PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUANSOSIAL (IPS) MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA SISWA KELAS V SDN 2 KEBAKALAN.

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini Indonesia menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan sumber daya manusia yang mampu bersaing di era globalisasi. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mewujudkan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, maka harus diupayakan pendidikan yang berkualitas pula. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003, Bab II pasal 3 yang berbunyi bahwa “pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Undang-undang Sisdiknas No. 20/2003 Bab I pasal 1 (1) berbunyi, “yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa serta negara”.


(2)

Secara teoritis hal ini dapat disebut dengan pembelajaran berpusat siswa yang diadopsi ke dalam sistem pendidikan nasional.

Definisi pendidikan di atas merupakan perwujudan perubahan mendasar dari pengajaran menjadi pembelajaran. Pengajaran secara istilah mewakili peranan guru yang dominan sebagai pengajar, sedangkan pembelajaran menunjukkan peranan siswa aktif sekaligus mengoreksi peranan dominan guru (Utomo Dananjaya, 2012: 25). Jadi dengan kata lain, pembelajaran aktif sesuai untuk mewujudkan tujuan dari pendidkan. Berdasarkan bunyi undang-undang di atas, tergambar jelas bahwa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan upaya perencanaan agar terwujud suasana belajar yang kondusif dan proses pembelajaran yang melibatkan siswa aktif, baik secara spiritual, mental, intelektual maupun fisik. Melalui proses pembelajaran, akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah agar siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu maka seorang pendidik harus mengupayakan suasana belajar yang memungkinkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar secara aktif, maka merekalah yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Peserta didik aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok materi pelajaran, memecahkan masalah, atau mengaplikasikan hal yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan di kehidupan nyata. Melalui belajar aktif peserta didik


(3)

diajak turut serta dalam proses pembelajaran, baik secara mental maupun fisik. Dengan cara ini diharapkan peserta didik akan merasakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan (Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu, 2002: xii-xiii).

Peran guru yang dominan dalam pembelajaran aktif adalah sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru berupaya mengoptimalkan penggunaan fasilitas sarana dan prasarana yang telah tersedia untuk menunjang proses pembelajaran di kelas. Sebagai motivator, maksudnya guru berperan memberikan motivasi pada siswa. Dalam hal ini guru hendaknya memperjelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sehingga minat siswa terhadap pembelajaran akan tumbuh. Selain itu hendaknya guru dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan pujian serta komentar yang wajar terhadap hasil kerja siswa.

Namun pada kenyataannya berdasarkan hasil observasi di kelas V SDN 2 Kebakalan, guru kebanyakan menggunakan ceramah dalam pembelajaran. Guru mengacu pada perolehan nilai akademis semata. Hal inilah yang membuat siswa merasa bosan di kelas, pembelajaran kurang menarik minat siswa yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar rendah. Guru seringkali melupakan bahwa perannya bukanlah hanya sebagai pengajar saja, melainkan juga sebagai pendidik, pembimbing, pengevaluasi, motivator, dan fasilitator.


(4)

Cara mengajar guru dengan metode ceramah/konvensional tersebut, mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Namun tak dapat dipungkiri jika bukan hanya cara mengajar guru yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa, melainkan ada beberapa faktor yang memicunya. Salah satunya yaitu, banyaknya materi pelajaran dibandingkan dengan alokasi pertemuan pembelajaran. Misalnya pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang banyak mengandung konsep abstrak, lebih memakan waktu lama agar siswa memahami konsep-konsep tersebut. Siswa sekolah dasar (SD) yang rata-rata berumur 7 sampai 11 tahun tergolong ke dalam tahap operasional konkret, dimana siswa akan lebih mudah menyelesaikan masalah yang konkret/nyata. Untuk itu diperlukan suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk mendengar, melihat, melakukan, bahkan menerapkan hal-hal yang baru saja dipelajari dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan kurikulum 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari pendidikan dasar SD/MI sampai menengah SMP/MTs. Mata pelajaran tersebut mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa disiapkan dan diarahkan agar mampu menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Kosasih (Etin Solihatin dan Raharjo, 2007:15) menyatakan bahwa, pendidikan IPS membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga


(5)

memahami lingkungan sosialnya. Untuk mencapai tujuan pendidikan IPS tersebut, terdapat permasalahan dalam strategi dan sarana pembelajaran IPS itu sendiri. Hal ini terjadi karena adanya kecenderungan pemahaman yang salah bahwa IPS adalah pelajaran yang cenderung pada hafalan dan masih menekankan aktivitas guru daripada siswa.

Masalah-masalah tersebut juga terjadi pada pembelajaran IPS di kelas V SD N 2 Kebakalan, Kec. Mandiraja, Kab. Banjarnegara. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas menunjukkan bahwa terdapat beberapa kendala yang ditemui dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa pada saat pembelajaran siswa cenderung pasif. Pada saat guru memberikan pertanyaan, hanya beberapa siswa yang berusaha menjawab. Siswa kurang memiliki rasa percaya diri, keberanian untuk menjawab pertanyaan karena takut jawabannya salah.

Dalam pembelajaran IPS di kelas V SD N 2 Kebakalan, guru lebih banyak menggunakan metode pembelajaran konvensional/ceramah dan meminta siswa mencatat materi yang guru tulis di papan tulis. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi kurang aktif karena hanya duduk, mendengar, dan mencatat. Selain itu, siswa juga lama-kelamaan bosan karena kurangnya aktivitas dalam pembelajaran. Padahal dengan penggunaan strategi, model, dan metode pembelajaran yang baru dan bervariatif, memungkinkan untuk dapat membangun kembali semangat dan aktivitas siswa sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan berkualitas.


(6)

Dalam wawancara dengan kepala sekolah, diketahui bahwa SDN 2 Kebakalan memiliki perangkat media LCD proyektor, laptop, dan CD pembelajaran berbagai mata pelajaran. Namun, dalam kegiatan pembelajaran belum menerapkan berbagai media tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya keterampilan guru dalam mengoperasikan perangkat media tersebut. Guru hanya sesekali menggunakan media pembelajaran, itupun bagi yang mau dan mampu membuat ataupun mengoperasikan media pembelajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran, diharapkan dalam diri siswa akan tumbuh ketertarikan dan minat untuk mengikuti pembelajaran.

Selain itu, hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS juga belum optimal. Hal tersebut didukung dengan data dari Ujian Tengah Semester (UTS) tertulis II, masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk mata pelajaran IPS yaitu 70. Data hasil belajar menunjukkan bahwa nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 81 dengan rata-rata kelas yaitu 59,50.

Tabel 1. Hasil Belajar IPS UTS II Kelas V SD N 2 Kebakalan Aspek Rata-rata

kelas

Tuntas Tidak Tuntas

Kriteria Ketuntasan

Minimal

Hasil Belajar 59,50 25%

(7 siswa)

75% (21 siswa)

70 (Sumber: Daftar nilai UTS II Kelas V SDN 2 Kebakalan Tahun 2013/2014)

Dari jumlah 28 siswa, 7 siswa (25%) mendapat nilai diatas KKM, sedangkan sisanya yaitu 21 siswa (75%) masih mendapatkan nilai di bawah KKM. Dengan melihat data hasil belajar dan proses pembelajaran dalam mata


(7)

pelajaran IPS tersebut, maka perlu diadakan peningkatan kualitas proses pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa diperlukan adanya upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPS di kelas V SD N 2 Kebakalan. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, guru harus berupaya menggunakan metode pembelajaran yang baru dan dibantu dengan penggunaan media pembelajaran agar siswa terdorong untuk aktif dalam pembelajaran. Peran guru sangat penting dalam upaya perbaikan kualitas pembelajaran, khususnya dari segi hasil belajar siswa sehingga diharapkan terciptanya suasana belajar yang kondusif serta tercapainya tujuan pembelajaran IPS itu sendiri. Berdasarkan diskusi bersama guru, bertolak dari akar penyebab masalah dan didasarkan pada kajian teori, maka didapatkan alternatif pemecahan masalah yaitu menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 2 Kebakalan.

Sebagai dasar penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) untuk meningkatkan hasil belajar IPS adalah pendapat Silberman mengenai paham belajar aktif, yaitu:

Yang saya dengar, saya lupa.

Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.

Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai paham.

Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan.

Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai. (Silberman, 2009: 1)


(8)

Salah satu faktor yang dapat yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak manusia sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan alat indera pendengaran mempunyai bebrapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Agar otak dapat memproses informasi dengan baik, maka akan sangat membantu jika terjadi proses refleksi secara internal. Jika siswa diajak berdiskusi, menjawab pertanyaan atau membuat pertanyaan, maka otak mereka akan bekerja lebih baik sehingga proses belajar pun dapat terjadi dengan baik pula (Hisyam Zaini, Bermawy M., dan Sekar Ayu, 2007: xiv-xv).

Alasan penggunaan tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge

sharing) itu sendiri adalah pernyataan Silberman (2010: 94) bahwa strategi

berbagi pengetahuan secara aktif adalah cara yang bagus untuk melibatkan peserta dengan segera ke dalam materi pelatihan. Cara ini juga dapat digunakan untuk menilai tingkatan peserta dan membantu pembentukan kelompok. Cara ini dapat digunakan untuk kelompok apapun dan dengan materi apapun. Jadi sesuai dengan kondisi siswa kelas V SD N 2 Kebakalan yang pasif dalam pembelajaran IPS.

Selain itu strategi ini juga cocok diterapkan dengan siswa kelas V SD yang tergolong pada masa kelas tinggi (Suryobroto dalam Syaiful Bachri, 2002: 90-91) dan berada pada tahap peralihan operasional konkret ke tahap operasional formal (Piaget dalam John W. Santrock, 2007: 50-57). Siswa kelas V SD juga senang membentuk kelompok bermain dan memiliki rasa ingin belajar meskipun telah menetapkan minat pada pelajaran tertentu. Dengan kata lain,


(9)

siswa kelas V SD telah mampu berfikir formal dengan bantuan dan bimbingan dari guru untuk dapat membuat kelompok belajar dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Penggunaan strategi ini tergantung bagaimana guru mengolah dan menyajikannya dalam pembelajaran serta disesuaikan dengan karakteristik siswa dan media pembelajaran yang mendukung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan identifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1. Adanya kecenderungan pemahaman yang salah bahwa IPS adalah pelajaran yang cenderung pada hafalan dan masih menekankan aktivitas guru.

2. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan belum digunakannya model atau metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa/berpusat pada aktivitas siswa.

3. Siswa lama-kelamaan terlihat bosan karena kurangnya aktivitas dalam pembelajaran.

4. Belum optimalnya penggunaan media pembelajaran (seperti laptop, CD pembelajaran dan LCD proyektor), padahal telah tersedia di sekolah.

5. Hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 2 Kebakalan belum optimal, yaitu dengan persesentase 75% (21 siswa) belum mencapai KKM 70.


(10)

C. Batasan Masalah

Setelah melihat beberapa masalah dalam identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 2 Kebakalan yang belum optimal.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaimana upaya peningkatan hasil belajar IPS melalui strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge

sharing) pada siswa kelas V SD N 2 Kebakalan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian adalah: Untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) pada siswa kelas V SD N 2 Kebakalan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan meningkatkan hasil belajar IPS pada khususnya. Secara rinci diharapkan penelitian ini memberi manfaat sebagai berikut:


(11)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian tentang peningkatan hasil belajar IPS melalui strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge

sharing), dapat memberikan referensi tentang pentingnya pendidikan bagi

anak. Penelitian ini juga dapat memberikan informasi tentang kelebihan yang dimiliki strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing jika digunakan dalam pembelajaran.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Dengan penerapan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing), siswa dapat menerima pengalaman belajar yang bervariasi dan terbiasa berpartisipasi secara aktif sehingga akan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

b. Bagi Guru

Dengan penerapan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing), guru dapat meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dalam mengajar serta dapat menciptakan kegiatan belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan.


(12)

BAB II KAJIAN TEORI A.Hasil Belajar IPS

1. Belajar

Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar maka responnya menurun. Sementara itu menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:7), belajar adalah tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh suatu yang ada di lingkungan sekitar.

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:13). Sementara itu Slameto (2003:2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperolah suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah


(13)

laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Hasil Belajar

Nana Sudjana (2005:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Sementara itu, Suharsimi Arikunto (2002:133) mendefinisikan hasil belajar sebagai hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat dari tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.

Menurut Oemar Hamalik (2008: 30), hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Hasil belajar akan tampak pada pada setiap perubahan pada aspek-aspek sebagai berikut: (1) pengetahuan, (2) pengertian, (3) kebiasaan, (4) keterampilan, (5) apresiasi, (6) emosional, (7) hubungan sosial, (8) jasmani, (9) budi pekerti dan, (10) sikap.


(14)

Merujuk pada pemikiran Gagne (Agus Suprijono, 2011:5), hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifiks.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. dan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Hasil belajar secara lebih ringkasnya adalah mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti kemampuan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006:26-27) mengemukakan bahwa terdapat enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:


(15)

a. Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya, mengurangi masalah menjadi bagian lebih kecil. e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Misalnya, kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk suatu pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Dari berbagai pendapat mengenai hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan sikap, mental, dan perilaku seseorang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat diukur melalui proses penilaian setelah melakukan kegiatan belajar.


(16)

3. Aktivitas Belajar Siswa

Syaful Bahri Djamarah (2002:38-45) menyatakan bahwa aktivitas belajar terdiri dari mendengarkan; memandang; meraba, membau, dan mencicipi; menulis; membaca; membuat ikhtisar dan menggarisbawahi; mengamati tabel, diagram dan bagan; menyusun kertas kerja; mengingat; berpikir; latihan atau praktek. Dierich (Oemar Hamalik, 2008:172) membagi aktivitas belajar dalam delapan kelompok, yaitu:

1) Aktivitas visual, komponen-komponennya: membaca, mengamati, mempelajari gambar.

2) Aktivitas lisan (oral), komponen-komponennya: mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, menghubungkan suatu kejadian dan diskusi

3) Aktivitas mendengarkan, komponen-komponennya: mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan penjelasan teman satu kelompok, mendengarkan penjelasan kelompok lain.

4) Aktivitas menulis, komponen komponennya: menulis laporan, mengerjakan tes, menulis rangkuman, mengisi angket

5) Aktivitas mental, komponen-komponennya: mengingatkan teman, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan kerjasama

6) Aktivitas emosional, komponen-komponennya: berani, fokus, minat. 7) Aktivitas menggambar, komponen-komponennya: menggambar,


(17)

8) Aktivitas matrik, komponen-komponennya: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model dan berkebun.

Sardiman A. M. (2006: 55) mengungkapkan bahwa aktivitas belajar siswa ada yang positif dan ada yang negatif. Aktivitas positif yang ditunjukkan siswa adalah aktivitas yang mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar seperti aktivitas bertanya, menjawab, diskusi, dan membantu teman yang mengalami kesulitan dalam proses belajar. Aktivitas negatif adalah aktivitas yang mengganggu pelaksanaan proses pembelajaran diantaranya, mengobrol sendiri, mengobrol dengan teman, keluar masuk ruang kelas tanpa alasan yang jelas, mengganggu teman yang sedang belajar, membuat kegaduhan di kelas, dan sebagainya. Aktivitas negatif yang ditunjukkan siswa, penyebabnya antara lain karena siswa kesulitan memahami materi pelajaran, suasana kelas yang kurang kondusif, serta guru yang kurang memperhatikan perbedaan individual siswa.

Tingkat penguasaan materi ajar dapat diprediksi oleh guru melalui aktivitas yang ditunjukkan siswa, sehingga dalam proses pembelajaran guru harus selalu berusaha membuat siswa aktif. Kualitas dan kuantitas keterlibatan siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan eksternal. Faktor internal meliputi fisik, motivasi belajar, kepentingan dalam aktivitas yang diberikan, kecerdasan, dan sebagainya. Faktor eksternal antara laian guru, materi pelajaran, media pembelajaran, alokasi waktu, fasilitas/sarana prasarana yang mendukung pembelajaran, dan


(18)

sebagainya. Guru memegang peranan penting untuk mendorong keterlibatan siswa. Keaktifan siswa pada dasarnya merupakan keterlibatan siswa secara langsung baik fisik, mental emosional dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran.

Aktivitas belajar siswa yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain:

1) Aktivitas visual, komponen-komponennya: membaca, mengamati, mempelajari gambar.

2) Aktivitas lisan (oral), komponen-komponennya: mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, menghubungkan suatu kejadian dan diskusi.

3) Aktivitas mendengarkan, komponen-komponennya: mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan penjelasan teman satu kelompok, mendengarkan penjelasan kelompok lain.

4) Aktivitas menulis, komponen komponennya: menulis laporan, mengerjakan tes, menulis rangkuman, mengisi angket.

5) Aktivitas mental, komponen-komponennya: mengingatkan teman, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan kerjasama

6) Aktivitas emosional, komponen-komponennya: berani, fokus, minat.

Aktivitas-aktivitas belajar di atas, dikaitakan dengan langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge


(19)

sharing) untuk kemudian disusun menjadi kisi-kisi lembar observasi

aktivitas siswa.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar adalah salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk. (2007:76-77), menyebutkan bahwa terdapat faktor-faktor yang memepengaruhi hasil belajar sebagai berikut:

a. faktor internal, merupakan faktor yang terdapat dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

b. faktor eksternal, merupakan faktor yang terdapat di luar diri individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Menurut Slameto (2003:54) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, secara umum pada garis besarnya meliputi faktor intern dan faktor ekstern yaitu:

1) Faktor intern

Dalam faktor ini dibahas 3 faktor yaitu: a) Faktor jasmaniah mencakup:

(1) Faktor kesehatan (2) Cacat tubuh

b) Faktor psikologis mencakup: (1) Intelegensi

(2) Perhatian (3) Minat (4) Bakat (5) Motivasi (6) Kematangan


(20)

(7) Kesiapan c) Faktor kelelahan 2) Faktor ekstern

Faktor ini dibagi menjadi 3 faktor, yaitu: a) Faktor keluarga mencakup:

(1) cara orang tua mendidik (2) relasi antar anggota keluarga (3) suasana rumah

(4) keadaan ekonomi keluarga (5) pengertian orang tua (6) latar belakang kebudayaan

b) Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah

c) Faktor masyarakat meliputi kegiatan dalam masyarakat, mass media, teman bermain, bentuk kehidupan bermasyarakat.

Menurut pendapat di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari faktor internal, yaitu faktor yang timbul dari dalam diri individu dan faktor eksternal, yaitu faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang sifatnya dari luar diri siswa. Sedangkan penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) merupakan faktor eksternal dari segi sekolah dan guru yang menggunakan strategi dan metode belajar. Penggunaan pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik atau meningkat.

5. Mata Pelajaran IPS

a. Pengertian Mata Pelajaran IPS

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan dari social studies. Dalam KTSP 2006, IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai


(21)

SMP/MTs/SMPLB. IPS mengakaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Sapriya (2009:19-20) menyebutkan bahwa istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah. IPS sebagai mata pelajaran di persekolahan pertama kali digunakan dalam kurikulum 1975. Sedangkan istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, bahkan berbagai isu dan masalah sosial. Materi IPS untuk sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmunya, karena lebih mementingkan dimensi pedagogik dan psikologis, serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat menyeluruh.

IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (Hidayati, 2002: 8), bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, politik, dan sebagainya. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial.

Sepaham dengan pendapat Saidiharjo, Trianto (2010:171) mengemukakan bahwa IPS merupakan intergrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,


(22)

politik,hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek cabang ilmu-ilmu sosial.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi yang bahannya diambilkan melalui seleksi dari humaniora, matematika, dan ilmu alam untuk mengembangkan warga negara yang baik.

b. Tujuan Mata Pelajaran IPS

Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah:

1) Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna.

2) Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.

3) Agar siswa dapat mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia (Hidayati, 2002: 16).

Gross (Etin Solihatin & Raharjo, 2007:14) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa


(23)

menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan untuk setiap persoalan yang dihadapinya. Sedangkan Etin Solihatin & Raharjo (2007:15) sendiri berpendapat bahwa pada dasarnya tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Sapriya (2009: 194), menyebutkan tujuan mata pelajaran IPS di SD sebagai berikut:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan diberikannya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa terhadap masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan masyarakat. Tujuan tersebut diharapkan


(24)

agar siswa mampu memecahkan masalah-masalah sosial lainnya sebagai bentuk pengembangan atas pengetahuan yang telah dipelajari, sehingga siswa mampu menghadapi tantangan kehidupan, baik di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang.

c. Ruang Lingkup IPS di Sekolah Dasar

Dalam KTSP 2006, ruang lingkup IPS meliputi aspek-aspek yaitu: 1) Manusia, tempat, dan lingkungan,

2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan, 3) Sistem sosial dan budaya, dan

4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Penelitian ini mengambil materi pelajaran IPS kelas V Semester II yaitu mengenai “mempertahankan kemerdekaan Indonesia”, yang berada pada ruang lingkup waktu, keberlanjutan dan perubahan. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), serta indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Standar Kompetensi: menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

2. Kompetensi Dasar: menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

3. Indikator:

a. Menceritakan peristiwa-peristiwa penting dalam rangka mempertahankan kemerdekaan.


(25)

b. Menceritakan agresi militer Belanda terhadap Indonesia. c. Menceritakan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda.

d. Menceritakan peranan beberapa tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

e. Memberikan contoh cara menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. (Sumber: Silabus Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester Genap SD N 2 Kebakalan).

6. Hasil Belajar IPS

Dari berbagai pendapat mengenai hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan sikap, mental, dan perilaku seseorang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat diukur melalui proses penilaian setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti kemampuan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

Selanjutnya, dari beberapa pendapat di atas mengenai IPS dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi yang bahannya


(26)

diambilkan melalui seleksi dari humaniora, matematika, dan ilmu alam untuk mengembangkan warga negara yang baik.

Kemudian mengenai tujuan pembelajaran IPS, dari berbagai uraian dapat disimpulkan bahwa tujuan diberikannya mata pelajaran IPS di SD adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa terhadap masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan masyarakat. Tujuan tersebut diharapkan agar siswa mampu memecahkan masalah-masalah sosial lainnya sebagai bentuk pengembangan atas pengetahuan yang telah dipelajari, sehingga siswa mampu menghadapi tantangan kehidupan, baik di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang.

Dengan demikian, hasil belajar IPS merupakan perubahan sikap, mental, dan perilaku siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat diukur melalui proses penilaian setelah melakukan kegiatan belajar IPS dengan cara mencari berbagai informasi sehingga siswa mampu mencapai hasil optimal dalam belajarnya serta diharapkan agar siswa mampu memecahkan masalah-masalah sosial sebagai bentuk pengembangan atas pengetahuan yang telah dipelajari, sehingga siswa mampu menghadapi tantangan kehidupan, baik di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang.

Dalam penelitian ini, hasil belajar IPS yang dimaksud adalah hasil optimal yang diperoleh siswa dalam aspek kognitif yaitu pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2) dengan materi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.


(27)

B.Strategi Pembelajaran Aktif di SD 4. Strategi Pembelajaran

Menurut Wina Sanjaya (2007: 123), istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sebelum seseorang yang berperan dalam mengatur strategi melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari segi kuantitas maupun kualitas; misalnya kemampuan tiap personal, jumlah dan kekuatan persenjataan, motivasi pasukan, dan sebagainya. Kemudian ia akan mencari tahu tentang kekuatan lawan, mengenai jumlah prajurit dan persenjataanya. Selanjutnya barulah menyusun tindakan, baik mengenai siasat perang, taktik dan teknik perang, maupun waktu yang pas untuk melakukan penyerangan, dan lain sebagainya. Dengan demikian, dalam menyusun strategi hendaknya mempertimbangkan berbagai faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar.

J. R. David (Wina Sanjaya, 2007: 124) mengemukakan bahwa strategi adalah a plan, method, or series of activities designed to achieves a

particular eduacational goal. Dengan kata lain strategi pembelajaran dapat

diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sanjaya (2007: 124) mengemukakan bahwa ada dua hal yang perlu dicermati dari pengertian strategi pembelajaran, akan dijabarkan sebagai berikut:


(28)

a. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Berarti penyusunan strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan.

b. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfataan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan untuk pencapaian tujuan. Oleh karena itu, sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya sebab tujuan adalah roh dalam implementasi suatu strategi.

Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Strategi pembelajaran dapat pula disebut sebagai cara yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar tertentu. Jadi, strategi pembelajaran berkenaan dengan bagaimana (the how) menyampaikan isi pelajaran atau memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Trianto, 2010: 180).

Berdasarkan beberapa pandangan mengenai strategi pembelajaran, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran adalah


(29)

serangkaian cara yang sistematis untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

5. Strategi Pembelajaran Aktif

Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak manusia. Sebagian besar manusia belajar dengan mengandalkan indera pendengaran yang mempunyai beberapa kelemahan, padahal seharusnya hasil belajar disimpan sampai waktu yang lama.

Pembelajaran aktif sebenarnya telah ada sejak masa sebelum masehi, yaitu lebih dari 2400 tahun yang lalu. Hal ini sesuai dengan kata mutiara yang disampaikan oleh seorang filosof asal Cina, Konfusius yaitu:

Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya lihat, saya ingat Apa yang saya lakukan, saya paham.

Pernyataan tersebut kemudian dimodifikasi oleh Silberman yang disebutnya sebagai paham belajar aktif, yaitu:

What I hear, I forget.

What I hear and see, I remember a little.

What I hear, see, and ask question about or discus with someone else, I began to understand.

What I hear, see, discus, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master.

Yang saya dengar, saya lupa.

Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.

Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai paham.

Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan.


(30)

Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai. (Silberman, 2009: 1)

Undang-undang Sisdiknas No. 20/2003 Bab I pasal 1 (1) berbunyi, “yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya sendiri”. Inilah secara teoritis disebut pembelajaran berpusat siswa yang diadopsi ke dalam sistem pendidikan nasional. Definisi tersebut merupakan perwujudan perubahan mendasar dari pengajaran menjadi pembelajaran. Pengajaran secara istilah mewakili peranan guru yang dominan sebagai pengajar, sedangkan pembelajaran menunjukkan peranan siswa aktif sekaligus mengoreksi peranan dominan guru (Utomo Dananjaya, 2012: 25). Jadi dengan kata lain, pembelajaran aktif sesuai untuk mewujudkan tujuan dari pendidkan.

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif (Hisyam Zaini, Bermawy, dan Sekar Ayu, 2008: xiv). Hal ini senada dengan pendapat Rusman (2011: 324) yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.

Peran guru yang dominan dalam pembelajaran aktif adalah sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator artinya guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam proses


(31)

pembelajaran. Sebagai motivator, maksudnya guru berperan memberikan motivasi pada siswa, dalam hal ini guru hendaknya memperjelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sehingga minat siswa terhadap pembelajaran akan tumbuh. Selain itu hendaknya guru dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan pujian serta komentar yang wajar terhadap hasil kerja siswa.

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu (2008: xiv) menyatakan bahwa ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Melalui pembelajaran aktif, peserta didik ikut serta dalam semua proses pembelajaran, baik itu melibatkan fisik, mental maupun sosial peserta didik. Dengan demikian maka peserta didik akan merasakan suasana yang menyenangkan dan bermakna sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan.

Pertimbangan lain untuk menggunakan strategi pembelajaran aktif adalah realita bahwa siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Inilah yang disebut dengan gaya belajar (learning style). Untuk membantu siswa belajar dengan maksimal, maka kesenangan dalam belajar itu sebisa mungkin diperhatikan. Untuk dapat mengakomodir kebutuhan tersebut, adalah dengan menggunakan variasi strategi pembelajaran yang beragam


(32)

dan melibatkan indera belajar yang banyak (Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu, 2008: xvii).

Wina Sanjaya (2006: 135) mengemukakan bahwa dalam standar proses pendidikan, pembelajaran dirancang untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa pada subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa. Pembelajaran beorientasi aktivitas siswa menurut Wina Sanjaya, dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa, baik terlibat secara intelektual maupun emosional mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya serta tujuan pembelajaran dapat dicapai lebih baik.

6. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Saling Tukar Pengetahuan (Active Knowledge Sharing) dalam Pembelajaran IPS

Strategi pembelajaran aktif memiliki banyak tipe, diantaranya (Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu A., 2007: 2 - 61) adalah: critical

incident (pengalaman penting), prediction guide (tebak pelajaran), teks


(33)

prediksi kawan, assessment search (menilai kelas), question student have (pertanyaan dari siswa), instant assessment (penilaian instan), active

knowledge sharing (saling tukar pengetahuan), true or false (benar atau

salah), learning starts with a question (pelajaran dimulai dengan pertanyaan), listening teams (tim pendengar), guided note taking (catatan terbimbing), guided teaching (mengajar terbimbing), active debate (debat aktif), reading aloud (membaca keras), plantet question (pertanyaan rekayasa), card sort (sortir kartu), jigsaw learning (pembelajaran model jigsaw), snow balling (bola salju), everyone is a teacher here (semua bisa jadi guru), dan sebagainya.

a. Pengertian Saling Tukar Pengetahuan (Active Knowledge Sharing) Penelitian ini menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing). Hisyam Zaini, Bermawy M., dan Sekar Ayu. A (2008:22), menyatakan bahwa tipe ini adalah salah satu strategi yang dapat membawa peserta didik untuk siap belajar materi pelajaran dengan cepat. Strategi ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan peserta didik disamping untuk membentuk kerjasama kelompok. Strategi ini dapat dilakukan pada hampir semua materi mata pelajaran.

Pendapat di atas tidak jauh berbeda dengan Silberman dalam buku yang diterjemahkan Dhani Daryani (2010:94), menyatakan bahwa strategi berbagi pengetahuan secara aktif adalah cara yang bagus untuk melibatkan peserta dengan segera ke dalam materi pelatihan. Cara ini


(34)

juga dapat digunakan untuk menilai tingkatan peserta dan membantu pembentukan kelompok. Cara ini dapat digunakan untuk kelompok apapun dan dengan materi apapun.

b. Langkah–Langkah Pembelajaran Saling Tukar Pengetahuan (Active Knowledge Sharing)

Langkah-langkah pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) menurut Hizyam Zaini, Bermawy, dan Sekar Ayu (2008: 22) adalah sebagai berikut.

1) Menyiapkan sebuah daftar pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat berupa:

a) definisi atau istilah.

b) pertanyaan pilihan guru mengenai fakta atau konsep. c) mengidentifikasi seseorang.

d) melengkapi kalimat. e) dan lain–lain.

2) Meminta siswa menjawab berbagai pertanyaan dengan sebaik-baiknya.

3) Mengajak siswa berkeliling ruangan untuk mencari siswa lain yang dapat menjawab berbagai pertanyaan yang tidak siswa ketahui bagaimana menjawabnya (mendorong para siswa untuk saling membantu satu sama lain).


(35)

4) Meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk mereka, kemudian periksalah jawaban mereka. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh siswa. Gunakan jawaban-jawaban yang muncul sebagai jembatan untuk mengenalkan topik penting di kelas.

Sedangkan prosedur saling tukar pengetahuan (active knowledge

sharing) menurut Silberman (2010:94) adalah sebagai berikut.

1) Sediakan daftar pertanyaan mengenai materi pelatihan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik. Beberapa kategori pertanyaan yang dapat digunakan:

2) Meminta para peserta didik menjawab pertanyaan semampu mereka. 3) Meminta para peserta didik mengitari ruangan, kemudian temukan

peserta yang memiliki jawaban yang tidak mereka miliki. Doronglah peserta didik untuk saling membantu atau mintalah para peserta untuk berbagi jawaban dalam sebuah kelompok.

4) Kumpulkan kembali seluruh kelompok dan buatlah ringkasan jawaban-jawaban mereka. Berikan jawaban pada pertanyaan yang tidak seorang peserta pun dapat menjawab.

Berdasarkan langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) di atas, penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menyiapkan daftar pertanyaan berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan materi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.


(36)

3) Mengajak siswa keliling ruangan mencari siswa lain yang dapat diajak bekerjasama/saling membantu menjawab LKS.

4) Memnita siswa kembali ke tempat masing-masing dan mengulas jawaban-jawaban siswa.

5) Menjawab pertanyaan yang tidak bisa atau belum terjawab dengan baik oleh siswa.

6) Menggunakan informasi dari jawaban-jawaban tersebut sebagai jalan untuk memperkenalkan topik-topik penting dalam materi IPS tersebut. 7. Kekurangan dan Kelebihan Strategi Pembelajaran Aktif

Silberman (2009: 31-34) mengemukakan beberapa hal mengenai kekhawatiran dalam penerapan pembelajaran aktif yang dapat menjadi kendala atau kekurangan pembelajaran aktif, antaran lain:

a. Menyita banyak waktu

b. Ada kemungkinan siswa akan menyampaikan informasi yang salah dalam metode belajar aktif berbasis kelmpok.

c. Membutuhkan banyak persiapan dan kreativitas.

d. Semakin siswa tidak terbiasa dengan belajar aktif maka akan semakin sulit pada awalnya untuk menerapkan pembelajaran aktif tersebut. Ada beberapa hal dalam pembelajaran aktif yang dapat menjadi kendala dalam penerapannya di dalam kelas, namun pembelajaran aktif juga memiliki beberapa kebihan sebagai berikut:


(37)

b. Menumbuhkan rasa semangat dan kerjasama dalam metode belajar aktif berbasis kelompok.

c. Siswa terlibat secara aktif saat kegiatan pembelajaran. d. Menciptakan minat dan motivasi awal terhadap pelajaran.

C.Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Menurut Nasution (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 89), masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Saat anak masuk sekolah dasar, maka dimulailah sejarah baru kehidupannya yang akan mengubah sikap dan tingkah lakunya.

Suryobroto menyebutkan bahwa masa usia sekolah dianggap sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Sangat sukar menentukan pada usia berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, karena kematangan itu tidak ditentukan oleh umur semata (Syaiful Bahri, 2002: 90).

Menurut Suryobroto, masa keserasian bersekolah diperinci menjadi dua fase, sebagai berikut:

1. Masa Kelas-Kelas Rendah Sekolah Dasar

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah seperti yang disebutkan di bawah ini:

a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.

b. Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional.

c. Ada kecenderungan memuji sendiri.

d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain. e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu


(38)

f. Pada masa ini (terutama pada umur 6 – 8) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

2. Masa Kelas-Kelas Tinggi Sekolah Dasar

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai berikut:

a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.

d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.

e. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok-kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama. Di dalam permaianan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan permaianan taradisional, mereka membuat peraturan sendiri.

(Syaiful Bachri, 2002: 90-91)

Piaget (John W. Santrock, 2007: 50-57) mengajukan empat tahap perkembangan kognitif yaitu:

a. Tahap sensorimotor (sensorimotor stage), dari lahir sampai usia 2 tahun. Dalam tahap ini, bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman sensori (seperti melihat, menyentuh) - oleh karena itu, disebut sensorimotor.

b. Tahap praoperasional (preoperational stage), usia 2 sampai 7 tahun. Tahap ini lebih simbolik daripada tahap sensorimotor, tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Namun, tahap ini lebih bersifat egosentris dan intuitif daripada logis.

c. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), usia 7 sampai 11 tahun. Pemikiran operasional konkret melibatkan penggunaan konsep


(39)

operasi. Pemikiran yang logis menggantikan pemikiran intuitif, tetapi hanya dalam situasi yang konkrit.

d. Tahap operasional formal (formal operational stage), usia 11 sampai 15 tahun. Pada tahap ini, individu-individu mulai mengambil keputusan berdasarkan pengalaman nyata dan berpikir lebih abstrak, idealis, dan logis.

Atas dasar karakteristik di atas, maka siswa SD kelas V yang berusia rata-rata 11 tahun tergolong pada masa kelas tinggi dan berada pada tahap peralihan operasional konkret ke tahap operasional formal. Selain itu, siswa kelas V SD juga senang membentuk kelompok bermain dan memiliki rasa ingin belajar meskipun telah menetapkan minat pada pelajaran tertentu. Dengan kata lain, siswa kelas V SD telah mampu berfikir formal dengan bantuan dan bimbingan dari guru untuk dapat membuat kelompok belajar dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

D.Kerangka Pikir

Kegiatan pembelajaran sebelum adanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah guru belum dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan karena belum menggunakan strategi pembelajaran dan media pembelajaran secara optimal sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran juga masih rendah, selain itu siswa kurang memahami materi yang disajikan sehingga siswa kurang aktif dalam menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru. Yang paling terlihat adalah hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 2 Kebakalan yang belum optimal.


(40)

Untuk memecahkan masalah tersebut, digunakanlah strategi pembelajaran akif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing). penggunaan strategi ini dalam pembelajaran IPS disesuaikan dengan langkah-langkah atau prosedur saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing), yaitu:

1) Menyiapkan daftar pertanyaan berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan materi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

2) Meminta siswa menjawab LKS dengan sebaik-baiknya.

3) Mengajak siswa keliling ruangan mencari siswa lain yang dapat diajak bekerjasama/saling membantu menjawab LKS.

4) Memnita siswa kembali ke tempat masing-masing dan mengulas jawaban-jawaban siswa.

5) Menjawab pertanyaan yang tidak bisa atau belum terjawab dengan baik oleh siswa.

6) Menggunakan informasi dari jawaban-jawaban tersebut sebagai jalan untuk memperkenalkan topik-topik penting dalam materi IPS tersebut.

Setelah diberikan tindakan tersebut, pembelajaran diharapkan lebih menyenangkan dan siswa akan lebih memahami materi yang diajarkan. Selain itu juga diharapkan bahwa keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Berdasarkan uraian di atas akan diperjelas dengan skema dibawah ini.


(41)

Gambar 1. Kerangka Pikir E.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil kajian kepustakaan dan kerangka berpikir di atas, diajukan hipotesis berikut: ”jika strategi pembelajarn aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) diterapkan dalam pembelajaran IPS, maka dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V di SD N 2 Kebakalan”.

F. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Yang dimaksud dengan hasil belajar IPS dalam penelitian ini adalah hasil belajar aspek kognitif (pengetahuan dan pemahaman) dalam pembelajaran IPS di kelas V SD N 2 Kebakalan., yaitu berupa skor/nilai yang diperoleh siswa dalam setiap akhir pembelajaran IPS.

Keadaan Awal: Hasil Belajar IPS rendah

Melakukan langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe

active knowledge sharing

Keadaan Setelah Tindakan: Hasil Belajar IPS


(42)

2. Strategi Pembelajaran Aktif

Strategi pembelajaran aktif dalam penelitian ini menggunakan tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing), yaitu penerapan langkah-langkah pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active

knowledge sharing) pada pembelajaran IPS, seperti berikut ini.

a. Menyiapkan daftar pertanyaan berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan materi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

b. Meminta siswa menjawab LKS dengan sebaik-baiknya.

c. Mengajak siswa keliling ruangan mencari siswa lain yang dapat diajak bekerjasama/saling membantu menjawab LKS.

d. Meminta siswa kembali ke tempat masing-masing dan mengulas jawaban-jawaban siswa.

e. Menjawab pertanyaan yang tidak bisa atau belum terjawab dengan baik oleh siswa.

f. Menggunakan informasi dari jawaban-jawaban tersebut sebagai jalan untuk memperkenalkan topik-topik penting dalam materi IPS tersebut.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas berkembang dari penelitian tindakan (Action Research). Kemmis (Wina Sanjaya, 2011: 24) mengemukakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial peneliti. Pendapat lain dikemukakan oleh Burns (Wina Sanjaya, 2011: 25) yang menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan praktisi.

Arikunto & Suhardjono (2006: 3) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian tindakan yang memiliki ciri tersendiri yaitu dilakukan oleh guru secara individu ataupun berkolaborasi dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dikarenakan adanya suatu masalah pembelajaran yang harus diselesaikan.


(44)

peneliti. Guru kelas bertindak sebagai pelaksana tindakan dalam proses pembelajaran, sedangkan peneliti bertindak sebagai pengamat/observer dalam proses pembelajaran. Selain itu, kerjasama guru dan peneliti juga terjadi saat proses penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal hasil belajar IPS. Proses tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini diupayakan agar masalah yang terjadi dapat teratasi, sekaligus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

B. Setting Penelitian

Saat penelitian, kelas dikondisikan oleh peneliti dan guru menjadi kelas yang senyaman mungkin untuk kegiatan pembelajaran, guru meminta siswa menata tempat duduk dengan rapi dan membalikkan gambar-gambar pahlawan yang tertempel pada dinding karena materi yang akan dibahas berkaitan dengan gambar para pahlawan. Siswa juga dikondisikan agar siap menerima materi pembelajaran dengan cara sehari sebelum pelaksanaan tindakan, siswa diminta mempelajari materi terkait. Sedangkan waktu dan tempat penelitian untuk lebih jelasnya akan dijabarkan seperti berikut ini. 1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester II (genap) tahun pelajaran 2013/2014, selama bulan Juni 2014. Dalam rentang waktu tersebut, dilakukan beberapa siklus tindakan. Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan, kemudian dilihat dahulu hasil tindakannya apakah perlu melakukan siklus lanjutan hingga diperoleh hasil tindakan yang sesuai dengan kriteria keberhasilan.


(45)

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Kebakalan, yaitu di kelas V. Alamat lengkap dari SD Negeri 2 Kebakalan adalah di Desa Kebakalan, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. SD N 2 Kebakalan masih mudah dijangkau kendaraan karena termasuk di Desa Kebakalan yang tak jauh dari pusat Kecamatan Mandiraja. Bangunan SD N 2 Kebakalan mengahadap ke arah utara yang yang merupakan jalan kecamatan yang relatif ramai setiap hari. Di sebelah baratnya, terdapat bangunan SDLB N Kebakalan dan sebelah timur terdapat bangunan kantor kepala Desa Kebakalan.

Alasan pemilihan sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian adalah: (a) sekolah tersebut belum pernah dijadikan objek penelitian dengan masalah dan judul yang sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang, dan akan menjadi pengalaman baru bagi peneliti, guru, dan siswa kelas V SD N 2 Kebakalan; (b) hasil belajar siswa pada mata pelajaran siswa tergolong rendah (sesuai dengan rata-rata UAS semester genap dan dibandingkan dengan mata pelajaran lain); (c) guru belum mengadakan variasi dalam menggunakan berbagai macam strategi, pendekatan, metode pembelajaran dan kurang optimal dalam penggunaan media pembelajaran sehingga menyebabkan kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS, dimana telah diketahui bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang materinya luas dan banyak.


(46)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 2 Kebakalan semester 2, Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pembelajaran IPS melalui strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing). Rata-rata hasil belajar IPS kelas V SD N 2 Kebakalan termasuk rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain dan belum optimal (sesuai dengan rata-rata UAS semester genap). Rendahnya hasil belajar IPS ini akan diperbaiki/ditingkatkan melalui strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas memiliki banyak model. Pada penelitian ini, model yang digunakan yaitu model Kemmis dan Mc.Taggart. Model ini menggunakan empat komponen penelitian dalam setiap langkahnya yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Agar lebih jelas, dapat dilihat pada gambar berikut ini.


(47)

Gambar 2. Alur PTK Model Kemmis & Mc.Taggart

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc.Taggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu; plan (perencanaan),

act and observe (tindakan dan observasi), serta reflect (refleksi). Keempat

komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus di sini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Kegiatan tindakan dan pengamatan dilakukan secara bersama yaitu selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Selama guru melakukan tindakan pembelajaran di kelas, peneliti mengamati/mengobservasi jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa. Pada gambar diatas, tampak bahwa didalamnya terdiri dari dua perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus sangat


(48)

bergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan. Apabila permasalahan telah selesai, maka tidak dilanjutkan untuk siklus berikutnya.

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan ini sesuai dengan model Kemmis dan Mc.Taggart yaitu terdiri plan (perencanaan), act and

observe (tindakan dan observasi), dan reflect (refleksi) yang saling berkaitan

dalam satu siklus. Jumlah siklus yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini tergantung pada hasil analisis tahapan refleksi, sehingga peneliti maupun guru dapat menentukan untuk melakukan siklus lanjutan atau berhenti pada siklus tertentu karena permasalah sudah terpecahkan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Penelitian tindakan kelas di kelas V SD Negeri 2 Kebakalan ini menggunakan dua siklus atau lebih, tergantung apakah hasil tindakan pada siklus pertama sudah terlihat atau belum. Pada siklus pertama, terdiri dari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Sedangkan siklus kedua merupakan perbaikan siklus pertama (perbaikan rencana) dan disusun berdasarkan hasil refleksi siklus pertama, sehingga diketahui adanya peningkatan atau perbaikan.

1. Plan (Perencanaan)

Rencana tindakan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS melalui strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active

knowledge sharing), dalam beberapa rencana yang dalam garis besarnya


(49)

a. Penyusunan materi pelajaran. Mendiskusikan dengan guru kelas mengenai materi pelajaran IPS, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan indikator yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan. Materi pelajaran yang akan diajarkan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS, besumber dari buku pelajaran IPS kelas V dari penerbit Buku Sekolah Elektronik.

b. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan materi dan indikator yang telah ditetapkan.

c. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan diguanakan berupa gambar, dsb.

d. Peneliti menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini:

1) Lembar observasi guru (mengamati aktivitas guru) dan lembar observasi siswa (mengamati aktivitas siswa) dalam proses pembelajaran IPS menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing).

2) Menyiapkan alat evaluasi berupa soal-soal evaluasi. Pada setiap akhir siklus akan dilakukan tes hasil belajar.

2. Act and Observe (Pelaksanaan Tindakan dan Observasi)

Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan rancangan yang telah ditetapkan yaitu mengenai tindakan kelas (Suharsimi Arikunto, 2009:18).


(50)

a. Pelaksanaan Tindakan

1) Beberapa hari sebelum proses belajar mengajar/tindakan, siswa diminta belajar mengenai materi yang bersangkutan.

2) Melaksanakan tindakan pemberian materi. Tahap ini disesuaikan dengan langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing), sebagai berikut.

a) Menyiapkan daftar pertanyaan berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan materi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

b) Meminta siswa menjawab LKS dengan sebaik-baiknya. c) Mengajak siswa keliling ruangan mencari siswa lain yang

dapat diajak bekerjasama/saling membantu menjawab LKS. d) Memnita siswa kembali ke tempat masing-masing dan

mengulas jawaban-jawaban siswa.

e) Menjawab pertanyaan yang tidak bisa atau belum terjawab dengan baik oleh siswa.

f) Menggunakan informasi dari jawaban-jawaban tersebut sebagai jalan untuk memperkenalkan topik-topik penting dalam materi IPS tersebut.

b. Observasi

Kegiatan observasi ini dilakukan saat kegiatan pelaksanaan tindakan/pemberian materi IPS dengan langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge


(51)

sharing). Pada tahap ini peneliti mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa kelas V SD N 2 Kebakalan menggunakan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru dan siswa melalui tindakan penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing).

3. Reflect (Refleksi)

Hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Demikian pula dengan hasil belajar siklus pertama yang diperoleh melalui post test. Hasil belajar pada siklus I sudah sesuai ataukah belum dengan kriteria keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan. Setelah mengkaji proses pembelajaran pada siklus I yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, apakah pembelajaran tersebut sudah efektif dengan melihat ketercapaian dalam kriteria keberhasilan pada siklus I, serta mengkaji kekurangan dan membuat daftar permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus I. Kemudian membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini akan digunakan metode pengumpulan data dengan teknik tes dan non tes, dijabarkan sebagai berikut:


(52)

1. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006: 150). Tes merupakan alat ukur yang memiliki peranan sangat penting untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Penelitian ini menggunakan tes untuk mengukur hasil belajar kognitif IPS siswa kelas V SD N 2 Kebakalan. Tes dilakukan setelah pelaksanaan tindakan pada akhir setiap siklus. Hasil tes pada setiap siklus dianalisis untuk mengetahui nilai/skor hasil belajar setelah proses pembelajaran/pemberian tindakan dan tetap mengacu pada kriteria keberhasilan penelitian.

2. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik non tes. Menurut pengertian psikologik, observasi atau yang biasa disebut pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian pada sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Suharsimi Arikunto, 2006:156-157). Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.

Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: observasi non sistematis, yang dilakukan dengan tidak menggunakan instrumen dan observasi sistematis, yang dilakukan menggunakan pedoman observasi sebagai instrumennya.


(53)

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pedoman observasi untuk kemudian akan disusun menjadi lembar observasi. Adapun hal-hal yang diobservasi/diamati meliputi, aktivitas guru selama proses pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

3. Dokumentasi

Dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelliti dapat menggunakan dokumen, foto maupun data statistik. Untuk dokumentasi, peneliti menggunakan hasil pra tindakan (UTS II) dan post tes (tes akhir) pada setiap siklus serta dokumentasi foto. Peneliti akan meggunakan kamera untuk mengabadikan proses kegiatan belajar mengajar selama tinadakan siklus I dan II berlangsung.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode tertentu (Arikunto, 2006: 149). Instrumen yang akan digunakan oleh peneliti adalah instrumen untuk metode tes yaitu tes atau soal tes, instrumen untuk metode observasi adalah lembar observasi

(check-list).

1. Tes

Yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa selama proses belajar mengajar berupa tes akhir. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi pelajaran setelah diterapkannya suatu tindakan. Tes ini akan dilakukan di setiap akhir siklus. Dengan membandingkan nilai tes dari siklus I dan nilai tes


(54)

siklus II, maka akan diketahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa. Bentuk tes pada penelitian ini adalah pilihan ganda dan uraian. Berikut ini merupakan kisi-kisi soal tes hasil belajar siklus I dan II.

Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Tes Evaluasi Hasil Belajar Kognitif Siklus I Standar Kompetensi: 2.Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat

dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kompetensi

Dasar Indikator Kognitif Jml

butir

C1 C2

2.4. Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

2.4.2. Menceritakan peristiwa-peristiwa penting dalam rangka memperta-hankan kemerdekaan 1,2,3,4, 5,6,7,8, 9,10 10

2.4.4 Menceritakan agresi militer Belanda terhadap Indonesia.

11,13,1 4,15,16 ,17,18, 19

12,20 10

Jumlah 20 20 20

Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Tes Evaluasi Hasil Belajar Kognitif Siklus II Standar Kompetensi: 2.Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat

dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kompetensi Dasar Indikator

Kognitif

Jml Butir

C1 C2

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

2.4.3 Menceritakan peng-akuan kedaulatan Indo-nesia oleh Belanda

1,2,3,4, 9

5 6

2.4.5 Menceritakan pera-nan beberapa tokoh dalam mempertahakan kemerde-kaan.

6,7,12 8 4

2.4.6 Memberikan contoh cara menghargai per-juangan para tokoh dalam mempertahankan kemer-dekaan.

10,11 2


(55)

2. Lembar Observasi

Suharsimi Arikunto (2006: 157) menyebutkan bahwa observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu:

a. Observasi non-sistematis,yang dilakukan dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

b. Observasi sistematis, yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Observasi pada dasarnya dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dengan mengadakan pengamatan proses pembelajaran di kelas. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis observasi sistematis karena menggunakan sebuah pedoman yaitu dengan menggunakan lembar observasi.

Observasi dalam penelitian ini dilaksanakan selama proses pembelajaran IPS dengan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing). Penelitian ini menggunakan dua macam lembar observasi sebagai berikut:

a. Lembar observasi untuk mengetahui kegiatan guru dalam proses pembelajaran IPS menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing).

b. Lembar observasi untuk mengetahui kegiatan siswa selama proses pembelajaran IPS menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing).


(1)

112

mengerjakan LKS, dengan hal ini diharapkan agar sebagian anak yang bermain sendiri/tidak fokus terhadap pembelajaran di kelas perilakunya menjadi lebih baik.

Dari hasil observasi siklus I menunjukkan bahwa aktivitas guru mengalami peningkatan cukup baik, dan lebih baik lagi pada siklus II. Aktivitas guru pada siklus I meningkat dari 53% (kategori cukup baik) menjadi 66,67% (kategori baik). Demikian pula pada siklus II meningkat dari 73,33% menjadi 83,33% (kategori sangat baik). Sedangkan hasil observasi siswa, sebagian siswa kurang aktif pada siklus I namun meningkat di siklus II karena guru memberi banyak motivasi dan siswa mulai terbiasa dengan penerapan strategi ini. Aktivitas siswa pada siklus I meningkat dari 43,33% (kategori cukup baik) menjadi 58,33% (kategori cukup baik). Demikian pula pada siklus II meningkat dari 71,76% (kategori baik) menjadi 81,67% (kategori sangat baik).

Melalui penerapan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing), siswa menjadi tumbuh rasa percaya dirinya, semangat dalam kerjasama kelompok, dan memotivasi siswa menjadi aktif selama kegiatan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat Silberman (2009: 31-34), bahwa pembelajaran aktif memiliki kelebihan antara lain: (1) membantu siswa lebih mengenal satu sama lain, (2) menumbuhkan rasa semangat dan kerjasama dalam metode belajar aktif berbasis kelompok, (3) siswa terlibat secara aktif saat kegiatan


(2)

113

pembelajaran, dan (4) menciptakan minat dan motivasi awal terhadap pelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli dan hasil penelitian pada siklus I dan II menunjukkan peningkatan cukup signifikan, bahwa melalui strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing), berdampak positif yaitu meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

C.Keterbatasan Penelitian

Dibalik fakta keberhasilan sebuah penelitian, tentu juga banyak hal yang masih harus diperhatikan dan diperbaiki. Hal ini dikarenakan, masih adanya keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa tidak dilakukan setiap kali pertemuan, namun hanya dilakukan setiap akhir siklus I dan II.

2. Hasil penelitian ini hanya berlaku bagi guru dan siswa kelas V SD N 2 Kebakalan Semester II, Tahun 2013/2014.


(3)

114 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar yang mengalami peningkatan. Terlihat dari nilai rata-rata bertambah sebesar 6,21 yaitu dari 59,50 (kategori cukup) pada pra tindakan menjadi 65,71 (kategori cukup) pada siklus I, kemudian nilai rata-rata bertambah lagi sebesar 6,65 yaitu dari 65,71 (kategori cukup) pada siklus I meningkat menjadi 72,36 (kategori baik) pada siklus II. Nilai rata-rata dari pra tindakan sampai siklus II jika diakumulasikan mengalami peningkatan sebesar 12,86. Selain itu persentase ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan sebesar 21,43% yaitu dari 25% pada pra tindakan meningkat menjadi 46,43% pada siklus I, kemudian meningkat sebesar 32,14% yaitu dari 46,43% pada siklus I menjadi 78,57% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa yang mencapai KKM (tuntas) dari pra tindakan sampai siklus II, jika diakumulasikan menjadi 53,57%. Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) yang disertai dengan metode diskusi dan tanya jawab, dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 2 Kebakalan Banjarnegara.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:


(4)

115 1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya dapat membiasakan penggunaan strategi pembelajaran aktif khususnya tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) pada kegiatan pembelajaran di kelas khususnya mata pelajaran IPS materi mempertahankan kemerdekaan Indonesia, karena dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Penggunaan berbagai strategi pembelajaran yang bervariasi hendaknya terus ditingkatkan agar dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, bermakna dan menyenngkan.

2. Bagi Siswa

Penggunaan strategi pembelajaran aktif khususnya tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing), dapat menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

Penelitian mengenai penggunaan startegi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) dalam pembelajaran IPS hendaknya lebih dikembangkan dengan penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe lain maupun strategi pembelajaran jenis lain oleh peneliti-peneliti selanjutnya.


(5)

116

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. (2011). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Etin Solihatin & Raharjo. (2007). Cooperative Learning: Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Gulo. W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hidayati. (2002). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Yogyakarta: FIP UNY.

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani. (2007). Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. (1992). Analisi Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.

M. Dalyono. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nana Sudjana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Santrock, John. W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sardiman A.M. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Silberman, Mel. (2010). Seratus Satu (101) Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif Edisi Kedua (One Hundred One 101 Ways to make Training Active). Penerjemah: Dhani Daryani. Jakarta: Indeks.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.


(6)

117

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyanto. (2008). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2002) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.

. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

. & Suhardjono. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.

Syaiful Bahri Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

.. (2005). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto dan Sunarni. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Utomo Dananjaya. (2012). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia.

V. M. Tri Mulyani. (2000). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY.

Wina Sanjaya. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Crossword Puzzle (Penelitian Tindakan Kelas V SDN Tugu 2 Depok)

2 20 213

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN BERMAIN BALA-BALA PADA SISWA KELAS V Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Strategi Pembelajaran Bermain Bala-Bala Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Ii Pagutan Tahun Ajaran 2015/2016.

0 3 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN BERMAIN BALA-BALA PADA SISWA KELAS V Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Strategi Pembelajaran Bermain Bala-Bala Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Ii Pagutan Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 16

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 TRUNUH Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Trunuh Kec

0 1 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Strategi Pembelajaran Picture And Picture Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sambi III, Sambirejo, Sra

0 2 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS V Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Karangpandan Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IV SD Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Pembelajaran Aktif Numbered Head Together Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Dawung Kecamatan Matesih Kabupaten Ka

0 1 13

PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI Peningkatan Kreatifitas Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Learning By Doing Pada Siswa Kelas V SDN 06 Tawangmangu.

0 0 10

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS V SDN 01 JATIPURO TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 14

Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahu

0 0 2