberadaan kiai kampung merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan politik yang sedang dibangun bangsa ini. Istilah kiai kampung adalah kata yang digunakan untuk menunjuk salah satu dari kiai yang ada dalam masyarakat, selain ada kiai sepuh dan sebangsanya, yaitu mereka yang menjadi pengasuh pesantren – pesantren besar seperti Lirboyo, Langitan, Tebuireng dan sebagainya. Kiai kampung seringkali dihadapkan kepada keharusan menghadapi penilaian – penilaian oleh kiai – kiai dilevel lebih atas tentang keadaan yang dihadapi. Tetapi mereka juga harus mendengarkan pendapat orang – orang pinggiran, rakyat kecil, maupun pihak – pihak lain yang tidak masuk ke lingkaran kekuasaan. Dalam suasana adanya keadaan – keadaan yang saling bertentangan itu, kiai kampung lebih sering mendengar pendapat mereka yang berada di luar lingkar kekuasaan itu. Sudah tentu ini merupakan pola hubungan timbal balik yang sehat antara para kiai kampung dan rakyat yang mereka pimpin.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, kiai kampung adalah kiai yang menjadi pengasuh mushalla atau masjid (meski tidak semua kiai kampung pasti mengasuh sebuah mushalla) yang menjadi pusat pendidikan agama Islam dan sekaligus penanaman nilai – nilai kepada anak – anak dan remaja di desa bersangkutan. Dengan perkataan lain, kiai kampung berperan sebagai penjaga transmisi pengetahuan agama secara turun – temurun dan sekaligus memegang fungsi kepemimpinan simbolik.

4


(12)

5

Dari beberapa fenomena diatas, ada keterkaitannya dengan desa yang akan diteliti. Desa Terungwetan Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo, di wilayah ini sosok seorang kiai ataupun seorang pemuka agama sangat dihormati oleh masyarakat setempat. Namun keberadaan kiai di desa tersebut banyak yang terjun dalam dunia politik. Baik kiai kecil (pemilik pondok pesantren kecil) ikut terlibat dalam dunia politik. Dengan banyaknya massa yang dimiliki ini dimanfaatkan oleh kebanyakan kiai ataupun partai politik untuk ikut ambil bagian dalam dunia politik, dan berharap dengan banyaknya massa yang dimilikinya bisa bergabung untuk mendukung partai yang didukung oleh kiai tersebut. Akan tetapi terdapat juga seorang kiai yang benar – benar tidak mau terjerumus dalam dunia perpolitikan. Dia juga tidak mau mengajak masyarakat untuk bergabung ke partai politik manapun. Dia benbenar netral, tidak mau mengajak massanya untuk harus memilih salah satu partai yang ada. Dari hal itu, beberapa masyarakat yang beranggapan atau mengomentari kepada para kiai atau pemuka didesa tersebut.

Dari realitas inilah peneliti menganggap perlu dan bermanfaat untuk dilakukan penelitian tentang Persepsi Masyarakat tentang kiai berpolitik.

B. Rumusan Masalah dan Fokus Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka pokok permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kesan masyarakat tentang kiai berpolitik? 2. Bagaimana harapan masyarakat desa Terungwetan tentang kiai


(13)

6

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kesan Masyarakat tentang adanya kyai berpolitik. 2. Mengetahui harapan masyarakat terhadap kiai berpolitik.

D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat mengembangkan teori – teori dalam disiplin ilmu komunikasi, terutama penggunaan teori Persepsi. Hal ini berkaitan dengan persepsi masyarakat karena dalam penelitian ini masyarakat selalu berinteraksi dengan pemuka agama. Pemuka agama mampu merubah perilaku masyarakat dalam hal ini dunia politik.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan bagi pihak terkait dalam upaya membangun politik diIndonesia serta dapat dijadikan titik tolak untuk penelitian serupa dalam lingkup yang lebih luas dan lebih mendalam.

E. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang kiai sudah banyak dilakukan. Akan tetapi yang ditemukan dalam penelitian terdahulu di beberapa pustaka yang mungkin konteksnya tidak jauh berbeda yaitu:

Mengenai peran dan keterlibatan kiai dalam politik ada seorang sarjana IAIN Walisongo Semarang yang telah membahasnya dalam sebuah skripsi


(14)

7

berjudul “Konfigurasi Kiai NU dan Politik dalam Pemilu 2004 (Studi Kasus diKabuputen Temanggung)”. Skripsi ini menggambarkan dengan jelas sejauh mana keterlibatan para kiai NU di Temanggung dalam Pemilu 2004 kemarin. Namun, skripsi yang ditulis oleh Richardl ini hanya membahas keterlibatan para kiai NU Temanggung di banyak partai politik dalam pemilu 2004 dan tidak membahas pengaruh keterlibatan mereka terhadap pilihan politik santri dalam Pemilu 2004.

Kemudian; Konflik politik kiai juga telah diteliti oleh Ali Maksum, Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel yang mengkaji keberadaan kiai dalam konflik politik lokal di kabupaten Banyuwangi. Kiai dalam pranata dan struktur sosial dianggap sebagai kelompok elit di masyarakat. Sebagai kelompok elit, kiai dianggap mampu mengelola konfliknya. Terdapat dua mekanisme pengelolaan konflik yang dilakukan oleh kiai/elit, pertama yaitu dengan pendekatan interaktif dan kedua dengan pendekatan legislatif.5

F. Definisi Konsep Penelitian 1. Persepsi

Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya; penginderaan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan.6 Menurut Deddy Mulyana, persepsi adalah inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti dari persepsi, yang

5

Ali Maksum, Perilaku Politik Kiai Anggota DPRD I Jawa Timur, (Surabaya, Lemlit IAIN Sunan Ampel, 2007),

6

Effendy, Onong Uchajana. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 197


(15)

8

identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi terdiri dari tiga aktivitas yaitu: seleksi, organisasi dan interpretasi.7

Pengertian persepsi kerap disamakan atau dianggap sama dengan pengertian respon, reaksi tingkah laku yang merupakan akibat dari stimulus sosial (gejala sosial) yang berupa perubahan nilai yang timbul di tengah – tengah masyarakat. Dalam hal ini, nilai yang muncul tersebut menentukan respon yang diambil sebagai landasan pokok perbuatan atau bertindak seperti pendapat yang dikemukakan oleh Soerjono Soekamto, bahwa interaksinya dengan perorangan atau kelompok masyarakat terlihat adanya, serta mengandung rangsangan dan respon.8

Persepsi merupakan aktifitas menilai sehingga bersifat evaluatif dan subyektif. Evaluatif berkaitan dengan nilai baik buruk atau positif – negatif. Subyektif berarti adanya perbedaan kapasitas indrawi dan perbedaan filter konseptual dari masing – masing individu dalam melakukan persepsi. Sehingga pengolahan stimuli dalam diri komunikan akan membuahkan makna yang ekslusif, yang berbeda antara satu dengan yang lain.

2. Kiai Politik

Kiai dengan pengertian secara lughawi (keilmuan), berarti seorang yang dipandang alim (pandai) dalam bidang agama Islam. Kiai merupakan gelar yang diberikan masyarakat kepada seseorang yang ahli dalam agama Islam. Sedangkan pengertian ulama adalah jama’ dari kata alima atau alim yang keduanya berarti

7

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 180-181.

8


(16)

9

“yang tahu atau yang mempunyai pengetahuan”. Jadi ulama adalah orang yang tahu atau yang memiliki pengetahuan ilmu agama dan ilmu pengetahuan kealaman yang dengan pengetahuan tersebut memiliki rasa takut dan tunduk pada Allah SWT.9

Sedangkan dalam istilah yang berkembang dikalangan umat Islam, kiai diartikan sebagai ahli agama Islam dan ia mempunyai integritas kepribadian yang tinggi dan mulia serta berakhlakul karimah dan ia sangat berpengaruh ditengah – tengah masyarakat.10 Bagi masyarakat Islam di pedesaan, seorang kiai merupakan pihak yang senantiasa “membentengi” umat dan cita – cita Islam dari pengaruh – pengaruh kekuasaan sekuler. Kiai merupakan seorang ahli dalam komunitas muslim yang mempunyai kedudukan dan mempunyai pusat perhatian dalam struktur masyarakat sebagai pemimpin yang mempunyai integritas tinggi, wibawa dan kharisma.

Kiai politik adalah seorang pemuka agama sebagai kiai besar, terjerumus dalam dunia perpolitikan ditingkat lokal, meskipun itu dalam bentuk dukungannya saja kepada partai politik, maupun penggalangan massa.

3. Politik

Pengertian politik secara lebih luas yaitu proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Jadi politik adalah tindakan dari suatu kelompok individu mengenai suatu masalah dari masyarakat atau negara. Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan negara,

9

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai,(LP3ES, Jakarta. 1982), hlm. 65.

10

Abd Qodir Djaelani, Peran Ulama dan Santri Dalam Pejuang Politik Islam di Indonesia,1999. hlm. 3-4


(17)

10

kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan umum, dan distribusi kemakmuran. Politik digunakan untuk menentukan kebijaksanaan – kebijaksanaan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian dari sumber – sumber yang ada dan untuk melaksanakannya perlu memiliki kekuasaan dan kewenangan yang berfungsi untuk membina kerjasama dan untuk menyelesaikan suatu konflik yang timbul. 4. Masyarakat

Definisi masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Keseluruhan yang kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian – bagian yang membentuk suatu kesatuan.

Masyarakat memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut society. Bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran milik Steve Ducks (1977), tentang persepsi terhadap orang lain. Yang mana proses mempersepsi orang lain mencakup persepsi terhadap karakteristik fisik dan prilaku komunikasi orang tersebut.

Steve ducks (1977) menggemukakan bahwa prilaku orang akan membantu dalam tiga hal. Pertama terutama perilaku rasa menyenangkan bagi individu, karena akan selalu merasa senang jika dapat senyuman atau pujian masalnya. Kedua, prilaku tersebut memberikan informasi yang dapat digunakan untuk


(18)

11

membentuk semacam kesan mengenai kondisi internal seseorang (kepribadian, sikap, keyakinan dan nilai). Ketiga, prilaku seseorang dapat memberikan perkiraan mengenai kelanjutan hubungan dikemudian hari.

Untuk mengartikan perilaku orang dalam dalam menyimpulkan kepribadian dan kondisi internalnya, seperti bermain tebakan, apakah kesimpulannya peneliti benar atau salah. Pada kenyataannya, persepsi terhadap orang lain memang tidak bisa lebih dari tebakan atau perkiraan. Bila seseorang melakukan persepsi, sebenarnya yang mengendalikan penyimpulan terhadap apa yang dilakukan adalah orang itu sendiri, oleh karena itu untuk memahami proses persepsi ini adalah menyadari apa yang terjadi dalam diri ketika perhatian tertuju pada orang lain. Dengan demikian dapat dikatakan teori penelitian ini khusus mempelajari proses psikologi yang mendasari pernyataan sikap dan perubahan sikap melalui komunikasi.

Anggapan dasarnya adalah perilaku orang dapat membantu seorang akan selalu merasa senang, perilaku tersebut juga dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membentuk semacam kesan mengenai kondisi internal seseorang (kepribadian, sikap, keyakinan dan nilai). dan prilaku seseorang dapat memberikan perkiraan mengenai kelanjutan hubungan yang baik dikemudian hari.


(19)

12

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian . Jenis penelitian ini memberikan peluang yang besar akan munculnya interpretasi – interpretasi alternatif. Metode ini juga mampu mendekatkan antara peneliti dengan objek yang dikaji. Cara kerja proses penelitian ini berlangsung serempak dan dilakukan dalam bentuk pengumpulan, pengolahan dan menginterpretasikan sejumlah data yang bersifat kualitatif. Menurut nawawi, penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki. Akan

Realitas Masyarakat

desa Terungwetan

Kyai

Politik Persepsi


(20)

13

tetapi guna mendapatkan manfaat yang lebih luas dalam penelitian ini, kerap kali di samping pengungkapan fakta sebagaimana adanya dilakukan juga pemberian interpretasi – interpretasi yang kuat.

Rakhmat (1993: 24) menyatakan bahwa penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana persepsi pemilih pemula setelah melihat iklan politik tanpa menggunakan uji hipotesis atau prediksi, dimana informasi diperoleh dengan membandingkan hasil wawancara dari masing – masing informan, observasi dan kajian kepustakaan, baru kemudian menarik kesimpulan dari persepsi informan.11 Penelitian ini ditujukan untuk:

1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.

2) mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

3) membuat perbandingan atau evaluasi.

4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

Sementara itu, pendekatan kualitatif dilakukan untuk menghasilkan data yang berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati.

11


(21)

14

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah informan yang memberikan informasi dalam hal ini masyarakat. Yaitu seorang kiai kampung didesa Terungwetan Krian sidoarjo. Yang bernama kiai Sunan Asyari. Penelitian ini mengambil lokasi di desa Terungwetan, yang tergabung dalam kecamatan Krian, Kota Sidoarjo. Pengambilan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa dari khalayak di lokasi tersebut dapat dijangkau oleh peneliti. Kondisi ini tepat sekali untuk dijadikan sebagai obyek penelitian penulis. Kedekatan. Secara geografis, peneliti memiliki kedekatan dengan lokasi penelitian karena peneliti tinggal di wilayah Kota Sidoarjo. Sehingga memungkinkan bagi peneliti lebih memahami kondisi Kota Sidoarjo. Dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini akan mampu menjelaskan lebih dalam realita yang terjadi di kota tersebut. Secara teknis, faktor kedekatan geografis ini juga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.

3. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu: a. Sumber Data Primer

Merupakan data utama yang langsung diperoleh dari sumber data oleh peneliti untuk tujuan penelitian, yakni masyarakat desa Terungwetan. Data primer ini diperoleh dari dokumentasi, hasil observasi dan wawancara dengan narasumber.

b. Sumber Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dengan cara tidak langsung atau didapatkan dari pihak lain. Adapun data – data yang dikumpulkan diperoleh


(22)

15

dari buku – buku atau literatur, internet dan sumber lain yang dapat mendukung penelitian ini.

4. Tahap – tahap Penelitian

Moleong mengemukakan bahwa ’’Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan’’.

Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut :

a. Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan – bahan yang berkaitan dengan penelitian dan menelusuri desa Terungwetan pada khususnya karena objek penelitian ini didesa tersebut.

c. Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan masyarakat desa tersebut. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar – benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data.


(23)

16

5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subyek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala atau masalah yang diteliti. Dari wawancara, disamping melihat opini mereka tentang peristiwa yang terjadi, juga dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya. Wawancara dilakukan terhadap responden yang dapat memberikan informasi dan keterangan-keterangan penting yang berkaitan dengan penelitian. Wawancara ini bersifat lentur, terbuka, tidak berstruktur ketat namun tetap fokus dan terarah. b. Observasi

Karl Weick (dikutip dari Seltiz, Wrightsman, dan Cook 1976:253) mendefinisikan observasi sebagai pemilihan pengubahan, pencatatan dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme, sesuai dengan tujuan – tujuan empiris (Rakhmat, 2004: 83). Pemilihan menunjukkan bahwa pengamat ilmiah mengedit dan memfokuskan pengamatannya secara sengaja atau tidak sengaja. Pemilihan mempengaruhi apa yang diamati, apa yang dicatat, dan kesimpulan apa yang diambil. Pengubahan berarti observasi tidak hanya dilakukan secara pasif. Peneliti boleh mengubah perilaku atau suasana tanpa mengganggu kewajarannya. Mengubah perilaku artinya dengan sengaja mengundang respon tertentu. Pencatatan adalah upaya merekam kejadian – kejadian dengan menggunakan catatan lapangan, sistem kategori, dan metode – metode lainnya. Pengodean berarti proses menyederhanakan catatan – catatan ini melalui metode reduksi


(24)

17

data. Rangkaian perilaku dan suasana menunjukkan bahwa observasi melakukan serangkaian pengukuran yang berlainan pada berbagai perilaku dan suasana. Untuk tujuan empiris menunjukkan bahwa observasi mempunyai bermacam – macam fungsi dalam penelitian: deskripsi, melahirkan teori dan hipotesis, menguji teori dan hipotesis. Observasi dalam penelitian ini berguna untuk menjelaskan, memerikan dan merinci gejala yang terjadi.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan data yang berupa dokumen, teks atau karya seni yang kemudian dinarasikan (dikonversikan ke dalam bentuk data).

6. Teknik Analisa Data

Analisis yang digunakan adalah analisis data interaktif yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman. Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verying conclusions) (Punch,1998: 202-204). Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap (Pawito, 2007: 104). Tahap pertama melibatkan langkah – langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data. Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode – kode dan catatan – catatan (memo) mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses – proses sehingga peneliti dapat menemukan tema – tema, kelompok – kelompok, dan pola – pola data. Catatan yang dimaksud di sini tidak lain adalah gagasan – gagasan atau ungkapan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan data yang ditemui.

Komponen kedua analisis dari miles dan Huberman yaitu penyajian data (data display) melibatkan langkah – langkah mengorganisasikan data, yakni


(25)

18

menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar – benar dilibatkan dalam satu kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka penyajian data (data display) pada umunya diyakini membantu proses analisis.dalam hubungan ini, data yang tersaji berupa kelompok – kelompok atau gugusan – gugusan yang kemudian saling dikait – kaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan. Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and verying conclusions), peneliti mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola – pola data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat.

7. Teknik Pengecekan Keabsahan Data a. Tahap Persiapan

Dalam tahap awal atau tahap persiapan, peneliti harus melakukan : 1) Meminta pengarahan kepada dosen pembimbing Skripsi

2) Membaca dan mengumpulkan referensi – referensi informasi dari buku – buku maupun jurnal untuk menindaklanjuti saran – saran dari sumber di atas.

3) Membuat konsep – konsep judul untuk diajukan.

4) Memilih dan menentukan objek penelitian setelah judul disetujui. 5) Menyusun proposal penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan : 1) Mengumpulkan data observasi.


(26)

19

2) Mentranskrip dan mendeskripsikan data yang diperoleh.

3) Mencari dan menentukan sumber – sumber karangan ilmiah dalam bentuk artikel maupun buku cetak sebagai alat sinkronisasi.

4) Mengolah data. c. Tahap Penyelesaian

Sebagai tahap akhir untuk menyelesaikan kegiatan penelitian, maka perlu dilakukan :

1) Menulis laporan penelitian. 2) Konsultasi laporan penelitian.

3) Diujikan dihadapan tokoh akademisi. 4) Revisi laporan.

5) Penggandaan laporan dan diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

I. Sistematika Pembahasan BAB I : PENDAHULUAN

Membahas segala sesuatu yang menghantarkan ke arah tujuan skripsi ini yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep serta sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Menjelaskan tentang landasan yang digunakan dalam penelitian, terdiri dari pengertian persepsi masyarakat dan kiai politik. BAB III : PAPARAN DATA PENELITIAN


(27)

20

Berisi tentang gambaran profil obyek penelitian berisi tentang keilmuan komunikasi yang diteliti. Sedangkan lokasi penelitian menggambarkan tentang tempat penelitian yang dilakukan.

B. Deskripsi Hasil

Pada bagian ini dipaparkan tentang deskripsi data penelitian, terutama yang terkait dengan data fokus penelitian yang diajukan ada 2, maka deskripsi data penelitian sesuai dengan jumlah fokus penelitian.

BAB IV : INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang deskripsi persepsi masyarakat tentang kiai berpolitik dan kesan, pesan tentang kiai berpolitik. Selain itu penyajian data juga dipaparkan dalam bab ini. Memaparkan tentang hasil temuan serta dianalisis, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang kemudian dikonfirmasikan dengan teori yang relevan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari semua uraian dari bab sebelumnya dan jawaban dari pertanyaan yang dipaparkan. Selain itu juga sedikit saran yang disampaikan baik kepada pihak instansi maupun masyarakat setempat. Dan Juga masyarakat pada umumnya.


(28)

21 BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka 1. Persepsi

a. Pengertian

Kata ‘Persepsi’ seringkali digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Menurut pengertian dari beberapa ahli, bahwa setiap individu dalam kehidupan sehari – hari akan menerima stimulus atau rangsang berupa informasi, peristiwa, obyek, dan lainnya yang berasal dari lingkungan sekitar, stimulus atau rangsang tersebut akan diberi makna atau arti oleh individu, proses pemberian makna atau arti tersebut dinamakan persepsi. Untuk memberikan gambaran lebih jelas lagi mengenai pengertian persepsi, berikut pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

Menurut bimo walgito (1981) persepsi merupakan suatu proses yang di dahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan proses di terimanya stimulus oleh individu melalui alat indra. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses pendahulu dari proses persepsi. Karena itu proses pengindraan tidak dapat lepas dari proses persepsi. Proses pengindraan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indra. Dari alat indra itulah stimulus diterima oleh individu yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan,


(29)

22

sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu , dan proses inilah yang disebut persepsi.11

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono12, Persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain: kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk mengelompokan, dan kemampuan untuk memfokuskan. Oleh karena itu seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda, walaupun objeknya sama. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Leavit,1978 yang diambil dari Faradina, Triska (2007:8) persepsi memiliki pengertian dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit persepsi yaitu penglihatan: bagaimana seseorang melihat sesuatu, dan dalam arti luas persepsi yaitu: pandangan atau pengertian, bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Sondang P. Siagian (1989) berpendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan – kesan sensorisnya dalam usahanya memberikan suatu makna tertentu dalam lingkungannya. Indrajaya (1986) dalam Prasilika, Tiara H. berpendapat persepsi adalah proses dimana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, memanfaatkan, mengalami, dan mengolah perbedaan atau segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungannya.

Menurut Robins, persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan – kesan inderamereka untuk

11


(30)

23

memberikan makna terhadap lingkungannya. Sedangkan menurut Thoha, persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang lingkungannya baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya; penginderaan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan.13 Menurut Deddy Mulyana, persepsi adalah inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran (intrepretasi) adalah inti dari persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi terdiri dari tiga aktivitas yaitu: seleksi, organisasi dan interpretasi.14

Lebih lanjut Deddy Mulyana mendefinisikan persepsi sebagai proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi oleh Hafied Cangara (2007:162), dijelaskan bahwa persepsi ialah dimana seseorang menyadari adanya obyek yang menyentuh salah satu pancainderanya, apakah itu mata atau telinga. Persepsi terbentuk karena adanya rangsangan yang diorganisasi kemudian diberi interpretasi menurut pengalaman, budaya dan tingkat pengetahuannya.

Pengertian persepsi kerap disamakan atau dianggap sama dengan pengertian respon, reaksi tingkah laku yang merupakan akibat dari stimulus sosial (gejala sosial) yang berupa perubahan nilai yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini, nilai yang muncul tersebut menentukan respon

13

Effendy, Onong Uchajana. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.197.

14

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007). hlm. 180-181.


(31)

24

yang diambil sebagai landasan pokok perbuatan atau bertindak seperti pendapat yang dikemukakan oleh Soerjono Soekamto, bahwa interaksinya dengan perorangan atau kelompok masyarakat terlihat adanya, serta mengandung rangsangan dan respon.15

Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan hasil pengamatan terhadap suatu obyek melalui panca indera sehingga diperoleh suatu pemahaman atau penilaian.

Dalam persepsi, terkandung 3 pengertian yaitu: 1) merupakan hasil pengamatan

2) merupakan hasil penilaian

3) merupakan pengolahan akal dari data indrawi yang diperoleh melalui pengamatan.

Persepsi dapat dilaksanakan oleh seorang individu melalui beberapa syarat: 1) adanya obyek yang dipersepsi (fisik atau kealaman)

2) reseptor atau alat indra untuk menerima stimulus dan saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus dan mengadakan respon diperlukan saraf motoris (fisiologis)

3) perhatian sebagai langkah pertama suatu persiapan dalam mengadakan persepsi (psikologis)

Persepsi merupakan aktifitas menilai sehingga bersifat evaluatif dan subyektif. Evaluatif berkaitan dengan nilai baik buruk atau positif-negatif. Subyektif berarti adanya perbedaan kapasitas indrawi dan perbedaan filter konseptual dari masing – masing individu dalam melakukan persepsi.

15


(32)

25

Sehingga pengolahan stimuli dalam diri komunikan akan membuahkan makna yang ekslusif, yang berbeda antara satu dengan yang lain. Pengertian persepsi kerap disamakan atau dianggap sama dengan pengertian respon, reaksi tingkah laku yang merupakan akibat dari stimulus sosial (gejala sosial) yang berupa perubahan nilai yang timbul di tengah – tengah masyarakat. Dalam hal ini, nilai yang muncul tersebut menentukan respon yang diambil sebagai landasan pokok perbuatan atau bertindak seperti pendapat yang dikemukakan oleh Soerjono Soekamto, bahwa interaksinya dengan perorangan atau kelompok masyarakat terlihat adanya, serta mengandung rangsangan dan respon.16

b. Sifat – sifat Persepsi

Persepsi terjadi didalam benak individu yang mempersepsi, bukan didalam obyek, dan selalu merupakan pengetahuan tentang penampakan. Dalam konteks inilah kita perlu memahami tataran intra pribadi dari komunikasi antar pribadi dengan melihat lebih jauh sifat – sifat persepsi antara lain sebagai berikut :

1) Persepsi Adalah Pengalaman

Sifat ini biasanya ditemukan pada pengalaman masa lalu dengan orang, obyek, atau peristiwa tersebut, atau dengan hal – hal yang menyerupainya, tanpa landasan pengalaman sebagai pembanding, tidak mungkin untuk mempersepsikan suatu makna, yang membawa kepada suatu kebingungan.

16

Soerjono Soekamto.Sosiologi: Suatu Pengantar. (Rajawali pers: Edisi Baru,Jakarta 2009), hlm. 56-60.


(33)

26

2) Persepsi Adalah Selektif

Ketika mempersepsikan sesuatu biasanya cenderung memperhatikan hanya bagian – bagian tertentu dari suatu obyek atau orang. Dalam hal ini biasanya hanya mempersepsikan apa yang kita “inginkan” atas dasar sikap, nilai, dan keyakinan yang ada dalam diri, dan mengabaikan karakteristik yang tidak relevan atau berlawanan denan nilai dan keyakinan tersebut.

3) Persepsi Adalah Penyimpulan

Sifat ini merupakaninterpretasi yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Mempersepsikan makna adalah melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data yang dapat di tangkap oleh indera.

4) Persepsi Tidak Akurat

Setiap persepsi yang dilakukan akan mengandungkesalahan dalam kadar tertentu. Hal ini disebabkan oleh pengaruh pengalaman masa lalu, selektifitas, dan penyimpulan.

5) Persepsi Adalah Evaluatif

Persepsi tidak akan pernah objektif, karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada obyek persepsi.


(34)

27

c. Proses Persepsi

Proses terjadinya persepsi ini adalah obyek menimbulkan stimulus, dan stimulus yang mengenai alat indera adalah reseptor. Perlu diketahui bahwa obyek dan stimulus itu berbeda, tetapi adakalanya obyek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan.

Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus diterima oleh indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Persepsi ini disebut sebagai proses fisiologis, kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis.

Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari berbagai sumber melalui panca indera yang dimiliki, setelah itu diberikan respon sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsang lain. Setelah diterima rangsangan atau data yang ada diseleksi. Untuk menghemat perhatian yang digunakan rangsangan – rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi untuk diproses pada tahapan yang lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan berdasarkan bentuk sesuai dengan rangsangan yang telahditerima. Setelah data diterima dan diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima dengan berbagai cara. Dikatakan telah terjadi persepsi setelah data atau rangsang tersebut berhasil ditafsirkan.

Sedangkan faktor – faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal – hal lain yang dapat disebut sebagai faktor – faktor personal, yang menentukan persepsi bukan jenis


(35)

28

atau bentuk stimuli, tetapi karak teristik orang yang memberi respon terhadap stimuli (Rakhmat, 1998). Sejalan dengan hal tersebut, maka persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama yaitu pengalaman masa lalu dan faktor pribadi.

Proses persepsi interpersonal disebut sebagai proses pembentukan kesan (Impression Information) adapun proses pembentukan kesan ini adalah sebagai berikut :

1) Stereotyping

Yang dimaksud dengan stereotyping disini adalah penggunaan konsep dalam menyederhanakan begitu banyak stimuli yang di terima. Menurut psikologi kognitif, pengalaman – pengalaman baru akan dimasukkan pada “laci” kategori yang ada dalam memori berdasarkan kesamaannya dengan pengalaman masa lalu. Bersama ini semua sifat yang ada pada kategori pengalaman itu dikenakan pada pengalaman baru. Dengan cara seperti ini, orang memperoleh informasi tambahan dengan segera, sehingga membantu dalam pengambilan keputusan yang cepat atau dalam meramalkan peristiwa.

Dengan demikian dapat dikatakan stereotyping ini mungkin yang menjelaskan terjadinya primacy effect dan hallo effect. Dimana primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat menentukan kategori, begitu pula hallo effect. Personal stimuli yang telah mempunyai kategori tertentu yang positif dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik.

2) Implicit personality theory

Dalam kehidupan sehari – hari, dimana setiap individu mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat – sifat apa berkaitan dengan sifat – sifat apa. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membentuk kesan


(36)

29

tentang orang lain. Teori ini tidak pernah dinyatakan, karena itu disebut dengan implicit personality theory.

3) Atribusi

Atribusi adalah proses penyimpulan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada prilakunya yang tampak. Secara garis besar ada dua macam atribusi yaitu : atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran.

(a)Atribusi Kausalitas

Menurut Heider, mengamati prilaku sosial, pertama – tama menentukan terlebih dahulu apa yang menyebabkannya, apa karena faktor situasional atau personal. Dalam teori atribusi hal itu lazim disebut kausalitas eksternal dan kausalitas internal. Bagaimana mengetahui bahwa prilaku orang lain disebabkan faktor internal (menfokuskan perhatian pada perilaku yang hanya memungkinkan satu atau sedikit penyebabnya) ataukah factor eksternal (memusatkan perhatian pada perilaku yang menyimpang pada pola prilaku yang biasa).

Menurut Harold Kelley, menyimpulkan kausalitas internal atau eksternal dengan memperhatikan tiga hal yaitu pertama konsensus yakni apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap, yang kedua konsistensi, yakni apakah penanggap bertindak yang sama pada situasi lain, dan ketiga yakni kekhasan, apakah orang itu bertindak yang sama pada situasi lain atau hanya pada situasi ini saja. Apabila ketiga hal itu tinggi, maka orang akan melakukan atribusi kausalitas eksternal.

(b) Atribusi Kejujuran

Bagaimana menyimpulkan personal stimuli jujur atau munafiq. Menurut Robert a baron dan donn byrne, kita akan memperhatikan dua hal : (1) Sejauh


(37)

30

mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat yang popular dan diterima orang. (2) sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari kita dengan pernyataan itu.17

Taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Respon merupakan sebagai akibat dari persepsi yang dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi, hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenaiberbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya.

d. Faktor – Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi

Manusia merupakan mahluk yang berjiwa, dan tidak dapat lepas dari lingkungannya. Manusia akan selalu menerima rangsang atau stimulus dari lingkungannya. Namun hal ini tidak berarti bahwa stimulus hanya datang dari luar diri individu itu, sebab stimulus juga dapat berasal dari dalam individu itu sendiri. Dalam hal ini yang dimaksud dengan stimulus adalah segala sesuatu yang mengenai reseptor, dan yang menyebabkan aktifnya organisme.

Menurut Chaplin (1972) serta Woodworth &Marquis (1957) ini berarti segala sesuatu yang mengenai reseptor itu aktif, dan ini yang menyebabkan organisme juga ikut aktif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi.


(38)

31

Adapun faktor – faktor yang berperan dalam persepsi yaitu : 1) Obyek Yang Dipersepsi

Obyek yang menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat dari dalam diri individu yang bersangkutan, yang langsung mengenai syaraf penerima dan langsung bekerja sebagai reseptor. Obyek yang dapat dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar manusia. Karena sangat banyaknya obyek yang dapat dipersepsi, maka pada umumnya obyek persepsi dapat dibedakan atas obyek manusia dan non manusia. Obyek persepsi yang berwujud manusia ini disebut person perception atau ada juga yang menyebutnya sebagai social perception, sedangkan persepsi yang berobyekkan non manusia sering disebut sebagai non social perception atau juga disebut sebagai things perception.

Dalam hal ini ada kesamaan dan perbedaan dalam persepsi tersebut. Persamaannya yaitu manusia dipandang sebagai obyek benda yang terikat pada waktu dan tempat seperti benda – benda lain. Meskipun demikian sebenarnya antara manusia dengan non manusia itu terdapat perbedaan yang mendasar. Apabila yang dipersepsi itu manusia, maka obyek persepsi mempunyai aspek – aspek yang sama dengan yang mempersepsi, dan hal ini tidak terdapat apabila yang dipersepsi itu non manusia. Karena itu obyek persepsi, yaitu manusia yang dipersepsi, lingkungan yang melatar belakangi objek persepsi, dan perseptor sendiri akan sangat menentukan hasil persepsi.18

18


(39)

32

1) Alat Indera, Syaraf Dan Pusat Susunan Syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. Dengan kata lain indera, syaraf dan otak hanyalah sebagai alat untuk menerima stimulus baik yang datang daridalam ataupun luar.

2) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek.19Berdasarkan atas penyelidikan – penyelidikan menunjukan bahwa perhatian itu ada bermacam – macam sesuai dari mana perhatian itu ditinjau:

Ditinjau dari segi timbulnya perhatian, maka perhatian dapat dibedakan menjadi dua yaitu perhatian spontan dan perhatian tidak spontan.

Perhatian Spontan yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya atau timbul dengan secara spontan. Perhatian ini erat hubungannya dengan minat terhadap suatu obyek, maka terhadap obyek itu biasanya timbul perhatian yang spontan atau secara otomatis perhatian itu akan timbul.


(40)

33

Perhatian tidak spontan, yaitu perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja, karena itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya.

Dilihat dari banyaknya obyek yang dapat dicakup oleh perhatian padasuatu waktu. perhatian dapat dibedakan menjadi perhatian yang sempitdan perhatian luas. Perhatian yang sempit yaitu perhatian individu padasuatu waktu hanya dapat memperhatikan obyek sedikit saja, sedangkanperhatian yang luas, yaitu perhatian individu pada suatu waktu dapatmemperhatikan banyak obyek sekaligus.

Sehubungan dengan ini perhatian juga dapat dibedakan atas perhatian yang terpusat dan perhatian yang terbagi – bagi. Perhatian yang terpusat, yaitu individu pada suatu waktu hanya dapatmemusatkan perhatiannya pada suatu obyek. Pada umumnya orang yang mempunyai perhatian yang sempit sejalan dengan perhatian yang terpusat. Dan perhatian yang terbagi – bagi, yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau obyek. Pada umumnya orang yang mempunyai perhatian yang luas sejalan dengan perhatian yang terbagi ini.

e. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut David Krech dan Richard S, yang ditulis oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, persepsi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: Perhatian, Faktor Fungsional dan Faktor Struktural.

1) Perhatian (Attention)

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimili lainnya melemah. Dalam penelitian ini ada dua faktor yang bisa menarik perhatian, yaitu : Faktor


(41)

34

eksternal yang meliputi gerakan, Intensitas Stimuli, kebaruan (suatu hal yang menarik untuk ditonton), dan perulangan. Sedangkan Faktor Internal, yaitu : Faktor Biologis dan Faktor Sosiopsikologis.

2) Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, kegembiraan hati (suasana hati), pelayanan, pengalaman masa lalu dan hal – hal lain yang termasuk apa yang kita sebut faktor personal. Pada dasarnya, persepsi tidak ditentukan oleh jenis dan bentuk stimuli, tetapi tergantung pada karakteristik orang yang memberikan respon terhadap stimuli tersebut. Secara fungsional persepsi bersifat selektif, ini berarti dalam mempersepsi sesuatu seseorang akan memberikan tekanan yang sesuai dengan tujuan orang tersebut.

Kerangka rujukan (frame of reference) merupakan factor yang mempengaruhi persepsi. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberikan makna pada pesan yang diterimanya. Psikolog menganggap kerangka rujukan sangat berguna untuk menganalisis interpretasi perceptual terhadap peristiwa yang dialami.

3) Faktor Struktural

Faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek – efek yang ditimbulkan pada syaraf individu.20 Jadi dalam faktor struktural lebih banyak berkaitan dengan obyek persepsi.


(42)

35

2. Persepsi Dalam Komunikasi

Persepsi merupakan proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah cara kita mengubah energi – energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih pesandan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.

Proses Persepsi meliputi :

1) Penginderaan ( sensasi )melalui alat – alat indra kita ( indra perasa, indra peraba, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar ). Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Semua indra itu mempunyai andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia. Penglihatan menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan. Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman, sentuhan dan pengecapan, terkadang memainkan peranan penting dalam komunikasi, seperti bau parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam dipantai.

2) Atensiatau perhatian adalah, pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan dan, proses kognitif lainnya. Proses


(43)

36

atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu. Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar. Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita peroleh melalui salah satu atau lebih indra kita. Namun anda tidak dapat menginterpretasikan makna setiap objek secara langsung melainkan menginterpretasikan makna informasi yang anda percayai mewakili objek tersebut. Jadi, pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut.

3) Interpretasiadalah tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita peroleh melalui salah satu atau lebih indra kita. Namun anda tidak dapat menginterpretasikan makna setiap objek secara langsung melainkan menginterpretasikan makna informasi yang anda percayai mewakili objek tersebut. Jadi, pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut.21 3. Pengertian Masyarakat

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga –

21


(44)

37

warganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu: 1) Interaksi antar warga – warganya, 2).Adat istiadat, 3) Kontinuitas waktu, 4) Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.

Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama,hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan, Mac lver dan Page (dalam Soerjono Soekanto 2006: 22), memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata caradari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan – kebiasaan manusia. Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan suatu adat istiadat, menurut Ralph Linton masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas – batas yang dirumuskan dengan jelas.22 Sedangkan masyarakat menurut Selo Soemardjan (dalam SoerjonoSoekanto, 2006: 22) adalah orang – orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.

22

Soerjono Soekamto.Sosiologi: Suatu Pengantar. (Rajawali pers: Edisi Baru,Jakarta 2009), hlm.26


(45)

38

Menurut Emile Durkheim (dalam Soleman B. Taneko, 1984: 11) bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari individu – individu yang merupakan anggota – anggotanya. Masyarakat sebagai sekumpulan manusia didalamnya ada beberapa unsur yang mencakup. Adapun unsur – unsur tersebut adalah:

1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama; 2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama;

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan 4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

Menurut Emile Durkheim (dalam Djuretnaa Imam Muhni, 1994: 29-31) keseluruhan ilmu pengetahuan tentang masyarakat harus didasari padaprinsip – prinsip fundamental yaitu realitas sosial dan kenyataan sosial. Kenyataan sosial diartikan sebagai gejala kekuatan sosial didalam bermasyarakat. Masyarakat sebagai wadah yang paling sempurna bagi kehidupan bersama antar manusia. Hukum adat memandang masyarakat sebagai suatu jenis hidup bersama dimana manusia memandang sesamanya manusia sebagai tujuan bersama.

Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya23. Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan masyarakat memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut society. Bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan

23


(46)

39

identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.

4. Pengertian Politik

Secara etimologis, politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota atau negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti warga negara, politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti pemerintahan negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan.24

Politik secara etimologi adalah poteia dengan akar kata polis dalam bahasa Yunani yang berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu negara, dan teia yang berarti urusan.25 Menurut Nimmo politik adalah kegiatan yang secara kolektif mengatur perbuatan mereka didalam kondisi konflik sosial.26 Max Webber mendefinisikan politik sebagai usaha untuk menggunakan akal dan kekuatan sosial untuk memengaruhi jalannya pemerintahan.27 Demikian politik juga segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kukasaan dan bermaksud untuk memengaruhi dengan jalan mengubah atau memertahankan, suatu bentuk tatanan masyarakat.

Aristoteles, dapat dianggap sebagai orang pertama yang memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang dia sebut zoonpolitikon. Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan sosial adalah politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan

24

Muhammad azhar. Filsafat politik perbandingan antara islam dan barat, (Jakarta, rajawali pers. 1997), hlm. 21.

25

S. Sumarsono. Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001,cetakan ketujuh), hlm. 137

26

Fathurin Zen, NU Politik (Yogyakarta: elkis, 2004), hlm. 66. 27

Masyur Semma, Negara Dan Korupsi: Pemirikan Mochtar Lubis atas Negara Manusia dan Indonesia (Jarkarta: Penerbit Yayasan Obor, 2008), hlm. 91.


(47)

40

hubungan politik. Aristoteles melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari manusia, misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi orang lain agar menerima pandangannya.

Aristoteles berkesimpulan bahwa usaha memaksimalkan kemampuan individu dan mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi adalah melalui interaksi politik dengan orang lain. Interaksi itu terjadi di dalam suatu kelembagaan yang dirancang untuk memecahkan konflik sosial dan membentuk tujuan negara. Dengan demikian kata politik menunjukkan suatu aspek kehidupan, yaitu kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut segi – segi kekuasaan dengan unsur – unsur: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam – macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan – tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan – tujuan itu. Pengambilan keputusan (decision making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi terhadap beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan – tujuan yang telah dipilih. Sedangkan untuk melaksanakan tujuan – tujuan itu perlu ditentukan kebijakan – kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau alokasi dari sumber – sumber yang ada.

Untuk bisa berperan aktif melaksanakan kebijakan – kebijakan itu, perlu dimiliki kekuasaan dan kewenangan yang akan digunakan baik untuk membina


(48)

41

kerjasama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses itu. Cara – cara yang digunakan dapat bersifat meyakinkan dan jika perlu bersifat paksaan. Tanpa unsur paksaan, kebijakan itu hanya merupakan perumusan keinginan belaka.

Politik dewasa ini menjadi suatau hal yang tidak asing dalam benak masyarakat. Pada dasarnya politik telah mengakar dengan hidup manusia, karena adanya kepentingan hidup sesama individu, kelompok dan masayarakat secara luas pasti terdapat unsur politik didalamnya. Pemberitaan politik melalui media sangat gencar, seperti halnya pemilihan DPR, DPRD hingga presiden diekspos besaran oleh media. Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, dimana setiap orang mempunyai hak untuk berbicara dan mengemukakan pendapat, maka secara tidak langsung dampak yang diberikan masyarakat bisa membicarakan apa saja yang berhubungan dengan perpolitikan, tentu dengan catatan – catatan tertentu yang telah diatur dalam undang – undang.

Menurut Peter Merkl politik adalah usaha untuk mencapai tatanan suatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan. Secara umum politik adalah usaha untuk menentukan peraturan – peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian warga, untuk membawa masyarakat kearah kehidupan bersama yang harmonis.28

Dimensi politik dapat dilihat setidaknya dapat dilihat dari tiga aspek menurut Dafied Changara.29

a. Politik sebagai studi kelembagaan

Studi kelembagaan yang dijadikan objek dalam hal ini adalah negara. Karena negara dibentuk untuk mengatur hajat masyarakatnya. Dalam hal

28

Miriam B. Dkk, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 15 29


(49)

42

ini negara mempunyai peranan penting, mengatur perekonomian, perjanjian, pertaniaan, dan lain – lain. Dalam menentukan kebijakan – kebijakan antara warga dengan pemerintah begitupun sebaliknya.

b. Politik sebagai kekuasaan

Pada dasarnya hakikat politik adalah kekuasaan. Kekuasaan disini bisa bersifat memaksa agar masyarakat tunduk dan taat pada peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dan hal itu tidak mungkin dilakukan tanpa adanya kekuasaan. Namun dalam kata lain, politik sebagai kekuasaan tidak berhenti disitu, kekuasaan harus diartikan sebagai bentuk kerjasama antara masayarakat dan pemerintah dan sebaliknya.

c. Politik Sebagai Studi Kebijakan

Kebijakan jika ditarik asal katanya bersumber dari kata bijak dalam artian tidak memutuskan suatu hal secara sepihak, harus sesuai dengan mayoritas. Keputusan, dalam tataran negara demokratis biasanya mengunggulkan suara terbanyak. Hal lain, kebijakan harus memeiliki sumber daya yang memiliki nilai. Nilai yang diangkat adalah nilai yang berorientasi pada kepentingan bersama dan kemaslahatan bersama.

5. Komunikasi Politik

Komunikasi politik adalah suatu proses dan kegiatan – kegiatan yangmembentuk sikap dan prilaku politik yang terintegrasi kedalam suatu sistempolitik dengan menggunakan simbol – simbol yang benar. Pengertian lain yaitu darirusdi kantaprawira, komunikasi politik adalah untuk menghubungkan


(50)

43

pikiranpolitik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intern golongan, instansi, asosiasi ataupun sektor kehidupan politik pemerintah.30

Komunikasi politik adalah pembicaraan untuk memengaruhi dalam kehidupan bernegara. Komunikasi politik dapat juga merupakan seni mendesain apa yang mungkin (art of possible) dan bahkan dapat merupakan seni mendesain yang tidak mungkin menjadi mungkin (art of imposssible).31

Definisi Komunikasi Politik, Secara definitif, ada beberapa pendapat sarjana politik, diantaranya Nimmo, mengartikan politik sebagai kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Dalam berbagai hal orang berbeda satu sama lain – jasmani, bakat, emosi, kebutuhan, cita – cita, inisiatif, perilaku, dan sebagainya. Lebih lanjut Nimmo menjelaskan, kadang – kadang perbedaan ini merangsang argumen, perselisihan, dan percekcokan. Jika mereka menganggap perselisihan itu serius, perhatian mereka dengan memperkenalkan masalah yang bertentangan itu, dan selesaikan, inilah kegiatan politik.

Secara filosofis hakikat komunikasi politik adalah kajian tentang hakikat kehidupan manusia untuk mempertahankan hidup dalam lingkup berbangsa dan bernegara. Hakikat kehidupan sebagai motif atau sebagai keinginan yang mendorong manusia untuk berkiprah yang mengarah kepada terpenuhinya tersebut.

Komunikasi politik menjadi disiplin ilmu pada awal tahun 1950-an, istilah komunikasi politik pertama kali di kemukan secara tegas oleh Euleau, eldersveld,

30

Rochmat harun dan sumarno, komunikasi politik sebagai suatu pengantar, (bandung : bandar maju, 2006), hlm. 3.

31

Anwar Arifin. Komunikasi politik(Filsafat – Paradigma – Teori – Tujuan – Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia). (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 1.


(51)

44

dan janowitz pada tahun 1956. Sejalan dengan munculnya perubahan baru itu terbit pula kajian – kajian politik yang mendudukkan komunikasi sebagai faktor penting dalam politik. Komunikasi politik mempunyai salah satu fungsi yang sanagat penting dalam sistem politik.

Bagi Lasswell, ilmu politik adalah ilmu tentang kekuasaan. Berbeda dengan David Easton dalam Sumarno, mendefinisikan politik sebagai berikut: Political as a process those developmental processes through whichperson acquire political orientation and patterns of behavior”.

Dalam definisi ini David Eastonmenitikberatkan bahwa politik itu sebagai suatu proses di mana dalam perkembangan proses tersebut seseorang menerima orientasi politik tertentu dan pola tingkah laku.

Apabila definisi komunikasi dan definisi politik itu kita kaitkan dengan komunikasi politik, maka akan terdapat suatu rumusan sebagai berikut: Komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga – lembaga politik.

Mengenai komunikasi politik ini (political communication) Kantaprawira, memfokuskan pada kegunaanya, yaitu untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intra golongan, institusi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik masyarakat dengan sektor kehidupan politik pemerintah. Dengan demikian segala pola pemikiran, ide atau upaya untuk mencapai pengaruh, hanya dengan komunikasi dapat tercapainya segala sesuatu yang diharapkan, karena pada hakikatnya segala pikiran atau ide dan kebijakan (policy)


(52)

45

harus ada yang menyampaikan dan ada yang menerimanya, proses tersebut adalah proses komunikasi.

Lasswell, memandang orientasi komunikasi politik telah menjadikan dua hal sangat jelas: pertama, bahwa komunikasi politik selalu berorientasi pada nilai atau berusaha mencapai tujuan; nilai – nilai dan tujuan itu sendiri dibentuk di dalam dan oleh proses perilaku yang sesungguhnya merupakan suatu bagian; dan kedua, bahwa komunikai politik bertujuan menjangkau masa depan dan bersifat mengantisipasi serta berhubungan dengan masa lampau dan senantiasa memperhatikan kejadian masa lalu.

Komunikasi antar kelompok – kelompok politik di satu pihak dan warga sertapemilih di pihak lain, tetapi juga komunikasi antara satu kelompok politik dengankelompok politik yang lain, atau antar warga dan pemilih, berjalan denganberbagai model, baik yang direncanakan atau yang tidak direncanakan. Dalamkomunikasi politik, secara garis besar ada tiga bentuk komunikasi, yaitupropaganda, iklan, dan hubungan masyarakat (public relation).Karena politik seringkali di tafsirkan sebagai kekuasaan maka, komunikasi politik juga dipandang sebagai political mean (alat politik) untuk mencapai tujuan kekuasaan.32

Komunikasi politik menurut McMair Purposefull comunition about politic’s (Segala tujuan komunikasi tentang politik), hal ini meliputi all forms about communication undertaken by politian and other political acotrs for the purpose of achieving specific objectif (semua bentuk tentang komunikasi yang dilakukan oleh politian dan lainnya politik aktor untuk tujuan mencapai Objectif

32


(53)

46

tertentu). Selain itu komunkasi politik juga didefinisakan sebagai communication about them (politican or non politician) and their activities as news report, editorials, and other forms of media discussion of politic’s (Komunikasi tentang mereka (politisi politikus atau non potikus) dan kegiatan mereka sebagai pembuat laporan berita, editorial, dan bentuk lain dari diskusi media politik.33

Lebih jelasnya tentang pengertian komunikasi politik dapat dilihat dari pendapat para ahli sebagai berikut:

a. Menurut Blake dan Haroldsen, komunikasi politik adalah komunikasi yang memiliki pengaruh aktual dan potensial mengenai fungsi dan pernyataan politik atau entitas politik lainnya.34

b. Ricard R. Fagen. Komunikasi politik adalah kegiatan yang akan menimbulkan konsekuensi – konsekuensi politik, baik aktual dan potensial dalam sistem politik.35

c. Harold D. Lasswell mengemukakan kumunikasi politik adalah Who says what, in wich channel, to whom, with wath effeck.36

Pengertian komunikasi politik diatas mengantar pada paradigma yang lebih luas tentang komunikasi politik sebagai kajian ilmu pengetahuan. Demikian, dalam komunikasi politik terdapat unsur – unsur yang harus diperhatikan. Secara umum unsur – unsur komunikasi politik menitikberatkan pada unsur – unsur komunikasi, yaitu:

33

Rully Choirul Azwar, Politik Komunikasi Partai Golkar di Tiga Era (Jakarta: Grasindo, 2009) hlm. 26

34

Fathurin Zen, NU Politik. (Yogyakarta: ELKIS.2004),hlm. 86 35


(1)

81

baru yang amanah, jujur dan terpercaya. Karena pada hakekatnya untuk mensejahterahkan umat. Dengan demikian dengan adanya kiai terlibat dipolitik, harapan masyarakat dapat mempunyai seorang pemimpin baru yang jujur dan amanah.

B. Konfirmasi dengan Teori

Untuk menghasilkan teori yang baru atau pengembangan teori yang sudah ada, maka hasil dari penelitian ini dicari refrensinya dengan teori – teori yang sudah ada dan berlaku dalam ilmu pengetahuan. Sebagai langkah selanjutnya dalam penulisan skripsi ini adalah konfirmasi atau perbandingan antara temuan dengan teori yang sudah ada relevansinya atau kesesuaian dengan temuan tersebut.

Berdasarkan dari hasil temuan data dalam penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas masyarakat desa Terungwetan Krian Sidoarjo mendukung tentang keterlibatan atau ikut serta kiai Sunan Asyari untuk berpolitik. Karena anggapan masyarakat tujuan dari beliau berpolitik juga untuk kepentingan bersama. Hal ini sesuai dengan teori yang mempelajari memahami orang lain dalam komunikasi yang mendasari persepsi terhadap orang lain, yaitu teori komunikasi tentang persepsi terhadap orang lain ini mencakup persepsi terhadap karakteristik fisik dan perlaku orang tersebut. Bila seseorang melakukan persepsi, sebenarnya yang mengendalikan penyimpulan terhadap apa yang dilakukan adalah orang itu sendiri, oleh karena itu untuk memahami proses persepsi ini adalah menyadari apa yang terjadi dalam diri ketika perhatian tertuju pada orang lain. Apa yang dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan teori persepsi steve duck masyarakat melakukan pemahaman terhadap kiai sunan Asyari. Kemudian timbul


(2)

82

suatu kesan dan pesan dimasyarakat. Demikian pula pada masyarakat desa Terungwetan yang melakukan Persepsi terhadap kiai Sunan Asyari. Yang mana mereka ikut serta atau keterlibatan dalam politik. Dan setiap masyarakat desa Terungwetan mempunyai persepsi yang berbeda – beda seperti yang dikemukakan oleh steve ducks yang kedua yaitu prilaku tersebut memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membentuk semacam kesan mengenai kondisi internal seseorang (kepribadian, sikap, keyakinan dan nilai) bahwasannya masyarakat desa Terungwetan mempunyai kesan tersendiri mengenai kepribadian, sikap, keyakinan dan nilai yang ada pada kiai Sunan Asyari.


(3)

83

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Persepsi masyarakat tentang kiai berpolitik bagi kiai Sunan Asyari ada yang pro dan kontra. Pertama: Banyak masyarakat desa Terungwetan menyetujui dengan keterlibatan kiai Sunan Asyari berpolitik. Karena masyarakat tahu kinerja beliau, orang yang jujur, amanah. Telah dibuktikan kinerja beliau sebagai sekretaris desa Terungwetan. Beliau menjabat sekretaris desa sudah bertahun – tahun. Dari situlah masyarakat tidak kawatir terhadap kiai Sunan Asyari untuk berpolitik. Harapan masyarakat Desa Terungwetan dengan keterlibatan kiai Sunan Asyari dapat memberikan perubahan yang lebih baik bagi kehidupan bangsa dan perbaikan Negara ini. Banyak kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah hanya memihak segolongan tertentu (yang telah mapan), padahal mayoritas penduduknya sedang terpuruk di tengah kemiskinan, kelaparan, pengangguran, dan peminggiran sosial. Rakyat sedang dicekik, tetapi tidak pernah dibela. Para wakil rakyat yang sebelum terpilih berjanji akan memperjuangkan hak kaum kecil, ternyata lupa, duduk manis menikmati kue kekuasaan. Tidak lain karena kiai adalah pewaris Nabi.

Kedua: Berdasarkan kesan masyarakat desa Terungwetan tentang kiai berpolitik. Masyarakat desa Terungwetan sangat mendukung dengan apa yang dilakukan oleh kiai Sunan Asyari untuk berpolitik. Dengan beliau mengurusi politik ada manfaat untuk kemajuan desa setempat. Misalnya, kemajuan sosial budaya akan berubah. Akan tetapi dari tanggapan masyarakat yang baik, tanggapan kurang baik dari masyarakat juga ada. Masyarakat menilai bahwa kiai


(4)

84

sebaiknya menjadi pembina atau pembimbing politik. Dengan demikian kiai kembali sebagai panutan umat atau orang yang dipercaya oleh masyarakat setempat.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah penulis paparkan, maka terdapat beberapa saran dari penulis sebagai berikut :

1. Keterlibatan kiai dalam politik tidak perlu diperdebatkan, apalagi tentang boleh tidaknya, tapi yang perlu diperhatikan bagaiaman sekarang kiai yang terjun dalam politik dapat memainkan perannya secara positif dan optimal. 2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang persepsi yang berkaitan

tentang kiai berpolitik dari berbagai wilayah, dan semoga penelitian ini dapat berguna dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya pada khalayak dan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar, Prof, DR. 2011. Komunikasi politik (Filsafat – Paradigma – Teori – Tujuan – Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Azhar, Muhammad. 1997. Filsafat politik perbandingan antara islam dan barat. Jakarta: rajawali pers.

Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Changara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Choirul Azwar, Rully. 2009. Politik Komunikasi Partai Golkar di Tiga Era .

Jakarta: Grasindo.

Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES.

Djuarsa Sendjaja, S. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. Dkk, Miriam B. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik . Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Effendy, Onong Uchajana. 2007. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Eisenstadt S.N.. 1986. Revolusi dan Transformasi Masyarakat.Jakarta : CV. Rajawali.

Eriyanto. 2008. Analisis Framing . Yogyakarta: PT. Lkis Pelangi Aksara. Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Universitas

Muhammadiyah.

Harun, Rochmat dan sumarno. 2006. komunikasi politik sebagai suatu pengantar. Bandung : bandar maju.

Henri, ida. 2012. Komunikasi politik, media, dan demokrasi. Jakarta: kencana. Imron, Ali. 1986. Belajar Dan Pembelajaran.Jakarta : Dunia Pustaka Jaya. Kriyantono, Rahmat. 2008. Teknik PraktisRiset Komunikasif, Cetakan ketiga.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2009. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:Remaja

Rosdakarya.

Novel, Ali. 1999. Peradaban komunikasi politik. Bandung: remaja rosdakarya. Nurdin, Ali, Agoes Moh. Moefad, Advan Navis Zubaidi, Rahmad Harianto.

2013. Pengantar Ilmu Komunikasi. Surabaya: IAIN SA Press.

Poerwadarminta, W.J.S. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.

Rakhmat, Jalaluddin. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung; Remadja Rosdakarya.

Sani, Mahmud. 2012. Metodologi Penelitian. Mojokerto: Thoriq Al-fikri. Semma, Masyur. 2008. Negara Dan Korupsi: Pemirikan Mochtar Lubis atas

Negara Manusia dan Indonesia. Jarkarta: Penerbit Yayasan Obor. Soekamto, Soerjono. 2009. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali pers.

Sukamto. 1999. Kepemimpinan Kiyai Dalam Pesantren. Jakarta: PT.Pustaka LP3ES.

Sumarsono, S. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(6)

Turmudzi, Endang. 2003. Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan. Jogjakarta; LkiS. Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi.

Zen, Fathurin. 2004. NU Politik.Yogyakarta: ELKIS.

http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/12/pengertian-politik-artikel-lengkap.html, diakses tanggal 28 Oktober 2014.