PENGARUH METODE TIPOT (TITIK POTONG) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV PADA MATERI PERKALIAN (Penelitian Eksperimen di Kelas IV SDN 2 Paniis dan SDN 1 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan).

(1)

PENGARUH METODE TIPOT (TITIK POTONG) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV

PADA MATERI PERKALIAN

(Penelitian Eksperimen di Kelas IV SDN 2 Paniis dan SDN 1 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

8n

Oleh

WAHYU AMRULLAH 0903244

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

i

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional ... 6

BAB II STUDI LITERATUR ... 8

A. Hakikat Matematika ... 8

B. Pembelajaran Matematika di SD ... 9

C. Pemahaman Matematik ... 10

D. Teori-teori Belajar Matematika ... 12

1. Teori Brownell ... 12

2. Teori Thorndike ... 13

3. Teori Ausubel ... 14

4. Teori Skinner ... 15

E. Operasi Perkalian ... 15

F. Metode Vertikal ... 16

G. Metode Tipot (Titik Potong) ... 17

1. Pengertian Metode Tipot ... 17

2. Aturan Metode Tipot ... 18

3. Penggunaan Metode Tipot ... 20

H. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

I. Hipotesis ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Metode dan Desain Penelitian ... 30

B. Subjek Penelitian ... 31

1. Populasi ... 31

2. Sampel ... 33

C. Prosedur Penelitian ... 33

D. Instrumen Penelitian ... 35

1. Instrumen Tes ... 35

a. Validitas Instrumen ... 35

b. Reliabilitas Instrumen ... 37


(3)

ii

d. Daya Pembeda ... 39

2. Instrumen Non Tes ... 41

a. Angket ... 41

b. Observasi ... 41

c. Catatan Lapangan ... 42

E. Teknik Pengolahan Data ... 42

1. Data kuantitatif ... 42

a. Uji Normalitas ... 42

b. Uji Homogenitas ... 43

c. Uji Hipotesis ... 43

2. Data Kualitatif ... 43

a. Angket ... 43

b. Observasi ... 44

c. Catatan Lapangan ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

1. Data Kualitatif ... 45

a. Hasil Pretes ... 45

1) Uji Normalitas data ... 48

2) Uji Perbedaan Rata-rata ... 50

b. Hasil Postes ... 51

1) Uji Normalitas data ... 53

2) Uji Hipotesis ... 55

2. Data Kualitatif ... 57

a. Analisis Data Angket ... 57

b. Analisis Hasil Observasi ... 61

1) Hasil Observasi Kinerja Guru ... 61

2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 62

c. Analisis Hasil Catatan lapangan ... 62

B. Pembahasan dan Temuan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 77


(4)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Daftar Nama SD Se-Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan ... 32

3.2 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 36

3.3 Validitas Butir Soal ... 36

3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 37

3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 38

3.6 Indeks kesukaran Butir Soal ... 39

3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 40

3.8 Daya Pembeda Butir Soal ... 40

3.9 Kategori Respon Siswa ... 44

4.1 Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 46

4.2 Data Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 47

4.3 Uji Normalitas Data Pretes ... 48

4.4 Uji Mann Whitney ... 50

4.5 Data Hasil Poses Kelas Eksperimen ... 51

4.6 Data Hasil Postes Kelas Kontrol ... 52

4.7 Uji Normalitas Data Postes ... 54

4.8 Persentase Angket Siswa Kelas Eksperimen ... 58

4.9 Hasil Catatan Lapangan Kelas Eksperimen ... 63


(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Nilai Tempat Bilangan ... 18 2.2 Tabel Hasil Akhir ... 19 3.1 Prosedur Penelitian ... 34


(6)

v

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 48

4.2 Normalitas Nilai Pretes Kelas Kontrol ... 49

4.3 Abnormalitas Nilai Pretes Kelas Eksperimen ... 49

4.4 Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 53

4.5 Abnormalitas Nilai Postes Kelas Kontrol ... 54


(7)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)) ... 77

1.1 RPP Kelas Eksperimen ... 77

1.2 RPP Kelas Kontrol ... 96

LAMPIRAN B (Instrumen Tes) ... 112

2.1 Kisi-kisi Soal Ujicoba, Pretes-Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol .. 112

2.2 Soal Ujicoba, Pretes-Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 113

2.3 Soal Evaluasi Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 117

LAMPIRAN C (Instrumen Non Tes) ... 114

3.1 Angket Respon Siswa ... 121

3.2 Kisi-kisi Perencanaan Kinerja Guru Kelas Kontrol dan Eksperimen .... 122

3.3 Lembar Observasi Perencanaan Kinerja Guru Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 123

3.4 Kisi-kisi Observasi Kinerja Guru di Kelas Eksperimen ... 124

3.5 Lembar Observasi Kinerja Guru di Kelas Eksperimen ... 126

3.6 Kisi-kisi Observasi Kinerja Guru di Kelas Kontrol ... 127

3.7 Lembar Observasi Kinerja Guru di Kelas Kontrol ... 129

3.8 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Kontrol ... 130

3.9 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Eksperimen ... 131

LAMPIRAN D (Hasil Ujicoba Instrumen) ... 132

4.1 Validitas Soal Ujicoba ... 132

4.2 Reliabilitas Soal Ujicoba ... 136

4.3 Tingkat Kesukaran Soal Ujicoba ... 138

4.4 Daya Pembeda Soal Ujicoba ... 140

LAMPIRAN E (Analisis dan Pengolahan Data) ... 140

5.1 Hasil Pretes Kelas eksperimen dan Kontrol ... 143

5.2 Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 145

5.3 Uji U Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 147

5.4 Hasil Postes Kelas eksperimen dan Kontrol ... 148

5.5 Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 150

5.6 Uji Rumusan Masalah 1 ... 152

5.7 Uji Rumusan Masalah 2 ... 153

5.8 Uji Rumusan Masalah 3 ... 154

5.9 Data Observasi Kinerja Guru dalam Merencanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 155

5.10 Data Observasi Kinerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol Hari ke-1 dan Ke-2 ... 156

5.11 Data Observasi Kinerja Guru dalam Merencanakan Pembelajaran di Kelas Eksperimen ... 158

5.12 Data Observasi Kinerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Eksperimen Hari ke-1 dan Ke-2 ... 159 5.13 Lembar Observasi aktivitas Siswa Kelas Eksperimen


(8)

vii

Hari Ke-1 dan ke-2 ... 161

5.14 Lembar Observasi aktivitas Siswa Kelas Kontrol Hari Ke-1 dan ke-2 ... 166

5.15 Persentase Angket Respon Siswa ... 167

5.16 Hasil Catatan lapangan ... 171

LAMPIRAN F (Surat-surat) ... 175


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 (Sagala, 2003 : 62), “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar di suatu lingkungan belajar”.

Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi yang melibatkan komponen siswa, guru, dan sumber belajar dalam kegiatan belajar-mengajar. Ketiga komponen tersebut harus memiliki hubungan timbal balik agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Pembelajaran di sekolah dasar (SD) selayaknya tidak hanya mengembangkan tiga kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor saja. Seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan persaingan zaman yang semakin pesat, beberapa kemampuan tingkat tinggi dalam matematik juga harus dimiliki oleh siswa demi menghadapi tuntutan zaman.

Menurut Maulana (2008b), bahwa beberapa kemampuan matematik tingkat tinggi antara lain kemampuan pemahaman matematik, pemecahan masalah matematik, penalaran matematik, koneksi matematik, dan komunikasi matematik.

Namun kenyataan di lapangan berdasarkan kajian teori yang ada, masih terlihat pembelajaran yang hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja. Siswa hanya dituntut untuk bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan guru, tanpa memahami konsep, berinteraksi dengan teman, ataupun mengemukakan pendapatnya. Tidak terkecuali dengan pembelajaran matematika yang hanya mentransfer materi yang sudah ada di buku paket untuk diberikan kepada siswa dan dilanjutkan dengan latihan soal. Siswa hanya berperan sebagai penonton yang bertugas mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru, tanpa ikut serta aktif dalam proses belajar. Selain tidak mengacu kepada tujuan dalam kurikulum, pembelajaran seperti ini hanya akan membuat siswa jenuh dan tidak bermakna.

Dalam pembelajaran matematika di SD, terdapat empat kemampuan dasar yang harus dikuasai agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam memecahkan


(10)

2

masalah yang berkaitan dengan matematika. Keempat kemampuan tersebut adalah kemampuan mengoperasikan penjumlahan, pengurangan, perkalian yang merupakan operasi penjumlahan berulang, dan pembagian. Akan tetapi, tidak semua siswa menguasai keempat kemampuan di atas. Salah satu kemampuan yang masih menjadi masalah bagi siswa SD adalah kemampuan mengoperasikan perkalian, terutama perkalian dua angka dan tiga angka.

Munculnya masalah dalam operasi perkalian dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, menurut Slameto (2003) ada dua faktor yang mempengaruhi pembelajaran, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar yang meliputi: faktor jasmani, seperti kesehatan dan cacat tubuh; faktor psikologi, seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan; dan faktor kelelahan. Faktor eksternal biasanya muncul dari lingkungan atau dari luar individu yang sedang belajar. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, seperti cara orangtua mendidik, suasana rumah, dan relasi antaranggota keluarga; faktor sekolah, seperti cara guru mengajar, media, interaksi antarsiswa atau dengan guru, dan materi; dan faktor masyarakat.

Pembelajaran yang inovatif dengan menggunakan metode, model, maupun media yang tepat akan lebih menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, menambah pengalaman baru bagi siswa, benar-benar memahami konsep yang dipelajari sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Auliya (2012) berpendapat bahwa perkalian dengan metode garismatika sangat efektif untuk membantu dalam operasi perkalian karena ada unsur menggambar garis dan titik dengan warna-warni yang menarik. Selain untuk memudahkan dalam memahami konsep perkalian seperti menempatkan hasil operasi berdasarkan nilai tempatnya sehingga dapat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan perkalian, metode Tipot juga dapat menarik minat siswa dengan penggunaan warna dalam setiap garisnya, dan membiasakan siswa bekerjasama ketika diberikan masalah yang harus diselesaikan dengan cara berkelompok. Hal


(11)

3

ini sejalan dengan tujuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Depdiknas, 2006: 30) bahwa mata pelajaran matematika ditujukan agar siswa mampu:

1. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah;

2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;

3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;

4. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengetahui apakah metode Tipot dapat menciptakan suasana belajar yang menarik, lebih bermakna, dan siswa benar-benar memahami konsep perkalian sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Tipot (Titik Potong) dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV Pada Materi Perkalian (Penelitian Eksperimen di Kelas IV SDN 2 Paniis dan SDN 1 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dirumuskan beberapa masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah pembelajaran dengan metode Tipot dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian secara signifikan ? 2. Apakah pembelajaran dengan metode Vertikal dapat meningkatkan

pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian secara signifikan ? 3. Apakah terdapat perbedaan pemahaman yang signifikan antara siswa yang


(12)

4

siswa yang mengikuti pembelajaran perkalian dengan menggunakan metode Vertikal ?

4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran perkalian menggunakan metode Tipot ?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya pada siswa kelas IV sekolah dasar Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 pada pokok bahasan Memahami dan Menggunakan Sifat-sifat Operasi Hitung Bilangan dalam Pemecahan Masalah dengan subpokok bahasan Melakukan Operasi Perkalian yang Hasilnya Empat Angka (ribuan). Pemilihan materi tersebut sesuai dengan referensi Wikipedia (2012) yang menyatakan bahwa:

1. Operasi perkalian merupakan salah satu dari empat kemampuan dasar aritmetika dasar yang harus dikuasai siswa dan akan digunakan pada jenjang yang lebih tinggi.

2. Operasi perkalian merupakan salah satu materi yang erat kaitannya dan banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Membantu siswa untuk lebih teliti dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan ingin melihat adanya pengaruh penggunaan metode Tipot terhadap pemahaman siswa pada materi perkalian. Tujuan tersebut dijabarkan lebih lanjut menjadi tujuan khusus sebagai berikut.

1. Ingin mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian menggunakan metode Tipot secara signifikan.

2. Ingin mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian menggunakan metode Vertikal secara signifikan.

3. Ingin mengetahui perbedaan pemahaman yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran perkalian dengan menggunakan metode


(13)

5

Tipot dan siswa yang mengikuti pembelajaran perkalian dengan menggunakan metode Vertikal.

4. Ingin mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran perkalian menggunakan metode Tipot.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam penelitian ini. Berikut disajikan manfaat-manfaat bagi masing-masing pihak.

1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Tipot dalam upaya peningkatan pemahaman siswa pada materi perkalian.

2. Bagi Siswa

Siswa dapat merasakan perbedaan suasana pembelajaran pada materi perkalian. Motivasi belajar dan kreativitasnya dalam belajarnya pun akan bertambah. Di samping itu, siswa juga dilatih untuk lebih teliti dalam pemecahan masalah.

3. Bagi Guru Matematika SD

Guru matematika dapat menggunakan metode Tipot sebagai alternatif pembelajaran dengan inovasi baru di tingkat SD. Di samping itu, guru pun melibataktifkan siswa dalam pembelajaran sebagai upaya untuk menghilangkan kejenuhan dalam belajar.

4. Bagi Pihak Sekolah

Sekolah yang dijadikan tempat penelitian bisa lebih meningkat mutu pembelajarannya dibandingkan dengan sekolah yang lainnya.

5. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti yang lain terkait dengan pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran.


(14)

6

F. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul penelitian yang dibuat. Penjelasan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian adalah sebagai berikut.

1. Metode Tipot adalah salah satu metode yang digunakan dalam menyelesaikan operasi perkalian dengan menggunakan bantuan garis dan titik perpotongan antargaris (Auliya, 2012).

2. Operasi perkalian adalah penjumlahan berulang (Rosida, 2004: 75).

3. Menurut Sukandi (Kholik, 2011) pembelajaran konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu melakukan sesuatu. Dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan.

Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang sesuai dengan sampel (SD) yang telah ditentukan, yaitu SDN 1 Paniis. Pembelajaran yang digunakan untuk menyelesaikan operasi perkalian di SDN 1 Paniis adalah dengan cara metode Vertikal (bersusun ke bawah).

4. Pemahaman yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu keadaan di mana siswa mengerti terhadap konsep perkalian, baik dalam cara mengoperasikan perkalian, menyimpan hasil operasi berdasarkan nilai tempat, dan menyelesaikan soal yang berkaitan dengan perkalian dengan tepat. Adapun indikator pemahaman yang akan diukur adalah sebagai berikut.

a. Pemahaman mekanikal menurut Polya (Maulana, 2008b), yang meliputi mengingat rumus atau konsep dan menghitung. Dalam penelitian ini, siswa dikatakan paham jika dapat melakukan operasi perkalian antara dua angka dengan dua angka, dua angka dengan tiga angka, dan tiga angka dengan satu angka.

b. Pemahaman induktif Menurut Polya (Maulana, 2008b), dapat diartikan sebagai penggunaan/ penerapan rumus dalam masalah yang berkaitan


(15)

7

dengan rumus tersebut. Contohnya: Operasi perkalian dalam soal cerita.

c. Pemahaman fungsional Pollatsek (Maulana, 2008b) yang berarti mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya. Contohnya: Konsep penjumlahan dan nilai tempat yang digunakan dalam operasi perkalian.


(16)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Maulana (2009a), metode ini memiliki tujuan untuk melihat hubungan sebab akibat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebasnya adalah metode Tipot dan variabel terikatnya adalah pemahaman siswa SD pada materi perkalian.

Maulana (2009a: 23) menegaskan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penelitian eksperimen adalah sebagai berikut ini.

1) Membandingkan dua kelompok atau lebih.

2) Adanya kesetaraan (ekuivalensi) subjek-subjek dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Kesetaraan ini biasanya dilakukan secara acak (random).

3) Minimal ada dua kelompok/kondisi yang berbeda pada saat yang sama, atau satu kelompok tetapi untuk dua saat yang berbeda.

4) Variabel terikatnya diukur secara kuantitatif maupun dikuantitatifkan. 5) Menggunakan statistika inferensial.

6) Adanya kontrol terhadap variabel-variabel luar (extraneous variables). 7) Setidaknya terdapat satu variabel bebas yang dimanipulasikan.

Penelitian ini menggunakan sepasang perlakuan yaitu satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Sebelumnya, pemilihan kelompok dilakukan secara acak. Kedua kelompok ini berasal dari SD yang berada dalam satu Kecamatan Pasawahan yang sudah dirutkan berdasarkan hasil nilai UN mata pelajaran matematika SD/MI se-Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan agar dapat terlihat tingkatan kedua kelompok sama. Setelah dipastikan kelas eksperimen dan kelas kontrolnya, pada kedua kelas tersebut diberikan pretes untuk mengukur kesetaraan kemampuan awal subjek penelitian. selanjutnya, kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan untuk menghitung perkalian menggunakan Metode Tipot dan kelompok kontrol mendapatkan perlakuan untuk menghitung perkalian menggunakan Metode vertikal. Pada akhir tindakan, diberikan postes untuk melihat perbedaan hasil peningkatan pemahaman kedua kelas tersebut setelah diberikan perlakuan yang berbeda.


(17)

31

Berdasarkan uraian di atas, maka desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain kelompok kontrol pretes-postes (pretest-posttest control group design). Adapun desainnya digambarkan sebagai berikut

(Maulana, 2009a: 24).

Keterangan:

A = pemilihan secara acak 0 = pretes dan postes

�1 = pembelajaran perkalian menggunakan Tipot

�2 = pembelajaran perkalian menggunakan Vertikal

Pada bentuk desain penelitian di atas terlihat adanya pemilihan secara acak (A) baik untuk kelas eksperimen maupun untuk kelas kontrol. Kemudian adanya pretes (0) untuk kedua kelas tersebut. Selanjutnya kelas eksperimen diberikan perlakuan (�1) yakni pembelajaran perkalian menggunakan Metode Tipot, sedangkan pada kelas kontrol (�2) diberikan perlakuan pembelajaran

konvensional (Metode Vertikal). Terakhir, pada kedua kelas diberikan postes (0) untuk mengukur peningkatan kemampuan pemahaman masing-masing kelas atau melihat adanya perbedaan kemampuan pemahaman masing-masing kelas terhadap materi perkalian.

B. Subjek Penelitian 1. Populasi

Menurut Maulana (2009a: 26) populasi adalah:

Keseluruhan subjek atau objek penelitian, wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu tertentu, dan semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah dirumuskan secara jelas.

Data SD berikut diurutkan berdasarkan nilai tertinggi rata-rata nilai UN mata pelajaran matematika tahun 2011/2012. Hal ini digunakan untuk mengetahui


(18)

32

kesetaraan dari masing-masing SD. Berdasarkan pengertian di atas dan teori Gay (Maulana, 2009a) yang menyatakan bahwa jumlah siswa yang akan dijadikan sampel untuk penelitian eksperimen minimal adalah 30 siswa, maka populasi yang akan diambil se-Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan hanya 4 SD. Adapun keempat SD tersebut adalah sebagai berikut.

a). SDN 1 Paniis b). SDN 2 Paniis c). SDN Cidahu

Tabel 3.1

Daftar Nama SD Se-Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan

No Nama SD

Rata-rata Nilai Akhir Ujian Mata Pelajaran Matematika

Tahun 2011/2012

Jumlah Siswa Kelas IV Tahun Ajaran 2012/2013

1. SDN 2 Kaduela 7,84 17

2. SDN 3 Pasawahan 7,48 23

3. SDN 1 Paniis 7,41 30

4. SDN 2 Pasawahan 7,30 10

5. SDN 1 Ciwiru 7,25 24

6. SDN Cibuntu 7,21 8

7. SDN Cimara 7,18 29

8. SDN 1 Padabeunghar 7,15 22

9. SDN 1 Kaduela 7,11 16

10. SDN 2 Padabeunghar 7,09 19

11. SDN 2 Paniis 7,05 42

12. SDN 1 Pasawahan 6,96 16

13. SDN Singkup 6,89 17

14. SDN 2 Ciwiru 6,70 16

15. SDN Cidahu 6,69 30


(19)

33

2. Sampel

Menurut Maulana (2009a: 26), “Sampel adalah sebagian atau wakil dari

populasi yang diteliti”. Pengambilan sampel merupakan langkah yang sangat penting, karena hasil penelitiannya mewakili populasi. Kelompok kontrol dan eksperimen dalam penelitian ini diambil secara acak/random. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sampel adalah tingkatan antara kedua kelompok setara atau tidak. Salah satu cara untuk melihat kesetaraan antara kedua kelompok adalah dengan cara melihat rata-rata nilai akhir ujian nasional tahun ajaran 2011/2012.

Berdasarkan hasil random, perhitungan rata-rata nilai akhir ujian nasional tahun ajaran 2011/2012, dan merujuk kepada teori Gay (Maulana, 2009a) bahwa untuk penelitian eksperimen mininum 30 subjek per kelompok, maka sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Paniis sebagai kelas eksperimen dan SDN 1 Paniis sebagai kelas kontrol.

C. Prosedur Penelitian

Secara umum penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap perencanaan (sebelum tindakan), tahap pelaksanaan (tindakan), dan tahap analisis data (sesudah tindakan).

Langkah-langkah yang harus dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut.

a. Merancang instrumen yang akan digunakan.

b. Mengkonsultasikan instrumen yang sudah dibuat kepada pihak ahli untuk megetahui apakah instrumen tersebut layak digunakan atau tidak.

c. Melakukan ujicoba instrumen untuk mengetahui validitas kriteria, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen.

d. Pengolahan terhadap instrumen, jika perlu direvisi dan diuji coba ulang. Setelah validasi fix dan siap untuk digunakan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan dalam tahap tindakan adalah sebagai berikut.

a. Memilih sampel untuk kelompok kontrol dan eksperimen. b. Melakukan pretes terhadap kedua kelompok.


(20)

34

c. Langkah selanjutnya adalah memberikan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelompok. Kelompok kontrol diberikan pembelajaran dengan metode Vertikal dan kelompok eksperimen dengan metode Tipot.

d. Setelah kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, kedua kelompok diberikan postes untuk mengetahui peningkatan pemahamannya.

e. Kemudian uji hopotesis apakah diterima atau ditolak.

Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah analisis data yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji beda rata-rata, tafsiran, dan kesimpulan.

Adapun bagan alur prosedur penelitian ini disajikan sebagai berikut.

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

Instrumentasi

Uji coba

Validasi fix

Pilih sampel

Eksperimen Kontrol

Pretes Pretes

Metode Tipot Metode Vertikal

Postes Postes

Analisis Data


(21)

35

D. Instrumen Penelitian

Instrumen digunakan dalam penelitian untuk memantau proses penelitian apakah perubahannya ke arah lebih baik atau ke arah yang lebih buruk dan mengecek apakah tindakan sudah sesuai dengan prosedur atau belum. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan instrumen non tes. 1. Instrumen Tes

Prosedur tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pretes dan postes dengan bentuk soal essay. Soal yang akan digunakan terlebih dahulu diuji coba ke kelas V SD, kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah termasuk kriteria soal yang baik atau belum. Adapun format soal dapat dilihat di lampiran. a. Validitas Instrumen

Untuk menentukan tingkat (kriteria) validitas instrumen ini, maka digunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini dihitung dengan menggunakan rumus product moment dari Pearson dengan formula sebagai berikut.

= − ( )

²− 2 [ ²( )²] Keterangan:

= Koefisien korelasi antara x dan y N = Banyaknya peserta tes

X = Nilai hasil uji coba

Y = Nilai rata-rata ulangan harian siswa

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi (koefisien validitas) menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 147).


(22)

36

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Validitas

Koefisien korelasi Interpretasi

0,80 < ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Validitas tinggi 0,40 < ≤ 0,60 Validitas sedang 0,20 < ≤ 0,40 Validitas rendah

≤ 0,20 Tidak valid

Berdasarkan rumus di atas, hasil yang diperoleh dari uji coba yang telah dilakukan menunjukkan bahwa validitas umum/total sebesar 0,73. Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa soal yang telah diujikan memiliki validitas tinggi. Sementara validitas tiap butir soalnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Perhitungan validitas uji coba dapat dilihat di lampiran 4.1 halaman 132 dan 134.

Tabel 3.3 Validitas Butir Soal

No. Koefisien Korelasi Interpretasi

1. 0,25 Rendah

2. 0,86 Sangat tinggi

3. 0,50 Sedang

4. 0,25 Rendah

5. 0,54 Sedang

6. 0,45 Sedang

7. 0,66 Tinggi

8. 0,22 Rendah

9. 0,68 Tinggi

10. 0,70 Tinggi

11. 0,86 Sangat tinggi

12. 0,82 Sangat tinggi


(23)

37

b. Reliabilitas Instrumen

Menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 167), “Reliabilitas instrumen berkaitan dengan keajegan atau ketetapan alat evaluasi dalam

mengukur sesuatu dari siswa”. Untuk mengukur reliabilitas instrumen tersebut

dapat digunakan nilai koefisien relabilitas yang dihitung dengan menggunakan formula Alpha berikut.

11 =

� −1 1−

� ²

²

Keterangan:

n = Banyaknya butir soal

� = Variansi skor setiap butir soal

= Variansi skor total

Koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan formula di atas selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177).

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien korelasi Interpretasi

0,80 < 11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < 11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < 11 ≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < 11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah

11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan rumus di atas, ujicoba soal yang telah dilaksanakan diperoleh koefisien korelasi reliabilitas sebesar 0,74 (perhitungan menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007). Jadi, dapat disimpulkan bahwa soal yang telah


(24)

38

diujikan memiliki reliabilitas tinggi. Perhitungan reliabilitas hasil uji coba instrumen dapat dilihat di lampiran 4.2 halaman 136.

c. Tingkat Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat atau indeks kesukaran setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut:

��

=

� �

Keterangan:

IK = Tingkat/indeks kesukaran � = Rata-rata skor setiap butir soal SMI= Skor maksimum ideal

Indeks kesukaran yang diperoleh hasil perhitungan dengan menggunakan formula di atas, selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213).

Tabel 3.5

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Koefisien korelasi Interpretasi

IK = 0,00 Terlalu sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah


(25)

39

Berdasarkan rumus di atas, indeks kesukaran soal ujicoba dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini. Perhitungan indeks kesukaran hasil uji coba instrumen dapat dilihat di lampiran 4.3 halaman 138.

Tabel 3.6

Indeks Kesukaran Butir Soal Nomor

Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,78 Mudah

2 0,49 Sedang

3 0,37 Sedang

4 0,52 Sedang

5 0,19 Sukar

6 0,50 Sedang

7 0,53 Sedang

8 0,18 Sukar

9 0,69 Sedang

10 0,53 Sedang

11 0,48 Sedang

12 0,34 sedang

Keterangan: Perhitungan ini menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007

d. Daya Pembeda

Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal, digunakan formula berikut:

�� =� − � �

� � Keterangan:

DP = Daya pembeda

= Rata-rata skor kelompok atas

= Rata-rata skor kelompok bawah

SMI = Skor maksimum ideal


(26)

40

Selanjutnya daya pembeda yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 202).

Tabel 3.7

Klasifikasi Daya Pembeda

Koefisien korelasi Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Berikut ini data daya pembeda hasil uji coba instrumen yang telah dilakukan. Perhitungan daya pembeda butir soal dapat dilihat di lampiran 4.4 halaman 140.

Tabel 3.8

Daya Pembeda Butir Soal Nomor

Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,03 Jelek

2 0,50 Baik

3 0,44 Baik

4 0,15 Jelek

5 0,22 Cukup

6 0,37 Cukup

7 0,15 Jelek

8 0,04 Jelek

9 0,26 Cukup

10 0,66 Baik

11 0,68 Baik

12 0,67 Baik


(27)

41

Dari dua belas soal yang ada, semuanya akan digunakan dalam penelitian ini. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa semua soal memuat indikator-indikator yang akan diukur. Meskipun dilihat dari hasil validitas setiap butir soal ada tiga soal yang memiliki validitas rendah.

Untuk soal yang memiliki daya pembeda jelek, dapat dilihat terlebih dahulu interpretasi tingkat kesukarannya. Jika interpretasi jelek, maka kelompok yang asor saja dapat menyelesaikan soal dengan benar, sudah pasti yang unggul pun dapat menyelesaikannya dengan benar. Begitu juga untuk soal yang sukar, jika kelompok unggul tidak dapat menyelesaikan dengan benar, maka kelompok asor pun pasti tidak dapat menyelesaikannya dengan benar.

2. Instrumen Non Tes a. Angket

Menurut Ruseffendi (Maulana, 2009a: 35),

Angket adalah sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan atau melengkapi kalimat dengan jalan mengisinya.

Angket dalam penelitian ini berguna untuk melihat respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode Tipot apakah menarik atau tidak. Angket diberikan kepada kelas eksperimen di akhir penelitian. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, hal ini bertujuan agar data lebih terfokus. Jawaban setiap item instrumen berupa kata-kata SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Format angket dapat dilihat di lampiran.

b. Observasi

“Observasi merupakan pengamatan langsung menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan perabaan, dan jika perlu pengecapan” (Maulana,

2009a: 35). Observasi dilakukan untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dilaksanakan. Alat yang digunakan pada observasi ini adalah lembar observasi kinerja guru dan juga lembar observasi aktivitas siswa. Adapun format observasi yang digunakan dalam penelitian ini


(28)

42

adalah observasi sistematis. Teknik yang digunakan dalam observasi adalah non-partisipatif karena observer di kelas tidak dilibatkan dalam observasi dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan peer-observation (observasi dengan teman sejawat). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran.

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dilakukan untuk mendeskripsikan kejadian-kejadian unik yang terjadi selama penelitian berlangsung. Bahkan, kejadian yang tidak terduga sekalipun akan terekam dalam catatan lapangan.

E. Teknik Pengolahan Data

Analisis data merupakan langkah yang digunakan untuk meringkas data yang telah dikumpulkan secara akurat. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif.

1. Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan uji normalitas data, uji homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata. Nilai pretes digunakan utuk mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan nilai postes digunakan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa dan perbedaan rata-rata siswa.

Dalam penelitian ini, teknik pengolahan dan analisis data akan dilakukan dengan menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel dan SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16.0 for Windows. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mengolah dan menganalisis data kuantitatif adalah sebagai berikut.

a. Menguji normalitas dari nilai pretes dan postes

Normalitas berhubungan dengan sebaran data dalam sebuah kelompok yang menyerupai kurva normal. Menurut Arikunto (2007), normalitas menjadi asumsi syarat untuk menentukan jenis statistik apa yang akan dipakai dalam penganalisaan selanjutnya. Jika data yang dianalisis berdistribusi normal, maka peneliti dapat menggunakan statistik parametrik. Sedangkan jika datanya tidak


(29)

43

berdistribusi normal, maka jenis statistik yang harus digunakan adalah statistik non parametrik.

Untuk uji normalitas akan dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikasi sebesar 5% (α = 0,05). Jika hasil uji normalitas menunjukkan data berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah menguji homogenitas varians dengan menggunakan uji parametrik. Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal, maka analisis data dapat dilanjutkan dengan menggunakan statistik non parametrik, yaitu uji Mann-Whitney (Uji-U).

b. Menguji homogenitas variansi dari kelompok eksperimen dan kontrol

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok-kelompok yang membentuk sampel berasal dari populasi yang sama atau tidak. Menurut Arikunto (2007), jika tidak terdapat perbedaan variansi di antara kelompok sampel, berarti kelompok-kelompok tersebut homogen. Untuk menguji homogenitas akan dilakukan dengan menggunakan uji F.

c. Menguji hipotesis, yaitu mengitung perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji-t.

Uji-t dilakukan jika syarat normalitas dan homogenitas sudah terpenuhi (Maulana, 2009a). Jika data tidak homogen, maka uji perbedaan rata-rata dapat dilakukan dengan uji-t1.

2. Data Kualitatif a. Angket

Pada penelitian ini tidak menggunakan lima pola jawaban karena untuk menghindari kecenderungan siswa memilih jawaban ragu-ragu. Jadi, ada empat pola jawaban yang digunakan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap jawaban dari pernyataan memiliki skor tertentu. Untuk penyekoran dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut.

Pernyataan positif: SS=5, S=4, TS=2, dan STS=1. Pernyataan negatif: SS=1, S=2, TS=4, dan STS=5.

Untuk menginterpretasi skor respon siswa, dapat diklasifikasi berdasarkan tiga kategori (Azizah, 2012: 40), yaitu:


(30)

44

Tabel 3.9

Kategori Respon Siswa

Rata-rata (� ) Kategori Respon Siswa

Jika � > 3 Baik/Positif Jika � = 3 Sedang/Netral Jika � < 3 Kurang/Negatif

b. Observasi

Lembar observasi ini juga akan dijadikan sebagai data pendukung dalam penelitian metode Tipot. Untuk menginterpretasikannya, dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

BS (baik sekali) : indikator yang muncul 81% - 100% B (baik ) : indikator yang muncul 61% - 80% C (cukup) : indikator yang muncul 41% - 60% K (kurang) : indikator yang muncul 21% - 40% KS (kurang sekali) : indikator yang muncul 0% - 20% c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan tidak memiliki bentuk yang baku sehingga tidak ada aturan yang harus diterapkan dalam pembuatannya. Untuk mendapatkan data yang akurat dapat menggunakan alat perekam video ketika pembelajaran berlangsung, seperti handphone, camcorder, dan lain-lain.


(31)

72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB IV, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran perkalian dengan metode Tipot dapat meningkatkan pemahaman siswa SD kelas IV se-populasi pada materi perkalian. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelas eksperimen dengan menggunakan uji U dan menggunakan �= 5% two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000. Karena yang diuji satu arah, maka 0,000 dibagi dua, sehingga hasilnya tetap 0,000. Hasil yang diperoleh P-value < �, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode Tipot dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV se-populasi pada materi perkalian secara signifikan.

2. Pembelajaran perkalian dengan metode Vertikal dapat meningkatkan pemahaman siswa SD kelas IV se-populasi pada materi perkalian. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan uji U dan menggunakan �= 5% two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,007, karena yang diuji satu arah, sehingga 0,007 dibagi dua hasilnya 0,003. Hasil yang diperoleh P-value < �, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode Vertikal juga dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV se-populasi pada materi perkalian secara signifikan.

3. Tidak terdapat perbedaan pemahaman yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Tipot dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Vertikal. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,837. Karena P-value (Sig.2-tailed) nilainya lebih besar dari nilai �, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa


(32)

73

yang mengikuti pembelajaran dengan metode Tipot dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Vertikal.

4. Setelah melakukan pembelajaran perkalian dengan menggunakan metode Tipot, siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran yang telah diberikan. Siswa senang dengan adanya penggunaan warna dalam memahami konsep, membiasakan diri untuk berdiskusi dengan teman sebaya, memberikan pendapat kepada teman kelompok lain, dan mendapat penghargaan dari guru. Rata-rata skor siswa yang diperoleh siswa sebesar 3,67 atau 73,4% siswa merespon positif. Secara keseluruhan siswa bersikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Tipot.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada bagian sebelumnya, saran yang dapat diberikan untuk beberapa pihak di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Bagi Guru Matematika

Pembelajaran dengan metode Tipot dapat meningkatkan pemahaman siswa SD se-populasi pada materi perkalian dua angka dengan dua angka, tiga angka dengan satu angka, dan tiga angka dengan dua angka. Untuk itu, sebaiknya pembelajaran ini digunakan sebagai alternatif dalam merencanakan pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika di SD yang berkaitan dengan materi perkalian. Kemampuan guru dalam menganalisis metode ini sangat dibutuhkan agar ketika menyampaikan kepada siswa tidak terjadi kekeliruan.

2. Bagi Pihak Sekolah

Pengetahuan guru-guru tentang sebuah metode maupun model pembelajaran masih perlu dikembangkan, maka dari itu sekolah dianjurkan untuk setidaknya mengikutsertakan guru-guru ke dalam acara seperti seminar atau lokakarya untuk menambah wawasan tentang metode-metode pembelajaran atau inovasi-inovasi yang ada dalam dunia pendidikan. Bahkan lebih baik jika mendatangkan ahli atau pakar pada bidang pendidikan atau bidang teknologi untuk memberikan pelatihan kepada guru-guru.


(33)

74

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Terdapat beberapa kekurangan dalam penelitian yang dilakukan. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian serupa dengan metode Tipot. Akan lebih baik jika peneliti dapat mengembangkan metode ini di dalam penelitian lain tanpa meninggalkan ciri khas dari metode Tipot.


(34)

75

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Auliya, M.Fajar. (2012). Mastermatika Dahsyat. Yogyakarta: Widyatama.

Azizah, S. (2012). Pengaruh Metode Horisontal (Metris) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III pada Materi Perkalian (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas III SD Negeri 3 Arjawinangun Desa Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon). Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak dipublikasikan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI.

Ekawati, E. dan Sumaryanta. (2011). Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Matematika SD/SMP. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Herlina, L. (2008). Penerapan “METODE HORISONTAL” untuk Meningkatkan Pemahaman Operasi Bilangan pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar Pasirkaliki III Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Skripsi Jurusan Pedagogik FIP UPI. Bandung. Tidak dipublikasikan.

Kholik, M. (2011). Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia: http://muhammadkholik.wordpress.com/author/muhammadkholik. [20 Desember 2012].

Lesmanawati, T. (2010). Penggunaan Benda Konkret di Sekitar Kelas pada Pembelajaran Operasi Perkalian Bilangan Cacah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III SDN Sawahdadap III Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang). Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak dipublikasikan.

Maulana. (2009a). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.

Maulana. (2008b). Pendidikan Matematika 1. Bandung: Tidak Dipublikasikan. Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Rosida, Pipip. (2004). Belajar Matematika dengan Oreintasi Penemuan dan Pemecahan Masalah. Bandung: Sarana Panca Karya Nusa.


(35)

76

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudarna, N. (2009). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Perkalian Bilangan Cacah Melalui Metode Permainan Biji Asem di Kelas III SDN 1 Cipancur Kecamatan Kalimanggis Kabupaten Kuningan. Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak dipublikasikan.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Suwangsih, E. dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI PRESS.

Uyanto, Stanislaus S. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Jakarta: Graha Ilmu.

Van de Walle, J. A.(2008). Matematika Sekolah dasar dan Menengah. Jakarta: Erlangga.

Wikipedia. (2012). Operasi Perkalian. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Perkalian. [20 Desember 2012].


(1)

44

Tabel 3.9

Kategori Respon Siswa

Rata-rata (� ) Kategori Respon Siswa Jika � > 3 Baik/Positif Jika � = 3 Sedang/Netral Jika � < 3 Kurang/Negatif b. Observasi

Lembar observasi ini juga akan dijadikan sebagai data pendukung dalam penelitian metode Tipot. Untuk menginterpretasikannya, dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

BS (baik sekali) : indikator yang muncul 81% - 100% B (baik ) : indikator yang muncul 61% - 80% C (cukup) : indikator yang muncul 41% - 60% K (kurang) : indikator yang muncul 21% - 40% KS (kurang sekali) : indikator yang muncul 0% - 20% c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan tidak memiliki bentuk yang baku sehingga tidak ada aturan yang harus diterapkan dalam pembuatannya. Untuk mendapatkan data yang akurat dapat menggunakan alat perekam video ketika pembelajaran berlangsung, seperti handphone, camcorder, dan lain-lain.


(2)

72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB IV, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran perkalian dengan metode Tipot dapat meningkatkan pemahaman siswa SD kelas IV se-populasi pada materi perkalian. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelas eksperimen dengan menggunakan uji U dan menggunakan �= 5% two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000. Karena yang diuji satu arah, maka 0,000 dibagi dua, sehingga hasilnya tetap 0,000. Hasil yang diperoleh P-value < �, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode Tipot dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV se-populasi pada materi perkalian secara signifikan.

2. Pembelajaran perkalian dengan metode Vertikal dapat meningkatkan pemahaman siswa SD kelas IV se-populasi pada materi perkalian. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan uji U dan menggunakan �= 5% two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,007, karena yang diuji satu arah, sehingga 0,007 dibagi dua hasilnya 0,003. Hasil yang diperoleh P-value < �, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode Vertikal juga dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV se-populasi pada materi perkalian secara signifikan.

3. Tidak terdapat perbedaan pemahaman yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Tipot dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Vertikal. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,837. Karena P-value (Sig.2-tailed) nilainya lebih besar dari nilai �, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa


(3)

73

yang mengikuti pembelajaran dengan metode Tipot dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Vertikal.

4. Setelah melakukan pembelajaran perkalian dengan menggunakan metode Tipot, siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran yang telah diberikan. Siswa senang dengan adanya penggunaan warna dalam memahami konsep, membiasakan diri untuk berdiskusi dengan teman sebaya, memberikan pendapat kepada teman kelompok lain, dan mendapat penghargaan dari guru. Rata-rata skor siswa yang diperoleh siswa sebesar 3,67 atau 73,4% siswa merespon positif. Secara keseluruhan siswa bersikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Tipot.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada bagian sebelumnya, saran yang dapat diberikan untuk beberapa pihak di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Bagi Guru Matematika

Pembelajaran dengan metode Tipot dapat meningkatkan pemahaman siswa SD se-populasi pada materi perkalian dua angka dengan dua angka, tiga angka dengan satu angka, dan tiga angka dengan dua angka. Untuk itu, sebaiknya pembelajaran ini digunakan sebagai alternatif dalam merencanakan pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika di SD yang berkaitan dengan materi perkalian. Kemampuan guru dalam menganalisis metode ini sangat dibutuhkan agar ketika menyampaikan kepada siswa tidak terjadi kekeliruan.

2. Bagi Pihak Sekolah

Pengetahuan guru-guru tentang sebuah metode maupun model pembelajaran masih perlu dikembangkan, maka dari itu sekolah dianjurkan untuk setidaknya mengikutsertakan guru-guru ke dalam acara seperti seminar atau lokakarya untuk menambah wawasan tentang metode-metode pembelajaran atau inovasi-inovasi yang ada dalam dunia pendidikan. Bahkan lebih baik jika mendatangkan ahli atau pakar pada bidang pendidikan atau bidang teknologi untuk memberikan pelatihan kepada guru-guru.


(4)

74

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Terdapat beberapa kekurangan dalam penelitian yang dilakukan. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian serupa dengan metode Tipot. Akan lebih baik jika peneliti dapat mengembangkan metode ini di dalam penelitian lain tanpa meninggalkan ciri khas dari metode Tipot.


(5)

75

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Auliya, M.Fajar. (2012). Mastermatika Dahsyat. Yogyakarta: Widyatama.

Azizah, S. (2012). Pengaruh Metode Horisontal (Metris) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III pada Materi Perkalian (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas III SD Negeri 3 Arjawinangun Desa Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon). Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak dipublikasikan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI.

Ekawati, E. dan Sumaryanta. (2011). Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Matematika SD/SMP. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. Herlina, L. (2008). Penerapan “METODE HORISONTAL” untuk Meningkatkan

Pemahaman Operasi Bilangan pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar Pasirkaliki III Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Skripsi Jurusan Pedagogik FIP UPI. Bandung. Tidak dipublikasikan.

Kholik, M. (2011). Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia: http://muhammadkholik.wordpress.com/author/muhammadkholik. [20 Desember 2012].

Lesmanawati, T. (2010). Penggunaan Benda Konkret di Sekitar Kelas pada Pembelajaran Operasi Perkalian Bilangan Cacah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III SDN Sawahdadap III Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang). Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak dipublikasikan.

Maulana. (2009a). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.

Maulana. (2008b). Pendidikan Matematika 1. Bandung: Tidak Dipublikasikan. Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Rosida, Pipip. (2004). Belajar Matematika dengan Oreintasi Penemuan dan Pemecahan Masalah. Bandung: Sarana Panca Karya Nusa.


(6)

76

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudarna, N. (2009). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Perkalian Bilangan Cacah Melalui Metode Permainan Biji Asem di Kelas III SDN 1 Cipancur Kecamatan Kalimanggis Kabupaten Kuningan. Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak dipublikasikan.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Suwangsih, E. dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI PRESS.

Uyanto, Stanislaus S. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Jakarta: Graha Ilmu.

Van de Walle, J. A.(2008). Matematika Sekolah dasar dan Menengah. Jakarta: Erlangga.

Wikipedia. (2012). Operasi Perkalian. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Perkalian. [20 Desember 2012].


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GERAK BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS IV UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GERAK BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS IV SDN BEDORO I KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJA

0 0 13

PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI WUJUD DAN SIFAT BENDA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Sumampir Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon.

0 0 35

PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA ANAK DIDIK : Penelitian Tindakan Kelas di SDN Paniis Kelas IV Semester I Tahun Ajaran 2012/2013 Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang.

0 1 38

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI KESEBANGUNAN (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan).

3 9 45

PERMAINAN POTONG DAN WARNAI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATERI MEMBANDINGKAN, MENGURUTKAN DAN MENJUMLAHKAN PECAHAN (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong dan SDN Sirnamanah di Kecamatan RancakalongKabupate

0 0 37

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PECAHAN (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas IV SDN 2 Waled Kota dan SDN 2 Waled Desa Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon).

0 3 55

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV PADA MATERI SIFAT-SIFAT BUNYI (Penelitian Eksperimen Di Kelas IV SDN Gudang Kopi dan SDN Darangdan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang).

0 0 39

PENGARUH PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Ciuyah I dan SDN Cisalak IV di Kecamatan Cisarua Kabupaten Sumedang).

0 0 49

PENGARUH MODEL KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV SD PADA MATERI ENERGI PANAS (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Jagatapa dan SDN Kirisik di Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang).

0 1 38

PENGGUNAAN MEDIA AMINI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KENAMPAKAN ALAM DI KELAS IV SDN GARDUSAYANG (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Gardusayang Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang).

0 4 45