Perburuhan-Februari 2008

VOLUME VI FEBRUARI 2008

PERBURUHAN

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari
berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal
penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka
saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situssitus suratkabar, majalah, serta situs berita lainnya.
Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas
diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap
penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.
Untuk memperluas area distribusi, Berkhas diterbitkan melalui 2 (dua) macam media
yaitu media cetakan (hardcopy) serta media online berupa pdf file yang dapat diakses
melalui situs web Akatiga (www.akatiga.or.id).

Da ft a r I si

Nasib Tenaga Kerja di UTPK Dipertanyakan -------------------------------------------------------

1


Tinggi, Kecelakaan Kerja di Jabar ---------------------------------------------------------------------

2

Menakertrans Akui Kualitas Perlindungan TKI Masih Memprihatinkan ---------------------

3

Perlindungan Pekerja Semakin Lemah --------------------------------------------------------------

4

Konflik kepentingan dalam mengurus TKI -----------------------------------------------------------

6

Jumlah Penganggur di AS Bertambah 17.000 Orang --------------------------------------------

8


Harga Kebutuhan Naik, Buruh Desak Revisi UMP -----------------------------------------------

9

37 Cabang PJTKI di Batam menyalahgunakan izin ---------------------------------------------- 10
'Jangan politisasi Jamsostek' --------------------------------------------------------------------------- 12
Ribuan Buruh Rotan Terancam PHK ----------------------------------------------------------------- 13
Malaysia Bertekad Tetap Lindungi TKI --------------------------------------------------------------- 14
Jumlah Penganggur Terdidik Terus Meningkat ---------------------------------------------------- 15
400 Pekerja Indonesia Dapat Saham Gratis-------------------------------------------------------- 17
Lebih dari Seribu Pekerja Asing Mogok Kerja di Bahrain --------------------------------------- 18
TKI Korban Kriminal Tinggi ------------------------------------------------------------------------------ 19
Pekerja Indonesia dilatih wirausaha ------------------------------------------------------------------ 20
Industri Tempe dan Tahu Mulai Mem-PHK Pekerjanya ----------------------------------------- 21
ILO bantu tekan pengangguran Jatim ---------------------------------------------------------------- 22
Kaum Buruh Gugat Hak Konstitusionalnya --------------------------------------------------------- 23
Buruh Tuntut Revisi UMK -------------------------------------------------------------------------------- 25
Pengangguran Intelektual -------------------------------------------------------------------------------- 27
Honor Panwas Sumut di Bawah UMR---------------------------------------------------------------- 29

Perpecahan Serikat Pekerja Ganggu Investasi ---------------------------------------------------- 30
Kasus PHK tahun lalu turun 30% ---------------------------------------------------------------------- 31
Rekan Dipecat Ratusan Buruh Demo ---------------------------------------------------------------- 33
Banten UMK Tangeranf Ditolak ------------------------------------------------------------------------ 34
Buruh PT DA Berhak Kembali Bekerja --------------------------------------------------------------- 35
20 Februari, Hari Pekerja Indonesia ------------------------------------------------------------------ 36
Buruh Tuntut Hapus Sistem Kerja Kontrak---------------------------------------------------------- 39
Gubernur Banten Tolak Revisi UMK ------------------------------------------------------------------ 40
Pekerja tak setuju sistem kontrak---------------------------------------------------------------------- 41
Buruh PT IGKA Tuntut Bagi Hasil Aset yang Dilelang ------------------------------------------- 42

Ratusan Pekerja Datangi Kantor Disnaker ---------------------------------------------------------- 43
315 Ribu Anak di Jabar Jadi Pekerja ----------------------------------------------------------------- 44
Buruh Tolak Sistem Kerja Kontrak--------------------------------------------------------------------- 45
Regulasi "Outsourcing" Tak Jelas --------------------------------------------------------------------- 46
UMP Bengkulu Rp 690.000 Per Bulan --------------------------------------------------------------- 47
LEBIH 1000 TKI ASAL LOMBOK MENGALAMI PENIPUAN ---------------------------------- 48
Pemerintah Bentuk Tim Kepulangan TKI ------------------------------------------------------------ 49
Pengusaha-pekerja bentuk Forum Bipartit Nasional --------------------------------------------- 50
Revisi UMK Diajukan Lagi ------------------------------------------------------------------------------- 51

Pemerintah Siapkan Pemulangan TKI --------------------------------------------------------------- 52
40 Persen Perusahaan Tak Naikkan Gaji Pekerja ------------------------------------------------ 53
Demokrat: Pemda Harus Lindungi Pekerja Informal --------------------------------------------- 54
Depnakertrans tengahi kisruh penempatan TKI --------------------------------------------------- 55
Ratusan Eks Buruh Tuntut Hak Normatif ------------------------------------------------------------ 57
Tangerang Diminta Revisi UMK ------------------------------------------------------------------------ 58
62 TPI Tak Mampu Gaji Karyawan Sesuai UMK -------------------------------------------------- 59
Pengiriman TKI 2008 capai 1 juta orang------------------------------------------------------------- 60
Kebutuhan Malaysia atas TKI Tetap Besar --------------------------------------------------------- 61
Buruh Dwipapuri Mogok Lagi --------------------------------------------------------------------------- 62
Jamsostek bidik pekerja informal ---------------------------------------------------------------------- 63
Buruh di Hong Kong Akan Dilindungi ----------------------------------------------------------------- 64
Depnakertrans bidik pekerja informal ----------------------------------------------------------------- 65
RPP Pesangon Tunggu Pembentukan Dewan Jaminan Sosial ------------------------------- 66
Soal Penempatan TKI di Kuwait dan Arab Saudi ------------------------------------------------- 68

Kompas

Jumat, 01 Februari 2008


N a sib Te na ga Ke r j a di UTPK D ipe r t a nya k a n
Jumat, 1 Februari 2008 | 08:52 WIB
Medan, Kompas - Nasib tenaga kerja di Unit Terminal Peti Kemas Belawan dipertanyakan.
Dengan beroperasinya operator tunggal, nasib mereka tidak jelas karena tempat mereka
bekerja tak lagi menjadi operator di unit tersebut.
”Investasi alat yang sebelumnya mereka tanam tidak terpakai lagi. Alat-alat itu diganti dengan
alat milik UTPK Belawan. Selain itu, nasib para pekerja yang selama ini bekerja di sana
belum jelas,” kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Indonesian National Shipowner’s
Association (INSA) Sumut Capten Korompis, Kamis (31/1) di Medan.
Menurut Korompis, nasib para tenaga kerja sudah dipertanyakan ke UTPK Belawan. Namun,
UTKP Belawan belum memberi respons apa pun.
Perubahan dari multi-operator menjadi operator tunggal membuat enam operator yang
selama ini mengelola peti kemas tidak lagi bisa melayani bongkar muat. Untuk selanjutnya,
pelayanan hanya dilakukan UTPK Belawan. Enam operator itu adalah PT Pelayaran Temas,
PT Pelayaran Tanto Intim Line, PT Pelayaran Meratus, PT Baruna Shipping Lines, PT Salam
Pasifik Indonesia Lines, dan PT Djakarta Lloyd.
Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Indonesia
(Gafeksi) Rizal Muhammad Nisfan mengatakan, dengan berat hati, INSA hengkang dari
UTPK Belawan. ”Pekerjaan mereka cukup sampai di kapal saja. Sesampainya di dermaga,
pekerjaan itu sudah ditangani oleh pihak UTPK Belawan,” tuturnya.

Rencana kenaikan tarif pelayanan di UTPK Belawan menjadi sorotan pengguna jasa
pelabuhan. Sebagian menilai kenaikan itu belum pantas lantaran belum ada perbaikan
pelayanan. Namun, UTPK bergeming dan kenaikan tarif tetap akan diberlakukan awal April
nanti.
Gafeksi belum menyetujui nilai tarif. ”Ibarat menjual jasa, kami para pengguna mesti
menyepakati ongkosnya terlebih dahulu. Kami punya hak untuk tidak sepakat,” ujar Rizal.
(NDY)

Berkhas

1

Volume VI Februari 2008

Pikiran Rakyat

Jumat, 01 Februari 2008

Tinggi, Ke ce la k a a n Ke r j a di Ja ba r


BANDUNG, (PR).Tingkat kecelakaan kerja di Jawa Barat tergolong cukup tinggi. Sepanjang 2007, kecelakaan
kerja mencapai 20.017 kasus. Kerugian tidak langsung karena kecelakaan kerja itu mencapai
Rp 2,2 triliun. Untuk mengurangi kejadian yang sama, Dinas Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi (Disnakertrans) gencar memberikan pelatihan bagi calon ahli keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dari berbagai perusahaan.
"Disnakertrans Jabar juga merencanakan pelatihan bagi para pengawas ketenagakerjaan di
Disnakertrans sendiri," ujar Purnomo, Kasubdin Perlindungan Tenaga Kerja kepada "PR" di
Bandung, kemarin. Pelatihan-pelatihan ini terkait dengan peringatan Bulan K3 sejak 12
Januari hingga 12 Februari mendatang.
Menurutnya, saat ini di Jabar terdapat 18.000 perusahaan menengah ke atas. Jika yang
kecil-kecil diikutkan, ada lebih dari 27.000 perusahaan. Dari jumlah tersebut, belum ada
separuhnya yang menerapkan prosedur K3 secara baik.
Rendahnya partisipasi penerapan K3 di perusahaan dipersulit lagi dengan minimnya tenaga
pengawas yang dimiliki Disnakertrans Jabar. "Dari 150 pengawas ketenagakerjaan, hanya
terdapat 30 pengawas spesialis K3. Jumlah ini jelas tidak mencukupi," kata Purnomo yang
juga merupakan Koordinator Peringatan Bulan K3.
Kesadaran rendah
Sementara itu, Kepala Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jabar Benson Saragih Sitio
mengatakan, rendahnya kesadaran K3 dimiliki perusahaan maupun pekerja sendiri. "Banyak
perusahaan menaruh perhatian pada keselamatan para pekerja hanya demi memenuhi

kriteria yang diberikan pembeli produk mereka. Belum ada kesadaran menjadikan pekerja
sebagai aset perusahaan. Masih sekadar formalitas," katanya.
Pekerja sendiri sering melalaikan keselamatan dan kesehatan mereka. Benson
mencontohkan pemakaian sumbat telinga yang kerap diabaikan para pekerja di tempat
bising. "Mereka sering berkilah tidak terganggu. (CA-165)***
Penulis:

Berkhas

2

Volume VI Februari 2008

Tempo I nterakitf

Jumat, 01 Februari 2008

M e na k e r t r a ns Ak ui Kua lit a s Pe r lindunga n TKI M a sih
M e m pr iha t ink a n
Jum'at, 01 Pebruari 2008 | 15:09 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno mengakui
kualitas perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI) masih memprihatinkan. "Kasus
penganiyaan, pemerkosaan dan pembunuhan masih kerap terjadi," kata dia kepada
wartawan di ruang kerjanya, Jum'at.
Meski secara angka terjadi penurunan, dari 18 persen dan 16 persen pada 2004 dan 2005
menjadi 11 dan 4,7 persen pada 2006 dan 2007.
Erman mengatakan Indonesia akan terus memperjuangkan perlindungan TKI di Indonesia.
"Kita terus melakukan dialog dengan negara penempatan," katanya.
Erman menyebutkan antara 11 negara pengirim dan 9 negara penempatan sudah terjadai
kesepahaman dalam dialog di Abu Dhabi, Qatar dua pekan lalu. "Bahwa ini kemitraan, saling
membutuhkan, bukan yang satu mengemis minta kerjaan."
Dialog di Abu Dhabi tersebut, ungkap Erman merupakan rangkaian dari pertemuanpertemuan sebelumnya, seperti di Colombo dan di Bali. Dalam berbagai pertemuan tersebut,
selain adanya kemitraan, juga ditegaskan agar tidak terjadai diskriminasi terhadap TKI. Iqbal
Muhtarom

Berkhas

3

Volume VI Februari 2008


Suara Pemabruan

Sabtu, 02 Februari 2008

Pe r lindunga n Pe k e r j a Se m a k in Le m a h

[DENPASAR]Perlindungan mendasar bagi pekerja semakin lemah akibat buruknya
implementasi peraturan perundangan yang berlaku dan kelemahan perundangan itu sendiri.
Otonomi daerah menjadi bagian dari kemunduran perlindungan itu.
Demikian dikemukakan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Serikat Pekerja Nasional
(SPN), Bambang Wirahyoso seusai pelantikan pengurus Dewan Perwakilan Cabang SPN
Bali di Sanur, Bali , Jumat (1/2). Dikatakan, para pejabat pemerintah yang semestinya
menegakkan peraturan seringkali justru terkooptasi oleh pengusaha, dan tindakannya
merugikan pekerja.
"Banyak pekerja terpaksa harus kehilangan pekerjaannya gara-gara menuntut hak-hak dasar
dan normatif," ujarnya.
Dikatakan, pekerja yang menuntut hak, misalnya, kepesertaan jaminan sosial tenaga kerja
(Jamsostek) cenderung tidak disukai pengusaha, dan tidak sedikit diantaranya justru terkena
pemutusan hubungan kerja (PHK).

Tindakan mem-PHK aktivis serikat pekerja itu sebenarnya melanggar Undang-Undang
Kebebasan Berserikat bagi pekerja, tetapi pekerja tak kuasa menghadapinya. Sementara,
pejabat dinas tenaga kerja setempat seringkali acuh tak acuh melihat persoalan itu karena
petugas pengawas tenaga kerja juga takut ditindak kepala daerah setempat.
Ada beberapa kasus pekerja di-PHK, dan petugas pengawas ketenagakerjaan yang punya
keberanian menyidik pelanggaran yang dilakukan pengusaha justru dipindahkan ke dinas lain
oleh bupatinya. "Era otonomi daerah memperburuk perlindungan bagi pekerja dari pada
masa pemerintahan terpusat yang juga tidak berjalan baik," ujarnya.
Tingkat Pusat
Lebih lanjut Bambang mengemukakan, ketidakpedulian pemerintah kepada pekerja tidak
hanya terjadi pada pemerintah tingkat daerah, melainkan juga terjadi pada tingkat pusat.
Sebagai bukti, dia mencontohkan pengaduan SPN mengenai pelanggaran UU Nomor 3
Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja, yang dilakukan perusahaan besar yang
bergerak di bisnis sandang, juga dimiliki oleh orang terkenal, kepada pemerintah daerah
hingga pemerintah pusat, tetapi tidak pernah mendapat tanggapan dan tindak lanjut
sebagaimana mestinya.
Perusahaan itu tidak mendaftarkan ribuan pekerjanya sebagai peserta Jamsostek
sebagaimana diwajibkan UU 3/1992. "Kami sudah laporkan pelanggaran itu dari kepala
daerah hingga Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Komisi IX DPR yang
membidangi ketenagakerjaan, tetapi tidak ada hasilnya," ujarnya.
"Kami juga heran, komisi IX DPR yang mendatangi perusahaan itu juga batal masuk ke
pabrik karena pimpinan perusahaan sedang tidak berada di tempat," katanya.
Kepesertaan Jamasostek dirasakan penting bagi pekerja karena pekerja akan lebih
terlindungi, misalnya mendapat santunan kecelakaan kerja, biaya perawatan kesehatan,
jaminan hari tua, dan jaminan kematian hanya dengan membayar premi sebesar dua persen
dari upah yang diterimanya setiap bulan, sementara perusahaan diwajibkan menambah tiga
persen dari upah pekerja itu.

Berkhas

4

Volume VI Februari 2008

Suara Pembaruan

Sabtu, 02 Februari 2008

"Akibat berbagi kasus itu, para aktivis serikat pekerja menjadi ekstra hati-hati dalam
memperjuangkan nasib buruh agar tidak menjadi korban sendiri akibat perjuangannya itu,"
tegasnya. [L-7]

Berkhas

5

Volume VI Februari 2008

Bisis I ndonesia

Senin, 04 Februari 2008

Konflik k e pe nt inga n da la m m e ngur us TKI

Penanganan masalah calon tenaga kerja Indonesia (CTKI) dan tenaga kerja Indonesia (TKI)
mutlak menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia. Terlebih dalam kondisi terakhir, di
mana masalah TKI menjadi permasalahan besar menyita banyak perhatian publik.
Secara khusus pembagian tanggung jawab di bidang penempatan dan perlindungan TKI,
termasuk penanganannya mulai dari proses perekrutan hingga pemulangan TKI kembali ke
daerah asalnya, mestinya kewenangan itu sepenuhnya berada di BNP2TKI sebagai lembaga
yang khusus dibentuk berdasarkan UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan TKI yang kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Perpres No. 81
Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI).
Dengan mendasarkan keberadaan dan kewenangan BNP2TKI seperti yang diatur dalam UU
dan Perpres di atas, mestinya tidak perlu ada kerancuan yang terjadi dalam masalah
kewenangan itu.
Kewenangan yang seharusnya memang dilimpahkan kepada
BNP2TKI seharusnya
dilimpahkan saja, tanpa perlu dipermasalahkan lagi seperti yang terkesan selama ini, di mana
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) terus saja berupaya untuk
memperlemah posisi BNP2TKI dan mengganjal kewenangannya dalam menjalankan
reformasi di bidang penempatan dan perlindungan CTKI/TKI.
Bukan rahasia umum lagi, konflik yang didasari adanya kepentingan terselubung antarkedua
lembaga pemerintah itu memang sudah lama terjadi, yaitu sejak terbentuknya BNP2TKI.
Dalam perjalanannya menjadi bertambah memanas pada saat BNP2TKI menggelontorkan
kebijakan pembentukan Bursa Kerja Luar Negeri (BKLN) dan membentuk Komite Korea
Selatan yang diperkuat dengan adanya perjanjian goverment to goverment (G-to-G) antara
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan yang disinyalir kebijakan ini akan
mengakhiri praktik pungutan liar terhadap CTKI/TKI.
Begitulah persoalan sesungguhnya yang terjadi, paling tidak menurut informasi yang beredar
di kalangan orang dalam, baik di BNP2TKI, maupun di Depnakertrans sendiri. Di samping itu,
informasi seperti ini juga sudah lama menjadi pembicaraan di kalangan PJTKI atau yang kini
disebut PPTKIS.
Dari perspektif PPTKIS sendiri, sejak awal terbentuknya BNP2TKI menunjukkan adanya
sikap antipati atau ketidaksetujuannya, karena dianggap akan menyaingi dan mengintervensi
wilayah pekerjaan yang selama ini menjadi sumber penghasilannya.
Bahkan bukan tidak mungkin dalam perjalanannya dikhawatirkan lebih dari itu, bahwa badan
ini nantinya akan mengambil alih banyak 'lahan basah' mereka yang selama ini diperolehnya
dengan mulus tanpa hambatan dari para CTKI/TKI dengan berkolaborasi bersama-sama
oknum pejabat tertentu di lingkungan Depnakertrans.
Sebagaimana yang mereka khawatirkan itu dan kini rupanya telah terjadi, misalnya dengan
dibentuknya Komite Pelaksana Penempatan TKI ke Korea Selatan oleh BNP2TKI pada
tanggal 9 Mei 2007 yang diperkuat dengan Perjanjian G-to-G antara Pemerintah Indonesia
dan Pemerintah Korsel.
Sebagaimana dalam kesepakatan itu, yang paling prinsip dipermasalahkan adalah mengenai
proses penempatan TKI di negara itu yang hanya diperbolehkan melalui satu pintu yaitu pintu
BNP2TKI.

Berkhas

6

Volume VI Februari 2008

Bisis I ndonesia

Senin, 04 Februari 2008

Oleh sebab itu, tidak mengherankan kemudian terjadi perlawanan mereka secara bersamasama menghadapi BNP2TKI. Kalaupun tidak melakukan perlawanan dengan terangterangan, secara terselubung kelompok mereka itu selalu berupaya menggagalkan
terobosan-terobosan yang diprogramkan dan dijalankan oleh BNP2TKI, dalam usahanya
memperjuangkan dan melindungi CTKI/TKI.
Dari kondisi seperti itu, secara objektif sebenarnya, CTKI/TKI-lah yang paling dirugikan.
Sebab, merekalah yang harus membayar mahal dan terpaksa harus menerima
ketidakjelasan, siapa yang sesungguhnya bertanggung jawab atas nama pemerintah untuk
melindungi mereka dari pungli, pemerasan, dan sebagainya.
Kendati dalam aturannya sudah sangat jelas bahwa BNP2TKI yang mestinya
berkewenangan mengurus penempatan dan perlindungan CTKI/TKI, termasuk melindungi
CTKI/TKI dari pungli dan pemerasan pihak yang tak bertanggung jawab tersebut.
Akan tetapi dalam kenyataannya, hingga saat ini kewenangan yang sangat strategis itu
masih belum sepenuhnya ada dan dapat diimplementasikan di badan itu. Atau dengan kata
lain, kewenangan BNP2TKI masih tersandera oleh Depnakertrans yang 'mengaku' sebagai
bapak kandungnya, dan PPTKIS sebagai saudara tirinya.
Perlu keberpihakan
Konflik antara dua lembaga pemerintah ini sebenarnya tidak perlu terjadi, jika ada pengertian
dan kebijaksanaan, khususnya dari Depnakertrans yang menyebabkan berlarut-larutnya
permasalahan ini.
Sebagai pemerintah yang bertanggung jawab melindungi CTKI/TKI yang kewenangannya itu
telah dilimpahkan kepada BNP2TKI, mestinya Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
menunjukkan sikap dukungannya secara penuh kepada BNP2TKI, tanpa ada kesan 'tidak
ikhlas' atau ikhlas yang hanya setengah hati yang bermotifkan sesuatu kepentingan
terselubung seperti yang dikesankan selama ini.
Depnakertrans dan BNP2TKI yang sama-sama lembaga pemerintah seharusnya saling
mendukung dan menguatkan satu sama lain dalam pembenahan yang menyeluruh terhadap
masalah penanganan CTKI/TKI ini, tanpa saling melemahkan dan menyalahkan, sehingga
jaminan dan perlindungan terhadap CTKI/TKI ke depan menjadi semakin mantap dan
semakin kondusif.
Kebijaksanaan, terutama dari Depnakertrans untuk memercayakan dan mendukung penuh
BNP2TKI dalam menjalankan misi penempatan dan perlindungan TKI, akan dipandang
sebagai suatu bukti nyata keberpihakan departemen ini kepada para TKI yang sangat berjasa
dalam meningkatkan devisa negara dan menjadi solusi strategis dalam meng-atasi dan
mengurangi permasalahan kemiskinan dan pengangguran di dalam negeri.
Demi perbaikan sistem rekrutmen TKI itu, mari kita dukung sekaligus kita awasi bersama
program Bursa Kerja yang kini sedang disosialisasikan oleh BNP2TKI ke berbagai daerah
yang potensial besar dalam pengiriman TKI ke luar negeri.
Dengan pembentukan Bursa Kerja yang diprogramkan ini, tentu harapannya tidak sekadar
hanya untuk memberantas calo-calo CTKI/TKI, tapi juga bertujuan strategis untuk
pembenahan secara keseluruhan sistem rekrutmen CTKI/TKI, agar lebih melindungi dan
memberdayakannya.
Oleh Fathullah
Peneliti & anggota Dewan Direktur Center for Information and
Development Studies (Cides)

Berkhas

7

Volume VI Februari 2008

Kompas

Senin, 04 Februari 2008

Jum la h Pe nga nggur di AS Be r t a m ba h 1 7 .0 0 0 Or a ng
Senin, 4 Februari 2008 | 02:08 WIB
Washington, Jumat - Jumlah penganggur di Amerika Serikat meningkat 17.000 orang pada
Januari 2008. Hal ini merupakan penurunan pertumbuhan pasar tenaga kerja yang pertama
sejak tahun 2003.
Demikian diumumkan Pemerintah AS, Jumat akhir pekan lalu. Bertambahnya jumlah
penganggur membuat kekhawatiran akan adanya resesi semakin kuat. Sebelumnya
diharapkan, walaupun terjadi krisis kredit perumahan, angkatan kerja di AS tetap tumbuh.
Para ekonom memperkirakan ekonomi negara adidaya itu akan dapat menghasilkan 70.000
pekerjaan baru pada Januari lalu. Akan tetapi, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan
telah terjadi penurunan jumlah angkatan kerja pertama sejak Agustus 2003.
”Tampaknya kita akan mendengar lebih banyak lagi berita buruk pada pasar tenaga kerja
setidaknya hingga pertengahan tahun ini sebelum ada stimulus fiskal dan moneter yang
membalikkan keadaan,” kata Nigel Gault, ekonom di Global Insight.
Pemerintah AS merevisi pertumbuhan tenaga kerja pada Desember secara signifikan, dari
18.0000 menjadi 82.000. Angka tingkat pengangguran nasional yang berdasarkan survei lain
turun menjadi 4,9 persen dari 5 persen pada Desember.
Ekonom lain mengatakan, hal ini terjadi antara lain karena lebih sedikit orang yang mencari
kerja. ”Intinya, The Fed harus terus menurunkan tingkat suku bunganya,” ujar Ian Morris,
kepala ekonom di HSBC Amerika Utara.
Sebelumnya, pemerintah melaporkan, perekonomian AS akan melambat secara dramatis
menjadi 0,6 persen pada kuartal keempat 2007, dari 4,9 persen pada kuartal sebelumnya.
The Federal Reserve telah memangkas tingkat suku bunganya secara agresif agar AS tidak
terjerumus dalam resesi.
Sementara itu, Kongres sedang berdebat tentang rencana stimulus sebesar 150 miliar dollar
AS. Indikator lain, yaitu pelemahan yang terjadi pada sektor perumahan, juga membuat
menciutnya lapangan pekerjaan. Ada 27.000 pekerja yang kehilangan pekerjaan pada sektor
industri konstruksi pada Januari lalu.
Hal ini terjadi karena sebagian besar developer perumahan memangkas proyek-proyek
mereka. Sektor manufaktur memangkas 28.000 pekerjaan, sedangkan perusahaan jasa dan
keuangan merumahkan 11.000 pekerja ”kerah putih” mereka.
Namun, masih ada sektor yang mempekerjakan pekerja baru, seperti sektor pendidikan dan
kesehatan, yang membuka posisi baru bagi 47.000 pekerja serta sektor industri ritel yang
menyerap 11.000 pekerja baru.
”Semua itu adalah pertanda buruk, pertanda serius bahwa perekonomian akan melemah, dan
kita harus berbuat sesuatu,” ujar Presiden Bush sewaktu mengunjungi Missouri.
Pemecatan para karyawan tampaknya akan menjadi perhatian The Fed. Stephen Gallaher,
ekonom dari Societe Generale, juga beranggapan bahwa keadaan di pasar tenaga kerja
akan memaksa The Fed memangkas lagi tingkat suku bunganya.
Para pejabat The Fed dijadwalkan akan bertemu pada tanggal 18 Maret walaupun mereka
dapat mengadakan pertemuan kapan saja jika memang diperlukan. (APF/joe)

Berkhas

8

Volume VI Februari 2008

Seputar I ndonesia

Selasa, 05 Februari 2008

H a r ga Ke but uha n N a ik , Bur uh D e sa k Re v isi UM P

MEDAN (SINDO) – Ratusan buruh berdemonstrasi ke Gedung DPRD Sumut dan kantor
Gubsu, kemarin. Mereka menuntut agar Gubsu merevisi besaran upah minimum provinsi
(UMP),upah minimum sektoral provinsi (UMSP), upah minimum kota (UMK), dan upah
minimum sektoral kota (UMSK) yang dinilai terlalu rendah.
Gindo Nadapdap mewakili ratusan buruh yang tergabung dalam Gerakan Buruh Bersatu
Lawan Perbudakan (Gebrak) dalam orasinya mengatakan, kenaikan UMP Sumut sebesar
8,2% dari tahun lalu tidak sesuai dengan kenaikan harga bahan-bahan pokok yang terjadi
saat ini.
”Kenaikan UMP 8,2% itu sama sekali tidak bisa disebut kenaikan. Dibandingkan dengan
harga kebutuhan pokok saat ini yang terus naik,UMP sebesar Rp822.000 itu hanya
penyesuaian,”ujarnya.
Buruh juga menuntut agar Pemprovsu melakukan kontrol dan pengawasan terhadap
penerapan buruh outsourcing dan buruh harian lepas yang saat ini banyak diterapkan
perusahaan di Sumut hingga ke pekerjaan pokok.
Padahal,pada UU No13/- 2003 dan Kepmenakertrans No100/2004, buruh ousourcing hanya
boleh pada pekerjaan bersifat sementara,musiman, dan bukan di bagian pekerjaan pokok.
Pemprovsu lewat Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) juga diminta untuk menindak para
pengusaha yang melakukan praktik pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada buruh, hanya
karena menjadi pengurus serikat buruh.
”Jelas ini adalah kriminalisasi pada buruh dan menghalanghalangi kebebasan berserikat.
Aparat Disnaker seharusnya tidak membiarkan pengusaha menghalangi buruh untuk
berserikat,” ucapnya. Koordinator Wilayah Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia
(KSBSI) Sumut Tohonan Tampubolon dalam pernyataan sikapnya, juga mengkritik kinerja
Peradilan Hubungan Industrial (PHI) PN Medan yang dinilai lamban menangani kasus buruh.
Sementara itu, Kepala Seksi Syarat-syarat Kerja Disnaker Sumut Suprayogi yang berdialog
dengan perwakilan buruh di kantor Gubsu menyebutkan,tuntutan buruh tidak mungkin
direalisasikan, seperti revisi UMP dan UMK. ”Kalau revisi kan harus menunggu tahun depan,
karena itu kan tergantung survei kebutuhan hidup. Kalau kasuskasus buruh yang di-PHK,
nanti kami tindak lanjuti,” ucapnya. (maria christina malau)

Berkhas

9

Volume VI Februari 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 06 Februari 2008

3 7 Ca ba ng PJTKI di Ba t a m m e ny a la hguna k a n iz in
BATAM: Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Kepulauan
Riau mengungkapkan 37 cabang dari empat perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI)
yang ada di Batam menyalahgunakan izin.
"Yang boleh mengirimkan TKI hanya pusat PJTKI, bukan cabangnya," kata kata Koordinator
BNP2TKI Kepri Johny G. Worotikan, kemarin.
Cabang PJTKI di Batam turut mengirimkan TKI ke luar negeri, padahal berdasarkan
ketentuan cabang PJTKI hanya boleh mengadakan pembinaan. Di Batam, terdapat empat
PJTKI, selebihnya hanya cabang dari perusahaan tersebut.
Batam dikenal sebagai daerah perantara bagi TKI yang hendak ke Malaysia dan Singapura
dari berbagai kota di Indonesia, sedangkan pekerja asal Batam yang turut bekerja di kedua
negara tersebut, berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, relatif sangat kecil.
Ketua Komisi IV DPRD Kota Batam Muhammad Nardi mengatakan kondisi Batam sebagai
daerah transit tidak menguntungkan.
Keberadaan 37 cabang PJTKI di Batam juga tidak memberikan kontribusi kepada kota.
"Karena mereka menyalahgunakan izin, lebih baik ditutup. Kecuali cabang PJTKI itu
memberikan kontribusi kepada warga kota."
Dia menjelaskan cabang PJTKI akan lebih maksimal jika turut menyalurkan tenaga kerja asal
Batam ke luar negeri.
"Kami maunya begitu, karena di Batam banyak pengangguran," katanya.
Nardi menjelaskan meskipun cabang PJTKI menyalahgunakan izin, tetapi masih dapat
ditoleransi jika ranting perusahaan tersebut mengirim tenaga kerja asal Batam ke luar negeri.
"Kalau tidak begitu, lebih baik ditutup."
Balai latihan
Selain soal penyalahgunaan izin pengiriman TKI, belum lama ini BNP2TKI melarang 86 balai
latihan kerja luar negeri (BLKLN) melatih TKI karena tidak memenuhi syarat.
Ketua BNP2TKI Jumhur Hidayat mengatakan pihaknya sudah mengevaluasi 260 BLKLN, 258
di antaranya menyelenggarakan pelatihan untuk TKI informal dan dua berkedudukan di Bali
yang menyelenggarakan pelatihan bagi TKI formal.
Dari 260 BLKLN itu terdapat 79 yang tidak bisa disurvei karena alamat tidak jelas, pindah
alamat, dan dialihfungsikan pada kegiatan lain.
BLKLN milik perusahaan pengerah TKI swasta (PPTKIS) dan lembaga pelatihan itu dilakukan
evaluasi atas sarana dan prasarana, SDM pengelola, sistem pelatihan, dan sarana
pendukung.
Setelah melakukan evaluasi, ditemukan 16 BLKLN yang berpredikat sangat baik, 42
berpredikat baik, 37 berpredikat cukup. Sementara itu, 69 BLKLN berpredikat kurang dan 17
berpredikat buruk.
"Pada 86 BLKLN itu mulai hari ini tidak boleh melatih TKI hingga jangka waktu tertentu," kata
Jumhur, belum lama ini.

Berkhas

10

Volume VI Februari 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 06 Februari 2008

Menurut Jumhur, pemerintah lebih memilih jumlah penempatan TKI berkurang dan tidak
sekadar mengejar target penempatan daripada memberikan kesempatan pengiriman TKI
yang tak bermutu.
Jika itu dilakukan, sambungnya, berarti mendukung praktik perdagangan manusia. Hal ini,
karena banyak sekali temuan kasus penempatan TKI buta huruf di lapangan oleh BNP2TKI.
Sementara itu, Ade Adam Noch, Deputi Bidang Penempatan BNP2TKI menjelaskan
pemeringkatan BLK-LN itu berdasarkan 289 item sesuai dengan Kepmenakertrans No. Kep43/Men/II/ 2005 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor
Jasa Tata Laksana Rumah Tangga.
BNP2TKI, juga mengacu ketentuan UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan serta UU No.
39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI. (Zufrizal)

Berkhas

11

Volume VI Februari 2008

Bisnis I ndonesia

Jumat, 08 Februari 2008

'Ja nga n polit isa si Ja m sost e k '
JAKARTA: Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu (FSPBB) meminta kalangan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) tidak lagi menjadikan PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek) sebagai santapan politis, karena kinerja penyimpan dana sosial para pekerja itu
dinilai telah menunjukkan perbaikan.
FSPBB menyebutkan penilaian kalangan politisi dan serikat pekerja terhadap Jamsostek
selama ini cenderung tidak bersifat membangun.
Dia meminta politisi di DPR dan beberapa pimpinan serikat pekerja jangan memperkeruh
upaya peningkatan kinerja Jamsostek yang sedang dijalani saat ini.
"Manajemen [Jamsostek] sudah berada pada jalur yang benar ketimbang sebelumnya.
Seharusnya jangan cuma mengkritik," ujar F.X. Arief Poyuono, Ketua Presidium Nasional
FSPBB baru-baru ini. (Bisnis/02)

Berkhas

12

Volume VI Februari 2008

Pikiran Rakyat

Jumat, 08 Februari 2008

Ribua n Bur uh Rot a n Te r a nca m PH K
Ak iba t Tur unnya Volum e Ek spor
SUMBER, (PR).Ribuan buruh rotan di sentra kerajinan rotan nasional di Kab. Cirebon terancam kena PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja). Ancaman itu muncul akibat semakin turunnya volume ekspor
rotan serta adanya kenaikan harga sembako akhir-akhir ini.
Berdasarkan data di Asosiasi Mebeler Indonesia (Asmindo) Cirebon, ekspor rotan turun
hingga lebih dari 70%. Kemerosotan volume ekspor terjadi selama tiga tahun terakhir dan
terparah sepanjang tahun 2007 baru lalu.
"Dari rata-rata per bulan di atas 2.000 kontainer, sekarang maksimal hanya 300 kontainer.
Tiga tahun ini memang malapetaka bagi industri rotan, terjadi sejak pemerintah membuka
kran ekspor rotan bahan baku," tutur Sekretaris Asmindo setempat, H. Solihin, Kamis (7/2).
Sedangkan menurut salah seorang pengusaha rotan. H. Sobur Koswara turunnya volume
ekspor membuat sedikitnya 170 perusahaan perajin rotan kelimpungan. Belakangan hal itu
semakin diperparah oleh kenaikan harga sembako yang memicu hampir seluruh barang
sehingga ongkos produksi membengkak.
"Perusahaan dalam posisi terjepit. Di satu sisi ekspor turun, order sepi, tetapi ongkos
produksi bertambah. Belum lagi beban rutin seperti gaji karyawan. Kenaikan sembako
memicu seluruh harga barang," tuturnya.
Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kadisnakertrans) Kab. Cirebon Drs.
H. Dudung Mulyana. situasi serbasulit itu memaksa perusahaan melakukan rasionalisasi.
Faktor tenaga kerja, kini menjadi objek rasionalisasi perusahaan. "Kita banyak terima keluhan
dari buruh rotan. Rasionalisasi perusahaan rata-rata dimulai dari pengurangan jumlah buruh,"
katanya.
50.000 buruh
Dudung menuturkan, berdasarkan data dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dan Asmindo
Cirebon, sedikitnya 50.000 buruh rotan terancam PHK. Mereka kini bekerja dalam
ketidakpastian. Bahkan jam kerjanya sudah tidak jelas. "Itu belum jumlah buruh yang
statusnya sudah setengah pengangguran. Kalau dijumlahkan bisa mencapai ratusan ribu
orang," tutur dia.
Dikatakannya, kerajinan rotan yang dikerjakan secara home industri bahkan sudah lumpuh
sejak dua tahun lalu. Akibatnya, terjadi ledakan pengangguran di kecamatan sentra rotan di
wilayah barat Cirebon, seperti Plumbon, Sumber, Tengahtani, Plered, sampai Palimanan.
"Dulu mencari pembantu dari kecamatan di wilayah barat sangat susah, semua milih terjun di
rotan. Sekarang tenaga pembantu sangat banyak. PHK massal sejak tiga tahun terakhir
terjadi tiap saat," tutur Dudung yang didampingi stafnya H. Moh. Zaenudin, Mj. dan Samadi.
Ditambahkan Zaenudin, kenaikan harga sembako belakangan ini memperbesar ancaman
PHK pada perusahaan rotan yang masih bisa bertahan. Ribuan buruh rotan yang masih bisa
bekerja sudah mulai resah, sebab isu PHK mulai santer terdengar di tiap-tiap perusahaan.
"Dari sekitar 170 perusahaan rotan, yang masih bisa bertahan tidak lebih dari 30 buah. Itu
pun kelimpungan karena pasar mereka kalah oleh rotan produksi Cina dan Vietnam,"
katanya. (A-93)***

Berkhas

13

Volume VI Februari 2008

Suara Pembaruan

Sabtu, 09 Februari 2008

M a la y sia Be r t e k a d Te t a p Lindungi TKI
[JAKARTA] Pemerintah Malaysia bertekad tetap melindungi TKI yang bekerja di Malaysia.
Untuk itu, sejak 7 bulan lalu, pemerintah Malaysia menempatkan Atase Tenaga Kerja di
Kedutaan Besarnya di Jakarta. Bahkan Malaysia bekerja sama dengan Depnakertrans
Indonesia dan PPTKIS (Perusahaan Pengerah TKI Swasta) akan melakukan program
orientasi kepada calon TKI yang akan bekerja di Malaysia.
"Calon TKI yang telah mengikuti orientasi ini diuji pengetahuannya tentang segala aspek
kehidupan dan persyaratan kerja di Malaysia dan yang lulus diberikan sertifikat. Ini
merupakan syarat untuk mendapatkan visa kerja di Malaysia," kata Zaini Bin Yaacob, Atase
Tenaga Kerja Malaysia, di Jakarta, baru-baru ini dalam pertemuan dengan Ketua Umum
Pimpinan Pusat Kolektif (PPK) Kosgoro Effendi Jusuf.
Sementara itu, Effendi Jusuf minta kekuatan politik siapapun yang akan memenangkan
pemilu di Malaysia pada tahun ini diharapkan tetap melindungi TKI. Malaysia membutuhkan
TKI dalam jumlah besar . Semua masalah yang menimpa TKI bisa diselesaikan melalui
sistem yang dibangun kedua negara tanpa harus mengorbankan kepentingan kedua negara.
Zaini Bin Yaacob mengatakan, pemerintah Malaysia menunjuk perusahaan Infomaya Grup
untuk membangun sistem informasi TKI (ISC-Integrated Servics Center). Sistem ini sudah
dirintis 4 tahun lalu dan nantinya seorang TKI memperoleh sebuah kartu yang berisi semua
data TKI (paspor, daerah asal, tempat bekerja, ahli waris, asuransi). Kartu ini bisa digunakan
untuk mengirimkan uang ke Indonesia yang nantinya akan bekerja sama dengan PT Pos
Indonesia.
Pemegang kartu ini akan mendapatkan asuransi bila terjadi kecelakaan, kematian, luka-luka
akibat kecelakaan, biaya perawatan di rumah sakit pemrintah di Malaysia. Bahkan bila terjadi
kasus, denga melaporkan ke telepon tertentu, seluruh jajaran yanhg berkaitan dengan TKI
saat itu juga bisa mengetahui untuk ditindaklanjuti.
Bahkan pemerintah Malaysia akan membangun pusat klinik (clinic center) bagi TKI yang
akan kembali ke tanah air. Pusat klinik ini untuk meneliti, apakah selama bekerja di Malaysia
masih terdapat masalah yang belum diselesaikan.
[RS/M-6]

Berkhas

14

Volume VI Februari 2008

Kompas

Senin, 11 Februari 2008

Jum la h Pe nga nggur Te r didik Te r us M e ningk a t
Senin, 11 Februari 2008 | 03:10 WIB
Mengurangi angka pengangguran selalu menjadi prioritas program pemerintah. Namun,
setiap tahun angka tersebut rasanya enggan berkurang. Jika pun berkurang, jumlahnya
sangat kecil. Dari jumlah penganggur yang terdata, penganggur dari kalangan terdidik
menunjukkan kecenderungan meningkat.
Kecenderungan meningkatnya penganggur di kalangan kaum terdidik bisa jadi disebabkan
kebijakan pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran kurang sejalan dengan
preferensi pencari kerja.
Setiap tahun, lebih dari 300.000 lulusan perguruan tinggi dari jenjang diploma hingga sarjana
atau strata satu (S-1) siap memasuki pasar tenaga kerja. Tahun ajaran 2005/2006, misalnya,
Departemen Pendidikan Nasional mencatat jumlah mahasiswa yang lulus dari perguruan
tinggi negeri dan swasta sebanyak 323.902 orang. Namun, tidak semua yang lulus ini
terserap oleh pasar.
Dengan kenaikan 1 persen pertumbuhan ekonomi yang hanya mampu menciptakan 265.000
lapangan kerja baru, praktis lulusan tersebut bersaing dengan sesama mereka. Juga,
bersaing dengan pencari kerja lainnya yang telah berpengalaman dan tengah mencari
peluang kerja baru. Lulusan yang kalah bersaing ini jelas akan menambah angka
pengangguran.
Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) per Februari 2007 yang dikeluarkan Badan
Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, angka pengangguran terbuka berkurang menjadi 9,75
persen dibandingkan dengan periode Agustus 2006 yang besarnya 10,28 persen.
Meskipun menurun, jumlah penganggur dari kalangan perguruan tinggi justru meningkat. Jika
pada Agustus 2006 penganggur dari kalangan terdidik ini sebanyak 673.628 orang atau 6,16
persen, setengah tahun kemudian jumlah ini naik menjadi 740.206 atau 7,02 persen.
Tren kenaikan ini sudah terlihat sejak tahun 2003. Padahal, tahun-tahun sebelumnya
penganggur terdidik sempat berkurang setelah pada 1999 mencapai angka tertinggi, yaitu 9,2
persen.
Setengah penganggur
Selain dari indikator pengangguran terbuka, nasib lulusan perguruan tinggi yang kurang
beruntung juga bisa dilihat dari kategori setengah penganggur. Termasuk dalam kategori ini
adalah lulusan perguruan tinggi yang bekerja di bawah jam kerja normal, yaitu kurang dari 35
jam per minggu, baik karena terpaksa ataupun sukarela.
Pengertian setengah penganggur terpaksa di sini adalah mereka yang masih mencari
pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain. Sedangkan setengah penganggur
sukarela adalah mereka yang tidak lagi mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima
pekerjaan lain. Pekerja paruh waktu termasuk dalam kelompok setengah penganggur
sukarela.
Lulusan perguruan tinggi yang setengah menganggur ini jumlahnya lebih besar dibandingkan
dengan yang pengangguran terbuka. Periode Februari 2007 angkanya hampir 1,4 juta orang,
naik sekitar 26 persen dari Februari 2006. Lulusan perguruan tinggi akan memilih menjadi
setengah menganggur ketimbang tidak bekerja sama sekali sehingga angkanya akan terus
bertambah, sementara pengangguran terbuka juga tidak akan berkurang jika lapangan kerja
tidak tersedia.

Berkhas

15

Volume VI Februari 2008

Kompas

Senin, 11 Februari 2008

Preferensi pekerjaan
Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran
adalah menciptakan lapangan kerja yang bersifat padat karya. Namun, kalangan terdidik
cenderung menghindari pilihan pekerjaan ini karena preferensi mereka terhadap pekerjaan
kantoran lebih tinggi.
Preferensi yang lebih tinggi didasarkan pada perhitungan biaya yang telah mereka keluarkan
selama menempuh pendidikan dan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) yang
sebanding.
Pilihan status pekerjaan utama para lulusan perguruan tinggi adalah sebagai karyawan atau
buruh, dalam artian bekerja pada orang lain atau instansi atau perusahaan secara tetap
dengan menerima upah atau gaji rutin. Hasil Sakernas semester pertama 2007 menunjukkan
tiga dari empat lulusan perguruan tinggi memilih status tersebut.
Hanya sedikit (5 persen) yang memiliki jiwa kewirausahaan, yaitu yang membuka usaha
dengan mempekerjakan buruh atau karyawan yang dibayar tetap. Yang berusaha seorang
diri ataupun dibantu buruh yang dibayar tidak tetap atau tidak dibayar sebanyak 13 persen.
Adapun yang berstatus sebagai pekerja bebas, baik pada bidang pertanian maupun
nonpertanian dengan sistem pembayaran harian ataupun borongan, sangat sedikit, kurang
dari 1 persen.
Dengan status pekerjaan sebagai buruh atau karyawan, lapangan pekerjaan yang diminati
lulusan perguruan tinggi secara berturut-turut adalah bidang jasa (52 persen), perdagangan,
hotel, restoran (14 persen), dan pertanian (10 persen). Bidang industri pengolahan hanya
diminati oleh 8 persen lulusan.
Dilihat dari rata-rata upah yang diterima pekerja tahun 2006, sebenarnya upah di tiga
lapangan kerja yang diminati di atas tidak begitu tinggi, yakni berada di bawah Rp 1 juta per
bulan. Pekerja di pertanian bahkan menerima upah paling rendah, rata-rata Rp 336.500 per
bulan.
Rata-rata upah per bulan di bidang keuangan adalah yang paling tinggi (Rp 1,4 juta),
menyusul bidang kelistrikan, gas, dan air bersih (Rp 1,2 juta), serta pertambangan (Rp 1,1
juta). Sayangnya, bidang yang menjanjikan upah lebih tinggi biasanya cenderung lebih
sempit memberi peluang kerja.
Bidang yang tidak memerlukan teknologi tinggi cenderung lebih diminati. Bidang jasa dan
perdagangan, misalnya, banyak menjadi incaran disebabkan tingkat kesulitan pekerjaan yang
relatif rendah karena tidak memerlukan keterampilan teknologi tinggi.
Dengan preferensi pekerjaan seperti ini, solusi untuk mengurangi angka pengangguran tidak
bisa hanya mengandalkan proyek-proyek padat karya.
Preferensi ini memberi sinyal kepada pemerintah untuk tidak sekadar meningkatkan jumlah
dan mutu sumber daya manusia. Sebaliknya, di sisi lain juga harus menciptakan dan
membuka pasar kerja buat mereka untuk berkarya. (GIANIE/Litbang Kompas)

Berkhas

16

Volume VI Februari 2008

Pikiran Rakyat

Senin, 11 Februari 2008

4 0 0 Pe k e r j a I ndone sia D a pa t Sa ha m Gr a t is

JAKARTA, (PR).Sebanyak 400 pekerja dari Indonesia mendapat saham gratis senilai Rp 12 miliar dari tempat
kerja mereka, yakni perusahaan asuransi kelas dunia, AXA yang berkantor pusat di Paris,
Prancis. Pemberian saham gratis itu juga dilakukan di tujuh negara Asia Pasifik lainnya yaitu
Hong Kong, Cina, India, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand.
"Program pemberian saham gratis ini merupakan penghargaan unik, tanpa dibatasi
senioritas, tingkatan, maupun posisi karyawan, tetapi atas dasar total performance
perusahaan," ungkap Chief Executive Officer (CEO) AXA Country Head Indonesia Randy
Lianggara, di Jakarta, pekan lalu.
Dalam program ini setiap karyawan diberi 50 saham dan nantinya di tahun 2009 akan
diberikan lagi 50 saham. Karyawan yang bersangkutan dapat menjual sahamnya setelah 4
tahun dari pembagian ini, dengan persyaratan mereka masih terdaftar sebagai karyawan di
perusahaan tersebut.
Dijelaskan Randy, program itu diharapkan dapat menciptakan rasa memiliki (sense of
belonging) karyawan. Hubungan perusahaan dengan karyawan harus terus ditingkatkan.
"Jadi, ini merupakan program yang menguntungkan dua belah pihak, karyawan dan
perusahaan. Khususnya untuk mencapai target di tahun 2012," katanya.
Sejauh ini, terdapat beberapa perusahaan yang memberikan saham kepada karyawan.
Namun, program AXA Miles ini merupakan program pemberian saham kepada karyawan
yang diberikan secara kolektif dan bertahap. "Ini saham kolektif. Dan ini semua untuk
mendukung best performa di tahun 2012," paparnya. (A-78)***

Berkhas

17

Volume VI Februari 2008

Republika

Senin, 11 Februari 2008

Le bih da r i Se r ibu Pe k e r j a Asing M ogok Ke r j a di
Ba hr a in

Manama-RoL-- Sekitar 1.300 pekerja migran yang bekerja di suatu proyek properti mewah
tepi pantai di Bahrain mogok kerja untuk menuntut kenaikan upah, kata seorang pejabat
perusahaan itu, Ahad.
Para buruh itu dipekerjakan oleh kontraktor GP Zachariades untuk mengerjakan
pembangunan Durrat al-Bahrain di wilayah selatan kepulauan Teluk yang kaya tersebut.
"Sekitar 1.300 pekerja proyek Durrat al-Bahrain sejak Sabtu mogok kerja untuk menuntut
kenaikan upah," kata kepala bagian kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan itu, Abdul
Wahed al-Umran, kepada AFP.
Buruh-buruh tersebut tidak diperkenankan keluar dari asrama mereka oleh polisi, sementara
itu para petinggi kementerian tenaga kerja berusaha membujuk mereka untuk berhenti
mogok, kata Umran.
Data resmi menyebutkan Bahrain memiliki sekitar 270 ribu tenaga asing yang kebanyakan
berasal dari sub-benua Asia dan bekerja sebagai tenaga kerja kasar.
Umran mengatakan para buruh tersebut mogok setelah mendengar bahwa sekitar 750 buruh
Almoayyed Contracting Group pekan lalu memaksa perusahaan untuk menaikkan upah
setelah melakukan pemogokan selama dua hari.
Para pekerja yang mogok di proyek Durrat al-Bahrain mendapat upah antara 120 sampai 180
Dinar Bahrain (Rp2,5 juta hingga Rp4,5 juta) sebulan, kata Umran.
Durrat al-Bahrain, yang artinya "Permata Bahrain", adalah proyek senilai miliaran dolar
berupa perumahan dan bangunan komersil di 15 pulau buatan yang membentuk seuntai
kalung.
Karyawan yang bukan bekerja di sektor penting diizinkan untuk mogok kerja di Bahrain,
berbeda dengan negara-negara Teluk Arab lainnya yang kaya minyak, seperti Arab Saudi
dan Uni Emirat Arab (UAE).
Kelompok-kelompok HAM internasional telah mengecam negara-negara Teluk atas
perlakuan terhadap pekerja migran.
Pada Maret 2006, sekitar 2.500 buruh terlibat kerusuhan di proyek pencakar langit tertinggi,
Burj Dubai, UAE.
Insiden itu membuat LSM Human Rights Watch yang berbasis di New York meminta
pemerintah UAE "mengakhiri praktik kesewenang-wenangan terhadap buruh" dan
menggambarkan keadaan para buruh "tidak manusiawi." ant/afp/fif

Berkhas

18

Volume VI Februari 2008

Seputar I ndonesia

Selasa, 12 Februari 2008

TKI Kor ba n Kr im ina l Tinggi

BLITAR (SINDO) – Kasus kriminal yang menimpa tenaga kerja Indonesia (TKI) masih cukup
tinggi. Selama periode Januari 2008 hingga sekarang, tercatat 16 kasus penganiayaan dan
penipuan yang menimpa TKI asal Kabupaten Blitar.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Muljanto menjelaskan, tindak
penganiayaan dan penipuan ini menempati posisi tertinggi dalam deretan persoalan yang
menimpa TKI. Bahkan sejak awal 2008 hingga sekarang, terdapat 14 TKI asal Kabupaten
Blitar yang dipulangkan paksa dari negara tempat mereka bekerja.
”Kasus pemulangan TKI cukup tinggi.Harus ada perubahan regulasi untuk lebih menjamin
proses pengiriman tenaga kerja ini,” ujar Muljanto. Dari sekian kasus TKI yang
melatarbelakangi pemulangan paksa tersebut, belasan di antaranya akibat dianiaya
majikannya.
Bahkan sejak awal 2008 ini, terdapat 10 kasus penganiayaan yang menimpa TKI asal
Kabupaten Blitar, dengan dua di antaranya meninggal dunia.Kedua TKI malang
tersebut,meninggal saat bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi dan Hong
Kong.
Sementara empat kasus lainnya terjadi di Taiwan,dan satu lagi terjadi di Singapura. Dari
beberapa daftar negara yang menjadi tujuan utama para TKI,Hong Kong tercatat menjadi
tujuan terbesar para pencari devisa ini. Karena itu, tak heran jika kasus TKI lebih banyak
terjadi di negara tersebut.
”Meski banyak kasus yang menimpa TKI di Hongkong, namun peminatnya masih banyak.
Maklum, gaji di sana lebih tinggi dibanding negara lainnya,”tambah Muljanto. Ironisnya, meski
jumlah kasus yang menimpa TKI asal Kabupaten Blitar cukup tinggi, namun Pemkab
mengaku tidak bisa berbuat banyak untuk melindungi TKI.
Alasannya, kewenangan memberikan perlindungan kepada warga negara Indonesia di luar
negeri ada pada KBRI tempat mereka bekerja. Karena itu, satu-satunya langkah yang bisa
dilakukan pemerintah daerah untuk meminimalkan kasus TKI, dengan melakukan antisipasi
sebelum pemberangkatan dengan mematuhi prosedur pemberangkatan tenaga kerja serta
memberikan sosialisasi kepada calon TKI agar menggunakan jalur resmi.
Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah dengan jumlah TKI yang cukup besar. Setiap
tahun, sekitar 6.000 TKI di tempat itu diberangkatkan ke luar negeri dengan perlindungan
yang minim.
Sementara itu, seorang TKW asal Desa Wonorejo, Kec Wates, Kab Kediri, kembali
dilaporkan meninggal dunia saat bekerja di Hong Kong.Korban bernama Wiji, 25,ini
dikabarkan meninggal setelah terpeleset di kamar mandi (10/2). ”Kami masih menunggu
kabar dari PJTKI yang memberangkatkannya, untuk kepastian pengiriman jenazah,” ujar
Bambang, perangkat Desa Wonorejo. (hari tri wasono)

Berkhas

19

Volume VI Februari 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 13 Februari 2008

Pe k e r j a I ndone sia dila t ih w ir a usa ha

TOKYO: Perwakilan Bank Indonesia di Tokyo kembali menggelar pelatihan wirausaha dan
edukasi perbankan bagi pekerja Indonesia di seantero Jepang, menyusul Komitmen Tokyo
untuk menciptakan pe