Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengukuran Risiko Obesitas pada Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 46201021 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada BAB ini akan dijelaskan menengenai hasil penelitian mengenai risiko obesitas pada anak usia sekolah SMP di Kecamatan Getasan. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran risiko obesitas pada anak remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan. Pembahasan akan dilakukan dengan membandingkan teori dan penelitain sebelumnya yang sudah ada.

4.1 Gambaran Responden Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan subjek sebanyak lima sekolah. Responden terdiri dari remaja usia 12 sampai 15 tahun, laki laki dan perempuan. Diambil secara acak berdasarkan sekolah masing-masing.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Gambaran Total Skor Diet-Lifestyle Index Pada Remaja Sekolah Setingkat SMP Di Kecamatan Getasan

Jumlah ahir skor kuisoner dihitung untuk menentukan total skor Diet-Lifestyle Index dan


(2)

kelompokan sesuai dengan total skor. Berikut gambaran total skor Diet-Lifestyle Index di sajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1 Gambaran total skor Diet-Lifestyle Index

Total skor Jumlah(%)

15 0.2

16 0.3

17 2.1

18 1.3

19 4.5

20 6.1

21 9.8

22 11.1

23 10.8

24 10.6

25 8.9

26 6.4

27 5.6

28 5.3

29 4.7

30 4.5

31 1.9

32 2.9

33 1.3

34 0.8

35 0.5

37 0.2

38 0.2


(3)

Dari hasil akhir total skor Diet-Lifestyle Index

didapati bahwa hanya 0,8% responden yang mendapat skor diatas 35. Responden yang mendapat skor dibawah 27 juga cukup besar yaitu sebesar 77.8%.

4.2.2 Gambaran Konsumsi Sayuran Harian Remaja Sekolah Setingkat SMP Di Kecamatan Getasan

Konsumsi sayuran harian remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan dikelompokkan sesuai dengan frekuensi konsumsi sayuran harian. Berikut gambaran konsumsi sayuran disajikan dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2 Gambaran konsumsi sayuran harian Frekuensi konsumsi (per hari) Persentase (%)

Tidak pernah 10.1

Satu kali 14.5

Dua kali 44.5

Tiga kali 30,9

Empat sampai lima kali 0


(4)

Presentase terbesar pada konsumsi sayuran alah dua kali sehari sebesar 44.5%, selain itu yang mengkonsumsi sayuran tiga kali sehari juga cukup besar yaitu sebesar 30.9%. Sisanya responden menjawab hanya sekali sehari mengkonsumsi sayuran dan tidak mengkonsumsi sayuran sama sekali.

4.2.3 Gambaran konsumsi buah harian remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Konsumsi buah harian remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan dikelompokkan sesuai dengan frekuensi konsumsi buah harian. Berikut gambaran konsumsi buah di sajikan dalam tabel 4.3.

Kebanyakan remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan atau sekitar 49% tidak

Tabel 4.3 Gambaran konsumsi buah harian Frekuensi konsumsi (per hari) Persentase (%)

Tidak pernah 49.4

Satu kali 36.1

Dua kali 14.5

Tiga kali 0

Empat sampai lima kali 0


(5)

mengkonsumsi buah dalam sehari dan sekitar 36.1% hanya sekali mengkonsumsi buah. Sisanya sebesar 14.5% dua kali dalam sehari meng konsumsi buah.

4.2.4 Gambaran Konsumsi Produk Biji Utuh Harian Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Konsumsi produk biji utuh harian remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan dikelompokkan sesuai dengan frekuensi konsumsi produk biji utuh harian. Berikut gambaran konsumsi produk biji utuh di sajikan dalam tabel 4.4

S

ebagian besar atau sebesar 74.2% tidak mengkosumsi produk biji utuh dan sebesar 22.1% mengkonsumsi produk biji utuh sekali sehari. Sisanya

Tabel 4.4 Gambaran konsumsi produk biji utuh harian

Frekuensi konsumsi(per hari) Persentase (%)

Tidak pernah 74.2

Satu kali 22.1

Dua kali 3.7

Tiga kali 0

Empat sampai lima kali 0


(6)

sebesar 3.7% mengkonsumsi produk biji utuh dua kali sehari.

4.2.5 Gambaran Konsumsi Makanan Manis Dan Penambahan Gula Mingguan Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Konsumsi makanan manis dan penambahan gula mingguan remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan dikelompokkan sesuai dengan frekuensi konsumsi makanan manis dan penambahan gula selama satu minggu. Makanan masih ini terdiri dari teh manis, sirup, coklat, permen, minuman bersoda dan beberapa jajanan manis Berikut gambaran konsumsi makanan manis dan penambahan gula di sajikan dalam tabel 4.5

. Tabel 4.4 Gambaran konsumsi makanan manis dan penambahan gula minguan

Frekuensi konsumsi(per minggu)

Persentase (%) Lebih dari 7 kali 66.6

Enam kali 8.9

Lima kali 25.0

Tiga sampai empat kali 0 Satu sampai dua kali 0


(7)

Sebesar 66.6% mengekonsumsi makanan manis dan penambahan gula lebih dari tujuh kali seminggu. Pada poin pertanyaan ini tidak ada siswa yang mengkonsumsi makanan manis dan penambahan gula kurang dari empat kali seminggu

4.2.5 Gambaran Jenis Produk Harian Yang Dikonsumsi Pada Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Konsumsi produk harian yang di konsumsi pada remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan dibagi menajadi dua yaitu produk rendah lemak dan produk tidak rendah lemak. Berikut gambaran jenis produk harian di sajikan dalam diagram 4.1

85,50% 14,50%

diagram 4.1

Tidak rendah lemak

Rendah lemak


(8)

Hasil dari gambaran konsumsi produk harian didapati bahwa 85.5% remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan mengkonsumsi produk tidak rendah lemak dan sisanya 14.5% mengkonsumsi produk rendah lemak.

4.2.6 Gambaran Cara Mengkonsumsi Daging Pada Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Cara mengkonsumsi daging pada remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan dibagi menajadi dua yaitu dengan cara memisahkan lemak yang terlihat dan tidak memisahkan lemak yang terlihat. Berikut Cara mengkonsumsi daging di sajikan dalam diagram 4.2

37%

63%

Diagram 4.2

Memisahkan lemak yang terlihat Tidak memisahkan lemak yang terlihat


(9)

Hasil dari gambaran cara menkonsumsi daging didapati bahwa 63% remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan ketika mengkonsumsi daging tidak memisahkan lemak yang terlihat dan sisanya 37% memisahkan lemak yang terlihat.

4.2.7 Gambaran Kegiatan Ekstrakulikuler dan Olah Raga Mingguan Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Kegiatan ekstrakulikuler dan olah raga mingguan remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan dikelompokkan sesuai dengan waktu yang dihabis untuk melakukan kegiatan ekstrakulikuler dan olah raga selama satu minggu. Berikut gambaran kegiatan ekstrakulikuler dan olah raga di sajikan dalam tabel 4.5

. Tabel 4.5 Gambaran kegiatan ekstrakulikuler dan olahraga minguan

Waktu yang digunakan (per minggu)

Persentase (%)

0-1 jam 34.3

2 jam 43.3

3 jam 0

4 jam 0

Lebih dari 5 jam 22.4


(10)

Kebanyakan responden atau sebesar 43.3% berolahraga dan kegiatan ekstrakulikuler dua jam selama satu minggu dan sebesar 34.3% hanya berolahraga sekitar 0 sampai 1 jam satu minggu. Pada poin pertanyaan ini terdapat sebesar 22.4% responden yang berolahraga lebih dari lima jam satu minggu

4.2.8 Gambaran waktu menonton televisi dan bermain game harian remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Waktu menonton televisi dan bermain game

harian remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan dikelompokkan sesuai waktu yang dihabiskan selama sehari untuk menonton televisi dan bermain

game. Berikut gambaran menonton televisi dan bermain


(11)

Pada poin pertanyaan ini sekitar 15.5% responden menonton menonton Television dan bermain game lebih dari lima jam sehari. Selain itu sekitar 30.8% dan 35.7% menonton television dan bermain game selama tiga jam dan dua jam sehari.

4.2.9 Gambaran Pola Sarapan Mingguan Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Pola sarapan mingguan remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan dikelompokkan sesuai dengan frekuensi sarapan selama satu minggu. Berikut gambaran pola sarapan minguan di sajikan dalam tabel 4.7

Tabel 4.6 Gambaran waktu menonton TV dan bermain game harian

Waktu yang digunakan (per hari) Persentase (%)

0-1 jam 12.6

2 jam 35.7

3 jam 30.8

4 jam 5.5

Lebih dari 5 jam 15.5


(12)

Sebagian besar responden atau sekitar 75.4% tidak pernah sarapan. Sisanya sekitar 24.6% lebih dari tujuh kali sarapan.

4.2.10 Gambaran Konsumsi Sereal Mingguan Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Pola sarapan mingguan remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan dikelompokkan sesuai dengan frekuensi sarapan dengan mengunakan sereal selama satu minggu. Berikut gambaran konsumsi sereal mingguan di sajikan dalam tabel 4.8

Tabel 4.7 Gambaran pola sarapan minguan Frekuensi sarapan(per

minggu)

Persentase (%)

Tidak pernah 75.4

Satu sampai dua kali 0 Tiga sampai empat kali 0 Lima sampai enam kali 0 Lebih dari tujuh kali 24.6


(13)

Hasil dari gambaran konsumsi sarapan sereal adalah sebesar 91.3% tidak mengkonsumsi sarapan sereal dan sisanya sebesar 8.7% mengkonsumsi sarapan sereal.

4.2.11 Gambaran Frekuensi Makan Diluar Atau Jajan Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Frekuensi makan diluar atau jajan remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan dikelompokkan sesuai dengan Frekuensi makan diluar atau jajan selama satu minggu. Berikut gambaran Frekuensi makan diluar atau jajan mingguan di sajikan dalam tabel 4.9

Tabel 4.8 Gambaran konsumsi sereal mingguan Frekuensi sarapan(per minggu) Persentase (%)

Tidak pernah 91.3

Satu sampai dua kali 0 Tiga sampai empat kali 0 Lima sampai enam kali 0 Lebih dari tujuh kali 8.7


(14)

Sebagian besar atau sebesar 68.3% makan diluar atau jajan sebayak tiga sampai empat kali seminggu dan sisanya sebesar 31.7 makan diluar atau jajan sebanyak lima sampai enam kali seminggu.

4.2.12 Gambaran Jumlah Episode Makan Pada Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Jumlah episode makan pada remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan dikelompokkan sesuai dengan frekuensi makan selama satu hari. Berikut gambaran frekuensi makan disajikan dalam tabel 4.10

Tabel 4.9 Gambaran frekuensi makan diluar atau jajan

Frekuensi (per minggu) Persentase (%)

Tidak pernah 0

Satu sampai dua kali 0 Tiga sampai empat kali 68.3 Lima sampai enam kali 31.7 Lebih dari tujuh kali 0


(15)

Kebanyakan atau sebesar 53.3% makan tiga kali sehari dan 39% makan satu sampai dua kali sehari. Sementara itu sisanya sebesar 7.7% makan empat sampai lima kali sehari.

4.2.13 Gambaran Status Obesitas Orang Tua Pada Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Status obesitas orang tua pada remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan dikelompokkan sesuai dengan Status gizi orang tua siswa. Berikut gambaran Status obesitas orang tua di sajikan dalam tabel 4.11

Tabel 4.10 Gambaran frekuensi makan Frekuensi makan(per hari) Persentase (%) Satu sampai dua kali 39

Tiga kali 53.3

Empat sampai lima kali 7.7


(16)

Kebanyakan sebesar 63.6% mempunyai salah satu orangtua yang normal dan salah satu overweight

dan obesitas dan sebesar 17.4% mempunyai orangtua dengan berat badan normal. Selain itu 19% kedua-duanya orangtua responden obesitas dan overweight.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Gambaran Total Skor Diet-Lifestyle Index Pada Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Hasil yang didapat menunjukan bahwa sebesar sebesar 77.8% mendapat skor dibawah 27 hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mendapat skor minimal risiko obesitas yang dapat diketahui

Tabel 4.11 Gambaran status obesitas orang tua Frekuensi makan(per

hari)

Persentase (%) Salah satu obesitas 19

Salahsatu normal dan salah satu obesitas atau overweight

63.6

Keduanya normal 17.4


(17)

presentasinya. Hasil penelitian di Yunani mengemukakan bahwa skor dibawah 27 berisiko menjadi obesitas dengan presentase 27% sampai 39% untuk laki-laki dan 14% sampai 22% untuk perempuan (Kosti et al, 2009). Diet-Lifestyle Index mengukur risiko obesitas berdasarkan beberapa faktor risiko obesitas yaitu pola makan, pola aktifitas dan faktor ginetik, hal ini sependapat dengan pendapat Misnadiarly (2007), menyatakan bahwa pola makan, pola aktifitas dan faktor genetik termasuk penyebab obesitas.

Melihat tingginya presentasi risiko obesitas, perawat seharusnya melakukan tindakan pencegahan. Kewajiban melakukan tidakan pencegahan sejalan dengan definisi praktik keperawatan yang dikemukakan oleh American Nurse association (ANA), menyatakan bahwa keperawatan adalah membagi tanggung jawab untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan seluruh manusia di komunitas dan keperawatan berpartisipasi dalam program yang disusun untuk mencegah penyakit dan mempertahankan kesehatan (Potter & Perry, 1997).


(18)

4.2.2 Gambaran Konsumsi Sayuran Dan Buah Harian Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa konsumsi sayuran dan buah pada remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan masih cukup rendah sebesar 49% siswa tidak mengkonsumsi buah harian dan sebesar 44.5% hanya mengkonsumsi sayuran dua kali sehari, padahal diet yang dianjurkan oleh WHO untuk mencegah malnutrisi sebayak 5 porsi sehari konsumsi buah dan sayur atau setara dengan 400 g (WHO,2015). Penelitian di USA juga menemukan hal yang sama, penelitian ini menemukan bahwa menambah intake

sayuran dan buah dapat mengurangi risiko jangka panjang obesitas terutama pada perempuan (He et al, 2004)

Dalam hal ini perawat berkewajiban melakukan tindakan edukatif dalam menanggapi kebiasaan konsumsi sayuran dan buah yang kurang baik, sesuai dengan teori sistem keperawatan orem yang


(19)

menyatatakan bahwa salah satu dalam sistem pelayan keperawatan diantaranya sistem support dan edukatif yaitu sistem yang memberikan bantuan terhadap pasien yang memerlukan dukungan dengan harapan pasien mampu melakukan perawatan secara mandiri (Hidayat, 2007).

4.2.3 Gambaran Pemilihan Makanan Yang Dikonsumsi (Wholegrain, Makanan Manis, Produk Rendah Lemak, Daging, Sarapan Sereal )Pada Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan.

Hasil penelitian didapati 74.2% tidak mengkonsumsi produk wholegrain, sebanyak 66.6% lebih dari tujuh kali seminggu mengkonsumsi makanan manis dan tambahan gula pada makanan dan minuman, didapati juga 85,5% menggunakan produk tidak rendah lemak, selain itu sebanyak 65% memakan lemak yang terlihat pada daging dan yang terahir sebanyak 91.3% tidak mengkonsumsi sarapan sereal. Dapat dilihat bahwa kebanyakan pemilihan makanan yang di konsumsi beresiko tinggi obesitas. WHO menyarankan untuk


(20)

mencegah obesitas sebaiknya seseorang membatasi konsumsi lemak dan gula serta meningkatkan konsumsi

wholegrain. Hal serupa juga di temukan pada penelitian di Polandia menemukan bahwa konsumsi makan manis lebih dari tujuh kali seminggu lebih beresiko 60% lebih tinggi mengalami obesitas obesitas (Wuenstel et al, 2012). Pada penelitian di USA juga ditemukan bahwa sarapan dengan sereal yang mengandung whole grain dan beberapa vitamin lainya bermannfaat menjaga kodisi berat badan sehat pada tubuh (Affenito et al, 2011). Sementara penelitian mengenai diet rendah lemak pernah dilakukan di Australia yang menemukan bahwa diet rendah lemak dapat menurunkan berat badan seperti diet lain pada umumnya dalam artian pola konsumsi rendah lemak mengurangi risiko obesitas (Pirozzo et al, 2002).

Melihat pemilihan makanan yang di konsumsi anak remaja sekolah setingkat SMP yang ternyata kurang sehat. Perawat seharusnya bisa melakukan peranannya untuk membantu mendorong siswa untuk memilih makanan yang lebih sehat. Hal ini sesuai dengan teori keperawatan Jean Watson yang menyatakan bahwa


(21)

kebutuhan makanan dan minuman termasuk dalam kebutuhan biophysikal yang merupakan salah satu target peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit (Hidayat, 2007)

4.2.4 Gambaran Aktifitas Fisik Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Hasil dari penelitian aktifitas fisik ditemukan bahwa 30,8% dan 35.7% menonton TV selama 3 jam dan 2 jam setiap hari, selain itu ditemukan juga bahwa 34,3% dan 43.3% beraktivitas fisik seperti olahraga dan ekstrakulikuler selama 0-1 jam dan 2 jam setiap minggu. Tingkat aktifitas fisik ini sangat rendah karena dari yang disarankan oleh WHO, aktifitas fisik minimal untuk mencegah obesitas pada anak adalah satu jam setiap hari (WHO, 2015). Aktifitas fisik yang redah sebagai faktor risiko obesitas pernah diteliti di Portugal yang menemukan bahwa obesitas dengan level aktifitas fisik yang rendah (Pereira et al, 2012). Sedangkan penelitian mengenai menonton TV dan bermain game (sceern time) pernah dilakukan di norwagia menemukan bahwa sceern time berasosiasi dengan obesitas dan yang dikategorikan


(22)

mempunyai screen time tinggi adalah yang melakukanya lebih dari 2 jam setiap hari (Kristiansen et al, 2012)

Peran perawat untuk mengurangi risiko obesitas dalam hal ini adalah dengan membantu mendorong siswa untuk melakukan aktifitas fisik dan pola istirahat yang sehat. Hal ini sesuai dengan teori keperawatan Jean Watson yang menyatakan bahwa kebutuhan aktifitas fisik dan istirahat termasuk dalam kebutuhan psikofisikal yang merupakan salah satu target perawat dalam peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit (Hidayat, 2007)

4.2.5 Gambaran Frekuensi Makan (Episode Makan,Makan Diluar/Jajan, Sarapan) Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Hasil penelitian menunjukan bahwa 39% siswa makan sehari hanya 1 sampai dua kali dan 31,7% sering makan diluar atau jajan (eating meal not prepared at home), selain itu 75.4% tidak pernah sarapan. Tidak pernah sarapan memicu kita untuk lapar pada siang hari dan makan banyak pada malam hari,


(23)

orang-orang suka makan banyak pada malam hari diindikasi lebih banyak mengalami obesitas. Selain itu untuk mencegah obesitas disarankan untuk mengurangi makan diluar atau jajan (Misnadiarly, 2007). Penelitian mengenai sarapan dan frekuensi makan pernah dilakukan di Portugal dan hasilnya diadapati bahwa remaja dengan obesitas lebih banyak yang makan kurang dari tiga kali sehari dan tidak sarapan (Mota et al, 2008). Selain itu penelitian di China menemukan bahwa makan diluar atau jajan (eating food not prepared at home) berasosiasi dengan obesitas (Andegiorgish et al, 2012).

Dalam menanggapi permasalahan ini ahli gizi dapat melakukan peran sertanya dalam lingkup komunitas, Barasi (2007) dalam bukunya ilmu gizi menyatakan bahwa ahli diet di komunitas mungkin menjalankan beberapa peran dalam kesehatan gizi masarakat, memberikan pendidikan gizi dan perbaikan kesehatan dengan salah satu targetnya adalah sekolah dan organisasi pemuda. Selain itu Barasi juga menyarankan frekuensi makan yang baik untuk anak


(24)

usia sekolah dan remaja adalah sumber karbohidarat dan pati lima porsi sehari, buah dan sayur lima porsi sehari, susu dan produk olahanya tiga porsi setiap hari, daging dan penggantinya dua porsi setiap hari.

Melihat masalah frekuensi makan pada remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan, seharusnya perawat juga berkewajiban untuk mendorong mereka mepunyai pola makan yang sehat hal ini sesuai dengan teori Henderson yang menyatakan bahwa kebutuhan makan dan minum termasuk dalam 14 kebutuhan dasar hendersen yang merupakan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan (hidayat, 2007).

4.2.6 Gambaran Status Obesitas Orang Tua Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa sebesar 63.6% mempunyai salah satu orang tua yang normal dan salah satu overweight atau obesitas. Menurut Misnadiarli (2007) menyatakan bahwa jika mempunyai salah satu orang tua yang obesitas kemungkinan antara


(25)

40% sampai 50% anak-anaknya akan obesitas. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian di Australia yang menemukan bahwa overweigh dan obesitas pada orang tua mengidentifikasi gaya hidup tidak sehat pada anak (Burke et al, 2001), gaya hidup tidak sehat ini memungkinkan risiko tinggi obesitas.

Melihat kemungkinan risiko obesitas pada anak dengan orangtua obesitas peran perawat dalam hal ini dapat berfungsi sebagai pendorong diet yang sehat. Peran ini sesuai dengan teori jonhson yang menyatakan bahwa mengakomondasi diet yang diterima secara sosial dan kultural termasuk dalam fokus kebutuhan dasar manusia yang menjadi dasar pengkajian kebutuhan perawatan klien (Potter & Perry, 1997).


(1)

mencegah obesitas sebaiknya seseorang membatasi konsumsi lemak dan gula serta meningkatkan konsumsi wholegrain. Hal serupa juga di temukan pada penelitian di Polandia menemukan bahwa konsumsi makan manis lebih dari tujuh kali seminggu lebih beresiko 60% lebih tinggi mengalami obesitas obesitas (Wuenstel et al, 2012). Pada penelitian di USA juga ditemukan bahwa sarapan dengan sereal yang mengandung whole grain dan beberapa vitamin lainya bermannfaat menjaga kodisi berat badan sehat pada tubuh (Affenito et al, 2011). Sementara penelitian mengenai diet rendah lemak pernah dilakukan di Australia yang menemukan bahwa diet rendah lemak dapat menurunkan berat badan seperti diet lain pada umumnya dalam artian pola konsumsi rendah lemak mengurangi risiko obesitas (Pirozzo et al, 2002).

Melihat pemilihan makanan yang di konsumsi anak remaja sekolah setingkat SMP yang ternyata kurang sehat. Perawat seharusnya bisa melakukan peranannya untuk membantu mendorong siswa untuk memilih makanan yang lebih sehat. Hal ini sesuai dengan teori keperawatan Jean Watson yang menyatakan bahwa


(2)

kebutuhan makanan dan minuman termasuk dalam kebutuhan biophysikal yang merupakan salah satu target peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit (Hidayat, 2007)

4.2.4 Gambaran Aktifitas Fisik Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Hasil dari penelitian aktifitas fisik ditemukan bahwa 30,8% dan 35.7% menonton TV selama 3 jam dan 2 jam setiap hari, selain itu ditemukan juga bahwa 34,3% dan 43.3% beraktivitas fisik seperti olahraga dan ekstrakulikuler selama 0-1 jam dan 2 jam setiap minggu. Tingkat aktifitas fisik ini sangat rendah karena dari yang disarankan oleh WHO, aktifitas fisik minimal untuk mencegah obesitas pada anak adalah satu jam setiap hari (WHO, 2015). Aktifitas fisik yang redah sebagai faktor risiko obesitas pernah diteliti di Portugal yang menemukan bahwa obesitas dengan level aktifitas fisik yang rendah (Pereira et al, 2012). Sedangkan penelitian mengenai menonton TV dan bermain game (sceern time) pernah dilakukan di norwagia menemukan bahwa sceern time berasosiasi dengan obesitas dan yang dikategorikan


(3)

mempunyai screen time tinggi adalah yang melakukanya lebih dari 2 jam setiap hari (Kristiansen et al, 2012)

Peran perawat untuk mengurangi risiko obesitas dalam hal ini adalah dengan membantu mendorong siswa untuk melakukan aktifitas fisik dan pola istirahat yang sehat. Hal ini sesuai dengan teori keperawatan Jean Watson yang menyatakan bahwa kebutuhan aktifitas fisik dan istirahat termasuk dalam kebutuhan psikofisikal yang merupakan salah satu target perawat dalam peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit (Hidayat, 2007)

4.2.5 Gambaran Frekuensi Makan (Episode Makan,Makan Diluar/Jajan, Sarapan) Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Hasil penelitian menunjukan bahwa 39% siswa makan sehari hanya 1 sampai dua kali dan 31,7% sering makan diluar atau jajan (eating meal not prepared at home), selain itu 75.4% tidak pernah sarapan. Tidak pernah sarapan memicu kita untuk lapar pada siang hari dan makan banyak pada malam hari,


(4)

orang-orang suka makan banyak pada malam hari diindikasi lebih banyak mengalami obesitas. Selain itu untuk mencegah obesitas disarankan untuk mengurangi makan diluar atau jajan (Misnadiarly, 2007). Penelitian mengenai sarapan dan frekuensi makan pernah dilakukan di Portugal dan hasilnya diadapati bahwa remaja dengan obesitas lebih banyak yang makan kurang dari tiga kali sehari dan tidak sarapan (Mota et al, 2008). Selain itu penelitian di China menemukan bahwa makan diluar atau jajan (eating food not prepared at home) berasosiasi dengan obesitas (Andegiorgish et al, 2012).

Dalam menanggapi permasalahan ini ahli gizi dapat melakukan peran sertanya dalam lingkup komunitas, Barasi (2007) dalam bukunya ilmu gizi menyatakan bahwa ahli diet di komunitas mungkin menjalankan beberapa peran dalam kesehatan gizi masarakat, memberikan pendidikan gizi dan perbaikan kesehatan dengan salah satu targetnya adalah sekolah dan organisasi pemuda. Selain itu Barasi juga menyarankan frekuensi makan yang baik untuk anak


(5)

usia sekolah dan remaja adalah sumber karbohidarat dan pati lima porsi sehari, buah dan sayur lima porsi sehari, susu dan produk olahanya tiga porsi setiap hari, daging dan penggantinya dua porsi setiap hari.

Melihat masalah frekuensi makan pada remaja sekolah setingkat SMP di Kecamatan Getasan, seharusnya perawat juga berkewajiban untuk mendorong mereka mepunyai pola makan yang sehat hal ini sesuai dengan teori Henderson yang menyatakan bahwa kebutuhan makan dan minum termasuk dalam 14 kebutuhan dasar hendersen yang merupakan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan (hidayat, 2007).

4.2.6 Gambaran Status Obesitas Orang Tua Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa sebesar 63.6% mempunyai salah satu orang tua yang normal dan salah satu overweight atau obesitas. Menurut Misnadiarli (2007) menyatakan bahwa jika mempunyai salah satu orang tua yang obesitas kemungkinan antara


(6)

40% sampai 50% anak-anaknya akan obesitas. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian di Australia yang menemukan bahwa overweigh dan obesitas pada orang tua mengidentifikasi gaya hidup tidak sehat pada anak (Burke et al, 2001), gaya hidup tidak sehat ini memungkinkan risiko tinggi obesitas.

Melihat kemungkinan risiko obesitas pada anak dengan orangtua obesitas peran perawat dalam hal ini dapat berfungsi sebagai pendorong diet yang sehat. Peran ini sesuai dengan teori jonhson yang menyatakan bahwa mengakomondasi diet yang diterima secara sosial dan kultural termasuk dalam fokus kebutuhan dasar manusia yang menjadi dasar pengkajian kebutuhan perawatan klien (Potter & Perry, 1997).


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Dukun Bayi tentang Pijat Bayi di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462010060 BAB IV

0 11 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengukuran Risiko Obesitas pada Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 46201021 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengukuran Risiko Obesitas pada Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 46201021 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengukuran Risiko Obesitas pada Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 46201021 BAB III

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengukuran Risiko Obesitas pada Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 46201021 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengukuran Risiko Obesitas pada Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengukuran Risiko Obesitas pada Remaja Sekolah Setingkat SMP di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah pada SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang T1 162011020 BAB IV

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fungsi Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono Dusun Weru Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 152010018 BAB IV

0 4 67

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Obesitas pada Masyarakat Desa Sanoba Kecamatan Sanoba Kabupaten Nabire – Papua T1 BAB IV

0 1 67