Peningkatan hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah hindu-budha di Indonesia dengan metode mind mapping pada kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo.

(1)

SKRIPSI Oleh:

ALFI ROSYIDAH HANIF NIM. D07213001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA JULI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Indonesia dengan Metode Mind Mapping pada Kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo. Skripsi, Prodi Pendidikan Guru Madarasah Ibtidaiyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing Irfan Tamwifi, M. Ag.

Kata Kunci : metode mind mapping, materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia, hasil belajar

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V MI Darul Karomah Sidoarjo masih menunjukkan kurang maksimal. Proses belajar yang terjadi di kelas masih terlihat kurang menarik dan cenderung pasif. Hal ini ditunjukkan ketika kegiatan belajar di kelas siswa kurang memperhatikan guru dalam menjelaskan materi. Dalam menyampaikan materi juga guru cenderung lebih sering menggunakan metode ceramah dan penugasan, hal ini menjadikan peserta didik kurang memahami pembelajaran dan hasil belajar rendah. Dengan melihat hasil belajar siswa sebelum dilakukan penelitian yang sebagian masih dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Merespon hal tersebut, maka peneliti mencoba menggunakan metode Mind Mapping, dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo.

Permasalahan yang dikaji pada penelitian ini yaitu: (1)Bagaimana penerapan metode Mind Mapping dalam meningkatkan hasil belajar IPS Materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia pada Kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo? (2)Bagaimana peningkatan hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha dengan metode Mind Mapping pada kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo?

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian Kurt Lewin, terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan (observasi), dan tahap refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo tahun pelajaran 2016-2017 dengan jumlah siswa 42, terdiri dari 24 siswa dan 18 siswi. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dan penilaian tes tulis.

Hasil penelitian ini dapat diperinci sebagai berikut: 1) Penerapannya dalam metode Mind Mapping terdapat peningkatan aktivitas guru dan siswa pada setiap siklusnya, ini dapat dibuktikan untuk aktivitas guru pada siklus I memperoleh skor 57,5 (tinggi) sedangkan pada siklus II mencapai 82,5 (tinggi sekali). Aktivitas siswa pada siklus I mencapai 58,3 (tinggi) sedangkan pada siklus II mencapai 86,6 (tinggi sekali). 2)Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya, pada siklus I prosentase ketuntasan belajar sebesar 28,57%. Pada siklus II prosentase hasil belajar meningkat menjadi 83,3%, sehingga pada siklus II dinyatakan berhasil karena telah mencapai indikator kinerja.


(7)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

MOTTO... iii

PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... vi

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vii

ABSTRAK... viii

KATA PENGAN TAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Tindakan yang Dipilih... 6

E. Lingkup Penelitian ... 7


(8)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan tentang Hasil Belajar IPS ... 10

1. Pengertian Hasil Belajar... 10

2. Pengertian Hasil Belajar IPS Materi Peninggalan Sejarah Hindu-Budha di Indonesia... 12

3. Indikator Ketercapaian Hasil Belajar IPS ... 16

4. Faktor-Faktor Hasil Belajar ... 20

B. Tinjauan tentang Metode Mind Mapping... 23

1. Sejarah Mind Mapping... 23

2. Pengertian Mind Mapping... 24

3. Kegunaan Mind Mapping... 25

4. Implementasi Mind Mapping dalam Pembelajaran ... 28

5. Aturan dalam Pembuatan Mind Mapping ... 30

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 32

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 35

C. Variabel yang Diselidiki... 36

D. Rencana Tindakan ... 37

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 45

G. Indikator Kinerja ... 49

H. Tim Peneliti dan Tugasnya... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

1. Pra Siklus... 51

2. Siklus I... 56

a. Tahap Perencanaan Tindakan... 56


(9)

c. Tahap Pengamatan ... 59

d. Tahap Refleksi... 72

3. Siklus II ... 75

a. Tahap Perencanaan Tindakan... 76

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 77

c. Tahap Pengamatan ... 79

d. Tahap Refleksi... 91

B. Pembahasan ... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

PERN YATAAN KEASLIAN TULISAN ... 106

RIWAYAT HIDUP ... 107


(10)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan perpaduan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia yang didalamnya mencakup antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, sosiologi, agama, dan psikologi. Dimana tujuan utamanya adalah membantu mengembangkan kemampuan dan wawasan siswa yang menyeluruh (komprehensif) tentang berbagai aspek ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan (humaniora).1 IPS merupakan salah satu cabang ilmu yang dipelajari sejak kita mengerti dunia, karena kehidupan kita erat kaitannya dengan IPS baik secara formal maupun informal.

Ilmu pengetahuan sosial pada tahap sekolah dasar berperan penting bagi peserta didik dalam mengenalkan mereka pada lingkungan sosial, baik di keluarga, sekolah dan masyarakat. Mempelajari IPS pada tahapan sekolah dasar menjadi sangat penting karena IPS sebagai sumber informasi dari ilmu, moral, dan nilai-nilai kemayarakatan dalam mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah sosial yang terjadi. Karenanya mata pelajaran IPS penting diberikan kepada peserta didik sejak sekolah dasar.

1 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sek olah Dasar, (Jakarta : PT Fajar Interpratama


(11)

Perencanaan pembelajaran sangat diperlukan dalam mengatur suasana belajar yang efektif. Hal itu tergantung dari bagaimana seorang guru memilih metode, strategi, serta media dalam pembelajaran.2 IPS seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang cenderung berisi banyak informasi. Sehingga mata pelajaran IPS dititikberatkan pada hafalan mengenai informasi-informasi tersebut. Hal ini menjadikan peserta didik kurang minat dalam mempelajari IPS yang terkesan membosankan dan guru dituntut harus bisa kreatif dalam

mengelola pembelajaran. Mengatur pembelajaran menjadi sedemikian

menarik sehingga menjadikan siswa memperoleh banyak informasi yang tidak hanya menghafal namun dapat mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari juga.

IPS cenderung dianggap sebagai mata pelajaran yang banyak mengingat dan mencatat materi saja. Seringkali hasil belajar siswa hanya dinilai dari aspek kognitif saja. Terlihat dari aktifitas pembelajaran di kelas dengan guru menggunakan metode ceramah, peserta didik mencatat, dan kemudian mengerjakan soal. Padahal ada hal lain yang juga harus diperhatikan pada pembelajaran IPS, yakni aspek afektif dan psikomotorik. Perlu memaksimalkan pembelajaran IPS agar peserta didik juga mampu menguasai ketiga aspek tersebut.

Membahas mengenai mata pelajaran IPS, sejarah masuk dalam kajian mata pelajaran ini. Manusia tidak akan pernah bisa lepas dari sejarah. Dalam


(12)

kehidupan manusia pasti memiliki sejarah, begitu juga dengan negara Indonesia. Indonesia berdiri sudah sejak puluhan tahun yang lalu. Bukan secara instan Indonesia tercipta hingga saat ini. Banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di dalamnya yang harus dipelajari untuk memahaminya.

Peristiwa-peristiwa tersebut bisa dibuktikan dengan adanya beberapa

peninggalan sejarah. Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut penting untuk dipelajari sebagai cara menghargai sejarah. Menghargai peninggalan sejarah

tersebut bisa dengan cara menjaga, mempelajari, dan melestarikan

peninggalan sejarah tersebut. Karena sebuah sejarah penting dalam sebuah negara sebagai identitasnya.

Beberapa fakta yang terjadi di masyarakat sejarah dianggap remeh, dengan memandang pelajaran sejarah hanyalah sebuah dongeng. Ada beberapa hal yang harus dibenahi mengenai pemikiran orang tentang pentingnya sebuah sejarah. Membenahi permasalahan tersebut tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Diperlukan proses untuk membenahi hal tersebut, misalnya pada tingkat pendidikan dasar terlebih dahulu melalui pembelajarannya.

Dari observasi yang dilakukan oleh peneliti di MI Darul Karomah, memperlihatkan bahwa peserta didik kurang memahami dengan baik mengenai mata pelajaran IPS terutama pada bab sejarah. Hal ini terlihat dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik, di mana sebagian besar peserta didik memperoleh nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).


(13)

Dengan KKM pada mata pelajaran IPS sebesar 75, hanya sekitar 40 % dari jumlah keseluruhan 42 peserta didik mendapatkan nilai di atas KKM. Sebagian lainnya memperoleh hasil belajar di bawah KKM. Hasil belajar yang kurang dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam menjelaskan kembali materi, memahami materi, dan menjawab soal mengenai materi tersebut.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik ini terjadi. Salah satu alasan yang terjadi karena kurang tertariknya peserta didik terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Hal ini terlihat ketika guru menjelaskan peserta didik hanya mendengarkan saja, bahkan ada yang bergurau dengan teman sebangkunya. Ada juga faktor karena media yang kurang memadai dari seorang guru dalam menyampaikan materinya. Guru hanya menjelaskan apa yang ada di buku ajar peserta didik saja, tanpa memberikan pengetahuan luas yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Guru kurang menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran.

Mengambil dari paparan di atas, peneliti dan guru berniat untuk memperbaiki dan mencari solusi mengenai permasalahan tersebut. Peneliti dan guru mengambil tindakan dengan menggunakan metode mind mapping untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Peneliti berharap dengan menerapkan metode mind mapping peserta didik mampu memperoleh hasil belajar yang maksimal dalam materi peninggalan sejarah Hindu-Budha di


(14)

Indonesia. Karena melalui metode mind mapping akan memudahkan siswa dalam mengingat sekaligus memahami pelajaran yang diberikan guru. Dengan gambaran pokok mengenai materi yang diberikan guru yang dituangkan dengan berbagai warna sekaligus gambar yang menarik akan memudahkan peserta didik.

Untuk itu, penelitian ini diberi judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Peninggalan-peninggalan Sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan Metode Mind Mapping Kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, secara umum dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan metode Mind Mapping dalam meningkatkan hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia di kelas V MI Darul Karomah Sidoarjo?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan metode Mind Mapping di kelas V MI Darul Karomah Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode Mind Mapping dalam

peningkatan hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia di kelas V MI Darul Karomah Sidoarjo.


(15)

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan metode Mind Mapping di kelas V MI Darul Karomah Sidoarjo.

D. Tindakan yang Dipilih

Dari rumusan masalah di atas, maka penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode mind mapping dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS peserta didik pada materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo.

Berdasarkan masalah yang diteliti yakni mengenai mata pelajaran IPS materi sejarah, peneliti menganalisis karakteristik dari belajar sejarah. Belajar sejarah berisi mengenai banyak informasi, kronologis peristiwa, dan bentuk peninggalan dari sebuah peristiwa. Setelah menganalisis karakteristik belajar sejarah, peneliti dan guru mengambil metode Mind Mapping.

Metode Mind Mapping adalah metode pembelajaran yang

digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan cara memetakan pikiran/informasi pengetahuan yang diperoleh dalam gambar cabang-cabang dengan menggunakan daya imajinasi siswa. Metode ini dapat memudahkan peserta didik dalam memahami pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.


(16)

E. Lingkup Penelitian

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak melebar dan berjalan dengan baik, maka peneliti membatasi pokok-pokok yang akan diteliti. Adapun lingkup penelitian ini adalah :

1. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo semester II tahun ajaran 2016-2017.

2. Penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada peningkatan hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia

menggunakan metode Mind Mapping.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat untuk guru, peserta didik, sekolah, maupun peneliti sendiri. Adapun manfaat-manfaatnya adalah sebagai berikut :

1. Bagi peserta didik :

a. Penelitian ini diharapkan memberikan suasana baru bagi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, agar meningkatkan efektifitas belajar.

b. Penelitian ini diharapkan meningkatkan hasil belajar IPS peserta didik terhadap materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia


(17)

c. Penelitian ini diharapkan meningkatkan respon dan kemampuan peserta didik mengenai materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia.

2. Bagi guru :

a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melakukan proses pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam materi peninggalan-peninggalan sejarah

Hindu-Budha di Indonesia dengan menggunakan metode Mind

Mapping.

b. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan acuan untuk

peningkatan keberhasilan pembelajaran dan bimbingan terhadap siswa. c. Penelitian ini diharapkan memperluas pengetahuan akan metode

pembelajaran dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial pada materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan metode Mind Mapping.

3. Bagi sekolah :

a. Penelitian ini diharapkan memberikan jalan untuk meningkatkan pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Madrasah Ibtidaiyah.

b. Penelitian ini diharapkan untuk meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.


(18)

c. Penelitian ini diharapkan memberikan kemajuan kualitas pembelajaran ilmu pengetahuan sosial.

d. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan rata-rata kelulusan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

e. Penelitian ini diharapkan untuk meningkatkan kualitas Madrasah Ibtidaiyah sebagai sarana pendidikan yang memberikan suatu hal yang berguna bagi penunjang pelaksanaan pembelajaran.

4. Bagi peneliti :

Adapun manfaat yang dapat diambil oleh peneliti dalam

melaksanakan penelitian diantaranya adalah sebagai berikut : a. Memperoleh suatu pemahaman terhadap proses penelitian. b. Cepat tanggap terhadap masalah yang terjadi dalam penelitian.

c. Dapat memberikan pengetahuan sejauh mana penerapan metode Mind Mapping dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar

IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di


(19)

KAJIAN TEORI

A. Hasil Belajar IPS Materi Peninggalan Sejarah Hindu-Budha di Indonesia 1. Pengertian Hasil Belajar

Istilah belajar merupakan istilah yang sudah banyak diketahui secara luas, namun dalam membahas belajar ada beberapa pendapat yang berbeda-beda. Walaupun secara sederhana masing-masing individu sudah memahami apa yang dimaksud dengan belajar. Dalam memahami arti kata belajar peneliti akan mengemukakan beberapa pengertian mengenai belajar.

Belajar menurut bahasa adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.1 Sedangkang menurut istilah ada beberapa pendapat dari ahli yang menyebutkan yang dimaksud belajar adalah sebagai berikut : a. Nurrohim menjelaskan pengertian belajar menurut pendapat Robert M.

Gagne, mengemukakan bahwa: Learning is change in human

disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Menurutnya belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses


(20)

pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dari dalam diri dan keduanya saling berinteraksi.

b. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil dari suatu latihan atau pengalaman.2

c. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.3

d. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditumjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.4

Dari beberapa pengertian di atas, peneliti mengambil pengertian belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan dalam keadaan sadar oleh seseorang dengan tujuan untuk memperoleh suatu pemahaman atau

2

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidik an Teoritis dan Prak tis, (Bandung: Rosdakarya, 2000), hal. 30

3

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hal. 27

4 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Ak tif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru


(21)

pengetahuan baru yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku yang bersifat relatif baik dalam bertindak dan berpikir.

Berdasarkan pengertian belajar di atas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud hasil belajar adalah hasil dari kegiatan belajar yang berupa perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sebagaimana dipertegas oleh Nawawi yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.5 Sedangkan memurut Rusman hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.6 Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan.7

2. Pengertian Hasil Belajar IPS Materi Peninggalan Sejarah Hindu-Budha di Indonesia

Dalam Djahiri berdasarkan pendapat Zuraik, hakikat IPS adalah harapan untuk mampu membimbing suatu masyarakat yang baik di mana

5

Ibid, Hal. 5

6

Rusman, Pembelajaran Tematik TerpaduTeori, Prak tik dan Penilaian, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), hal. 67

7 Leo Agung dan Sri Wahyuni, Perencanaan Pembelajaran Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak,


(22)

para anggotanya benar-benar berkembang sebagai makhluk sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab, oleh karenanya diciptakan nilai-nilai. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan atau bahan ajar bagi siswa sebagai warga negara sedini mungkin. Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1993, disebutkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang berdasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi, dan tata negara.8

IPS sebagai salah satu bagian dari kurikulum sekolah tidak akan terlepas dari tujuan lembaga pendidikan. Pada jenjang sekolah dasar sendiri, IPS secara eksplisit tidak lagi dijumpai dalam mata pelajaran geografi, sejarah, dan sebagainya. Pelajaran IPS dikenal dengan berbagai unsur keilmuan yang diintegrasikan. Peserta didik lebih dikenalkan dulu tentang lingkungan kehidupan sehari-harinya, kemudian baru lebih meluas ke lingkungan regional dan nasional.9 Dalam keilmuan IPS di sekolah dasar yang dipadukan terdapat unsur keilmuan mengenai sejarah.

Sejarah merupakan cabangan ilmu dari bidang IPS. Dalam sejarah ada beberapa materi yang harus dipelajari, salah satunya adalah mengenai peninggalan sejarah. Peninggalan berasal dari kata “tinggal” yang memiliki arti masih tetap ditempatnya, sisanya (tersisa), ada dibelakang

8 Ibid, 139


(23)

(terbelakang).10 Sedangkan kata tinggal mendapatkan tambahan “pe” dan

“an” memiliki makna barang yang ditinggalkan; barang sisa dari zaman

dahulu. Kata sejarah harfiah berasal dari kata Arab ةرجش yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (خيرات). Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang kebih adalah waktu atau penanggalan.11 Sejarah adalah mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga kini.12

Berbagai bentuk peninggalan-peninggalan sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Dalam pengertian lebih lengkap, sejarah merupakan gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan analisis sehingga mudah dimengerti. Pengertian peninggalan sejarah adalah benda-benda sisa masa lampau yang mempunyai nilai sejarah dan masih ada hingga kini. Berbagai peninggalan sejarah banyak sekali jenisnya, tersebar diberbagai tempat di Indonesia.13

10

Ernawati Waridah dan Suzana Kamus Bahasa Indonesia, (Bandung: Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka, 2014) , hal. 581

11

https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah diakses 08 januari 2017

12

Ibid, hal. 55

13


(24)

Dari penjelasan mengenai hasil belajar dan juga IPS, maka pengertian hasil belajar IPS adalah hasil dari belajar IPS berupa perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik baik berupa kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam pembelajaran IPS hasil belajar yang ingin dimunculkan adalah mencakup kognitif, psikomotorik, dan afektif. Guru diharapkan bisa mengarahkan peserta didik untuk menguasai ketiga aspek tersebut dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa tidak hanya mampu secara kognitif, namun tidak mampu dalam dua aspek lainnya. Misalnya pada materi sejarah, guru harus bisa mengarahkan pemahaman materi mengenai konsep sejarah (aspek kognitif), guru harus mampu memberikan pendidikan mengenai menghargai perbedaan budaya (aspek afektif), dan guru harus mampu mengarahkan siswa mengahasilkan suatu karya dari materi tersebut (aspek psikomotorik).

Sebagaimana penjelasan dari hasil belajar IPS, dalam pengetian hasil belajar IPS materi peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia adalah hasil atau kemampuan-kemampuan yang dimiliki setelah kegiatan belajar mengenai peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia, berupa pemahaman konsep, perubahan sikap, dan keterampilan yang dihasilkan. Sehingga dalam hasil belajar sejarah peserta didik tidak hanya pada aspek kognitif, namun afektif dan psikomotorik juga akan dimiliki peserta didik. Namun padahal penelitian ini difokuskan pada aspek kognitif sebagai hasil belajarnya. Namun peneliti juga tidak mengabaikan apek lainnya


(25)

sebagai hasil belajar. Peneliti mengambil aspek kognitif dikarenakan merupakan sebuah aspek awal yang harus dimiliki dalam menguasai aspek lainnya. Jika aspek kognitif sudah dimiliki peserta didik, maka aspek hasil belajar lainnya seperti aspek afektif dan psikomotorik akan berkembang. 3. Indikator Ketercapaian Hasil Belajar IPS

Dalam menyatakan bahwa suatu kegiatan belajar-mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki kriteria masing-masing sesuai dengan filosofinya. Namun, untuk menyamakan pandangan sebaiknya berdasarkan pada kurikulum yang berlaku saat ini adalah :

a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai peserta didik baik individu maupun klasikal.

Demikian dua macam tolok ukur yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar. Namun yang banyak dijadikan tolok ukur dalam keberhasilan proses belajar-mengajar adalah daya serap terhadap pelajaran.14 Daya serap terhadap pelajaran ini dapat dimaksud dengan kompetensi yang diperoleh peserta didik.

14 Moh. User Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja


(26)

Menurut Mohamad Syarif Sumantri, dalam buku Sugiyar dkk, yang mengutip pendapat Bloom dalam menganalisis kompetensi menjadi tiga aspek, dengan tingkatan yang berbeda-beda setiap aspeknya, yaitu kompetensi:15

a. Kognitif, meliputi tingkatan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.

b. Afektif, meliputi pemberian respons, penilaian, apresiasi, dan internalisasi.

c. Psikomotorik, meliputi keterampilan gerak awal, semi rutin dan rutin.

Menurut Ratna Wilis, Gagne mengemukakan lima macam

kemampuan yang dikatakan sebagai hasil belajar,16 yaitu :

a. Keterampilan Intelektual merupakan penampilan yang

ditunjukkan oleh siswa tentang operasi intelektual yang dapat dilakukannya.

b. Strategi kognitif adalah suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir.

15

Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Prak tik di Tingk at Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), hal. 22


(27)

c. Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian-kejadian, atau makhluk hidup lainnya.

d. Informasi verbal disebut juga pengetahuan verbal, menurut teori pengetahuan verbal ini disimpan sebagai jaringan proposisi-proposisi.

e. Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai kompetensi hasil belajar,

maka peneliti mengambil pemahaman bahwa kompetensi kognitif

merupakan salah satu kompetensi hasil belajar. Dalam beberapa kompetensi yang harus dimiliki peserta didik, penelitian ini difokuskan pada kompetensi kognitif. Klasifikasi proses kognitif yang paling umum adalah sebagai berikut:17

a. Mengingat, artinya mendapatkan kembali atau pengembalian

pengetahuan relevan yang tersimpan dari memori jangka panjang;

b. Memahami, mendeskripsikan susunan dalam artiana pesan

pembelajaran, mencakup oral, tulisan, dan komunikasi grafik; c. Menerapkan, menggunakan prosedur dalam situasi yang diharapi;


(28)

d. Menganalisis, memecah materi menjadi bagian-bagian pokok dan menggambarkan bagaimana bagian-bagian tersebut, dihubungkan satu sama lain maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau tujuan; e. Mengevaluasi atau menilai, melakukan evaluasi atau penilaian yang

didasarkan pada kriteria dan atau standar;

f. Menciptakan, menempatkan bagian-bagian secara bersama-sama ke

dalam suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk membuat hasil yang baik.

Berdasarkan tingkatan proses kognitif tersebut, hasil belajar IPS mencakup keenam proses berpikir di atas. Dalam penelitian ini mengambil fokus tingkat kognitif pada memahami dalam mencapai hasil belajar IPS.

Dalam memahami peserta didik akan diajarkan mengenal dan

menyebutkan peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia.

Untuk mengukur hasil belajar peserta didik dibutuhkan indikator yang cocok sekaligus sesuai dengan tujuan pencapaian dalam pembelajran dan sebagai acuan guru dalam menyiapkan pembelajaran. Maka dari pemaparan di atas indikator mengenal dan menyebutkan sesuai dengan tingkatan berpikir memahami.


(29)

Dalam tingkatan berpikir memahami, peserta didik dikatakan dapat memahami jika mencapai beberapa kriteria di bawah ini:18

a. Mangartikan

b. Memberikan contoh

c. Mengklasifikasi

d. Menyimpulkan

e. Menduga

f. Membandingkan

g. Menjelaskan

Dari beberapa kritetria memahami di atas, kriteria yang cocok untuk dijadikan indikator dalam mengukur pemahaman peserta didik adalah

menjelaskan, menyebutkan, dan memberi contoh dalam materi

peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia.

4. Faktor-faktor Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan

menjadi 2 golongan, yaitu : a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini


(30)

meliputi : kecerdasan, minat, dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. b. Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang keadaan ekonominya kurang stabil, broken home, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan berperilaku orang tua yang kurang baik dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Menurut Wina Sanjaya, terdapat sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru :

a. Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang mejadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk kedalam aspek ini diantaranya tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya, dan adat istiadat.

b. Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, misalnya pengalamann latihan profesional, tingkat pendidikan, dan pengalaman jabatan.


(31)

c. Teacher properties, segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi guru, motivasi dan kemampuan mereka baik kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran termasuk di dalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi

pembelajaran maupun kemampuan dalam penguasaan

materi.19

Menurut Munadi, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu :

a. Faktor Internal

1) Faktor fisiologis: seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya.

2) Faktor psikologis: meliputi inteligensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan: meliputi lingkungan fisik dan

lingkungan sosial.


(32)

2) Faktor instrumental: faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.20

B. Metode Mind Mapping

1. Sejarah mind mapping

Memanfaatkan gambar untuk merekam pengetahuan dan sistem

pemodelan telah digunakan selama berabad-abad dalam belajar,

brainstorming, memori, berpikir visual, dan pemecahan masalah oleh pendidik, insinyur, psikolog, dan lain-lain. Contoh awal dari catatan grafis seperti yang dikembangkan oleh Porphyry dari Tyros, pemikir mencatat dari abad ke-3, karena ia membayangkan kategori grafis konsep Aristoteles. Filsuf Ramon Liull juga menggunakan teknik mencatat

tersebut. Secara luas diyakini bahwa jaringan semantik mulai

dikembangkan pada akhir 1950-an sebagai teori untuk memahami proses belajar manusia dan dikembangkan lebih jauh oleh Allan M. Collins dan M. Ross Quillian pada awal 1960-an.

Tony Buzan mengklaim sebagai penemu pemetaan pikiran modern. Ide penemuan ini terinspirasi oleh semantik umum Alfred Korzybski yang dipopulerkan di novel fiksis ilmiah. Buzan berpendapat bahwa pembaca dipaksa untuk memindai tulisan dari atas ke bawah, sebenarnya pembaca cenderung memindai seluruh halaman dengan cara non-linear.


(33)

Buzan juga berasumsi mengenai bagian-bagian otak untuk mengenalkan penggunaan khusus pemetaan pikiran sebagai bentuk lain dari pembuatan catatan.21

Strategi Mind Mapping dikembangkan sebagai metode efektif untuk mengembangkan gagasan-gagasan melalui rangkaian peta-peta. Salah satu penggagas metode ini adalah Tony Buzan. Untuk membuat mind map, menurut Buzan, seseorang biasanya memulainya dengan menulis

gagasan utama di tengah halaman dan dari situlah, ia bisa

membentangkannya ke seluruh arah untuk menciptakan semacam diagram yang terdiri dari kata kunci-kata kunci, frasa-frasa, konsep-konsep, fakta-fakta, dan gambar-gambar.

2. Pengertian Mind Mapping

Secara bahasa Mind Mapping berasal dari bahasa Inggris yang berarti peta pikiran. Sedangkan secara istilah mapping berarti teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan.22

Menurut Buzan: Salah satu model pembelajaran yang telah terbukti mampu mengoptimalkan hasil belajar adalah model peta pikiran atau disebut Mind Mapping. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan

21

http://mster-al.blogspot.co.id/2012/08/sejarah-mind-map.ht ml diakses 20 Maret 2017

22 Doni Swadarma, Penerapan Mind Mapping dalam Kurik ulum Pembelajaran, (Jakarta: PT Elex


(34)

pada awal 1970-an yaitu, seorang ahli dan penulis produktif di bidang psikologi, kreatifitas dan pengembangan diri.23

Sementara DePorter dan Hemacki mengungkapkan bahwa peta pikiran menggunakan ingatan visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar

mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta pikiran ini dapat

membangkitkan ide-ide murni dan memicu ingatan tentang informasi yang diperoleh dengan mudah.

Dari uraian di atas dapat diambil sebuah definisi bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah suatu cara belajar untuk memetakan sebuah informasi siswa yang digambarkan dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan menggunakan imajinasi kreatif siswa.

3. Kegunaan Mind Mapping

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta didik dapat

menggunakan Mind Mapping sebagai pemikiran yang memudahkan

peserta didik dalam memvisualkan pengetahuan yang mereka peroleh. Mind Mapping membantu siswa dalam menyusun setiap poin informasi yang diperoleh menjadi satu topik utama yang sempurna. Memungkinkan terjadinya pengembangan topik utama menjadi gagasan baru lagi.24 Dengan Mind Mapping peserta didik dapat memudahkan siswa mengingat

23 Ahmad Yani, Pembelajaran IPS SD, (Jakarta: Dirjen Pendis Depag RI, 2009), hal.221 24 Ibid, hal. 30


(35)

poin penting dari sebuah topik secara keseluruhan. Di samping itu,

menurut Doni Swadarma Mind Mapping mempunyai kegunaan sebagai

berikut:25

a. Mengumpulkan informasi yang hendak digunakan untuk berbagai keperluan secara sistematis dan prosedural.

b. Mengembangkan dan menganalisis ide/pengetahuan c. Memudahkan untuk mengulas ide dan gagasan

d. Membuat perencanaan pengambilan keputusan dari berbagai

rencana keputusan yang mungkin. e. Mempermudah proses curah pendapat

f. Dapat melihat gambaran besar dari suatu gagasan yang dituangkan. g. Menyederhanakan struktur ide dan gagasan yang semula rumit. h. Memilah informasi berdasarkan sesuatu yang dianggap penting

dan sesuai dengan tujuan.

i. Mempercepat dan mempermudah pemahaman pada saat

pembelajaran.

j. Mengasah kemampuan kerja otak karena mapping penuh dengan unsur kreatifitas.

Menurut Utomo Dananjaya, Mind Map berfungsi untuk membuat VR

atau representasi visual dari hal-hal sederhana, mulai dari rencana akhir


(36)

pekan, sampai teknik pengembangan software, perusahaan, teknik presentasi. Bahkan mind map mampu menjabarkan representasi visual dari brainstrom (curah gagasan), model membuat pesawat, roket, kincir angin, atau apapun. Mind map dapat digunakan mulai dari anak tingkat sekolah dasar sampai dengan orang tua.26

Menurut Miftahul Huda, mind map bisa digunakan untuk membantu penulisan esai atau tugas-tugas yang berkaitan dengan penguasaan konsep. Ia merupakan strategi ideal untuk melejitkan pemikiran siswa. Mind map bisa digunakan untuk membentuk, menvisualisasi, mendesain, mencatat, memecahkan masalah, membuat keputusan, merevisi, dan mengklarifikasi topik utama, sehingga siswa bisa mengerjakan tugas-tugas yang banyak sekalipun. Pada hakikatnya, mind map digunakan untuk membrainstroming suatu topik sekaligus menjadi strategi ampuh bagi belajar siswa.27

Dari uraian di atas, dapat diambil dikatakan bahwa metode mind mapping dapat memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, khususnya pada materi peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia yang cenderung pasif.

26

Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran Ak tif, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2013) hal. 73

27 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),


(37)

4. Implementasi Mind Mapping dalam pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur guru, siswa, sumber belajar, sarana dan prasarana, serta prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dimaksud adalah penguasaan pengetahuan, kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan tingkah laku yang lebih baik.

Dengan kata lain, proses pembelajaran adalah proses yang

berkesinambungan antara pelajar dengan segala sesuatu yang menunjang

tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam mencapai proses yang

berkesinambungan untuk sebuah tujuan diperlukan metode yang tepat dalam diterapkan.

Metode Mind Mapping sangat tepat digunakan dalam pembelajaran

peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia. Karena

pembelajaran IPS materi sejarah ini cenderung membosankan dan hanya

mendengarkan guru menjelaskan. Metode Mind Mapping ini juga

termasuk metode mencatat. Dalam proses mencatat ini, peserta didik akan dituntut untuk mendengarkan dengan seksama agar dapat mencatat poin-poin penting dari penjelasan guru. Hal ini didasarkan pada penelitian tentang cara otak memproses informasi, bekerja sama dengan otak, dan bukan menentangnya Menurut Buzan, dkk dalam De Porter.28


(38)

Untuk menggunakan mind map, ada beberapa langkah persiapan yang harus dilakukan, antara lain:

a. Menulis poin penting dari hasil ceramah yang disampaikan.

b. Memberikan garis hubung atau jaringan-jaringan yang mengaitkan poin-poin inti ceramah dengan materi pelajaran.

c. Mencurahkan pendapat mengenai semua hal yang sudah diketahui sebelumnya yang berkaitan dengan topik pembelajaran.

d. Menyusun rencana pemetaan gagasan dengan menggambarkan semua

aspek yang dibahas dalam pembelajaran tersebut.

e. Membuat peta pikiran sesuai rencana dalam satu lembar kertas saja.

f. Menstimulasi pemikiran dan solusi kreatif atas

permasalahan-permasalahan yang terkait dengan topik bahasan.

g. Mengulas pelajaran untuk menyiapkan diri menghadapi tes atau ujian.29

Menurut Tony Buzan, dalam membuat mind mapping ada tujuh langkah, yaitu :

a. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar.

b. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral untuk mmemudahkan mengingat.


(39)

c. Gunakan warna untuk membuat menarik hasil peta pikiran yang akan dihasilkan.

d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan

cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke titik satu dan dua, dan seterusnya.

e. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan lurus. Karena garis lurus akan memperlihatkan hasil catatan akan monoton/membosankan. f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis agar catatan mudah

dimengerti setiap poinnya.

g. Gunakan gambar untuk menghiasi catatan tersebut agar peserta didik tertarik untuk membaca ulang catatannya.30

5. Aturan dalam membuat mind mapping

Sebelum membuat mind mapping diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas putih kosong berorientasi landscape, pena, dan pensil warna.31 Adapun berikut ini beberapa petunjuk dalam membuat mind mapping: a. Kertas yang digunakan sebaiknya tanpa garis

b. Gunakan pensil warna-warni untuk memperindah mind mapping c. Buatlah sebuah garis yang menghubungkan antara topik utam dengan

poin cabangan lainnya.

30 Tony Buzan, Buk u Pintar Mind Map, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 10 31 Ibid, hal.14


(40)

d. Gunakanlah huruf kapital pada topik utama, sedangkan pada cabang gunakanlah huruf kecil.

e. Gunakan kata kunci yang tepat sesuai dengan topik bahasan. f. Gunakanlah simbol kata (gambar) untuk mempermudah mengingat.

Dari penjelasan di atas, dapat digunakan untuk mengarahkan peserta didik dalam memahami cara pembuatan mind mapping. Sehingga peserta didik

mampu menerapkan penggunaan metode mind mapping dalam kegiatan


(41)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Deskriptif Kualitatif, bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa-peritstiwa yang terjadi secara alami melalui pengumpulan data, yang selanjutnya dipaparkan dalam bentuk kalimat. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).1

Metode penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research. Penelitian ini berkolaborasi dengan guru kelas sebagai mitra dalam rangka perbaikan mutu pada pelaksanaan proses pembelajaran serta solusi dalam memperbaiki masalah yang terdapat di kelas. Tujuan penelitian sendiri secara umum ada tiga macam, yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan.

Sedangkan manfaatnya adalah untuk memahami, memecahkan, dan

mengantisipasi masalah.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikembangkan bahwa, metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan dalam suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat


(42)

digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.2

Secara lebih luas dapat dikatakan penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya.

Sesuai dengan namanya, penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri, beriringan dengan proses pembelajaran sehingga PTK tidak dilakukan di kelas-kelas khusus. Seorang ahli dibidang penelitian, yaitu Arikunto menjelaskan pengertian PTK secara lebih sistematis sebagai berikut:3

1. Penelitian diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu obyek,

menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi penelitian.

2. Tindakan diartikan sebagai suatu gerakan kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujauan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

2

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidik an Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 6


(43)

3. Kelas diartikan sebagai sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Dari ketiga pengertian diatas, yakni penelitian, tindakan, dan kelas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud PTK adalah suatu usaha menelaah suatu obyek dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar mengajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

Berdasarkan jenis penelitian rancangan atau desain PTK yang digunakan adalah menggunakan PTK Model Kurt Lewin yang dalam alur penelitiannya yakni meliputi langkah-langkah: (1) Perencanaan (plan), (2) Melakukan tindakan (act), (3) Melaksanakan pengamatan (observe), (4) Mengadakan refleksi/analisis (reflection).

Secara sederhana alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas sebagai berikut:4

Gambar 3.1 Siklus Model Kurt Lewin


(44)

Penjelasan dari gambar penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin adalah sebagai berikut:

a) Perencanaan (planning), tahap ini kegiatan dilakukan dengan guru membuat RPP, serta mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

b) Tindakan (acting), peneliti harus melakukan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, inti, dan penutup.

c) Pengamatan (observing), yaitu mengamati siswa dalam proses kegiatan

pembelajaran, memantau diskusi, kerjasama antar siswa dalam

kelompok, memahami pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK. d) Refleksi (reflecting), mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil

observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat

kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusun rancangan siklus

berikutnya, sampai tujuan PTK dapat dicapai.

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini adalah MI Darul Karomah Sidoarjo pada siswa kelas V yang berjumlah 42 siswa. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 2017.


(45)

PTK ini melalui 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan kemampuan menjelaskan siswa pada materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia mata pelajaran IPS melalui metode pembelajaran Mind Mapping.

Subyek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas V MI Darul Karomah Sidoarjo tahun ajaran 2016-2017, dengan jumlah siswa 42 siswa dengan 15 orang laki-laki dan 27 orang perempuan. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum KTSP 2006.

Objek yang diteliti peneliti adalah hasil belajar peserta didik pada materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia mata pelajaran IPS melalui metode pembelajaran Mind Mapping di MI Darul Karomah Sidoarjo. Hasil belajar yang dimaksud adalah perolehan hasil tes peserta didik yang ditentukan dengan nilai yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

C. Variabel yang Diselidiki

Pada penelitian ini peneliti menggunakan variabel peningkatan hasil

belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di

Indonesia melalui metode Mind Mapping kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo. Di dalam variabel tersebut terdapat beberapa variabel yaitu:


(46)

2. Variabel proses: Penerapan metode pembelajaran Mind Mapping

3. Variabel output: Peningkatan hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia.

D. Rencana Tindakan

Sesuai dengan rancangan penelitian, penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus.

a. Siklus I

1) Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan dalam siklus pertama disusun berdasarkan hasil observasi kegiatan pra siklus. Rancangan tindakan ini disusun dengan mencakup beberapa antara lain:

a. Menentukan waktu pelaksanaan perbaikan, sekaligus melakukan kesepakatan bahwa penelitian akan mempraktekkan RPP dan guru bertindak sebagai obsever.

b. Pembuatan instrumen penelitian berupa instrumen observasi guru dan instrumen observasi aktivitas peserta didik.

c. Mempersiapkan alat dan sumber pembelajaran.

d. Menyiapkan RPP yang sesuai dengan Kompetensi Dasar untuk

materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di

Indonesia dengan menggunakan metode Mind Mapping.

e. Membuat instrumen penilaian untuk mengukur pemahaman


(47)

f. Peneliti menentukan kriteria keberhasilan. 2) Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran pada materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan metode Mind Mapping. Kegiatan pelaksanaan yang dilakukan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun untuk siklus I. Adapun rincian pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

3) Pengamatan

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan lembar observasi yang telah dibuat dan mengadakan penilaian untuk mengetahui pemahaman peserta didik.

Kegiatan ini meliputi pengamatan terhadap perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan tindakan, sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan guru (peneliti) dan peserta didik dalam proses pembelajaran ini diamati dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan sebelumnya. Untuk selanjutnya data hasil observasi tersebut dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan berikutnya.

4) Refleksi

Refleksi ini dilakukan pada akhir siklus I. Kegiatan yang dilakukan antara lain: a) menganalisis tindakan siklus I, b)


(48)

mengevaluasi hasil dari tindakan siklus I, c) melakukan pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh.

b. Siklus II

1) Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan siklus II ini disusun berdasarkan refleksi dan hasil analisis pada siklus I. Dari hasil tersebut peneliti melakukan beberapa hal sebagai berikut:

a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II

dengan memperlihatkan kekurangan dan kendala-kendala yang terjadi pada siklus I.

b. Menyiapkan lembar kerja, sebagai penerapan metode Mind

Mapping

c. Menyiapkan soal lembar evaluasi siswa sebagai penilaian dari hasil pemahaman peserta didik.

d. Membuat format penilaian serta menyiapkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung dalam proses pembelajaran.

e. Menyusun instrumen pengumpulan data yang akan digunakan

dalam penelitian tindakan kelas.

f. Menentukan kriteria keberhasilan pembelajaran. Dalam penelitian ini peserta didik dikatakan berhasil apabila mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM dengan nilai 75).


(49)

2) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus II peneliti dibantu guru mata pelajaran IPS dalam melakasanakan skenario pembelajaran seperti yang telah direncanakan dalam RPP. Seperti pada siklus I, siklus II ini guru kembali bertindak sebagai observer dan peneliti sebagai guru dalam menerapkan tindakan pembelajaran.

3) Pengamatan

Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan mengenai semua proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung untuk

melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan metode

pembelajaran Mind Mapping di kelas V MI Darul Karomah Sidoarjo. Pengamatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut:

a. Mengamati semua proses pembelajaran dan mencatat semua

masalah atau kekurangan pada pembelajaran IPS dengan

menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping.

b. Meneliti dan menyeleksi data yang diperlukan dalam penelitian seperti lembar observasi yang meliputi lembar pengamatan kegiatan peserta didik, lembar pengamatan kegiatan guru, dan lembar kerja peserta didik.

4) Refleksi

Refleksi ini dilakukan pada akhir siklus II. Kegiatan yang dilakukan yaitu: a) menganalisis tindakan siklus II, b) mengevaluasi


(50)

hasil dari tindakan siklus II, c) melakukan penyimpulan data yang diperoleh. Hasil dari refleksi siklus II ini dijadikan dasar dalam penyusunan laporan hasil penelitian.

E. Data dan Cara Pengumpulan

1. Data

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), data adalah informasi yang mempunyai makna untuk keperluan tertentu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berasal dari hasil deskripsi wawancara dan observasi. Sedangkan data kuantitatif berasal dari pengambilan data nilai tes peserta didik, lembar aktivitas guru dan lembar aktivitas peserta didik. 2. Sumber data

Sumber data dalam PTK sebagai berikut: a. Siswa

Dari sumber data peserta didik, untuk mendapatkan data mengenai hasil peningkatan hasil belajar IPS peserta didik materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan

menggunakan meode Mind Mapping.

b. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi metode


(51)

pelajaran IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia.

c. Teman sejawat/ Kolaborator

Teman sejawat/kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komperhensif, baik dari peserta didik maupun guru.

3. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian, yaitu:

a. Tes

Tes merupakan instrumen alat ukur untuk pengumpulan data dimana dalam memberikan respon atas pertanyaan dalam instrumen, peserta di dorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya.5 Subyek dalam hal ini adalah peserta didik kelas V harus mengisi item-item yang ada dalam tes yang telah disedikan, guna untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Khususnya dalam mata pelajaran IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia. Tes yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah tes pada setiap akhir tindakan, dengan tujuan untuk mengumpulkan data tentang peningkatan hasil


(52)

belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan menerapkan metode Mind Mapping.

b. Observasi

Observasi adalah upaya merekam peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu.6 Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan pembelajaran.

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan subyek penelitian yang meliputi aktivitas siswa dan aktivitas

guru terhadap kegiatan pembelajaran selama berlangsungnya

penelitian tindakan. Dalam penelitian ini observasi merupakan alat bantu yang digunakan peneliti ketika mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti.

c. Wawancara

Wawancara secara umum adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.7 Ada dua jenis wawancara yang sering digunakan

6

Tatag Yuli Eko Siswanto, Mengejar dan Meneliti Tindak an Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung: Unesa University Press, 2008), hal. 25


(53)

dalam pengumpulan data, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

Wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V mata pelajaran IPS. Wawancara

dilakukan untuk mengumpulkan data awal tentang proses

pembelajaran sebelum dilakukan penelitian. d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, dimana responden pertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-hari.8 Metode ini dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen resmi seperti, catatan-catatan serta buku-buku peraturan yang ada. Dokumen sebagai metode pengumpulan data adalah setiap pertanyaan tertulis yang disusun oleh seorang atau lembaga untuk keperluan penguji suatu peristiwa atau penguji akunting.9

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang arsip nilai peserta didik kelas V mata pelajaran IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia di MI Darul Karomah Sidoarjo.

8 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hal. 81 9 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Prak tis, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 92-93


(54)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan kaulitatif. Berikut dijelaskan paparan kedua teknik tersebut.

1. Teknik kuantitatif

Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif. Data kuantitatif ini diperoleh dari hasil tes pembelajaran IPS materi

peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan

metode Mind Mapping pada siklus I dan siklus II. 2. Teknik kualitatif

Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa berkaitan dengan tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), afektif, aktifitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran dapat dianalisis secara kualitatif. Digunakan untuk menganalisis data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase ketuntasan belajar peserta didik setelah proses belajar mengajar berlangsung pada tiap siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tulis pada setiap akhir siklus.


(55)

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana berikut: a) Penilaian tes

Penilaian tes ini diperoleh dari hasil tes peningkatan kemampuan

menjelaskan peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di

Indonesia berbentuk tes tulis soal berupa uraian dan kuis. Data dari hasil tes yang telah diperoleh, untuk menghitung rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik, maka peneliti menggunakan mean. Mean adalah nilai rata-rata dari data (berupa skor) yang diperoleh dari pengumpulan data dimana besarannya bersifat kuantitas dan tidak bervariasi.10

Dinyatakan dengan menggunakan rumus: Nilai Perolehan Akhir =

Setelah nilai peserta didik diketahui, peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa selanjutnya dibagi dengan jumlah peserta didik tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata. Untuk menghitung rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus

Keterangan:

M = Nilai rata-rata

10 Bambang Soepono, Statistik Terapan: Dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidik an, (Jakarta,


(56)

∑ x = Jumlah semua nilai

∑ N = Jumlah peserta didik

Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P = Prosentase yang akan diberi f = Jumlah siswa yang tuntas N = Jumlah seluruh peserta didik

Adapun kriteria tingkat keberhasilan belajar yang

dikelompokkan dalam lima kategori keseluruhan sebagai berikut:11 Tabel 3.1

Kriteria ketuntasan/kelulusan belajar siswa Taraf

Keberhasilan

Arti

81-100% Tinggi Sekali

61-80% Tinggi

41-60% Cukup

21-40% Rendah

<20% Rendah Sekali

11 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996),


(57)

b) Observasi 1. Guru

Observasi terhadap guru sebagai pengajar, akan dicari persentase kemampuan guru dalam proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Mind Mapping materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia. Adapun analisis observasi dihitung menggunakan rumus:12

Nilai perolehan Akhir =

Setelah menghitung tahap-tahap kegiatan observasi guru, dapat diketahui berapa besar nilai keseluruhan observasi guru dalam proses belajar mengajar dengan penghitungan skor yang diperoleh dengan skor maksimal. Apabila masih kurang dari ketentuan skor perolehan akhir, maka akan dilaksanakan proses pembelajaran ulang.

2. Peserta didik

Observasi terhadap siswa sebagai pelajar, akan dicari skor nilai keseluruhan hasil belajar peserta didik pada saat proses

pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Mind Mapping

materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di


(58)

Indonesia. Adapun analisis observasi dihitung menggunakan rumus:

Nilai Perolehan Akhir =

G. Indikator Kinerja

Penelitian ini dianggap selesai apabila indikator kinerja dalam PTK ini tercapai. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

a. Rata-rata hasil belajar IPS siswa MI Darul Karomah sebesar 75 b. Prosentase ketuntasan belajar klasikal

c. Skor keaktifan guru 80

d. Skor keaktifan peserta didik 80 H. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang sifatnya kolaborasi yang dilakukan oleh peneliti dengan Bapak Hamid selaku guru mata pelajaran IPS kelas V yang mengajar di MI Darul Karomah Sidoarjo. Peneliti dan guru terlibat langsung dan sepenuhnya dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam setiap siklusnya.

1. Peneliti

Nama : Alfi Rosyidah Hanif

NIM : D07213001


(59)

Tugas :

 Perencanaan penelitian, menyusun RPP, menyiapkan media dan sumber yang dibutuhkan dalam pembelajaran

 Pelaksanaan tindakan penelitian

 Bertanggung jawab atas kegiatan pembelajaran 2. Guru kolaborasi

Nama : Abdul Hamid

Jabatan : Guru mata pelajaran IPS kelas V MI Darul Karomah

Tugas :

 Sebagai pengamat proses kegiatan pembelajaran

 Turut merefleksi hasil observasi


(60)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini peneliti memaparkan hasil Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dengan mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi

Peninggalan-peninggalan Sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan Metode Mind Mapping pada Kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo”. Adapun beberapa hal yang akan dipaparkan pada hasil penelitian ini berupa data-data yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian hingga tujuan penelitian ini tercapai melalui beberapa perbaikan dalam penerapan metodenya.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 siklus, yakni siklus 1 dan siklus 2. Dalam setiap siklus terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Data-data yang diperoleh oleh peneliti pada setiap siklusnya antara lain berisi Data-data hasil belajar siswa, data hasil observasi aktivitas guru, dan data hasil observasi aktivitas siswa.

1. Pra Siklus

Tahap ini merupakan tahapan yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data dari hasil wawancara dan pre tes. Peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran IPS pada tanggal 27 Februari pada pukul 10.00 WIB. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui kondisi


(61)

awal pembelajaran IPS terkait proses pembelajaram yang dilakukan guru dan siswa. Selain melakukan waawancara, peneliti juga melakukan pre tes pada siswa untuk mengetahui hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia pada kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo.

Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa metode dalam pembelajaran IPS seringkali hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan. Guru merasa ketika menggunakan metode ceramah siswa cenderung kurang memperhatikan dan pasif dalam kegiatan pembelajaran IPS. Dikarenakan materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia merupakan materi yang berisi tentang banyak nama, tempat, dan benda yang harus diingat. Sehingga ketika guru menggunakan metode ceramah siswa kurang memperhatikan dan merasa jenuh. Hal ini berdamapak pada hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia. Setelah melakukan wawancara, peneliti langsung melakukan tindakan pre tes untuk mengetahui awal hasil belajar IPS. Ada 34 siswa yangmemperoleh nilai dibawah KKM, dan hanya ada 8 siswa yang memperole nilai diatas KKM. Dari hasil pre tes tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kurang memuaskan. Sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:


(62)

Tabel 4.1 Nilai Pre Tes siswa

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

1. MVA 35 Tidak Tuntas

2. AIM 43 Tidak Tuntas

3. AWRM 46 Tidak Tuntas

4. AAR 76 Tuntas

5. ASF 49 Tidak Tuntas

6. ANA 80 Tuntas

7. BAAD 31 Tidak Tuntas

8. CKS 44 Tidak Tuntas

9. CMA 33 Tidak Tuntas

10. CP 78 Tuntas

11. DNA 45 Tidak Tuntas

12. FNR 48 Tidak Tuntas

13. GNRD 84 Tuntas

14. IAJ 44 Tidak Tuntas

15. KSW 47 Tidak Tuntas

16. MASP 36 Tidak Tuntas

17. MMAA 36 Tidak Tuntas

18. MMRPA 36 Tidak Tuntas


(63)

20. MS 43 Tidak Tuntas

21. MBH 46 Tidak Tuntas

22. MNK 51 Tidak Tuntas

23. MRNS 38 Tidak Tuntas

24. MHA 46 Tidak Tuntas

25. MAZM 33 Tidak Tuntas

26. MDK 1 79 Tuntas

27. MAW 45 Tidak Tuntas

28. MAA 41 Tidak Tuntas

29. MDK 2 - Tidak Tuntas

30. MJFH 33 Tidak Tuntas

31. NFR 36 Tidak Tuntas

32. RYP 32 Tidak Tuntas

33. SAS 75 Tuntas

34. SON 53 Tidak Tuntas

35. SM 44 Tidak Tuntas

36. TAUY 37 Tidak Tuntas

37. TNM 46 Tidak Tuntas

38. WRAP 36 Tidak Tuntas

39. ZAN 42 Tidak Tuntas


(64)

41. ZI 2 83 Tuntas

42. MFF 43 Tidak Tuntas

Jumlah Nilai 1954

Rata-rata Nilai 46,5

Keterangan:

1) Keterangan nilai rata-rata siswa :

= 46,5 2) Keterangan ketuntasan siswa

=

= 19,04

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa nilai rata-rata siswa pada hasil pre tes adalah 46,5. Dari jumlah siswa 42 hanya 8 siswa yang memiliki nilai di atas KKM, dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 19,04%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang memperoleh nilai di atas KKM. Perolehan prosentase nilai tersebut belum


(65)

mencapai ketentuan indikator kinerja, sehingga peneliti mengambil tindakan dengan menggunakan metode Mind Mapping.

2. Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2017, penelitian ini berkolaborasi dengan guru. Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa kegiatan diantaranya:

a) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode mind mapping untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

b) Menyiapkan instrumen soal untuk mengukur hasil belajar siswa

c) Menyiapkan media gambar sebagai bahan penunjang

pelaksanaan siklus I

d) Menyiapkan bagan mind mapping yang belum sempurna untuk

dijadikan bahan dalam menjelaskan materi dengan

mengikutsertakan siswa dalam melengkapinya,

e) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru yang digunakan saat pelaksanaan siklus I berlangsung.

f) Menyiapkan lembar observasi siswa yang digunakan saat


(66)

Beberapa hal di atas dipersiapkan untuk melaksanakan kegiatan siklus I dalam proses pembelajaran dan berharap dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I ini, peneliti melaksanakannya pada tanggal 8 Mei 2017. Siklus I ini dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yakni 2x35 menit, dengan total waktu yang digunakan adalah 70 menit. Penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran siswa kelas V MI Darul Karomah di Sidoarjo dengan jumlah siswa 42 siswa, terdiri dari 24 siswa dan 18 siswi. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam proses belajar siswa dengan tiga tahapan yakni terdiri dari tahap kegiatan pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan tahap kegiatan penutup.

Tahap kegiatan pendahuluan dilakukan dengan cara membuka pembelajaran dengan mengucap salam dan menanyakan kabar siswa. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa, dan mengenalkan sebuah tepukan dengan nama “tepuk diam” untuk

mengkondisikan keadaan siswa. Tepukan ini berfungsi untuk

menyiapkan kesiapan mereka dalam memulai kegiatan pembelajaran. Setelah siswa terkondisikan, peneliti mulai menunjukkan sebuah

gambar peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dan


(67)

pertanyaan yang diberikan peneliti “ada yang tau gambar apa yang

saya bawa?”. Ada beberapa pertanyaan yang lain dalam

mengeksplorasi pengetahuan siswa. Setelah peneliti merangsang ketertarikan siswa pada materi pada pelajaran, barulah peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Tahap kegiatan inti dimulai dengan peneliti mengajak siswa membaca basmallah bersama untuk memulai proses pembelajaran. Dilanjutkan dengan peneliti menyuruh siswa untuk membaca sebuah

bacaan yang sudah disiapkan oleh peneliti dengan judul “Peninggalan

Sejarah Hindu-Budha di Indonesia”. Waktu yang diberikan peneliti untuk membaca selama 10 menit, setelah selesai peneliti menanyakan

hasil dari proses membaca yang dilakukan oleh siswa, “apa yang kalian peroleh dari bacaan tersebut?”. Ada sekitar 5 siswa yang

mengangkat tangannya untuk mencoba menyampaikan pengetahuan yang didapatkan dari bacaan tersebut. Setelah itu, peneliti menempelkan kertas karton yang berisi sebuah mind mapping yang belum sempurna. Peneliti menjelaskan fungsi kertas karton tersebut,

dan mengajak siswa untuk mengisi mind mapping yang belum

sempurna tersebut secara bersama-sama dengan mengacu pada isi bacaan yang diberikan. Peneliti menyelingi kegiatan tersebut dengan menjelaskan materi pelajaran juga. Setelah mind mapping tersebut terisi sempurna, peneliti mengulas materi tersebut dengan menanyakan


(68)

sebuah petanyaan kepada siswa. Diantara pertanyaan yang diajukan

siswa adalah “Apa kitab agama Hindu?”, “sebutkan kerajaan agama

Budha?”, dan “sebutkan peninggalan kerajaan Sriwijaya?”. Siswa

mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti. Setelah proses pembelajaran mengenai materi selesai, peneliti memberikan evaluasi kepada siswa untuk mengukur hasil belajarnya yang terdiri dari 5 butir soal pilihan ganda, 10 butir soal jawab singkat, dan 5 butir soal uraian.

Tahap kegiatan penutup dilakukan peneliti dengan cara guru menunjuk salah satu siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran hari ini. Dan melakukan kegiatan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami oleh siswa. Peneliti juga memberikan pemantapan materi yang diberikan hari ini, dalam bentuk pertanyaan bagi yang bisa menjawab maka mendapatkan hadiah. Pembelajaran ditutup dengan peneliti memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk belajar lebih giat dan menutup pelajaran dengan membaca hamdallah

bersama-sama. Peneliti mengucapkan salam sebagai penutup proses

pembelajarannya. c. Tahap Pengamatan

Pada tahap pengamatan siklus I ini, peneliti melakukannya pada pelaksanaan pembelajaran di kelas V pada materi Ilmu Pengetahuan Sosial, yang didasarkan pada lembar observasi aktivitas


(1)

100

Tabel 4.8

Peningkatan Penelitian

No. Aspek Siklus I Siklus II Peningkatan

1.

Observasi aktivitas

guru

57,5 82,5 25

2.

Observasi aktivitas

siswa

58,3 86,6 28,3

3. Nilai rata-rata siswa 68,83 80,5 11,67

4.

Prosentase ketuntasan belajar


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 101

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan jabaran pembahasan dalam penelitian tindakan kelas yang telah terlaksana dengan baik. Peneliti ini dapat mengambil kesimpulan berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Penerapan metode Mind Mapping dalam meningkatkan hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia pada kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo dapat dilakukan dengan bertahap. Pada awalnya guru hanya menunjukkan sebuah gambar untuk menarik perhatian siswa terhadap materi. Kemudian guru mengajak siswa untuk melengkapi mind mapping yang belum sempurna untuk diisi bersama-sama. Dengan analisa dari tahap pertama kemudian guru memperbaiki

pembelajaran dengan membuatkan tabel klasifikasi

peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dan mengajak siswa untuk membuat sebuah pemetaan mengenai materi secara individual. Dalam

proses perbaikan penerapan metode mind mapping dapat dikatakan

meningkat dengan bukti observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa. Nilai akhir observasi aktivitas guru yang diperoleh pada siklus I adalah 57,5 (tinggi) meningkat menjadi 82,5 (sangat tinggi) pada siklus II. Begitu juga dengan nilai akhir observasi aktivitas siswa yang diperoleh


(3)

102

pada siklus I adalah 58,3 (tinggi) mengalami peningkatan menjadi 86,6 (sangat tinggi) pada siklus II.

2. Hasil belajar IPS dengan menggunakan metode Mind Mapping materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia pada kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo mengalami peningkatan yang tinggi. Hal tersebut dapat diketahui dengan bukti jumlah siswa yang tidak tuntas pada siklus I adalah 30 siswa dari jumlah siswa 42 dengan prosentase ketuntasan belajar hanya mencapai 28,57 (rendah). Sehingga peneliti perlu melakukan perbaikan dengan melakukan siklus II. Pada siklus II jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 7 siswa dan 35 siswa tuntas dengan jumlah keseluruhan siswa 42. Dengan prosentase ketuntasan belajar yang meningkat menjadi 83,3 (sangat tinggi) pada siklus II.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di MI Darul Karomah Sidoarjo, terdapat beberapa saran yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan di MI Darul Karomah Sidoarjo, yaitu:

1. Dalam proses belajar mengajar sebaiknya guru menggunakan metode, strategi dan media pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan SK, KD, indikator yang akan dicapai siswa, sehingga siswa akan lebih bisa merespon pembelajaran dengan baik dan bersemangat dalam belajar.


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 103

2. Dalam kegiatan pembelajaaran guru diharapkan menjadikan metode mind

mapping sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran IPS untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam mata pelajaran IPS, karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Leo dan Sri Wahyuni. 2013. Perencanaan Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Barr, Robert. 1987. Hakikat Dasar Studi Sosial. Bandung: CV. Sinar Baru.

Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Dananjaya, Utomo. 2013. Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

http://mster-al.blogspot.co.id/2012/08/sejarah- mind- map.html diakses 20 Maret 2017

http://www.tugassekolah.com/2016/02/pengertian-contoh-bentuk-peninggalan-sejarah-di-indonesia.html diakses 08 Januari 2017

https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah diakses 08 januari 2017

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kuswana, Wowo Sunaryo. 2014. Taksonomi Kognitif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurochim. 2013. Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT Rajagrafindo. Purwanto, Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Rosdakarya. Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik TerpaduTeori, Praktik dan Penilaian. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Siswanto, Tatag Yuli Eko. 2008. Mengejar dan Meneliti Tindakan Kelas untuk Meningkatkan

Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Unesa University Press

Soepono, Bambang. 1997. Statistik Terapan: Dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan

Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Subhan, Fauti. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Sidoarjo: Qisthos Digital Press.

Sudjana, Nana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

105

Sudjana, Nana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung:

Alfabeta.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Sukidin, dkk. 2010. Manajemen Penelitian Kelas. Jakarta: Insan Cendekia.

Sumantri, Mohamad Syarif. 2010. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat

Pendidikan Dasar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Susanto, Ahmad. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri.

Swadarma, Doni. 2013. Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum Pembelajaran. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras

Usman, Moh. User. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Waridah, Ernawati dan Suzana. 2014. Kamus Bahasa Indonesia. Bandung: Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka.