GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS T

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM YANG BENAR DI RSUD SURAKARTA TAHUN 2012 KARYA TULIS ILMIAH

  Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir

  Pendidikan Diploma III Kebidanan

  Disusun Oleh : RINA HANDAYANI NIM : B09 044 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Luka Perineum yang Benar di RSUD Surakarta Tahun 2012”.

  Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusun Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bimbingan dan dorongan serta semangat dari pembimbing, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Dra. Agnes Sriharti, M. Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

  2. Dheny Rohmatika, S. SiT, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

  3. Riadini Wahyu Utami, S.ST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada

  penulis.

  4. Bapak Edhie Prasetiawan, SH.MM selaku direktur RSUD Surakarta, yang telah bersedia memberi ijin pada penulis dalam pengambilan data.

  5. Seluruh dosen beserta staf Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah

  diberikan.

  6. Ibu Nifas yang telah bersedia menjadi responden dalam studi kasus untuk Karya Tulis Ilmiah.

  7. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

  8. Kedua orang tua saya dan kakak yang telah memberikan doa dan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

  9. Rekan-rekan Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan Karya

  Tulis Ilmiah ini.

  10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

  Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran dan kritik demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

  Surakarta, Juli 2012

  Penulis

  Prodi D III Kebidanan StikesKusumaHusada Surakarta KaryaTulisIlmiah, Juli 2012 RinaHandayani B09.044

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM YANG BENAR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SURAKARTA TAHUN 2012

  xiv + 48halaman +17 Lampiran + 4 Tabel + 2 Gambar

ABSTRAK

  LatarBelakang:Perlukaanjalanlahirmerupakanpredisposisi

  yang

  kuatuntukterjadinyainfeksipadamasanifas. Untukmencegahterjadinyainfeksiperludiperhatikankhususnyapadaharipertama postpartum

  lukainitidakdimasukikuman –

  kumandariluar.Olehsebabitusemuaalatdankain yang berhubungandenganalat genital harussucihama. penyebabkematianibuterbanyakadalahperdarahan 60 - 70, pre eklamsiadaneklamsia 10 - 20, infeksi 10 - 20padaibu postpartum.

  TujuanPenelitian

  :Untukmengetahuigambarantingkatpengetahuanibunifastentangperawatanluka perineum yang benar di RSUD Surakarta. MetodePenelitian :JenisPenelitianadalahdeskriptifkuantitatif. Penelitianinidilaksanakan di RSUD Surakartapadabulan Mei – Juni 2012dengansampelyaituibunifassebanyak 30 respondenmenggunakanteknikpengambilansampeldenganteknikpurposive sampling.Instrumen

  yang

  digunakanyaitukuesionertertutupsedangkanteknikanalisadenganmenggunakananalisa data univariat.

  HasilPenelitian

  :Hasilpenelitianmenunjukangambarantingkatpengetahuanibunifastentangperawatanluka perineum

  yaituibunifas yang

  mempunyaipengetahuancukupyaitu23 responden (76,7), pengetahuankurangyaitu4 responden(13,3) danpengetahuanbaikyaitu 3 responden (10). Kesimpulan :Tingkat pengetahuanibunifastentangperawatanluka perineum yang benar di RSUD Surakarta adalahcukupyaitu 23 responden (76,7).

  Kata kunci : Pengetahuan, IbuNifas perawatan Luka perineum yang benar. Kepustakaan :20literatur (2001 – 2010)

  “Awali semuanya dengan doa dan senyum”

  “Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni keindahan menjadi

  halus, "

  “Percaya dan yakin pada diri sendiri adalah langkah pasti menuju prestasi”

  “Susunlah langkahmu dengan pasti sebelum menyesal dikemudian hari”

  “Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang – orang yang kusyu”

  persembahan Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan YME Karya Tulis Ilmiah ini penulis

  persembahkan kepada :

  Ø Allah SWT yang memberikan petunjuk kelancaran dan kemudahan dalam

  penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Ø Ayah bunda tercinta terimakasih atas doa restunya dan cinta kasihnya selama

  ini. Ø Kakak dan adikku tercinta yang selalu memberikan support setiap langkah ku.

  Ø Bu Riadini makasih banget selama ini telah sabar membimbing. Ø Teman – teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah

  ini. Ø Buat seseorang yang selalu mendukung, memberi semangat dan do”a dalam

  pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

CURICULUM VITAE

  Foto 3×4

  Nama

  : Rina Handayani

  Tempat Tanggal Lahir

  : Sragen, 21 Juni 1991

  Agama

  : Islam

  Jenis Kelamin

  : Perempuan

  Alamat

  : Kalijambe, sragen.

  Riwayat pendidikan

  1. SDN 03 keden Kalijambe, Sragen

  LULUS TAHUN 2003

  2. SMPN 02 Kalijambe, Sragen

  LULUS TAHUN 2006

  3. SMAN 01 Gondangrejo, Karanganyar

  LULUS TAHUN 2009

  4. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2009

DAFTAR GAMBAR

  30

  Gambar 2.1 Kerangka Teori penelitian ........................................................

  31

  Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Jadwal Penelitian Lampiran 2 Surat Ijin Pengambilan Data Awal Lampiran 3 Surat Keterangan Pengambilan Data Awal Lampiran 4 Surat Ijin Validitas Lampiran 5 Surat Keterangan validitas Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 8 Permohonan Menjadi Responden Lampiran 9 Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 10 Kuesioner Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang

  Perawatan Luka Perineum yang Benar

  Lampiran 11 Tabulasi Validitas Lampiran 12 Hasil Uji Validitas Lampiran 13 Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 14 Tabel Nilai – Nilai r Product Moment Lampiran 15 Mean dan standar devisiasi Lampiran 16 Hasil Data Pengetahuan Kuesioner Ibu Nifas Tentang Perawatan

  Luka Perineum yang benar

  Lampiran 17 Lembar Konsultasi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat – alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati dan Wulandari, 2009).

  Perlukaan jalan lahir merupakan predisposisi yang kuat untuk terjadinya infeksi pada masa nifas. Untuk mencegah terjadinya infeksi perlu diperhatikan khususnya pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka – luka ini tidak dimasuki kuman – kuman dari luar. Oleh sebab itu semua alat dan kain yang berhubungan dengan alat genital harus suci hama (Wiknjosastro, 2006). Infeksi ini juga dapat disebabkan oleh pemeriksaan dalam yang terlalu sering, persalinan kasep, persalinan memanjang, infeksi lokal dan peralatan yang digunakan tidak steril (Manuaba, 2008).

  Menurut WHO (Word Health Organitation) melalui pemantauan ibu meninggal diberbagai belahan dunia memperkirakan bahwa setiap tahun jumlah 500.000 ibu meninggal disebabkan kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes, 2002). Sedangkan Manuaba (2002), menjelaskan penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan 60 - 70, pre Menurut WHO (Word Health Organitation) melalui pemantauan ibu meninggal diberbagai belahan dunia memperkirakan bahwa setiap tahun jumlah 500.000 ibu meninggal disebabkan kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes, 2002). Sedangkan Manuaba (2002), menjelaskan penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan 60 - 70, pre

  Dari data penelitian sebelumnya didapatkan hasil pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum di Rumah Bersalin Yulita, sukoharjo di dapat pengetahuan baik yaitu 19 responden (26,0), di dapat pengetahuan cukup 29 responden (39,7), pengetahuan kurang 18 responden (24,7) dan didapat pengetahuan tidak baik 7 responden (9,6) (Nurjanah, 2010). Sedangkan hasil penelitian menurut Hastuti (2007), di dapat hasil penelitian gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas tentang personal hygiene di BPS Benis Jayanto, klaten dengan hasil pengetahuan baik 30 responden (53,3), pengetahuan cukup 15 responden (23, 35), dan tergolong kurang 15 responden (23, 35).

  Berdasarkan studi awal yang penulis peroleh dari RSUD Surakarta selama 6 bulan terakhir pada bulan Juni 2010 sampai Desember 2010 didapat jumlah ibu nifas 708 orang dan pada tanggal 18 Desember 2011 melalui teknik wawancara pada 7 orang ibu nifas semuanya mempunyai luka jahitan pada perineum, dari 7 orang 5 diantaranya tidak mencuci luka perineum dengan air sabun, 4 orang tidak mengeringkan daerah genetalia setelah BAB dan BAK, dan 7 orang melakukan cebok yang salah yaitu dengan cebok dari arah belakang ke depan .

  Berdasarkan data tersebut diatas pengetahuan ibu nifas tentang Berdasarkan data tersebut diatas pengetahuan ibu nifas tentang

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan gambaran dari latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan permasalahan sebagai berikut “Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Luka Perineum yang Benar di RSUD Surakarta Tahun 2012?”

C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan ibu

  nifas tentang perawatan luka perineum yang benar di RSUD Surakarta.

  2. Tujuan Khusus

  a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Perawatan Luka Perineum yang Benar dalam tingkat baik.

  b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Perawatan Luka Perineum yang Benar dalam tingkat cukup.

  c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Perawatan Luka Perineum yang Benar dalam tingkat kurang.

D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah wawasan dengan adanya ilmu pengetahuan dalam upaya

  pemberian pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum yang benar.

  2. Bagi peneliti Mengaplikasikan teori dari perkuliahan, menambah wawasan peneliti

  untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum yang benar.

  3. Bagi institusi

  a. Bagi lahan penelitian Penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan untuk

  meningkatkan kualitas dalam pelayanan kebidanan, dan dapat digunakan untuk menyusun dan merenanakan program pelayanan di RSUD Surakarta.

  b. Bagi institusi pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai dokumen dan bahan

  tambahan sumber bacaan bagi mahasiswi Prodi D3 Kebidanan Stikes Kusuma Husada Surakarta.

E. Keaslian Penelitian

  1. Nurjanah (2010) dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Perineum di Rumah Bersalin Yulita Sukoharjo. Metode yang digunakan deskriptif kuantitatif, pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh, pengumpulan data primer dan sekunder, populasi dan sampel ibu post partum, jenis variabel tunggal di dapat hasil penelitian tergolong baik yaitu 19 responden (26, 0), yang tergolong cukup 29 responden (39, 7), tergolong kurang 18 responden (24, 7), dan tergolong tidak baik 7 responden (9, 6). Perbedaan dengan peneliti adalah judul penelitian, tempat, waktu, teknik pengambilan sampel dan hasil penelitian.

  2. Hastuti (2007) dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Personal Hygiene di Bidan Praktek Swasta Benis jayanto kujon, ceper klaten”. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional, teknik purposive sampling, pengumpulan data primer dan sekunder, jenis variabel tunggal dengan jumlah sampel 60 responden didapatkan hasil penelitian tergolong baik yaitu 30 responden (53, 3), tergolong cukup 15 responden (23, 35) dan tergolong kurang 15 responden (23, 35). Perbedaan dengan peneliti adalah judul penelitian, tempat, waktu, jenis penelitian dan rancangan dan teknik pengambilan sampel dan hasil penelitian.

F. Sistematika Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

  Didalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  Dalam bab ini dijelaskan mengenai teori – teori masalah yang diteliti, kerangka teori, kerangka konsep penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  Dalam bab ini menjelaskan tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengolahan dan analisis data, etika penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Dalam bab ini berisi gambaran umum tempat penelitian, hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan penelitian. BAB V PENUTUP

  Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  A. Tinjauan Teori

  1. Pengetahuan

  a. Definisi

  Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku (Setiawati, 2008).

  Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).

  b. Tingkat Pengetahuan didalam domain kognitif

  Menurut Notoatmodjo (2010), dalam domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berintraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut :

  1) Tahu (Knowledge) Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau 1) Tahu (Knowledge) Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau

  2) Memahami (Comprehension) Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan.

  3) Menerapkan (Aplication) Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.

  4) Analisa (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk susunan berarti.

  5) Sintesis (Syntesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagian- bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.

  6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya (Notoatmodjo, 2010).

  c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

  Menurut Mubarak (2007), faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah:

  1) Pendidikan

  Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai – nilai yang baru diperkenalkan.

  2) Pekerjaan

  Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

  3) Umur

  Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental) pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan yakni: perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri – ciri lama dan timbulnya ciri – ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang makin matang dan dewasa.

  4) Minat

  Diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu minat menjadikan seseorang untuk memenuhi suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

  5) Pengalaman

  Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang

  lingkungannya. Ada

  kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologisakan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

  6) Kebudayaan Lingkungan Sekitar

  Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu

  berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

  7) Informasi

  Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. d. Proses penyerapan ilmu pengetahuan

  Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa suatu pesan setiap individu

  Formatted: Indent: First line: 0.41", Line spacing: Double

  akan melalui 5 tahapan yaitu :

  1) Awarnees (kesadaran) Yaitu suatu keadaan dimana seseorang sadar bahwa ada suatu peranan

  yang disampaikan dan pesan yang disampaikan.

  2) Interest (merasa tertarik) Adalah seseorang mulai tertarik akan isi pesan yang disampaikan .

  3) Evaluation (menimbang – nimbang) Merupakan suatu tahap dimana penerima pesan mulai mengadakan penilaian keuntungan dan kerugian dari isi pesan yang disampaikan.

  4) Trial (mencoba)

  Formatted: Indent: Left: 0.59", Hanging: 0.2", Line spacing: Double, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start

  Merupakan tahapan dimana penerima pesan mencoba mempraktikan

  at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Indent at: 1.5"

  isi pesan dalam kehidupan sehari – hari.

  Formatted: Indent: Left: 0.79", Line spacing:

  Double

  5) Adaption (adapsi) Merupakan tahap dimana penerima pesan mempraktikan dan melaksanakan isi pesan dalam kehidupan sehari – hari.

  e. Cara Memperoleh Pengetahuan

  Menurut Notoadmojo (2010), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

  1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

  kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah coba-coba.

  2) Secara kebetulan

  Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

  3) Cara Kekuasaan atau Otoritas

  Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan- kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui

  penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan- kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukannya ádalah benar.

  4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

  Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

  5) Cara akal sehat

  Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasehat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasehat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai

  6) Kebenaran melalui wahyu

  Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan.

  7) Kebenaran secara intuitif

  Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis.

  8) Melalui Jalan Pikiran

  Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

  9) Induksi

  Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyatan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyatan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal

  10) Deduksi

  Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyatan umum ke khusus. Silogisme yaitu suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik.

  2. Masa Nifas

  a. Definisi

  1) Masa nifas adalah masa (kira – kira 6 minggu) setelah kelahiran

  bayi, selama tubuh ibu beradaptasi ke keadaan sebelum hamil, disebut juga puerperium (Bahiyatun, 2009).

  2) Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

  plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih

  6 minggu postpartum (Saleha, 2009). b. Periode Masa Nifas Periode nifas menurut Wulandari (2009), dibagi menjadi 3 periode, yakni :

  1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

  2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.

  3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

  c. Tujuan Asuhan Masa Nifas

  Menurut Mitayani (2009), tujuan asuhan kebidanan selama masa postpartum :

  1) Mencegah hemoragi. 2) Memberikan kenyamanan fisik, nutrisi, hidrasi, keamanan dan

  eliminasi.

  3) Memberikan motivasi pada ibu dan keluarga untuk mulai mengintregasikan proses kelahiran menjadi pengalaman hidup mereka.

  4) Memelihara proses kedekatan dengan neonatus. d. Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas

  1) Tanda Vital

  Suhu badan pada 24 jam post partum akan naik 37,5ºC – 38ºC sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 – 80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya nadi akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit adalah Suhu badan pada 24 jam post partum akan naik 37,5ºC – 38ºC sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 – 80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya nadi akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit adalah

  2) Involusi

  Involusi merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat berkisar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot – otot polos uterus. Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira – kira 2 cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promotorium sakralis. Pada saat ini uterus kira – kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram (Wulandari, 2009).

  3) Perubahan tinggi dan berat uterus masa nifas Tabel 2. 1. Perubahan tinggi dan berat uterus masa nifas. Involusio

  Tinggi Fundus Berat

  Setinggi pusat

  antara simpisis pusat

  14 hari

  Tidak teraba

  350 gr

  5 cm

  1cm

  (minggu 2)

  (Wulandari, 2009).

  4) Lochea

  Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama nifas (Wulandari, 2009). Pengeluaran lochea dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut :

  a) Lochea rubra merah : lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum. Cairan yang keluar warna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa – sisa placenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.

  b) Lochea sanguilenta : Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 post partum.

  c) Lochea serosa : Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan laserasi placenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum.

  d) Lochea alba : Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik dan serabut jaringan mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 sampai 6 minggu post partum.

  e) Lochea purulenta, terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

  f) Lochiostasis : lochea yang tidak lancar keluarnya.

  (Wulandari, 2009). 5) Perubahan vagina dan perineum

  a) Vagina Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan- lipatan atau kerutan – kerutan ) kembali.

  b) Perubahan pada perineum Terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan

  pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis terlalu kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukan penjahitan dan perawatan dengan baik (Suherni, 2009).

  6) Perubahan pada sistem pencernaan

  Sering terjadi obstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, dehidrasi, kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian makanan yang Sering terjadi obstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, dehidrasi, kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian makanan yang

  7) Perubahan perkemihan

  Saluran kencing normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu tergantung pada keadaan status sebelum persalinan, lamanya partus kala 2 yang dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan (Suherni, 2009).

  e. Perawatan atau kebutuhan masa nifas

  1) Mobilisasi

  Merupakan suatu kebijakan untuk selekas mungkin membimbing ibu keluar dari tempat tidur dan membimbingnya mungkin berjalan. Dengan mobilisasi mempunyai keuntungan sebagai berikut:

  a) Melancarkan pengeluaran lochea. b) Mempercepat involusio alat kandungan. c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat

  perkemihan.

  d) Meningkatkan

  kelancaran

  dan

  pengeluaran sisa

  metabolisme.

  2) Diit

  Seorang ibu yang selama masa nifas memerlukan makanan yang bergizi dan cukup kalori. Karena sangat penting dalam membantu penyembuhan ibu dan produksi ASI, yaitu Seorang ibu yang selama masa nifas memerlukan makanan yang bergizi dan cukup kalori. Karena sangat penting dalam membantu penyembuhan ibu dan produksi ASI, yaitu

  protein, mineral dan vitamin yang cukup.

  c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari dan dianjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui.

  d) Zat besi untuk menambah zat gizi selama 40 hari pasien persalinan.

  e) Minum kapsul Vitamin A (200.000 unit yang bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya. 3) Eliminasi

  Kesulitan kencing bagi ibu post partum ini dikarenakan spingter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muscular spingter ani selama persalinan atau adanya oedema kandung kemih selama proses persalinan. Kesulitan kencing ini bisa mencapai 3 hari namun bila kandung kencing penuh dilakukan kateterisasi. Untuk defekasi pada ibu post partum sama halnya dengan miksi mengalami kesulitan yang diakitbatkan oleh tekanan saat persalinan. Jika hari ketiga atau keempat ibu belum buang air besar maka dilakukan klisma gliserin.

  4) Perawatan mammae

  Perawatan mammae atau payudara dimulai sejak hamil supaya puting susu lemas dan tidak keras.

  Begitupun perawatan dalam masa nifas sangatlah penting dalam membantu memperlancar pengeluaran ASI, yaitu dengan:

  a) Menjaga payudara tetap bersih, terutama puting susu. b) Menggunakan BH yang menyokong payudara. c) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang

  keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Dan menyusui tetap dilakukan dari puting yang tidak lecet. Apabila puting lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama

  24 jam. ASI di keluarkan dan diberikan dengan menggunakan sendok.

  d) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukanlah pengompresan payudara dengan menggunakan

  kain basah dan hangat setiap 5 menit dan urut payudara dari arah pangkal menuju putting, kemudian keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.

  e) Susukan bayi setiap 2 – 3 jam, apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan (Pusdiknakes, 2003).

  5) Perawatan Perineum

  Perawatan luka perineum adalah membersihkan daerah vulva dan perineum pada ibu setelah melahirkan sampai 42 hari postpartum dan masih menjalani rawat inap dirumah sakit (Wikjosastro, 2005).

  Menurut Hamilton (2006), perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.

  6) Komplikasi yang Terjadi pada Masa Nifas

  a) Perdarahan

  Yaitu perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Menurut Eny dan Diah (2009), perdarahan dibagi menjadi dua, yaitu : (1) Perdarahan post partum primer (Early postpartum

  hemorrhage) yang terjadi pada 24 jam pertama. (2) Perdarahan post partum sekunder (Late postpartum

  hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam.

  Penyebab perdarahan post partum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan

  inversion uteri. Sedangkan penyebab perdarahan sekunder adalah sub involusio uteri, retensi sisa plasenta, infeksi nifas.

  b) Infeksi Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas (Sulisyawati, 2009).

  3. Perawatan Luka Perineum

  a. Definisi

  Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Hidayat, 2004).

  Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2002).

  Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Hidayat, 2004).

  b. Tujuan Perawatan Luka Perineum

  Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.

  c. Bentuk luka perineum

  1) Rupture

  Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan (Hamilton, 2002).

  2) Episotomi

  Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epidural. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Derek, 2002).

  d. Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum menurut Suwiyoga (2004), yakni:

  1) Gizi

  Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.

  2) Keturunan

  Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.

  3) Sarana prasarana

  Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.

  4) Budaya dan Keyakinan

  Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan makan telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.

  e. Cara Perawatan Luka Perineum

  Pengamatan dan perawatan khusus diperlukan untuk menjamin agar daerah tersebut sembuh dengan cepat dan mudah. Pencucian daerah perineum memberikan kesempatan untuk melakukan inspeksi secara seksama pada daerah tersebut dan mengurangi rasa sakitnya (Farrer, 2001). Waktu perawatan menurut Farrer (2001) adalah sebagai berikut :

  1) Saat Mandi, Pada saat mandi ibu postpartum pasti melepas pembalut setelah terbuka maka kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut demikian pula pada perineum ibu untuk itu diperlukan pembersihan perineum. 2) Setelah BAK (Buang Air Kecil), pada saat buang air kecil kemungkinan besar bisa terjadi kontaminasi air seni pada rectum 1) Saat Mandi, Pada saat mandi ibu postpartum pasti melepas pembalut setelah terbuka maka kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut demikian pula pada perineum ibu untuk itu diperlukan pembersihan perineum. 2) Setelah BAK (Buang Air Kecil), pada saat buang air kecil kemungkinan besar bisa terjadi kontaminasi air seni pada rectum

  Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka. Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, sabun dan waslap, handuk kering dan basah, pembalut nifas baru dan celana dalam yang bersih (Nurhayati, 2010).

  Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002), adalah sebagai berikut:

  a) Mencuci tangannya.

  b) Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat. c) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah

  mengarah ke rektum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.

  d) Berkemih dan BAB ke toilet. e) Guyur perineum dengan air dan bersihkan dengan sabun khusus

  genetalia.

  f) Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.

  g) Pasang pembalut dari depan ke belakang. h) Cuci kembali tangan.

  Ataupun Langkah langkah yang dapat di lakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu post partum adalah sebagai berikut:

  a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum

  b) Menganjurkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk

  membersihkan daerah di sekitar vulva trelebih dahulu, dari depan ke belakang kemudian membersihkan daerah sekitar anus nasehati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.

  c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari. Kain dapat di gunakan ulang jika telah di cuci dengan baik dan di keringkan di bawah matahari dan di setrika.

  d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

  e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut (Salemba, 2009).

  f. Dampak dari perawatan perineum Perawatan perineum yang baik dapat menghindarkan hal berikut ini :

  1) Infeksi Kondisi perineum yang terkena lochea dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.

  2) Komplikasi Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.

  3) Kematian ibu post partum Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004).

  B. Kerangka Teori

  Definisi

  Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Luka

  Periode masa nifas

  Perineum yang Benar

  Tujuan asuhan masa nifas

  Perubahan – perubahan

  Faktor – faktor yang

  fisiologis yang terjadi pada

  mempengaruhi

  masa nifas

  pengetahuan :

  1. Pendidikan 2. Pekerjaan

  Perawatan atau kebutuhan

  3. Umur

  masa nifas

  4. Minat 5. Pengalaman 6. Kebudayaan 7. Informasi

  Perawatan luka perineum

  Gambar 2.1. Kerangka Teori. Modifikasi Notoatmodjo (2007).

  C. Kerangka Konsep Penelitian

  Baik

  Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Luka

  Cukup Baik

  Perineum yang Benar

  Kurang Baik

  Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

  1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur 4. Minat 5. Pengalaman 6. Kebudayaan 7. Informasi

  Gambar 2.2. Kerangka Konsep Gambar 2.2. Kerangka Konsep

  tidak diteliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan penelitian

  Ditinjau dari tujuan penelitian akan dicapai, jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Notoatmodjo (2005), deskriptrif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara obyektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang atau yang sedang terjadi.

B. Lokasi dan waktu penelitian

  Lokasi dan waktu penelitian merupakan tempat dan jadwal yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat, 2007). Penelitian ini dilakukan mulai 22 Mei sampai 10 Juni 2012 di RSUD Surakarta.

C. Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel

  1. Populasi

  Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007). Populasi yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah rata – rata jumlah Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007). Populasi yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah rata – rata jumlah

  2. Sampel

  Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah ibu nifas yang memenuhi kriteria yang dibuat penulis di RSUD Surakarta. Menurut Arikunto (2006), Jika populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10 - 15 atau 20 - 25 atau lebih. Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 30 orang dengan perhitungan pengambilan sampel yaitu 25 dari 120 0rang.

  Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti dan mempunyai kriteria inklusi dan eksklusi (Hidayat, 2002).

  a. Kriteria inklusi

  1) Ibu nifas yang datang di RSUD Surakarta

  2) Ibu nifas yang bersedia menjadi subyek penelitian

  3) Ibu nifas dengan robekan perineum (spontan episiotomi)

  4) Ibu nifas sampai hari ke 4

  5) Ibu nifas yang dapat baca tulis

  b. Kriteria eksklusi

  1) Ibu nifas yang tidak datang di RSUD Surakarta

  2) Ibu nifas yang tidak bersedia menjadi responden

  4) Ibu nifas sampai hari ke 4

  5) Ibu nifas yang tidak bisa baca tulis

  3. Teknik pengambilan sampel

  Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Non Random Sampling dengan metode Purposive Sampling. Menurut Notoatmodjo (2010), purposive sampling yaitu anggota sampel yang dipilih didasarkan pada suatu pertimbangan yang dibuat oleh peneliti sendiri.

D. Instrumen penelitian

  Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum yang benar adalah data primer yang berupa kuesioner yang diberikan kepada ibu nifas. Kuesioner adalah daftar pernyataan atau pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Nototmodjo, 2005).

  Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yang berbentuk pernyataan dimana dalam pernyataan tersebut disediakan pilihan

  jawaban “benar” atau “salah” dan responden diminta memilih salah satu jawaban tersebut. Pernyataan positif (favorabel) bila responden menjawab benar nilainya 1 dan menjawab salah nilainya 0. Pernyataan negatif (unfavorabel) bila responden menjawab benar nilainya 0 dan menjawab salah nilainya 1. Adapun pengisian kuesioner ini dengan cara memberikan tanda

  Untuk memudahkan dalam menyusun instrumen, maka diperlukan kisi- kisi. Berikut kisi-kisi dari instrumen dalam penelitian ini.

  Tabel 3.1. Kisi – kisi kuesioner.

  Variabel

  Indikator

  No Soal

  Jumlah

  Favourable Unfavourable (soal)

  Pengetahuan Ibu Nifas

  perawatan luka

  Perawatan

  perineum

  Luka Perineum yang Benar

  Faktor yang

  mempengaruhi penyembuhan luka

  perineum

  Cara perawatan

  luka perineum

  Waktu perawatan

  luka perineum

  Tujuan perawatan 2

  luka perineum

  Dampak perawatan 21,22,24

  luka perineum

  Tanda bahaya nifas

  Agar diperoleh data yang valid dan reliabel, maka kuesioner diujikan terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas.

  1. Uji validitas

  Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat kevalidan atau kesahan suatu instrument (Arikunto, 2006).

  Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi product moment dengan bantuan program SPSS. Instrument ini dikatakan valid jika nilai r hitung >r tabel.

  Pengujian validitas dilakukan dengan data sebanyak 30 responden di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta pada taraf signifikansi 5 didapatkan 0,361. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 16.0. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari

  30 9 pertanyaan kuesioner terdapat 5 nomor yang tidak valid yaitu pertanyaan nomor 7, 27, 28, 29, 30. Dengan demikian kelima pertanyaan tidak digunakan dalam kuesioner penelitian.

  2. Uji Reliabilitas

  Uji reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2005). Untuk mengetahui bahwa kuesioner dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data, maka dilakukan uji reliabilitas dengan rumus koefisien reliabilitas alfa cronbach dengan bantuan program komputer SPSS for windows yang dapat digunakan baik untuk instrumen yang jawabannya berskala maupun bersifat dikotomis (hanya mengenal jawaban yang benar dan salah).

  Dengan menggunakan Alfha Cronbach, kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai alfa > 0, 70 (Riwidikdo, 2009).

  Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS for Windows 16.0 diperoleh nilai alpha sebesar 0, 735, oleh karena itu nilai alfha > 0,70 maka disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.

E. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data (Hidayat, 2007).

  1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kuesioner. Sebelum mengisi kuesioner responden diberi

  penjelasan tentang cara mengisi kuesioner dan selanjutnya memberikan informed concent yang diikuti penyerahan kuesioner. Setelah itu, kuesioner langsung diisi oleh responden sesuai dengan ketentuan yang ada.

  2. Data Sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh dari orang atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Data yang

  digunakan dari rekam medis RSUD Surakarta.

F. Variabel Penelitian

  Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Variabel

G. Definisi Operasional

  Definisi Operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel – variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2005).

  Tabel 3.2. Definisi Opersional

  Alat Skala

  nilai Kuesioner Ordinal

  ibu nifas

  kemampuan

  responden (x) > mean + 1

  tentang

  responden untuk

  SD

  perawatan

  menjawab suatu

  2. Cukup – SD < x < mean + 1 SD

  : bila nilai mean

  yang benar :

  perawatan luka

  perineum yang

  responden (x) < mean – 1

H. Metode pengolahan dan analisa data

  1. Pengolah Data