Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Komite Sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah Di Sekolah Dasar Gugus P. Diponegoro Kecamatan Dempet T2 942010039 BAB IV

(1)

47

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar (SD) yang tergabung dalam Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Di Gugus Maju terdapat 7 SD yang terdiri dari: 1 SD inti dan 6 SD imbas. Sebagai SD inti adalah SD Negeri Dempet 1 yang terletak di Desa Dempet Kecamatan Dempet. Sekolah Dasar yang menjadi SD imbas adalah: (1) SD Negeri Dempet 2; (2) SD Negeri Dempet 3; (3) SD Negeri Dempet 4 semuanya terletak di Desa Dempet Keca-matan Dempet; (4) SD Negeri Botosengon 1 yang terle-tak di Desa Botosengon Kecamatan Dempet; (5) SD Negeri Botosengon 2, yang terletak di Desa Botosengon Kecamatan Dempet; dan (6) SD Negeri Kedungori yang terletak di desa Kedungori Kecamatan Dempet. Responden dalam penelitian ini terdiri dari pengurus komite sekolah, kepala sekolah, guru, orang tua siswa, dan siswa: Selanjutnya data tentang responden dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:


(2)

Tabel 4.1

Deskripsi Subjek Penelitian

NO Kategori Subjek

Jml

(org) Usia

Masa Kerja (tahun)

Pendidikan Jml Jenjang

1 Komite 28 30-70 3-9 4 Sarjana

Sekolah 4 Sarmud

11 SLTA 7 SLTP 2 SD 2 Kepala 7 49-56 3-12 7 Sarjana

Sekolah

3 Guru 14 30-56 5-32 14 Sarjana

4 Orang 14 30-55 4 Sarjana

Tua 6 SLTA

Siswa 1 SLTP

3 SD 5 Siswa 14 10-13

Sumber: Data Primer, 2012

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa anggota komite sekolah dari 7 sekolah dasar se-Gugus Dipo-negoro yang bukan berasal dari dewan guru berjumah 28 orang dengan usia termuda 30 tahun dan usia tertua 70 tahun. Masa kerja mereka sebagai Komite Sekolah berkisar antara 3 sampai 9 tahun. Tingkat pendidikan mereka terbanyak SLTA sejumlah 11 orang, SLTP sebanyak 7 orang, berpendidikan sarjana, sarjana muda masing-masing 4 orang, dan SD 2 orang.

Sebanyak 7 kepala sekolah di Sekolah Dasar se-Gugus Diponegoro berusia antara 49 sampai 56 tahun, dengan masa kerja sebagai kepala sekolah


(3)

49 antara 3 sampai 12 tahun. Tingkat pendidikan mere-ka, 6 orang berijazah sarjana dan 1 orang yang sedang menempuh studi lanjut S2.

Responden dari dewan guru sebanyak 14 orang dari 7 sekolah. Usia mereka berkisar antara 30 sampai 56 tahun dengan masa kerja sebagai guru antara 5 sampai 30 tahun. Tingkat pendidikan mereka 13 orang berijazah sarjana,1 tengah mengikuti studi lanjut.

Orang tua siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 14 orang, adalah mereka yang anaknya menjadi responden dan dipilih secara acak. Usia termuda mereka 30 tahun dan usia tertua 55 tahun. Tingkat pendidikan mereka cukup variatif yaitu berijazah sarjana 4 orang, SLTA 6 orang, SLTP 1 orang, dan berijazah SD 3 orang.

Siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 14 orang berasal dari 7 sekolah. Mereka dipilih secara acak diambilkan dari kelas 6 dan kelas 3 yang orang tuanya juga menjadi responden dalam penelitian ini. Kisaran umur mereka antara 10 sampai 13 tahun.

4.2 Analisis

Dalam bagian ini akan dilakukan analisis terha-dap data hasil penelitian terhaterha-dap empat peran komite sekolah yaitu sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol dan sebagai mediator.


(4)

4.2.1 Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pertimbangan

Komite sekolah sabagai badan pertimbangan dituntut untuk mampu memberikan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam rangka penentuan kebijakan sekolah. Dalam perannya tersebut komite sekolah diharapkan dapat mamberikan pertimbangan kepada sekolah dalam hal pendataan kondisi sosial ekonomi keluarga peserta didik dan sumber daya pandidikan yang ada dalam masyarakat; memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala sekolah dalam penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan, dan kegiatan sekolah; menganalisis hasil pendataan sebagai bahan pemberian masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolah; menyampaikan masuk-an, pertimbangan dan rekomendasi secara tertulis kepada sekolah dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan; memberi pertimbangan kepada sekolah dalam rangka pengembangan kurikulum muatan lokal dan meningkatkan proses pembelajaran dan pengajar-an ypengajar-ang menyenpengajar-angkpengajar-an; serta memverivikasi RAPBS yang diajukan oleh kepala sekolah, memberikan pengesahan terhadap RAPBS setelah proses verivikasi dalam rapat komite sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 28 pengurus komite sekolah yang berasal dari tujuh sekolah yang tergabung dalam Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet diperoleh data sebagaimana pada Tabel 4.2 berikut:


(5)

51 Tabel 4.2

Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan

NO Indikator Min Max Mean SD

1 Mengadakan pendataan kondisi sosial ekonomi keluarga peserta didik dan sumber daya yang ada dalam masyarakat.

1 5 2,92 1,36

2 Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam penyusunan visi, misi, dan tujuan, kebijakan dan kegiatan sekolah.

1 5 3,21 1,17

3 Menganalisa hasil pendataan sebagai masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolah

2 5 3,28 0,81

4 Menyampaikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi secara tertulis kepada sekolah dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan.

1 4 2,28 1,36

Total 1 5 2,87 1,18

Sumber: Data Primer yang diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa peran komite sekolah sebagai badan pertimbangan diperoleh rerata sebesar 2,72 yang masuk dalam kategori cukup baik (2,60 - 3,39) dengan standar deviasi 1,18. Hal ini dapat diartikan sebagian besar responden beranggap-an bahwa komite sekolah sudah melaksberanggap-anakberanggap-an perberanggap-an- peran-nya sebagai badan pertimbangan dengan baik. Ada 1 peran yang tergolong sangat sering yaitu dalam hal menga-dakan pendataan kondisi sosial ekonomi keluarga peserta didik dan sumber daya pendidikan yang ada dalam masyarakat. Ada peran komite yang tergolong cukup yaitu dalam hal menyampaikan per-timbangan kepada sekolah dalam rangka pengem-bangan kuri-kulum muatan lokal dan meningkatkan


(6)

proses pembelajaran dan pengajaran yang menye-nangkan. Hal ini disebabkan karena kurikulum muatan lokal di Seko-lah Dasar sudah ditentukan oleh Dinas Pendidikan demi keseragaman. Oleh karena itu di tingkat sekolah kurikulum ini sudah tidak dilaku-kan pengembangan, dan kepada komite sekolah hanya diberikan informasi saja. Pemberian informasi inilah yang oleh sebagian besar komite sekolah sudah dianggap sebagai permintaan pertimbangan.

4.2.2 Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendu-kung

Dalam perannya sebagai badan pendukung, komite sekolah diharapkan dapat memberikan du-kungan untuk secara preventif dalam memberantas penyebarluasan narkoba di sekolah serta pemeriksaan kesehatan siswa; memberikan dukungan kepada sekolah dalam pelaksanaan kegitan ekstrakurikuler; mencari bantuan dana dari dunia usaha dan dunia industri untuk biaya pembebasan uang sekolah bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu; serta melaksanakan konsep subsidi silang dalam penarikan iuran dari orang tua siswa. Hasil penelitian untuk peran komite sekolah sebagai badan pendukung dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini:


(7)

53 Tabel 4.3

Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung

NO Indikator Min Max Mean SD

1 Memberikan dukungan kepada sekolah untuk secara preventif dalam memberantas

penyebarluasan narkoba di sekolah, serta pemeriksaan kesehatan siswa.

2 5 3,53 0,79

2 Memberikan dukungan kepada sekolah dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.

1 5 3,10 1,35

3 Mencari bantuan dana dari dunia industri untuk biaya pembebasan uang sekolah bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu.

1 4 1,67 0,98

4 Melaksanakan konsep subsidi silang dalam penarikan iuran dari orang tua siswa.

1 4 2,53 0,99

Total 2,71 1,03

Sumber: Data Primer yang diolah, 2012

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran komite sekolah sebagai badan pendukung cukup baik (2,60-3,39) dilihat dari perolehan total rerata sebesar 2,71 dengan standar deviasi 1,03. Dari empat indikator satu indikator dikategorikan rendah sekali yaitu peran Komite Sekolah dalam mencari bantuan dana dari dunia industri untuk biaya pembebasan uang sekolah bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu dimana perolehan rata-ratanya 1,67. Hal ini disebabkan karena di sekolah dasar kerjasama dengan dunia industri dirasa belum penting disebabkan pada umumnya sudah bebas biaya murni. Artinya semua siswa baik yang kaya maupun yang miskin dibebaskan dari segala jenis iuran.


(8)

4.2.3 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pengon-trol

Dalam perannya sebagai badan pengontrol, komite dekolah berperan untuk meminta penjabaran kepada sekolah tentang hasil belajar siswa; menye-barkan kuesioner untuk memperoleh masukan, saran, dan ide kreatif dari masyarakat; serta menyampaikan laporan secara tertulis tentang hasil pengamatan Komite Sekolah terhadap sekolah. Hasil penelitian tentang peran komite sekolah sebagai badan pengon-trol dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pengontrol

NO Indikator Min Max Mean SD

1 Meminta penjabaran kepada sekolah tentang hasil belajar siswa.

1 5 3,10 1,12

2 Menyebarkan kuesioner untuk memperoleh masukan, saran, dan ide kreatif dari masya-rakat.

1 5 2,67 1,31

3 Menyampaikan laporan kepa-da sekolah secara tertulis tentang hasil pengamatan komite sekolah terhadap sekolah.

1 5 2,67 1,31

Total 1 5 2,78 1,25

Sumber: Data Primer yang diolah, 2013

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Komite Sekolah sebagai badan pengontrol cukup baik (2,60 - 3,39) dengan diperolehnya rata-rata 2,78 dan standar deviasi 1,25. Dalam hal meminta penjabaran


(9)

55 kepada sekolah tentang hasil belajar siswa tergolong cukup berperan dengan diperolehnya rata-rata 3,00. Hal ini disebabkan selama ini komite sekolah memang diundang ke sekolah rata-rata hanya dalam rangka penerimaan rapor atau kelulusan. Dengan demikian forum tersebut sekaligus merupakan forum penjabar-an hasil belajar siswa.

4.2.4 Peran Komite Sekolah Sebagai Mediator

Peran komite sekolah sebagai mediator diurai-kan dalam delapan indikator yaitu membantu sekolah dalam menciptakan hubungan dan kerja sama antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat; menga-dakan rapat atau pertemuan secara rutin atau insi-dental dengan kepala sekolah dan dewan guru; meng-adakan kunjungan atau silaturahmi ke sekolah, atau dengan dewan guru di sekolah; bekerja sama dengan pihak sekolah dalam kegiatan penelusuran alumni. Data hasil penelitian tentang peran komite sekolah sebagai mediator dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:


(10)

Tabel 4.5

Peran Komite Sekolah Sebagai Mediator

NO Indikator Min Max Mean SD

1 Membantu sekolah dalam menciptakan hubungan dan kerjasama antara seko-lah dengan orang tua dan masyarakat.

1 4 3,04 0,58

2 Mengadakan rapat atau pertemuan se-cara rutin atau insidental dengan kepala sekolah dan dewan guru.

3 4 3,21 0,42

3 Mengadakan kunjungan atau silaturah-mi ke sekolah, atau dengan dewan guru di sekolah.

2 5 2,61 0,50

4 Bekerjasama dengan sekolah dalam kegiatan penelusuran alumni.

1 2 1,11 0,92

Total 1 5 2,20 0,60

Sumber: Data Primer yang diolah, 2013

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa secara keselu-ruhan peran komite sekolah sebagai mediator kurang baik (1,80-2,59) dengan diperolehnya rerata 2,20 dan standar deviasi 0,60. Hal yang jarang dilakukan oleh semua komite sekolah adalah dalam hal bekerjasama dengan sekolah dalam kegiatan penelusuran alumni. Penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan Komite Sekolah tentang perannya dalam manajemen berbasis sekolah, dan juga karena pihak sekolah belum menempatkan komite sekolah sesuai peran, tugas dan fungsinya sebagaimana yang diamanatkan oleh Kepmendiknas No. 044/U/2002.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan untuk rerata empat peran komite sebagai badan pertimbang-an, badan pendukung, badan pengontrol dan mediator sebagai berikut:


(11)

57 Tabel 4.6

Tabel Rerata Peran Komite Sekolah

No Peran Komite Min Max Mean SD

1 Badan Pertimbangan 1 5 2,87 1,18 2 Badan Pendukung 1 5 2,71 1,03 3 Badan Pengontrol 1 5 2,78 1,25

4 Mediator 1 5 2,20 0,60

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa ada tiga peran komite sekolah cukup baik, yaitu peran komite sekolah sebagai badan pertimbangan, badan pendu-kung, dan badan pengontrol. Sedangkan peran komite sekolah sebagai mediator dalam kategori kurang baik.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data, secara keselu-ruhan peran komite sekolah dalam manajemen ber-basis sekolah di Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet dalam katagori baik. Selanjutnya akan dilakukan pembahasan per aspek mengenai peran komite sekolah dalam manajemen berbasis sekolah di Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet.

4.3.1 Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pertim-bangan

Untuk peran komite sekolah sebagai badan per-timbangan dikategorikan baik. Hal ini berarti bahwa di Gugus Diponegoro, komite sekolah cukup dalam


(12)

memberikan pertimbangan kepada sekolah dalam rangka menentukan kebijakan sekolah yang tampak dalam banyak hal. Dalam mendata kondisi sosial ekonomi peserta didik dan sumber daya pendidikan yang ada dalam masyarakat, komite sekolah sudah banyak berperan. Namun demikian dalam hal mem-berikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan, dan kegiatan sekolah serta dalam memverivikasi RAPBS yang disusun sekolah. Komite belum banyak terlibat, kondisi ini didukung oleh hasil wawancara dengan salah satu ketua komite sekolah:

Sekolah menentukan kondisi sosial ekonomi ber-dasarkan analisa mereka terhadap keseharian siswa dengan pertimbangan dari Komite Sekolah. Ini disebabkan karena kebanyakan guru berdo-misili jauh dari sekolah sehingga mereka kurang memahami kondisi sosial ekonomi siswa. Sedang-kan dalam penyusunan visi, misi, tujuan, kebijak-an, dan kegiatan sekolah yang ada di dalam KTSP dan RAPBS, Komite Sekolah belum dilibatkan. Biasanya kepala sekolah akan meminta tanda tangan Ketua Komite Sekolah untuk bukti penge-sahan KTSP dan RAPBS yang telah tersusun. Jadi Komite Sekolah tidak terlibat dalam penyusunan KTSP dan tidak melakukan verivikasi terhadap RAPBS yang disusun sekolah.

Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa di Sekolah Dasar se-Gugus Diponegoro, komite seko-lah sebagai badan pertimbangan banyak diberdaya-kan. Hal ini tentu saja sangat menggembiradiberdaya-kan. Dengan demikian dengan pertimbangan dari Komite Sekolah, sasaran bantuan dari sekolah akan lebih


(13)

59 tepat. Juga tentang visi, misi, tujuan, kebijakan, dan kegiatan sekolah yang disusun dan dilaksanakan akan lebih sesuai dengan kondisi masyarakat setempat mengingat komite sekolah merupakan representasi dari orang tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah.

Sementara itu dalam hal menganalisis hasil pendataan sebagai bahan pemberian masukan, per-timbangan dan rekomendasi kepada sekolah; dan menyampaikan masukan, pertimbangan, dan reko-mendasi secara tertulis kepada sekolah dengan tem-busan kepada Dinas Pendidikan dan Dewan Pendi-dikan, belum banyak dilakukan oleh komite sekolah. Penyebabnya adalah karena komite sekolah di sekolah dasar berada dekat dengan sekolah sehingga saran masukan lebih banyak disampaikan langsung secara lisan kepada sekolah. Untuk pertimbangan kepada sekolah dalam rangka pengembangan kurikulum muatan lokal, dan meningkatkan proses pembelajaran dan pengajaran yang menyenangkan cukup sering dilakukan, karena kurikulum muatan lokal, sudah merupakan paket dari Dinas Pendidikan maka tidak perlu lagi pengembangan di tingkat sekolah, hanya pemberitahuan saja oleh pihak sekolah kepada komite sekolah yang sudah dianggap sebagai pemberian pertimbangan. Kondisi ini didukung oleh hasil wawan-cara dengan salah seorang kepala sekolah di Gugus Diponegoro:


(14)

Komite Sekolah memang belum pernah memberi-kan saran pertimbangan secara terulis kepada kami dengan tembusan kepada Dinas Pedidikan. Saran tertulis yang diberikan kepada sekolah biasanya hanya dituliskan di buku tamu, itu juga lebih banyak berupa kesan bukan pesan. Untuk pengem-bangan Kurikulum Muatan Lokal di tingkat sekolah kami memang belum pernah melakukannya karena Kurikulum Muatan Lokal sudah merupakan paket dari Dinas Pendidikan untuk keseragaman. Kami hanya memberitahu saja kepada Komite Sekolah tentang mata pelajaran Muatan Lokal yang ada di sekolah kami.

Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa Sekolah Dasar di Gugus Diponegoro sudah banyak mendapatkan pertimbangan dari Komite Sekolah dalam banyak hal. Untuk Kurikulum Muatan Lokal, sebaiknya pengembangan di tingkat satuan pendidik-an masih diperlukpendidik-an meskipun kurikulum tersebut merupakan paket dari Dinas Pendidikan dan ada keseragaman di tingkat kabupaten/kota. Ini lebih dikarenakan agar pembelajaran muatan lokal yang dilaksanakan di sekolah lebih sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah, lebih sesuai dengan makna muatan lokal itu sendiri, serta sesuai dengan sema-ngat otonomi yang sesunggguhnya.

Secara keseluruhan peran komite sekolah di sekolah dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet sebagai badan pertimbangan dikategorikan baik. Yang berarti bahwa komite sekolah sudah banyak membe-rikan pertimbangan kepada sekolah dalam merenca-nakan dan melaksamerenca-nakan visi, misi, tujuan, kebijakan dan kegiatan sekolah.


(15)

61 4.3.2 Peran Komite Sekolah sebagai Badan

Pendu-kung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Komite Sekolah di Sekolah Dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet sebagai badan pendukung dikate-gorikan baik. Namun dalam hal mencari bantuan dana dari dunia industri untuk biaya pembebasan uang sekolah bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu, belum banyak dilakukan. Penyebabnya ada-lah karena di sekoada-lah dasar se-Gugus Diponegoro semua siswa dibebaskan dari segala jenis iuran. Sedangkan dalam pelaksanaan konsep subsidi silang dalam penarikan iuran dari orang tua siswa telah banyak dilakukan oleh komite sekolah se-Gugus Diponegoro. Ini disebabkan komite sekolah yang ada di Gugus Diponegoro kebanyakan adalah mereka yang benar-benar memahami kondisi sosial ekonomi orang tua siswa. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan salah satu Ketua Komite Sekolah di Gugus Diponegoro:

Sekarang ini di Sekolah Dasar telah diterapkan kebijakan bebas biaya murni, akan tetapi bila dibutuhkan dana untuk keperluan insidental, Komite Sekolah yang maju ke depan, dan biasanya kami menerapkan konsep subsidi silang. Dengan adanya BOS memang sekolah tidak diperbolehkan menarik iuran untuk keperluan apapun. Untuk itu apabila sekolah memerlukan dana untuk pengem-bangan sekolah, sekolah meminta kami yang menghimpunnya sehingga tidak menyalahi aturan dari pemerintah.


(16)

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa konsep subsidi silang masih tetap diterapkan. Meski-pun sekolah sejak adanya dana BOS dilarang mela-kukan penarikan iuran dalam bentuk apa pun, akan tetapi untuk pengembangan sekolah, sering sekolah meminta bantuan dana Komite Sekolah. Dana ini akan dihimpun oleh komite sekolah dan pelaksanaan program juga oleh komite sekolah sehingga sekolah terhindar dari sanksi yang mengancam.

Dalam hal memberikan dukungan kepada seko-lah untuk secara preventif memberantas penyebar-luasan narkoba di sekolah, serta pemeriksaan kese-hatan di sekolah masih dikategorikan rendah. Demikian pula untuk hal memberikan dukungan kepada sekolah dalam pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler. Kondisi ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu guru di Gugus Diponegoro yang mengatakan:

Selama saya menjadi guru belum pernah ada anggota Komite Sekolah yang memberikan penyu-luhan kepada anak didik kami, juga dalam hal kegiatan ekstrakurikuler, ada yang membantu akan tetapi dilaksanakan insidental hanya sebatas bila akan ada lomba saja, selain itu tidak.

Hal ini didukung pula oleh hasil wawancara dengan salah satu siswa di Gugus Diponegoro yang mengatakan:

Belum pernah ada anggota komite sekolah yang masuk ke ruangan kelas untuk mengajar. Untuk kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah kami


(17)

63

tidak ada yang dibantu oleh komite sekolah. Ada yang dibantu oleh komite sekolah yaitu pada kegiatan olahraga sepak bola tetapi itu hanya kalau akan ada lomba saja.

Kedua wawancara tersebut membuktikan bahwa selama ini komite sekolah belum banyak terllibat dan dilibatkan dalam kegiatan sekolah baik kegiatan intrakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler. Komite sekolah hanya terlibat secara insidental belum secara terprogram.

Hasil penelitian tentang peran Komite Sekolah sebagai badan pendukung secara umum dikategorikan baik, yang berarti Komite Sekolah banyak memberikan dukungan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sekolah. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Pantjastuti (2008) yang mengatakan bahwa selama ini komite sekolah yang ada masih meneruskan peran dan fungsi BP3 di masa lalu yang hanya berfungsi sebagai stempel saja bagi sekolah.

4.3.3 Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pengon-trol

Data hasil penelitian tentang peran komite seko-lah di sekoseko-lah dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet sebagai badan pengontrol tergolong baik. Dalam perannya untuk meminta penjabaran kepada sekolah tentang hasil belajar siswa dalam penelitian ini diperoleh kategori baik sekali. Artinya komite


(18)

sekolah telah sering meminta penjabaran kepada sekolah tentang hasil belajar siswa. Hal ini sering dilakukan oleh Komite Sekolah karena pertemuan antara sekolah dengan komite sekolah biasanya hanya diadakan dalam rangka penerimaan rapot. Pada kesempatan ini tentu saja merupakan forum penja-baran hasil belajar siswa. Dalam hal menyebarkan kuesioner untuk memperoleh masukan, saran, dan ide kreatif dari masyarakat tergolong cukup, tetapi ada juga Komite Sekolah di Gugus Diponegoro yang tidak pernah melakukan hal ini.

Kondisi tersebut merupakan bukti bahwa peran ini memang belum tersentuh. Penyebabnya adalah karena komite sekolah di sekolah dasar berada dekat dengan lokasi sekolah dan juga tempat tinggal orang tua siswa, sehingga saran dan masukan bisa langsung disampaikan dan diakomodir tanpa harus melalui kuesioner.

Dalam hal menyampaikan laporan kepada sekolah secara tertulis tentang hasil pengamatan komite sekolah terhadap sekolah, hasil penelitian menunjukkan kategori baik. Hal ini disebabkan karena komunikasi dengan pihak sekolah dapat dilakukan secara langsung kapan saja diperlukan. Di samping itu juga karena pengetahuan komite sekolah akan keharusan hal tersebut. Penyebab lain di antara-nya adalah karena Pengurus komite sekolah yang ada selama ini lebih bersifat pasif dalam arti tidak melak-sanakan peran dan fungsinya bila tidak ada undangan


(19)

65 dari pihak sekolah. Komite sekolah yang ada sebagian besar juga merupakan pemain lama yang selama menjadi komite sekolah belum pernah dilakukan reorganisasi. Pembaharuan kepengurusan hanya dila-kukan apabila ada pengurus yang mengundurkan diri dengan cara tambal sulam. Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara dengan salah satu kepala sekolah di Gugus Diponegoro yang mengatakan:

Komite Sekolah yang ada di sekolah ini belum pernah diganti selama kepemimpinan saya, mereka semua dibentuk sebelum saya bertugas di sekolah ini. Selama kepemimpinan saya, saya belum pernah memberikan sosialisasi kepada anggota komite sekolah tentang tugas, peran dan fungsinya karena saya juga belum pernah menda-patkan penjelasan tentang hal tersebut.

Hasil wawancara di atas membuktikan bahwa keanggotaan komite sekolah di sekolah dasar Gugus Diponegoro tidak dibatasi waktu. Seharusnya keang-gotaan komite sekolah dibatasi masa baktinya sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang disepakati bersama. Hal ini untuk menghindari kesan kenggotaan komite seumur hidup dimana dari tahun ke tahun tidak ada perubahan sehingga tidak ada dampak positif terhadap sekolah.

Secara keseluruhan peran komite sekolah di sekolah dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet sebagai badan pengontrol dikategorikan baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sulistyo (2007)


(20)

yang mengatakan bahwa dalam konteks manajemen berbasis sekolah dalam banyak kasus pembentukan komite sekolah sebagai mitra kepala sekolah dalam mengelola pendidikan dalam rangka kemajuan sekolah, masih belum dipahami secara proporsional. Akibantnya masih banyak ketimpangan dalam penye-lenggaraan manajemen berbasis sekolah. ada pemben-tukan komite sekolah yang hanya merupakan syarat karena itu perlu ada di sekolah, sementara itu kinerja yang diharapkan belum ada.

Sementara itu pada sekolah yang memiliki komite sekolah yang aktif malah terjadi tarik menarik kepentingan, bahkan persaingan antara komite seko-lah dengan kepala sekoseko-lah dalam pengelolaan pendi-dikan di sekolah. Singkatnya dapat dikatakan bahwa komite sekolah yang diharapkan dapat memberdaya-kan sekolah melalui partisipasi masyarakat masih belum optimal.

4.3.4 Peran Komite Sekolah sebagai Mediator

Hasil penelitian tentang peran komite sekolah di sekolah dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet sebagai mediator dikategorikan baik. Dalam hal men-ciptakan hubungan dan kerjasama dengan orang tua dan masyarakat dikategorikan baik. Artinya komite sekolah telah cukup sering membantu sekolah men-ciptakan hubungan yang harmonis dengan orang tua dan masyarakat. Hal ini terjadi karena sebagian besar


(21)

67 anggota komite sekolah di sekolah dasar Gugus Diponegoro adalah orang tua siswa sehingga mereka selalu membina hubungan baik dengan sekolah untuk kepentingan pendidikan anak-anak mereka. Dalam mengadakan rapat atau pertemuan secara rutin atau insidental dengan kepala sekolah dan dewan guru di-peroleh kategori baik, artinya peran ini sudah banyak dilakukan, disebabkan karena rapat atau pertemuan dengan kepala sekolah dan dewan guru hanya dilakukan rutin, tidak hanya apabila ada undangan dari sekolah.

Sementara itu dalam hal mengadakan kunjung-an atau silaturahmi ke sekolah atau dengkunjung-an dewkunjung-an guru di sekolah diperoleh kategori sangat baik. Artinya peran ini sudah cukup sering dilakukan oleh komite sekolah. Sedangkan dalam hal penelusuran alumni belum banyak dilakukan. Demikian pula dalam mem-bina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan seluruh stakeholder pendidikan dengan dunia usaha/ dunia industri serta dalam mengadakan penjajakan kerjasama atau MOU dengan dunia usaha/dunia industri, tergolong rendah sekali bahkan cenderung tidak pernah dilakukan. Hal ini lebih karena adanya anggapan sekolah gratis telah mematikan ide kreatif untuk pengembangan sekolah. Kondisi ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu ketua komite sekolah di Gugus Diponegoro:


(22)

Sekolah kami kebetulan berada di pedesaan dimana tidak terdapat kegiatan industri maju yang dapat memberikan sembangan kepada sekolah kami. Selama ini dana operasional di sekolah telah mencukupi dengan adanya dana BOS dari peme-rintah, sehingga kami tidak atau belum pernah melakukan usaha untuk memperoleh bantuan kecuali dari pemerintah yang sering kami tempuh.

Hasil wawancara ini menunjukkan bahwa ko-mite sekolah belum banyak melakukan usaha kreatif untuk pengembangan sekolah. Pengembangan sekolah hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah. Seharusnya pengembangan sekolah dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan dunia usaha atau dunia industri yang tidak harus berada di sekitar sekolah. Misalnya dengan penerbit buku yang tentu akan dengan senang hati membantu pengembangan sekolah bila dilakukan MOU yang menguntungkan kedua pihak.

Berikutnya dalam hal mengadakan kegiatan inovatif untuk meningkatkan kasadaran dan kemitra-an masyarakat, dikategorikkemitra-an rendah sekali bahkkemitra-an belum pernah dilakukan oleh komite sekolah. Sedang-kan untuk mengadaSedang-kan rapat atau pertemuan secara berkala dan insidental dengan orang tua dan anggota masyarakat tergolong rendah artinya masih belum banyak dilakukan.

Ini didukung dengan hasil wawancara dengan salah satu orang tua siswa di Gugus Diponegoro:


(23)

69

Selama kami menyekolahkan anak kami di seko-lah dasar, kami pernah diundang untuk mengikuti rapat hanya untuk penerimaan rapot dan pengu-muman kelulusan. Sekolah juga belum pernah mengadakan kegiatan inovatif untuk meningkat-kan kesadaran dan kemitraan dengan masyarakat baik atas ide sekolah sendiri maupun atas ide komite sekolah. Bahkan banyak orang tua siswa yang tidak mengenal anggota komite sekolah kecuali ketua komite sekolah yang memang sering mengikuti kegiatan apabila ada rapat sekolah dengan orang tua siswa.

Hasil wawancara tersebut menunjukkan rendah-nya peran komite sekolah sebagai mediator. Seharus-nya komite sekolah lebih bersifat proaktif dengan banyak berinisiatif dan berinovasi untuk pengembang-an sekolah. Komite Sekolah perlu melakukpengembang-an bpengembang-anyak pertemuan yang tidak hanya melibatkan ketua Komite Sekolah saja akan tetapi juga melibatkan anggota Komite Sekolah yang lain. Hal ini sangat diperlukan agar Komite Sekolah benar-benar dapat menjadi

partner bagi kepala sekolah dalam pengembangan

sekolah.

Secara keseluruhan peran Komite Sekolah di sekolah dasar Gugus diponegoro Kecamatan Dempet sebagai mediator dikategorikan baik. Akan tetapi masih ada peran yang harus ditingkatkan perannya yaitu dalam hal penelusuran alumni. Hal ini senada dengan pendapat Akbar (2008) yang mengatakan peran dan fungsi komite sekolah tidak dapat dipi-sahkan dari pelaksanaan manajemen pendidikan di tingkat sekolah. Beberapa aspek manajemen yang


(24)

secara langsung dapat diserahkan sebagai urusan yang menjadi kewenangan tingkat sekolah adalah sebagai berikut: Pertama, menetapkan visi, misi, strategi, tujuan, logo, lagu, dan tata tertib sekolah.

Kedua, memiliki kewenangan dalam penerimaan siswa

baru sesuai dengan ruang kelas yang tesedia, fasilitas yang ada, jumlah guru, dan tenaga administratif yang dimiliki. Ketiga, menetapkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang akan diadakan dan dilaksa-nakan oleh sekolah. Keempat, pengadaan sarana dan prasana pendidikan, termasuk buku pelajaran dapat diberikan kepada sekolah, dengan memperhatikan standar dan ketentuan yang ada. Kelima, penghapus-an barpenghapus-ang dpenghapus-an jasa dapat dilakspenghapus-anakpenghapus-an sendiri oleh sekolah, dengan mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten. Keenam,

proses pengajaran dan pembelajaran. Ini merupakan kewenangan profesional sejati yang dimiliki oleh lembaga pendidikan sekolah. Ketujuh, urusan teknis edukatif yang lain sejalan dengan konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) merupa-kan urusan yang sejak awal harus menjadi tanggung jawab dan kewenangan setiap satuan pendidikan.

Dari analisis dan pembahasan diperoleh hasil bahwa peran komite sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah di Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet baik sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol maupun sebagai medi-ator masih dikategorikan baik.


(25)

71 Dari keempat peran tersebut diketahui bahwa peran komite sekolah sebagai badan mediator paling kurang optimal dibandingkan dengan peran lainnya. Hal tersebut disebabkan karena selama ini komite sekolah yang ada lebih bersifat pasif. Mereka melaku-kan tugas peran dan fungsinya hanya bila ada undangan dari pihak sekolah. Dengan kondisi tersebut menjadikan komite sekolah hanya sebagai pelengkap, artinya merupakan sebuah badan yang harus ada di sekolah. Keberadaan mereka tidak diikuti dengan pemahaman akan perannya sebagai partner sekolah dalam mengelola pendidikan guna kemajuan sekolah. Akibatnya, masih banyak ketimpangan dalam penye-lenggaraan manajemen berbasis sekolah.

Kondisi di atas sesuai dengan pendapat Jalal (2001) yang mengatakan bahwa pendidikan dengan segala persoalannya tidak mungkin diatasi hanya oleh lembaga persekolahan. Untuk melaksanakan program-programnya sekolah perlu mengundang berbagai pihak (keluarga, masyarakat, dan dunia usaha/indus-tri) untuk berpartisipasi secara aktif dalam berbagai program pendidikan. Partisipasi ini perlu dikelola dan dikoordinasikan secara baik agar lebih bermakna bagi sekolah terutama dalam meningkatkan mutu dan efektivitas pendidikannya. Partisipasi masyarakat tidak seharusnya hanya dalam bentuk dana, melain-kan juga sumbangan pikiran dan tenaga.


(1)

66

yang mengatakan bahwa dalam konteks manajemen berbasis sekolah dalam banyak kasus pembentukan komite sekolah sebagai mitra kepala sekolah dalam mengelola pendidikan dalam rangka kemajuan sekolah, masih belum dipahami secara proporsional. Akibantnya masih banyak ketimpangan dalam penye-lenggaraan manajemen berbasis sekolah. ada pemben-tukan komite sekolah yang hanya merupakan syarat karena itu perlu ada di sekolah, sementara itu kinerja yang diharapkan belum ada.

Sementara itu pada sekolah yang memiliki komite sekolah yang aktif malah terjadi tarik menarik kepentingan, bahkan persaingan antara komite seko-lah dengan kepala sekoseko-lah dalam pengelolaan pendi-dikan di sekolah. Singkatnya dapat dikatakan bahwa komite sekolah yang diharapkan dapat memberdaya-kan sekolah melalui partisipasi masyarakat masih belum optimal.

4.3.4 Peran Komite Sekolah sebagai Mediator

Hasil penelitian tentang peran komite sekolah di sekolah dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet sebagai mediator dikategorikan baik. Dalam hal men-ciptakan hubungan dan kerjasama dengan orang tua dan masyarakat dikategorikan baik. Artinya komite sekolah telah cukup sering membantu sekolah men-ciptakan hubungan yang harmonis dengan orang tua dan masyarakat. Hal ini terjadi karena sebagian besar


(2)

anggota komite sekolah di sekolah dasar Gugus Diponegoro adalah orang tua siswa sehingga mereka selalu membina hubungan baik dengan sekolah untuk kepentingan pendidikan anak-anak mereka. Dalam mengadakan rapat atau pertemuan secara rutin atau insidental dengan kepala sekolah dan dewan guru di-peroleh kategori baik, artinya peran ini sudah banyak dilakukan, disebabkan karena rapat atau pertemuan dengan kepala sekolah dan dewan guru hanya dilakukan rutin, tidak hanya apabila ada undangan dari sekolah.

Sementara itu dalam hal mengadakan kunjung-an atau silaturahmi ke sekolah atau dengkunjung-an dewkunjung-an guru di sekolah diperoleh kategori sangat baik. Artinya peran ini sudah cukup sering dilakukan oleh komite sekolah. Sedangkan dalam hal penelusuran alumni belum banyak dilakukan. Demikian pula dalam mem-bina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan seluruh stakeholder pendidikan dengan dunia usaha/ dunia industri serta dalam mengadakan penjajakan kerjasama atau MOU dengan dunia usaha/dunia industri, tergolong rendah sekali bahkan cenderung tidak pernah dilakukan. Hal ini lebih karena adanya anggapan sekolah gratis telah mematikan ide kreatif untuk pengembangan sekolah. Kondisi ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu ketua komite sekolah di Gugus Diponegoro:


(3)

68

Sekolah kami kebetulan berada di pedesaan dimana tidak terdapat kegiatan industri maju yang dapat memberikan sembangan kepada sekolah kami. Selama ini dana operasional di sekolah telah mencukupi dengan adanya dana BOS dari peme-rintah, sehingga kami tidak atau belum pernah melakukan usaha untuk memperoleh bantuan kecuali dari pemerintah yang sering kami tempuh.

Hasil wawancara ini menunjukkan bahwa ko-mite sekolah belum banyak melakukan usaha kreatif untuk pengembangan sekolah. Pengembangan sekolah hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah. Seharusnya pengembangan sekolah dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan dunia usaha atau dunia industri yang tidak harus berada di sekitar sekolah. Misalnya dengan penerbit buku yang tentu akan dengan senang hati membantu pengembangan sekolah bila dilakukan MOU yang menguntungkan kedua pihak.

Berikutnya dalam hal mengadakan kegiatan inovatif untuk meningkatkan kasadaran dan kemitra-an masyarakat, dikategorikkemitra-an rendah sekali bahkkemitra-an belum pernah dilakukan oleh komite sekolah. Sedang-kan untuk mengadaSedang-kan rapat atau pertemuan secara berkala dan insidental dengan orang tua dan anggota masyarakat tergolong rendah artinya masih belum banyak dilakukan.

Ini didukung dengan hasil wawancara dengan salah satu orang tua siswa di Gugus Diponegoro:


(4)

Selama kami menyekolahkan anak kami di seko-lah dasar, kami pernah diundang untuk mengikuti rapat hanya untuk penerimaan rapot dan pengu-muman kelulusan. Sekolah juga belum pernah mengadakan kegiatan inovatif untuk meningkat-kan kesadaran dan kemitraan dengan masyarakat baik atas ide sekolah sendiri maupun atas ide komite sekolah. Bahkan banyak orang tua siswa yang tidak mengenal anggota komite sekolah kecuali ketua komite sekolah yang memang sering mengikuti kegiatan apabila ada rapat sekolah dengan orang tua siswa.

Hasil wawancara tersebut menunjukkan rendah-nya peran komite sekolah sebagai mediator. Seharus-nya komite sekolah lebih bersifat proaktif dengan banyak berinisiatif dan berinovasi untuk pengembang-an sekolah. Komite Sekolah perlu melakukpengembang-an bpengembang-anyak pertemuan yang tidak hanya melibatkan ketua Komite Sekolah saja akan tetapi juga melibatkan anggota Komite Sekolah yang lain. Hal ini sangat diperlukan agar Komite Sekolah benar-benar dapat menjadi partner bagi kepala sekolah dalam pengembangan sekolah.

Secara keseluruhan peran Komite Sekolah di sekolah dasar Gugus diponegoro Kecamatan Dempet sebagai mediator dikategorikan baik. Akan tetapi masih ada peran yang harus ditingkatkan perannya yaitu dalam hal penelusuran alumni. Hal ini senada dengan pendapat Akbar (2008) yang mengatakan peran dan fungsi komite sekolah tidak dapat dipi-sahkan dari pelaksanaan manajemen pendidikan di


(5)

70

secara langsung dapat diserahkan sebagai urusan yang menjadi kewenangan tingkat sekolah adalah sebagai berikut: Pertama, menetapkan visi, misi, strategi, tujuan, logo, lagu, dan tata tertib sekolah. Kedua, memiliki kewenangan dalam penerimaan siswa baru sesuai dengan ruang kelas yang tesedia, fasilitas yang ada, jumlah guru, dan tenaga administratif yang dimiliki. Ketiga, menetapkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang akan diadakan dan dilaksa-nakan oleh sekolah. Keempat, pengadaan sarana dan prasana pendidikan, termasuk buku pelajaran dapat diberikan kepada sekolah, dengan memperhatikan standar dan ketentuan yang ada. Kelima, penghapus-an barpenghapus-ang dpenghapus-an jasa dapat dilakspenghapus-anakpenghapus-an sendiri oleh sekolah, dengan mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten. Keenam, proses pengajaran dan pembelajaran. Ini merupakan kewenangan profesional sejati yang dimiliki oleh lembaga pendidikan sekolah. Ketujuh, urusan teknis edukatif yang lain sejalan dengan konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) merupa-kan urusan yang sejak awal harus menjadi tanggung jawab dan kewenangan setiap satuan pendidikan.

Dari analisis dan pembahasan diperoleh hasil bahwa peran komite sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah di Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet baik sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol maupun sebagai medi-ator masih dikategorikan baik.


(6)

Dari keempat peran tersebut diketahui bahwa peran komite sekolah sebagai badan mediator paling kurang optimal dibandingkan dengan peran lainnya. Hal tersebut disebabkan karena selama ini komite sekolah yang ada lebih bersifat pasif. Mereka melaku-kan tugas peran dan fungsinya hanya bila ada undangan dari pihak sekolah. Dengan kondisi tersebut menjadikan komite sekolah hanya sebagai pelengkap, artinya merupakan sebuah badan yang harus ada di sekolah. Keberadaan mereka tidak diikuti dengan pemahaman akan perannya sebagai partner sekolah dalam mengelola pendidikan guna kemajuan sekolah. Akibatnya, masih banyak ketimpangan dalam penye-lenggaraan manajemen berbasis sekolah.

Kondisi di atas sesuai dengan pendapat Jalal (2001) yang mengatakan bahwa pendidikan dengan segala persoalannya tidak mungkin diatasi hanya oleh lembaga persekolahan. Untuk melaksanakan program-programnya sekolah perlu mengundang berbagai pihak (keluarga, masyarakat, dan dunia usaha/indus-tri) untuk berpartisipasi secara aktif dalam berbagai program pendidikan. Partisipasi ini perlu dikelola dan dikoordinasikan secara baik agar lebih bermakna bagi sekolah terutama dalam meningkatkan mutu dan efektivitas pendidikannya. Partisipasi masyarakat tidak seharusnya hanya dalam bentuk dana, melain-kan juga sumbangan pikiran dan tenaga.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Komite Sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah Di Sekolah Dasar Gugus P. Diponegoro Kecamatan Dempet

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Komite Sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah Di Sekolah Dasar Gugus P. Diponegoro Kecamatan Dempet T2 942010039 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Komite Sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah Di Sekolah Dasar Gugus P. Diponegoro Kecamatan Dempet T2 942010039 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Komite Sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah Di Sekolah Dasar Gugus P. Diponegoro Kecamatan Dempet T2 942010039 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Komite Sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah Di Sekolah Dasar Gugus P. Diponegoro Kecamatan Dempet

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Komite Sekolah di Sekolah Dasar Masehi Temanggung T2 942011046 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Komite Sekolah di Sekolah Dasar Masehi Temanggung T2 942011046 BAB II

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Komite Sekolah di Sekolah Dasar Masehi Temanggung T2 942011046 BAB IV

0 0 19

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Kedongori ecamatan Dempet Demak T2 BAB IV

0 0 42

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Kedongori ecamatan Dempet Demak T2 BAB II

0 0 18