Perburuhan-Januari 2008

VOLUME VI JANUARI 2008

PERBURUHAN

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari
berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal
penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka
saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situssitus suratkabar, majalah, serta situs berita lainnya.
Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas
diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap
penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.
Untuk memperluas area distribusi, Berkhas diterbitkan melalui 2 (dua) macam media
yaitu media cetakan (hardcopy) serta media online berupa pdf file yang dapat diakses
melalui situs web Akatiga (www.akatiga.or.id).

Da ft a r I si

Banyak Pekerja Belum Mendapat Perlindungan --------------------------------------------------

1


Gaji Buruh PT MJCG belum Dibayar -----------------------------------------------------------------

2

25 Perusahaan Minta Penangguhan Pelaksanaan UMK ---------------------------------------

3

2007 Pengangguran Turun 1,5 juta -------------------------------------------------------------------

4

Upah Layak 2008 Masih Buram ------------------------------------------------------------------------

6

Menakertrans: Masih Banyak TKI Ilegal -------------------------------------------------------------

7


Pengangguran Tetap Ancaman ------------------------------------------------------------------------

8

Pengusaha tolak penetapan UMK Batam ----------------------------------------------------------- 10
Maju Mundur RPP Pesangon, Kuncinya Transparansi ------------------------------------------ 11
'Izin TKI mandiri agar ditinjau'--------------------------------------------------------------------------- 13
Bahagia Meski Berstatus Buruh Kontrak ------------------------------------------------------------ 15
Investasi Kurangi Pengangguran di Pangkalpinang ---------------------------------------------- 17
Abdul Latif, Ketua Serikat Pekerja PT Jamsostek Jamsostek Perlu Bersinergi----------- 18
Buruh Menganggur Nelayan Sulit Lakukan Usaha Sampingan ------------------------------- 19
UMP Sumut Tidak Layak --------------------------------------------------------------------------------- 21
76 Persen Kasus Buruh Migran Jember Menguap ----------------------------------------------- 23
Besar, Peluang TKI Konstruksi Bekerja di Luar Negeri ------------------------------------------ 24
Malaysia Tolak Upah Minimum TKI ------------------------------------------------------------------- 25
Proses Hukum TKI Masih Berbelit --------------------------------------------------------------------- 26
86 BLK TKI Dilarang Beroperasi ----------------------------------------------------------------------- 28
SBY ke Malaysia Bahas TKI ---------------------------------------------------------------------------- 29
Mayoritas Buruh Perkebunan di Cilacap Buta Aksara ------------------------------------------- 31

Jaga Martabat TKI di Negeri Tetangga--------------------------------------------------------------- 32
TKI Asal Lampung Tewas di Hongkong-------------------------------------------------------------- 35
Negara Asal Buruh Migran Perlu Kerja Sama ------------------------------------------------------ 36
Pemerintah Diminta Evaluasi Soal Penempatan Buruh Migran Indonesia ----------------- 38
Ikhtiar Menghapus Buruh Anak------------------------------------------------------------------------- 39
3.000 Buruh Mogok Kerja -------------------------------------------------------------------------------- 41
86 BLK TKI di Indonesia Tidak Memenuhi Syarat ------------------------------------------------ 42
Perbaiki Pembelaan TKI---------------------------------------------------------------------------------- 43
Presiden Minta Finalisasi RPP Jaminan Kompensasi PHK ------------------------------------ 44
Manajemen Abaikan Kesejahteraan Karyawan---------------------------------------------------- 45

Buruh Migran Masih Dipinggirkan --------------------------------------------------------------------- 47
Mogok Massal, Buruh Tuntut Kenaikan Upah ------------------------------------------------------ 49
Tinjau Ulang Konsorsium Asuransi TKI -------------------------------------------------------------- 50
1.500 TKI perhotelan segera ke Jepang ------------------------------------------------------------- 51
Malaysia Pangkas Jumlah Pekerja Asing ----------------------------------------------------------- 52
Pekerja Terancam Menganggur------------------------------------------------------------------------ 53
Bubarkan Konsorsium Asuransi TKI ------------------------------------------------------------------ 55
Buruh Pabrik Pelastik Tuntut Pembayaran Upah ------------------------------------------------- 56
Pemulangan TKI Baru Wacana ------------------------------------------------------------------------ 57

Buruh Nelayan Kurangi Konsumsi Pangan --------------------------------------------------------- 59
9 Perusahaan Tak Sanggup Menggaji Sesuai UMK Malang----------------------------------- 61
Buruh Berteriak, "Outsourcing" Marak---------------------------------------------------------------- 62
Kontributor, "Penyumbang" Tanpa Kepastian ------------------------------------------------------ 65
155 TKI Ilegal Asal Jatim Dipulangkan --------------------------------------------------------------- 68
Terminal TKI dipindah ke Selapajang ---------------------------------------------------------------- 69
200 Ribu Rumah Pekerja Segera Dibangun -------------------------------------------------------- 70
Pengiriman TKI informal berlanjut --------------------------------------------------------------------- 71
Penganggur Absolut 70 Persen Kaum Pria --------------------------------------------------------- 72
Guru Sukwan Tuntut Honor di Atas UMK------------------------------------------------------------ 73
Pemerintah minta bukti pelanggaran asuransi TKI ----------------------------------------------- 74
Buruh Gelar Demo Desak Kantor Pajak Batalkan Lelang -------------------------------------- 75
Ribuan Karyawan Kepung Istana Tolak Hasil RUPS PLN karena Dinilai Melecehkan
Konstitusi ----------------------------------------------------------------------------------------------------- 76
Karyawan Demo, Listrik Jawa-Bali Tidak Padam ------------------------------------------------- 78

Pikiran Rakyat

Rabu, 02 Januari 2008


Ba ny a k Pe k e r j a Be lum M e nda pa t Pe r lindunga n

JAKARTA, (PR).Hak pekerja untuk mendapatkan jaminan sosial (social security) hingga saat ini masih sangat
memprihatinkan. Padahal, Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengategorikan hal itu
sebagai hak asasi pekerja.
"Kesadaran atas pemenuhan hak-hak pekerja bukan hanya perlu di kalangan pekerja, tetapi
juga eksekutif perusahaan, termasuk BUMN," ungkap Agus Supriyadi, Kepala Kanwil III
Jamsostek DKI Jakarta, akhir pekan lalu.
Peraturan perundangan mewajibkan perusahaan mengikutsertakan pekerjanya dalam
program Jamsostek jika mampu membayar total upah Rp 1 juta per bulan atau
mempekerjakan minimal 10 orang. Artinya, jika suatu perusahaan membayar gaji untuk dua
orang saja, wajib menjadi peserta Jamsostek.
"Kenyataannya, hanya 21.000 perusahaan dengan sekitar 2 juta tenaga kerja yang aktif
membayar iuran," ujarnya.
Padahal, saat ini pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 76/2007 tentang
Perubahan Kelima atas PP No.14/1993 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek,
menaikkan kualitas santunan bagi pekerja menjadi anggota program tersebut. Peraturan
Pemerintah No. 76/2007 ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10
Desember 2007.
Dalam PP itu, terdapat kenaikan jumlah santunan seperti santunan Jaminan Kematian (JK)

bagi janda/duda/anak pekerja yang sebelumnya Rp 6 juta naik menjadi Rp 10 juta dan biaya
pemakaman sebesar Rp 1,5 juta naik menjadi Rp 2 juta.
Santunan kematian karena kecelakaan kerja (JKK) juga naik dari 60 persen dikalikan 70
bulan upah menjadi 60 persen dikalikan 80 bulan upah, sedangkan biaya pemakaman dari
Rp 1,5 juta menjadi Rp 2 juta.
Bagi pekerja yang upahnya dilaporkan sebagian oleh perusahaan, maka akan tetap
mengalami kerugian. Misalnya jika perusahaan hanya melaporkan upahnya Rp 1 juta dari
upah yang sebenarnya Rp 2 juta, ahli waris pekerja hanya akan mendapat santunan 60
persen dikalikan Rp 1 juta dikalikan 80 bulan. (A-78)***

Berkhas

1

Volume VI Januari 2008

Republika

Rabu, 02 Januari 2008


Ga j i Bur u h PT M JCG be lum D iba y a r

SUKABUMI -- Nasib buruk menimpa sekitar 800 buruh PT Megah Jaya Citra Garmindo,
(MJCG) Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. Para buruh ini, sejak November
2007 hingga awal 2008 ini, belum menerima pembayaran gaji. Total jumlah gaji yang belum
terbayarkan mencapai Rp 1,2 miliar.
Total gaji itu untuk November dan sepekan di Desember 2007. Pihak perusahaan mengaku
tidak mempunyai uang sepeser pun untuk membayar gaji para pegawainya itu. Akibatnya,
pada Senin (31/12) lalu, ratusan buruh itu mendemo perusahaannya. Mereka menutut
perusahaan segera membayar gaji bulan November dan Desember serta uang lembur dan
cuti.
''Kami meminta pihak kepolisian mengamankan pemilik perusahaan, Mr Son, sampai gaji
seluruh karyawanya dibayarkan,'' ungkap salah seorang buruh, Aam Aminah (38 tahun).
Menurut Aam, gejala ketidakmampuan perusahaan membayar gaji karyawan sudah terlihat
sejak Lebaran lalu.
Kata dia, para buruh sudah sering melakukan aksi menuntut pembayaran gaji. ''Perjuangan
tersebut belum berhasil karena pihak perusahaan selalu mengingkari janjinya,' kata dia
menandaskan. Dicontohkan Aam, pihak perusahaan menjanjikan akan membayar gaji pada
31 Desember 2007, namun janji itu tak ditepati.
Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN) PT MJCG, Nani Susilawati mengatakan, perwakilan

buruh yang dibantu DPC SPN Kabupaten Sukabumi, pada Senin (31/12) lalu sudah
mengadakan pertemuan dengan pemilik perusahaan. ''Dari hasil pertemuan terungkap,
perusahaan tak mampu lagi membayar gaji karyawan,'' ujar dia.
Karena itu, pihaknya mengajukan opsi agar kepolisian mengamankan pemilik perusahaan
sebelum membayar gaji. Hal itu, kata Nani, dilakukan karena janji pihak perusahaan
melakukan pembayaran dengan menunggu adanya order, tidak dilengkapi bukti yang kuat.
''Pihak perusahaan menawarkan pembayaran menunggu adanya order tanggal 15 Januari
2008 mendatang dengan pengalihan kepemilikan kepada yang baru,'' ungkap Nani. Tawaran
tersebut, imbuh dia, sangat tidak rasional mengingat pengalaman kebohongan yang
dilakukan perusahaan sebelumnya.
Pemilik perusahaan, Mr Son, mengaku hingga kini belum mempunyai uang untuk membayar
gaji sebanyak 800 karyawan. Namun pihaknya akan berjanji untuk berusaha membayarnya
secara bertahap. Selain itu, kata Son, pihak perusahaan juga akan menjual sejumlah asetnya
untuk dapat membayar gaji karyawan. rig
()

Berkhas

2


Volume VI Januari 2008

Suara Pembaruan

Rabu, 02 Januari 2008

2 5 Pe r usa ha a n M int a Pe na ngguha n Pe la k sa na a n
UM K

[SEMARANG] Sebanyak 25 perusahaan mengajukan penangguhan pelaksanaan Upah
Minimum Kabupaten/Kota (UMK) 2008. Alasan mereka meminta penangguhan UMK karena
tidak mampu menanggung beban biaya yang lebih besar. Perusahaan tersebut bergerak di
bidang garmen, SPBU, perkayuan dan industri logam.
"Perusahaan ini berada di Kabupaten Sragen, Kota Solo, Kabupaten Kendal, Kabupaten
Pekalongan, dan Kabupaten Jepara," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Disnakertrans) Provinsi Jateng Eddie Djoko Pramono, di Semarang, Senin (31/12).
Meski telah menerima surat pengajuan penangguhan, Disnakertrans tidak langsung
menerima penangguhan tersebut. Pihaknya akan mengecek neraca perusahaan, berapa
besar keuntungan, juga pengeluaran perusahaan tersebut. Bagi perusahaan yang
mengajukan penangguhan pelaksanaan UMK harus menunjukkan laba perusahaan selama

dua tahun terakhir.
"Jika dari neraca itu ternyata perusahaan masih untung, otomatis penangguhan UMK itu tidak
akan disetujui," katanya.
Perusahaan juga diminta melampirkan surat kesepakatan dengan serikat pekerja soal
penangguhan pelaksanaan UMK. Kesepakatan dengan serikat pekerja merupakan syarat
utama yang harus dilampirkan dalam surat permohonan pengajuan penangguhan
pelaksanaan UMK.
Perusahaan-perusahaan yang telah mengajukan permohonan penangguhan pelaksanaan
UMK 2008, tambahnya, telah memenuhi syarat, tinggal menunggu dipanggil dan
dikonfirmasi. Setelah itu diputuskan boleh menangguhkan pelaksanaan UMK atau tidak. [142]

Berkhas

3

Volume VI Januari 2008

Jurnal Nasional

Kamis, 03 Januari 2008


2 0 0 7 Pe nga nggur a n Tur un 1 ,5 j ut a

Jakarta | Kamis, 03 Jan 2008
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) mengklaim telah berhasil
menurunkan angka pengangguran sebanyak 1,2 juta hingga 1,5 juta orang. Hal tersebut
mengemuka dalam acara evaluasi kinerja sepanjang 2007 oleh Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Menakertrans) Erman Soeparno di Jakarta, kemarin (2/1).
"Tahun ini data resmi BPS belum keluar, tapi hingga akhir semester satu kemarin sudah
turun 450 ribu," kata Menakertrans pada pers.
Hal tersebut dipertegas kembali oleh target Erman Soeparno yang akan mematok 1,5 juta
lagi penurunan angka pengangguran di tahun 2008.
Menurutnya, jumlah pengangguran di Tanah Air pada 2007 sampai awal 2008 turun antara
1,2 juta sampai 1,5 juta orang.
Walau angka tersebut diakui Erman masih jauh dari harapan namun dikatakannya hal
tersebut sebagai konsekuensi dari beberapa faktor yang saling terkait. "Di antaranya
pertumbuhan ekonomi yang terus stabil di angka 6,3 persen," ujarnya.
Belum lagi ditambah beberapa keberhasilan Depnakertrans meningkatkan penempatan TKI
di luar negeri dan keberhasilan memperluas dan memperbaiki lulusan Balai Latihan Kerja
(BLK).
Erman memperinci, khusus di bidang penempatan tenaga kerja di luar negeri, dirinya berhasil
memfasilitasi perluasan kesempatan kerja sekaligus peningkatan kompetensi. "Peningkatan
skill TKI meningkat 32 persen dan tahun depan harus bisa meningkat lagi sebesar 40
persen," kata Menteri asal Partai Kebangkitan Bangsa itu.
Erman juga bergtekad akan mengurangi TKI nonformal hingga 10 juta orang. Artinya, 10 juta
TKI tersebut akan dijadikan tenaga kerja di sektor-sektor formal. Sebelumnya, di tahun 2007
TKI nonformal mencapai 23 orang.
Hal lain sebagai faktor penekan angka pengangguran menurut Erman berasal dari
pelakasanan secara terpadu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), crash
program, padat karya dan Usaha Kecil dan Menengah. Sebagai informasi, pemerintah
menganggarkan angka Rp62 triliun untuk implementasi PNPM tahun 2008.
Sedangkan pada tahun 2007, program yang dimotori Kementerian Menkokesra itu
menggelontorkan dana tak kurang sebesar Rp52 triliun. Depnakertrans sendiri kebagian
Rp1,1 triliun pada 2007 dan Rp1,2 triliun pada 2008 ini. Selain itu Program Aksi Gerakan
Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP) juga turut menurunkan angka
pengangguran.
Transmigrasi
Di bidang Trnasmigrasi, Erman mengatakan departemen yang dipimpinnya hanya bisa
memindahkan penduduk sebanyak 10.250 KK dari target 207.603 KK. Hal tersebut
dikarenakan faktor pengutamaan kualitas ketimbang kuantitas. "Kami menomorsatukan
kualitas dan kelayakan lahan yang akan ditempati," katanya berkelit.

Berkhas

4

Volume VI Januari 2008

Jrnal Nasional

Kamis, 03 Januari 2008

Pada kenyataannya banyak lahan untuk para keluarga calon transmigran yang kurang layak
olah. Ditambah lagi dengan adanya program transmigrasi lokal. Total dikatakan
Menakertrans sebanyak 51 ribu jiwa telah tergarap termasuk efek ikutan yang mampu keluar
dari angka kemiskinan dari program transmigrasi ini.
Paradigma baru dibidang transmigrasi, dikatakan Menakertrans, mengedepankan ketahanan
pangan, mendukung alternatif energi baru, pemerataan pembangunan otonomi daerah dan
investasi. n
Box
Jumlah Pengangguran (data BPS)
Tahun 2005, 11,3 juta
Tahun 2006, 10,55 juta
Semester I Tahun 2007, 10,1 juta
Prediksi 2007, 9,33 juta
Target 2008, 8 juta
Penempatan TKI ke Luar Negeri dan Remitansi
Tahun 2004, 380.690 jiwa, remitansi US$1,9 miliar
Tahun 2005, 474.218 jiwa, remitansi US$2,93 miliar
Tahun 2006, 611.836 jiwa, remitansi US$3,42 miliar
Tahun 2007, 644.190 jiwa, remitansi US$4,85 miliar
Tahun 2008, 1juta (target Renstra)
Timur Arif Riyadi

Berkhas

5

Volume VI Januari 2008

Republika

Kamis, 03 Januari 2008

Upa h La y a k 2 0 0 8 M a sih Bur a m

JAKARTA -- Proyeksi ketenagakerjaan 2008 ditandai dengan ketidakpastian. Salah satunya,
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno, mengaku belum
bisa menjanjikan pemberian upah sesuai kebutuhan hidup layak (KHL) bagi pekerja pada
penentuan upah tahun ini.
Alasan Erman, pihaknya masih mempertimbangkan kondisi perusahaan saat ini. ''Masih
banyak perusahaan yang marjinal (pas-pasan, red). Jadi kalau kita tetapkan KHL, mereka
nanti tidak bisa bayar. Percuma juga kan?'' kata Erman, dalam jumpa pers awal tahun, di
Jakarta, Rabu (2/1). Dikatakannya, dari 184.000 perusahaan yang terdaftar, 86 persen di
antaranya masih terkategorikan marjinal.
Secara nasional, terjadi peningkatan tipis upah pekerja. Rata-rata upah pekerja tahun 2007
sebesar Rp 672.480 per bulan (87,85 persen dari KHL), sedangkan upah 2008 sebesar Rp
732.743 (88,86 persen). Provinsi yang memberikan upah sesuai KHL pada 2008 baru tiga
provinsi, yakni Sumatera Utara (Sumut) Rp 822.205 (105,01 persen), Kalimantan Selatan
(Kalsel) Rp 825 ribu (104 persen), dan Sulawesi Tenggara (Sultra) Rp 700 ribu (109,38
persen). zam
Satu Korban Nomad Ditemukan Anak Kecil
BANDA ACEH --- Jasad Komandan Lapangan Udara TNI Angkatan Laut (Dan Lanudal)
Sabang, Mayor Suwito salah seorang korban pesawat intai maritim Nomad P833 yang
dievakuasi Rabu (2/1) ditemukan oleh Heri. Dia adalah seorang bocah laki-laki berusia tujuh
tahun, yang saat itu tengah bermain di pinggir pantai Sumur Tiga, Kecamatan Suka Jaya,
Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
''Heri awalnya tidak menyangka jika yang terapung itu jasad dari seorang korban pesawat
Nomad. Temuan itu langsung dilaporkan kepada warga setempat,'' kata seorang warga
Sabang, Adnan Hasyim, yang mengaku ikut melakukan pencarian korban. Almarhum Suwito
kemudian diterbangkan ke Medan, Sumatera Utara, untuk dikebumikan.
Pesawat milik TNI Al yang berawak tujuh (enam TNI AL dan seorang PNS) tersebut jatuh
setelah lepas landas (take-off) dari Bandara Maimun Saleh, Sabang, pada Ahad, 30
Desember 2007, sekitar pukul 11.00 WIB . Empat personil ditemukan setelah beberapa saat
pesawat jatuh, dua di antaranya meninggal dunia dan dua dalam kondisi kritis. Dengan
ditemukan satu jenazah kemarin, maka dua personil TNI AL hingga kini masih dinyatakan
hilang.
Dua awak yang hingga kini belum diketahui nasibnya itu yakni Lettu Eri Syambudi (pilot),
Letda Aris Supitoyo (kopilot). Sementara dua korban selamat dan dirawat di rumah sakit TNI
AL Mintohardjo, Jakarta, masing-masing Agus Riadi dan Serka Agustono. Sementara korban
tewas yang ditemukan pada hari pertama musibah itu adalah Triadi (PNS pada Lanudal
Sabang) dan Serma F Yudi.
Sedangkan upaya pencarian terhadap sisa korban yang belum ditemukan serta bangkai
pesawat Nomad terus dilakukan dengan melibatkan tim SAR TNI AL dari Jakarta, PT Arun
Lhokseumawe dan Kota Banda Aceh serta sejumlah nelayan setempat. ant
()

Berkhas

6

Volume VI Januari 2008

Jurnal Nasional

Jumat, 04 Januari 2008

M e na k e r t r a ns: M a sih Ba ny a k TKI I le ga l
Jakarta | Jum'at, 04 Jan 2008
Hingga akhir Desember 2007 lalu, sebanyak 70 ribu TKI yang bekerja di Malaysia masih
belum mengurus dokumen legal ketenagakerjaan. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Menakertrans) Erman Soeparno mengimbau masyarakat Indonesia yang masih belum
mengurus pemutihan agar segera proaktif mendatangi instansi terkait.
“Dari 1,2 juta TKI, 800 ribu-nya masih ilegal termasuk yang overstay, mereka inilah yang
masuk dalam program pemutihan,” kata Menakertrans di Jakarta, Rabu (2/1).
Disebutkan sepanjang 2007 dari 800 ribu TKI ilegal ternyata masih ada 70 ribu TKI yang
belum terjaring program pemutihan.
Pemutihan, dilakukan Menakertrans setelah muncul adanya wacana perubahan UU Tenaga
Kerja Asing di Malaysia. Hal itu termasuk masalah rencana deportasi tenaga kerja asing oleh
negeri Jiran itu. Pengurusan masalah administrasi untuk pemutihan TKI ilegal di Malaysia
tersebut dapat dilakukan di KBRI Indonesia yang ada di Malaysia. Hal tersebut bertujuan
menghemat waktu dan biaya apabila pengurusan dokumen-dokumen berada di Indonesia.
Kendati begitu Menteri yang politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu, memberi persyaratan
pemutihan bagi TKI. Syaratnya tidak melakukan tindakan kriminal, dan tidak ada catatan
kriminal. Sehingga visa izin bekerja bisa dilengkapi administrasinya. “Tetapi untuk yang
melakukan tindak kriminal, misalnya terlibat kasus narkoba, tentu harus menghormati hukum
yang berlaku di sana,” katanya. n
Timur Arif Riyadi

Berkhas

7

Volume VI Januari 2008

Suara Pembaruan

Jumat, 04 Januari 2008

Pe nga nggur a n Te t a p Anca m a n
Badan Pusat Statistik (BPS) awal tahun ini mengumumkan jumlah pengangguran di
Indonesia per Agustus 2007 sebanyak 10,01 juta orang. Jumlah itu berkurang 536.780 orang
dibanding dengan pengangguran yang dicatat berdasarkan survei angkatan kerja nasional
sebelumnya pada Februari 2007. Bila dibanding dengan setahun sebelumnya, atau Agustus
2006, berkurang 920.860 orang.
Sementara itu, jumlah angkatan kerja per Agustus 2007 sebanyak 109,94 juta orang atau
bertambah 1,81 juta orang dibanding dengan Februari 2006, dan juga bertambah 3,55 juta
orang dibanding Agustus 2006. Dengan demikian, jumlah penduduk yang bekerja per
Agustus 2007 mencapai 99,93 juta orang, bertambah 2,35 juta orang dibanding dengan
Februari 2007, dan juga bertambah 4,47 juta orang dibanding Agustus 2006.
Paparan BPS tersebut merupakan prestasi pemerintah, yang mampu mengurangi jumlah
pengangguran. Tentu saja data tersebut menjadi klaim resmi pemerintah, dalam hal ini
pemerintahan Yudhoyono-Kalla, menyangkut hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai
selama lebih dari tiga tahun masa pengabdiannya.
Kita menyadari ada dua persoalan penting di sektor ekonomi yang selalu membayangi derap
langkah pembangunan nasional. Kedua persoalan itu adalah pengangguran dan kemiskinan.
Keduanya saling bertalian, karena pengangguran merupakan pintu masuk ke lembah
kemiskinan. Sebaliknya, bekerja adalah gerbang emas menuju kesejahteraan.
Mengingat BPS satu-satunya lembaga survei statistik resmi tentu kita berharap angka-angka
itu dapat dipertanggungjawabkan. Sebab, data BPS menjadi dasar pertimbangan pemerintah
dalam merumuskan kebijakan pembangunan di segala bidang.
Meski demikian, patut kita mencermati berkurangnya jumlah pengangguran nasional dan
kaitannya dengan lesunya pertumbuhan sektor riil, terutama industri, sebagaimana yang
kerap dikeluhkan kalangan pengusaha. Kita menyadari, sektor andalan yang banyak
menyerap tenaga kerja adalah industri. Oleh karena itu, sektor ini sangat didorong untuk
dapat meningkatkan angka investasi.
Banyak ekonom memperkirakan data pengangguran terbaru yang dilansir BPS tidak
bergeser dari yang dilansir Februari tahun lalu, sebanyak 10,55 juta orang. Dasar analisisnya
adalah lesunya sektor industri. Oleh karena itu, ekonom menuding kalaupun jumlah
pengangguran berkurang penyerapannya pasti di sektor informal.
Kita tidak ingin masuk pada perdebatan angka yang dilansir BPS dan analisis para ekonom,
tetapi lebih menekankan perlunya pemerintah waspada bahwa berkurangnya angka
pengangguran masih cukup rawan. Sebab, kenyataan menunjukkan, sektor industri yang
hanya tumbuh 6,3 persen, dari target 7,9 persen, sebenarnya belum cukup mantap untuk
menopang penyerapan tenaga kerja.
Dengan demikian, kita perlu mengingatkan pemerintah untuk memacu pertumbuhan sektor
riil, khususnya industri, yang merupakan mesin utama penggerak roda perekonomian.
Pemerintah harus segera mengubah haluan agar pertumbuhan ekonomi tak terus-menerus
ditopang sektor keuangan dan konsumsi, yang kurang memberikan sumbangsih nyata pada
perbaikan kondisi ekonomi seluruh masyarakat.

Berkhas

8

Volume VI Januari 2008

Suara Pembaruan

Jumat, 04 Januari 2008

Pemerintah juga perlu menyadari pengangguran masih menjadi musuh laten yang sewaktuwaktu dapat meledak bila tidak didukung oleh percepatan perputaran mesin-mesin industri.
Ibarat mata rantai, bertumbuhnya sektor riil akan berdampak pada peningkatan produktivitas
nasional, yang pada gilirannya akan memacu pertumbuhan konsumsi. Konsumsi yang terus
bertumbuh akan meningkatkan kapasitas sektor riil (industri), yang berarti bakal menyerap
lebih banyak tenaga kerja. Itulah kondisi ekonomi yang ideal guna menyelesaikan persoalan
pengangguran dan kemiskinan.

Berkhas

9

Volume VI Januari 2008

Bisnis I ndonesia

Sabtu, 05 Januari 2008

Pe ngusa ha t ola k pe ne t a pa n UM K Ba t a m

BATAM: Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Kepulauan Riau Batam (kepri)
berniat melakukan perlawanan hukum atas terbitnya SK Gubernur Kepri No. 398 Tahun 2007
tentang Penetapan UMK Kota Batam Tahun 2008 sebesar Rp960.000.
Besaran upah tahun ini naik 11,6% atau sebesar Rp100.000 dibandingkan dengan upah
pada 2007 sebesar Rp860.000 dan menjadikan UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota)
Batam tertinggi di Asia.
Abdullah Gosse, pengurus Apindo Kepri, menilai penetapan itu memberatkan pengusaha dan
tidak mendukung perbaikan iklim usaha yang sehat di kawasan perdagangan bebas.
"Tidak ada jalan lain kecuali melakukan perlawanan hukum melalui Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN), biar pengadilan yang mencabut SK Gubernur Kepri itu," ujarnya kepada
Bisnis, Kamis lalu.
Dalam pembahasan tripartit yang digelar secara maraton selama November-Desember 2007,
pengusaha tetap bertahan pada posisi Rp872.000 atau naik Rp12.000 dibandingkan upah
sebelumnya.
Akan tetapi, pekerja juga ngotot untuk mempertahankan nilai upah sebesar 95% dari
kebutuhan hidup layak (KHL) atau sekitar Rp1,15 juta.
Di tengah tarik menarik usulan ini, Pemerintah Kota Batam mencoba mengambil jalan tengah dengan menetapkan secara sepihak UMK Batam 2008 menjadi Rp960.000 dan
didukung oleh Gubernur Kepri melalui SK 398.
"Penetapan ini sama saja dengan penindasan terhadap dunia usaha, karena terbukti selama
ini pelaksanaan pembayaran UMK hanya mampu direalisasikan oleh 20% pengusaha,"
papar Gosse.
Menurut dia, pengusaha bukannya tidak menginginkan kenaikan upah, tapi besarannya
harus disesuaikan dengan kemampuan perusahaan.
Tertinggi di Asia
Gosse menegaskan upah minimum Batam termasuk yang paling tinggi dibandingkan dengan
upah di kota lainnya di Asia. "Ironisnya ini tidak dimaklumi oleh pemerintah daerah sebagai
komponen tripartit."
Berdasarkan hasil kajian Timnas KEK ketika mempersiapkan konsep kawasan perdagangan
bebas di Batam-Bintan-Karimun, angka besaran upah Batam jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan kota-kota tujuan investasi di China dan Vietnam.
Kedua negara ini menjadi tolok ukur karena memiliki karakteristik yang sama dengan Batam.
Pertumbuhan UMK Kota Batam dari 2003-2007 dari Rp555.000 jadi Rp860.000, meningkat
55% atau rata-rata per tahun meningkat 11 %.
Oleh Suyono Saputra
Bisnis Indonesia

Berkhas

10

Volume VI Januari 2008

Suara Pembaruan

Senin, 07 Jauari 2008

M a j u M undur RPP Pe sa ngon, Kunciny a Tr a nspa r a nsi

Mengatasnamakan hasil road show ke sejumlah negara asing, Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, ketika itu dijabat Fahmi Idris, melempar isu yang menggelisahkan para pekerja,
yaitu revisi UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
Ada sejumlah pasal yang disasar, tetapi pada akhirnya menimbulkan gelombang protes di
kalangan buruh. Mereka menggelaa aksi turun ke jalan untuk mengekspresikan
penolakannya terhadap revisi UU tersebut, terutama menyangkut besaran pesangon yang
dikotak-katik pemerintah.
Buruh menolak keras pembatasan besaran gaji maksimal yang berhak menerima pesangon.
Kala itu, pemerintah mengusulkan buruh yang berhak menerima pesangon hanya buruh
bergaji maksimal lima kali pendapatan tidak kena pajak, atau sekitar Rp 5,5 juta.
Dalam sejumlah pertemuan dengan wartawan, Fahmi mengemukakan, investor enggan
masuk ke Indonesia karena dibayang-bayangi kewajiban membayar pesangon terlalu tinggi.
Satu hal yang disorotnya adalah pekerja level tinggi dengan gaji besar, terutama mereka
yang bergaji puluhan, bahkan ratusan juta.
Sementara para pekerja punya argumen kuat, bahwa masalah ketenagakerjaan bukan faktor
utama seretnya arus investasi asing.
Ketika terjadi reshuffle kabinet, Erman Suparno ditunjuk menggantikan Fahmi Idris, revisi UU
13/2003 pun stagnan. Waktu perlahan berlalu, Erman Suparno kembali menggulirkan isu
revisi pesangon dengan melibatkan pengusaha dan pekerja.
Untuk meyakinkan para pekerja, Erman melempar data puluhan ribu pekerja yang tidak
mendapat pesangon setelah diputus hubungan kerja oleh pengusaha. Dia juga berkilah, lebih
baik mendapat pesangon lebih kecil, tetapi terjamin kepastiannya, daripada pesangon besar,
tetapi tidak terjamin pembayarannya.
Rahasia
Alasan itu cukup logis, namun kerahasiaan draf revisi membuat kalangan buruh menaruh
curiga. Sebegitu rahasianya draf itu, pembahasan diinternal Depnakertranspun hanya melalui
layar LCD, dan pembahasnya tidak mendapatkan copy draf yang dibahas.
Sumber SP di lingkungan Depnakertrans juga mengungkapkan kerahasiaan draf pesangon
yang dijaga ketat. Bahkan, tukang ketik draf revisi itu disumpah untuk tidak menyebarluaskan
isi draf revisi pasal pesangon.
Pemerintah beralasan, isu setengah matang dari draf revisi hanya akan menimbulkan
kesalahpahaman, dan berdampak pada gejolak unjuk rasa buruh.
Menjelang akhir tahun lalu, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengemukakan, draf
RPP Pesangon sudah di tangan Presiden, dan tinggal menunggu ditandatangani saja. Tetapi,
draf itu tak kunjung ditandatangani hingga awal tahun 2008. Sepertinya, pemerintah raguragu untuk melepas RPP Pesangon karena takut mengundang reaksi negatif dan
membuahkan unjuk rasa buruh.
Fakta menunjukkan, setiap ada isu RPP segera disahkan Presiden, sesegera mungkin
disusul unjuk rasa buruh untuk menolak.

Berkhas

11

Volume VI Januari 2008

Suara Pembaruan

Senin, 07 Januari 2008

Kondisi itu sempat membuat Menteri Erman merasa heran dengan sikap sejumlah serikat
pekerja yang menolak rencana penerbitan RPP Pesangon, karena RPP itu bertujuan
melindungi pekerja. Faktanya, dari beberapa isu yang disiarkan Depnakertrans, memang ada
pasal yang layak mengundang perdebatan, di antaranya pembatasan jumlah pesangon.
Para pimpinan serikat buruh mendapat kabar, ada pembatasan maksimal gaji pekerja, lima
kali pendapatan tidak kena pajak, atau setara Rp 5,5 juta. Mereka itulah yang berhak
menerima pesangon. Tetapi, pemerintah menganggapnya sebagai kekeliruan, karena gaji
maksimal yang dimaksudkan RPP adalah untuk perlindungan minimal dasar pemberian
pesangon oleh lembaga yang akan ditunjuk pemerintah. Sementara, kekurangan pesangon
akibat kepemilikan gaji di atas batas maksimal akan tetap menjadi tanggungan pengusaha.
Kalau kenyataannya terjadi distorsi semacam itu, tentu saja Menteri Erman Suparno layak
pusing dan heran. Tetapi, ketidaktransparanan tentang materi RPP pesangon yang
diciptakan pemerintah, justru mengundang distorsi lebih tajam.
Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan sosialisasi RPP yang sudah matang dan tinggal
ditandatangani Presiden itu kepada kalangan serikat buruh dan serikat pekerja. Sosialisasi
tidak cukup hanya dengan menyampaikan hal-hal mendasar, tetapi harus jauh lebih
transparan, yaitu dengan membagikan draf final RPP, yang dinyatakan sudah berada di
tangan Presiden.
Bila hal itu tidak dilakukan, Presiden akan tetap ragu menandatanganinya, karena khawatir
memicu gejolak unjuk rasa buruh secara besar-besaran lagi. Hal itu, selain mengganggu iklim
investasi yang sudah kian kondusif, juga akan mengganggu performa Presiden menjelang
Pemilu. [SP/Budi Laksono]

Berkhas

12

Volume VI Januari 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 08 Januari 2008

'I z in TKI m a ndir i a ga r dit inj a u'

JAKARTA: Pemerintah diminta merevisi kebijakan pemberian izin bagi TKI perorangan
karena sering disalahgunakan oleh para calo yang mengaku sebagai TKI perorangan atau
TKI mandiri.
Himsataki (Himpunan Pengusaha Swasta Penempatan TKI) juga meminta pemerintah segera
melakukan revisi UU No. 39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI guna mengurai
keruwetan penanganan TKI.
"Pemberian izin TKI perorangan atau mandiri harus ditinjau kembali atau dibenahi aturannya.
Ini tidak adil karena perusahaan liar atau calo tidak berbadan hukum, tidak punya pegawai
dan tidak wajib memiliki jaminan deposito Rp500 juta beroperasi seperti layaknya PPTKIS
resmi," ungkap Yunus M. Yamani, Ketua Himsataki, kemarin.
Aturan itu mendesak direvisi karena tercatat lebih dari 50 perusahaan liar yang beroperasi
sebagai TKI perorangan. Pemerintah, imbuhnya, harus tegas menetapkan aturan main soal
batasan dan ketentuan TKI perorangan.
Yunus juga menyarankan agar Ditjen Binapenta (Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja)
Depnakertrans mengambil alih pengelolaan Sisko TKLN (Sistem Komunikasi Tenaga Kerja
Luar Negeri) dari perusahaan swasta karena memang menjadi kewajiban pemerintah. Dia
menilai penggunaan Sisko TKLN dan Kartu TKLN tumpang tindih serta mengakibatkan
kecurigaan PPTKIS dengan pemerintah.
Menurut dia, tindakan tegas dan upaya terobosan harus ditempuh pemerintah pada 2008 ini
agar kondisi penempatan dan perlindungan lebih baik dibandingkan 2007. Dia menilai
penempatan dan perlindungan TKI pada 2007 lebih jelek dibandingkan dengan 2006.
"Pemerintah harus berani segera merevisi UU No.39/2004 tentang penempatan dan
perlindungan TKI agar tidak bertentangan dengan UU lainnya. Depnakertrans harus
mengambil inisiatif revisi dengan melibatkan asosiasi PPTKIS sehingga tidak menimbulkan
kontroversi."
Dia menilai BNP2TKI yang semula diharapkan membenahi benang kusut persoalan TKI
justru menimbulkan dualisme dan tarik menarik kepentingan dengan Depnakertrans.
Berkaitan dengan itu, dia meminta pemerintah merevisi Inpres No. 81/2006 tentang
kewajiban dan hak BNP2TKI sehingga tidak terjadi tarik menarik kepentingan dengan
Depnakertrans yang berpegang pada Undang-Undang No. 39/2004.
Selanjutnya Depnakertrans menindaklanjuti dengan surat keputusan tentang hak, wewenang
para pembantunya, seperti Dirjen Binapenta maupun Direktur atau Eselon II lainnya.
Himsataki menilai pengawasan kinerja BNP2TKI oleh Ditjen Binapenta perlu dilakukan agar
badan itu tidak kehilangan arah dan punya kepentingan tertentu menjalankan program
penempatan TKI.
Perdagangan manusia
Kepala BNP2TKI M. Jumhur Hidayat sependapat dengan keluhan PPTKIS soal
penyalahgunaan pemberian izin TKI perorangan itu. Pola direct recruitment pekerja informal
warga Indonesia oleh perusahaan asing yang bekerja sama dengan pihak tertentu dengan
dalih TKI perorangan itu menyalahi UU dan menjalankan praktik perdagangan manusia.

Berkhas

13

Volume VI Januari 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 08 Januari 2008

Dia menjelaskan rekrutmen langsung tersebut seolah kesadaran sendiri tetapi sebenarnya
diorganisir oleh oknum calo TKI bekerjasama dengan perusahaan asing. Bahkan,
sambungnya, mereka menjalankan modus trafficking kemudian memberikan visa kerja di luar
negeri.
"BNP2TKI bekerjasama sama dengan aparat keamanan telah ratusan kali menangkap pelaku
di daerah. Jika memang terbukti langsung ditangkap. Tetapi kalau sekadar indikasi tanpa
bukti sudah dilakukan tindakan tegas."
Jumhur tidak sependapat selama ini terjadi tarik menarik kepentingan antara BNP2TKI dan
Depnakertrans seperti kesan umum selama ini. "Kami tidak sependapat dengan itu. Selama
ini BNP2TKI bekerja sesuai UU dan tugas pokok fungsinya." (bambang.supriyanto@bisnis.
co.id)
Oleh Bambang Supriyanto
Bisnis Indonesia

Berkhas

14

Volume VI Januari 2008

Jurnal Nasional

Selasa, 08 Januari 2008

Ba ha gia M e sk i Be r st a t us Bur uh Kont r a k
Takalar | Selasa, 08 Jan 2008
TANAH memiliki hubungan yang abadi dengan manusia, khususnya bagi buruh tani yang
menitipkan asa bekerja di lahan perkebunan. Separuh umur mereka habiskan di lahan,
bermain dengan tanah, menanam tebu hingga memetik hasilnya beberapa bulan kemudian
dan dijual untuk bekal hidup bersama keluarga.
Pemandangan serupa dapat dijumpai di perkebunan tebu rakyat yang berlokasi di kabupaten
Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Hari masih pagi, jarum jam menunjukkan pukul sepuluh
pagi. Baru dua jam, Daeng Sappe (37) menggarap lahan. Namun, cahaya matahari yang
telah naik sanggup menembus setiap jengkal lahan perkebunan sehingga membakar kulitnya
yang berwarna coklat.
Beralas sendal jepit, Daeng Sappe kemudian berjalan mengambil ember berisi air ke tengah
lahan perkebunan. Sesekali ia mengusap peluh di keningnya dengan sebuah handuk putih
yang melingkar di leher. Dengan tangkas kedua tangannya menyiram ratusan bibit pohon
tebu yang telah diatur rapi dengan jarak 12 centimeter memenuhi delapan hektare areal
tanah milik majikannya.
Lima tahun sudah, ayah empat orang anak ini, melakoni aktivitas sebagai pekerja kebun.
Petani yang bermukim di kelurahan Galesong Takalar ini, mengaku tetap memelihara kebun
jagung yang dikelola istri dan anaknya di dekat kediamannya. Namun, kesempatan untuk
menjadi pekerja kebun yang di kontrak selama enam bulan, selalu disambut penuh suka cita.
Daeng Sappe menuturkan pukul delapan pagi, ia dan rekan-rekannya telah berada di areal
kebun. Rutinitas tersebut dilakukan hingga pukul empat sore hari. Sebagian penduduk di
kabupaten Takalar memilih menjadi buruh tani lepas sambil mengelola perkebunan jagung
atau sayur sendiri.
Kebutuhan hidup menuntut mereka untuk tetap mencari penghasilan agar asap dapur
keluarga tetap mengepul. Rumah-rumah mereka berjarak sekitar 500 meter dari lahan
perkebunan. Rumah-rumah sederhana berdinding kayu dilapisi lantai semen dihiasi
kehangatan dan canda tawa keluarga tercinta. Kehidupan buruh tani, begitu bersahaja.
Mereka makan seadanya, dengan mengandalkan hasil kebun pada musim panen. Separuh
hari di habiskan untuk menanam dan menjaga tebu hingga tumbuh bermanfaat.
Bukan hanya Daeng Sappe seorang pada areal perkebunan, melemparkan pandangan mata
pada seluruh areal kebun, nampak sekitar 19 orang pekerja kebun lainnya terlibat kegiatan
serupa. Tangan lincah mereka aktif menyiram, memberi pupuk, mengusir hama tebu,
mencabut rumput hingga menjaga pohon tebu besar dan tumbuh hingga siap di panen.
mereka terus mememlihara dengan sangat berhati-hati, menjaga kualitas tebu dengan baik.
Sebab, tebu mentah ini nantinya akan dijual kemudian diolah di Pabrik Gula (PG) Takalar,
milik PTPN XIV.
Lima tahun sudah, ayah empat orang anak ini, melakoni aktivitas sebagai pekerja kebun.
Petani yang bermukim di kelurahan Galesong Takalar ini, mengaku memiliki kebun jagung
yang dikelola istri dan anaknya di dekat pemukimannya. Namun, melihat kesempatan untuk
menjadi pekerja kebun yang di kontrak selama enam bulan, ia pun menyambut penuh suka
cita.
Daeng Sappe mengaku, pukul delapan pagi, ia dan rekan-rekannya sudah harus berada di
areal kebun. Rutinitas tersebut dilakukan hingga pukul empat sore hari. Semangat pekerja
kebun terus menyala seiring dengan ayunan cangkul yang dilayangkan pada lahan-lahan
tandus yang akan digarap untuk menambah batang-batang tebu.

Berkhas

15

Volume VI Januari 2008

Jurnal Nasional

Selasa, 08 Januari 2008

Ketika jarum jama menunjukkan pukul 11.30, Daeng Sappe kemudian meregangkan
tubuhnya di tanah. menghiru nafas untuk istirahat sejenak. waktu tersisa satu jam berikut
digunakan menikmati bekal makan siang yang di bawa dari rumah. Atau sesekali anak-anak
kecil mereka yang baru pulang sekolah, dengan baju lusuh tanpa alas kaki menaiki sepeda
untuk mengantar bekal makan siang.
Daeng Sappe mengunyahbekal siangnya, sambil bercerita bahwa pekerjaan ini sangat
dinikmati dancukup memberi penghasilan tambahan buat biaya sekolah anaknya yang sudah
duduk di bangku SMA di Takalar. Sebagai pekerja lepas, mereka cukup mendapat upah
harian sebesar Rp15 ribu rupiah. "Kita dapat upah Rp15 ribu setiap hari, cukup untuk
menambah biaya sekolah anak," kata Daeng Sappe.
Setiap pekerja lepas dikontrak selama enam bulan.Bilamasa panen tiba dan hasil kebun
terbaik akan diangkut, mobi-mobil truk berukuran besarpun siap mengangkut tebu ke pabrik
gula. Meski bekerja dilahan kebun, kata Daeng Sappe, kedisiplinan bekerja hadir tepat pada
waktunya tetap dijaga. Sebab mereka akan diabsen setiap hari oleh mandor ( penjaga) yang
hadir setiap hari.
Sang Mandor, Patoe Arya (30) kepada Jurnal Nasional menuturkan PG Takalar, memberikan
mata pencaharian bagi ratusan warga Takalar untuk bekerja di ladang tebu. Pria lajang yang
berdomisili di kota Makassar , setiap hari melaju dengan sepeda motornya selama 45 menit
menuju kabupaten Takalar untuk memantau langsung hasil tanam pekerja kebun.
Ia mengungkapkan baru tahun 2004, lahan perkebunan tebu rakyat dizinkan beroperasi oleh
PTPN XIV. Sebelumnya, yang beroperasi hanya lahan perkebunan yang diolah sendiri oleh
pabrik. Lahan tebu seluas delapan hektare miliknya, saat ini hanya mampu menghasilkan
500 kwintal gula pasir. Satu kwintal gula pasir ditawarkan pabrik senilai Rp520 ribu. Produk
gula pasir yang dihasilkan oleh PG Takalar juga disalurkan ke berbagai daerah dan dijual di
pasar tradisional.
Musdalifah Fachri

Berkhas

16

Volume VI Januari 2008

Jurnal Nasional

Selasa, 08 Januari 2008

Ek onom i M ik r o/ Se k t or Riil

I nv e st a si Kur a ngi Pe nga nggur a n di Pa ngk a lpina ng
Pangkalpinang | Selasa, 08 Jan 2008
Keterlibatan dan modal investor tahun 2008 dalam pembangunan di Kota Pangkalpinang,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sangat berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja
sehingga dapat menekan angka pengangguran.
"Saat ini tercatat 14 ribu orang pencari kerja di Pangkalpinang dan ditargetkan tahun 2008
sebanyak 4.000 orang pencari kerja akan dapat tertampung seiring banyaknya investor yang
ingin menanamkan modal mereka di Pangkalpinang," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota
Pangkalping, Erwin Romel, di Pangkalpinang, Senin (7/1).
Ia menjelaskan, investor yang menanamkan modal di Pangkalpinang antara lain akan
membangun hotel, pusat perbelanjaan, serta industri lainnya. Pemerintah Kota
Pangkalpinang terus berupaya menghapuskan pengangguran dengan menarik investor.
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Dinas Tenaga Kerja Pangkalpinang
setiap tahun selalu melakukan pelatihan-pelatihan untuk para pencari kerja dengan dana
APBD Kota.
"Jika SDM telah mampu dan profesional dengan pelatihan-pelatihan yang telah diberikan,
maka dalam dunia kerja diharapkan mereka mampu bersaing dan mendapat tempat dalam
melanjutkan kehidupan yang lebih baik," ujarnya seperti dikutip Antara.
Ia juga mengharapkan dukungan dari masyarakat luas sehingga proses investasi mereka itu
berjalan dengan lancar dan mudah tanpa ada penolakan.
Wahyudi Marhaen Pratopo ES.

Berkhas

17

Volume VI Januari 2008

Jurnal Nasional

Selasa, 08 Januari 2008

PROFI T

Abdul La t if, Ke t ua Se r ik a t Pe k e r j a PT Ja m sost e k
Ja m sost e k Pe r lu Be r sine r gi
Jakarta | Selasa, 08 Jan 2008
MINIMNYA kepesertaan menjadi masalah utama bagi PT Jamsostek. Memasuki usianya
yang ke-30 tahun, baru sekitar 35 juta orang yang pernah terdaftar sebagai peserta. Padahal,
total pekerja formal di Indonesia saat ini diperkirakan 30-35 juta orang, sedangkan pekerja
informal sekitar 65 juta.
Menurut Ketua Serikat Pekerja (SP) Jamsostek Abdul Latif, selama 30 tahun ini, Jamsostek
memang menarik kepesertaan dengan cara persuasi. "Jadi belum ada tindakan hukum nyata
bagi perusahaan yang tidak ikut Jamsostek atau melanggar ketentuan," katanya ketika
dihubungi Jurnal Nasional beberapa waktu lalu.
Padahal menurutnya, kepesertaan jaminan sosial ini bersifat wajib. Jadi itu melekat di dalam
penyelenggaraan jaminan sosial. "Ada salah satu sisi yang belum kita gunakan secara
maksimal, yaitu penegakan hukum," ujarnya
Anehnya, tutur dia, penegakan hukum itu tidak dimiliki Jamsostek sebagai badan
penyelenggara. Penegakan hukum ini justru dimiliki pegawai pengawas, yaitu Depnakertrans.
"Beberapa waktu lalu saya melihat statement yang bagus dari Menteri Tenaga Kerja yang
akan membentuk tim khusus untuk mengefektifkan penegakan hukum terhadap perusahaan
yang tidak taat mengikuti ketentuan Jamsostek. Itu langkah yang bagus. Keberhasilan
program jaminan sosial itu tergantung dari penegakan hukum. Ini yang selama itu belum
optimal," jelasnya.
Jika mengacu pada negara lain, seperti Malaysia yang kepesertaannya lebih tinggi daripada
kita, dalam waktu 6 bulan, pengusaha bisa langsung dicekal jika melanggar ketentuaan
jaminan sosial tenaga kerja. "Jadi ini bukan hal main-main. Hubungan dengan pihak
pengawas sudah dan harus terus dibangun," katanya.
Mengomentari Direksi Jamsostek saat ini jika dilihat dari kepesertaan, menurutnya sekarang
mengalir seperti air. Berjalan datar saja. "Memang target-target bisa tercapai, tapi belum ada
terobosan yang luar biasa," ujarnya.
Dia menyarankan, adanya sinergi antara Jamsostek, Depnakertrans dan Depdagri. "Kita buat
pelanggar Jamsostek disamakan dengan pelanggar pajak. Jadi bisa diseret ke meja hijau,"
ucapnya.
Dengan demikian, hal ini bisa memberikan efek jera bagi perusahaan yang tidak ikut
Jamsostek. Sedangkan sinergi dengan Depdagri, diharapkan bisa membuat setiap daerah
memiliki kesepakatan untuk ikut Jamsostek. Karena kebijakan otonomi daerah saat ini,
membuat para tenaga kerja berada di bawah kepala daerah. Kebijakan Depnaker pusat yang
tidak bisa berjalan dengan baik, diharapkan bisa terlaksana dengan sinergi dengan Depdagri.
Tussie Ayu Riekasapti

Berkhas

18

Volume VI Januari 2008

Kompas

Selasa, 08 Januari 2008

Bur uh M e nga nggur
N e la y a n Sulit La k uk a n Usa ha Sa m pinga n
Palembang Kompas - Ratusan buruh di Pelabuhan Boom Baru, Palembang, terpaksa
menganggur karena aktivitas bongkar muat barang relatif sepi. Sementara itu, sejumlah
nelayan di berbagai daerah kesulitan melakukan usaha sampingan pada saat cuaca di laut
buruk.
Dari pemantauan Kompas, Senin (7/1), hanya satu kapal besar yang sedang merapat di
Pelabuhan Boom Baru dan beberapa buruh terlihat duduk-duduk di pinggir gudang.
Pemandangan ini sangat jauh berbeda dengan beberapa pekan sebelumnya ketika
gelombang laut belum tinggi.
"Pelabuhan sangat sepi dua minggu terakhir karena kapal kecil yang biasanya membutuhkan
banyak buruh tidak masuk. Mereka khawatir berlayar ke Palembang karena tinggi gelombang
di laut mencapai tiga meter, akibatnya kami menganggur," ujar Nuryono (57), seorang buruh.
Menurut dia, terdapat lebih dari 10 mandor di Pelabuhan Boom Baru yang masing-masing
memiliki 20 orang buruh. Sebagian besar sudah dua minggu menganggur karena kapal yang
berani masuk ke Sungai Musi hanya kapal besar dengan muatan jumbo. Kapal tersebut
hanya menggunakan paling banyak delapan buruh karena memiliki peralatan mekanis.
"Seharusnya ada koperasi yang bisa membantu buruh pelabuhan jika mengalami kesulitan
seperti sekarang ini," ujar buruh pelabuhan, Romli.
Asap dapur
Begitu pula halnya dengan nelayan yang sulit melakukan usaha sampingan guna
mempertahankan asap dapur tetap mengepul. Mereka belum melaut karena takut dengan
gelombang tinggi dan cuaca buruk di laut.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Ulung Laksamana,
Senin, mengatakan, cuaca buruk membuat nelayan takut melaut.
"Bila hal ini berlarut-larut, dikhawatirkan nelayan akan frustrasi karena dalam waktu sekian
lama tidak melaut. Bagi mereka, keadaan itu tentu merupakan bencana," katanya.
Di Nusa Tenggara Timur, ribuan warga Kota Kupang masih terkurung di pulau lain. Mereka
yang merayakan Natal dan Tahun Baru di pulau-pulau lain di NTT sampai Senin (7/1) belum
kembali ke Kupang. Mereka terkurung di kampung akibat cuaca yang masih buruk.
Kapal penyeberangan sebagai andalan utama antarpulau, sejak 26 Desember 2007 hingga
saat ini belum beroperasi karena gelombang tinggi dan angin kencang masih terus
menghadang. Hanya sebagian kecil warga yang telah kembali ke Kupang menggunakan
pesawat terbang.
Kepala Dinas Perhubungan NTT Simon Uly di Kupang membenarkan kondisi ini yang
berulang kali terjadi setiap gelombang tinggi dan angin kencang.
Gelombang tinggi di pantai selatan Jawa, Minggu (6/1) sore, menyebabkan dua pengunjung
pantai terseret ombak di Pantai Logending, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah. Pada saat sama, tiga nelayan asal Cilacap ditemukan terapung-apung di sekitar
Pantai Cilacap.

Berkhas

19

Volume VI Januari 2008

Kompas

Selasa, 08 Januari 2008

Camat Ayah Tugiyono kemarin mengatakan, Minggu sore, dua siswa Pondok Pesantren AlIksan di Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Khaerul Anwar (18) dan Supriyanto (14), terseret
ombak.
Hingga
Senin,
baru
Supriyanto
yang
ditemukan
selamat.
(CHE/BOY/WAD/SEM/KOR/MDN)

Berkhas

20

Volume VI Januari 2008

Seputar I ndonesia

Selasa, 08 Januari 2008

UM P Sum ut Tida k La y a k

MEDAN(SINDO) – DPRD Sumut menilai besaran Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumut
tahun 2008 sebesar Rp822.205 tidak layak untuk memenuhi kebutuhan buruh per bulan.
DPRD berpendapat, besaran UMP yang layak tahun ini diperkirakan mencapai Rp- 950.000–
1.250.000 per bulan. ”Jelas-jelas UMP sebesar Rp822.205 itu tidak layak bagi buruh di
Sumut. Harusnya bisa lebih tinggi dari itu. Tapi masalahnya, UMP ini sudah ditandatangani
oleh Gubsu dan tidak bisa diubah lagi,” ujar Ketua Komisi E DPRD Sumut Rafriandi Nasution
kepada wartawan seusai bertemu dengan Dewan Pengupahan Daerah (Depeda) Provsu di
Gedung Dewan, kemarin.
Selain itu, besaran UMP Sumut dari tahun ke tahun juga dinilai belum layak bagi buruh di
Sumut. Sejak diberlakukannya UMP tahun 1999 lalu, besaran UMP yang diterima buruh tidak
sesuai dengan kebutuhan hidup yang l