Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Depernas-01 Bab-12

BAB 12
PENDIDIKAN
A.

Pendahuluan.
Sistem pendidikan zaman lampau tiada mentjukupi
sama sekali.
Malahan dasar pendidikan elemental . , jang pada
waktu ini merupakan hak dan kebutuhan primer
dari setiap warga negara, hanja terbatas pada
segolongan ketjil dari penduduk.
Kekurangan pendidikan menengah dan tinggi jang
menghasilkan
tehnisi,
ahli-ahli
pertanian,
ahli-ahli
administrasi dan sebagai-nja adalah suatu kenjataan.
Kekurangan
keahlian
(,,skills")

dilapangan
pekerdjaan pemerin-tah dan partikelir adalah salah
satu sebab utama dari rendahnja produktivitet tiap
djiwa. Dengan faktor-faktor produksi jang djumlahnja masing-masing tetap, tetapi djika disertai
dengan keahlian (,,skills") nistjaja akan memperbesar
produktivitet tiap djiwa dan selandjutnja memperbesar
pendapatan nasional.
Proses ladju pembangunan ekonomi hanja bisa
berlangsung tjepat, djika didukung oleh sebagian
besar penduduk. Disini tampil kemuka peranan
pendidikan masjarakat (mass-education).
B. Kebidjaksanaan dan Rentjana Pendidikan.
Mengingat
hal-hal
seperti
tersebut
diatas
kebidjaksanaan pendidikan negara ditudjukan kepada:
a. memberikan pengadjaran rendah umum bagi
semua anak di-antara 6 - 12 tahun setelah djumlah

sekolah dan guru tjukup.
b. memperluas pengadjaran menengah, terutama
pengadjaran menengah kedjuruan serta latihanlatihan kedjuruan.
c. mengkonsolidasi
pendidikan
tinggi
untuk
mendjamin adanja para tjerdik pandai, agar
supaja pembangunan berlangsung dengan kontinu.
d. memberikan
pendidikan
masjarakat
(masseducation) sesuai dengan ladju pembangunan.
Suatu masjarakat demokratis jang terpantjar Has dan
kompleks menghendaki tiap warga-negara dapat
membatja dan menulis. Tanpa kemampuan pokok ini
demokrasi dalam arti sebenarnja tidak mungkin, sebab
partisipasi dalam pemerintahan hanja mempunjai arti
apabila rakjat banjak mempunjai sekedar pengertian dan
pertimbangan mengenai keadaan. Hal ini hanja mungkin


157

djika orang banjak dapat membatja surat kabar,
mengerti makna siaran-siaran radio dan mengerti
sekedarnja tentang struktur penghidupan politik,
ekonomi dan sosial. Pengadjaran elementer merupakan keperluan pokok untuk pertumbuhan institutinstitut demokrasi.
Pada umumnja adalah sulit sekali melatih orang
untuk keperluan sesuatu pekerdjaan, ketjuali djika
mereka
telah
menerima
pen-didikan umum
elementer.
Pemberantasan buta huruf dan mengadakan
kewadjiban beladjar dengan pertjuma adalah
tudjuan jang esensiil dalam waktu jang tiada terlalu
lama.
Akan tetapi keperluan-keperluan akan „skilled
labour”

untuk
pembangunan
industri
dan
pembangunan lainnja harus diusahakan agar
dipenuhi
dengan
setjukupnja
dengan
tidak
menunggu sampai saat dapat dilaksanakannja
kewadjiban beladjar.
Disini tampil kemuka pentingnja pendidikan tehnik
dan
kedjuruan
lainnja
serta
latihan-latihan
kedjuruan.
Tekanan penghargaan ini sama sekali tidak

dimaksudkan
untuk
mengurangi
pentingnja
pendidikan umum sebagai dasar.
Harus didjaga, bahwa disatu pihak tekanan
perhatian pada pen- didikan kedjuruan djangan
sampai menjempitkan luasnja lapangan pendidikan
dan dilain pihak supaja menghindarkan terlalu
banjak tekanan pada pendidikan umum, sehingga
menimbulkan suatu surplus „would-be white collar
workers”.
Dalam melaksanakan pembangunan pendidikan
prioritet utama harus diberikan kepada lapanganlapangan pendidikan jang menghasilkan tenagatenaga jang diperlukan oleh sektor-sektor jang
memperoleh prioritet dalam rentjana Pembangunan.
Prioritet tersebut antara lain diberikan kepada
usaha industri-alisasi jang merupakan suatu usaha
untuk
merobah
struktur

eko-nomi
sehingga
diperoleh keseimbangan antara sektor pertanian
dan industri. Untuk industrialisasi diperlukan
banjak
sekali
tena-ga-tenaga
tehnis
baik
dilapangan menengah maupun tingkat atas. Ketjuali
itu tenaga-tenaga tehnis tersebut djuga diperlukan
untuk pembangunan
apa jang disebut „infrastructure” dari susunan ekonomi ja'ni lapanganlapangan jang merupakan sjarat bagi terlaksananja

industrialisasi, antara lain pembuatan pusat-pusat
tenaga listrik, pelabuhan-pelabuhan, djalan-djalan
dan djembatan, bendungan-bendungan air dan
sebagainja.
Djuga
pembangunan

sektor
perhubungan dan pertambangan jang memperoleh
prioritet utama memerlukan sekali tenaga-tenaga
tehnis jang chusus.
Selandjutnja prioritet dalam pembangunan
djuga diberikan ke-pada usaha-usaha pertanian,
antara lain agar supaja kita dapat
158

memenuhi kebutuhan akan bahan makanan
sampai tingkat jang lajak bagi penghidupan.
Lapangan lain jang perlu memperoleh perhatian
ialah pembangunan administrasi pemerintah jang
merupakan sjarat utama bagi lantjarnja usahausaha pembangunan.
Kekurangan tenaga-tenaga ahli dalam lapangan
ini sudah terasa sedjak lama dan usaha-usaha untuk
memenuhi kekurangan tenagatenaga ahli jang
tjakap dalam lapangan ini perlu memperoleh
rioritet utama.
Dalam lapangan sosial antara lain perhatianpun

diberikan ke-pada sektor kesehatan jang pada
hakekatnja merupakan hal jang panting dalam
usaha-usaha pembangunan.
Pendidikan tenaga-tenaga ahli dalam lapangan
kesehatan memperoleh perhatian chusus.
C. Anggaran Inuestasi Pendidikan.
Djumlah
investasi
untuk
pendidikan
jang
dikirakan
dapat
disediakan
dari
anggaran
pembangunan adalah Rp. 1.050 djuta selama waktu
5 tahun jang akan datang ataupun rata-rata Rp. 210
djuta untuk setiap tahunnja.
Djumlah ini adalah untuk biaja pembangunan

sektor pendidikan dalam lingkungan Kementerian
P.P. dan K., dan bagi sektor pendidikan rendah
dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri.
Perkiraan alokasi menurut skala prioritet sektorsektor pendi-dikan selama djangka waktu 5 tahun
jang akan datang ini, ialah :
Tabel I: Anggaran inventasi 5 tahun
Sektor
1. Pendidikan rendah
2. Pendidikan
Pendidikan
4. Pendidikan
masjarakat
Djumlah :

Dalam djutaan Rp.
440
450
120
40
1050


Sebagian besar dari anggaran investasi pendidikan
menengah ialah untuk pendidikan tehnik.
159

D.

Pengadjaran

Rendah

Umum

dean

Kewadjiban Beladjar .
1. Dalam bab B. Kebidjaksanaan Pendidikan
sudah disebutkan bahwa pengadjaran elementer
merupakan keperluan pokok untuk pertumbuhan
institut-institut demokrasi.

Undang-undang No. 4 tahun 1950 RI. bab VII pasal
10 jang dinjatakan berlaku untuk seluruh
Indonesia dengan Undang-Un-dang No. 12 tahun
1954, menjatakan :
„Semua anak-anak jang sudah berumur 6 tahun
berhak dan jang sudah berumur 8 tahun
diwadjibkan beladjar disekolah, sedikitnja 6 tahun
lamanja”.
Kementerian P.P. dan K. sedjak itu menempatkan
soal kewa-djiban beladjar itu terus menerus
dibagian paling atas daripada rentjana kerdjanja.
Didalam rentjana Kementerian P.P.K. jang meliputi
tahun 1955-1960 tudjuan jang ditetapkan ialah:
menjelesaikan dasar bagi bangunan raksasa jang
dinamakan
kewadjiban-beladjar.
Pada
tahun
1960/1961
direntjanakan
supaja
kewadjibanbeladjar dapat dilaksanakan.
2. Kesukaran-kesukaran pokok jang dihadapi
dalam masalah beladjar dan pengadjaran rendah
umum adalah :
a. kekurangan akan guru-guru sekolah rendah.
b. kekurangan

akan

gedung-gedung

perlengkapannja.
c. kekurangan akan alat-alat sekolah.

S.R.

dan

Bagaimana berat tugas jang dihadapi dapat
dibajangkan djika diadakan perbandingan antara
angka-angka jang menundjukkan mengenai keadaan
pada waktu ini (tabel II) dengan keadaan jang harus
ditjapai apabila kewadjiban beladjar dilaksanakan.

160

Tabel II: Keadaan sebenarnja (1940 - 1955).
Tahun

1940
1950
1951
1952
1953
1954
1955

Djumlah
anak wadjib
beladjar 1) (6
– 12 th.)
9.161.880
8.805.665
8.549.090
8.677.350
8.812 650
8.949.930
9.909.960

Djumlah 2)
murid S.R.

Djumlah 2)
Sekolah
Rakjat

2.021.990
4.977.304
5.609.485
5.597.045
5.935.752
6.624.159
7.034.239

18.091
24.775
24.254
27.342
27.400
31.802
32.126

Sumber:
1). Biro Perantjang Negara
2). Kementerian P.P. & K.

Tabel III: Keadaan djika Kewadjiban-Beladjar
mendjadi kenjataan
Tahun

Djumlah anak
Djumlah S.R. jang
wadjib beladjar
diperlukan
1956
10.907.000
43.608
1957
11.089.000
44.356
1958
12.152.000
48.608
1959
12.803.500
51.214
1960
13.470.000
53.880
Sumber: Biro Perantjang Negara.
Keterangan: 1.
pertambahan penduduk
1.7%.
2. Setiap S.R. = 250 murid.
(Sebagaimana di-tetapkan dalam
rentjana Kewadjiban Beladjar Kementerian P.P. dan K.)

161

3. Ternjata dari gambaran tersebut diatas bahwa
keadaan jang dihadapi adalah sebagai berikut:
Pada tahun 1960-1961 djika kewadjiban-beladjar
dilaksanakan dibutuhkan 54.000 S.R.
Pada tahun 1955-1956 terdapat 32.000 S.R.
Maka dalam 5 tahun jang akan datang
kekurangan adalah 22.000 S.R. 22.000 S.R. ini
membutuhkan 22.000 X 6 orang guru = 142.000
guru atau rata-rata diperlukan tambahan 28.500
orang guru tiap tahun.
Mengingat
adanja
sedjumlah
guru
jang
meninggalkan dinas karena pensiun, meninggal
dunia
dan
sebagainja
angka
itu
pantas
kita naikkan mendjadi 30.000 tiap tahun.
Dan djuga berhubungan dengan itu diperlukan
alat-alat sekolah bagi 22.000 S.R. dan ± 6.000.000
murid dalam lima tahun jang akan datang.
4. a. Guru.
Kekurangan akan guru-guru menurut rentjana
Kementerian P.P.K. akan dapat diatasi dengan
adanja ± 500 buah S.G.B. jang kira-kira dapat
menghasilkan sebanjak 30.000 guru tiap tahun
mulai tahun 1956.
Hal ini diuraikan dalam bab selandjutnja
(Sekolah Landjutan).
b. Sekolah.
Menurut
taksiran
maka
dari
anggaran
pembangunan jang dapat disediakan kira-kira Rp.
440.000.000 akan dipakai dalam lima tahun jang
akan datang guna gedung-gedung Sekolah
Rakjat. Hal ini berarti bahwa pemerintah hanja
dapat menjediakan Rp. 20.000 bagi tiap sekolah,
djika seluruh rentjana seperti tersebut diatas
dilaksanakan.
Mengingat akan hal-hal tersebut diatas ini maka
sudah tidak dapat disangsikan lagi bahwa
pelaksanaan kewadjiban-beladjar ini tergantung
sekali dari kesediaan masjarakat untuk memikul
beban jang terbesar.
Usaha
Pemerintah
ialah
menggerakkan
otoaktivitet masjarakat tersebut. Disini pula njata
pentingnja Rentjana Pembangunan Masjarakat Desa
jang dapat mengorganisir sifat gotong-rojong kearah pembangunan. Pembangunan jang didasarkan
pada azas kekuatan sendiri dari pada masjarakat

desa dengan bimbingan serta bantuan Pemerintah.

162

Didalam rentjana tersebut antara lain disebutkan
djuga
mengenai pembuatan sekolah-sekolah, alat-alat sekolah
dan sebagainja (Lihat selandjutnja bab Rentjana
Pembangunan Masjarakat Desa).
Dimasa jang sudah ternjata bahwa diberbagai
daerah telah dapat dibangunkan gedung-gedung
S.R. atas kekuatan masjarakat sandal.
c. Alat-alai Sekolah.
Mengenai
alat-alat
sekolah.
selain
oleh
Pemerintah, dapat djuga diusahakan oleh masjarakat
sendiri seperti jang didjalankan untuk mendapatkan
gedung-gedung sekolah. Sebaiknja diusahakan pemakaian alat-alat sekolah buatan dalam negeri.
5. Dipertimbangkan agar di Sekolah-Sekolah
Rakjat disamping pendidikan umum diberikan pula
mata-peladjaran-mata-peladjaran kedjuruan jang
bersifat praktis dan sesuai dengan kebutuhan setempat. Misalnja : didaerah pertanian diberi sekedar
pengetahuan mengenai bertjotjok tanam, didaerah
perikanan
sekedar
menangkap atau memelihara ikan, dan sebagainja.
E. Sekolah-sekolah landjutan.
1. Keadaan sekolah-sekolah landjutan negeri
pada achir tahun 1955 adalah sebagai berikut:
Sekolah landjutan tingkat pertama berdjumlah 1280.
Diantaranja 326 S.M.P. dan 954 berbagai
matjam sekolah ke-djuruan.
Sekolah landjutan tingkat atas berdjumlah 191.
Diantaranja 81 S.M.A., dan 110 berbagai matjam
sekolah kedjuruan.
Selain daripada itu masih terdapat beberapa puluh
sekolah landjutan tingkat pertama dan tingkat atas
dari Kementerian Per-tanian seperti S.P.M.A.,
Sekolah Kehutanan Menengah Atas, Se-kolah
Kehewanan Atas, dan Kementerian-kementerian jang
lain seperti Sekolah Tehnologi Menengah Atas,
Sekolah Opseter Kereta Api, Sekolah Pelajaran
Menengah, Assisten Apoteker, Se-kolah Komandan
Polls' dan sebagainja.
Disamping itu masih terdapat beberapa ribu
sekolah-sekolah landjutan tingkat pertama dan atas
partikelir jang sebagian besar bersifat umum.
2. Djumlah sekolah-sekolah landjutan tingkat
pertama dan atas seperti tersebut diatas belum

tjukup
mampu
untuk
menampung dumlah tamatan dari sekolah-sekolah rakjat
jang berhasrat

163

melandjutkan sekolah. Melihat djumlah sekolahsekolah ra’jat da-lam 5 tahun jang akan datang dan
dengan
perhitungan
tiap-tiap
sekolah
ra'jat
mengeluarkan murid tamatan rata-rata 40 orang
tiap sekolah, maka dapat dikira-kirakan, bahwa
setiap
tahun
paling sedikit akan dihasilkan 1,8 djuta orang tamatan
Berdasarkan persentase djumlah murid-murid jang
lulus menempuh udjian sekolah landjutan pada
tahun-tahun jang lampau dan dengan mengingat
naiknja lambat-laun pengadjaran dimasa depan
maka ditaksir bahwa untuk djangka waktu 5 tahun
jang akan datang 25% dari tamatan S.R. akan lulus
udjian
masuk
sekolah landjutan. Djadi jang harts ditampung dari
murid tamatan S.R. adalah 25% dari 1,8 djuta
atau 450.000 murid. Pada achir tahun 1955
terdapat ± 1300 sekolah landjutan tingkat
pertama negeri jang hanja dapat menerima
sedjumlah ± 130.000 orang murid bare. Masalah
seperti itu djuga terdapat pada tamatan sekolah ladjutan tingkat pertama untuk melandjutkan
kesekolah-sekolah landjutan tingkat atas.
3. Mengingat keadaan demikian ittt, maka
kebidjaksanaan Pemerintah adalah sebagai berikut:
a. menambah banjaknja sekolah-sekolah landjutan
negeri.
b. menambah. bantuan morn dan materiil kepada
pengadjaran partikelir.
Diusahakan supaja dalam djangka waktu 5
tahun jang akan datang dapat dibangunkan ±
1600 sekolah landjutan tingkat pertama dan ± 200
sekolah landjutan tingkat atas dalam lingkungan kementerian P.P. dan K.
(Tjatatan : Sekolah Guru 6 tahun, ja'ni
penggabungan S.G.B. dengan S.G.A., dimasukkan
dalam golongan sekolah landjutan tingkat pertama).
Pertambahan
pada
pendidikan
kedjuruan
diusahakan setjara re-latif lebih besar daripada
pendidikan jang bersifat umum terutama pada
pendidikan tehnik, dengan penambahan S.T.P.,
S.T.P., S.T,-S.T, serta sekolah-sekolah keradjinan.
Pertambahan S.G.A. sebetulnja adalah perobahan
dilapangan
pendidikan
guru
S.R..
jang

direntjanakan
dimulai
tahun
1958
de-ngan
mengubah S.G.B. dan S.G.A. mendjadi S.G. jang
lama peladjarannja 6 tahun.
Diharapkan bahwa pendidikan kedjuruan jang
diusahakan oleh kementerian kementerian lain akan
bertambah
pula
dengan
djumlah jang tidak sedikit.
164

Apabila mulai tahun 1960 rentjana seperti
tersebut diatas ini dapatdidekati maka djumlah
sekolah landjutan tingkat pertama, baik jang
diusahakan oleh kementerian P.P.K. maupun oleh
ke-menterian lain, akan berdjumlah ± 3000 sekolah.
Hal ini berarti dapatnja ditampung sedjumlah
300.000 orang murid barn tiap tahun.
4. Suatu soal pendidikan landjutan jang lain ialah
masalah pendidikan guru jang diperlukan berhubung
dengan rentjana kewadjiban-beladjar. Ditahun 1950 sudah
dimulai dengan pendidikan kilat bagi tjalon guru S.R. Dan
pada tahun 1956 terdapat ± 500 S.G.B. jang diharapkan
dapat menamatkan ± 30.000 orang tiap tahun. Oleh
karena dalam tahun-tahun jang akan datang diperIukan ± 30.000 orang guru S.R. tiap tahun maka
perkembangan guru setjara kwantitatip dapat memenuhi
kebutuhan
perkembangan Sekolah Rakjat.
5. Seperti sudah disebutkan diatas maka prioritet
utama dibe rikan pada pendidikan kedjuruan dan
terutama pendidikan tehnik.
Disamping mengusahakan adanja fasilitet-fasilitet
pendidikantehnik dan kedjuruan jang lebih banjak
maka perlu adanja usaha-usaha untuk menjalurkan
hasrat tamatan-tamatan S.R. agar melandjutkan
peladjarannja pada sekolah-sekolah kedjuruan dan
perlu pula adanja usaha-usaha untuk menghilangkan
pandangan bahwa sekolah-sekolah landjutan umum
mempunjai nilai jang lebih tinggi daripada sekolahsekolah kedjuruan.
Adanja gedjala tidak bisa ditampungnja setjara
memuaskan tamatan sekolah-sekolah tehnik patut
diselidiki.
Penempatan tenaga mereka harus disalurkan pada
sektpr-sektor jang memerlukan tenaga kerdja dalam
proses
pembangunan,
sesuai dengan basil analisa pasar kerdja (lihat
selandjutnja bab-Sumber Tenaga Kerdja, pasal
penempatan Tenaga Kerdja).
Selandjutnja mengenai azas-azas pembangunan
pendidikan
tehnik di Indonesia perlu diperhatikan pandanganpandangan jang termuat dalam laporan Technical
Education Survey Team sebagai basil penindjauan
jang dilakukan di Indonesia atas permintaan
Pemerintah Indonesia.
Ringkasan dari laporan tersebut ditampirkan pada

rentjana ini.
6. Anggaran belandja jang tersedia bagi pembangunan
pendidikan landjutan berdjumlah 450 djuta untuk 5 tahun
jang akan datang, hal ini berarti bahwa untuk tiap
sekolah disediakan bagi biaja modal pembangunan
sebanjak Rp. 250.000.

165

Diharapkan bahwa kira-kira dua per tiga dart
djumlah biaja jang tersedia itu akan dipakal untuk
pendidikan kedjuruan dan latihan kedjuruan.
7 Dari uraian tersebut diatas njata bahwa
kebutuhan
masjarakat akan pendidikan landjutan masih terlalu
djauh dapat dipenuhi apabila pendidikan landjutan
semata-mata diselenggarakan oleh pemerintah.
Karena itu perlu sekali adanja bantuan dari masjarakat, antara lain dengan mengusahakan atau
menjediakan
gedung-gedung
jang
dapat
dipergunakan bagi sekolah landjutan negeri.
Selandjutnja
perkembangan
pendidikan
landjutan partikelir perlu memperoleh dorongan
dalam bentuk bantuan moril dan materiil dari
pemerintah.
Dalam pada itu usaha-usaha partikelir ini dalam
batas tertentu harus mendapatkan pengawasan
sehingga
tidak
mengganggu
keseimbangan
kebutuhan berbagai sektor pembangunan.
F. Pokok-pokok Latihan Tehnik Diluar Sekolah-

Sekolah .
Disamping sekolah-sekolah tehnik masih terdapat
berbagai-bagai
latihan-latihan
tehnik
jang
diselenggarakan oleh badan-badan pemerintah
maupun partikelir. Pasal ini berisi suatu uraian
mengenai pokok-pokok jang perlu diperhatikan
dalam menjelenggarakan latihan-latihan tehnik
tersebut,
1. Koordinasi dan penindjauan kembali dart pada
latihan
thenik dan kedjuruan jang ada.
Pada waktu ini berbagai kementerian dan
djawatan menjelenggarakan bermatjam-matjam
latihan
tehnik
dan
kedjuruan.
Misalnja
Kementerian Perburuhan.
Kementerian Perburuhan mempunjai programa
latihan kedjuruan, terutama untuk orang-orang
menganggur jang berumur antara 18 dan 36 tahun
jang diberikan sesuatu kepandaian kedjuruan supaja lebih mudah mendapat pekerdjaan. Pada
waktu ini 1000 orang sedang dilatih dalam 30 buah
pusat-pusat latihan diberbagai tempat di Indonesia,

Sedang disusun suatu programa untuk memperluas
pusat-pusat latihan ini, untuk perbaikan gedunggedung dan alatalat dan untuk melatih tenaga
guru-guru. Selain itu masih banjak pusat-pusat
latihan kedjuruan jang diselenggarakan oleh pemerintah; jang
paling
Iuas diantaranja
ialah
Kementerian Perhubungan (D.K.A.. Perhubungan,
Penerbangan sipil, Pelajaran, dan
166

lain-lainnja), Kementerian Pertanian, Kementerian
Perekonomian dan Kementerian Pertahanan.
Perlu sekali diadakan koordinasi dari usaha-usaha
latihan kedjuruan itu untuk menghilangkan duplikasi
dan
untuk
metjesuaikan latihan-latihan ini sebagai keseluruhan supaja
dapat memenuhi kebutuhan pemerintah dan
lapangan partikelir. Un .tuk keperluan ini akan
didirikan panitia chusus jang mempunjai funksi
eksekutip dan penasehat, jang dapat menentukan
matjam latihan apa jang diperlukan oleh tiap-tiap
Kementerian.
2. Latihan „in-plant” dan „on the job”.
Matjam latihan jang besar kemungkinannja dalam
waktu jang singkat dapat memberikan hasil jang
lebih besar dengan djumlah investasi dalam gedung
dan alat-alat jang seketjil-ketjilnja adalah apa jang
dinamakan latihan „in-plant” dan „on the job”.
Latihan
ini diperuntukkan bagi para pekerdja, dengan
maksud
supaja
mereka dapat mengerdjakan pekerdjaannja lebih
effektip dan produk-tip ataupun guna menjiapkan
mereka untuk suatu kenaikan dalam kedudukan
jang menghendaki kepandaian kedjuruan jang
lebih
tinggi
ataupun
jang
memerlukan
pertanggnngan djawab jang lebih besar. Kedua
matjam latihan tersebut adalah hampir bersamaan
dengan pengertian bahwa arti latihan „in-plant”
lebih
luas
dari
pada „on the job”.
Latihan-latihan ini terdiri atas beberapa matjam,
antara lain sebagai berikut:
a. Latihan pendidikan ,,on the job" bagi pekerdjapekerdja jang mempunjai ketjakapan chusus jang
sudah
bekerdja
dalam
berbagai
perusahaan.
Tudjuannja
ialah
untuk
mempertinggi keahlian mereka.
Latihan-latihan
ini
diselenggarakan
dalam
perusahaan-perusa-haan
(baik
pemerintah
maupun partikelir) jang bermutu lebih tinggi
daripada perusahaan-perusahaan sematjam jang
lain.
Dalam
beberapa
hal
mungkin
perlu
didatangkan ahli-ahli tehnik jang didatangkan dari
luar negeri untuk membantu latihan-latihan ini.
Selandjutnja dalam hal-hal tertentu mungkin perlu
mengirimkan tenaga-tenaga jang hendak dilatih
itu keluar negeri. terutama apabila mereka

memerlukan latihan dalam perusahaan-perusahaan
besar jang di Indonesia belum ada atau jang
fasilitet-fasilitetnja tidak mentjukupi kebutuhan.
b. Latihan bagi tenaga-tenaqa tjalon jang akan
mendjadi tenaga kerdja dengan ketjakapan chusus
(Apprenticeships
training).
Latihan
ini
diselenggarakan
oleh
pengusaha
atau
gabungan

167

pengusaha untuk pemuda-pemuda agar mereka
dengan setjara sistematis dapat memiliki sesuatu
ketjakapan jang chusus, dengan pengertian bahwa
pemuda-pemuda
ini
selama
latihan
tersebut
bekerdja pada pengusaha tadi.
Penjelenggaraan latihan-latihan ini sebagian besar
dilakukan didalam perusahaan-perusahaan dan pada
umumnja berlangsung sedikit-dikitnja dua tahun.
Apabila latihan telah selesai maka mereka
melandjutkan peker-djaan pada pengusaha tersebut
sebagai tenaga kerdja jang mem-punjai ketjakapan
chusus.
c. Latihan pimpinan dan pengawasan
Perbaikan
produktivitet
dalam
perusahaanperusahaan di Indonesia banjak tergantung dari
pimpinan dan pengawasan jang lebih baik, Salah
satu tjara latihan jang effektif untuk maksud
tersebut ialah apa jang dinamakan Latihan
Didalam Industri (Training Within Industry =
T.W.I.).
Rentjana L.D.I. ini terdiri atas tiga matjam, jaitu :
1)
Latihan Memimpin Pekerdjaan (Job Instruction
Training), ja'ni latihan jang bertudjuan untuk
melatih pengawas-pengawas („foreman ") dalam
tjara-tjara jang effisien guna memimpin pekerdjapekerdja dalam pekerdjaan.
2) Latihan Tjara-tjara Mendjalankan Pekerdjaan (Job
Methods
Training),
ja'ni
.Iatihan.
jang
disederhanakan bagi pengawas-pengawas pada
tingkat
jang
lebih
tinggi
(supervisors)
meiige-naitjara-tjara
mendjalankan
rentjana
pekerdjaan serta perbaik-an-perbaikan.
3)
Latihan Hubungan Pekerdjaan (Job Relations
Training), ja'ni latihan guna menjiapkan pengawaspengawas dalam mengatur hubungan kerdja dan
memetjahkan kestlitan-kesulitan serta ketidak
puasan para pekerdja.
L.D.I.
diandjurkan
dengan
sangat
agar
diselenggarakan dengan segera oleh karena
latihan matjam ini memerlukan waktu , jang relatif
pendek untuk memperoleh hasil-hasil jang
memuaskan. Lagi pula ternjata bahwa latihan ini

telah diselenggarakan luas sekali di-negaranegara lain termasuk Djepang dan India dengan berhasil. Untuk pelaksanaan mungkin
diperlukan
pelatih-pelatih dari luar negeri jang sudah
berpengalaman.
Akan berguna pula untuk mengirim tenagatenaga Indonesia ke negara-negara lain jang
sedang melaksanakan rentjana L.D.I. setjara
luas,
168

3. Latihan untuk keperluan perusahaan-perusahaan
baru.
Sebaiknja setiap mendirikan perusahaan barn
harus disertai rentjana jang terperintji mengenai
latihan
bagi
tenaga-tenaga
pengawas dan bagi pekerdja-pekerdja jang berketjakapan
chusus. Untuk industri-industri jang didirikan
dengan modal asing maka harus ditentukan bahwa
perusahaan tersebut akan melatih orang-orang
Indonesia sehingga mereka dapat mendjalankan
sendiri
perusahaan-perusahaan itu didalam djangka waktu beberapa
tahun.
Djuga
bagi perusahaan-perusahaan jang akan didirikan
oleh Pemerintah maka Pemerintah sendiri akan
menjelenggarakan latihan tersebut.
Apabila perusahaan-perusahaan barn didirikan
dengan modal bangsa Indonesia maka dalam
perdjandjian
kredit
dengan
badanbadan
perkreditan
perlu
dimuat
penjelenggaraan
latihan-latihan.
4. Aspek-aspek daerah.
Mengingat pembangunan Indonesia dimasa jang
akan datang adalah penting sekali bahwa rentjanarentjana latihan diseleng-garakan didaerah-daerah
sesuai dengan kebutuhan dari tiap daerah, biarpun
kebutuhan terutama akan tenaga-tenaga jang
mempunjai ketjakapan chusus adalah di Djawa.
Djika kegiatan ekonomi dipulau-pulau lain telah
berkembang maka kebutuhan didaerah-daerah itu
akan tenaga-tenaga tjakap mendjadi lebih besar
lagi. Langkah ini djuga akan membantu mengurangi
migrasi orang-orang dari pulau-pulau lain ke Djawa
untuk memperoleh pendidikan dan latihan,
5. Peranan pemerintah dan perusahaan partikelir.
Penjelenggaraan latihan-latihan harus disesuaikan
dengan kebutuhan-kebutuhan sekarang dan taksiran
kebutuhan
dikemudian
hari, Hingga kini kita masih belum mempunjai
analisa mengenai keadaan pasar kerdja. Hal ini
sekarang sedang diselenggarakan di Kementerian
Perburuhan akan tetapi hasilnja barn diperoleh sesudah beberapa tahun. Sementara itu diusahakan
taksiran-taksiran jang se-baik-baiknja mengenai
kebutuhan-kebutuhan
regional
dan
lokaal
berdasarkan bahan-bahan jang ada. Panitia Kerdja
Statistik
Penempatan
Tenaga
bertugas
mengumpulkan dan menganalisa bahan-bahan jang

ada.
Suatu azas jang penting ialah bahwa Pemerintah
tidak
bermaksud
menjelenggarakan
semua
latihan
jang
diperlukan untuk per-baikan produktivitet. Sebanjak
mungkin pengusaha-pengusaha partikelir harus
menanggung biaja serta bertanggung djawab atas
penjelenggaraan latihan-latihan itu, karena hal
tersebut merupakan bagian jang integraal dari
proses produksi. Tudjuan dari latihan-

169

latihan jang diselenggarakan oleh Pemerintah ialah
members ke- sempatan perusahaan-perusahaan
ketjil
serta
perusahaan-perusahaan pemerintah untuk mempertinggi produktivitet
mereka
dan
agar supaja mereka sanggup bersaingan dengan
perusahaan-perusahaan jang lebih besar bask
didalam maupun diluar negeri.
G. Pendidikan Tinggi.
1. Perkembangan Pendidikan Tinggi sebanjak
mungkin disesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga
ahli jang timbul berhubung dengan pelaksanaan
rentjana
pembangunan
pada
umumnja
dan
chususnja sektor-sektor jang mendapat prioritet
didalam rentjana pembangunan.
Hingga sekarang tendens pembukaan perguruan
tinggi
(terutama partikelir) terlalu tjondong kepada kebetulan
adanja tenaga pengadjar dan kurang sekali
memperhatikan
permintaan
pasar
kerdja serta proses pembangunan.
2. Keadaan pendidikan tinggi pada achir tahun
1955 adalah seperti berikut :
Perguruan tinggi pemerintah berdjumlah 3 bush,
jaitu
Universitas Indonesia dengan 10 Fakultas serta 9669
mahasiswa, Univer-sitas Negeri Gadjah Mada
dengan 12 Fakultas serta 7937 mahasiswa,
Universitas Airlangga dengan 4 Fakultas serta 3268
mahasiswa.
Selain itu masih ada 12 buah sekolah pendidikan
tinggi (per-guruan tinggi dan fakultas-fakultas jang
belum tergabung pada sesuatu Universitas, antara
lain Fakultas Kedokteran Medan, P.T.P.G. di
Bandung
dan
sebagainja)
dengan
djumlah
mahasiswa sebanjak 1620 orang.
Dan masih terdapat lagi 24 perguruan-perguruan
tinggi
partikelir dengan diumlah mahasiswa sebanjak 2893
orang.
Pada hulan September tahun 1956 sebagai
gabangan
dari
Fakultas-fakultas jang terdapat di Makassar dan
Bukittinggi telah diresmikan dua buah Universitas
baru, jaitu di Makassar Universitas Hassanudin dan
Bukittinggi Universitas Andalas. Peresmian kedua

Universitas
barn
itu
sesuai
dengan
kebidjaksanaan
Pemerintah
untuk
tidak
memusatkan pendidikan tinggi di Djawa sadja.
Djumlah
mahasiswa
dan
djumlah
tamatan
pendidikan
tinggi
negeri hingga achir tahun 1955 adalah sebagai
berikut:
Tehnik 3492 (86). Ilmu Pasti dan Ilmu Alam 1068
(6),
Kedokteran
4185
(113),
Pertanian
1040
(51),
Kedokteran Hewan 6438 (13), Parmasi 377 (19),
Ekonomi 2520 (13), Hukum 6438 (171).

170

3. Kebutuhan akan tenaga a l l untuk djangka
waktu
5
tahun
jang akandatang ini belum dapat ditentukan dengan
pasti, karena belum adanja analisa mengenai
keadaan pasar kerdja serta belum adanja taksirantaksiran kebutuhan akan tenaga ahli jang . tepat
dari
sektor
pemerintahan
(kementeriankementerian) dan sektor partikelir.
Sekedar untuk memberikan gambaran. diberikan
disini taksiran besarnja kebutuhan akan tenaga ahli
tehnik.
Ikatan Insinjur Indonesia menaksir setjara kasar
kebutuhan Indonesia akan tenaga tehnik untuk
masa 5 tahun jang akan datang :
Untuk sektor pemerintah diperlukan 3.200 orang
dengan bachelors degree dan 575 orang dengan
masters
degree,
sedang
sektor
partikelir
membutuhkan 4000 orang tehnisi.
Djadi dibutuhkan 7775 ahli tehnik.
Persentage kebutuhan ahli-ahli dalam berbagai
lapangan terperintji sebagai berikut :

Kem.
%
Pertanian

Djawt
%Perindustrian

Direct.
% Pertambangan

kementerian
P.U.T. %

Kem.
Perhubungan

Rata-rata
%

Tabel IV. Kebutuhan Ahli-ahli

1.Sipil

-

-

-

70

55

25

2.Mesin

-

15

15

4,7

80

11

3.Penerangan
4.Pelajaran

-

-

-

-

5
10

1
2

5.Elektro

-

15

15

16

10

11

6.Kimia

3

15

5

-

-

5

7.Tehnologi

8

15

-

-

-

5

8.Pertambangan

-

-

40

-

-

8

8

-

20

-

-

6

10.Pertanian

27

-

-

-

-

6

I1.Bangunan

-

-

-

9,4

-

2

l2. Lain-lain

54
100%

5

100%

100%

18
100%

9. Geologi

40
100% 100%

Sumber : Ikatan Insinjur Indonesia.

171

Mengenai djumlah kebutuhan akan tenaga dokter
sesuai dengan taksiran Kementerian Kesehatan
adalah sebagai berikut:
Pada achir tahun 1955 ada sedjumlah 1732
dokter-dokter (termasuk beberapa ratus dokterdokter bangsa asing), tudjuan pada tahun 1956
adalah ± 2800 orang dokter sebagai kebutuhan
mini-mum, dengan demikian kekurangan didalam 5
tahun jang akan datang. adalah 1070 orang dokter,
atau ± 200 tiap tahun.
4. Apabila kita bandingkan kapasitet Perguruan
Tinggi untuk menghasilkan tenaga-tenaga ahli
dengan
kebutuhan
dalam
djangka waktu 5 tahun jang akan datang maka ternjata
bahwa didalam beberapa tahun tersebut permintaan
sebanjak djumlah itu belum dapat dipenuhi oleh
Perguruan Tinggi. Kebidjaksanaan mengenai hal
ini
ialah
agar
pemberian
prioritet
dalam
pembangunan pendidikan tinggi disesuaikan dengan
prioritet dalam rentjana pembangu-nan. Terutama
perhatian harus diberikan pada pendidikan tehnik.
Sebagai tjontoh dapat dikemukakan bahwa lebih
baik mengusahakan sebuah perguruan tinggi
tehnik daripada pembangunan 2 atau 3 buah
perguruan tinggi hukum.
5. Kebidjaksanaan
lain
untuk
mengatasi
kesulitan
tersebut
diatas
ialah
perubahan
curriculum beberapa Fakultas sedemikian rupa,
sehingga dengan tahun beladjar jang tidak terlalu
lama dapat ditjapai pendidikan akademis jang
tjukup dan dapat diperoleh suatu idjazah jang
mempunjai civil effect.
Dengan demikian tamatan-tamatan pendidikan
tinggi tersebut langsung dapat bekerdja dalam
proses produksi.
Bagi pendidikan jang lebih mendalam dapat
diadakan tambahan beberapa tahun guna mentjapai
tingkat jang lebih tinggi.
Hal seperti tersebut diatas telah dilaksanakan
pada Fakultas-fakultas Ilmu Tehnik dan Ilmu Pasti
Alam di Bandung.
6. Oleh karena kurangnja penghargaan bagi
tamatan pendidi-kan tinggi jang bekerdja pada
pemerintah, maka pada waktu ini sebagian besar
tamatan Pendidikan Tinggi mengalir ke sektor
partikelir.
Dengan demikian kekurangan tenaga ahli pada
lapangan pemerintahan tidak dapat lekas dipenuhi.

Maka perlu diadakan Kewadjiban Bekerdja bagi
tamatan pendidikan tinggi selama djangka waktu
tertentu
bagi
kepentingan
sektor-sektor
pemerintahan
jang
masih
membutuhkan,
sebagaimana sudah dilakukan terhadap tamatantamatan Fakultas Kedokteran.
Kewadjiban bekerdja ini hanja akan memberikan
hasil jang baik apabila pada
tamatan-tamatan
pendidikan tinggi diberikan peng172

hargaan chusus sebagai tenaga-tenaga ahli
sehingga mentjukupi bagi keperluan hidup mereka.
7. Djumlah pengadjar pada pendidikan tinggi
terasa sangat kurang dan sementara waktu diisi oleh
tenaga-tenaga pengadjar bangsa asing. Hingga achir
tahun 1955 terdapat ± 1500 tenaga pengadjar
bangsa Indonesia dan ± 270 tenaga bangsa asing.
Untuk menutupi kekurangan tenaga pengadjar
dengan tenaga pengadjar bangsa asing dalam waktu
djangka
pendek
maka
kerdja
sama
(affiliation-programs)
dengan
perguruan-perguruan tinggi jang ternama diluar
negeri lebih diandjurkan dari pada kontrakkontrak ” perseorangan,
karena
„affiliationprograms ini lebih mendjamin mutu pengadjarpengadjar bangsa asing tersebut.
Tjara ini telah dilaksanakan oleh Fakultasfakultas Kedokteran dan Ekonomi di Djakarta dan
Fakultas Tehnik di Bandung.
Tudjuan terachir ialah mengisi kekurangan
tersebut dengan te-naga-tenaga bangsa Indonesia,
dengan
tidak
mengurangi
arti
kerdja sama dengan universitas-universitas diluar
negeri (misalnja dalam tukar menukar guru
besar).Pengerahan
dan
penjaluran
tjalon-tjalon tenaga pengadjar harus didjalankan
setjara berentjana dan dipilih dari para mahasiswa
jang terbaik dan jang mempunjai bakat-bakat
sebagai pengadjar. Mereka dikirimkan keluar negeri
untuk memperdalam pengetahuannja. Rentjana
jang demikian antara lain diselenggarakan di
Fakultas Ekonomi.
8. Dalam pelaksanaan perkembangan pendidikan
tinggi djuga diusahakan bantuan-bantuan luar
negeri,
terutama
mengenai
alatalat dan tenaga pengadjar.
Bantuan-bantuan tersebut diusahakan darinegaranegara
manapun djuga dan tanpa ikatan-ikatan jang merugikan.
9. Suatu masalah lain jang terdapat pada
pendidikan tinggi ialah adanja kongesti mahasiswa
ditingkat rendah. Sebab-sebabnja antara lain ialah :
perbedaan tjara pengadjaran di S.M.A. dan
pengttruan tinggi, djumlah S.M.A. jang tidak
seimbang dengan djumlah perguruan-perguruan
tinggi, persoalan bahasa asing, ada-nja mahasiswa

kerdja, kesulitan-kesulitan pada perguruan tinggi
mengenai tenaga pengadjar, ruang kuliah, alat-alat
dan sebagainja. Kebidjaksanaan untuk mengurangi
kongesti ini antara lain ialah:
a. Memperbanjak penerangan beladjar bagi muridmurid S.M.A. untuk menghindarkan kesalahankesalahan
mengambil
djurusan jang tidak sesuai dengan bakat masing-masing.
173

b. Mempertinggi mutu peladjaran bahasa asing
disekolah me-nengah dan diperguruan tinggi
terutama
untuk
Fakultas-Fakultas
jang
memerlukan
pengetahuan
beberapa bahasa asing,
c. Pemberian bimbingan dan pengawasan jang lebih
banjak terutama pada mahasiswa-mahasiswa
ditingkat rendah.
d. Menjediakan
buku-buku
oleh
pengadjarpengadjar
bangsa
Indonesia
sendiri
dan
mempergiat usaha penterdjemahan bukubuku
pengetahuan asing.
10. Selandjutnja bagi kepentingan perkembangan
pendidikan tinggi perlu dipertjepat penjelesaian
Undang-undang Perguruan Tinggi jang sudah
bertahun-tahun dalam persiapan. Diusahakan agar
pada permulaan pelaksanaan rentjana pembangunan
Rentjana Undang-Undang tersebut sudah dapat
disiapkan.
Perhatian terutama harus diberikan pada masaalah
pemberian otonomi kepada Universitas-Universitas,
karena hal ini sangat berpengaruh terhadap
lantjarnja
pembangunan
Universitas-Universitas jang pada waktu ini sangat terikat oleh birokrasi
administratip terutama dalam masaalah keuangan.
Dengan adanja otonomi tersebut Universitasuniversitas selain dari Pemerintah sendiri djuga
dapat menjandarkan bantuan dari masjarakat.
Soal lain jang perlu Pula mendapat perhatian
dalam U.U.P.T. tersebut ialah mengenai pemberian
gelar-gelar
akademis.
Sebaiknja diusahakan adanja keseragaman dengan
mempertimbangkan
nilai
tingkat
peladjaran.
Djuga
dipertimbangkan
perpendekan
waktu
beladjar sebagaimana diuraikan dalam salah satu
Bab jang terdahulu.
H. Beasiswa Ikatan Dinas dan Pengiriman
Tenaga-tenaga Keluar Negeri.
1. Beasiswa ikatan dinas.
a. Keadaan pada achir tahun 1955 mengenai
beasiswa ikatan dinas adalah sebagai berikut :

174

Matjam
beasiswa

Djumlah
beasiswa I.D.
seluruh

Fak. Tehnik

Fak. Pertanian

Kedokteram
Fak.

Fak. Ekonomi

Fak. I.P.I.A.

Fak.
Hukum

Tabel V.

P.P. 15/154

4524

758

355

722

314

152

798

P.P. 32/149

2021

213

75

176

262

20

1069

DJumlah

6545

971

430

898

576

172

1867

Beasiswa Ikatan Dinas Kementerian P. P. 0 K.
(pada achir tahun 1955)

Sumber : Kementerian P.P. & K.
,
,
S
t
a
t
i
s
t
i
k
1
9
5
5
Tundjangan beasiswa fang dapat diberikan pada
tiap mahasiswa adalah sangat kurang sehingga
mengakibatkan sebagian besar mahasiswa dengan
beasiswa ikatan dinas jang disampingnja djuga
bekerdja.

Hal ini menghambat perkembangan peladjaran
mereka.
b. Kebidjaksanaan mengenai pemberian beasiswa
I.D. pertamatama harus sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan kebutuhan tenaga ahli dalam sektorsektor fang mendapat prioritet didalam rentjana
pembangunan. Dengan demikian perhatian terutama
dalam
pemberianibeasiswa
ikatan
dinas
harus
diberikan pada mahasiswa-mahasiswa fakultasfakultas
tehnik,
pertanian
dan
kedokteran dengan tidak melupakan djurusan-djurusan jang
lain.
Agar supaja tundjangan ikatan dinas merupakan
dorongan bagi mereka jang diharapkan mengisi
lapangan-lapangan kerdja jang dibutuhkan negara,
maka dipertimbangkan suatu sistim jang ber-bedabeda bagi pelbagai djurusan dan suatu sistim
kenaikan djumlah beasiswa sesuai dengan tingkat
peladjaran.
Karena Anggaran Belandja jang tersedia tidak bisa
terlalu luas, maka untuk masa selandjutnja sjaratsjarat
guna
mendapat
beasiswa perlu dipertinggi sehingga terbatas pada mereka
jang
benarbenar dapat diharapkan.
175

Disamping itu hares diadakan bimbingan serta
pengawasan beladjar jang lebih intensif terhadap
mereka.
Karena terbatasnja beasiswa ikatan dinas jang
mungkin dapat diberikan, maka dapat diusahakan
turut sertanja pihak partikelir dan perusahaanperusahaan dalam memberikan beasiswa-beasiswa
tersebut.
2. Pengiriman tenaga-tenaga keluar negeri.
a. Selama perkembangan pendidikan tinggi masih
belum dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga
ahli dan belum adanja beberapa djurusan
pendidikan tinggi tertentu guna pendidikan
landjutan atau spesialisasi, maka pengiriman
tenaga-tenaga keluar negeri masih memegang
peranan jang sangat panting.
b. Pengiriman tenaga-tenaga keluar negeri pada
waktu ini didjalankan atas dasar pengiriman oleh
Pemerintah sendiri dan pengiriman dalam rangka
bantuan luar negeri. Keadaan pada waktu ini
mengenai pengiriman tenaga-tenaga keluar
negeri adalah sebagai berikut:
Djumlah tenaga-tenaga jang dikirim keluar
negeri dengan beaja Pemerintah hingga achir
tahun 1955 berdjumlah 242 orang diantaranja
sedjumlah 141 orang untuk djurusan-djuru-san
tehnik, pertanian dan kedokteran.
Djumlah tenaga-tenaga jang dikirim keluar
negeri dalam rangka bantuan luar negeri mulai
tanggal 1 Januari 1950 hingga tanggal 15 Januari
1956 berdjumlah 1179 orang dart antaranja 702
orang untuk lapangan tehnik.
Pada azasnja ada dua djenis sifat pengiriman
tenaga-tenaga keluar negeri, ialah :
1. Latihan singkat jakni, latihan jang lamanja
kurang
dari
2
tahun
dan
terutama
dipergunakan
untuk
memperluas
atau
memperdalam pengetahuan dari seorang
tenaga dalam lapangannja. Oleh KementerianKementerian
biasanja
digunakan
untuk
upgrading tenaga-tenaga tersebut sehingga
memperbaiki mutu pegawai.
2. Pendidikan djangka pandjang. Pendidikan
jang lamanja 2 tahun atau lebih ditudjukan
untuk mendapatkan keahlian.
c. Kebidjaksanaan
pemerintah
mengenai
pengiriman tenaga-tena-

ga keluar negeri didasarkan pada kebutuhan
akan tenaga-tenaga ahli pada sektor-sektor jang mendapat
prioritet dalam
rentjana pembangunan.

176

Pengiriman keluar negeri hanja untuk djurusandjurusan pela-djaran jang di Indonesia tidak ada
atau jang di Indonesia masih terlalu rendah
tingkatannja. Untuk kebutuhan-kebutuhan jang bersifat chusus, bagi djurusan-djurusan jang di
Indonesia sudah ada, maka mereka jang telah taint
beladjar
dikirimkan
untuk
spesialisasi dalam lapangan-lapangan tertentu.
Untuk
pelaksanaan
Rentjana
Pembangunan,
antara lain untuk kebutuhan projek-projek besar
dikemudian hari misalnja industri berat, harus
diadakan persiapan bertahun-tahun. sebelum
projek itu diselenggarakan, untuk mendidik tjukup
ahli-ahli pada lapang-an-lapangan itu. Pendidikan
sematjam ini hanja dapat diselengga-rakan diluar
negeri
dalam
industri-industri
jang
bersangkutan.
Dalam hal demikian djika tidak tersedia
bantuan-bantuan dari luar negeri, maka pemerintah
harus
menjediakan
biaja
setjukupnja
untuk
keperluan tersebut.
Pengiriman-pengiriman
tersebut
harus
lebih
ditudjukan pada pengiriman djangka pandjang jang
memberikan pendidikan penuh dari pada latihan
singkat jang biasanja hanja bertudjuan memperluas pandangan dari tenaga-tenaga jang dikirim.
Mengenai pengiriman dalam rangka bantuan luar
negeri pemerintah bukan hanja mendasarkan
kepada
tawaran-tawaran
dari
Iuar
negeri,
melainkan terutama mendasarkan pada usaha
setjara aktif untuk mendapatkan fellowships dan
scholarships dari badan atau negara manapun.
Sjarat-sjarat bagi tjalon-tjalon untuk dikirimkan
keluar negeri hendaknja sedemikian rupa, sehingga
sedikit banjak ada djaminan tentang bakat serta
ketjakapan jang dikirim, misalnja bagi maha-siswamahasiswa telah harus menempuh satu atau dua
udjian universitas dan sebagainja. Pengawasan serta
saksi-saksi perlu dipegang teguh.
I. Pendidikan Masjarakat.
I. Disamping pendidikan jang diberikan dalam
sekolah-seko-lah dan latihan-latihan kedjuruan
diluar
sekolah
maka
pendidikan
masjarakat
memegang
peranan
jang
panting
dalam
mengusahakan timbulnja oto-aktivitet serta turut
sertanja masjarakat merasakan pertanggungan
djawab dalam usaha-usaha pemerintah terutama

dengan adanja rentjana pembangunan.
Pendidikan masjarakat meliputi antara lain usahausaha Pemberantasan Buta Huruf, Kursus-kursus
Pengetahuan Umum dan Pendidikan Tenaga, Kursuskursus
Kewanitaan,
Kepanduan,
Pemuda,
Perpustakaan Rakjat dan lain-lain.
177

2. Masaalah jang terutama dihadapi dalam
pendidikan masja-rakat ialah pemberantasan buta
huruf. Dari tahun 1951 hingga achir tahun 1 9 5 5
telah dapat diluluskan dari kursus-kursus P.B.H.
sedjumlah 6.823.915 orang. Tudjuan pokok dari
usaha
pemberantasan
buta
huruf
ialah
mengusahakan:
a. kemampuan membatja dan menulis huruf latin
terutama untuk orang-orang antara 1 3 - 4 5
tahun dalam waktu jang sesingkatsingkatnja.
b. kemampuan untuk mempunjai pendidikan dasar
bagi orang-orang tersebut diatas.
c. mendjaga bagi mereka jang barn dapat membatja
dan
menulis
untuk
tetap
dapat
mempergunakannja dan memperkembangkannja.
d. mendorong kegiatan-kegiatan jang datang dari
penduduk
sendiri dalam lapangan pemberantasan buta huruf.
e. membentuk dan mengembangkan tenaga-tenaga
pendidik di-desa-desa dengan melatih pengadjarpengadjar pemberantasan buta huruf.
Perhatian
utama
harus
diberikan
kepada
pemeliharaan dari mereka jang baru bisa membatja
dan menulis supaja mereka tidak mendjadi buta
huruf kembali. Ini dapat didjalankan antara lain
dengan mengadakan perpustakaan-perpustakaan
pengantar dan madjalah-madjalah rakjat, kumpulankumpulan
didesa
jang
mengusahakan
memperkembang pengetahuan mereka tentang
membatja
dan
menulis,
pengumumanpengumuman
didesa
setjara
tertulis
dan
sebagainja.
Usaha-usaha pemberantasan buta huruf ini
dalam waktu jang akan datang perlu digerakkan
dengan lebih giat lagi dan dapat dilaksanakan
dalam rangka Pembangunan Masjarakat Desa.
3.
Demlkian
pula
usaha-usaha
pendidikan
masjarakat
jang
lain
pelaksanaannja
harus
disesuaikan dengan adanja Rentjana Pembangunan
Masjarakat Desa. Dengan begitu diusahakan terhindarnja doubleures dalam usaha-usaha pemerintah.
4. Anggaran investasi jang dapat disediakan untuk
Pendidikan Masjarakat berdjumlah 40 djuta rupiah
dalam 5 tahun. Sebagian besar diperuntukkan
bagi usaha pemberantasan buta huruf.

178

Lampiran dari Bab 12: Pendidikan.
Laporan dari Technical Education
Survey Team. Pendahuluan.
Technical Education Survey Team dikirim ke
Indonesia oleh Foreign Operations Administration
jang sekarang mendjadi Inter-national Co- operation
Administration
dart
Amerika
Serikat
atas
permintaan Biro Perantjang Negara. Tugas umum
Team itu adalah sebagai berikut:
„Tudjuan utama dari penjelidikan pendidikan
tehnik, ialah mempeladjari rentjana peladjaran,
fasilitet-fasilitet
dan
tjaratjara mengadjar sekolah tehnik, begitu djuga
fasilitet-fasilitet
latihan
tehnik
jang
lain
berhubung
dengan
kebutuhan
pemerintah,
industri,
perdagangan,
dunia
perusahaan. keradjinan dan pertanian akan
tenaga terlatih; dan mengadjukan usul-usul
kepada pemerintah tentang bagaimana fasilitetfasilitet jang berbagai-bagai itu dapat diperbaiki
dan diarahkan untuk memenuhi dengan baik
kebutuhan-kebutuhan pembangunan Indonesia”.
Untuk memperoleh bahan-bahan guna laporan dan
andjuranandjuran jang diberikan Team telah
mengudjungi berbagai tempat pendidikan tehnik dan
pertanian dart tingkatan landjutan pertama hingga
jang bertingkat fakultas serta pula tempat-tempat
latihan. kedjuruan dan keradjinan di Djawa,
Sumatera dan Sulawesi.
Sepandjang laporan ini terdapat pandanganpandangan dan andjuran-andjuran jang dapat dibagi
atas dua djenis:
1. andjuran-andjuran jang dimaksudkan untuk
dilaksanakan dalam djangka pandjang.
2. andjuran-andjuran untuk djangka pendek.
Adakalanja
kedua
djenis
andjuran
itu
bertentanctan tampaknja, maka dalam hal itu
diperlukan suatu rentjana peralihan. Misalnja
diandjurkan dengan sangat perobahan sekolahsekolah landjutan bertudjuan tunggal (singlepurpose secondary schools) mendjadi satu deretan
sekolah-sekolah landjutan jang luas lapangan
peladjarannja (a single series of comprehensive high
schools).

Disamping itu Team mengandjurkan suatu sistem
jang memudahkan pemindahan langsung setjara
timbal-balik dart para peladjar S.T.M. dan S.M.A dan
supaia
inspektur-inspektur
daerah
djuga
bertanggung djawab atas S.T.M.
179

Sekolah
menengah
jang
luas
lapangan
peladjarannja
dimaksudkan untuk dilaksanakan dalam djangka pandjang,
sedangkan andjuran-andjuran lain dimaksudkan
untuk dilaksanakan dalam djangka pendek.
Bab A.
Pengadjaran Klasikal dan Rentjana Peladjaran.
I. Buku-buku peladjaran.
Dibagian lain diterangkan mengenai perhatian
jang terlalu banjak ditumpahkan pada "lecture
method". Mungkin sekali berhubungan dengan ini
terdapat kekurangan buku-buku karena sukar
diperdapat dan kurang dipergunakan.
Pekerdjaan-pekerdjaan bahan-bahan peladjaran
jang tertulis atau jang sedang ditulis sering
memperlihatkan
duplikasi
karena
sedang
disiapkan oleh pengadjar lainnja didaerah-daerah
lainnja.
Oleh karena itu diandjurkan supaja:
1. Didirikan satu "clearing house" pusat guna
menganalisa kebutuhan buku-buku peladjaran
dan
mendorong
para
pengadjar menterdjemahkan buku-buku jang ada
ataupun menulis jang baru, Salah satu funksi
sekunder badan tersebut ialah mengkordinir
kegiatan-kegiatan dari semua penterdjemah dan
penulis, sehingga tidak akan timbul overproduksi
dibeberapa
lapangan
sedangkan
lapangan
lainnja tidak diindahkan.
2. Dimana dalam buku peladjaran dipergunakan
bahasa-bahasa asing, hendaknja diusahakan
pemakaian bahasa Inggeris sadja, karena bahasa
inilah jang setjara resmi mendjadi bahasa kedua.
Pemakaian banjak bahasa dalam pengadjaran
sebagaimana
halnja
sekarang
dibeberapa
sekolah, bagaimanapun djuga harus ditiadakan.
Misal: disalah satu Lembaga Pendidikan Guru,
diwadjibkan mempeladjari bahasa Djerman,
karena buku peladjaran ilmu-alam ditulis dalam
bahasa Djerman.
3. Kementerian-Kementerian
jang
bersangkutan
hendaknja
mengambil
langkah-langkah
semestinja guna memudahkan tjara mendapatkan
buku-buku peladjaran — terutama buku-buku

peladjaran jang harus diimpor. Buku-buku ini
dipergunakan untuk perpustakaan atau dipakai
oleh pengadjar dan peladjar.
4. Buku-buku peladjaran sekarang supaja diselidiki
apakah ada duplikasi dalam isinja pada mata
peladjaran jang berlainan, dan kalau ada harus
dihilangkan atau ditindjau kembali,

180

II. T j a r a kuliah.
Tjara mengadjar jang banjak dipakai di
Indonesia ialah tjara
kuliah (lecture method). Tjara ini pada pokoknja
menjuruh
guru
banjak
bitfara. Demonstrasidemonstrasi dalam peladjaran kebanjakan hanja
menerangkan sesuatu hal dan djarang dipakai
untuk mengadjarkan peladjar bagaimana is sendiri
harus
melakukan
pertjobaan.
itu.
Demonstrasi-demonstrasi
hendaknja diper-banjak lagi dalam peladjaranpeladjaran, dimana sipeladjar dapat memperhatikan
sipengadjar melakukan suatu pekerdjaan dan sesudah itu melakukan sendiri pekerdjaan jang
serupa.
Selandjutnja turut sertanja peladjar, sebaiknja
diperbanjak dengan tjara diskusi dan dengan
pemakaian tehnik memetjahkan soal.
Baik sekali djika diadakan konperensi chusus
mengenai
tjara
mengadjar
sehingga
semua
pengadjar dapat menarik faedah dari padanja.
III. Eksploitasi peladjar.
Setiap
usaha
pendidikan
harus
diarahkan
ketudjuan jang utama, jaitu untuk mendapatkan
pengetahuan dan keahlian oleh peladjar. Suasana
pendidikan harus mendjadi suasana beladjar.
Kiranja dapat diandjurkan supaja:
1. Segala pekerdjaan produksi ditiadakan
di S.T.P. Misal: membuat kursi, medja
dan sebagainja.
2. Pekerdjaan produksi jang diberikan di S.T.M. dan
di S.G.P.T. hendaknja didjadikan tjara beladjar
dimana
sipeladjar
mendapat
kesempatan
menjelesaikan suatu pekerdjaan dengan bulat
mulai dari perentjanaan hingga selesainja
barang jang dibuat. Disinipun harus dihilangkan
produksi jang berulang-ulang.
Misal: Djika setelah mempeladjari pokok
pekerdjaan tersebut ia disuruh melakukan
pekerdjaan itu berulang-ulang, maka sedikit
sadja jang dipeladjarinja dari padanja.
IV. Arti relatip dari gedung-gedung, alat-alat dan
staf pengadjar.
Sebaiknja titik berat perhatian diletakkan pada
pendidikan guru-guru, oleh karena pars pengadjar

djauh lebih panting dari pada alat-alat dan
gedung-gedung. Urutan menurut pentingnja ialah
sebagai berikut:
1. Para pengadjar.
2. Alat-alat dan perlengkapan.
3. Gedung-gedung.

181

Di Indonesia urutan ini tidak begitu tepat. Team
lebih banjak mendapat keterangan jang menjatakan
kurangnja pengadjar jang bermutu, maka oleh
karena itu diandjurkan supaja:
1. Tekanan usaha pendidikan hendaknja diletakkan
pada pendidikan guru-ini adalah kebutuhan jang
mendesak.
2. Djika sekolah dapat dianggap terdiri dari 3
bagian; guru-guru, alat-alat pelengkapan dan
gedung, maka urutan menurut pentingnja dan
gunanja dalam pendidikan seharusnja sebagai
urutan jang tersebut diatas.
Bab B
Guru–guru
I.

Gadji guru

Team tidak menemui diseluruh Indonesia suatu
daerah jang tjukup mempunjai tenaga pengadjar
jang kompeten dan sedikit tanda-tanda jang
menjatakan keadaan ini dapat diperbaiki dalam
waktu pendek dengan tjara bekerdja sekarang.
Sebab jang paling utama ialah tidak tjukupnja
gadji guru-guru, maka itu diandjurkan supaja gadji
guru-guru dinaikkan.
II. Pendidikan guru.
Pada umumnja sekolah-sekolah guru tidak
memenuhi
sja