Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Aspek Supervisi Akademik Kepala Sekolah pada Proses Pembelajaran di Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung T2 942011081 BAB IV
BAB IV
ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah 26 orang kepala sekolah, baik berstatus negeri maupun swasta dan 27 guru kelas di wilayah Kecamatan Bulu. Adapun data sekolah, penyebaran kepala sekolah dan guru jika ditinjau dari sisi usia, kualifikasi pendidikan dan masa kerjanya, seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Data Sekolah Dasar Se-Kecamatan Bulu No Nama Sekolah Alamat Keterangan
1 SDN 1 Bansari Desa Bansari
2 SDN Campursari Desa Campursari
3 SDN Danupayan Desa Danupayan
4 SDN 1 Gondosuli Desa Gondosuli
5 SDN Mondoretno Desa Mondoretno
6 SDN 1 Pagergunung Desa Pagergunung Ka.SD diampu
7 SDN Pengilon Desa Pengilon
8 SDN Tegalrejo Desa Tegalrejo
9 SDN 1 Wonotirto Desa Wonotirto
10 SDN 1 Gandurejo Desa Gandurejo
11 SDN Pasuruan Desa Pasuruan
12 SDN Wonosari Desa Wonosari
13 SDN 2 Wonotirto Desa Wonotirto
(2)
Tabel 4.1
Data Sekolah Dasar Se-Kecamatan Bulu (Lanjutan)
No Nama Sekolah Alamat Keterangan
15 SDN Bulu Desa Bulu
16 SDN Ngimbrang Desa Ngimbrang
17 SDN Pandemulyo Desa Pandemulyo
18 SDN Pakurejo Desa Pakurejo
19 SDN 2 Gandurejo Desa Gandurejo
20 SDN 2 Bansari Desa Bansari
21 SDN 2 Pagergunung Desa Pagergunung
22 SDN 3 Wonotirto Desa Wonotirto
23 SDN 3 Gandurejo Desa Gandurejo
24 SDN 2 Gondosuli Desa Gondosuli
25 SDN Malangsari Desa Malangsari
26 SD Muhammadiyah Desa Campursari
27 SD Santa Maria Desa Campursari
Sumber Data: Arsip UPT Dinpendik Kecamatan Bulu
Dari data 4.1, dapat dilihat bahwa wilayah UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bulu mempunyai 27 sekolah dasar dan karena kekurangan 1 kepala sekolah, maka untuk SD Negeri I Pagergunung kepala sekolah diampu oleh kepala sekolah SD Negeri 2 Pagergunung.
(3)
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Kepala Sekolah No Kepala Sekolah Jumlah Prosentase (%)
Panel A. Menurut Usia
1 21-30 0 0 %
2 31-41 0 0 %
3 41-50 14 53,85%
4 51-60 12 46,15%
Jumlah 26 100%
Panel B. Menurut Kualifikasi Pendidikan
1 SPG 0 0 %
2 D2 4 15,38%
3 S1 22 84,62%
4 S2 0 0 %
Jumlah 26 100%
Panel C. Menurut Jenis Kelamin
1 Laki-laki 16 61,54%
2 Perempuan 10 38,46%
Jumlah 26 100%
Panel D. Menurut Masa Kerja Sebagai Guru
1 ≤ 10 1 3,85%
2 10-20 2 7,69%
3 21-30 15 57,69%
4 ≥ 30 8 30,77%
Jumlah 26 100%
Panel E. Menurut Masa Kerja Sebagai Kepala Sekolah
1 ≤ 10 24 92,31%
2 10-20 2 7,69%
3 21-30 0 0 %
4 ≥ 30 0 0 %
Jumlah 26 100%
Sumber data: Arsip UPT Dinpendik Kecamatan Bulu.
Dari Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa jumlah responden kepala sekolah terbanyak adalah pada usia
(4)
41-50 tahun yang berjumlah 14 orang (53,85%). Ada dua orang yang sudah berusia lebih dari 58 tahun (hampir pensiun). Sedangkan dari kualifikasi pendi-dikan, S1 sebanyak 22 orang (84,62%). Untuk jenis kelamin sebagian besar laki-laki yaitu 61,54% karena memang dalam seleksi kepala sekolah untuk laki-laki lebih siap ketimbang perempuan.
Sementara itu dari data di atas dapat diketahui bahwa masa kerja kepala sekolah sebagian besar ada pada sekitar 21-30 tahun yaitu sebanyak 15 orang (57,69%), namun jika dilihat dari masa kerja sejak diangkat sebagai kepala sekolah sebagian besar kurang dari 10 tahun, yaitu sebanyak 24 orang (92,31%), bahkan yang baru mempunyai masa kerja kurang dari 3 tahun ada 16 orang. Itu artinya bahwa di Kecamatan Bulu kepala sekolah sebagian besar masih relatif muda dan belum banyak pengalaman.
(5)
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Guru
No Guru Jumlah Prosentase (%)
Panel A. Menurut Usia
1 21-30 10 37,04%
2 31-41 1 3,70 %
3 41-50 11 40,74%
4 51-60 5 18,52%
Jumlah 27 100%
Panel B. Menurut Kualifikasi Pendidikan
1 SPG 1 3,70 %
2 D2 9 33,33%
3 S1 17 62,97%
4 S2 0 0 %
Jumlah 27 100%
Panel C. Menurut Jenis Kelamin
1 Laki-laki 7 25,93%
2 Perempuan 20 74,07%
Jumlah 27 100%
Panel D. Menurut Masa Kerja Sebagai Guru
1 ≤ 10 15 55,56%
2 10-20 3 11,11%
3 21-30 7 25,93%
4 ≥ 30 2 7,40 %
Jumlah 27 100%
Sumber data: Arsip UPT Dinpendik Kecamatan Bulu.
Dari Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa jumlah responden guru terbanyak adalah pada usia 41-50 tahun yang berjumlah 11 orang (40,74%). Sedangkan dari kualifikasi pendidikan sebagian besar berpendi-dikan S1, yaitu sebanyak 17 orang (62,97%), lainnya masih dalam studi S1 dan belum lulus. Untuk jenis
(6)
kelamin, perempuan jauh lebih banyak yaitu 74,07% karena memang untuk pendaftaran guru perempuan lebih banyak peminatnya. Sementara itu jika dilihat dari masa kerja guru sebagian besar kurang dari 10 tahun, yaitu sebanyak 15 orang (55,56%).
4.2 Analisis Deskriptif
Pada bagian ini dipaparkan hasil implementasi aspek supervisi akademik kepala sekolah pada proses pembelajaran dengan responden kepala sekolah dan responden guru serta gabungan antara responden kepala sekolah dan guru. Hasil pengukuran implemen-tasi aspek supervisi akademik pada proses pembelajar-an di Kecamatpembelajar-an Bulu Kabupaten Tempembelajar-anggung dapat dilihat pada tabel berikut:
(7)
Tabel 4.4
Hasil Analisis Deskriptif Variabel Implementasi Aspek Supervisi Akademik Kepala Sekolah dengan Responden Kepala Sekolah
dan Guru Aspek Perencanaan
No. Pernyataan
RESPONDEN Kepala
Sekolah Guru Gabungan
Mean SD Mean SD Mean SD
Panel A. Perencanaan
1 Memiliki program
supervisi akademik 3.38 1.098 3.00 0.784 3.19 0.962
2 Membuat jadwal
supervisi akademik 2.88 0.993 2.70 0.724 2.79 0.863
3 Memiliki instrumen
supervisi akademik 2.81 0.849 2.63 0.629 2.72 0.744
4
Mampu membuat instrumen supervisi akademik
2.46 0.647 2.44 0.577 2.45 0.607
5 Instrumen diberikan
kepada guru 2.50 0.762 2.33 0.555 2.42 0.663
6
Menjelaskan instrumen supervisi akademik
2.08 0.688 2.04 0.649 2.06 0.663
7
Membuat kesepakatan instrumen yang digunakan
1.31 0.736 1.26 0.656 1.28 0.690
8 Menyamakan
persepsi 1.27 0.667 1.26 0.656 1.26 0.655
9
Memberitahukan kepada guru untuk mempersiapkan diri
1.65 0.689 1.67 0.679 1.66 0.678
10
Mengadakan kesepakatan tentang fokus yang akan disupervisi
1.15 0.464 1.11 0.424 1.13 0.440
Total Rata-rata 2.15 0.759 2.04 0.633 2.10 0.696
(8)
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai mean
untuk variabel implementasi aspek perencanaan supervisi akademik kepala sekolah dengan responden kepala sekolah sebesar 2.15. Hal ini dapat diartikan bahwa kepala sekolah dalam melaksanakan tugas supervisi masih kurang optimal terlebih lagi dari 10 indikator ada yang bahkan sangat kurang sekali, yaitu mengadakan kesepakatan tentang fokus yang akan disupervisi nilai mean hanya 1.55, meskipun ada yang
sudah baik yaitu memiliki program supervisi akademik sebesar 3.38.
Menurut responden guru, aspek perencanaan nilai mean sebesar 2.04 yang dapat diartikan bahwa
kepala sekolah dalam melaksanakan tugas supervisi masih kurang optimal. Hal ini terutama pada indikator mengadakan kesepakatan tentang fokus yang akan disupervisi yang ditunjukkan dengan nilai mean hanya
sebesar 1.11, meskipun ada yang sudah baik yaitu indikator memiliki program supervisi akademik dengan nilai mean 3.00.
Sementara itu nilai mean gabungan responden
kepala sekolah dan guru sebesar 2.10 yang dapat diartikan bahwa kepala sekolah dalam melaksanakan tugas supervisi masih kurang optimal terlebih pada indikator mengadakan kesepakatan tentang fokus yang akan disupervisi yang masih kurang sekali dengan nilai mean hanya sebesar 1.13, meskipun pada
(9)
Nilai standar deviasi untuk variabel imple-mentasi aspek perencanaan supervisi akademik kepala sekolah dengan responden kepala sekolah, guru maupun gabungan kepala sekolah dan guru diban-dingkan dengan nilai mean ternyata nilai standar
deviasi relatif rendah antara 0.633 – 0.759 yang menunjukkan bahwa nilai mean tersebut merupakan
(10)
Tabel 4.5
Hasil Analisis Deskriptif Variabel
Implementasi Aspek Supervisi Akademik Kepala Sekolah dengan Responden Kepala Sekolah
dan Guru Aspek Pelaksanaan
No. Pernyataan
RESPONDEN Kepala
Sekolah Guru Gabungan
Mean SD Mean SD Mean SD
Panel B. Pelaksanaan
11 Menunggui guru
sampai akhir 1.73 0.778 1.33 0.620 1.53 0.723
12
Melaksanakan supervisi sesuai jadwal
1.54 0.811 1.48 0.753 1.51 0.775
13
Menggunakan instrumen supervisi akademik
2.12 0.326 2.11 0.320 2.11 0.320
14 Membuat catatan 1.73 0.724 1.74 0.712 1.74 0.711
15
Memperhatikan guru ketika menyampai-kan materi
2.19 0.491 2.07 0.616 2.13 0.556
16 Tidak mencari-cari
kesalahan guru 2.69 0.788 2.59 0.797 2.64 0.787
17
Tidak hanya sekedar menjalankan fungsi administrasi
1.92 0.484 1.93 0.474 1.92 0.474
18
Mengamati guru dalam menggunakan alat bantu
2.04 0.445 2.04 0.437 2.04 0.437
19 Mengamati pelaksanaan penilaian 2.04 0.344 2.00 0.392 2.02 0.366
20 Memiliki rasa percaya
diri 2.12 0.326 2.07 0.385 2.09 0.354
Total rata-rata 2.01 0.552 1.94 0.551 1.97 0.550
(11)
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai mean
aspek pelaksanaan untuk variabel implementasi aspek supervisi akademik dengan responden kepala sekolah nilai mean sebesar 2.01 yang dapat diartikan bahwa
kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik masih kurang optimal dengan indikator terendah pada melaksanakan supervisi sesuai jadwal dengan nilai
mean sebesar 1.54.
Adapun aspek pelaksanaan untuk variabel im-plementasi aspek supervisi akademik dengan respon-den guru nilai mean sebesar 1.94, yang dapat
diarti-kan bahwa kepala sekolah dalam pelaksanaan super-visi akademik masih kurang optimal dengan indikator terendah pada menunggui guru sampai akhir dengan nilai mean 1.33.
Sementara itu nilai mean untuk variabel
imple-mentasi aspek pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dengan responden kepala sekolah dan guru sebesar 1.97 yang dapat diartikan bahwa kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik masih kurang optimal dengan indikator terendah pada melaksanakan supervisi sesuai jadwal dengan nilai
mean 1.51.
Nilai standar deviasi untuk variabel implemen-tasi aspek pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dengan responden kepala sekolah, guru maupun gabungan kepala sekolah dan guru diban-dingkan dengan nilai mean ternyata nilai standar
(12)
deviasi relatif rendah antara 0.550 – 0.552 yang menunjukkan bahwa nilai mean tersebut merupakan
representasi yang baik bagi keseluruhan data.
Tabel 4.6
Hasil Analisis Deskriptif Variabel Implementasi Aspek Supervisi Akademik Kepala Sekolah dengan
Responden Kepala Sekolah dan Guru Aspek Tindak Lanjut
No Pernyataan
RESPONDEN Kepala
Sekolah Guru Gabungan
Mean SD Mean SD Mean SD
Panel C. Tindak Lanjut
21 Menyediakan waktu
untuk mengevaluasi 1.69 0.788 1.48 0.700 1.58 0.745
22 Memberitahu
kekurangan guru 1.46 0.582 1.30 0.542 1.38 0.562
23
Memberikan dorongan untuk memperbaiki kekurangan
2.04 0.445 2.04 0.437 2.04 0.437
24 Memberikan penguatan 2.50 0.583 2.37 0.688 2.43 0.636
25 Memberikan bimbingan dan arahan 2.00 0.283 2.00 0.277 2.00 0.277
26 Menyampaikan hasil supervisi akademik 1.15 0.464 1.15 0.456 1.15 0.456
27
Membantu guru menilai hasil kegiatan pembelajaran
1.50 0.583 1.48 0.580 1.49 0.576
28 Memberikan apresiasi 2.08 0.392 2.07 0.385 2.08 0.385
29
Membantu guru membantu membuat rencana tindak lanjut
1.58 0.578 1.59 0.572 1.58 0.570
30 Memberikan solusi
pemecahan masalah 2.00 0.566 2.00 0.555 2.00 0.555
Total rata-rata 1.80 0.526 1.75 0.519 1.77 0.520
Ratar-rata 1.99 0.612 1.91 0.567 1.95 0.588 Sumber: data primer diolah 2013
(13)
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai mean
untuk variabel implementasi aspek supervisi akademik kepala sekolah dengan responden kepala sekolah se-besar 1.99. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi supervisi akademik kepala sekolah secara keseluruhan masih dalam kategori kurang optimal. Adapun tindak lanjut nilai mean hanya 1.80 dengan indikator
teren-dah menyampaikan hasil supervisi akademik dengan nilai mean sebesar 1.15.
Nilai mean untuk variabel implementasi aspek
supervisi akademik kepala sekolah dengan responden guru sebesar 1.91 Hal ini menunjukkan bahwa imple-mentasi supervisi akademik kepala sekolah masih dalam kategori kurang optimal. Adapun tindak lanjut nilai mean hanya 1.75 dengan indikator terendah pada
menyampaikan hasil supervisi akademik sebesar 1.15. Sementara itu nilai mean untuk variabel
imple-mentasi aspek supervisi akademik kepala sekolah dengan responden kepala sekolah dan guru sebesar 1.95. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi aspek supervisi akademik kepala sekolah masih dalam kate-gori kurang optimal. Adapun tindak lanjut nilai mean
hanya 1.77 dengan indikator terendah menyampaikan hasil supervisi akademik sebesar 1.15.
Nilai standar deviasi untuk variabel implemen-tasi aspek tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah dengan responden kepala sekolah, guru maupun gabungan kepala sekolah dan guru
(14)
diban-dingkan dengan nilai mean ternyata nilai standar deviasi relatif rendah antara 0.567 – 0.588 yang menunjukkan bahwa nilai mean tersebut merupakan
representasi yang baik bagi keseluruhan data.
4.3
Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisis deskriptif data menunjukkan bahwa implementasi supervisi akademik kepala seko-lah pada proses pembelajaran di wilayah Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung baik aspek perencana-an, pelaksanaan maupun tindak lanjut secara umum masih berada pada kategori kurang optimal. Kenya-taan di lapangan ada beberapa hal yang menyebabkan kurang optimalnya implementasi supervisi akademik kepala sekolah pada proses pembelajaran.
4.3.1 Aspek Perencanaan
Hasil wawancara menunjukkan bahwa kurang optimalnya implementasi supervisi akademik antara lain kurang pahamnya kepala sekolah tentang super-visi akademik karena pada saat pengangkatan menjadi kepala sekolah tidak pernah mendapat pembekalan tentang supervisi akademik sebagaimana disampaikan oleh kepala sekolah SD Negeri Tegallurung. Beliau mengatakan:
…semenjak diangkat menjadi kepala sekolah saya
belum pernah mendapat pembekalan tentang supervisi akademik, jadi ya supervisi saya hanya
(15)
penting saya ada administrasinya kalau akreditasi atau ME biar ada nilainya …1
Hasil observasi ke sekolah-sekolah juga menun-jukkan bahwa tidak tersedia buku-buku tentang supervisi akademik. Tidak adanya buku-buku tentang supervisi akademik di sekolah dasar menyebabkan kepala sekolah merasa tidak mempunyai buku panduan yang dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman untuk melaksanakan supervisi akademik dalam upaya membantu guru memperbaiki proses pembelajaran. Kepala sekolah juga tidak pernah mengikuti seminar maupun diklat tentang supervisi akademik sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah SD Negeri 2 Wonotirto. Beliau mengatakan:
… saya pernah mengikuti seminar-seminar namun
belum pernah mengikuti seminar maupun diklat tentang supervisi akademik. Bahkan buku tentang supervisi juga tidak ada di SD kami, jadi rasanya
memang kurang menguasai…2
Hasil pengamatan, kepala sekolah kebanyakan melengkapi administrasi supervisi hanya untuk kepen-tingan penilaian akreditasi dan juga untuk penilaian Monitoring dan Evaluasi (ME). Hal tersebut berten-tangan dengan apa yang dikemukakan oleh Imron (2011), bahwa selain sebagai administrator kepala sekolah hendaknya juga berfungsi sebagai supervisor.
1 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri Tegallurung
pada tanggal 15 Juli 2013).
(16)
Dalam kenyataan di lapangan ternyata belum optimal menjalankan tupoksinya sebagai supervisor sebagai-mana dikemukakan oleh Muslih (2009), bahwa kepala sekolah berkewajiban untuk melakukan supervisi terhadap guru-guru yang berada di sekolah yang dipimpinnya.
4.3.2 Aspek Pelaksanaan
Aspek pelaksanaan supervisi akademik menun-jukkan bahwa pelaksanaan sesuai program dan sesuai jadwal, termasuk mengadakan kesepakatan tentang fokus yang akan disupervisi belum optimal dilaksa-nakan. Kenyataan lain yang menyebabkan implemen-tasi aspek pelaksanaan supervisi akademik kurang optimal adalah rasa enggan dan rikuh kepala sekolah untuk melaksanakan supervisi akademik. Apalagi kepala sekolah yang baru mempunyai masa kerja sebagai kepala sekolah baru tiga sampai lima tahun, sedangkan para guru guru kebanyakan umurnya jauh lebih tua, sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah SD Negeri 3 Gandurejo. Beliau mengatakan:
… di sekolah ini ada empat guru yang usianya
lebih tua dari saya dan bahkan ada guru yang pernah menjadi kepala sekolah karena terkena ME jadi guru lagi. Sebetulnya ndak apa-apa tapi rasa-nya rikuh untuk menunggui mereka mengajar, nanti dikira gimana pokoknya nggak enaklah …3
(17)
Supervisi akademik hanya sekedar untuk kebutuhan administrasi sehingga jarang kepala sekolah yang menunggui guru mengajar sampai selesai. Dapat di-pastikan bahwa supervisi yang hanya sekedar untuk memenuhi administrasi tidak akan dapat membantu guru dalam memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar.
Hasil penelitian sejalan dengan apa yang disam-paikan oleh Sagala (2010) yang mengemukakan bahwa pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah selaku supervisor di sekolah belum memberi kontribusi yang memadai untuk meningkat-kan mutu layanan belajar. Guru merasameningkat-kan kehadiran kepala sekolah selaku supervisor di kelas belum memberikan kontribusi yang cukup untuk perbaikan proses pembelajaran. Hal tersebut tercermin dari pelaksanaan yang tanpa jadwal, tanpa kesepakatan fokus yang akan disupervisi, tidak menunggui guru mengajar sampai akhir dan tidak memberikan hasil supervisi kepada guru. Harusnya kepala sekolah dalam kedudukannya sebagai supervisor berkewajiban membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran sebagaimana dikemu-kakan oleh Glikman (2010). Bagi guru yang sudah baik agar dapat dipertahankan dan bagi guru yang masih banyak kekurangan dalam mengelola proses kegiatan pembelajaran dapat dikembangkan dan di-bimbing menjadi lebih baik.
(18)
4.3.3 Aspek Tindak Lanjut
Sementara itu dari hasil penelitian, jarang sekali kepala sekolah yang menyediakan waktu untuk ber-sama dengan guru mengevaluasi hasil supervisi, membicarakan, maupun mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan supervisi akademik. Hal tersebut disebabkan karena memang pelaksanaan supervisi akademik kurang optimal sehingga tidak ada yang ditindaklanjuti. Hasil pengamatan juga jarang sekali dalam kegiatan KKG maupun KKKS membahas masalah supervisi akademik. Kepala sekolah sebagai supervisor harusnya membina para guru agar menjadi pendidik dan pengajar yang baik antara lain melalui kegiatan supervisi akademik yang meliputi tugas merencanakan, melaksanakan dan menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Ketiga komponen tersebut seharusnya dilakukan secara konsisten dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan secara luas sebagaimana dikemukakan oleh Iskandar dan Mukhtar (2009).
(1)
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai mean untuk variabel implementasi aspek supervisi akademik kepala sekolah dengan responden kepala sekolah se-besar 1.99. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi supervisi akademik kepala sekolah secara keseluruhan masih dalam kategori kurang optimal. Adapun tindak lanjut nilai mean hanya 1.80 dengan indikator teren-dah menyampaikan hasil supervisi akademik dengan nilai mean sebesar 1.15.
Nilai mean untuk variabel implementasi aspek supervisi akademik kepala sekolah dengan responden guru sebesar 1.91 Hal ini menunjukkan bahwa imple-mentasi supervisi akademik kepala sekolah masih dalam kategori kurang optimal. Adapun tindak lanjut nilai mean hanya 1.75 dengan indikator terendah pada menyampaikan hasil supervisi akademik sebesar 1.15.
Sementara itu nilai mean untuk variabel imple-mentasi aspek supervisi akademik kepala sekolah dengan responden kepala sekolah dan guru sebesar 1.95. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi aspek supervisi akademik kepala sekolah masih dalam kate-gori kurang optimal. Adapun tindak lanjut nilai mean hanya 1.77 dengan indikator terendah menyampaikan hasil supervisi akademik sebesar 1.15.
Nilai standar deviasi untuk variabel implemen-tasi aspek tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah dengan responden kepala sekolah, guru maupun gabungan kepala sekolah dan guru
(2)
diban-dingkan dengan nilai mean ternyata nilai standar deviasi relatif rendah antara 0.567 – 0.588 yang menunjukkan bahwa nilai mean tersebut merupakan representasi yang baik bagi keseluruhan data.
4.3
Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisis deskriptif data menunjukkan bahwa implementasi supervisi akademik kepala seko-lah pada proses pembelajaran di wilayah Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung baik aspek perencana-an, pelaksanaan maupun tindak lanjut secara umum masih berada pada kategori kurang optimal. Kenya-taan di lapangan ada beberapa hal yang menyebabkan kurang optimalnya implementasi supervisi akademik kepala sekolah pada proses pembelajaran.
4.3.1 Aspek Perencanaan
Hasil wawancara menunjukkan bahwa kurang optimalnya implementasi supervisi akademik antara lain kurang pahamnya kepala sekolah tentang super-visi akademik karena pada saat pengangkatan menjadi kepala sekolah tidak pernah mendapat pembekalan tentang supervisi akademik sebagaimana disampaikan oleh kepala sekolah SD Negeri Tegallurung. Beliau mengatakan:
…semenjak diangkat menjadi kepala sekolah saya belum pernah mendapat pembekalan tentang supervisi akademik, jadi ya supervisi saya hanya untuk kelengkapan administrasi saja. Yang
(3)
penting saya ada administrasinya kalau akreditasi atau ME biar ada nilainya …1
Hasil observasi ke sekolah-sekolah juga menun-jukkan bahwa tidak tersedia buku-buku tentang supervisi akademik. Tidak adanya buku-buku tentang supervisi akademik di sekolah dasar menyebabkan kepala sekolah merasa tidak mempunyai buku panduan yang dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman untuk melaksanakan supervisi akademik dalam upaya membantu guru memperbaiki proses pembelajaran. Kepala sekolah juga tidak pernah mengikuti seminar maupun diklat tentang supervisi akademik sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah SD Negeri 2 Wonotirto. Beliau mengatakan:
… saya pernah mengikuti seminar-seminar namun belum pernah mengikuti seminar maupun diklat tentang supervisi akademik. Bahkan buku tentang supervisi juga tidak ada di SD kami, jadi rasanya
memang kurang menguasai…2
Hasil pengamatan, kepala sekolah kebanyakan melengkapi administrasi supervisi hanya untuk kepen-tingan penilaian akreditasi dan juga untuk penilaian Monitoring dan Evaluasi (ME). Hal tersebut berten-tangan dengan apa yang dikemukakan oleh Imron (2011), bahwa selain sebagai administrator kepala sekolah hendaknya juga berfungsi sebagai supervisor.
1 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri Tegallurung
pada tanggal 15 Juli 2013).
2 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 2 Wonotirto
(4)
Dalam kenyataan di lapangan ternyata belum optimal menjalankan tupoksinya sebagai supervisor sebagai-mana dikemukakan oleh Muslih (2009), bahwa kepala sekolah berkewajiban untuk melakukan supervisi terhadap guru-guru yang berada di sekolah yang dipimpinnya.
4.3.2 Aspek Pelaksanaan
Aspek pelaksanaan supervisi akademik menun-jukkan bahwa pelaksanaan sesuai program dan sesuai jadwal, termasuk mengadakan kesepakatan tentang fokus yang akan disupervisi belum optimal dilaksa-nakan. Kenyataan lain yang menyebabkan implemen-tasi aspek pelaksanaan supervisi akademik kurang optimal adalah rasa enggan dan rikuh kepala sekolah untuk melaksanakan supervisi akademik. Apalagi kepala sekolah yang baru mempunyai masa kerja sebagai kepala sekolah baru tiga sampai lima tahun, sedangkan para guru guru kebanyakan umurnya jauh lebih tua, sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah SD Negeri 3 Gandurejo. Beliau mengatakan:
… di sekolah ini ada empat guru yang usianya lebih tua dari saya dan bahkan ada guru yang pernah menjadi kepala sekolah karena terkena ME jadi guru lagi. Sebetulnya ndak apa-apa tapi rasa-nya rikuh untuk menunggui mereka mengajar, nanti dikira gimana pokoknya nggak enaklah …3
3 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 3 Gandurejo
(5)
Supervisi akademik hanya sekedar untuk kebutuhan administrasi sehingga jarang kepala sekolah yang menunggui guru mengajar sampai selesai. Dapat di-pastikan bahwa supervisi yang hanya sekedar untuk memenuhi administrasi tidak akan dapat membantu guru dalam memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar.
Hasil penelitian sejalan dengan apa yang disam-paikan oleh Sagala (2010) yang mengemukakan bahwa pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah selaku supervisor di sekolah belum memberi kontribusi yang memadai untuk meningkat-kan mutu layanan belajar. Guru merasameningkat-kan kehadiran kepala sekolah selaku supervisor di kelas belum memberikan kontribusi yang cukup untuk perbaikan proses pembelajaran. Hal tersebut tercermin dari pelaksanaan yang tanpa jadwal, tanpa kesepakatan fokus yang akan disupervisi, tidak menunggui guru mengajar sampai akhir dan tidak memberikan hasil supervisi kepada guru. Harusnya kepala sekolah dalam kedudukannya sebagai supervisor berkewajiban membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran sebagaimana dikemu-kakan oleh Glikman (2010). Bagi guru yang sudah baik agar dapat dipertahankan dan bagi guru yang masih banyak kekurangan dalam mengelola proses kegiatan pembelajaran dapat dikembangkan dan di-bimbing menjadi lebih baik.
(6)
4.3.3 Aspek Tindak Lanjut
Sementara itu dari hasil penelitian, jarang sekali kepala sekolah yang menyediakan waktu untuk ber-sama dengan guru mengevaluasi hasil supervisi, membicarakan, maupun mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan supervisi akademik. Hal tersebut disebabkan karena memang pelaksanaan supervisi akademik kurang optimal sehingga tidak ada yang ditindaklanjuti. Hasil pengamatan juga jarang sekali dalam kegiatan KKG maupun KKKS membahas masalah supervisi akademik. Kepala sekolah sebagai supervisor harusnya membina para guru agar menjadi pendidik dan pengajar yang baik antara lain melalui kegiatan supervisi akademik yang meliputi tugas merencanakan, melaksanakan dan menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Ketiga komponen tersebut seharusnya dilakukan secara konsisten dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan secara luas sebagaimana dikemukakan oleh Iskandar dan Mukhtar (2009).