EVALUASI TERHADAP PEMBERIAN PENGURANGAN PBB BAGI WAJIB PAJAK YANG TIDAK MAMPU DI KPP PRATAMA SURAKARTA

(1)

commit to user

EVALUASI TERHADAP PEMBERIAN PENGURANGAN PBB BAGI WAJIB PAJAK YANG TIDAK MAMPU DI KPP PRATAMA

SURAKARTA

p

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan

Oleh :

Amelia Dewi Permatasari F3408001

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

(3)

(4)

commit to user MOTTO

Hiduplah bagai seekor burung hantu yang bijaksana, semakin banyak ia melihat, semakin sedikit ia berbicara. Semakin sedikit ia berbicara, semakin banyak ia mendengar.(Edward Hersey Ricards)

Kasih Ibu itu seperti lingkaran, tak berawal dan tak berakhir. Kasih Ibu itu selalu berputar dan senantiasa meluas, menyentuh setiap

orang yang ditemuinya. Melingkupinya seperti kabut pagi, menghangatkannya seperti mentari siang dan menyelimutinya seperti

bintang malam. (Art Urban)

Langkah pertama yang sangat diperlukan untuk menentukan hal yang kamu inginkan dalam hidup adalah : tentukan apa yang kamu

inginkan. (Ben Stein)


(5)

commit to user

Pray,

Love,

And. .

Truth

PERSEMBAHAN

1. Allah SWT

2. Bapak dan Ibuku tersayang 3. Keluarga besar tercinta

4. Kekasih yang selama ini selalu

mendampingi

5. Seseorang yang telah Tuhan

persiapkan untukku

6. Momo-ku terkasih


(6)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir berjudul Evaluasi Terhadap Pemberian Pengurangan PBB Bagi Wajib Pajak yang Tidak Mampu di KPP Pratama Surakarta ini dengan baik.

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu penyusunan laporan tugas akhir ini :

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com.,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak, selaku Ketua Program Diploma III Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

3. Sri Suranta, SE, M.Si., Ak selaku Ketua Prodi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Setianingtyas Honggowati, M.M., Ak selaku Dosen Pembimbing Tugas

Akhir yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan tugas akhir. 5. Bapak Usman selaku Kepala Bagian Umum KPP Pratama Surakarta, Mas

Aat, Bu Endang dan Pak Djun, serta pegawai KPP Pratama Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan magang kerja dan penelitian di KPP Pratama Surakarta


(7)

commit to user

6. Ibu dan Bapak yang telah memberikan dukungan yang tidak ternilai kepada penulis baik moral maupun materiil

7. Sahabat-sahabatku: Mocil, Rindang, Gentong, Riu, dan teman-teman

seperjuangan magang serta Dila yang senantiasa memberikan doa dan semangat kepada penulis

8. Teman-teman DIII Perpajakan ‘08

9. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu selama penyelesaian laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Namun demikian, karya sederhana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Mei 2011 Penulis


(8)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRACT... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan... 1

B. Latar Belakang Masalah ... 12

C. Rumusan Masalah ... 16

D. Tujuan Penelitian ... 16

E. Manfaat Penelitian ... 17

F. Teknik Analisis Data ... 17


(9)

commit to user

II. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pajak... 19 2. Pajak Bumi dan Bangunan ... 21 3. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan ... 27

4. Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengurangan PBB .... 31

5. Tata Cara Penyelesaian Pengurangan PBB ... 32

B. Analisis Data dan Pembahasan

1. Mekanisme Pengajuan Pengurangan PBB di KPP

Pratama Surakarta ... 40

2. Mekanisme Penyelesaian Pengurangan PBB di KPP

Pratama Surakarta ... 46 3. Evaluasi Pemberian Pengurangan PBB ... 56

4. Hasil Pemberian Pengurangan PBB di KPP

Pratama Surakarta ... 57

III. TEMUAN

A. Kelebihan... 60 B. Kelemahan ... 61

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan... 62 B. Rekomendasi ... 63 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(10)

commit to user DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

I.1 Tabel Jabatan dan Nama Karyawan KPP Pratama

Surakarta ... 7 II.1 Alasan Pengajuan Pengurangan PBB ... 41 II.2 Jumlah Penyelesaian Pengurangan PBB... 44

II.3 Jumlah Pajak Terutang yang Diajukan Pengurangan

PBB untuk WP OP ... 50

II.4 Jumlah Pajak Terutang yang Diajukan Pengurangan

PBB untuk WP Badan ... 51

II.5 Hasil Pemberian Pengurangan PBB di KPP Pratama

Surakarta Tahun 2010 ... 57

II.6 Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB dan BPHTB

Tahun 2008 s/d 2010 ... 59


(11)

commit to user DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

I.1 Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Surakarta ... 6 II.1 Bagan Arus Dokumen (Flowchart) Pengurangan PBB ... 39


(12)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan Tugas Akhir

2. Permohonan Magang Kerja

3. Surat Jawaban Magang Kerja

4. Surat Keterangan Magang

5. Lembar Penilaian Magang

6. Tanda Terima Kuliah Magang Kerja

7. Undang-Undang No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1994 Pasal 19

8. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.110/PMK.03/2009

tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan

9. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.PER-46/PJ/2009 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan PBB

10. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.SE-77/PJ/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan Pengurangan PBB

11. Formulir Permohonan Pengurangan PBB

12. Surat Pernyataan Besar Penghasilan


(13)

commit to user ABSTRAK

EVALUASI TERHADAP PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN BAGI WAJIB PAJAK YANG TIDAK MAMPU DI KPP

PRATAMA SURAKARTA

Amelia Dewi Permatasari F3408001

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, apakah sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dan bagaimana hasil dari pengurangan tersebut.

Metode dari penelitian ini yaitu dengan membandingkan peraturan yang berlaku dengan pelaksanaannya di lapangan.

Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan telah sesuai dengan peraturan perpajakan. Wajib pajak yang menerima pengurangan cukup puas dengan keputusan yang diberikan, terbukti dengan tidak ada wajib pajak yang mengajukan pengurangan kembali untuk tahun pajak yang sama.

Kesimpulannya, Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yang merupakan salah satu bentuk keadilan pajak telah dilaksanakan dengan baik.

Dari hasil penelitian ini, penulis mencoba untuk memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam keadilan pajak, standarisasi, transparansi dan kecepatan dalam menyelesaikan permohonan pengurangan.

Kata kunci: Pajak, Pajak Bumi dan Bangunan, Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.


(14)

commit to user ABSTRACT

EVALUATION OF GRANTING PROPERTY TAX REDUCTION FOR TAX PAYER WHO CAN NOT AFFORD IN PRATAMA OFFICE

SERVICE TAX OF SURAKARTA

Amelia Dewi Permatasari F3408001

The purpose of this research is to evaluate the implementation of tax reduction, whether it was in accord with applicable tax regulations and how the proceeds of property tax after reduction.

The method of this research is done by comparing between theory and implementation in the field.

The result is the implementation of property tax reduction has been in accord with applicable tax regulations. Tax payer who have paid the tax reduction felt quite satisfied with the decision, as evidenced by no tax payer who filed return, they would have become due.

In conclusion, property tax reduction which is one of tax justice has been done properly.

From the results of this research, the author try to provide recommendation for improving the quality of service in presence of tax fairness, standarization, transparency and speed reduction request in progress.


(15)

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Deskripsi Perusahaan

Modernisasi Direktorat Jenderal Pajak yang mulai diterapkan pada tahun 2007, salah satunya dengan modernisasi KPP yang hingga saat ini telah mencapai kemajuan yang signifikan. Hampir semua KPP di Jawa saat ini telah menjadi KPP modern, dan hampir di setiap kabupaten telah memiliki Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 132/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah instansi vertikal Dirjen Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah, dan selanjutnya untuk KPP Pratama Surakarta bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Jawa Tengah II.

KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/ atau Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan


(16)

commit to user

perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya KPP Pratama menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

§ Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan subjek dan objek pajak, serta penilaian objek PBB.

§ Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

§ Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan

dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya.

§ Penyuluhan perpajakan.

§ Pelaksanaan registrasi wajib pajak.

§ Pelaksanaan ekstensifikasi.

§ Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

§ Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

§ Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.

§ Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

§ Pelaksanaan intensifikasi.

§ Pembetulan ketetapan pajak.

§ Pengurangan PBB serta BPHTB.

§ Pelaksanaan administrasi kantor.

2. Sejarah Perusahaan

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta telah ada sejak dulu dengan berbagai nama. Sebelum tahun 1966, Kantor Pelayanan


(17)

commit to user

Pajak (KPP) Pratama Surakarta berstatus sebagai Kantor Dinas Luar Tingkat I (KDL Tk. I) Surakarta dibawah wewenang wilayah kerja dari Kantor Inspeksi Keuangan Yogyakarta.

Pada tahun 1966 dikarenakan semakin banyaknya jumlah wajib pajak dan jumlah penerimaan pajak, Kantor Dinas Luar (KDL Tk. I) Surakarta ditingkatkan menjadi Kantor Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi diantaranya KDL Tk. I Klaten. Pada akhir tahun 1966 semua istilah Kantor Inspeksi Pajak Surakarta A berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja DJP, dengan wilayah kerja meliputi :

1. Kotamadya Surakarta,

2. Kabupaten Karanganyar,

3. Kabupaten Boyolali, 4. Kabupaten Sragen,

5. Kantor Penyuluhan Pajak (Kapenpa) Sragen yang berkedudukan di Sragen.

Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, KPP Pratama Surakarta telah berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang terletak di Jalan K.H. Agus Salim No. 1 Surakarta dibentuk berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak Kep-141/Pj/2007 yang ditetapkan tanggal 3


(18)

commit to user

Oktober 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II, Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa Yogyakarta. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta mulai beroperasi pada 30 Oktober 2007.

Pembentukan KPP Pratama merupakan bagian dari program reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah berjalan sejak tahun 2002, ditandai dengan terbentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Pembentukan KPP Pratama lanjutan dilandasi dengan terbitnya SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang Persiapan Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Pada umumnya perubahan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Seluruh Indonesia terjadi pada tahun 2007-2008. Perubahan yang dilakukan meliputi struktur organisasi, proses bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, sarana dan prasarana serta manajemen sumber daya manusia. Perbaikan dalam struktur DJP terefleksi pada karakter kantor modern antara lain adanya account representative (AR) untuk pelayanan kepada wajib pajak, penerapan kode etik pegawai yang diawasi oleh komite kode etik pegawai dan sistem penggajian yang lebih baik.


(19)

commit to user

Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan penggabungan tiga jenis unit kantor yang berbeda yakni gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan Karikpa (Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak)

3. Visi dan Misi KPP Pratama Surakarta

a. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta :

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan integritas serta profesionalisme yang tinggi

b. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta :

Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan

undang-undang perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian

pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien

4. Wilayah Kerja KPP Pratama Surakarta

Sampai saat ini wilayah kerja KPP Pratama Surakarta meliputi lima wilayah kecamatan :

1) Kecamatan Laweyan

2) Kecamatan Jebres

3) Kecamatan Serengan

4) Kecamatan Pasar Kliwon


(20)

(21)

commit to user

Dibawah ini merupakan tabel jabatan dan nama karyawan KPP Pratama Surakarta.

Tabel 1.1

Tabel Jabatan dan Nama Karyawan

Jabatan Nama Karyawan

Kepala Kantor A.Furkon

Sub Bagian Umum

Kassubag Umum : Usman Triatmoko Yusuf C Nova Ratnawati Hamidah Ambar Sarasti

Sri Rahayuningsih Gunawan

Metta Phana Adhani Sumiarsih

Dedi Heri P

Seksi Pelayanan

Kasi: Hardati Suharyono Suseno

Muh. Arsyad. Z Budi Santoso Afis Setyorini Swasti Kadarini Ully Rachmawati Ika Yuliestyani Endang Sri Badarti Agus Riyanto Chitra Hirdiani Retno Wulandari Sri Widayati Sapari Wakidi Kasiyanto


(22)

commit to user Seksi PDI

Kasi : Agung Sumaryawan Budi Sri A

Tenan Marimin Muh Taufik H Krisriandi Muslih Sutowo Agung Margono Ali Mursidi Mujoko Evi Kusumastuti Dewi Setyawati Seksi Ekstensifikasi

Kasi : M Muhtar Jamali Maryatin

Syarif Thoyib Penilai PBB : Slamet Prasetio Yanuar Kurniawan

Seksi Waskon I

Kasi : Soelistijo

Account Representative : Gregorius Yerussalem Atiek Yuni Indriani, S.E Antonius Winarno Endang Wijayanti Sigit Ihwan P Roni Risdiyanto Suharni

Pelaksana : Soegiyanto

Seksi Waskon II

Kasi : Anggara Edi Pamungkas Account Representative : Andriani Retno K

Junaedi Purnomo Husnul Chotimah, S.E Atin Dwijayanti Budi Arif F


(23)

commit to user Seksi Waskon III

Kasi : Yusuf Sarnoto Account Representative: Urip Widodo

Siti Handayani Rita Agustina SR Yuni Safitri, S.E Sri Rahayu, S.E Muh Nur Agus SH Umi Rahmawati Sardi

Pelaksana: Aris Priyono

Seksi Waskon IV

Kasi : Yul Heriawan Paulus Surawan H Dewi Ekorini, S.E, Ak Agus Winarno

Raden Bambang AS Indarjo

Rustinah

Farida Sekarning R D Pelaksana : Djoko Nugroho Seksi Pemeriksaan

Kasi : Sugijarto Tri Kristini

Mulyo Wicaksono

Seksi Penagihan

Kasi : Bambang Pujadi Edi S

Wisnu Cahyono Teguh Adi W Pudjianto


(24)

commit to user 6. Deskripsi Jabatan:

a. Kepala Kantor

Kepala Kantor bertugas mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan operasional berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)

Secara umum memberikan pelayanan kepada wajib pajak yang berupa penyuluhan. Selain itu tugas pengawasan yang berupa kepatuhan pembayaran dan pelaporan, juga melakukan penggalian potensi berdasar hasil pengawasan dan bimbingan. Seksi Waskon di KPP Pratama Surakarta ini dibagi menjadi 4 bagian :

1. Waskon I untuk wilayah Kecamatan Laweyan

2. Waskon II untuk wilayah Kecamatan Jebres Kelompok Fungsional

Pemeriksa

Supervisor : Drs. Hermawan S Gendut K

Sois Sosiawan Respati Nugroho Markus Hastawa Ari P Stepanus Harsono Sri H Pandu Wibowo

Susilo Purwanto H Daniswara Y Prihantoro P Ghozali H Ibnu Rusydi S Lina Nur A Fitra R

Febriawan Adnan S Bayu Ismail

Irkham Bambang I Agus K


(25)

commit to user

3. Waskon III untuk wilayah Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon

4. Waskon IV untuk wilayah Kecamatan Banjarsari

c. Seksi Pusat Data dan Informasi (PDI)

Melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling serta penyiapan laporan kerja.

d. Seksi Pelayanan

Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak serta melakukan kerjasama perpajakan.

e. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Merupakan peralihan dari Seksi Pendataan dan Penilaian pada KPPBB serta menindaklanjuti data wajib pajak yang belum memiliki NPWP untuk dihimbau agar segera memiliki NPWP.

f. Seksi Pemeriksaan

Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pelaksana Pajak (SP3) serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.


(26)

commit to user g. Seksi Penagihan

Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

h. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1) Bagian Kepegawaian

Bertugas melaksanakan urusan kepegawaian antara lain menata usahakan surat masuk dan surat keluar, pengetikan, penataan/ penyusunan arsip dan dokumen serta membantu urusan lapangan.

2) Bagian Keuangan

Bertugas melaksanakan urusan pelayanan keuangan dengan cara menyusun rencana kerja keuangan atau menyusun Daftar Usulan Kegiatan dan memproses surat permintaan pembayaran.

3) Bagian Rumah Tangga

Bertugas melaksanakan urusan rumah tangga dan perlengkapan kantor dengan cara merencanakan kebutuhan, mengatur pengadaan dan menyalurkan perlengkapan kantor serta memelihara barang inventaris.

B. Latar Belakang Masalah

Setiap negara termasuk Indonesia membutuhkan dana untuk membiayai seluruh pengeluaran. Pengeluaran negara tersebut dapat dibiayai dari penerimaan dalam negeri dan penerimaan luar negeri. Penerimaan dalam


(27)

commit to user

negeri dapat bersumber dari pajak dan penerimaan bukan pajak, misalnya ekspor migas atau non migas. Penerimaan yang besar berarti sasaran utama pembangunan jangka pendek dapat tercapai, salah satu sasaran pembangunan jangka pendek adalah pembangunan sarana dan prasarana yang nantinya akan bermanfaat untuk menunjang pembangunan jangka panjang, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Pada masa orde baru, penerimaan dari sektor minyak dan gas bumi merupakan sumber pembiayaan yang terbesar, namun untuk beberapa tahun terakhir ini penerimaan negara terbesar adalah sektor pajak. Salah satu penerimaan pajak berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). PBB merupakan salah satu jenis pajak pusat yang sangat berperan dalam mengisi kas negara. Dalam APBD penerimaan PBB dimasukkan ke dalam kelompok penerimaan daerah dari bagi hasil pajak. Berdasar Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, PBB merupakan sumber pendapatan daerah dimana 90% hasil penerimaan PBB akan diserahkan kepada Pemerintah Daerah sebagai dana pembangunan dan 10% diserahkan kepada Pemerintah Pusat yang kemudian dialokasikan kembali untuk pembangunan daerah

KPP Pratama Surakarta sebagai salah satu instansi vertikal Dirjen Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Jawa Tengah II mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),


(28)

commit to user

Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) termasuk di dalamnya memberikan pelayanan kepada wajib pajak yang ingin mengajukan pengurangan atas pembebanan PBB serta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/ atau Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak khususnya Pajak Bumi dan Bangunan hendaknya tetap berpegang pada asas keadilan sehingga tidak menyengsarakan rakyat sebagai wajib pajak, terutama wajib pajak yang tidak mampu secara finansial. Untuk memenuhi asas keadilan tersebut, maka salah satu bentuk keadilan yang dapat diberikan kepada wajib pajak adalah pemberian pengurangan atas Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang. Berdasar Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan bahwa Menteri Keuangan dapat memberikan pengurangan atas pajak yang terutang kepada wajib pajak yang tidak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya. Fasilitas pengurangan PBB tersebut diberikan kepada wajib pajak yang memiliki keterbatasan finansial, misalnya: karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan/atau karena sebab-sebab tertentu lainnya atau dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

Sebagai tindak lanjut peraturan pelaksanaan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.03/2009 tentang Pemberian Pengurangan Pajak


(29)

commit to user

Bumi dan Bangunan maka pada tanggal 24 Agustus 2009 Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan peraturan tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, yaitu Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-46/PJ/2009, dalam peraturan tersebut berlaku mekanisme pemberian pengurangan yang terorganisir yang mampu bekerja secara efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak, memberikan hasil keputusan yang optimal, memenuhi asas keadilan, dan dapat mencapai target penerimaan PBB dengan mengacu pada peraturan perpajakan yang berlaku.

Pokok bahasan dalam penulisan tugas akhir ini adalah pemberian pengurangan PBB. Penulis berfokus pada pelaksanaan pemberian pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Berdasar hal tersebut, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai mekanisme pengajuan dan penyelesaian PBB serta bentuk keputusan pemberian pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta dengan judul “EVALUASI TERHADAP PEMBERIAN PENGURANGAN PBB BAGI WAJIB PAJAK YANG TIDAK MAMPU DI KPP PRATAMA SURAKARTA”


(30)

commit to user C. Rumusan Masalah

Masalah mengenai Evaluasi terhadap Pemberian Pengurangan PBB Bagi Wajib Pajak yang Tidak Mampu di KPP Pratama Surakarta dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme pengajuan pengurangan Pajak Bumi dan

Bangunan di KPP Pratama Surakarta ?

2. Bagaimana penyelesaian permohonan pengurangan PBB di KPP Pratama

Surakarta ?

3. Apakah pelaksanaan pemberian pengurangan PBB di KPP Pratama

Surakarta sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku ?

4. Bagaimana hasil penerimaan PBB setelah wajib pajak mendapatkan

pengurangan PBB ? D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang diambil penulis, maka penelitian ini mempunyai tujuan :

1. untuk mengetahui mekanisme pengajuan pengurangan PBB di KPP

Pratama Surakarta.

2. untuk mengetahui bagaimana penyelesaian permohonan pengurangan

PBB di KPP Pratama Surakarta.

3. untuk menilai apakah pelaksanaan pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

4. untuk mengetahui apakah wajib pajak yang memperoleh pengurangan PBB memenuhi kewajiban perpajakannya.


(31)

commit to user E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hak wajib pajak khususnya untuk Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Bagi KPP Pratama Surakarta

Diharapkan dari hasil tulisan ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi dan bahan masukan dalam meningkatkan kinerja KPP Pratama Surakarta.

3. Bagi pihak lain

Dapat menjadi sumber informasi dan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

F. Teknik Analisis Data 1. Objek Penelitian

Objek penelitian untuk penulisan tugas akhir ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

2. Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi atau objek penelitian. Data ini meliputi gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang berisi sejarah, lokasi, dan struktur organisasi.


(32)

commit to user b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang pengumpulannya bukan diusahakan sendiri oleh penulis, melainkan sudah ada data jadi yang disediakan oleh instansi atau pihak yang bersangkutan.

3. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Melakukan pengamatan dan penelitian secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

b. Metode Wawancara

Melakukan tanya jawab dengan karyawan KPP Pratama Surakarta.

c. Metode Dokumentasi

Dilakukan dengan mengumpulkan data, laporan dan tulisan dari KPP Pratama Surakarta yang mendukung teori dan penelitian.

d. Metode Kepustakaan

Dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku referensi yang berhubungan dengan penelitian dan penulisan tugas akhir.


(33)

commit to user BAB II

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., dalam Hukum Pajak (Suandi, 2002:10) mengemukakan definisi pajak yaitu :

Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak merupakan kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang untuk orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

a. Fungsi Pajak

1) Fungsi Budgetair/ Finansial

Yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. 2) Fungsi Regulerend/ Fungsi Mengatur

Yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.


(34)

commit to user

b. Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Mardiasmo, 2008:2):

1) Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan).

2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat

Yuridis).

3) Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis).

4) Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil). 5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

c. Pengelompokan Pajak

1) Menurut Golongannya

§ Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan pada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan.

§ Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.

2) Menurut Sifatnya

§ Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.


(35)

commit to user

§ Pajak objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: PPnBM.

3) Menurut Lembaga Pemungutnya

§ Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

§ Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri dari:

a) Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

b) Pajak Kabupaten/ Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan.

2. Pajak Bumi dan Bangunan

a. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak yang terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/ tanah dan/atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besar pajak.


(36)

commit to user b. Dasar Hukum

Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Undang-Undang No.12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1994.

c. Pengertian-pengertian Yang dimaksud dengan :

1) Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.

2) Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.

Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah :

a) jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan, seperti hotel, pabrik dan emplasemennya dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut. b) jalan tol.

c) kolam renang. d) pagar mewah. e) tempat olah raga.

f) galangan kapal dan dermaga. g) taman mewah.

h) tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak. i) fasilitas lain yang memberikan manfaat.


(37)

commit to user

3) Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek pajak yang lain yang sejenis atau nilai perolehan baru atau Nilai Jual Objek Pajak Pengganti.

Yang dimaksud dengan :

a) Perbandingan harga dengan objek lain sejenis adalah suatu pendekatan atau metode penilaian nilai jual objek pajak dengan cara membandingkannya dengan objek pajak lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.

b) Nilai perolehan baru adalah pendekatan atau metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek pajak tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik pajak tersebut.

c) Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan atau metode penentuan nilai jual objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut.

4) Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data objek menurut ketentuan Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan.


(38)

commit to user

5) Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada wajib pajak. Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP wajib pajak.

d. Subjek Pajak

Subjek pajak dari Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki, menguasai atas bangunan, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

e. Objek Pajak

Objek pajak dari Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan/atau bangunan.

Dikecualikan dari Objek Pajak

Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek pajak yang:

1) digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan. 2) digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis


(39)

commit to user

3) merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.

4) digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.

5) digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

f. Tarif Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak

Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5% (lima per sepuluh persen). Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Cara menghitung PBB = 0,5% x persentase AV x (NJOP-NJOPTKP)

g. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)

Yang dimaksud Nilai Jual Kena Pajak adalah nilai jual yang dipergunakan sebagai dasar penghitungan pajak, yaitu suatu persentase tertentu dari nilai jual sebenarnya.

Dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Objek Pajak.

Besarnya persentase NJKP ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 tentang Penetapan


(40)

commit to user

Besarnya Nilai Jual Kena Pajak untuk Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan, mengatur besarnya NJKP sebagai berikut :

1) besarnya (persentase) NJKP atau AV adalah 40% dari NJOP untuk

Objek Pajak Perkebunan, Objek Pajak Kehutanan, Objek Pajak Lainnya yang memiliki NJOP Rp 1.000.000.000,00 (satu milliar rupiah) atau lebih.

2) besarnya (persentase) NJKP atau AV adalah 20% dari NJOP untuk

Objek Pajak Pertambangan, Objek pajak lainnya yang memiliki NJOP kurang dari Rp 1.000.000.000,00 (satu milliar rupiah). h. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).

Besarnya NJOPTKP ditetapkan setinggi-tingginya Rp

12.000.000,00 per wajib pajak. Apabila seorang wajib pajak mempunyai beberapa objek pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu objek pajak yang nilainya terbesar, sedangkan objek pajak lainnya tetap dikenakan pajak secara penuh tanpa dikurangi NJOPTKP. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah kabupaten/kota ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan pendapat Pemerintah Daerah setempat.

i. Bagi Hasil Pusat dan Daerah

Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan penerimaan negara yang dibagi untuk Pemerintah Pusat dan Daerah dengan imbangan sebagai berikut :


(41)

commit to user

1) Untuk pemerintah daerah adalah 90% dengan perincian: 64,8% untuk kabupaten/ kota, 16,2% untuk daerah propinsi, 9,0% untuk biaya pemungutan (untuk mendukung operasional pemungutan PBB, peningkatan kualitas SDM, komputerisasi perpajakan dan intensif atas prestasi kerja karyawan di lingkungan Dirjen Pajak). 2) Untuk pemerintah pusat adalah 10%.

Sebagai bentuk desentralisasi maka bagian pemerintah pusat didistribusikan ke pemerintah daerah: 65% didistribusikan merata ke seluruh daerah kabupaten/kota dan 35% dibagikan sebagai insentif kepada Daerah Kabupaten/Kota yang realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan dan perkotaan pada

tahun anggaran sebelumnya mencapai/melampaui rencana

penerimaan yang ditetapkan.

3. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan

Berdasar Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan, Menteri Keuangan dapat memberikan pengurangan pajak yang terutang karena:

1. kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungan dengan subjek pajak dan atau karena sebab-sebab tertentu lainnya, yaitu:

a) lahan pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang dimiliki/dikuasai atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi.


(42)

commit to user

b) objek pajak yang nilai jualnya meningkat disebabkan karena adanya pembangunan atau perkembangan lingkungan yang dimiliki/dikuasai atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang berpenghasilan rendah.

c) objek pajak yang dimiliki/dikuasai atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari pensiun, sehingga kewajiban Pajak Bumi dan Bangunannya sulit dipenuhi.

d) objek pajak yang dimiliki/dikuasai atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang serius sepanjang tahun, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin perusahaan.

e) objek pajak yang dimiliki/dikuasai atau dimanfaatkan oleh

masyarakat berpenghasilan rendah lainnya, sehingga kewajiban Pajak Bumi dan Bangunannya sulit dipenuhi.

2. terkena bencana alam seperti gempa, banjir, tanah longsor.

3. terkena sebab-sebab lain yang luar biasa seperti kebakaran, kekeringan (puso), wabah penyakit dan hama tanaman.

a. Dasar Hukum Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan 1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.


(43)

commit to user

2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

110/PMK.03/2009 tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.

3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-46/PJ/2009 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.

4) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-77/PJ/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Bumi dan Bangunan.

b. Ketentuan Pemberian Pengurangan PBB Pengurangan dapat diberikan:

1) sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari PBB yang terutang dalam hal kondisi tertentu objek pajak yang wajib pajak-nya orang

pribadi veteran pejuang kemerdekaan, veteran pembela

kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda/ dudanya;

2) sebesar paling tinggi 75% (tujuh puluh lima persen) dari PBB yang terutang dalam hal kondisi tertentu wajib pajak orang pribadi dengan:

o objek pajak berupa lahan pertanian/ perkebunan/ perikanan/ peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang wajib pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan rendah.


(44)

commit to user

o objek pajak yang wajib pajak-nya orang pribadi yang

penghasilannya semata-mata berasal dari pensiunan, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi.

o objek pajak yang wajib pajak-nya orang pribadi yang

berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi, dan/ atau

o objek pajak yang wajib pajak-nya orang pribadi yang

berpenghasilan rendah yang Nilai Jual Objek Pajak per meter perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak positif pembangunan, dan/ atau

o Wajib Pajak Badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas pada tahun pajak sebelumnya sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin.

3) sebesar paling tinggi 100% (seratus persen) dari PBB yang terutang dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

c. Bentuk Keputusan

Keputusan atas permohonan pengurangan besarnya PBB yang diajukan wajib pajak dapat berupa:

1. mengabulkan seluruh permohonan;

2. mengabulkan sebagian atau; 3. menolak.


(45)

commit to user

d. Variabel Pertimbangan dalam Memberikan Besaran Pengurangan yang Diberikan.

Variabel pertimbangan adalah variabel-variabel yang

diperhitungkan untuk menentukan besarnya pengurangan yang diberikan, misalnya rasio listrik, kenaikan PBB yang harus dibayar, stimulus, kondisi perawatan bangunan, bencana alam, koreksi/ pertimbangan lain.

4. Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengurangan PBB.

Berdasar Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-46/PJ/2009 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, pengajuan permohonan pengurangan PBB adalah sebagai berikut:

a. Permohonan pengurangan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)/ Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan menyebutkan persentase pengurangan yang dimohonkan.

b. Pengajuan permohonan dilakukan dengan ketentuan :

1) Untuk wajib pajak orang pribadi harus diajukan dengan

melampirkan fotokopi SPPT/ SKP PBB Tahun Pajak yang dimohonkan.

2) Untuk wajib pajak badan, melampirkan fotokopi :


(46)

commit to user

- SPT PPh tahun terakhir beserta lampirannya.

- STTS tahun pajak terakhir atau struk ATM/ Counter Teller

pembayaran PBB.

- laporan keuangan perusahaan.

3) Untuk objek pajak yang terkena bencana alam, hama tanaman, dan sebab lain yang luar biasa dan bersifat kolektif diajukan oleh Kepala Desa/ Lurah dengan diketahui oleh Camat dengan mencantumkan nama-nama wajib pajak yang dimohonkan pengurangannya dengan menggunakan formulir yang telah ditentukan.

4) Permohonan diajukan selambat-lambatnya 3 bulan sejak SPPT/ SKP

diterima wajib pajak atau sejak terjadinya bencana alam atau sebab-sebab lain yang luar biasa.

5) Pengurangan secara kolektif diajukan sebelum SPPT diterbitkan selambat-lambatnya tanggal 10 Januari untuk tahun pajak yang bersangkutan.

6) Apabila batas waktu pengajuan tersebut tidak dipenuhi, maka permohonannya tidak diproses, dan Kepala Kantor KPP Pratama yang bersangkutan harus memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak/ Kepala Desa/ Lurah, disertai penjelasan seperlunya. 5. Tata Cara Penyelesaian Pengurangan PBB

Berdasar Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-77/PJ/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut :


(47)

commit to user

a. Penerimaan Berkas Permohonan Pengurangan dan Penelitian Persyaratan

1) Permohonan pengurangan disampaikan ke KPP Pratama, baik secara

langsung atau melalui pos dengan bukti pengiriman surat.

2) Tanggal penerimaan surat permohonan pengurangan yang dijadikan dasar untuk memproses permohonan pengurangan adalah tanggal terima surat permohonan pengurangan, dalam hal disampaikan secara langsung oleh wajib pajak atau kuasanya kepada Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT). Tanggal tanda pengiriman surat permohonan pengurangan dalam hal disampaikan melalui pos dengan bukti pengiriman surat.

3) KPP Pratama melaksanakan penelitian persyaratan terhadap

permohonan pengurangan dengan menggunakan lembar penelitian persyaratan permohonan pengurangan.

4) Permohonan pengurangan yang tidak memenuhi persyaratan,

dianggap bukan sebagai permohonan sehingga tidak dapat dipertimbangkan. Dalam hal permohonan pengurangan diajukan secara kolektif dan terdapat sebagian permohonan pengurangan tidak

memenuhi persyaratan, maka atas sebagian permohonan

pengurangan yang tidak memenuhi persyaratan dimaksud tidak dapat dipertimbangkan.

5) Dalam hal permohonan pengurangan tidak dapat dipertimbangkan, Kepala KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh)


(48)

commit to user

hari kerja sejak tanggal penerimaan surat permohonan pengurangan harus memberitahukan secara tertulis disertai alasan yang mendasari kepada:

a) Wajib pajak atau kuasanya dalam hal permohonan pengurangan diajukan secara perseorangan, atau

b) Pengurus LVRI/organisasi terkait atau Kepala Desa/ Lurah setempat dalam hal permohonan pengurangan diajukan secara kolektif.

b. Penanganan Berkas Permohonan Pengurangan yang Memenuhi Persyaratan

1. KPP Pratama mengelompokkan berkas permohonan pengurangan

yang telah memenuhi persyaratan berdasarkan arestasi kewenangan penyelesaian permohonan, yaitu kewenangan pada Kepala KPP Pratama, pada Kepala Kanwil DJP atau pada Direktur Jenderal Pajak.

2. Dalam hal kewenangan penyelesaian berada pada Kepala Kanwil DJP atau Direktur Jenderal Pajak, Kepala KPP Pratama meneruskan berkas permohonan pengurangan kepada Kepala kanwil DJP atau Direktur Jenderal Pajak, dengan dilampiri lembar penelitian persyaratan permohonan pengurangan dan dilakukan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak surat permohonan pengurangan diterima.


(49)

commit to user

3. Kepala KPP Pratama atau pejabat serendah-rendahnya eselon III pada Kanwil DJP atau unit eselon II Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak yang menyelenggarakan fungsi pengurangan PBB, menindaklanjuti dengan menerbitkan Surat Tugas kepada Petugas Peneliti untuk melakukan penelitian.

4. Penerbitan Surat Tugas dilakukan dengan ketentuan:

a) dalam hal penelitian di kantor dilanjutkan dengan penelitian di lapangan, surat tugas diterbitkan secara terpisah masing-masing untuk penelitian di kantor dan penelitian di lapangan;

b) dalam hal jumlah permohonan pengurangan yang diajukan secara perseorangan cukup banyak, bentuk surat tugas dapat disesuaikan guna menampung beberapa permohonan sekaligus;

c) untuk permohonan yang diajukan secara kolektif, surat tugas dibuat untuk satu surat permohonan.

5. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan ketentuan:

a) petugas peneliti melakukan penelitian di kantor terhadap berkas permohonan pengurangan, dan apabila diperlukan petugas peneliti dapat melakukan penelitian di lapangan,

b) dalam hal dilakukan penelitian di lapangan, Kepala KPP Pratama, atau pejabat serendah-rendahnya eselon III pada Kanwil DJP atau unit eselon II Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak yang menyelenggarakan fungsi pengurangan PBB, harus terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis mengenai waktu


(50)

commit to user

pelaksanaan penelitian di lapangan kepada wajib pajak atau kuasanya, atau pengurus LVRI/pengurus organisasi terkait lainnya/ Kepala Desa/ Lurah untuk permohonan yang diajukan secara kolektif,

c) hasil penelitian dituangkan dalam laporan hasil penelitian pengurangan PBB.

6. Penerbitan Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang pengurangan

PBB dilakukan berdasarkan laporan hasil penelitian pengurangan PBB.

7. Jangka waktu pelaksanaan penelitian dan penerbitan Surat

Keputusan Pengurangan PBB disesuaikan dengan jangka waktu penyelesaian permohonan pengurangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 10 Peraturan Menteri Keuangan Nomor

110/PMK.03/2009. Namun demikian dalam rangka meningkatkan

pelayanan kepada wajib pajak, penyelesaian permohonan

pengurangan tidak menunggu batas akhir waktu penyelesaian permohonan.

Prosedur Pengurangan PBB menurut SOP (Standard Operating Procedure):

1. Wajib pajak mengajukan surat permohonan pengurangan PBB secara

tertulis ke KPP Pratama.

2. Petugas TPT menerima permohonan pengurangan PBB kemudian


(51)

commit to user

belum lengkap, akan dikembalikan kepada wajib pajak untuk dilengkapi. Dalam hal berkas sudah lengkap, petugas TPT akan mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada wajib pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas permohonan pengurangan PBB dan kemudian diteruskan kepada Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menugaskan dan memberi disposisi kepada account representative (AR) untuk membuat uraian/ rekomendasi permohonan pengurangan PBB.

4. Account representative menyiapkan konsep uraian/ rekomendasi permohonan pengurangan PBB kemudian menyerahkan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menyetujui dan memaraf konsep uraian/ rekomendasi permohonan pengurangan dan menyerahkan kepada Kepala Kantor. Dalam hal Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi tidak menyetujui konsep uraian, maka account representative harus memperbaiki konsep pengurangan PBB tersebut.

6. Kepala Kantor mereview, menetapkan dan menandatangani uraian permohonan pengurangan PBB, kemudian meneruskan kepada Kepala Seksi Pelayanan.


(52)

commit to user

7. Kepala Seksi Pelayanan menerima uraian pengurangan PBB dan

menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak konsep surat pengantar permohonan pengurangan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP.

8. Pelaksanaan Seksi Pelayanan mencetak konsep surat pengantar

permohonan pengurangan dan meneruskan kepada Kepala Seksi Pelayanan.

9. Kepala Seksi Pelayanan meneliti, menyetujui dan memaraf konsep surat pengantar pemohonan, kemudian meneruskan kepada Kepala Kantor. Dalam hal Kepala Seksi Pelayanan tidak menyetujui konsep surat pengantar permohonan tersebut, Pelaksana Seksi Pelayanan harus memperbaiki konsep surat tersebut.

10. Kepala Kantor mereview, menetapkan dan menandatangani surat pengantar permohonan PBB. Dalam hal Kepala Kantor tidak menyetujui konsep tersebut, Pelaksana Seksi Pelayanan harus memperbaiki konsep surat tersebut.

11. Proses dilanjutkan ke SOP tentang Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak dan SOP tentang Tata Cara Penyampaian Dokumen. 12. Pemrosesan permohonan pengurangan PBB dilaksanakan di Kanwil

dengan SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengurangan PBB Terutang.


(53)

(54)

(55)

commit to user

memberikan pelayanan pengurangan PBB kepada wajib pajak yang tidak mampu dalam rangka pemenuhan asas keadilan.

Tabel II.1

Alasan Pengajuan Permohonan Pengurangan PBB Tahun 2010

e

Rekapitulasi data pengurangan PBB tahun 2010 Seksi Pelayanan KPP Pratama Surakarta

Tabel di atas menunjukkan alasan pengajuan pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta sebagian besar berasal dari wajib pajak veteran yaitu sebesar 174 wajib pajak.

Untuk wajib pajak baru yang ingin mengajukan pengurangan dapat mendatangi KPP Pratama Surakarta khususnya petugas TPT, untuk memperoleh informasi mengenai persyaratan yang harus dipenuhi.

No Alasan Pengajuan Jumlah

Pengajuan

Persentase Pengurangan

(%)

1 Veteran 174 50-75

2 Pensiun 78 5-35

3 Janda 64 5-50

4 Tidak Mampu 104 5-50

5 Pegawai swasta 81 0-30

6 Wiraswasta/ dagang 67 0-35

7 PNS 44 0-25

8 RS swasta/PTS 5 50

9 PT/ CV 10 0-15

10 Yayasan 1 5

11 Lain-lain 9 0-30

Jumlah pengurangan pengajuan


(56)

commit to user

Kemudian petugas TPT akan memberikan formulir permohonan pengurangan PBB, surat pernyataan besar penghasilan, dan SPOP yang masih harus dilengkapi oleh wajib pajak

Permohonan pengajuan pengurangan PBB untuk wajib pajak orang pribadi dilampiri dengan:

1) Fotokopi SPPT/ SKP tahun pajak yang diajukan permohonan

pengurangan.

Untuk mengetahui apakah wajib pajak telah menerima SPPT/ SKP dan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi objek pajak, besarnya pajak yang terutang dan mencocokkan antara data yang ada di KPP Pratama Surakarta dengan data wajib pajak.

2) Fotokopi STTS tahun pajak terakhir.

Bertujuan mengetahui apakah wajib pajak telah melunasi PBB terutang tahun sebelumnya untuk objek pajak yang sama dan tidak memiliki tunggakan pajak.

3) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga.

Kartu Tanda Penduduk untuk mengetahui domisili wajib pajak. Dan Kartu Keluarga untuk mengetahui jumlah tanggungan keluarga, alamat yang benar dan menghindari wajib pajak mendapat dua kali pengurangan untuk objek pajak yang berbeda. 4) Fotokopi rekening listrik, air dan telepon 3 bulan terakhir.

Mengetahui seberapa besar konsumsi wajib pajak. 5) Surat pernyataan besarnya penghasilan.


(57)

commit to user

Untuk mengetahui besarnya penghasilan, sedangkan untuk anggota veteran/pensiun harus melampirkan bukti penerimaan pensiun. 6) Surat ketetapan tidak mampu dari kelurahan.

Untuk mengetahui wajib pajak tersebut tidak mampu dan diketahui oleh pemerintah setempat.

7) Surat Keputusan Pensiun dan Karip atau Surat Keputusan Veteran. Bertujuan untuk mengetahui latar belakang wajib pajak dari pensiunan departemen atau pensiunan veteran.

8) Fotokopi surat keputusan pemberian pengurangan tahun

sebelumnya.

Sebagai acuan bagi Kepala Kantor untuk memutuskan pengurangan yang akan diberikan.

Permohonan dapat diajukan selambat-lambatnya tiga bulan sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP atau sejak terjadinya bencana alam atau sebab-sebab lain yang luar biasa. Namun KPP Pratama Surakarta masih dapat menerima pengajuan permohonan yang telah melewati batas waktu yang ditentukan dengan syarat wajib pajak dapat memberikan alasan yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

Lihat tabel II.2, selama tahun 2010 wajib pajak yang mengajukan pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta sebanyak 637 dan 39 dari pengajuan tersebut ditolak.


(58)

commit to user Tabel II.2

Jumlah Penyelesaian Pengurangan PBB

Tahun

Penyelesaian pengurangan

Jumlah Orang

Pribadi Badan Ditolak

2008 647 12 117 776

2009 614 13 68 695

2010 583 15 39 637

Sumber : Seksi Pelayanan KPP Pratama Surakarta

Wajib pajak yang mengajukan permohonan akan diberikan tanda terima yang berisi revisi nama pemohon, kelurahan, tanggal diterima, tanggal penyelesaian pemberian keputusan pengurangan dihitung sejak tanggal tanda terima surat permohonan, dalam hal surat permohonan disampaikan secara langsung atau tanggal stempel pos apabila dikirim melalui pos. Tanda terima ini harus dibawa pada saat pengambilan surat keputusan pengurangan.

a. Mekanisme Pengajuan Pengurangan PBB untuk Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Surakarta.

Wajib pajak badan yang mengalami kesuliltan finansial sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dapat mengajukan permohonan pengurangan PBB dengan memenuhi syarat-syarat :

1) Fotokopi SPPT/ SKP tahun pajak yang diajukan permohonan

pengurangan PBB

Memberikan informasi kondisi objek pajak, besarnya pajak dan dapat diketahui bahwa badan usaha tersebut telah menjadi wajib


(59)

commit to user

pajak. Digunakan juga untuk pemeriksaan lebih lanjut seperti pencocokan data PBB dengan data di lapangan.

2) Fotokopi STTS tahun pajak terakhir.

Mengetahui wajib pajak telah melunasi pajak terutang tahun sebelumnya dan tidak memiliki tunggakan pajak dengan objek pajak yang sama dan hanya satu objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan dalam satu wilayah Dati II yang diajukan pengurangan.

3) Fotokopi SPT PPh Badan.

Sebagai bukti pendukung dalam pertimbangan pemberian keputusan. Jika pengenaan pajak penghasilan badan adalah nihil, maka hal ini menjelaskan bahwa perusahaaan yang bersangkutan dalam keadaan rugi dan kesulitan finansial.

4) Laporan Keuangan Perusahaan.

Dapat diketahui rasio likuiditas dan solvabilitas perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian atau kesulitan finansial dan dapat sebagai dasar penentuan besarnya pemberian persen pengurangan PBB.

Pengajuan pengurangan dilakukan dengan mendatangi KPP Pratama Surakarta di bagian TPT, dengan melengkapi persyaratan pengajuan atau mengirimkannya melalui pos. Pada tabel II.2 menunjukkan bahwa selama tahun 2010 terdapat 15 wajib pajak badan yang mengajukan pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta.


(60)

commit to user

Dalam penyelesaian pengajuan pengurangan wajib pajak badan dengan pokok ketetapan lebih dari Rp 500.000.000,00 wewenang pemberian keputusannya berada pada Kepala Kantor Wilayah DJP. Selama tahun 2010 tidak terdapat pengajuan pengurangan dengan besar pokok ketetapan lebih dari Rp 500.000.000,00 di KPP Pratama Surakarta.

Pengajuan badan usaha yang tidak bersifat komersiil seperti rumah sakit, perguruan tinggi swasta, selama tahun 2010, di KPP Pratama Surakarta terdapat 5 pengajuan dari total pengajuan sebanyak 15 pengajuan. Besarnya pengurangan untuk rumah sakit diberikan sebesar 50% sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 796/KMK.04/1993 tentang Pengenaan PBB atas Rumah Sakit, sedangkan untuk Perguruan Tinggi Swasta diberikan pengurangan sebesar 50% sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-10/PJ.6/1995 tentang Pengenaan PBB atas Perguruan Tinggi Swasta. Pengajuan pengurangan PBB untuk badan usaha tidak boleh melampaui batas waktu tiga bulan terhitung sejak diterima SPPT/ SKP.

2. Mekanisme Penyelesaian Pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta.

a. Mekanisme Penyelesaian Pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta untuk Wajib Pajak Orang Pribadi.

Penyelesaian pengajuan wajib pajak orang pribadi dilakukan dengan menganalisis data wajib pajak. KPP Pratama Surakarta


(61)

commit to user

menetapkan bahwa hasil keputusan dapat diambil setelah 2 atau 3 bulan sejak permohonan pengurangan PBB diajukan.

Prosedur Penyelesaian Pengurangan PBB untuk Wajib Pajak Orang Pribadi:

1. Wajib pajak orang pribadi datang ke KPP Pratama Surakarta khususnya ke petugas TPT dengan membawa berkas yang sudah dilengkapi. Petugas TPT melakukan pemeriksaan administratif dengan memeriksa kelengkapan syarat-syarat berupa tanggal terakhir pengajuan, ada tidaknya tunggakan pajak, pemeriksaan persyaratan untuk wajib pajak orang pribadi telah terpenuhi atau tidak. Apabila peryaratan tersebut sudah lengkap petugas TPT akan mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) serta memberikan tanda terima kepada wajib pajak. Apabila masih terdapat persyaratan pengajuan yang tidak lengkap maka pengajuan permohonan pengurangan tersebut ditolak.

2. Berkas pengajuan pengurangan kemudian diagendakan dengan

memisahkan permohonan yang akan diselesaikan di KPP Pratama Surakarta yaitu pengajuan pengurangan dengan ketetapan pokok pajak kurang dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan pengajuan yang akan diselesaikan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak untuk pokok ketetapan lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Apabila terdapat pengajuan yang


(62)

commit to user

diselesaikan oleh kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak maka berkas pengajuan dikirim paling lambat 14 hari sejak berkas diterima. Selain itu juga memisahkan pengajuan pengurangan oleh wajib pajak orang pribadi atau badan menurut wilayah kelurahan masing-masing. Selanjutnya diserahkan kepada Seksi Waskon untuk diproses.

3. Kepala Seksi Waskon menyerahkan berkas ke Account

Representative (AR), kemudian AR memeriksa kelengkapan persyaratan termasuk memeriksa kembali tanggal pengajuan dan ada tidaknya tunggakan pajak. Apabila terdapat persyaratan yang kurang, AR akan memberitahu wajib pajak. Berkas persyaratan yang kurang lengkap tidak akan diproses sampai wajib pajak melengkapi.

4. Selanjutnya memisahkan pengajuan pengurangan yang selanjutnya

akan dilakukan pemeriksaan sederhana kantor, dan pengajuan yang akan dilakukan pemeriksaan sederhana lapangan.

5. Pemeriksaan sederhana kantor oleh account representative berdasar surat tugas dari Kepala Kantor. Hasil dari pemeriksaan tersebut dituangkan dalam berita acara pemeriksaan sederhana kantor. Kemudian account representative membuat draft hasil keputusan serta lembar perhitungan, yang selanjutnya diserahkan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon).


(63)

commit to user

6. Pemeriksaan sederhana lapangan dilaksanakan oleh account

representative berdasar surat perintah dari kepala kantor. Hasil dari pemeriksaan tersebut dituangkan dalam berita acara pemeriksaan sederhana lapangan, kemudian account representative membuat draft hasil keputusan serta lembar perhitungan yang selanjutnya diserahkan ke Kepala Seksi Waskon.

7. Kepala Seksi Waskon meneliti uraian penelitian pengurangan PBB

dan lembar perhitungannya, apabila Kepala Seksi Waskon setuju dan ditandatangani maka berkas tersebut selanjutnya diserahkan ke Kepala Kantor.

8. Kepala Kantor akan memeriksa kembali berkas pengajuan dan memberikan keputusan atas besarnya pengurangan. Berkas yang telah disetujui diserahkan ke Kepala Seksi Waskon.

9. Kepala Seksi Waskon menerima draft yang telah ditandatangani Kepala Kantor kemudian diserahkan ke Kepala Seksi Pelayanan. 10. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan kepada pelaksana pelayanan

untuk mencetak surat keputusan rangkap 3 dan ditandatangani Kepala Kantor atas nama Menteri Keuangan.

11. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan seksi PDI untuk mencetak STTS setelah diberikan pengurangan.

12. Hasil keputusan dipisahkan dengan salinannya berdasar masing-masing kelurahan, kemudian diserahkan ke petugas TPT. Petugas


(64)

commit to user

pelayanan akan membukukan hasil keputusan dalam buku agenda pengajuan.

Penentuan Besarnya Persentase Pengurangan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Penentuan besarnya persentase pengurangan merupakan hal yang paling penting karena harus mencerminkan asas keadilan baik dari sisi wajib pajak maupun fiskus. Wajib pajak mendapat pengurangan sesuai dengan kemampuan finansialnya dan pemberian pengurangan jangan sampai menyebabkan target penerimanan tidak tercapai. Penentuan persentase pengurangan dapat dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan wajib pajak dan tidak hanya berdasar penilaian subjektif.

Setiap daerah memiliki potensi dan keadaan yang tidak sama dalam hal kemampuan perpajakannya sehingga penentuan persen pengurangan diserahkan kepada kebijaksanaan Kepala KPP Pratama di wilayah kerja masing-masing setinggi-tingginya 75%.

Tabel II.3

Jumlah Pajak Terutang Yang Diajukan Pengurangan PBB untuk Wajib Pajak Orang Pribadi

Tahun Pokok

Ketetapan Pokok Ketetapan Setelah Pengurangan Selisih Persen Pengurangan (%)

2008 829.269.153 686.922.784 142.346.369 17,17

2009 802.650.361 617.553.599 185.096.762 23,06

2010 763.934.426 566.759.075 197.175.351 25,81


(65)

commit to user

Tabel diatas menunjukkan perbandingan pengurangan PBB yang diberikan dengan pokok ketetapan tahun 2009 sebesar 23,06%. Pada tahun 2010 sebesar 25,81%. Hal tersebut berarti pengajuan pengurangan pajak terutang dari wajib pajak orang pribadi banyak yang dikabulkan, meskipun wajib pajak yang mengajukan pengurangan di tahun 2010 tidak sebanyak di tahun 2009.

b. Mekanisme Penyelesaian Pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta untuk Wajib Pajak Badan.

Wajib pajak badan yang mengajukan pengurangan dapat mendatangi langsung KPP Pratama Surakarta di bagian TPT atau mengirimkan lewat pos. Kepala seksi Waskon akan membuat surat disposisi yang ditujukan kepada account representative. Selanjutnya proses pemberian pengurangan berupa alur berkas untuk wajib pajak badan sama dengan wajib pajak orang pribadi.

Tabel II.4

Jumlah Pajak Terutang yang Diajukan Pengurangan PBB Wajib Pajak Badan

Tahun Pokok

Ketetapan Pokok Ketetapan Setelah Pengurangan Selisih Persen Pengurangan (%)

2008 651.126.234 550.268.968 100.857.266 15,49

2009 609.390.775 510.474.952 98.915.823 16,23

2010 428.466.966 342.464.016 86.002.950 20,07

Tabel di atas menunjukkan perbandingan pengurangan yang diberikan dengan pokok ketetapan tahun 2009 sebesar 16,23%. Pada tahun 2010 sebesar 20,07%. Berarti pada tahun 2010 wajib pajak badan


(66)

commit to user

yang mengajukan pengurangan pajak terutang atas PBB mengalami penurunan, namun tingkat penyelesaian pengajuan pengurangan tersebut meningkat dibanding tahun 2009.

Penentuan Besarnya Persentase Pengurangan PBB untuk Wajib Pajak Badan (PTS dan Rumah Sakit Swasta).

Menurut Surat Edaran DJP Nomor SE-10/PJ.6/1995 atas Pengenaan PBB atas Perguruan Tinggi Swasta (PTS), SPPT PBB atas PTS diterbitkan apabila:

a. Sumbangan pembinaan Pendidikan (SPP) dan pungutan lainnya

dengan nama apapun rata-rata > = Rp. 2.000.000,00 satu tahun. b. Luas bangunan > = 2000 meter persegi.

c. Lantai/ tingkat bangunan > = 4 lantai. d. Luas tanah > + 20.000 meter persegi. e. Jumlah mahasiswa > = 3.000 mahasiswa.

Pengajuan permohonan oleh PTS akan diberikan pengurangan sebesar 50% jika PTS tersebut dapat membuktikan kegiatannya tidak memperoleh keuntungan. Keuntungan PTS merupakan selisih antara besarnya penerimaan yang diperoleh dari: SPP, biaya seleksi masuk PTS, sumbangan wajib pembangunan, hasil kontrak kerja yang sesuai dengan peranan dan fungsi perguruan tinggi, penerimaan dari hasil usaha sampingan dikurangi biaya-biaya rutin atau operasional.

Penyelesaian pengurangan PBB harus didukung dengan data yang dapat dipertanggungjawabkan dan menunjukkan besarnya manfaat yang


(67)

commit to user

diperoleh maupun beban yang ditanggung oleh subjek pajak sehubungan dengan pengelolaan objek PBB misalnya :

1) laporan keuangan yang telah diaudit oleh aparat pengawasan fungsional pemerintah dan/atau akuntan publik,

2) laporan penerimaan dan pengeluaran rutin, 3) data pendukung lain seperti SK Pendirian.

Menurut Keputusan Menteri keuangan RI No. 796/KMK.04/1993 tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan atas Rumah Sakit Swasta. Rumah Sakit Swasta dikenakan PBB sebesar 50% dari jumlah PBB yang seharusnya terutang atas bumi dan/atau bangunan yang dikuasai/ dimiliki/ dimanfaatkan oleh Rumah Sakit Swasta apabila:

1) 25% dari jumlah tempat tidur digunakan oleh pasien yang tidak mampu,

2) Sisa Hasil Usaha (SHU) digunakan untuk investasi Rumah Sakit dan tidak digunakan untuk investasi di luar Rumah Sakit.

Pemeriksaan Sederhana Kantor di KPP Pratama Surakarta.

Pemeriksaan sederhana kantor adalah pemeriksaan administratif dengan memeriksa data-data wajib pajak yang diajukan dalam berkas pengurangan untuk mendapatkan gambaran riil wajib pajak. Pemeriksaan sederhana kantor dilaksanakan apabila berkas pengajuan pengurangan sudah memenuhi persyaratan menurut AR, dan biasanya pemeriksaan ini diterapkan terhadap wajib pajak yang sudah pernah mengajukan atau mendapatkan pengurangan PBB.


(68)

commit to user

Pemeriksaan sederhana kantor dilakukan berdasar surat perintah dari kepala kantor, kemudian dituangkan dalam lembar konsep usul pengurangan yang berisi nama wajib pajak, NOP, kelurahan, status/ pekerjaan, penghasilan per bulan, rata-rata konsumsi wajib pajak per bulan, ketetapan tahun lalu, pengurangan tahun lalu, ketetapan tahun lalu setelah diberikan pengurangan ketetapan tahun sekarang, kondisi objek pajak, usul pengurangan, catatan/ saran kasi, tanda tangan seksi waskon dan persetujuan kepala kantor.

Pemeriksaan Sederhana Lapangan di KPP Pratama Surakarta. Merupakan kegiatan untuk memperoleh, mengumpulkan data-data wajib pajak dan objek pajak dengan turun langsung ke lapangan untuk memperoleh gambaran riil sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan besarnya pengurangan. Pemeriksaan sederhana lapangan dilaksanakan tergantung pada kondisi wajib pajak atau jika dirasa perlu

lebih banyak informasi dalam menyelesaikan permohonan

pengurangan.

Pemeriksaan sederhana lapangan dilakukan berdasar surat perintah dari kepala kantor untuk melakukan verifikasi lapangan yang

dilakukan oleh account representative. Sebelum melakukan

pemeriksaan petugas akan memberitahu wajib pajak yang bersangkutan dan diminta untuk bekerja sama dengan menyediakan data yang dibutuhkan oleh petugas.


(69)

commit to user

Di lapangan petugas memeriksa kondisi wajib pajak apakah memang benar wajib pajak tersebut menempati objek pajak tersebut, memeriksa faktor fisik maupun non-fisik objek pajak, serta faktor lainnya yang dapat memberikan gambaran rinci wajib pajak dalam hal

wajib pajak orang pribadi. Untuk wajib pajak badan, account

representative akan meminta laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan publik dan data-data pendukung lain yang menjelaskan kondisi riil perusahaan. meneliti kondisi objek pajak berupa lokasi, kondisi fisik tanah dan bangunan, gambaran kinerja wajib pajak badan selama 3 tahun terakhir mengalami kerugian atau tidak. Objek pajak difoto sebagai bukti riil objek pajak.

Hasil pemeriksaan dituangkan dalam berita acara dan diberi nomor serta dilampirkan berkas pengajuan dan draft hasil keputusan yang ditandatangani seksi waskon. Kemudian diserahkan kepada Kepala Kantor.

Penyampaian Surat Keputusan Pemberian Pengurangan

Surat keputusan pemberian pengurangan PBB dicetak rangkap 3, setelah ditandatangani kepala kantor dipisahkan yang asli untuk wajib pajak, sedangkan salinannya untuk DPPKA dan arsip di KPP Pratama Surakarta. Surat keputusan kemudian dibukukan dalam agenda pengurangan PBB.

Penyampaian surat keputusan untuk wajib pajak orang pribadi ataupun badan dilakukan melalui loket TPT. Bagi wajib pajak yang


(70)

commit to user

mengajukan pengurangan lewat pos, maka hasil keputusan akan dikirimkan melalui pos.

3. Evaluasi Pemberian Pengurangan PBB.

Berdasarkan peraturan undang-undang yang berlaku dengan pelaksanaan di KPP Pratama Surakarta dapat dilakukan evaluasi sebagai berikut:

a. Mekanisme pengajuan dan penyelesaian pengurangan PBB telah sesuai

peraturan yang berlaku. Salah satunya dapat dilihat dengan adanya pemberian persentase pengurangan untuk wajib pajak veteran sebesar 75% dan 50% untuk PTS dan Rumah Sakit Swasta.

b. Berdasar Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-77/PJ/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan berkas pengajuan pengurangan harus dikelompokkan sesuai arestasi kewenangan penyelesaian permohonan, yaitu kewenangan pada Kepala KPP Pratama, kewenangan pada Kepala Kanwil DJP atau kewenangan pada Direktur Jenderal Pajak. Pelaksanaan di KPP Pratama Surakarta sudah sesuai dengan ketentuan tersebut.

c. Mekanisme di KPP Pratama Surakarta untuk berkas pengajuan yang wewenang penyelesaian pengurangannya di Kanwil DJP berkas diteruskan paling lambat 14 hari kerja, hal tersebut tidak sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-77/PJ/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak


(71)

commit to user

Bumi dan Bangunan yang menyebutkan penerusan berkas ke Kanwil DJP paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak surat permohonan pengurangan diterima.

d. KPP Pratama Surakarta akan melaksanakan pemeriksaan lapangan berdasar kondisi wajib pajak atau jika dianggap perlu. Hal tersebut sudah sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-77/PJ/2009.

e. Pembuatan SK Keputusan Pengurangan di KPP Pratama Surakarta hanya rangkap 3, menurut peraturan yang berlaku dibuat rangkap 6. 4. Hasil Pemberian Pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta.

Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan upaya pemberian keringanan pajak terutang atas objek PBB bagi wajib pajak yang tidak mampu, wajib pajak yang terkena bencana alam atau sebab-sebab lain yang luar biasa serta wajib pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas. Diharapkan dengan adanya pemberian pengurangan wajib pajak mampu memenuhi kewajiban perpajakannya, yaitu dengan membayar pajak terutang atas bumi dan bangunan.

Tabel II.5

Hasil Pemberian Pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta Tahun 2010

NOP Ketetapan

Pajak %

Ketetapan Setelah Pengurangan Tgl Bayar Tempat Pembayaran 33.72.020.007.00 5.0113.0

2.084.036 20 1.667.229 30/10 Bank

Mandiri 33.72.030.001.00

3.0091.0

5.549.024 75 4.439.219 09/06 BRI


(72)

commit to user 33.72.010.011.0

04.0143.0

10.436.360 50 5.218.180 30/0

8

BRI KPP 33.72.010.007.0

02.0224.0

60.236.692 50 30.118.346 13/1

0

BRI KPP 33.72.040.008.0

05.0169.0

12.404.132 30 8.682.892 29/0

9

BRI KPP Tabel di atas menunjukkan sampel dari beberapa wajib pajak yang memperoleh pengurangan PBB, besarnya ketetapan pajak, persentase pengurangan yang diberikan dan ketetapan pajak setelah diberikan pengurangan. Tanggal dan tempat pembayaran menunjukkan adanya pembayaran pajak oleh wajib pajak.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pegawai di KPP Pratama Surakarta, wajib pajak yang memperoleh pengurangan pengurangan PBB pasti akan melunasi pajak terutangnya. Dan wajib pajak yang mengajukan pengurangan namun tidak dikabulkan tetap harus melunasi pajak yang terutang sesuai yang tercantum dalam SPPT. Tabel II.6 menunjukkan realisasi penerimaan PBB dari tahun 2008 sampai dengan 2010.


(73)

(74)

commit to user BAB III TEMUAN

A. Kelebihan

Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Surakarta memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:

1. Wajib pajak yang telah mendapat pengurangan tidak ada yang

mengajukan pengurangan kembali untuk tahun pajak yang sama, hal tersebut berarti wajib pajak cukup puas dengan keputusan yang diberikan KPP Pratama.

2. KPP Pratama Surakarta telah menyediakan formulir yang diperlukan dalam mengajukan permohonan pengurangan, antara lain formulir permohonan dan surat pernyataan besar penghasilan.

3. Diadakannya pemeriksaan lapangan terhadap wajib pajak yang dirasa perlu akan dapat mengetahui kondisi wajib pajak dan objek pajak yang sebenarnya, sehingga pemberian pengurangan dapat dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

4. KPP Pratama Surakarta tetap menerima berkas pengajuan permohonan yang disampaikan melebihi batas waktu pengajuan, hal tersebut guna meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak.

5. Penentuan besar persentase pengurangan untuk wajib pajak orang pribadi telah menggunakan sistem komputerisasi yang dituangkan dalam lembar


(1)

commit to user 33.72.010.011.0

04.0143.0

10.436.360 50 5.218.180 30/0

8

BRI KPP

33.72.010.007.0 02.0224.0

60.236.692 50 30.118.346 13/1

0

BRI KPP

33.72.040.008.0 05.0169.0

12.404.132 30 8.682.892 29/0

9

BRI KPP

Tabel di atas menunjukkan sampel dari beberapa wajib pajak yang memperoleh pengurangan PBB, besarnya ketetapan pajak, persentase pengurangan yang diberikan dan ketetapan pajak setelah diberikan pengurangan. Tanggal dan tempat pembayaran menunjukkan adanya pembayaran pajak oleh wajib pajak.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pegawai di KPP Pratama Surakarta, wajib pajak yang memperoleh pengurangan pengurangan PBB pasti akan melunasi pajak terutangnya. Dan wajib pajak yang mengajukan pengurangan namun tidak dikabulkan tetap harus melunasi pajak yang terutang sesuai yang tercantum dalam SPPT. Tabel II.6 menunjukkan realisasi penerimaan PBB dari tahun 2008 sampai dengan 2010.


(2)

(3)

commit to user

BAB III TEMUAN

A. Kelebihan

Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Surakarta memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:

1. Wajib pajak yang telah mendapat pengurangan tidak ada yang

mengajukan pengurangan kembali untuk tahun pajak yang sama, hal tersebut berarti wajib pajak cukup puas dengan keputusan yang diberikan KPP Pratama.

2. KPP Pratama Surakarta telah menyediakan formulir yang diperlukan

dalam mengajukan permohonan pengurangan, antara lain formulir permohonan dan surat pernyataan besar penghasilan.

3. Diadakannya pemeriksaan lapangan terhadap wajib pajak yang dirasa

perlu akan dapat mengetahui kondisi wajib pajak dan objek pajak yang sebenarnya, sehingga pemberian pengurangan dapat dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

4. KPP Pratama Surakarta tetap menerima berkas pengajuan permohonan

yang disampaikan melebihi batas waktu pengajuan, hal tersebut guna meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak.

5. Penentuan besar persentase pengurangan untuk wajib pajak orang pribadi

telah menggunakan sistem komputerisasi yang dituangkan dalam lembar


(4)

commit to user

perhitungan, dimana telah tersedia rumus-rumus sesuai ketentuan yang

berlaku. Hal tersebut memudahkan pekerjaan account representative.

B. Kekurangan

Meskipun memiliki beberapa kelebihan, proses pemberian pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

1. Petugas TPT tetap menerima dan meneruskan berkas pengajuan yang

kurang lengkap ke account representative, sehingga account

representative harus memeriksa ulang berkas dan menghubungi wajib

pajak agar melengkapi berkas. Hal tersebut menghambat proses penyelesaian pengajuan pengurangan.

2. Dalam memberikan persentase keputusan pengurangan antara account

representative yang satu dengan account representative yang lain

berbeda. KPP Pratama Surakarta memang telah memiliki variabel-variabel untuk menentukan besar persentase pengurangan, namun

terkadang masih terdapat account representative yang menggunakan

range penghasilan untuk memberikan keputusan pengurangan.

3. Surat keputusan pengurangan hanya dicetak rangkap 3 (tiga), yaitu untuk

wajib pajak, DPPKA, dan arsip di KPP Pratama Surakarta. Seharusnya dicetak rangkap 6 (enam) yaitu untuk wajib pajak, DPPKA, tempat pembayaran, kelurahan, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, dan sebagai arsip


(5)

commit to user

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis data dan pembahasan mengenai pemberian pengurangan pajak bumi dan bangunan bagi wajib pajak yang tidak mampu di KPP Pratama Surakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tujuan KPP Pratama Surakarta memberikan fasilitas pengurangan PBB

bagi wajib pajak yang tidak mampu adalah sebagai bentuk pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1984 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2009 yang merupakan upaya mewujudkan keadilan dalam perpajakan.

2. Proses pengajuan dan penyelesaian permohonan pengurangan pajak

terutang atas bumi dan bangunan di KPP Pratama Surakarta secara garis besar telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

3. Wajib pajak baik orang pribadi maupun badan yang mengajukan

pengurangan pajak terutang atas bumi dan bangunan mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.

4. Menurut Surat Edaran DJP No. SE-10/PJ.6/1995 dan Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 796/KMK.04/1993, wajib pajak badan yang bersifat tidak komersiil seperti Perguruan Tinggi Swasta dan Rumah Sakit Swasta, apabila pengajuan pengurangannya memenuhi persyaratan akan diberikan pengurangan sebesar 50%.


(6)

commit to user

B. Rekomendasi

Agar peranan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta lebih baik dalam memberikan fasilitas pengurangan pajak terutang atas bumi dan bangunan, berikut ada beberapa rekomendasi yang ingin penulis sampaikan antara lain:

1. KPP Pratama memberikan sosialisasi kepada wajib pajak tentang adanya

fasilitas pemberian pengurangan pajak yang terutang atas bumi dan bangunan. Sehingga wajib pajak yang tidak mampu dapat memanfaatkan fasilitas tersebut dan mengetahui persyaratan apa saja yang harus dilengkapi agar tidak terjadi permasalahan berkas kurang lengkap.

2. Membuat peraturan yang tegas tentang variabel-variabel yang

dipergunakan untuk menentukan besar persentase, sehingga tidak ada

lagi account representative yang menggunakan range penghasilan.

3. Terus meningkatkan ketrampilan aparat pajaknya dalam memberikan

pelayanan pengurangan pajak sehingga tercipta suasana yang nyaman dan memudahkan wajib pajak.

4. Meningkatkan mutu pelayanan dengan adanya keadilan pajak,

standarisasi, transparansi dan kecepatan dalam penyelesaian permohonan pengurangan


Dokumen yang terkait

Prosedur Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 54 66

Analisis Prosedur Pengurangan Pembayaran PBB (Pajak Bumi Dan Bangunan) Di KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Cimahi

0 2 1

Tinjauan Atas Pengajuan Dan Penyelesaian Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Soreang

0 4 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN YANG TERDAFTAR DI KPP PRATAMA SURAKARTA Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan yang Terdaftar di KPP Pratama Surakarta.

0 2 17

EVALUASI PENERAPAN e-SPT TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Evaluasi Penerapan E-Spt Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta).

0 1 14

PENDAHULUAN Evaluasi Penerapan E-Spt Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta).

0 1 7

EVALUASI PENERAPAN e-SPT TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Evaluasi Penerapan E-Spt Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta).

0 1 14

KONTRIBUSI KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA SURAKARTA Kontribusi Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Di Kpp Pratama Surakarta.

0 2 15

PENDAHULUAN Kontribusi Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Di Kpp Pratama Surakarta.

0 0 23

KONTRIBUSI KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA SURAKARTA Kontribusi Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Di Kpp Pratama Surakarta.

1 4 19