Perburuhan-Maret 2008

VOLUME VI MARET 2008

PERBURUHAN

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari
berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal
penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka
saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situssitus suratkabar, majalah, serta situs berita lainnya.
Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas
diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap
penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.
Untuk memperluas area distribusi, Berkhas diterbitkan melalui 2 (dua) macam media
yaitu media cetakan (hardcopy) serta media online berupa pdf file yang dapat diakses
melalui situs web Akatiga (www.akatiga.or.id).

D a ft a r I si

Pekerja Bangladesh ke luar negeri naik -------------------------------------------------------------

1


Tolak Revisi UMK, Gubernur Banten Digugat ------------------------------------------------------

2

Angka Kematian Pekerja Masih Memprihatinkan -------------------------------------------------

3

Buruh Sadap PTPN VIII Ditangkap Polisi------------------------------------------------------------

5

Edy Hartono, Ketua SP PT PJB Program PJB Kurang Berkesinambungan ---------------

6

Industri Jamu Serap 3 Juta Tenaga Kerja -----------------------------------------------------------

7


Gaji 4 Tahun tak Naik, Pekerja Omedata Demo---------------------------------------------------

8

SP Angkasa Pura I tuntut tunjangan ------------------------------------------------------------------

9

Isu Buruh Jangan Dipolitisasi, Perbaikan Jauh Lebih Penting--------------------------------- 10
Draf RPP Pesangon akan direvisi --------------------------------------------------------------------- 12
K-SBSI Setuju RPP Pesangon Disahkan dengan Tiga Syarat -------------------------------- 14
Paradoks Kebijakan Upah Buruh ---------------------------------------------------------------------- 15
Kesejahteraan karyawan PT BA ditingkatkan ------------------------------------------------------ 17
Agropolitan Ternak Serap Ribuan Pekerja ---------------------------------------------------------- 18
Perbedaan Hukum Jadi Masalah Buruh Migran --------------------------------------------------- 19
RPP Pesangon Berpotensi Mandul ------------------------------------------------------------------- 21
Sistem green-card hambat pekerja lokal------------------------------------------------------------- 22
Semmi Laporkan Kasus TKK Ilegal ------------------------------------------------------------------- 23
Hilangnya Hak-hak Dasar Buruh ----------------------------------------------------------------------- 24

Ada apa di balik konflik mengurus TKI?-------------------------------------------------------------- 27
Jumlah Kasus TKW Asal Kab. Karawang Tergolong Tinggi ----------------------------------- 29
Ratusan Buruh PT PMT Mogok Kerja ---------------------------------------------------------------- 30
Ribuan Pekerja Bandara India Mogok ---------------------------------------------------------------- 31
KSPI Minta Hak-hak Perempuan Pekerja Diperhatikan ----------------------------------------- 32
Buruh Wanita Unjuk Rasa ------------------------------------------------------------------------------- 33
GIB Demo Perlindungan Buruh dan Nelayan ------------------------------------------------------ 34
Jatim akan kirim 60.000 tenaga kerja----------------------------------------------------------------- 35
Kisah Pedih Seorang Buruh Migran------------------------------------------------------------------- 36
Pengiriman TKI Ilegal Makassar Digagalkan ------------------------------------------------------- 39
KSPSI agar tajamkan lembaga tripartit--------------------------------------------------------------- 40
Melindungi TKI di UEA ------------------------------------------------------------------------------------ 41
Kesadaran Jamsostek Rendah ------------------------------------------------------------------------- 43

Kasus TKI jangan sekadar jadi catatan -------------------------------------------------------------- 45
Kasus TKW di Kuwait Dilaporkan ke DPR ---------------------------------------------------------- 47
Rezeki dari Revolusi "Outsourcing" ------------------------------------------------------------------- 48
TKI ke Selandia Baru Ilegal------------------------------------------------------------------------------ 50
Pekerja jasa wisata wajib sertifikasi mulai tahun depan ----------------------------------------- 51
Ratusan Buruh Tuntut Penegakan Hukum ---------------------------------------------------------- 53

Presiden: Jangan PHK Buruh--------------------------------------------------------------------------- 54
Sanksi pelanggar program jamsostek harus diperberat ----------------------------------------- 55
SBY: Pengusaha dan Pekerja Harus Sinergi ------------------------------------------------------- 57
Membangun Budaya "Safety"--------------------------------------------------------------------------- 59
Revisi UU Jamsostek ditargetkan rampung tahun ini -------------------------------------------- 61
Jangan Takut Lagi Mendirikan Serikat Pekerja ---------------------------------------------------- 63
Quo Vadis Hak Kemanusiaan Pekerja --------------------------------------------------------------- 64
Devisa TKI diperkirakan lampaui US$14 miliar ---------------------------------------------------- 66
Presiden Terima Perwakilan Buruh ------------------------------------------------------------------- 67
Presiden Terima Perwakilan Buruh ------------------------------------------------------------------- 68
Karyawan Kontrak PT KA dan Transjakarta Mogok ---------------------------------------------- 69

Bisnis Indonesia

Senin, 03 Maret 2008

Pe k e r j a Ba n gla de sh k e lu a r n e ge r i n a ik
DHAKA: Pengiriman tenaga kerja (TK) Bangladesh ke luar negeri meningkat dua kali lipat
selama 2007 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Surat kabar The Daily Star mengutip
statistik Kementerian Luar Negeri negara itu menyebutkan jumlah tenaga kerja Bangladesh

ke luar negeri pada 2007 mencapai 832.000 orang, sedangkan selama 2006 tercatat
381.000.
Sejumlah 159.000 tenaga kerja telah berangkat ke luar negeri pada awal 2008, dibandingkan
dengan 78.000 tenaga kerja pada periode sama tahun lalu.
Keterangan pers kementerian itu mengatakan lebih dari 20.200 pekerja Bangladesh telah
berangkat ke Arab Saudi, dan akan terus meningkat. (Antara/Xinhua)

Berkhas

1

Volume VI Maret 2008

Jurnal Nasional

Senin, 03 Maret 2008

Jabedetabog Tangerang | Senin, 03 Mar 2008

Tola k Re v isi U M K, Gu be r n u r Ba n t e n D igu ga t

Dewan Pengurus Cabang (DPC) Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Kabupaten
Tangerang akan mengugat Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah ke Pengadilan Tata Usaha
Negeri (PTUN), terkait surat penolakan Gubernur Banten atas revisi Upah Minimum
Kabupaten (UMK) di Kabupaten Tangerang.
Pada 28 Desember 2007 lalu Bupati Tangerang mengajukan revisi tahun 2008 kepada
Gubernur Banten dari Rp958.600 menjadi Rp958.782. Namun, Gubernur Banten menolak
revisi tersebut. SPSI menilai, surat penolakan itu sebagai bentuk pelanggaran terhadap Pasal
89 ayat 3 UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Ketua DPC SPSI Kabupaten Tangerang, Supriyadi menilai Gubernur Atut telah melakukan
kesalahan prosedur dengan menolak revisi UMK yang telah diajukan oleh Bupati Tangerang.
Rekomendasi revisi UMK ditolak dengan alasan pengajuan revisi tidak sesuai prosedur.
Padahal dalam UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, bupati atau kepala daerah berhak
merekomendasikan upah minimum.
“Mengacu pada UU, maka DPC SPSI akan mem-PTUN-kan Gubenur Banten, karena
penolakan revisi UMK dianggap telah menyalahi UU,” tutur Supriyadi kepada Jurnal Nasional,
Minggu (2/3).
Kendati demikian, sebelum mengajukan gugatan, SPSI tetap membuka ruang dialog dengan
pihak provinsi. “Asal Gubernur mau kooperatif.” Pihaknya juga menduga adanya upaya
memperkeruh keadaan pada saat tarik ulur tentang revisi UMK oleh beberapa oknum
pejabat. Hal ini ditenggarai dengan keterlambatan datangnya surat penolakan revisi dari

Gubernur Banten.
Dalam surat Gubernur tertera surat dikirim pada tanggal 15 Januari 2008. Namun, SPSI baru
menerima surat tersebut pada tanggal 24 Februari, pekan lalu. “Terlebih, surat yang
ditandatangani oleh Gubernur Banten, HM. Masduki yang telah ditetapkan pada 16
November 2007 silam,” ucapnya. Terkait aksi mogok regional yang akan dilakukan oleh 50
ribu anggota SPSI se-Kabupaten Tangerang, Supriyadi menyatakan rencana aksi tersebut
dibatalkan. Pasalnya, ada keterbatasan anggaran dan masalah teknis di tingkatan unit kerja
SPSI.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Tangerang, Hasdanil
mengatakan, saat ini pihaknya telah melakukan konsultasi langsung dengan Departemen
Tenaga Kerja (Depnaker) dan Dewan Pengupahan Nasional. “Namun, belum ada jawaban
dari kedua instansi itu terkait rencana revisi UMK Kabupaten Tangerang,” tutur Hasdanil.
Anggota DPRD Kabupaten Tangerang, Jacky Harahap mendukung rencana buruh untuk
mengajukan gugatan untuk Gubernur Banten ke PTUN. “Langkah hukum adalah langkah
terbaik,” kata Politikus Partai Demokrat ini.

Berkhas

2


Volume VI Maret 2008

Pikiran Rakyat

Senin, 03 Maret 2008

An gk a Ke m a t ia n Pe k e r j a M a sih M e m pr ih a t in k a n
Se ba nya k 1 .8 8 3 Ka sus pa da 2 0 0 7
JAKARTA, (PR).Angka kematian pekerja di Indonesia pada 2007 masih sangat tinggi, yakni rata-rata
mencapai lima orang per hari atau total 1.883 kasus kematian. Sementara itu, jumlah
kecelakaan kerja sepanjang tahun lalu sebanyak 83.714 kasus, di mana 75.325 di antaranya
bisa disembuhkan, 6.506 kasus mengalami cacat atau rata-rata 18 tenaga kerja setiap hari.
"Angka tersebut masih mengkhawatirkan meskipun menurun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang sekitar 6-7 pekerja setiap hari," kata pejabat Humas PT Jamsostek,
Kuswahyudi di Jakarta, akhir pekan lalu.
Oleh karena itu, menurut Kuswahyudi, pihaknya terus mendorong agar para pekerja
terlindungi di antaranya dengan menjadi anggota Jamsostek. "Salah satu program Jamsostek
sepanjang tahun 2008 adalah peningkatan kesadaran menjadi peserta Jaminan Sosial
Tenaga Kerja dan Keselamatan serta Kesehatan Kerja," katanya.
Menurut dia, Dirut PT Jamsostek Hotbonar Sinaga pada, Kamis (21/2), sudah menyerahkan

daftar 6.657 perusahaan yang memenuhi syarat, tetapi belum mendaftarkan pekerja dalam
program Jamsostek di Jakarta, Tangerang, dan Jawa Barat kepada Menakertrans Erman
Suparno.
Erman dalam kesempatan itu menyatakan, pegawai pengawas Depnakertrans akan
diturunkan segera untuk melakukan penegakan hukum terhadap perusahaan yang
melanggar UU No. 3/1992 itu.
Kuswahyudi menyatakan, mereka yang keluarganya meninggal akibat kecelakaan atau
pekerja cacat mendapat santunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Misalnya, untuk
keluarga yang ditinggalkan mendapat santunan 48 kali gaji yang dilaporkan ke PT
Jamsostek.
Pekerja yang meninggal di luar kecelakaan kerja sebanyak 713.297 orang dan PT Jamsostek
mengeluarkan total dana Rp 3,165 triliun untuk menyantuni mereka.
Rendah
Saat ini, mereka yang menjadi peserta Jamsostek masih relatif rendah, yakni sekitar 25 juta
pekerja yang terdaftar dan hanya 7,9 juta pekerja yang menjadi peserta aktif. Sementara
jumlah pekerja di sektor formal saat ini sekitar 30 juta. Artinya, masih terdapat sekitar 22 juta
pekerja di sektor formal yang belum mendapatkan hak normatifnya, yakni menjadi peserta
Jamsostek. Padahal, ketentuan itu sudah dijamin oleh UU No. 3/1992.
Peraturan perundangan menyatakan, setiap perusahaan yang mempekerjakan 10 orang atau
lebih, atau membayar total upah Rp 1 juta per bulan wajib mengikutsertakan pekerjanya

dalam program Jamsostek.
Perusahaan yang melanggarnya dikenakan sanksi denda dan atau kurungan enam bulan.
Jika mengacu pada upah minimum regional saat ini, yang terendah sekitar Rp 500.000,00
per bulan dan tertinggi lebih dari Rp 1 juta per bulan, perusahaan yang mempekerjakan dua
orang saja saja sudah wajib menjadi peserta Jamsostek.
"Berkaitan dengan itu, kesadaran untuk menjadi peserta Jamsostek harus terus ditingkatkan
agar para pekerja terlindungi dari risiko kematian, kecelakaan, dan terlindungi saat pensiun
(hari tua)," kata Kuswahyudi.

Berkhas

3

Volume VI Maret 2008

Pikiran Rakyat

Senin, 03 Maret 2008

Menurut Kuswahyudi, pekerja yang menjadi tulang punggung keluarga lalu mengalami

kecelakaan dan meninggal, maka anggota keluarganya terancam menjadi penduduk miskin.
(A-78)***

Berkhas

4

Volume VI Maret 2008

Pikiran Rakyat

Senin, 03 Maret 2008

Bu r u h Sa da p PTPN V I I I D it a n gk a p Polisi

PURWAKARTA, (PR).Tiga orang buruh sadap di PTPN VIII Cikumpay Kab. Purwakarta yang selama ini menjalani
praktik penjualan getah karet (lump) tanpa izin, ditangkap jajaran Satserse Polres
Purwakarta, Minggu (2/3) dini hari kemarin. Selain membekuk ketiga buruh PTPN, polisi juga
saat ini tengah memburu salah seorang pelaku yang kerap melakukan pencurian getah karet
di perkebunan PTPN VIII.
Ketiga buruh yang bekerja di bagian sadap PTPN VIII Cikumpay Purwakarta itu, adalah Had
bin Camid (31), At bin Sudita (35), dan Ab alias Hamid (32), ketiganya warga Kec. Campaka
Kab. Purwakarta.
Kapolres Purwakarta AKBP Sufyan Syarif didampingi Kasatreskrim, AKP Iwan Ridwan,
kepada "PR", Minggu (2/3) di Mapolres Purwakarta, mengatakan ketiga pelaku yang
merupakan buruh di perusahaan milik negara itu dibekuk petugas setelah ada informasi dari
perusahaan yang mengelola perkebunan karet tersebut.
"Selama ini, ketiga buruh PTPN VIII itu setiap menyetorkan getah karet ke perusahaan selalu
kurang dibandingkan dengan buruh lainnya," kata Iwan,
Dijelaskan setelah diselidiki, ternyata ketiga buruh sadap tersebut, selama ini selalu
mengurangi hasil sadapan mereka saat setor. "Misalnya, dalam satu hari kalau mereka
mendapatkan getah karet sebanyak 10 kg, oleh para pelaku hanya 7 kg yang disetorkan dan
sisanya dikumpulkan kemudian dijual kepada penadah," jelas Iwan.
Setelah dikembangkan, petugas kemudian melakukan penangkapan terhadap ketiga pelaku,
di rumah mereka masing-masing. Dari tangan ketiga tersangka, petugas mengamankan
barang bukti berupa 110 kg getah karet.
Kasatreskrim menjelaskan, getah karet hasil sadapan yang dikumpulkan ketiga pelaku itu
kemudian dijual kepada seorang penadah yang tinggal di Cianjur dengan harga Rp 2.500,00
per kg. (A-86)***

Berkhas

5

Volume VI Maret 2008

Jurnal Nasional

Selasa, 04 Maret 2008

PROFIT Jakarta | Selasa, 04 Mar 2008

Edy H a r t on o, Ke t u a SP PT PJB Pr ogr a m PJB Ku r a n g
Be r k e sin a m bu n ga n
by : Januarti Sinarra Tjajadi
ADA satu kekurangan strategi korporasi yang dilakukan PT Pembangkit Jawa Bali (PJB),
yakni kurangnya kesinambungan program. Sering kali ditemui dalam pelaksanaan satu
program, apabila satu tahap selesai, sulit untuk melanjutkan secara terus menerus atau
kesinambungan program kurang di perhatikan.
Pendapat itu diutarakan Ketua Umum Serikat Pekerja (SP) PJB Edy Hartono ketika dihubungi
Jurnal Nasional akhir pekan lalu.
Menurut dia, jika direksi berganti, maka program juga kerap berganti. “Padahal jatah jabatan
direksi hanya tiga tahun,” katanya.
Menurut Asisten Manajer Manajemen Energi PJB ini, biasanya yang paling sering dilakukan
perusahaannya adalah pergantian suatu sistem yang dinilai kurang cocok. Masalah lain yang
muncul adalah kerap perubahan sistem itu kurang terkomunikasikan dari level atas ke
bawah. Ada kesimpangan apa yang dipikirkan di level atas tidak sampai ke bawah.
Itulah salah satu hal yang membuat kinerja anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara
(PLN) ini kurang optimal. Aspek-aspek lainnya, sangat kompleks. Antara lain penunjukkan
manajemen yang kurang kompeten. Direksi saat ini, menurut dia masih kental kepentingan
politiknya.
Aspek lain adalah masalah bahan bakar pembangkit. Dia mengatakan, pada intinya PJB
beserta holding PLN tidak bisa bekerja optimal jika pemerintah tidak benar-benar memikirkan
masalah regulasi energi primer.
Kini pembangkit PJB harus menggunakan bahan bakar minyak (BBM) padahal pembangkit
PJB juga bisa menggunakan bahan bakar gas yang jauh lebih murah, apalagi BBM harganya
cenderung naik terus.
Laba PJB tahun 2007 kurang lebih Rp1,4 triliun, tahun sebelumnya sekitar Rp1 triliun, tetapi
jika dikonsolidasikan dengan PLN (holding) maka akan masih merugi karena pertama, PLN
fungsinya sebagai public service obligation (PSO) melayani kebutuhan listrik masyarakat.
PLN harus melayani dari Sabang sampai Merauke, dimana harga di luar jawa bisa sampai
Rp2.000 per kwh sedangkan harga jual ke konsumen rumah tangga Rp400 per kwh.
Kedua, pembangkit berbahan bakar gas kurang dimanfaatkan optimal karena terbatasnya
pasokan gas, dimana tidak ada regulasi dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan gas
untuk PLN atau PJB. Ketiga, kekayaan PJB berupa lahan dan sebagainya cenderung
pengelolaannya diberikan kepada swasta. Contohnya Paiton III dan IV. “PJB punya lahan
Paiton III dan IV yang kami siap membangun sendiri atau menggandeng investor yang
murah. Tapi oleh PLN diberikan kepada swasta,” ujarnya.
Terkait pemisahan dua anak perusahaan PLN, PT Indonesia Power dan PJB. Dia menolak
rencana tersebut karena masyarakat akan menerima harga lebih mahal karena ada PPN
yang menganggap ada transaksi.
Konsumen akan dikenai pajak berganda, karena terkena pph saat penjualan dari PJB ke
PLN, dari PLN ke distribusi dan dari distribusi ke komsumen. “Kalau dipecah, pajak ke
konsumen semakin tinggi,” tandasnya.

Berkhas

6

Volume VI Maret 2008

Jurnal Nasional

Selasa, 04 Maret 2008

Ekonomi | Jakarta | Selasa, 04 Mar 2008 13:34:27 WIB

I n du st r i Ja m u Se r a p 3 Ju t a Te n a ga Ke r j a
Industri jamu di tanah air menyerap sekitar tiga juta tenaga kerja, dengan nilai bisnis
mencapai sekitar Rp4 triliun per tahun. Pertumbuhan industri jamu juga cukup pesat, yakni
sekitar 20 persen per tahun.
"Ini mungkin angka yang masih perkiraan bawah, sementara angka riilnya bisa saja lebih dari
itu," kata Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan, Bayu
Krisnamurthi di Jakarta, Selasa (4/3).
Bayu mengungkapkan hal itu usai semiloka dan deklarasi Jamu Brand Indonesia. Hadir juga
dalam acara itu Direktur Jenderal Pedagangan Dalam Negeri Ardiansah Parman, sejarahwan
Anhar Gonggong, mantan Menteri Kesehatan Faried A. Moeloek, dan sejumlah pengusaha
jamu seperti Marta Tilaar, Mooryati Soedibyo, Charles Saerang, dan Jaya Suprana.
"Pengembangan jamu dari sisi kesehatan sebenarnya hanya mencapai 20 persen, namun
perkembangan dari sisi lainnya seperti minuman dan kosmetik dari industri jamu lebih besar
lagi mencapai 67 hingga 70 persen," kata Bayu.
Pengembangan industri jamu juga mencakup pula pengembangan industri pariwisata, seperti
terapi SPA dan agrowisata. "Dengan latar belakang itu, Kementerian Koordinasi
Perekonomian memfasilitasi semiloka dan deklarasi Jamu Brand Indonesia," kata Bayu.
"Jika mengalami pertumbuhan 20 persen, pada tahun 2012 nilai bisnis industri jamu akan
mencapai sekitar Rp16 triliun," kata Charles Saerang. (Ant)

Berkhas

7

Volume VI Maret 2008

Pikiran Rakyat

Selasa, 04 Maret 2008

Ga j i 4 Ta h u n t a k N a ik , Pe k e r j a Om e da t a D e m o

BANDUNG, (PR).Ratusan pekerja PT Omedata Electronics melakukan aksi demo menuntut kenaikan gaji
karena selama empat tahun terakhir tidak mendapatkannya. Aksi damai itu digelar di
pelataran kantor perusahaan tersebut di Jln. Soekarno-Hatta Bandung, Senin (3/3). Pekerja
menuntut agar perusahaan kembali ke sistem penggajian berdasarkan masa kerja dan
prestasi.
Aksi itu praktis menghentikan kegiatan produksi PT Omedata. Perusahaan tersebut
merupakan perusahaan penghasil semikonduktor yang khusus dipasarkan di luar negeri.
Sebelum aksi, para pekerja melalui perwakilannya mengusahakan dialog dengan manajemen
perusahaan terkait permintaan kenaikan gaji. Namun, karena tidak ada tanggapan yang
positif, pekerja menggelar aksi. "Dari dulu alasannya sedang merugi. Dari sepuluh tahun
yang lalu juga bilang begitu," kata Sopiyan, seorang perwakilan pekerja.
Akibat tidak adanya kenaikan, terjadi ketidakadilan gaji yang diterima karyawan. "Masak gaji
teknisi dengan operator hampir sama, itu kan tidak benar," kata Asep Irawan, pekerja lainnya.
Organ tunggal
Dalam aksi, pekerja membawa berbagai poster dan spanduk, dan ikat kepala putih
bertuliskan "Naik Gaji". Aksi damai juga diisi organ tunggal yang mengiringi lagu-lagu yang
telah digubah untuk menyuarakan tuntutan mereka. Seorang pekerja laki-laki menggunakan
kostum perempuan sebagai maskot aksi itu mewakili mayoritas pekerja PT Omedata yang
perempuan.
Menjelang tengah hari, perwakilan pekerja melakukan perundingan dengan manajemen dan
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bandung sebagai mediator. Perundingan itu belum
membuahkan hasil. Perusahaan belum mengabulkan tuntutan pekerjanya.
Seorang wakil pekerja, Mufti Hidayat mengatakan, pekerja akan membuat aksi serupa
dengan batas waktu yang jelas. "Kami akan melakukan aksi lagi tanggal 12 sampai 16
Maret," katanya. (CA-170)***

Berkhas

8

Volume VI Maret 2008

Bisnis Indonesia

Rabu, 05 Maret 2008

SP An gk a sa Pu r a I t u n t u t t u n j a n ga n

JAKARTA: Sekitar 200 karyawan yang tergabung dalam Serikat Pekerja PT Angkasa Pura I
melakukan aksi unjuk rasa menuntut realisasi pembayaran tunjangan kesejahteraan para
pegawai.
Unjuk rasa itu digelar di halaman Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Depnakertrans), kemarin.
Itje Julinar, Ketua Umum Serikat Pekerja Angkasa Pura I, mengatakan manajemen
perusahaan telah melanggar Perjanjian Kerja Bersama (PKB) terkait pembayaran gaji pokok
dan tunjangan kesehatan pensiun para karyawan.
Menurut dia, tuntutan untuk merealisasikan PKB itu sudah disuarakan sejak Oktober 2006.
Namun, hingga saat ini belum ada respons dari pihak manajemen.
"Kami minta Menakertrans Erman Suparno, Menteri BUMN dan Menteri Perhubungan untuk
membantu menyelesaikan persoalan hubungan industrial ini," katanya. (Bisnis/02)

Berkhas

9

Volume VI Maret 2008

Kompas

Rabu, 05 Maret 2008

TENAGA KERJA

I su Bu r u h Ja n ga n D ipolit isa si, Pe r ba ik a n Ja u h Le bih
Pe n t in g
Rabu, 5 Maret 2008 | 02:00 WIB
Jakarta, Kompas - Persoalan ketenagakerjaan nasional di pasar kerja masih tetap berkutat
pada rendahnya kompetensi dan produktivitas. Kondisi ini terjadi akibat banyaknya isu buruh
ketenagakerjaan yang diselesaikan menggunakan pendekatan sosial politik.
”Seharusnya penyelesaian masalah perburuhan memakai pendekatan sosial pembangunan
ekonomi. Politisasi persoalan menyebabkan kita lupa pada hal-hal yang lebih penting,
misalnya bagaimana meningkatkan kompetensi dan produktivitas buruh,” kata Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno dalam promosi doktor ilmu pendidikan di
Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Selasa (4/3).
Pada sidang terbuka yang dipimpin Rektor UNJ Dr Bedjo Sujanto, Erman sukses
mempertahankan disertasi berjudul ”Paradigma Baru Penyediaan Tenaga Kerja yang
Didasarkan pada Kebijakan Sistem Pendidikan Nasional: Sebuah Analisis Kebijakan”.
Erman mengatakan, isu perburuhan selalu mengemuka dalam konteks politik. Padahal,
pembahasan persoalan buruh dalam konteks perekonomian jauh lebih penting untuk mencari
jalan keluar.
Politisasi cenderung tidak mampu menuntaskan persoalan buruh. Oleh karena itu, para
pemangku kepentingan harus menghentikan penyelesaian isu perburuhan menggunakan
pendekatan politik.
Persoalan yang mendesak diperbaiki saat ini adalah sistem pendidikan nasional yang
berkaitan langsung dengan pasar kerja. Menurut Erman, sistem pendidikan sebaiknya lebih
didorong pada pengembangan sekolah menengah kejuruan yang sesuai dengan pasar kerja.
Saat ini pasar kerja hanya menyerap sedikitnya 800.000 orang dari 2,3 juta jiwa angkatan
kerja baru setiap tahun. Rendahnya tingkat penyerapan lapangan kerja terjadi karena hanya
sedikit angkatan kerja baru yang memiliki kompetensi.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sudah bersinergi dengan Departemen
Pendidikan Nasional dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dalam menyiapkan
angkatan kerja yang kompeten. Program ini dikenal dengan ”3 in 1” (three in one), yaitu
pelatihan, sertifikasi, dan penempatan.
Depdiknas terlibat karena memiliki kewenangan menyusun kurikulum pendidikan, sedangkan
Apindo sebagai pengguna.
”Reformasi sistem pendidikan nasional dari yang awalnya berorientasi jumlah lulusan (output
oriented) menjadi jumlah lulusan siap kerja (job oriented). Jika persoalan di hulu ini
terpecahkan, maka tingkat pengangguran bisa ditekan,” kata Erman.
10 juta penganggur
Saat ini angkatan kerja nasional mencapai 107 juta orang dengan angka pengangguran
sedikitnya 10 juta orang. Dari 97 juta pekerja, hanya 33 juta orang yang bekerja di sektor
formal dan 64 juta lagi berada di sektor informal, seperti pertanian.

Berkhas

10

Volume VI Maret 2008

Kompas

Rabu, 05 Maret 2008

Secara terpisah, Presiden Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (K-SBSI) Rekson
Silaban mengatakan, isu buruh selalu mencuat pada masa-masa pemilihan kepala daerah
atau pemilihan umum. Salah satu isu yang paling menonjol adalah upah.
Rekson mengatakan, pejabat yang ingin mencalonkan diri lagi dalam pemilihan kepala
daerah pasti akan menaikkan upah minimum kabupaten/kota/provinsi tanpa
memperhitungkan dampaknya. Hal serupa juga terjadi saat penyusunan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang disahkan menjelang pemilu.
”Politisasi sering memberikan janji manis bagi buruh. Setelah menang, biasanya buruh
ditinggalkan, bahkan justru timbul masalah baru,” kata Rekson. (HAM)

Berkhas

11

Volume VI Maret 2008

Bisnis Indonesia

Kamis, 06 Maret 2008

D r a f RPP Pe sa n gon a k a n dir e v isi

JAKARTA: Pemerintah akan mengganti isi draf rancangan peraturan pemerintah tentang
Jaminan Pemutusan Hubungan Kerja (RPP Jaminan PHK) untuk disesuaikan dengan UU
Nomor 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Myra Maria Hanartani, Dirjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans), mengatakan kemungkinan
perubahan RPP itu masih terbuka lebar.
"Isinya tidak tertutup kemungkinan untuk diubah lagi. Akan ada lagi forum tripartit. Ini
memang memakan waktu dan tenaga," ujar Myra kepada Bisnis, kemarin.
UU SJSN merupakan ketentuan yang mengatur program jaminan kesehatan, kecelakaan
kerja, hari tua, kematian, dan pensiun untuk warga negara.
Dia menyebutkan RPP Jaminan PHK tidak boleh bertentangan dengan UU SJSN, sebagai
payung hukum dalam ketentuan tersebut. Selain itu, katanya, RPP itu harus diharmoniskan
dengan UU Nomor 3/1992 tentang Jamsostek dan UU Nomor 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan.
RPP Jaminan PHK mengatur pencadangan dana kompensasi PHK untuk memberikan
kepastian pembayaran hak pada pekerja setelah berhenti bekerja. Hal itu merupakan
kewajiban bagi perusahaan.
Pembiayaan atau besaran iuran beban kewajiban minimum masa kerja yang akan datang
ditetapkan sebesar 3% dari upah sebulan, dengan ketentuan paling tinggi (batas maksimal)
yaitu lima kali pendapatan tidak kena pajak (PTKP) yang kini di level Rp1,1 juta.
Badan penyelenggaranya terdiri dari tiga lembaga yakni PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek), dana pensiun lembaga keuangan, dan asuransi jiwa.
Sementara itu, Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) mengusulkan agar
draf Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Pesangon yang baru memuat sejumlah
perubahan mengenai dana cadangan yang tercantum pada Pasal 5.
Rekson Silaban, Presiden KSBSI, mengatakan pasal mengenai dana cadangan yang
tercantum dalam Pasal 5 draft RPP Pesangon yang lama tidak sesuai dengan kondisi
hubungan industrial di lapangan.
"Kami pada dasarnya menyetujui apabila RPP Pesangon itu disahkan menjadi PP, tetapi
harus sesuai dengan kondisi riil di lapangan," kata Rekson.
Perjanjian bersama
Menurut Rekson, Pasal 5 tersebut harus memuat sejumlah ayat-ayat baru. Pertama, katanya,
pemerintah harus menetapkan bahwa besaran iuran pencadangan setiap perusahaan
dirundingkan di setiap perusahaan antara serikat pekerja dan pengusaha melalui perjanjian
kerja bersama (PKB).
Dengan PKB itu, katanya, pelanggaran yang dilakukan pihak perusahaan dapat dikenakan
sanksi pidana. "Kalau tanpa PKB seperti dalam draf yang lama, perusahaan hanya dapat
dikenakan sanksi administratif," ujarnya.

Berkhas

12

Volume VI Maret 2008

Bisnis Indonesia

Kamis, 06 Maret 2008

Kedua, lanjutnya, pasal itu juga harus memuat ayat yang mensyaratkan perusahaan yang
sudah mencadangkan di atas 3%, tidak boleh menurunkan besaran iuran.
Selain itu, pemerintah seharusnya tidak mengenakan batas atas (ceiling) berdasarkan
penghasilan tidak kena pajak (PTKP) sebesar Rp1,1 juta.
"UMR [upah minimum regional] setiap tahun kan naik rata-rata 6%-8%. Saat ini di Jakarta
saja sudah Rp907.000 per bulan, dua tahun lagi sudah naik 12% atau lebih dari nilai PTKP.
Jadi pekerja yang memiliki gaji di bawah PTKP, dalam dua tahun mendatang tidak
diuntungkan oleh RPP itu," tambahnya. (02) (anugerah.perkasa@bisnis.co.id)
Oleh Anugerah Perkasa
Bisnis Indonesia

Berkhas

13

Volume VI Maret 2008

Kompas

Kamis, 06 Maret 2008

Ketenagakerjaan

K- SBSI Se t u j u RPP Pe sa n gon D isa h k a n de n ga n Tiga
Sy a r a t
Kamis, 6 Maret 2008 | 02:17 WIB
Jakarta, Kompas - Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia menyetujui Rancangan
Peraturan Pemerintah tentang Jaminan Kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja atau RPP
Pesangon yang tengah disiapkan pemerintah dengan tiga syarat.
Ketiga syarat itu yakni penghapusan pembatasan faktor pengali upah sebesar 5 kali
pendapatan tidak kena pajak (PTKP), penegasan premi dana cadangan pesangon sebesar 3
persen, dan larangan perusahaan membentuk badan pengelola dana cadangan pesangon
pekerjanya sendiri.
”Kami setuju dengan RPP pesangon karena buruh memang membutuhkannya. Namun,
pemerintah harus memenuhi dulu ketiga syarat tersebut agar RPP ini benar-benar memihak
kepada buruh,” kata Presiden Konfederasi K-SBSI Rekson Silaban dalam Seminar Tinjauan
Kritis RPP Pesangon, Rabu (5/3) di Jakarta.
Seperti diketahui, pemerintah menunda pengesahan RPP Pesangon untuk disinkronkan
dengan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional Nomor 40 Tahun 2004.
RPP Pesangon menerapkan batas atas gaji yang menjadi faktor pengali jumlah pesangon
sebesar 5 kali PTKP, yang saat ini Rp 1,1 juta. Artinya, gaji maksimal pekerja yang dijamin
dengan mekanisme cadangan pesangon hanya Rp 5,5 juta per bulan.
Jika pekerja bergaji Rp 6 juta per bulan, maka hanya Rp 5,5 juta yang dipakai sebagai faktor
pengali hak pesangonnya. Adapun hak pesangon dengan faktor pengali sisa gaji Rp 500.000
harus dibayar pengusaha sesuai Pasal 156 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
Menurut Rekson, batas atas tidak perlu ada karena upah minimum buruh naik setiap tahun.
Pemerintah juga harus mengatur sanksi bagi perusahaan mapan yang menurunkan
kontribusi premi cadangan pesangon atau pensiun pekerjanya.
Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jamsostek Depnakertrans Myra M Hanartani
mengatakan, pembatasan 5 kali PTKP tidak akan merugikan buruh karena sebagian besar
buruh bergaji di bawah Rp 5,5 juta per bulan. (ham)

Berkhas

14

Volume VI Maret 2008

Seputar Indonesia

Kamis, 06 Maret 2008

Pa r a dok s Ke bij a k a n U pa h Bu r u h

Undang-undang perburuhan China yang diperbarui sebagai salah satu kebijakan pemerintah
sejak 1 Januari 2008 diduga menjadi penyebab utama perubahan drastis iklim industri China
belakangan ini.
Banyaknya perusahaan di China yang memilih untuk memindahkan perusahaannya ke
daerah pedalaman untuk mendapatkan biaya produksi lebih rendah. Ini disebabkan karena
Undang-undang perburuhan China memaksa pengusaha memenuhi permintaan upah lebih
besar. Undang-undang tersebut menyebabkan para buruh mempunyai daya tawar lebih tinggi
terhadap perusahaan. Para buruh pun lebih berani menuntut hak-haknya sebagai pekerja.
Kekurangan buruh di China bagian Selatan karena penduduknya banyak yang mencari kerja
di daerah lain juga menyebabkan mahalnya upah pekerja.Undang-undang Perburuhan China
diperbarui akibat kasus kesewenang-wenangan terhadap buruh di China yang meningkat
hingga lebih dari 25 % per tahun sejak 2002. Untuk menghentikannya pemerintah China
merevisi undang-undang tersebut per Januari 2008.
Willie Fung,bos pabrik pakaian dalam Top Form International Ltd mengatakan bahwa
kekhawatiran terhadap ekonomi Amerika Serikat (AS) yang makin terpuruk bukanlah
penyebab utama krisis ini.Namun, hal itu hanya salah satu sebab yang memengaruhi mahalnya struktur biaya industri. Justru kebijakan pemerintah yang dinilainya memicu krisis
industri bagi pengusaha. Dia juga mengatakan, jika biaya industri meningkat, hampir tidak
mungkin untuk turun kembali.
Pemerintah juga berusaha memerangi kerusakan lingkungan akibat polusi yang dihasilkan
pabrik-pabrik sehingga merusak udara dan sungai China.Gordon Yen,direktur eksekutif
perusahaan pakaian Fountain Set Ltd mengatakan, kebijakan ini percuma. Dia menganggap
kebijakan itu hanya memperburuk sektor ekspor China. Kebijakan pemerintah juga
memengaruhi produsen kecil di luar daerah Sungai Delta walaupun pengaruh terbesar
berada di daerah inti tersebut.Selama 20 tahun terakhir, sektor industri daerah tersebut
berkembang sangat pesat menghasilkan 8% produk domestik bruto China sejak 2006.
“Saat ini daerah Dongguan penuh dengan restoran dan pabrik yang kosong karena terpaksa
ditutup,”ujar pengusaha pakaian Willy Lin. Perusahaan Lin sendiri,Milos Manufacturing
Co,pindah ke Provinsi Jiangxi yang terletak sekitar enam jam dari Hong Kong dengan
perjalanan mobil. Namun,dia khawatir akan kesulitan mencari pekerja yang mempunyai
keterampilan. “Kita membutuhkan orang- orang yang cekatan,saya khawatir hanya
menemukan para petani yang tidak bisa mengoperasikan mesin,” ujar Willy Lin.
Beberapa perusahaan memindahkan lokasinya ke tempat lain untuk sementara. Perusahaan
elektronik Hon- Hai Precision Industry Co di Guangdong, eksportir terbesar China, pindah ke
provinsi lain di China. Pada Agustus tahun lalu, Honhai yang memproduksi komputer PC dan
barang elektronik lainnya untuk Hewlett-Packard Co dan Apple Inc merencanakan akan
menanam investasi senilai USD 5 miliar ke Vietnam.Namun, perubahan iklim industri
membuat nilai investasi tersebut membesar. Pemerintah China memang menargetkan
pertumbuhan ekonomi China hingga 8% pada 2008.Pernyataan ini diungkapkan Perdana
Menteri China Wen Jiabao,kemarin.

Berkhas

15

Volume VI Maret 2008

Seputar Indonesia

Kamis, 06 Maret 2008

Dia juga menargetkan tingkat inflasi sebanyak 4,8% pada tahun ini. Hal tersebut bertujuan
untuk mempertahankan kestabilan pertumbuhan ekonomi dan menjaga semua sektor sosial
sehingga bisaberkonsentrasidalamperubahan pola pembangunan. Direktur Manajemen di Vf
Corp, Tom Nelson, mengatakan,“ kenaikan harga di China akan menyulitkan perusahaan di
China untuk bertahan dan bersaing ke depannya.” Tetapi Nelson juga mengatakan bahwa
China masih sangat menarik bagi AS karena hanya membutuhkan sekitar 20 sampai 25 hari
untuk memproduksi barang di China yang kemudian dijual di AS.
Sangat cepat apabila dibandingkan dengan di Kamboja yang membutuhkan 30
hari,sedangkan di Bangladesh membutuhkan 40 sampai 45 hari. Selain itu, di China tidak
ada batasan minimal memesan bahan mentah. Sebuah perusahaan sepatu AS Otabo LLC
yang dimiliki oleh Howard Shaffer sejak 1995 yang menghasilkan merek terkenal seperti
Adidas memutuskan untuk memindahkan pabriknya ke China. Shaffer mengaku, pengusaha
sepatu akan lebih mudah menjalankan usahanya di China.
AS tidak memberikan kesempatan kepada perusahaan yang memesan bahan mentah dalam
jumlah sedikit. “Di China,kita bisa memesan dari 10–10.000 tali sepatu, sedangkan di AS
harus memesan minimal 100.000 tali.” Shaffer akan menutup perusahaannya yang ada di AS
dalam minggu ini dan memutuskan untuk memindahkannya ke China. Shaffer juga tidak
nyaman dengan sistem infrastruktur yang buruk di AS sehingga memaksa perusahaan
membeli bahan mentah dalam jumlah besar. (berbagai sumber/ rahma regina)

Berkhas

16

Volume VI Maret 2008

Bisnis Indonesia

Sabtu, 08 Maret 2008

Ke se j a h t e r a a n k a r y a w a n PT BA dit in gk a t k a n

JAKARTA: Sebanyak 18 pasal diubah dalam perjanjian kerja bersama (PKB) antara PT
Tambang Batubara Bukit Asam (PT BA) Tbk dan Serikat Pegawai PT BA (SP BA).
Perubahan dianggap perlu sejalan dengan perkembangan perusahaan. Dari 18 pasal
tersebut, 13 pasal yang mengalami perubahan terkait masalah kesejahteraan karyawan.
Ketua SP BA Dadan Ruswandana mengatakan perubahan pasal mengakibatkan peningkatan
tunjangan serta perbaikan struktur gaji dan tunjangan. Misalnya, tunjangan hari raya (THR)
dulu hanya dibayarkan PT BA dua bulan gaji pokok, saat ini diubah menjadi dua bulan take
home pay yang di dalamnya termasuk berbagai macam tunjangan seperti tunjangan bantuan
perumahan.
"Struktur gaji dan tunjangan dibuat lebih adil sekarang, karena kami menilai kepuasan kerja
tidak selalu berdasarkan nominal yang kami terima. Dengan begini kami lebih semangat
memajukan perusahaan," ujar Dadan seusai penandatanganan PKB periode 2008-2010,
pekan ini.
Menurut Corporate Secretary PT BA Eko Budhiwijayanto, PKB ini merupakan hasil
perundingan SP BA dengan PT BA pada 28 Februari.
PKB yang merupakan hasil perbaikan PKB sebelumnya ini akan disosialisasikan kepada
seluruh pegawai guna menyemakan interpretasi dan menghilangkan potensi perselisihan.
Dia mengatakan sejauh ini isi keseluruhan PKB telah mengalami banyak kemajuan terutama
yang berkaitan dengan kesejahteraan pegawai. PKB di dalam lingkup PT BA telah
berlangsung selama tiga periode yakni 2001-2003, 2003-2005, dan 2006-2008. (08)
Bisnis Indonesia

Berkhas

17

Volume VI Maret 2008

Pikiran Rakyat

Kamis, 08 Maret 2008

Agr opolit a n Te r n a k Se r a p Ribu a n Pe k e r j a

CIAMIS, (PR).Pengembangan agropolitan peternakan yang dipusatkan di tiga desa, Kec. Panumbangan,
Kab. Ciamis, diharapkan mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 2.000 orang. Di kawasan
ini dikembangkan secara terpadu mulai dari pembangunan pabrik pakan ternak, budi daya
ternak sapi, breeding farm, dan rumah potong ayam.
"Selain itu, dikembangkan budi daya tanaman jagung. Untuk sementara, luas areal tanaman
jagung seluas 400 ha. Namun, potensi yang akan dikembangkan kurang lebih nantinya
mencapai 1.200 ha," kata Kepala Dinas Peternakan Ciamsi, Ir. H. Kuswara Suwarman ketika
membuka acara musyawarah pembangunan peternakan, Ciamis, Kamis (6/3).
Menurut Kuswara, pengembangan agropolitan peternakan sudah dirintis sejak beberapa
tahun ke belakang. Tujuannya, untuk memajukan usaha peternakan di daerah Ciamis serta
memadukan dengan kegiatan usaha lain.
"Titik utama, yaitu meningkatkan pendapatan petani," katanya.
Pengembangan ini, terpusat di Desa Buana Mekar, Sidang Barang, dan Tenggerarahja, Kec.
Panumbangan. Usaha yang telah dirintis, yaitu pembangunan pabrik breeding farm atau
pabrik bibit anak ayam. Pabrik ini, untuk sementara, menghasilkan 7.150 ekor anak ayam per
minggu. Selain yang dibangun oleh pemerintah, di daerah ini pihak pengusaha ada yang
membangun breeding farm, dengan kapasitas produksi 50.000 ekor per minggu.
"Pengembangan ini, ada keterpaduan antara petani, pengusaha, dan pemerintah. Tokoh
pengusaha yang memberikan andil besar untuk agropolitan ini, yaitu H. Udin, pemilik
perusahaan ternak Tanjung Mulya. Tanaman jagung milik petani juga tidak dibuang, tetapi
dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi. Di kawasan ini, sudah ada 400 ekor sapi yang
dikembangkan, dan akan terus ditambah," ujarnya.
Anggota DPRD Kab. Ciamis, Didi Sukardi mengatakan, pengembangan kawasan agropolitan
peternakan sudah berjalan dengan baik. Ia melihat pabrik pakan sudah berjalan serta
menyerap tenaga kerja dalam jumlah ratusan orang.
Hanya, Didi masih prihatin untuk dukungan dana dari APBD Ciamis, sangat minim. Pada
tahun ini, hanya Rp 1,2 miliar, padahal visi dan misi Ciamis dalam agrobisnis. (A-97)***

Berkhas

18

Volume VI Maret 2008

Jurnal Nasional

Senin, 10 Maret 2008

Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta | Senin, 10 Mar 2008

Pe r be da a n H u k u m Ja di M a sa la h Bu r u h M igr a n
by : Fransiskus Saverius Herdiman

WENI (33 tahun) hanya bisa meradang mengeluarkan uneg-unegnya. Ia belum bisa bekerja
karena pinggangnya masih terasa keram akibat terjatuh dari lantai tiga di rumah majikannya
di Arab Saudi. Luka-luka memar akibat cambukan telah sembuh. Tapi bukan untuk luka
hatinya. Kini, ia dalam masa penyembuhan di Rumah Sakit Polri Jakarta. Untung ada donatur
yang membiayai pengobatannya.
Weni adalah buruh migran perempuan (BMP) asal Karawang, Jawa Barat. Dua tahun lalu ia
berangkat ke Arab Saudi. Ia harus pindah-pindah karena tidak tahan dengan perilaku sang
majikan. Ia akhirnya menjadi korban perkosaan majikannya, Muhammad Syeb.
Weni hamil. Pengakuan sang majikan ternyata membuat ibu dua anak ini harus berurusan
dengan pengadilan. Istri Dedi (32) ini dituduh berbuat zina. Ia divonis penjara satu tahun dan
hukuman cambuk 200 kali.
"Saya yang diperkosa tapi malah harus mendapat hukuman penjara dan cambuk," ujar Weni
bingung.
Impiannya dua tahun lalu untuk menjadi buruh migran yang sukses kandas. Weni malah
terpaksa pulang sambil menggendong anak hasil perkosaan majikan. "Pulangnya malah jadi
penyakit," ujarnya ringkas.
Jul ((29) merupakan korban lain. Buruh migran perempuan asal Cirebon ini kini sedang
menjalani hukuman 10 tahun penjara di Penjara Al-Malash, Riyadh dan 1000 kali hukuman
cambuk. Ia divonis demikian gara-gara dituduh melakukan sihir ketika mengumpulkan
rambutnya serta memberi jamu pengobatan untuk sang majikan.
Weni dan Jul adalah contoh buruh migran yang dihukum karena tidak mengetahui perbedaan
hukum dan budaya Indonesia dan Arab Saudi.
Ketua Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan Salma Safitri Rahayaan
mengatakan, dari segi hukum dan budaya, Indonesia dan Arab Saudi mengalami perbedaan
cukup besar. Hukum Arab Saudi tidak mengenal perkosaan seperti dalam KUHP di
Indonesia. Yang dikenal dalam hukum Arab Saudi adalah perbuatan zina.
"Korban pemerkosaan dalam KUHP di Indonesia dilindungi, tapi di Arab Saudi justru korban
dihukum penjara dan cambuk dengan tuduhan zina," ujar Salma.
Meski secara sosiologis Indonesia menerima ilmu sihir, tapi KUHP tidak mengenal hukum
sihir (guna-guna). Sedangkan Arab Saudi mengenal hukum sihir. Seseorang yang
mengumpulkan rambut atau kuku -yang lazim dilakukan oleh perempuan Indonesia ketika
menstruasi- dapat dikenakan pasal perbuatan sihir.
Data Solidaritas Perempuan mengungkapkan, setiap bulan sekitar 120-an buruh migran
perempuan Indonesia dicambuk karena dituduh melakukan zina dan sihir. Hampir semua
buruh yang dipenjara dan dicambut tidak mengetahui perbedaan hukum yang diterapkan di
Arab Saudi. Ironisnya, kata Salma, perbedaan hukum dan budaya hukum tidak
diinformasikan kepada buruh sebelum berangkat.
"Situasi ini menunjukkan kegagalan pemerintah dalam memberikan informasi dan
pemahaman tentang hukum dan budaya Arab Saudi kepada calon BMP sebelum berangkat,"
ujarnya.

Berkhas

19

Volume VI Maret 2008

Jurnal Nasional

Senin, 10 Maret 2008

Kepala Divisi Bantuan Hukum Solidaritas Perempuan Asma'ul Khusnaeny mengatakan,
selain perkosaan dan tuduhan sihir, ada beberapa permasalahan lain yang dialami buruh
migran. Yakni, gaji tidak dibayar, hilang kontrak, trafficking, penganiayaan dan kontrak habis.
Karena itu, Asma'ul mendesak Pendidikan Balai Latihan Kerja dan Perusahaan Jasa Tenaga
Kerja Indonesia (PJTKI) melakukan penyuluhan seputar perbedaan hukum dan budaya
Indonesia dan negara tujuan (Arab Saudi). "Selama ini yang mendapat penekanan hanya skill
dan kemampuan bahasa. Sedangkan perbedaan hukum dan kebudayaan tidak pernah
diinformasikan."
Aksi Simpatik
Arab Saudi merupakan salah satu negara tujuan terbesar buruh migran Indonesia. Data
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menunjukkan, hingga pertengahan 2007 jumlah
buruh migran Indonesia di Arab Saudi mencapai 980 ribu orang. Sedangkan data Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menyebutkan,
pada Januari-Agustus 2007 jumlah TKI yang ditempatkan di Arab Saudi 186.715 orang, di
antaranya 171.796 (92 persen) perempuan.
Ketidaktahuan buruh migran perempuan tentang perbedaan hukum dan budaya kedua
negara banyak menyeret mereka ke penjara dan hukuman cambuk.
Karena itulah, bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional (International Women's Day)
pada 8 Maret, komunitas Solidaritas Perempuan melakukan aksi di Terminal Kampung
Rambutan, Jakarta Timur.
Menurut Salma, aksi simpatik itu untuk menyosialisasikan perbedaan sistem hukum dan
budaya Arab Saudi kepada masyarakat luas sebagai upaya meningkatkan perlindungan
buruh migran perempuan.
"Kami juga mendesak pemerintah Indonesia memperbaiki sistem dan mengawasi proses
pemberian informasi dan pemahaman tentang hukum dan budaya Arab Saudi kepada calon
buruh migran," ujar Salma.
Aksi simpatik itu dilakukan dengan penyebaran brosur dan penempelan stiker pada
kendaraan umum. Very Herdiman

Berkhas

20

Volume VI Maret 2008

Suara Pembaruan

Senin, 10 Maret 2008

RPP Pe sa n gon Be r pot e n si M a n du l

[JAKARTA] Rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang pesangon berpotensi mandul
karena tidak adanya sanksi pidana bagi pengusaha yang tidak membayar iuran. Pengusaha
yang tidak membayar iuran hanya dikenai sanksi administratif.
"Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) yang mempunyai sanksi pidana saja diabaikan
banyak pengusaha," kata Ketua Umum Konfedeasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia
(KSBSI), Rekson Silaban di Jakarta, di sela-sela diskusi RPP Pesangon, pekan lalu.
Dikatakan, KSBSI mengusulkan agar besaran iuran pesangon tidak dipatok tiga persen,
melainkan ditetapkan minimal tiga persen. Sementara besaran iuran riilnya sebaiknya
diserahkan kepada mekanisme perundingan bipartite, antara pekerja dan pengusaha, dan
hasil kesepakatannya dituangkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Selain itu, perusahaan yang selama ini telah mencadangkan delapan persen, tidak sertamerta bisa menurunkan dana cadangan pesangon menjadi hanya tiga persen. "RPP itu
hendaknya tidak perlu membatasi pertanggungan yang hanya lima kali pendapatan tidak
kena pajak (PTKP) yang saat ini ditetapkan Rp 1,1 juta," katanya.
Mereka yang bergaji lebih dari lima PTKP, setara Rp 5,5 juta, jumlahnya tidak lebih dari dua
persen dari seluruh pekerja. "Mengapa tidak disamakan saja,'' tambahnya. Padahal, merekamereka itu berpotensi menimbulkan gelombang unjuk rasa karena posisinya sebagai manajer
bisa saja dimanfaatkan untuk menggerakkan buruhnya turun ke jalan.
Sementara itu, Dirjen Hubungan Industrial Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Myra
Hanartani mengatakan, peraturan pemerintah (PP) tidak memungkinkan pemberian sanksi
hingga sanksi pidana, melainkan hanya sebatas sanksi administratif saja. Namun, pihaknya
menilai, terbuka peluang ditangani secara pidana bila terjadi hal-hal yang mengandung unsur
pidana, sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Tentang pembatasan PTKP, Myra mengemukakan, mayoritas buruh di Indonesia, sekitar 98
persen, bergaji dibawah lima PTKP sehingga pemerintah lebih memberikan perlindungan
kepada yang mayoritas itu. Sementara, mereka yang bergaji lebih dari lima PTKP, tetap
mendapat pesangon sesuai UU Ketenagakerjaan, yaitu sebagian dibayar penyelenggara
dana kompensasi pesangon, dan kekurangannya tetap harus dibayar oleh pengusaha,
sehingga menjadi setara dengan ketentuan UU Ketenagakerjaan.
Pada diskusi RPP Pesangon, Ketua Dana Pensiun Lembaga Keuangan, Stan Tanner menilai
RPP pesangon sangat menguntungkan pekerja karena mencantumkan pencadangan dana
pesangon dari pengusaha sebesar tiga persen, meskipun jumlahnya tidak sesuai dengan
pesangon penuh sebagaimana diatur UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
"Kalau mau meng-cover penuh, pesangon 32 kali gaji, dana iuran cadangan pesangonnya
seharusnya di atas delapan persen,'' katanya. [L-7]

Berkhas

21

Volume VI Maret 2008

Bisnis Indonesia

Selasa, 11 Maret 2008

Sist e m gr e e n - ca r d h a m ba t pe k e r j a lok a l
JAKARTA: Ditjen Imigrasi pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Depkumham)
menilai sistem green-card tidak tepat untuk diterapkan di Indonesia karena dapat menggerus
kesempatan tenaga kerja lokal untuk bekerja di negeri sendiri.
Green-card merupakan status visa seseorang di mana orang tersebut diizinkan tinggal untuk
jangka waktu yang tidak terbatas di suatu negara walaupun tidak memiliki status
kewarganegaraan negara tersebut.
Dengan status ini, warga negara asing (WNA) yang bekerja di dalam negeri memiliki
beberapa hak yang sama seperti warga lokal tanpa kontrol keimigrasian dan boleh bekerja
tanpa batasan waktu.
"Green-card belum tepat karena bila pemerintah mengeluarkan sistem tersebut, akan
membahayakan tenaga kerja lokal, daya saing tenaga kerja kita masih kurang, apalagi
tingkat pengangguran di negeri kita juga masih tinggi sekali," kata Soepriatna Anwar,
Kasubdit Alih Status Keimigrasian Ditjen Imigrasi kepada Bisnis, belum lama ini.
Menurut dia, sistem seperti itu hanya tepat untuk negara yang membutuhkan banyak
pasokan tenaga kerja asing tanpa membedakan level jabatannya, misalnya, di Amerika
Serikat, Australia, Eropa, dan Singapura.
Pemerintah, lanjut Soepriatna, harus fokus pada upaya membenahi perluasan akses dan
kompetensi tenaga kerja lokal terhadap kebutuhan dunia kerja saat ini terlebih dahulu,
sehingga tingkat pengangguran nantinya dapat berkurang.
Keimigrasian
Untuk pembenahan tenaga kerja asing, pemerintah cukup menerapkan regulasi keimigrasian
yang telah ada saat ini dengan sistem izin tinggal menetap. Dalam sistem ini,