PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN DESIMAL SISWA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013/2014.

(1)

KONSEP PECAHAN DESIMAL SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Liena Sartika

1008633

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN DESIMAL SISWA

(Penelitian Tindakan kelas di Kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun Ajaraan 2013/2014)

OLEH LIENA SARTIKA

1008633

Disetujui dan disahkan oleh Dosen Pembimbing I

Dr. H. Sufyani Prabawanto, M.Ed NIP. 196008301986031003

Dosen Pembimbing II

Drs. Nana Djumhana, M.Pd NIP. 195905081984031002

Di ketahui Oleh, Ketua program Studi

Drs. Nana Djumhana, M.Pd NIP. 195905081984031002


(3)

Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan

Desimal Siswa” merupakan hasil karya saya sendiri.

Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyaan ini, saya siap menanggung resiko apabila dikemudian hari ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2014 Yang membuat pernyataan


(4)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Abstrak ………... i

Kata pengantar ……… ii

Ucapan Terima Kasih ……….. iii

Daftar Isi ………. v

Daftar Tabel ……….... vii

Daftar Grafik ……….. viii

Daftar Gambar ……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ………... 8

C. Tujuan penelitian ……… 8

D. Manfaat Penelitian ………... 8

E. Definisi Operasional ……… 9

F. Hipotesis Tindakan ……….. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kooperatif Learning ……… 11

B. Pemahaman Konsep ……… 23

C. Hakikat Pembelajaran Matematika ………. 30

D. Pecahan Desimal ………. 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……… 39

B. Model Penelitian ……….. 41


(5)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Prosedur Penelitian ……….. 43

E. Instrument Penelitian ……….. 47

F. Teknik Pengumpulan Data ………. 48

G. Pengolahan dan Analisis Data ………... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Awal Penelitian ...………... 52

B. Deskripsi Penelitian ………... 52

C. Hasil Penelitian ……….. 59

D. Pembahasan Penelitian ……….. 71

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ………. 77

B. Rekomendasi ………... 78 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Instrumen Penelitian B. Hasil Penelitian C. Surat-surat

D. Foto Aktivitas Guru dan Siswa RIWAYAT HIDUP PENULIS


(6)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

PECAHAN DESIMAL SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh : LIENA SARTIKA

1008633

Penelitian ini dilatar belakangi permasalahan yakni belum adanya penggunaan model pembelajaran yang tepat. Penggunaan media yang kurang variatif, dalam proses belajar mengajar guru belum mampu menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, siswa kurang tertarik dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru. Pemahaman konsep pecahan desimal siswa masih rendah ini terlihat dari hasil pekerjaan siswa menyelesaikan soal masih banyak yang kurang tepat dan kurang memuaskan. Hasil perolehan skor rata-rata 62,8 jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 43,8% sementara KKM yang harus dicapai adalah 65 kondisi nyata tersebut perlu diadakan perbaikan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Berdasarkan permasalahan pokoknya: Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match di kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan gunung Putri Kabupaten Bogor? Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep pecahan desimal kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor setelah mempraktekkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan, pemahaman konsep belajar siswa pada pembelajaran matematika materi pecahan desimal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Metode dalam penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart melalui empat langkah tahapan yaitu; perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Alur penelitian ini dilakukan dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan, penerapan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada mata pelajaran Matematika materi pecahan desimal pemahaman konsep siswa dapat meningkat. Dalam proses pembelajaran keaktifan siswa dalam proses pembelajaranpun meningkat. Rata-rata evaluasi siswa sudah melebihi KKM atau terlampui pada mata pelajaran matematika. Hal ini terbukti dari hasil evaluasi pada tiap siklus. Adapun siklus I dengan rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 70,78 yang mencapai KKM 59,4% sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 86,25 mencapai peningkatan ketuntasan


(7)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

87,5%. Jadi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make match perlu dijadikan suatu alternatif dalam upaya meningkatkan pemahaman belajar siswa.

ABSTRACT

APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH TO ENHANCE STUDENT UNDERSTANDING OF THE

CONCEPT OF DECIMAL FRACTIONS

(Classroom Action Research in Public Elementary School Fourth Grade 1 Karanggan Gunung Putri Bogor subdistrict school year 2013/2014)

by:

LIENA SARTIKA 1008633

The background of this research is the problem of the lack of use of appropriate learning models. Less varied use of media, in the learning process of teachers have not been able to create an enjoyable and active learning, students are less interested in the lessons given by the teacher. Students' understanding of the concept of decimal fractions is low is evident from the work of students to solve problems is still much less precise and less satisfying. The result of the acquisition of an average score of 62.8 the number of students who achieve as much as 43.8% while the KKM KKM to be achieved is 65 the real condition of learning the necessary repairs to the implementation of cooperative learning model type of make a match. Based on principal issues: How does the implementation of learning by implementing cooperative learning model type of make a match in the fourth grade at SDN 1 Karanggan District of Mount Putri Bogor? How an improved understanding of the concept of decimal fractions fourth grade at SDN 1 Karanggan District of Gunung Putri, Bogor Regency, after learning about learning with cooperative learning model type of make a match? The purpose of this study is to describe the implementation, understanding the concept of student learning in mathematics learning materials decimal fractions through the application of cooperative learning model type of make a match. The method in this study uses action research model developed by Kemmis and Mc Taggart stages through four steps, namely; planning, action, observation, and reflection. The flow of this study conducted two cycles. The results showed that the application of cooperative learning model approach to the make a match on Mathematics material decimal fractions can increase students' understanding of concepts. In the learning process in the student activity increased pembelajaranpun process. Average student evaluation has exceeded KKM or terlampui in mathematics. This is evident from the results of the evaluation in each cycle. The first cycle with the average values


(8)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

obtained by the students was 70.78, which reached 59.4% KKM while the second cycle of the average value obtained was 86.25 students achieve mastery increase of 87.5%. So the application of cooperative learning model should be used as a make-match alternatives in an effort to increase understanding of student learning.


(9)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sekolah adalah salah satu pranata sosial yang memiliki tugas khusus untuk menyelenggarakan pendidikan. Sekolah Dasar merupakan tempat paling dasar sebagai pencetak generasi penerus bangsa. Tanggung jawab tugas seorang Guru SD terhadap anak didiknya lebih berat dibanding dengan guru jenjang selanjutnya, dimana guru SD adalah orang yang sangat berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, mampu bersaing dan ber akhlak mulia.

M.J. Langeveld (Syaripudin dan Kurniasih, 2008 : 5) mengemukakan

“pendidikan dalam artinya yang hakiki, ialah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa”. Maka pendidikan tidak dapat berjalan jika pemberi bimbingan dan penerima bimbingan sama-sama orang yang belum dewasa.

Pada usia anak SD cara berpikir mereka belum formal bahkan pada kelas rendah cara berpikir mereka masih berada dalam tahapan (pra konkret). Menurut penelitian yang di lakukan oleh Peaget dan teman-temannya ( dalam Karso dkk, 2007 : 1.5) menunjukkan bahwa anak tidak bertindak dan berpikir sama seperti orang dewasa. Lebih-lebih pada pembelajaran matematika di SD, sesuatu yang abstrak dapat saja di pandang sederhana menurut kita yang sudah formal, namun dapat saja menjadi sesuatu yang sulit dimegerti oleh anak yang belum formal.

Mempelajari Matematika berarti belajar mengemukakan, merumuskan, menentukan hubungan antara konsep-konsep , menyusunnya dalam suatu


(10)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

struktur, mengembangkannnya dan menggunakannya dalam menyelesaikan masalah, baik masalah dalam matematika itu sendiri maupun masalah dalam ilmu lain, termasuk masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Pemahan konsep matematika merupakan kemampuan yang dimiliki anak untuk dapat menggungkapkan kembali apa yang telah dia pahami dan dapat menyelesaikan semua masalah dengan benar. (Depdiknas, 2003: 2) [online] mengungkapkan bahwa, pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

Menurut Duffin & Simpson (dalam Kesumawati, 2008) [online] pemahaman konsep sebagai kemampuan siswa untuk: (1) menjelaskan konsep, dapat di artikan siswa mampu untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya. (2) menggunakan konsep pada berbagai situasi yang berbeda, (3) mengembangkan beberapa akibat dari adanya konsep, dapat diartikan bahwa siswa paham terhadap suatu konsep akibatnya siswa mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah dengan benar.

Keberhasilan atau kegagalan pemahaman konsep yang dimiliki peserta didik tergantung dari peran Guru. Saat ini masih banyak siswa yang belum memahami konsep pembelajaran yang disampaikan guru terutama pada mata pelajaran matematika, ini terlihat dari cara siswa mengerjakan tugas dengan cara asal-asalan atau mencontek pada temannya sehingga nilai yang diperoleh siswa masih jauh di bawah KKM. Berdasarkan pengamatan peneliti,


(11)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran matematika disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Dalam proses pembelajaran guru selalu mengunakan model pembelajaran yang bersifat tradisional (teacher-centered). Padahal banyak model yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan menyenangkan.

2. Guru tidak mengunakan media dalam proses pembelajaran, guru hanya menjelaskan konsep dan cara penyelesaian suatu soal dipapan tulis setelah itu siswa diberikan soal untuk dikerjakan. Padahal media bisa didapat dari lingkungan sekitar kita.

3. Penjelasan yang terlalu cepat dan bahasa guru yang kurang dipahami oleh siswa, terkadang tanpa sadar guru menjelaskan materi sangat cepat dan pengunaan bahasa yang terlalu tinggi untuk anak-anak (bukan bahasa anak) yang tidak dapat dimengerti anak, sehingga tidak adanya keaktifan dan kreatifitas siswa dalam belajar (kurang antusia), siswa merasa jenuh dan merasa ruwet dengan pelajaran matematika yang disampaikan guru. 4. Siswa kurang tertarik dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru

karena siswa tidak ikut terlibat langsung dalam pembelajaran, informasi hanya bersumber dari guru dan siswa hanya menjadi pendengar.

5. Anak tidak hafal perkalian sehingga menyulitkan anak dalam melakukan pembagian.

6. Siswa diarahkan pada kemampuan cara menggunakan rumus, menghafal rumus, matematika hanya untuk mengerjakan soal, jarang diajarkan untuk menganalisis dan menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.


(12)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lemahnya guru dalam memanfaatkan dan meciptakan media akan mempersulit siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru. Pemilihan model pembelajaran dan media yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan.

Penggunaan model pembelajaran dan media yang tepat sangat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap apa yang akan disampaikan oleh pendidik, dimana peserta didik akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Untuk itu guru hendaknya dapat terus meningkatkan kemampuaan profesionalnya termasuk juga meningkatkan kemampuan memanfaatkan media pembelajaran yang ada baik yang telah tersedia maupun yang berasal dari alam serta mampu mengembang (memilih) model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Mengemaskan pembelajaran menjadi menarik tidak cukup sulit, guru hanya dituntut lebih kreatif. Pembelajaran yang tadinya bersifat tradisional (berpusat pada guru) diganti dengan belajar sambil bermain dengan media belajar yang sederhana yang dapat dibuat oleh guru.

Berdasarkan observasi awal pada pembelajaraan Matematika di SD Negeri 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor menunjukkan pemahaman konsep siswa terhadap pembelajaran Matematika pada materi Pecahan desimal masih rendah, ini terlihat dari data hasil belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.1

Rekap hasil Tes Formatif Pada Mata Pelajaran Matematika


(13)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

85-100 5

75-84 4

65-74 5

55-64 9

<55 9

Jumlah Siswa 32

KKM yang telah ditetapkan adalah 65. Data diatas menunjukkan hanya 43,8% atau 14 orang siswa yang berhasil mencapai KKM dan 56,2% atau 18 orang siswa masih berada dibawah KKM. Hal ini merupakan suatu masalah yang dianggap peneliti merupakan masalah dan perlu diatasi. Kemudian peneliti melakukan analisis untuk mengatasi penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. Dalam proses pembelajaran sehari-hari pembelajaran yang disajikan bersifat tradisional (teacher-centered ) guru juga tidak menggunakan media pembelajaran serta siswa tidak ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga siswa merasa bosan dalam proses belajar. Saat guru menjelaskan materi yang disampaikan siswa cenderung kurang tertarik untuk menyimak pembelajaran, sehingga saat diadakan evaluasi seputar materi pembelajaran masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Sebagai penanggung jawab keberhasilan belajar siswa, guru harus selalu mampu mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya ke arah yang positif, termasuk mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi dan menarik. Agar potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal berdasarkan


(14)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perkembangan aspek kognitif, menurut Ebbutt dan Straker (dalam Kesumawati, 2008) [online] asumsi tentang karakteristik siswa dan implikasi terhadap pembelajaran matematika diberikan sebagai berikut: .

1. Siswa akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai motivasi. Implikasi pandangan ini bagi guru adalah: (1) menyediakan kegiatan yang menyenangkan, (2) memperhatikan keinginan siswa. (3) membangun pengertian melalui apa yang diketahui oleh siswa, (4) menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar, (5) memberikan kegiatan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, (6) memberikan kegiatan yang menantang, (7) memberikan kegiatan yang memberikan harapan keberhasilan, dan (8) menghargai setiap pencapaian siswa.

2. Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri. Implikasi pandangan ini adalah (1). Siswa belajar yang berbeda dengan kecepatan yang berbeda, (2). Tiap siswa memiliki memerlukan pengalamaan sendiri yang berhubungan dengan pengalaman diwaktu lampau, (3). Tiap siswa memiliki latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Oleh karena itu guru perlu: (1) mengetahui kelebihan dan kekurangan para siswanya, (2) merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, (3) membangun pengetahuan dan keterampilan siswa, baik yang dia peroleh disekolah maupun di rumah, (4) menggunakan catatan kemajuan siswa

(assessment).

3. Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui kerja sama dengan temannya. Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah: (1) memberikan kesempatan belajar dalam kelompok untuk melatih kerjasama, (2) memberikan kesempatan belajar secara klasikal untuk memberi kesempatan saling bertukar gagasan, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatannya secara mandiri., (4)


(15)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan tentang kegiatan yang akan dilakukannya, dan (5) mengajarkan bagaimana cara mempelajari matematika.

4. Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam mempelajari matematika. Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah: (1) menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga, (2) memberikan kesempatan belajar matematika diberbagai tempat dan keadaan, (3) memberikan kesempatan menggunakan matematika untuk berbagai keperluan, (4) mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk memecahkan problematika baik disekolah maupun dirumah, menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam pengembangan matematika, dan (6) membantu siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya.

Berdasarkan aspek kognitif yang di kemukakan oleh Ebbutt dan Straker asumsi tentang karakteristik siswa dan implikasi terhadap pembelajaran matematika maka pembelajaran Matematika disekolah sebaiknya dipelajari dengan cara meningkatkan motivasi siswa, mempelajari Matematika secara sendiri atau kerjasama dan menyediakan alat peraga.

Perubahan model pembelajaran secara tradisional ke model pembelajaran

kooperatif learning akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan

memicu guru manjadi fasilitator, mediator, director-motivation, dan

evaluator. Pola pembelajaran tradisional (berpusat pada guru) yaitu guru

adalah satu-satunya sumber belajar bagi siswa dapat diganti dengan menggunakan model belajar sambil bermain akan mendorong motivasi dan keaktifan siswa untuk terlibat langsung dalam proses belajar, dimana siswa akan lebih aktif dalam belajar dan merasa senang belajar, siswa dapat bekerjasama dengan temannya. Sehingga pemilihan model pembelajaran


(16)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kooperatif tipe make a match dianggap cocok untuk menjadi pembelajaran yang menyenangkan yang dapat meningkatkan motivasi siswa dan melatih siswa untuk bekerjasama dengan temannya. Dimana siswa akan dilibat secara langsung dalam sebuah permainan mencari pasangan kartu, dengan begitu siswa tidak akan merasa bosan dengan proses pembelajaran, siswa akan merasa tertantang dalam sebuah permainan yang telah dirancang guru dan siswa akan lebih aktif untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan (soal) yang dihadapinya, dan diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun kelebihan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match (mencari pasangan) (dalam Juryanti, 2013) [online] adalah sebagai

berikut.

1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.

2. Karena ada unsur permainan, maka model pembelajaran ini menyenangkan.

3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi. 5. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

Oleh karena itu PTK yang kami laksanakan menggambil judul “Penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan desimal siswa”.


(17)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dikelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor?

2. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep pecahan desimal siswa kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung putri Kabupaten Bogor setelah mempraktekan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini (PTK) adalah untuk mendeskripsikan: 1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match.

2. Peningkatan pemahaman konsep pecahan desimal siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah.

1. Bagi siswa

Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi, dan meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar matematika sehingga pemahaman konsep matematikapun akan meningkat.


(18)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Diharapkan hasil penelitian ini guru dapat meningkatkan dan memperbaiki mutu pendidikan dikelasnya dan mampu mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses belajar dikelas.

3. Bagi sekolah

Diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan dan menciptakan lembaga pendidikan yang berkualitas, meningkatkan profesionalisme guru yang akan menjadi guru-guru profesional kepercayaan masyarakat serta pemerintah.

4. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian ulang para peneliti selanjutnya.

E. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini yang perlu dijelaskan secara operasional, yaitu:

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

Yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan materi pecahan desimal

b. Guru dan siswa mencoba menyelesaikan soal bersama-sama c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

d. Guru membagikan kartu yang berisikan pertanyaan atau jawaban kepada setiap siswa


(19)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Siswa secara berpasangan mempresentasikan hasil pekerjaan dari kartu yang dipegangnya dipapan tulis

g. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang dapat menemukan pasangan kartu yang dipegangnya sebelum batas waktu yang ditentukan.

2. Pemahaman Konsep

Dalam penelitian ini pemahaman konsep yang dimaksud adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal tentang konten bilangan pecahan biasa dan pecahan desimal.

3. Bilangan Pecahan

Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk dengan a,b bilangan bulat, b 0, b 1, dan FPB (a,b) = 1. Didalam penelitian ini, yang dimaksud bilangan pecahan adalah bilangan pecahan biasa dan bilangan pecahan desimal. Bilangan pecahan biasa adalah bilangan yang dinyatakan dalam bentuk , sedangkan bilangan desimal adalah pecahan yang menggunakan koma. Sebagai contoh: 0,5.

4. Siswa

Yang dimaksud siswa dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

F. Hipotesis Tindakan

Jika siswa memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match maka pemahaman konsep siswa tentang pecahan desimal akan meningkat.


(20)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitianan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk memperbaiki mutu pembelajaran dikelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.

Mc Niff (dalam Arikunto dkk, 2006 : 102) dalam bukunya yang berjudul

Action Research Principle and Practice memandang PTK sebagai bentuk

penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, mengembangkan keahlian mengajar, dan sebagainya. McNiff (dalam Arikunto dkk, 2006 : 106) juga menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan.

Sedangkan menurut Borg (dalam Arikunto dkk, 2006 : 107) bahwa tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah pengembangan keterampilan proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya, bukan bertujuan untuk mencapai pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.

Kunandar [online] menjelaskan ada beberapa alasan PTK menjadi salah satu pendekatan dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran adalah: (1) merupakan pendekatan pemecahan masalah yang bukan sekedar

trial and error; (2) menggarap masalah-masalah faktual yang dihadapi guru

dalam pembelajaran; (3) tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yakni mengajar; (4) guru sebagai peneliti; (5) mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme guru; (6) dapat segera dilaksanakan pada saat muncul


(21)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebutuhan; (7) dilaksanakan dengan tujuan perbaikan; (8) murah biayanya; (9) disain lentur atau fleksibel; (10) analisis data seketika dan tidak rumit; dan (11) manfaat jelas dan langsung.

Fokus penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, dan pengembangan profesionalisme guru.

Mutu dalam suatu pembelajaran dapat dilihat dari pemahaman konsep belajar siswa, baik yang bersifat akademis yaitu ulangan harian yang tertuang dalam nilai ulangan harian (formatif), ulangan tengah semester (sub-sumatif) dan ulangan akhir semester (sumatif) maupun yang bersifat non akademis, seperti motivasi, perhatian, aktivitas, minat, dan lain sebagainya.

Bentuk penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keprofesionalisme guru dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran Matematika, serta bersama teman sejawat dapat memecahkan masalah dalam pembealajaran Matematika dilapangan.

Masalah utama dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Penelitian tindakan kelas ini memiliki ciri yaitu dengan melakukan tindakan-tindakan yang tepat dan sesuai masalah serta dilaksanakan dengan cara kolaborasi (kerja sama) antar pendidik. Tujuan utama penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan tujuan utama dalam penelitian yakni perubahan, perbaikan dan peningkatan pada proses pembelajaran di kelas.

Penelitian tindakan kelas digambarkan sebagai suatu rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps). Secara umum pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat digolongkan menjadi empat tahapan yaitu: 1). Tahap perencanaan tindakan (planning) , 2) tahap tindakan (action), 3) tahap pengamatan


(22)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Model Penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian mengguanakan model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto dkk, 2006 : 16) yang menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya) dan tersaji dalam bagan berikut ini.

Gambar 3.1

Langkah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc Taggart

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan

Perencanaan

SIKLUS I

Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan

Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS II

Refleksi

Perencanaan


(23)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Diuraikan sebagai berikut:

1. Menyusun rancangan tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perlakuan khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

2. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan dikelas dengan menggunakan dan menghormati azas yang telah dirumuskan dalam rancangan.

3. Pengamatan (Observasi)

Kegiatan pengamataan dilakukan pada waktu yang sama dengan waktu pelaksanaan tindakan sedang berjalan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/ penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario serta dampaknya terhadap pemahaman konsep belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif ( hasil tes, kuis, presentasi, nilai tugas dan lain-lain) atau data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa dan lain-lain. Data yang diperoleh di gunakan untuk perbaikan siklus selanjutnya.


(24)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika ditemukan masalah maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya hingga permasalahan dapat teratasi.

Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk kegiatan yang berbeda yang bersifat spesifik, agar terjadi perbaikan. Pada tahap tindakan siklus kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat atau direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku siswa.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Siswa Kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang siswa yang terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I dirancang untuk dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan (@3x35


(25)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menit) dengan 1 x pertemuan untuk tes siklus yaitu pada pertemuan ke-3. Siklus II dirancang untuk aksanakan dalam 3 kali pertemuan (@3x35 menit) dengan 1 x pertemuan dialokasikan untuk tes siklus.

Setiap siklus dijalankan dalam 4 tahap, yaitu perencanaan (Planning), pelaksanaan (Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting).

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dengan menerapkan sembilan langkah pembelajaran kooperatif tipe make a match sebagai berikut: 1) Guru menyapaikan materi atau tugas kepada siswa untuk mempelajari materi dirumah. 2) Siswa dibagi menjadi 2 kelompok misalnya kelompok A dan B. kedua kelompok diminta berhadapan. 3) Guru membagi kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B. 4) Guru menyampaikan kepada siswa harus mencari/ mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga menyampaikan batasan maksimal waktu yang ia berikan kepada mereka. 5) Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya dikelompok B. jika mereka sudah menemukan pasangannya mereka masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah di persiapkan. 6) Jika waktu sudah habis mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah habis. Siswa yang belum menemukan pasangannya diminta untuk berkumpul sendiri. 7) Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang belum mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak. 8) Terakhir guru memberikan informasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi. 9) Guru memanggil pasangan


(26)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi.

b. Menetapkan dan merancang media pembelajaran untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada mata pelajaran Matematika kelas IV tentang pecahan desimal dengan sub materi mengubah pecahan biasa ke pecahan desimal dan mengubah pecahan desimal ke pecahan biasa.

c. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbentuk tes tertulis berbentuk isian.

d. Menyiapkan instrumen tes tertulis berupa lembar soal tes isian siklus I. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran dan media yang telah disiapkan.

b. Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai peningkatan pemahaman konsep pecahan desimal siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

c. Mencatat aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi. d. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada

lembar observasi. 3. Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Peneliti menyesuaikan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pengamat mengamati seluruh kegiatan dan mencatatnya dalam lembar pengamatan yang telah disiapkan.


(27)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi diadakan pengakajian terhadap berbagai kejadian yang terekam selama proses pelaksanaan tindakan. Penelitian mendeskripsikan hasil pelaksanaan tindakan dan mengevaluasi seluruh kegiatan, kekuatan dan kelemahannya sebagai dasar dalam merancang kegiatan pada siklus II.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan

a. Menganalisis kekuatan dan kelemahan pada siklus I untuk dijadikan bahan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

b. Menetapkan sub materi mengubah pecahan desimal ke nilai tempat dan mengubah bilangan dalam nilai tempat ke pecahan desimal

c. Membuat rencana pembelajaran dengan memperhatikan refleksi pada siklus I.

d. Menyiapkan media dan sumber pembelajaran e. Merancang LKS yang lebih variatif

f. Menyiapkan instrumen tes siklus II.

g. Menyiapkan lembar pengamatan siswa dan guru dalam pembelajaran. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan mempertimbangkan perbaikan-perbaiakan pada siklus I serta bobot materi yang lebih kompleks. Di harapkan pada siklus II


(28)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini siswa sudah lebih menguasai materi pecahan desimal pada mata pelajaran Matematika dikelas IV melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match sehingga mereka dapat dengan mudah memahami konsep melalui kegiatan yang dirancang oleh guru.

b. Melakukan tes siklus untuk mendapatkan data pemahaman konsep siswa pada siklus II.

c. Mencatat aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.

d. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi data hasil pengamatan pada lembar observasi.

3. Tahap Pengamatan

Kegiatan pengamatan pada sikus II relatif sama dengan siklus I yaitu:

a. Mencatat aktivitas belajar siswa oleh pengamat melalui lembar observasi. b. Peneliti menyesuaikan apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini

sudah sesuai dengan yang diharapkan. 4. Tahap Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, untuk mendapatkan suatu simpulan. Diharapkan setelah akhir siklus II ini, hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Karanggan Kec. Gunung Putri, Kab. Bogor pada mata pelajaran Matematika tentang pecahan desimal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini dapat meningkat.

5. Membuat Kesimpulan Hasil Penelitian

Setelah semua proses selesai dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan yang mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan.


(29)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan tes tertulis.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat aktivitas belajar guru dan siswa yang dilakukan oleh pengamat tentang aktivitas pembelajaran matematika dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Lembar obeservasi yang digunakan berbentuk lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas belajar guru dan siswa. Teknik observasi yang dilakukan adalah observasi langsung, yakni pengamat mengamati dan mencatat objek yang diteliti (aktivitas guru dan siswa) selama proses pembelajaran.

2. Tes tertulis

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada ranah kognitif tentang pecahan desimal pada mata pelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Pelaksanaannya yaitu pada akhir siklus untuk selanjutnya dibandingkan sehingga diketahui peningkatan hasil belajar siswa. Adapun bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis berbentuk isian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui instrumen-instrumen penelitian yaitu instrumen lembar observasi dan instrumen tes bentuk isian. Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat melalui lembar observasi untuk mengamati aktivitas belajar siswa dan guru dalam pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat dimaksudkan untuk mengurangi bias data penelitian yang dikumpulkan melalui instrumen lembar


(30)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

observasi. Sedangkan data hasil belajar siswa adalah hasil tes kemampuan pemahaman konsep pecahan desimal, tes ini berbentuk isian yang diberikan pada setiap siklus.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data-data dari penelitian ini setelah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya penelitian sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Jenis data yang didapat dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif berasal dari tes siklus untuk hasil belajar Matematika siswa. Setelah data kuantitatif di peroleh, selanjutnya dilakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut.

a. Pengolahan data hasil belajar

Tes tertulis dilakukan setiap siklus, untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Tes tertulis tiap siklus dilaksanakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa adalah:

Keterangan : : Skor rata-rata kelas

: Total skor yang di peroleh siswa


(31)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Peningkatan hasil belajar siswa

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa di gunakan rumus menurut Hake (1999) indeks gain dengan lambang <g> dan rumusnya: <g> = Skor siklus II – Skor siklus I

Skor Maksimum Ideal – Skor siklus I

Tabel 3.1

Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Besarnya Gain < g > Klasifikasi

< g > ≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≤ <g> < 0,70 Sedang

< g > < 0,30 Rendah

c. Menghitung Persentase Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. Prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat ditentukan dengan rumus :


(32)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

: Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 65

n : Banyak siswa

100% : Bilangan tetap TB : Ketuntasan belajar 2. Data Kualitatif

Data kualitatif didapatkan dari lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran dikelas, berupa lembar pengamatan. Sehingga pengamat harus mengisi kolom yang sesuai dengan item pertanyaan/ pernyataan pada lembar observasi. Dalam penelitian ini dilibatkan dua orang pengamat, dengan tujuan untuk mengurangi bias data hasil pengamatan. Pengolahan data kualitatif ini dilakukan dengan cara menerjemahkan dan mendiskusikan dengan pengamat jika terdapat jawaban pengamat yang perlu diklarifikasi dari setiap item pertanyaan. Kemudian peneliti mengelompokkan jawaban pengamat yang positif dan negatif dari setiap item pertanyaan/ pernyataan. Jika jawaban observer lebih banyak yang positif dari yang negatif, maka aktivitas guru atau siswa dalam pembelajaran sudah sesuai dengan harapan penelitian. Jika terjadi sebaliknya, maka aktivitas guru atau siswa dalam pembelajaran tidak sesuai dengan harapan penelitian.

Dari hasil analisis data kualitatif secara keseluruhan, dapat disimpulkan apakah semua langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe make a match telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran Matematika tentang pecahan desimal terhadap siswa Kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.


(33)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa


(34)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN

Dari uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya tentang bagaimana meningkatkan pemahaman konsep pecahan desimal pada siswa Kelas IV SD N 1 Karanggan kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, dapat ditarik kesimpulan:

a. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yang pertama dilakukan oleh guru adalah membuat dan menyediakan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran, guru menjelaskan materi dan memberikan beberapa contoh soal yang dikerjakan bersama-sama (tahap 1). Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri kelompok A dan kelompok B (tahap 2). kemudian setiap siswa diberikan kartu pertanyaan atau jawaban yang harus diselesaikan (tahap 3), guru menyampaikan kepada siswa harus mencocokkan kartu yang dipegangnya dengan kelompok lain serta menampaikan batasan maksimal waktu yang diberikan (tahap 4). Guru meminta semua anggota kelompok A mencari pasangan ke kelompok B. Bagi siswa yang telah menemukan pasangannya siswa melaporkan diri kepada guru dan guru mencatat siapa saja yang telah menemukan pasangannya sebelum batas waktu yang telah ditentukan (tahap 5). Setelah waktu yang ditentukan habis guru meminta kepada siswa yang tidak menemukan pasangan untuk berkumpul sendiri (tahap 6). Guru menugaskan pada satu pasangan untuk presentasi, pasangan lain dan siswa yang belum mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu


(35)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cocok atau tidak (tahap 7). Guru memberikan informasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan presentasi (tahap 8) selanjutnya guru memanggil pasangan lain untuk presentasi (tahap 9).

Pada siklus I peraturan tidak disampaikan kepada siswa akibatnya kelas menjadi ramai seperti pasar. Banyak siswa yang berteriak, berlari-lari dan menaiki kursi sehingga pada siklus II disampaikan aturan yang harus dipatuhi oleh semua siswa yaitu tidak boleh berteriak-teriak, tidak boleh berlarian, dan tidak boleh menaiki kursi (berdiri di atas kursi). Selain itu guru juga mewajibkan semua siswa untuk mengerjakan soal yang ada dikartu sebelum mereka mencari pasangannya dan diserahkan kepada guru sebagai bukti bahwa pasangannya benar-benar cocok. Meskipun pelaksanaan pembelajaran disiklus I terjadi ke gaduhan dikelas namun setelah diterapkan peraturan disiklus II pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih kondusif.

Proses pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, dimana siswa antusias dalam mengerjakan soal pertanyaan pada kartu dan mencari pasangannya, siswa tidak takut dan canggung dalam mempresentasikan hasil pekerjaannya dipapan tulis dan siswa terlihat senang belajar di dalam kelas.

b. Hasil Pemahaman Konsep

Peningkatan pemahaman konsep setelah dilakukan penelitian dapat ditunjukkan dengan peningkatan N-Gain yaitu sebesar 0,71 yang termasuk katagori tinggi.

B. REKOMENDASI

1. Bagi Guru

Direkomendasikan kepada guru menggunakan model pembelajaran koopertif tipe make a match merupakan alternative model pembelajaran karena model


(36)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini memiliki kelebihan yaitu dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa,dapat mempererat hubungan baik guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, tetapi guru juga harus mampu menguasai langkah-langkah model pembelajaraan kooperatif tipe make a match, mampu memotivasi siswa dan memanfaatkan media.

2. Bagi Siswa

Dalam pembelajaran siswa sebaiknya lebih aktif dan mandiri, tidak perlu takut dan malu untuk mengemukakan pendapat.

3. Bagi Sekolah

a. Sekolah diharapkan dapat memberikan pelatihan kepada guru untuk dapat mengeksplor madia-media pembelajaran lainnya, sehingga pembelajaran dapat menjadi lebih menarik.

b. Sekolah di harapkan dapat menunjang alat peraga atau media pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

4. Bagi Peneliti

Dengan penelitian peneliti dapat mengetahui dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman belajar siswa, serta penggunaan media pembelajaran dapat menjadikan pembelajaran lebih menarik sehingga model pembelajaran koopertif tipe make a match juga dapat digunakan untuk mata pelajaran lain selain matematika. Penelitian ini juga untuk dijadikan sebagai bahan penelitian ulang


(37)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa


(38)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N. dan Rostika, R. D. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung. UPI PRESS.

Arikunto, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara. Hartono, R. (2013). Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid.

Jogjakarta. DIVA Press.

Herman, T. H. dkk (2007). Pendidikan Matematika I. Bandung. UPI PRESS. Hernawan. A. H. dkk (2007). Belajar dan pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung.

UPI PRESS.

Indriyastuti. (2012). Dunia Matematika untuk kelas IV. Solo : Platinum. Karso, dkk. (cetakan pertama 2007). Pendidikan matematika I. Jakarta.

Universitas Terbuka.

Syarifudin, T. & Kurniasih. (2008). Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung. Percikan Ilmu.

Arini,Y. ( 2009). Model pembelajaran ( kooperatif learning) dan aplikasinya

sebagai upaya peningkatan kualitas proses belajar.

http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html [3 April 2014].

Biyobe, W. (2013). Hasil Belajar Menurut Para Ahli.http://wahid-biyobe. blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-arti-penting-spesifik.html [12 Februari 2014]

Deswira, N. (2013). Pembelajaran Kooperatif Tipe make A Match.novideswi. blogspot.com/2013/pembelajaran-kooperatif-tife-make-and_30html [20 Juni 2013]

Dunia Pendidikan.(2013). Beberapa Pengertian Hasil Belajar Menurut Beberapa

Ahli.

http://misterchand89.blogspot.com/2013/03/beberapa-pengertian-hasil-belajar.html [12 Februari 2014]

Eko. R (2011). Metode Make a Metch.http://www.ras-eko.com/2011/05/metode-make-match.html [11 Februari 2014]

Husri, J. (2011). Pendekatan pembelajaran kooperatif ( kooperatif learning). http://jumridahusni.blogspot.com/2011/06/pendekatan-pembelajaran-kooperatif.html [3 April 2014]


(39)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Juryanti. (2013). Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran

Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperaif Tipe Make a Match (mencari pasangan).

http://www.slideshare.net/ayutriast/model-pembelajaran-make-a-match [11 Januari 2014]

Kesumawati, N. (Tanpa Tahun). Pemahaman Konsep Matematik dalam

Pembelajaran Matematika.

http://eprints.uny.ac.id/6928/1/P-18%20Pendidikan(Nila%20K).pdf [26 Mei2014]

Siswoyo, D. (2013). Apa itu Matematika? Pengertian Matematika Menurut Para

Ahli.

http://dedi26.blogspot.com/2013/02apa-itu-matematika-pengertian.html [6 Januari 2014]

Raras. (2013) Pecahan, Perbandingan Serta Persen. http://rumus-matematika. com/pecahan-perbandingan-serta-persen/ [12 Februari2014]

Raja jempol. (2013). Sistem Pembelajaran Kooperatif.

http://raja-jempol.blogspot.com/2013/07/sistem-pembelajaran-kooperatif.html [11 Februari 2014]

Ramdani, T. (2008). Pembelajaran Kooperatif “Make AMatch”.

http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/ [2 Januari 2014]

Seputar pendidikan. (2013). http://seputarpendidikan003.blogspot.com /2013/06/pengertian-metode-pembelajaran.html [11 Februari 2014] Susanto. J, ( 2012).

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe/article/download/785/811 [30 Agustus 2014]

Taufiq, M. D. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match. http://www.mdtaufiq.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-kooperatiftipe-make.html [10 Januari 2014]

Pengertian Hasil Belajar.

http://literaturkti.blogspot.com/2012/09/pengertian-hasil-belajar.html [12 Februari 2014]

Zuwaily, (2013). Ciri-ciri Pembelajaran dalam Pendidikan.

http://zuwaily.blogspot.com/2013/09/ciri-ciri-pembelajaran-dalam-pendidikan.html#.Uvd5cPl_ubM [9 Februari 2014].

(2013). Pengertian Matematika. http://mathc-edu.blogspot.com/2013/01/ pengertian-matematika.html [9 Februari 2014]

http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/991/T1_29200828 5_BAB%20II.pdf?sequence=3(2011,10 september) [5 Juni 2014]


(40)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http://wwwsahmanm2com.blogspot.com/2011/09/proposal-skripsi-penerapan-pendekatan.html [9 Januari 2014]

http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=1852 [5 Juni 2014]

http://mathc-edu.blogspot.com/2013/01/pengertian-matematika.html [30 Agustus 2014]


(1)

78

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cocok atau tidak (tahap 7). Guru memberikan informasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan presentasi (tahap 8) selanjutnya guru memanggil pasangan lain untuk presentasi (tahap 9).

Pada siklus I peraturan tidak disampaikan kepada siswa akibatnya kelas menjadi ramai seperti pasar. Banyak siswa yang berteriak, berlari-lari dan menaiki kursi sehingga pada siklus II disampaikan aturan yang harus dipatuhi oleh semua siswa yaitu tidak boleh berteriak-teriak, tidak boleh berlarian, dan tidak boleh menaiki kursi (berdiri di atas kursi). Selain itu guru juga mewajibkan semua siswa untuk mengerjakan soal yang ada dikartu sebelum mereka mencari pasangannya dan diserahkan kepada guru sebagai bukti bahwa pasangannya benar-benar cocok. Meskipun pelaksanaan pembelajaran disiklus I terjadi ke gaduhan dikelas namun setelah diterapkan peraturan disiklus II pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih kondusif.

Proses pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, dimana siswa antusias dalam mengerjakan soal pertanyaan pada kartu dan mencari pasangannya, siswa tidak takut dan canggung dalam mempresentasikan hasil pekerjaannya dipapan tulis dan siswa terlihat senang belajar di dalam kelas.

b. Hasil Pemahaman Konsep

Peningkatan pemahaman konsep setelah dilakukan penelitian dapat ditunjukkan dengan peningkatan N-Gain yaitu sebesar 0,71 yang termasuk katagori tinggi.

B. REKOMENDASI

1. Bagi Guru

Direkomendasikan kepada guru menggunakan model pembelajaran koopertif tipe make a match merupakan alternative model pembelajaran karena model


(2)

79

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini memiliki kelebihan yaitu dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa,dapat mempererat hubungan baik guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, tetapi guru juga harus mampu menguasai langkah-langkah model pembelajaraan kooperatif tipe make a match, mampu memotivasi siswa dan memanfaatkan media.

2. Bagi Siswa

Dalam pembelajaran siswa sebaiknya lebih aktif dan mandiri, tidak perlu takut dan malu untuk mengemukakan pendapat.

3. Bagi Sekolah

a. Sekolah diharapkan dapat memberikan pelatihan kepada guru untuk dapat mengeksplor madia-media pembelajaran lainnya, sehingga pembelajaran dapat menjadi lebih menarik.

b. Sekolah di harapkan dapat menunjang alat peraga atau media pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

4. Bagi Peneliti

Dengan penelitian peneliti dapat mengetahui dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman belajar siswa, serta penggunaan media pembelajaran dapat menjadikan pembelajaran lebih menarik sehingga model pembelajaran koopertif tipe make a match juga dapat digunakan untuk mata pelajaran lain selain matematika. Penelitian ini juga untuk dijadikan sebagai bahan penelitian ulang


(3)

80

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa


(4)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N. dan Rostika, R. D. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung. UPI PRESS.

Arikunto, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara. Hartono, R. (2013). Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid.

Jogjakarta. DIVA Press.

Herman, T. H. dkk (2007). Pendidikan Matematika I. Bandung. UPI PRESS. Hernawan. A. H. dkk (2007). Belajar dan pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung.

UPI PRESS.

Indriyastuti. (2012). Dunia Matematika untuk kelas IV. Solo : Platinum. Karso, dkk. (cetakan pertama 2007). Pendidikan matematika I. Jakarta.

Universitas Terbuka.

Syarifudin, T. & Kurniasih. (2008). Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung. Percikan Ilmu.

Arini,Y. ( 2009). Model pembelajaran ( kooperatif learning) dan aplikasinya

sebagai upaya peningkatan kualitas proses belajar.

http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html [3 April 2014].

Biyobe, W. (2013). Hasil Belajar Menurut Para Ahli.http://wahid-biyobe. blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-arti-penting-spesifik.html [12 Februari 2014]

Deswira, N. (2013). Pembelajaran Kooperatif Tipe make A Match.novideswi. blogspot.com/2013/pembelajaran-kooperatif-tife-make-and_30html [20 Juni 2013]

Dunia Pendidikan.(2013). Beberapa Pengertian Hasil Belajar Menurut Beberapa

Ahli.

http://misterchand89.blogspot.com/2013/03/beberapa-pengertian-hasil-belajar.html [12 Februari 2014]

Eko. R (2011). Metode Make a Metch.http://www.ras-eko.com/2011/05/metode-make-match.html [11 Februari 2014]

Husri, J. (2011). Pendekatan pembelajaran kooperatif ( kooperatif learning). http://jumridahusni.blogspot.com/2011/06/pendekatan-pembelajaran-kooperatif.html [3 April 2014]


(5)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Juryanti. (2013). Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran

Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperaif Tipe Make a Match (mencari pasangan).

http://www.slideshare.net/ayutriast/model-pembelajaran-make-a-match [11 Januari 2014]

Kesumawati, N. (Tanpa Tahun). Pemahaman Konsep Matematik dalam

Pembelajaran Matematika.

http://eprints.uny.ac.id/6928/1/P-18%20Pendidikan(Nila%20K).pdf [26 Mei2014]

Siswoyo, D. (2013). Apa itu Matematika? Pengertian Matematika Menurut Para

Ahli.

http://dedi26.blogspot.com/2013/02apa-itu-matematika-pengertian.html [6 Januari 2014]

Raras. (2013) Pecahan, Perbandingan Serta Persen. http://rumus-matematika. com/pecahan-perbandingan-serta-persen/ [12 Februari2014]

Raja jempol. (2013). Sistem Pembelajaran Kooperatif.

http://raja-jempol.blogspot.com/2013/07/sistem-pembelajaran-kooperatif.html [11 Februari 2014]

Ramdani, T. (2008). Pembelajaran Kooperatif “Make AMatch”.

http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/ [2 Januari 2014]

Seputar pendidikan. (2013). http://seputarpendidikan003.blogspot.com /2013/06/pengertian-metode-pembelajaran.html [11 Februari 2014] Susanto. J, ( 2012).

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe/article/download/785/811 [30 Agustus 2014]

Taufiq, M. D. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match. http://www.mdtaufiq.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-kooperatiftipe-make.html [10 Januari 2014]

Pengertian Hasil Belajar.

http://literaturkti.blogspot.com/2012/09/pengertian-hasil-belajar.html [12 Februari 2014]

Zuwaily, (2013). Ciri-ciri Pembelajaran dalam Pendidikan.

http://zuwaily.blogspot.com/2013/09/ciri-ciri-pembelajaran-dalam-pendidikan.html#.Uvd5cPl_ubM [9 Februari 2014].

(2013). Pengertian Matematika. http://mathc-edu.blogspot.com/2013/01/ pengertian-matematika.html [9 Februari 2014]

http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/991/T1_29200828 5_BAB%20II.pdf?sequence=3(2011,10 september) [5 Juni 2014]


(6)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http://wwwsahmanm2com.blogspot.com/2011/09/proposal-skripsi-penerapan-pendekatan.html [9 Januari 2014]

http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=1852 [5 Juni 2014]

http://mathc-edu.blogspot.com/2013/01/pengertian-matematika.html [30 Agustus 2014]


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 37

FEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 49

ENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 46

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

9 44 48

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII.2 Semester Ganjil SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 10 52

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 161

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 GAYAU SAKTI TAHUN PELAJARAN 20142015 Soleha SD Negeri 2 Gayau Sakti Email: yiswahyudi98yahoo.com Abstract - PENERAPAN MODEL PE

0 0 7

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD 1 NGEMBAL KULON KUDUS

0 0 23

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD 5 KANDANGMAS

0 1 19