PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV PADA MATERI SIFAT-SIFAT BUNYI (Penelitian Eksperimen Di Kelas IV SDN Gudang Kopi dan SDN Darangdan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang).
(Penelitian Eksperimen Di Kelas IV SDN Gudang Kopi I dan SDN Darangdan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
IDA LANA RAINDA 0903223
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
(2)
Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang)
Oleh Ida Lana Rainda
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© Ida Lana Rainda 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV PADA MATERI SIFAT-SIFAT BUNYI
(Penelitian Eksperimen Di Kelas IV SDN Gudang Kopi I dan SDN Darangdan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I,
ATEP SUJANA, M.Pd NIP. 197212262006041001
Pembimbing II,
ANI NUR AENI, M.Pd NIP. 197608222005012002
Mengetahui,
Ketua Program Studi PGDS S1 Kelas
RIANA IRAWATI, M.Si NIP. 198011252005012002
(4)
KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV PADA MATERI SIFAT-SIFAT BUNYI
(PenelitianEksperimen Di Kelas IV SDN Gudang Kopi I dan SDN DarangdanKecamatanSumedang Selatan KabupatenSumedang)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Penguji I,
JULIA KARTAWINATA, M.Pd NIP. 198205132008121002
PengujiII,
NURDINAH HANIFAH, M.Pd NIP. 197403152006042001
Penguji III,
ATEP SUJANA, M.Pd NIP. 197212262006041001
Mengetahui,
Ketua Program Studi PGDS S1 Kelas
RIANA IRAWATI, M.Si NIP. 198011252005012002
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR DIAGRAM ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Batasan Istilah ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA 1. Pengertian IPA………8
2. Hakikat IPA sebagai proses……….8
3. Hakikat IPA sebagai produk ………..9
4. Hakikat IPA sebagai ilmiah………...10
B. Karakteristik IPA………11
C. Pembelajaran IPA di SD 1. Kurikulum IPA SD………..12
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA SD………..13
3. Karakteristik Siswa SD………....14
4. Kondisi Pembelajaran IPA di SD………....15
5. Pembelajaran IPA di SD yang seharusnya………...16
D. Model Learning Cycle 1. Pengertian Learning Cycle………..16
2. Fase-fase Learning Cycle………17
3. Keuntungan dan Kekurangan Model Learning Cycle……….21
E. Teori Belajar yang Mendukung Model Learning Cycle 1. Teori Belajar Piaget……….22
2. Teori Belajar Kontruktivisme………..23
F. Pembelajaran Konvensional 1. Pengertian Pembelajaran Konvensional………..23
2. Tahap Pembelajaran Konvensional……….24 3. Keuntungan dan Kekurangan Model Pembelajaran Konvensional.25 G. Keterampilan Berpikir Kreatif………....25
(6)
H. Sifat-sifat Bunyi
1. Perambatan Bunyi………..32 2. Pemantulan Bunyi………..34 I. Hasil Penelitian yang Relevan………34
J. Hasil Belajar………...35
K. Hipotesis Penelitian ………36 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi………...37 2. Sampel……….38 B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian………38
C. Variabel Penelitian………...39 D. Instrumen Penelitian 1. Tes Hasil Belajar………..40
2. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif………..40
E. Validitas………...41
F. Reliabilitas………43 G. Tingkat Kesukaran………....44 H. Daya Pembeda………..46 I. Prosedur Penelitian………...50
J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Kuantitatif………53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data Kuantitatif 1. Data Pretest………..58 a. Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif………...59 1)Uji Normalitas……….62 2)Uji Homogenitas……….64 3)Uji Independent Sample T-Test (Uji T)………..65
b. Pretes Hasil Belajar………...65 1)Uji Normalitas……….69 2)Uji Non Parametik Mann Whitney (Uji U)……….70
2. Data Posttest………71
a. Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif………...71
1)Uji Normalitas……….74
2)Uji Non Parametik Mann Whitney (Uji U)……….76 b. Postest Tes Hasil Belajar……….78
1)Uji Normalitas……….80
2)Uji Non Parametik Mann Whitney (Uji U)……….82 B. Hasil Uji Hipotesis 1. Uji Hipotesis Rumusan Masalah ke 1……….83 2. Uji Hipotesis Rumusan Masalah ke 2……….85 3. Uji Hipotesis Rumusan Masalah ke 3……….88
(7)
4. Uji Hipotesis Rumusan Masalah ke 4……….92
C. Pembahasan 1. Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen……….95 2. Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol………95 3. Perbedaan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen………96 4. Korelasi Hasil Belajar Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa………97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….98
B. Saran………...99
DAFTAR PUSTAKA………..100
LAMPIRAN……….102
(8)
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan melalui kegiatan pembelajaran dan bimbingan yang berlangsung di pendidikan formal maupun pendidikan nonformal yang dilakukan sepanjang hayat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
Hal ini sejalan dengan SISDIKNAS No.20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan merupakan upaya mewujudkan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraanumum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Sesuai dengan UUD 1945 Pasal 27, pendidikan merupakan hak setiap warga negara Indonesia di mana pelaksanaannya diselenggarakan melalui Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Sementara itu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung tinggi hak azasi manusia. Penerapan ketentuan dalam undang-undang ini diharapkan dapat mendukung segala upaya untuk memecahkan masalah pendidikan, guna memberikan sumbangan yang signifikan terhadap masalah-masalah makro bangsa Indonesia. Semua lapisan masyarakat diharapkan memiliki pemahaman tentang undang-undang tersebut sehingga mampu memberikan makna dalam pengembangan pendidikan dalam rangka terciptanya sumber daya
(9)
manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wujud dari penyelenggaraan pendidikan nasional adalah adanya sekolah dasar.
Siswa sekolah dasar (SD) secara umum berusia antara 6-12 tahun, secara perkembangan kognitif termasuk dalam tahapan perkembangan operasional konkrit. Oleh karena itu, guru harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada siswa SD adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Hal ini sesuai dengan pendapat Powler (Samatowa,2006:2) yang menyatakan bahwa:
“Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen”.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, dan teknologi. Pembelajaran IPA memiliki peran penting dalam perkembangan sikap ilmiah, dan intelektual peserta didik. Melalui pembelajaran IPA siswa dapat membiasakan diri bersikap dan bekerja secara ilmiah yang pada akhirnya siswa akan terbiasa dapat memecahkan permasalahan secara ilmiah.
Belajar IPA harus dilakukan siswa sejak dini dengan tujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan, berpikir kritis, kerja ilmiah, bersikap ilmiah dan berpikir kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan, agar siswa dapat memilki kemampuan meneliti, memperoleh, mengelola, memanfaatkan informasi dan teknologi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Belajar IPA dapat terjadi bila siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan di capai. Hasil belajar merupakan tingkatan penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai
(10)
dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD yang harus dilakukan yaitu melakukan apersepi yang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari, menggunakan berbagai media agar pembelajaran lebih menarik, melakukan percobaan untuk membuktikan suatu hal, melakukan kegiatan yang berhubungan dengan alam sehingga dapat di kaitkan dengan materi pembelajaran, melatih anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan. Hal ini sesuai pendapat Samatowa (2006: 5) yang menyatakan bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari, aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA, melatih anak untuk menyampaikan gagasan dan respon terhadap masalah yang dihadapi dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah.
Berdasarkan uraian tentang pembelajaran IPA yang seharusnya dilakukan di SD, maka pembelajaran IPA bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan kognitif saja, melainkan untuk meningkatkan keterampilan siswa. Salah satunya adalah keterampilan berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban. Hai ini sejalan dengan pendapat Munandar (2004:37) yang menyatakan bahwa:
berpikir kreatif disebut juga berpikir divergen atau kebalikan dari berpikir konvergen. Berpikir divergen yaitu berpikir untuk memberikan macam-macam kemungkinan jawaban benar ataupun cara terhadap suatu masalah berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada jumlah dan kesesuaian. Sedangkan, berpikir konvergen yaitu berpikir untuk memberikan satu jawaban terhadap suatu masalah berdasarkan informasi yang diberikan.
Hasil yang dimunculkan dari berpikir kreatif itu sesungguhnya merupakan suatu hal baru bagi siswa yang bersangkutan serta merupakan sesuatu yang berbeda dari yang biasa ia lakukan. Untuk mencapai hal ini seseorang harus melakukan sesuatu terhadap permasalahan yang dihadapi.
(11)
Agar siswa dapat memiliki keterampilan berpikir kreatif, guru dituntut untuk merangsang kreativitas siswa baik dalam mengembangkan kecakapan berfikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Teori tentang bepikir kreatif kreatif bertumpu pada teori Wallas yang membahas tentang tahap-tahap proses kreatif. Menurut Mulyasa (Rusman, 2012) pada umumnya berfikir kreatif memiliki empat tahapan sebagai berikut:
1. Tahap pertama: persiapan yaitu pengumpulan informasi untuk diuji. 2. Tahap kedua:inkubasi, yitu suatu rentang waktu untuk merenungkan
hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakonan bahwa hipotesis tesebut rasional.
3. Tahap ketiga:iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.
4. Tahap keempat:verifikasi, pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah rekomendasi, konsep atau teori.
Pentingnya berpikir kreatif bagi siswa yaitu lebih melibatkan siswa sebagai pemikir, menigkatkan perilaku kreatif, menggerakan potensi kreativitas siswa dalam mengumpulkan suatu ide dan siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Tugas utama guru dalam mengelola pembelajaran untuk mengasah keterampilan siswa berpikir kreatif mencakup merancang perencanaan pembelajaran melalui perumusan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menerapkan rencana pembelajaran dalam kegiatan belajar siswa, menilai proses dan hasil belajar siswa, dan mengevaluasi pembelajaran.
Upaya untuk mewujudkan keterampilan berpikir kreatif terkait dengan proses pembelajaran yang kurang variatif dan kreatif adalah memberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran IPA yang tepat sesuai dengan materi. Guru harus dapat meningkatkan keterampilan dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas menggambarkan tetang proses untuk memastikan bahwa pembelajaran dalam kelas dapat berjalan lancar tanpa terganggu dengan perilaku prilaku siswa yang mengganggu. Guru harus mempunyai cara yaitu dengan penggunaan model pembelajaran yang dapat berguna untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Salah satunya yaitu dengan penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle.
(12)
Learning Cycle (Siklus Belajar) atau dalam penulisan ini disingkat LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif (Simatupang, 2008:63). Pembelajaran Siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis. (Wena, 2011:170). Jadi model Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga dapat berperan secara aktif . Wena menyatakan bahwa(2011: 171) tahap model Learning Cycle yaitu pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration) dan evaluasi (evaluation).
Learning Cycle patut dikedepankan karena sesuai dengan teori belajar Piaget dan teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Menurut teori piaget terdapat tiga aspek perkembangan intelektual yaitu struktur, isi dan fungsi (Dahar, 2006:134). Diperolehnya suatu struktur atau skemata berarti telah terjadi suatu perubahan dalam perkembangan intelektual anak. Isi adalah pola prilaku anak yang khas yang tercermin dalam respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya. Fungsi adalah cara yang digunakan untuk membuat kemajuan-kemajuan intelektual. Disini siswa dapat mengeluarkan gagasan dan pertanyaan sebanyak mungkin. Oleh karena itu, peneliti memberi judul penelitian ini “Pengaruh Model Learning Cycle Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Di Kelas IV Pada Materi Sifat-Sifat Bunyi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, penulis ingin melihat apakah pembelajaran dengan menggunakan Model Learning Cycle pada materi sifat-sifat bunyi dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa. Secara lebih rinci dapat dinyatakan sebagai berikut:
(13)
1. Apakah Model Learning Cycle dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen pada materi sifat-sifat bunyi?
2. Apakah Pembelajaran Konvensional dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas kontrol pada materi sifat-sifat bunyi ?
3. Bagaimana perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas IV antara kelas eksperimen yang menggunakan model Learning Cycle dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional pada materi sifat-sifat bunyi?
4. Bagaimana korelasi antara hasil belajar terhadap keterampilan berpikir kreatif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol?
C.Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model Learning Cycle terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen pada materi sifat-sifat bunyi dengan menggunakan model learning cycle.
2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas kontrol pada materi sifat-sifat bunyi dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
3. Untuk mengetahui perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas IV antara kelas eksperimen yang menggunakan model Learning Cycle dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional pada materi sifat-sifat bunyi.
4. Untuk mengetahui korelasi antara hasil belajar terhadap keterampilan berpikir kreatif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
(14)
D.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah 1. Bagi siswa
a) Dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam memahami materi sifat-sifat bunyi melalui keterlibatan langsung dalam praktek.
b) Siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. 2. Bagi Guru
a) Dapat menambah pengetahuan mengenai model learning cycle.
b) Dapat dijadikan salah satu contoh model yang dapat di gunakan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa mengenai materi sifat-sifat bunyi.
3. Bagi sekolah
a) Dapat dijadikan referensi untuk pembelajaran berikutnya.
b) Dapat membantu pembelajaran dengan menggunakan model yang cocok dengan materi sehingga dapat meningkatkan kualitas sekolah.
4. Bagi Peneliti
a) Dapat mengetahui efektivitas penggunaan model learning cycle. b) Dapat dijadikan pedoman ketika praktek di lapangan.
E.Batasan Istilah
Di dalam Penelitian Eksperimen ini terdapat beberapa istilah yang perlu mendapat penjelasan yaitu :
1. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan cara berperanan aktif. (Dahar, 2006: 168)
2. Sifat-sifat Bunyi terdiri dari perambatan bunyi dan pemantulan bunyi.
3. Keterampilan Berpikir Kreatif merupakan kemapuan dalam menggunakan pemikiran dalam mendapatkan ide-ide yang baru, kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam penghasilannya.
(15)
37 A.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2012: 61), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus 3 Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.
Tabel 3.1
Gugus 3 Sekolah Dasar Di Kecamatan Sumedang Selatan
No Nama Sekolah Nilai UN
IPA Keterangan 1 SDN Cipameungpeuk 8,73
Kelompok Unggul 2 SDN Pakuwon I 8,55
3 SDN Pakuwon II 8,40 4 SDN Manangga 8,13
Kelompok Sedang 5 SDN Tenjonegara 7,94
6 SDN Darangdan 7,91 7 SDN Palasari 7,89 8 SDN Gudang Kopi I 7,85 9 SDN Darangdan Tingkat 7,76
Kelompok Asor 10 SDN Gudang Kopi II 7,67
11 SDN Pasarean 7,31 Jumlah 88,14 Rata-rata 8,01
(16)
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili dari populasi tersebut. Menurut Sugiyono (2012:81), “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara itu dilakukan bila populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel acak sederhana yang dilakukan yaitu dengan cara mengundi semua kelompok. Dari undian tersebut dihasilkan kelompok sedang yang terpilih, kemudian dari kelompok sedang peneliti mengundi sebanyak 5 SD untuk di pilih sebanyak 2 SD.
Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah dua kelas dari dua sekolah yang berbeda. Maka di hasilkan SDN Gudang Kopi I sebagai kelas eksperimen dan SDN Darangdan sebagai kelompok kontrol. Menurut Gay (Maulana, 2009) menentukan ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yakni minimum 30 subjek per kelompok.
B.Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model learning cycle terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa kelas IV pada materi sifat-sifat bunyi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2012:72) metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
2. Desain Penelitian
Pada kedua kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya
(17)
melakukan perlakuan (treatment) pada kelas ekperimen berupa pembelajaran IPA dengan menggunakan model Learning Cycle dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Pada akhir tindakan diberikan tes akhir (posttest) untuk melihat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa dan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan uraian diatas, maka desain penelitian yang digunakan adalah berupa True Experimental Design yaitu Pretest-Postest Control Grup Design. Menurut Sugiyono (2012: 76), dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random. Polanya adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1
Pretest-Postest Control Grup Design Keterangan:
R = kelompok eksperimen dan kelompok kontrol siswa yang diambil secara random.
O1 dan O3 = kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama-sama diberikan pretest (tes awal).
X = treatment, yaitu perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle pada kelompok eksperimen dan konvensional pada kelompok kontrol.
O2 dan O4 = posttest (tes akhir) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
C. Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu objek yang akan diteliti untuk dipelajari dan disimpulkan. Menurut Sugiyono (2011: 2), “Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
R O1 X O2
(18)
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Maulana (2009: 8), “Variabel bebas adalah yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab timbulnya variable terikat”. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model Learning Cycle .
Selanjutnya menurut Sugiyono (2011: 4), “Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kreatif siswa.
D.Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto ( 2010: 193), “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam bentuk tes adalah sebagai berikut.
1. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar berupa Pilihan Ganda (PG) dan essay dengan jumlah 8 soal. Tes awal (pretest) berupa tes hasil belajar yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur kemampuan awal masing-masing kelompok dan diberikan sebelum pembelajaran dilakukan. Sedangkan tes akhir (posttest) digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif
Tes Keterampilan Berpikir Kreatif berupa essay dengan soal sebanyak 10 soal. Tes awal (pretest) berupa tes keterampilan berpikir kreatif yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur kemampuan awal masing-masing kelompok dan diberikan sebelum pembelajaran dilakukan. Sedangkan tes akhir (posttest) digunakan untuk mengukur peningkatan tes keterampilan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
(19)
E. Validitas Instrumen
Untuk mengukur ketepatan (validitas) instrument tes tersebut, maka sebelumnya dilakukan uji coba instrumen terhadap siswa kelas V SDN Darangdan dengan jumlah total siswa sebanyak 30 siswa.
Untuk menghitung hasil uji coba instrumen yang di lakukan dalam pengolahan data sebagai berikut.
Validitas soal dihitung dengan menggunakan koefisien validitas, maka digunakan rumus kolerasi produk moment memakai angka kasar (raw score) (Suherman, 1990:154) dengan rumus sebagai berikut:
=
Keterangan:
= Koefisien korelasi antara X dan Y N = Banyaknya peserta tes
X = Nilai hasil uji coba Y = Nilai rata-rata harian
Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi (koefisien validitas) menurut Guilford (Suherman, 1990:151).
Tabel 3.2
Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 < ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Validitas tinggi 0,40 < ≤ 0,60 Validitas sedang 0,20 < ≤ 0,40 Validitas rendah 0,00 < ≤ 0,20 Validitas sangat rendah ≤ 0,00 Tidak valid
(20)
Hasil uji coba koefisien korelasi validitas butir soal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Validitas Tiap Butir Soal Tes Keterampilan Berpikir Kreatif No
Soal Koefisien Korelasi Interpretasi 1 0,35 Sedang 2 0,32 Rendah 3 0,45 Sedang 4 0,60 Sedang 5 0,08 Sangat rendah 6 0,45 Sedang 7 0,33 Sedang 8 0,18 Rendah 9 0,62 Tinggi 10 0,40 Rendah
Berdasarkan hasil uji coba soal yang telah dilaksanakan diperoleh koefisien validitas keseluruhan soal adalah r11 = 0,62 yang artinya keseluruhan butir soal memiliki validitas tinggi.
Sedangkan untuk hasil uji coba tes hasil belajar koefisien korelasi validitasnya adalah sebagai berikut.
Tabel 3.4
Validitas Tiap Butir Soal Tes Hasil Belajar No
Soal Koefisien Korelasi Interpretasi 1 0,49 Sedang 2 0,72 Tinggi 3 0,56 Sedang 4 0,29 Rendah 5 0,50 Sedang 6 0,47 Sedang 7 0,78 Tinggi 8 0,84 Tinggi
(21)
Dari hasil uji coba soal yang telah dilaksanakan diperoleh koefisien validitas keseluruhan soal adalah r11 = 0,61 yang artinya keseluruhan butir soal memiliki validitas tinggi.
F. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas tes adalah derajat konsistensi yang dimiliki suatu tes artinya sejauhmana tes tersebut mampu menggambarkan posisi murid secara konsisten atau hasil yang ditunjukan tes tersebut.
Reliabilitas instrumen berkaitan dengan keajegan atau ketepatan alat evaluasi dalam mengukur sesuatu dari siswa (Ruseffendi, 2003:142).
Untuk mengukur reliabilitas instrumen tersebut dapat digunakan nilai koefesien reliabilitas yang dihitung dengan menggunakan formula Alpha (Suherman, 1990:187) berikut:
Keterangan:
= koefisien yang dicari n = jumlah butir soal
= varians skor total
p = proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir soal (rata-rata dibagi n)
q = proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir soal, jadi q= 1 – p
Koefisien reliabilitas yang telah diperoleh dari hasil perhitungan dengan formula di atas selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 1990:177)
(22)
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 < ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < ≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < ≤ 0,40 Reliabilitas rendah 0,00 < ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah ≤ 0,00 Tidak valid
Berdasarkan hasil uji coba soal yang telah dilaksanakan diperoleh koefisien reliabilitas keseluruhan soal untuk tes keterampilan berpikir kreatif siswa adalah r11 = 0,42 yang artinya keseluruhan butir soal memiliki reliabilitas sedang. Sedangkan untuk hasil uji coba soal tes hasil belajar siswa diperoleh koefisien reliabilitas keseluruhan soal adalah r11 = 0,57 yang artinya keseluruhan butir soal memiliki reliabilitas sedang.
G.Tingkat Kesukaran
Untuk mengetahui tingkat atau indeks kesukaran setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut:
Keterangan:
Ik = tingkat/indeks kesukaran X = rata-rata skor setiap butir soal SMI = skor maksimum ideal
Indeks kesukaran yang diperoleh hasil perhitungan dengan menggunakan formula di atas, selanjutnya diinterprestasikan dengan menggunakan kriteria berikut (Suherman, 1990:213):
(23)
Tabel 3.6
Klasifikasi Indeks Kesukaran Koefisien Korelasi Interpretasi
IK = 00 Terlalu sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang
0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah IK = 1,00 Terlalu mudah
Hasil uji coba analisis indeks kesukaran tes keterampilan berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.7
Analisis Indeks Kesukaran
Soal Indeks Kesukaran Interpretasi 1 0,62 Sedang 2 0,63 Sedang 3 0,61 Sedang 4 0,52 Sedang 5 0,71 Mudah 6 0,81 Mudah 7 0,88 Mudah 8 0,73 Mudah 9 0,67 Sedang 10 0,80 Mudah
Sedangkan untuk hasil uji coba analisis indeks kesukaran tes hasil belajar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.8
Analisis Indeks Kesukaran
Soal Indeks Kesukaran Interpretasi 1 0,62 Mudah 2 0,63 Sukar 3 0,61 Sedang 4 0,52 Mudah 5 0,71 Sedang 6 0,81 Sedang 7 0,88 Sedang 8 0,73 Sukar
(24)
H.Daya Pembeda
Untuk megetahui daya pembeda setiap butir soal, digunakan formula berikut:
Keterangan:
DP = daya pembeda
= rata-rata skor kelompok atas = rata-rata skor kelompok bawah
skor maksimun ideal
Menurut Suherman (1990:202) Daya pembeda yang diperoleh diinterprestasikan dengan menggunakan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut
Tabel 3.9
Klasifikasi Indeks Kesukaran Koefisien Korelasi Interpretasi
DP = 00 Sangat jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
Hasil uji coba analisis daya pembeda tiap butir soal tes keterampilan berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.10
Daya Pembeda Tiap Butir Soal Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,27 Cukup 2 0,20 Jelek 3 0,33 Cukup 4 0,27 Cukup 5 -0,10 Sangat jelek 6 0,15 Jelek 7 0,30 Cukup 8 0,27 Cukup
(25)
No Daya Pembeda Interpretasi 9 0,40 Cukup 10 0,20 Jelek
Sedangkan hasil uji coba analisis daya pembeda tiap butir soal tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.11
Daya Pembeda Tiap Butir Soal Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,40 Cukup 2 0,80 Sangat Baik 3 0,60 Sangat Baik 4 0,20 Jelek 5 0,30 Cukup 6 0,20 Jelek 7 0,20 Jelek 8 0,60 Baik
(26)
Adapun rekapitulasi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran tiap butir soal tes hasil belajar dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.12
Rekapitulasi Analisis Butir Soal Tes Hasil Belajar
No Soal
Validitas Daya Pembeda Indeks kesukaran
Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai
DP Interpretasi
Nilai
IK Interpretasi
1 0,49 Sedang 0,40 Cukup 0,83 Mudah Digunakan 2 0,72 Tinggi 0,80 Sangat Baik 0,30 Sukar Digunakan 3 0,56 Sedang 0,60 Sangat Baik 0,70 Sedang Digunakan 4 0,29 Rendah 0,20 Jelek 0,90 Mudah Digunakan 5 0,50 Sedang 0,30 Cukup 0,70 Sedang Digunakan 6 0,47 Sedang 0,20 Jelek 0,68 Sedang Digunakan 7 0,78 Tinggi 0,20 Jelek 0,70 Sedang Digunakan 8 0,84 Tinggi 0,60 Baik 0,30 Sukar Digunakan
(27)
Sedangkan rekapitulasi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran tiap butir soal tes keterampilan berpikir kreatif siswa dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.13
Rekapitulasi Analisis Butir Soal Tes Keterampilan Berpikir Kreatif
No Soal
Validitas Daya Pembeda Indeks kesukaran
Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai
DP Interpretasi
Nilai
IK Interpretasi
1 0,35 Sedang 0,27 Cukup 0,62 Sedang Digunakan 2 0,32 Rendah 0,20 Jelek 0,63 Sedang Digunakan 3 0,45 Sedang 0,33 Jelek 0,61 Sedang Digunakan 4 0,60 Sedang 0,27 Cukup 0,52 Sedang Digunakan 5 0,08 Sangat
Rendah
-0,10
Sangat Jelek 0,71 Sedang Digunakan 6 0,45 Sedang 0,15 Jelek 0,81 Mudah Digunakan 7 0,33 Sedang 0,30 Cukup 0,88 Mudah Digunakan 8 0,18 Rendah 0,27 Cukup 0,73 Mudah Digunakan 9 0,62 Tinggi 0,40 Cukup 0,67 Sedang Digunakan 10 0,40 Rendah 0,20 Jelek 0,80 Mudah Digunakan
(28)
I. Prosedur Penelitian
Secara umum penelitian ini terbagi dalam tiga kegiatan yang harus dilakukan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap analisis data. 1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti diantaranya: a. Memilih salah satu model pembelajaran untuk diidentifikasi. Model yang
dipilih yaitu Model Learning Cycle.
b. Menganalisis keterampilan berpikir kreatif siswa.
c. Memilih materi pada kurikulum untuk mengetahui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model Learning Cycle dan Konvensional.
e. Membuat instrumen penelitian berupa soal keterampilan berpikir kreatif dan soal tes hasil belajar.
f. Instrumen yang telah dibuat kemudian di konsultasikan kepada pihak ahli. g. Melakukan uji coba instrumen pada kelas yang telah mendapatkan
pembelajaran tentang materi yang akan dibahas. Uji Coba instrumen dilaksanakan di kelas 5 SDN Darangdan.
h. Menentukan populasi dan sampel penelitian. Dalam pengambilan sampel, peneliti memilih secara random dua SD dari populasi Gugus 3 Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang sehingga terpilih SDN Darangdan sebagai kelas eksperimen dan SDN Gudang Kopi I sebagai kelas kontrol. i. Menganalisis hasil uji coba instrumen.
j. Memperbaiki dan menyusun instrumen yang baik untuk digunakan.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan yang akan dilakukan oleh peneliti diantaranya:
a. Melakukan tes awal (pretest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan.
(29)
b. Memberikan perlakukan (treatment) berupa kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model Learning Cycle sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pemebelajaran konvensional.
c. Memberikan tes akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.
3. Tahap Analisis Data
Apabila tahap pelaksanaan telah dilakukan, maka tahap terakhir yang harus dilakukan yaitu:
a. Mengolah dan menganalisis data hasil pretest dan posttest. b. Membahas hasil penelitian yang telah dilakukan.
(30)
Bagan alur prosedur penelitian ini di sajikan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tahap Perencanaan 1. Memilih Model Pembelajaran 2. Memilih Materi/Topik Bahasan
3. Menyusun RPP Model Learning Cycle dan Konvensional 4. Membuat Instrumen Penelitian berupa soal tes hasil belajar
dan soal tes keterampilan berpikir kreatif 5. Menetukan populasi dan sampel penelitian
Validasi Data 1. Konsultasi Instrumen
2. Melakukan Uji Coba Instrumen 3. Mengolah dan menganalis hasil uji coba 4. Menyusun instrumen yang telah diperbaiki
Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen
1. Melakukan Tes Awal (Pretest) 2. Memberikan perlakuan
(treatment) berupa Pembelajaran dengan Model Learning Cycle 3. Memberikan test akhir(posttest)
Analisis dan Pengolatan Data Hasil Pretest dan
Posttest
Kelompok Kontrol 1. Melakukan Tes Awal (Pretest) 2. Menyampaikan materi dengan
pembelajaran konvensional 3. Memberikan test akhir(posttest)
(31)
J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul dari penelitian yang dilakukan yaitu berupa data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang telah terkumpul diolah dengan bantuan program Microsoft Excel dan program SPSS versi 16.0 for windows adalah sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas dilakukan terhadap hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Cara untuk uji normalitas yang dilakukan yaitu dengan menggunakan microsoft excel dan software SPSS versi 16.0 for windows. Pelaksanaan uji normalitas yaitu dengan menentukan tingkat keberartian α (taraf signifikasi) sebesar 0,05.
Adapun rumusan hipotesis pengujian normalitas data, yaitu:
H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Jika kedua data kelas normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas. Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji normalitas dengan menggunakan SPSS versi 16.0 for windows adalah sebagai berikut.
1) Buka SPSS kemudian klik variabel view, masukan pada kolom nama di baris kesatu dengan nama kelas kemudian enter.
2) Pada kolom label isi dengan kelas yang diteliti. 3) Ganti decimals pada kolom dengan angka nol.
4) Pada kolom values masukan pada value angka satu dan pada label tulis kelas eksperimen kemudian add, masukan lagi pada value angka dua dan pada label tulis kelas kontrol kemudian add.
5) Tulis pretest pada kolom nama baris kedua.
6) Klik data view, masukkan angka satu di kolom pertama sebanyak siswa kelas eksperimen, kemudian lanjutkan dengan angka dua sebanyak kelas kontrol. 7) Masukan hasil pretest di kolom kedua.
(32)
8) Klik analyze descriptive statistics eksplore kelas yang diteliti pindahkan ke factor list, sedangkan pretest pindahkan ke dependent list, klik plots normality test with plots continue ok.
9) Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, kemudian lihat nilai sig di Kolmogorov-Smirnov apabila > α sampel tersebut berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, apabila α < sampel tersebut bukan berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui homogen atau tidaknya data sampel yang diambil dari populasi yang sama. Jika data tersebut homogen maka bisa dilakukan uji t (dilakukan untuk menghitung beda rata-rata). Sedangkan jika datanya tidak homogen, maka uji beda rata-rata menggunakan uji t’. Untuk menentukan homogenitas suatu sampel digunakan rumus hipotesis sebagai berikut.
H0 : Data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama atau homogen.
H1 : Data sampel berasal dari popolasi yang mempunyai varians yang tidak sama atau tidak homogen.
Taraf signifikansi pada uji Levene’s dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut.
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak.
Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk melakukan uji homogenitas melalui SPSS 16.0 for windows sebagai berikut.
1) Buka SPSS kemudian masuk ke variabel view, masukan pada kolom nama di baris kesatu dengan nama kelas kemudian enter.
2) Pada kolom label isi dengan kelas yang diteliti. 3) Ganti decimals pada kolom dengan angka nol.
4) Pada kolom values masukan pada value angka satu dan pada label tulis kelas eksperimen kemudian add, masukan lagi pada value angka dua dan pada
(33)
label tulis kelas kontrol kemudian add. Klik data view, masukkan angka satu di kolom pertama sebanyak siswa kelas eksperimen, kemudian lanjutkan dengan angka dua sebanyak kelas kontrol.
5) Masukan hasil pretest di kolom kedua.
6) Klik analyze compare means independent-samples T-test pretest pindahkan ke test variable, kelompok yang diteliti pindahkan ke grouping variable define group, use specified values, grup satu diisi dengan angka satu dan grup dua diisi dengan angka dua continue ok.
7) Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, kemudian lihat nilai sig di Levenes’s Test for Equality of Variance apabila > α variansi setiap sampel
sama (homogen), apabila α < maka variansi sampel tidak sama (tidak
homogen).
c. Uji Beda Rata-Rata (Uji T)
Setelah uji normalitas dan data homogen dilakukan, maka langkah selanjutnya yaitu uji beda rata-rata (uji t). Uji T bertujuan untuk mengetahui pengujian kesamaan nilai rata-rata pretest dan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kelas kontrol. Rumusan hipotesis adalah sebagai berikut. H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok
ekperimen dan kelompok kontrol.
H1 : terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok ekperimen dan kelompok kontrol.
Taraf signifikansi pada uji independent sample t-test dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut.
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak.
Jika data dari kedua kelas normal tetapi tidak homogen, maka dilakukan uji independent sample t-test tetapi untuk membaca hasil pengujiannya yaitu pada kolom Equal Varians Not Asumed (diasumsikan varians tidak sama). Jika salah satu atau kedua data kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi
(34)
normal, maka langkah selanjutnya menggunakan uji non parametik Mann-Whitney (uji U). Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji U adalah sebagai berikut. 1) Buka SPSS kemudian masuk ke variabel view, masukan pada kolom nama di
baris kesatu dengan nama kelas kemudian enter. 2) Pada kolom label isi dengan kelas yang diteliti. 3) Ganti decimals pada kolom dengan angka nol.
4) Pada kolom values masukan pada value angka satu dan pada label tulis kelas eksperimen kemudian add, masukan lagi pada value angka dua dan pada label tulis kelas kontrol kemudian add . Klik data view, masukkan angka satu di kolom pertama sebanyak siswa kelas eksperimen, kemudian lanjutkan dengan angka dua sebanyak kelas kontrol.
5) Masukan hasil pretest di kolom kedua.
6) Klik analyze nonparametric test 2-independent-samples T-test pretest pindahkan ke test variable, kelompok yang diteliti pindahkan ke grouping variable define group, use specified values, grup satu diisi dengan angka satu dan grup dua diisi dengan angka dua exact monte carlo ganti confidence level 95% continue lihat test type dan beri
tanda √ pada tulisan Mann Whitney lalu ok.
7) Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, kemudian lihat nilai sig (2-tailed) pada tabel test statistics apabila >α kemampuan siswa sama (homogen), apabila α< maka kemampuan siswa berbeda (tidak homogen). d. Menghitung N-Gain
Menghitung N-Gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif. Untuk menghitung N-Gain menggunakan rumus:
(35)
Berikut ini merupakan tabel klasifikasi interpretasi kriteria N-gain adalah sebagai berikut.
Tabel 3.14
Klasifikasi Interpretasi Kriteria N-Gain
N-Gain Interpretasi
Tinggi Sedang Rendah
(36)
98 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan data pada BAB IV, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil uji non parametik mann-whitney (uji u) yang telah dilakukan menunjukan bahwa P-value (sig.) untuk kelas eksperimen adalah 0,000 yang mana 0,000 <�(0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya bahwa model learning cycle dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen.
2. Hasil uji hipotesis non parametrik mann-whitney (uji u) menunjukan bahwa nilai P-value (sig.) untuk kelas kontrol adalah 0,000. P-value (sig.) 0,000 <� (0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas kontrol.
3. Berdasarkan uji independent sample t-test (uji t) untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dan untuk menguji hipotesis yang telah dipaparkan sebelumnya menunjukan bahwa P-value (sig.) adalah 0,000. 0,000 < � (0,05) sehingga H1 diterima yang artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif antara siswa kelas yang mengikuti pembelajaran learning cycle dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada materi sifat-sifat bunyi.
4. Berdasarkan uji korelasi (uji r) untuk mengetahui korelasi antara hasil belajar terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa telah dipaparkan sebelumnya menunjukan bahwa P-value (sig.) kelas eksperimen adalah 0,031. 0,031 < � (0,05) sehingga H1 diterima yang artinya hasil belajar berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa baik di kelas eksperimen.
(37)
Sedangkan nilai signifikansi (sig) kelas kontrol yaitu 0,834. Nilai 0,834 lebih dari sig 0,05. Jadi H0 diterima yang artinya hasil belajar tidak berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa di kelas kontrol.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang dapat diajukan yaitu sebagai berikut.
1. Guru dapat menggunakan model learning cycle sebagai alternatif model pembelajaran yang akan digunakan khususnya untuk materi sifat-sifat bunyi. 2. Bagi Sekolah Dasar, agar menambah sarana dan prasarana untuk kegiatan
praktikkum siswa.
3. Bagi lembaga pendidikan khususnya UPI, perlunya pembahasan secara berkala mengenai bagaimana penulisan dan pemaparan skripsi yang baik. 4. Bagi peneliti yang lain apabila akan mengambil model ataupun materi yang
(38)
100
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bundu, DR. Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dahar.(2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Depdiknas.(2006). Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Hassoubah.(2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis Disertai Ilustrasi dan
Latihan. Bandung: Nuansa.
Kholik, Muhammad. (2011). Metode Pembelajaran Konvensional [online]. Tersedia: http://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/evaluasi-pembelajaran/. [6 Juli 2013]
Munandar.(1995). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Maulana.(2009). Memahami, Hakikat, Variabel dan Instrumen Peneltian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live’n Live2Learn.
Nazriati, dkk .(2007). Pengaruh Penerapan Model Learning Cycle dalam Pembelajaran Kimia Berbahan Ajar Terpadu Makroskopis Mikroskopis) terhadap Motivasi, Hasil Belajar, dan Retensi Kimia Siswa SMA [Online].Tersedia: Jurnal_Desember-2007.pdf.
[22 November 2012]
Rusman.(2012). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Memebelajarakan IPA Di Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdiknas
Simatupang, Dorlince. (2008). Pembelajaran Model Siklus Belajar (Learning Cycle) [online].Tersedia: Jurnal lc.pdf [1 Desember 2012].
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
(39)
Suherman dan Sukjaya. (1990). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Sujana.(2010). “Ragam Model Pembelajaran Di Sekolah Dasar”dalam Dialog Model Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI Kampus Sumedang.
Wena, Made. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara
Widhy, Purwanti. (2012). Learning Cycle Sebagai Upaya Menciptakan Pembelajaran Sains Yang Bermakna [Online]. Tersedia: - [22 November 2012]
Widiyarti,Aktris. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Clis (Children Learning In Science) Dalam Meningkatkan Kreativitas Dan Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran IPA. [Online]. Tersedia: http://www.uin-suka.ac.id.com [22Nopember 2012].
(1)
normal, maka langkah selanjutnya menggunakan uji non parametik Mann-Whitney (uji U). Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji U adalah sebagai berikut. 1) Buka SPSS kemudian masuk ke variabel view, masukan pada kolom nama di
baris kesatu dengan nama kelas kemudian enter. 2) Pada kolom label isi dengan kelas yang diteliti. 3) Ganti decimals pada kolom dengan angka nol.
4) Pada kolom values masukan pada value angka satu dan pada label tulis kelas eksperimen kemudian add, masukan lagi pada value angka dua dan pada label tulis kelas kontrol kemudian add . Klik data view, masukkan angka satu di kolom pertama sebanyak siswa kelas eksperimen, kemudian lanjutkan dengan angka dua sebanyak kelas kontrol.
5) Masukan hasil pretest di kolom kedua.
6) Klik analyze nonparametric test 2-independent-samples T-test pretest pindahkan ke test variable, kelompok yang diteliti pindahkan ke grouping variable define group, use specified values, grup satu diisi dengan angka satu dan grup dua diisi dengan angka dua exact monte carlo ganti confidence level 95% continue lihat test type dan beri tanda √ pada tulisan Mann Whitney lalu ok.
7) Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, kemudian lihat nilai sig (2-tailed) pada tabel test statistics apabila >α kemampuan siswa sama (homogen), apabila α< maka kemampuan siswa berbeda (tidak homogen). d. Menghitung N-Gain
Menghitung N-Gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif. Untuk menghitung N-Gain menggunakan rumus:
(2)
57
Berikut ini merupakan tabel klasifikasi interpretasi kriteria N-gain adalah sebagai berikut.
Tabel 3.14
Klasifikasi Interpretasi Kriteria N-Gain
N-Gain Interpretasi
Tinggi
Sedang
(3)
98 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan data pada BAB IV, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil uji non parametik mann-whitney (uji u) yang telah dilakukan menunjukan bahwa P-value (sig.) untuk kelas eksperimen adalah 0,000 yang mana 0,000 <�(0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya bahwa model learning cycle dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen.
2. Hasil uji hipotesis non parametrik mann-whitney (uji u) menunjukan bahwa nilai P-value (sig.) untuk kelas kontrol adalah 0,000. P-value (sig.) 0,000 <� (0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas kontrol.
3. Berdasarkan uji independent sample t-test (uji t) untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dan untuk menguji hipotesis yang telah dipaparkan sebelumnya menunjukan bahwa P-value (sig.) adalah 0,000. 0,000 < � (0,05) sehingga H1 diterima yang artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif antara siswa kelas yang mengikuti pembelajaran learning cycle dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada materi sifat-sifat bunyi.
4. Berdasarkan uji korelasi (uji r) untuk mengetahui korelasi antara hasil belajar terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa telah dipaparkan sebelumnya menunjukan bahwa P-value (sig.) kelas eksperimen adalah 0,031. 0,031 < � (0,05) sehingga H1 diterima yang artinya hasil belajar berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa baik di kelas eksperimen.
(4)
99
Sedangkan nilai signifikansi (sig) kelas kontrol yaitu 0,834. Nilai 0,834 lebih dari sig 0,05. Jadi H0 diterima yang artinya hasil belajar tidak berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa di kelas kontrol.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang dapat diajukan yaitu sebagai berikut.
1. Guru dapat menggunakan model learning cycle sebagai alternatif model pembelajaran yang akan digunakan khususnya untuk materi sifat-sifat bunyi. 2. Bagi Sekolah Dasar, agar menambah sarana dan prasarana untuk kegiatan
praktikkum siswa.
3. Bagi lembaga pendidikan khususnya UPI, perlunya pembahasan secara berkala mengenai bagaimana penulisan dan pemaparan skripsi yang baik. 4. Bagi peneliti yang lain apabila akan mengambil model ataupun materi yang
(5)
100
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bundu, DR. Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dahar.(2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas.(2006). Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Hassoubah.(2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis Disertai Ilustrasi dan Latihan. Bandung: Nuansa.
Kholik, Muhammad. (2011). Metode Pembelajaran Konvensional [online]. Tersedia: http://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/evaluasi-pembelajaran/. [6 Juli 2013]
Munandar.(1995). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Maulana.(2009). Memahami, Hakikat, Variabel dan Instrumen Peneltian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live’n Live2Learn.
Nazriati, dkk .(2007). Pengaruh Penerapan Model Learning Cycle dalam Pembelajaran Kimia Berbahan Ajar Terpadu Makroskopis Mikroskopis) terhadap Motivasi, Hasil Belajar, dan Retensi Kimia Siswa SMA [Online].Tersedia: Jurnal_Desember-2007.pdf.
[22 November 2012]
Rusman.(2012). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Memebelajarakan IPA Di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
Simatupang, Dorlince. (2008). Pembelajaran Model Siklus Belajar (Learning Cycle) [online].Tersedia: Jurnal lc.pdf [1 Desember 2012].
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
(6)
101
Suherman dan Sukjaya. (1990). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Sujana.(2010). “Ragam Model Pembelajaran Di Sekolah Dasar”dalam Dialog Model Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI Kampus Sumedang.
Wena, Made. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara
Widhy, Purwanti. (2012). Learning Cycle Sebagai Upaya Menciptakan Pembelajaran Sains Yang Bermakna [Online]. Tersedia: - [22 November 2012]
Widiyarti,Aktris. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Clis (Children Learning In Science) Dalam Meningkatkan Kreativitas Dan Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran IPA. [Online]. Tersedia: http://www.uin-suka.ac.id.com [22Nopember 2012].