PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI DISCOVERY LEARNING Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Melalui Strategi Discovery Learning Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Sambi Tahun 2014/2015.

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI STRATEGI DISCOVERY LEARNING
PADA SISWA SMP

Artikel Publiksi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Matematika

Diajukan Oleh :
Aji Gunawan Setiyadi
A410110111

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI
STRATEGI DISCOVERY LEARNING PADA SISWA SMP

Oleh
Aji Gunawan Setiyadi1, Sutama2

1

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS
2

Staf Pendidikan matematika FKIP UMS
gunawan.binggo@gmail.com

Abstract
The aim of research is to describe the increase in the independence of
graders learn math VIIG SMP Negeri 1 Sambi after learning by discovery learning
strategy. Qualitative research class action. Methods of data collection observation,
field notes, interviews and documentation. Data analysis techniques with methods
groove through three stages, data reduction, data presentation, and inference.
Validity of data with triangulation of methods and sources. Results showed
improvement of students' mathematics learning independence views of: 1) students
who have a sense of responsibility from the initial conditions (32.35%), in the first
cycle (50.00%) and the second cycle (70.59%), students which does not depend on
others from the initial conditions (29.41%), in the first cycle (52.94%) and the
second cycle (73.53%), 3) students have a great curiosity from the initial conditions

(17 , 65%), in the first cycle (29.41%) and the second cycle (47.06%), 4) students
who have the confidence of the initial conditions (8.82%), in the first cycle (20.59 %)
and the second cycle (50.00%). It can be concluded that learning with application
discovery learning strategies can improve mathematics learning independence.
Keywords: mathematics learning, discovery learning, independent learning.
Abstrak
Tujuan penelitian untuk mendiskripsikan peningkatan kemandirian belajar
matematika siswa kelas VIIG SMP Negeri 1 Sambi setelah dilakukan pembelajaran
dengan strategi discovery learning. Jenis penelitian kualitatif tindakan kelas. Metode
pengumpulan data observasi, catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Teknik
analisis data dengan metode alur melalui tiga tahapan, reduksi data, penyajian data,
dan penyimpulan. Validitas data dengan triangulasi metode dan sumber. Hasil
penelitian menunjukkan peningkatkan kemandirian belajar matematika siswa dilihat
dari: 1) siswa yang memiliki rasa tanggung jawab dari kondisi awal (32,35%), pada
siklus I (50,00%) dan pada siklus II (70,59%), siswa yang tidak tergantung pada
orang lain dari kondisi awal (29,41%), pada siklus I (52,94%) dan pada siklus II
(73,53%), 3) siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar dari kondisi awal (17,65%),
pada siklus I (29,41%) dan pada siklus II (47,06%), 4) siswa yang memiliki rasa
percaya diri dari kondisi awal (8,82%), pada siklus I (20,59%) dan pada siklus II
1


(50,00%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penerapan
strategi discovery learning dapat meningkatkan kemandirian belajar matematika.
Kata Kunci: belajar matematika, discovery learning, kemandirian belajar.
Pendahuluan
Kemandirian dalam belajar bukan berarti siswa belajar sendiri, akan tetapi
siswa belajar dengan inisiatifnya sendiri tanpa paksaan dari siapapun. Menurut Irzan
Tahar dan Enceng (2006: 92) kemandirian belajar merupakan kesiapan dari individu
yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa
bantuan pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metoda belajar, dan evaluasi
hasil belajar.
Dalam pembelajaran matemtika, kemandirian belajar sangat diperlukan
untuk meningkatkan semangat belajar pada siswa. Ketika seorang siswa memiliki
kemandirian belajar yang tinggi mereka belajar tidak bergantung pada orang lain,
dan tidak merasa dipaksa karena menyadari bahwa belajar merupakan suatu
kebutuhan. Menurut Etika Nomita Murni (2013: 82), indikator kemandirian belajar
antara lain : 1) Memiliki rasa tanggung jawab, 2) Tidak tergantung pada orang lain,
3) Memilki rasa ingin tahu yang besar, 4) Memiliki sikap percaya diri.
Hasil observasi awal di kelas VIIG semester genap SMP Negeri 1 Sambi
tahun 2014/2015 diperoleh kemandirian belajar matematika siswa yang cenderung

belum sesuai. Kemandirian belajar siswa kelas VIIG semester genap SMP Negeri 1
Sambi dengan jumlah 34 siswa sebelum dilakukan tindakan dipeoleh siswa yang
memiliki rasa tanggung jawab sebanyak 11 siswa (32,35%), tidak tergantung pada
orang lain seanyak 10 siswa (29,41%), memilki rasa ingin tahu yang besar sebanyak
6 siswa (17,65%), memiliki sikap percaya diri sebanyak 3 siswa (8.82%).
Akar penyebab yang paling dominan yaitu bersumber dari guru. Guru masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional seperti ceramah. Metode
pembelajaran ini berpusat pada guru, yang secara tidak langsung siswa hanya
dituntut untuk mendengarkan saja sehingga siswa merasa bosan dan malas untuk
mengikuti pelajaran. Berdasarkan akar penyebab yang paling dominan tersebut dapat
diajukan alternatif tindakan melalui strategi pembelajaran discovery learning.

2

Discovery learning merupakan strategi pembelajaran yang menekankan
pada penemuan konsep baru. Menurut (Balim: 2009) discovery learning mendorong
siswa untuk sampai pada kesimpulan berdasarkan kegiatan dan pengamatan mereka
sendiri. Keunggulan dari pembelajaran discovery learning yaitu siswa dapat
berkembang dengan cepat sesuai dengan kemampuannya sendiri, pengetahuan
bertahan lama dan mudah diingat, memperkuat konsep diri sehingga siswa lebih

termotivasi dalam belajar, dan mendorong siswa untuk berpikir kritis dalam
merumuskan suatu masalah.
Novitasari

Sutadi

(2014)

menyatakan

bahwa

kemandirian

belajar

merupakan aktivitas belajar yang berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri,
pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri baik saat belajar sendiri, belajar
kelompok, atau belajar dalam kelas. Sikap siswa yang mengarah pada kesadaran
belajar sendiri dan segala keputusan, pertimbangan yang berhubungan dengan

kegiatan belajar diusahakan sendiri sehingga bertanggung jawab sepenuhnya dalam
proses belajar tersebut.
Hipotesis dalam penelitian ini, strategi pembelajaran discovery learning
diduga dapat meningkatkan kemandirian belajar matematika bagi siswa kelas VIIG
semester genap SMP Negeri 1 Sambi tahun 2014/ 2015.
Tujuan

penelitian

ini,

1)

Tujuan

umum

untuk

mendeskripsikan


peningkatkan kemandirian belajar matematika siswa kelas VII Semester genap SMP
N 1 Sambi tahun 2014/2015. 2) Tujuan khusus. a) Untuk mendeskripsikan proses
pembelajaran matematika melalui strategi dengan strategi discovery learning untuk
meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VIIG semester genap SMP Negeri 1
Sambi tahun 2014/2015. b) Untuk mendeskripsikan proses peningkatan kemandirian
belajar matematika setelah dilakukan pembalajaran dengan strategi discovery
learning pada siswa kelas VIIG semester genap SMP Negeri 1 Sambi tahun
2014/2015.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Aqib
(Sutama, 2010: 95) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada
3

penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran. Ditinjau dari
karakteristiknya, menurut Sutama (2010:18) PTK memiliki karakteristik secara garis
besar yaitu: mengkaji permasalahan secara situasional dan kontekstual, adanya
tindakan, adanya evaluasi terhadap tindakan, pengkajian terhadap tindakan, adanya
refleksi, adanya kerjasama. Sedangkan tujuan PTK menurut Sutama (2010: 17)

adalah untuk mengadakan perbaikan atau peningkatan mutu praktik pembelajaran
dikelas. Melalui PTK guru akan senantiasa melakukan perbaikan pembelajaran
dikelas demi menciptakan siswa yang unggul dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini, peneliti adalah guru matematika yang bertindak
sebagai subjek yang memberikan tindakan. Seluruh siswa kelas VIIG SMP Negeri 1
Sambi tahun 2014/ 2015 yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan
dengan jumlah seluruhnya yaitu 34 siswa sebagai subjek yang menerima tindakan.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dilakukan dengan
metode pokok dan metode bantu. Metode pokok berupa observasi dan dokumetasi,
sedangkan metode bantu berupa catatn lapangan dan wawancara. Teknik analisis
data pada penelitian ini menggunakan metode alur dengan langkah (Sutama, 2010:
100) “Metode alur ada tiga langkah, yaitu pengumpulan data, penyajian data, dan
verifikasi data”.
Keabsahan data dilakukan dengan observasi secara terus menerus,
triangulasi sumber, dan triangulasi metode (Sutama, 2010: 101) trianggulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan maupun sebagai membandingkan dan
mengecek balik beberapa informasi yang telah diperoleh. Observasi secara terus
menerus dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Triangulasi sumber,
yaitu membandingkan derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

sumber yang berbeda. Triangulasi metode, yaitu membandingkan suatu informasi
atau data dengan cara yang berbeda.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada kondisi awal, guru belum menggunakan strategi pembelajaran
discovery learning. Metode yang digunakan guru masih konvensional dimana
pembelajaran masih terpusat pada guru. Menurut Yeni (2011) dalam pembelajaran
4

konvensional guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan
siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Dalam menyampaikan materi guru
masih menggunakan metode ceramah dan memberikan contoh soal tanpa melibatkan
siswa secara aktif dalam pembelajaran di kelas.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru bertindak sebagai fasilitator. Guru
berkeliling untuk mengamati, mengatur jalannya diskusi dan guru membimbing
siswa apabila mengalami kesulitan pada saat menyelesaikan tugasnya. Raudhatul
(2012) menyatakan bahwa Guru di mana dituntut untuk dapat memposisikan dirinya
sebagai orang tua ke dua. Di mana guru harus menarik simpati dan menjadi teladan
para siswanya. Guru juga berperan sebagai transmator sebagaimana yang
diungkapkan informan. Dapat disimpulkan bahwa peran guru sangat penting dalam
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dan meningkatkan

tanggung jawab belajar siswa dalam pembelajaran. Menurut Novitasari Sutadi (2014)
kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang berlangsung lebih didorong oleh
kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri baik saat belajar
sendiri, belajar kelompok, atau belajar dalam kelas.
Pelaksanaan tindakan siklus I dengan menerapkan strategi discovery learning.
Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam. Guru memberikan motivasi dan
menyampaikan tujuan pembelajaran serta menyampaikan gambaran umum
segiempat (layang-layang dan belah ketupat). Guru memberikan suatu permasalahan
dengan tipe penemuan sehingga siswa tertantang untuk mencoba. Menurut
Linidinillah (2008) media yang sangat menentukan adalah LKS yang dibuat oleh
guru untuk memandu atau melatih siswa dalam menggunakan langkah-langkah
pemecahan masalah.
Siswa diberikan waktu untuk memahami, merencanakan cara penyelesaikan,
dan mengolah data atau informasi yang telah diperoleh siswa. Guru membimbing
siswa dalam setiap kegiatan dan memberikan bantuan pada kelompok yang
mengalami kesulitan yaitu dengan memberikan pengarahan agar sampai pada solusi
pemecahan masalah yang dituju. Guru membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Pada kegiatan akhir, guru

5


memberikan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan
masalah.
Pada siklus I kemandirian belajar matematika siswa sudah mengalami
peningkatan, namun belum sesuai dengan harapan. Masih ada beberapa siswa yang
kurang bertanggung jawab pada kelompoknya saat diskui. Beberapa siswa juga
masih bergntung pada orang lain saat mengerjakan soal mandiri. Hal ini dilihat dari
suasana tidak kodusif saat diskusi dan banyak siswa yang mencontek ketika
mengerjakan soal mandiri. Selain itu, siswa juga belum terbiasa dengan penerapan
strategi discovery learning sehingga pembelajaran menjadi kurang optimal. Oleh
karena itu, guru bersama dengan peneliti sepakat untuk melaksanakan tindakan pada
siklus II.
Pelaksanaan tindakan siklus II kembali dilakukan dengan menerapkan strategi
discovery learning. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan salam kemudian guru
mengkondisikan siswa untuk menyiapkan fisik dan perlengkapan belajar. Guru
melakukan presensi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru
memberikan motivasi dengan menyampaikan pentingnya mempelajari materi
lingkaran. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa mengenai materi
keliling dan luas trapesium untuk memancing siswa agar dapat memahami materi
tersebut.
Guru menyampaikan gambaran umum materi keliling dan luas trapesium.
Guru memberikan suatu permasalahan dengan tipe penemuan agar timbul keinginan
siswa untuk mencoba. Siswa diminta berdiskusi untuk memahami permasalahan
tersebut. Kemudian guru berkeliling untuk mengamati dan membimbing siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami permasalahan. Setelah selesai diskusi, salah
satu perwakilan kelompok diminta untuk menyajikan hasil kerjanya. Guru
membimbing siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.
Kemudian guru memberikan soal untuk dikerjakan secara mandiri untuk mengetahui
kemampuan siswa. Pada siklus II penerapan strategi discovery learning sudah
berjalan sesuai dengan harapan. Siswa sudah terbiasa dengan penerapan strategi
discovery learning dan indikator kemandirian belajar matematika siswa mengalami
peningkatan.

6

Siswa yang memiliki rasa tanggung jawab pada kondisi awal sebanyak 11
siswa (32,35%), pada akhir siklus I sebanyak 17 siswa (50,00%) dan pada akhir
siklus II sebanyak 24 siswa (70,59%). Siswa yang tidak tergantung pada orang lain
pada kondisi awal sebanyak 10 siswa (29,41%), pada akhir siklus I sebanyak 18
siswa (52,94%) dan pada akhir siklus II sebanyak 25 siswa (73,53%). Siswa yang
memiliki rasa ingin tahu yang besar pada kondisi awal sebanyak 6 siswa (17,65%),
pada akhir siklus I sebanyak 10 siswa (29,41%) dan pada akhir siklus II sebanyak 16
siswa (47,06%). Siswa yang memiliki rasa percaya diri pada kondisi awal sebanyak
3 siswa (8,82%), pada akhir siklus I sebanyak 7 siswa (20,59%) dan pada akhir siklus
II sebanyak 17 siswa (50,00%).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari siklus I hingga siklus II
mengalami peningkatan secara signifikan. Hal ini didukung oleh penelitian
Supriyanto (2014) menyimpulkan bahwa: a. Penerapan discovery learning untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, b. Penerapan discovery learning berbasis dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, c. Penerapan discovery learning
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui penerapan strategi discovery
learning, siswa memiliki pengalaman karena siswa melakukan sesuatu percobaan
yang memungkinkan mereka untuk menemukan konsep atau prinsip-prinsip
matematika bagi diri mereka sendiri. Data yang diperoleh mengenai peningkatan
kemandirian belajar matematika siswa melalui strategi discovery learning pada siswa
kelas VIIG SMP Negeri 1 Sambi dapat disajikan dalam tabel 1 berikut.
Tabel 1
Data Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Siswa
No
1
2

3
4

Indikator yang
diamati
Memiliki rasa
tanggung jawab
Tidak
tergantung pada
orang lain
Memilki
rasa
ingin tahu yang
besar
Memiliki rasa
Percaya diri

Kondisi
Awal

Siklus I
I

Siklus II
II

I

II

32,35%
41,18%
(11 siswa) (14 siswa)

50,00%
(17 siswa)

58,82%
(20 siswa)

70,59%
(24 siswa)

29,41%
44,12%
(10 siswa) (15 siswa)

52,94%
(18 siswa)

64,71%
(22 siswa)

73,53%
(25 siswa)

17,65%
(6 siswa)

23,53%
(8 siswa)

32,53%
(11 siswa)

41,18%
(14 siswa)

47,06%
(16 siswa)

8,82%
(3 siswa)

14,70%
(5 siswa)

20,59%
(7 siswa)

38,24%
(13 siswa)

50,00%
(17 siswa)

7

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka hasil peningkatan
kemandirian belajar matemtika dapat diamati dari naiknya indikator-indikator
kemandirian belajar matematika siswa, yaitu Siswa yang memiliki rasa tanggung
jawab sebelum tindakan sebanyak 11 siswa (32,35%). Pada siklus I pertemuan
pertama meningkat menjadi 14 siswa (41,18%), 5 siswa mengalami peningkatan, 9
siswa tetap stabil dan 2 siswa mengalami penurunan. Pada siklus I pertemuan kedua
meningkat menjadi 17 siswa (50,00%), 5 siswa mengalmi peningkatan, 12 siswa
tetap stabil, dan 2 siswa mengalami penurunan. Pada siklus II pertemuan pertama
meningkat menjadi 20 siswa (58,82%), 6 siswa mengalmi peningkatan, 14 siswa
tetap stabil, dan 3 siswa mengalami penurunan. Pada siklus II pertemuan kedua
meningkat menjadi 24 siswa (70,59%), 6 siswa mengalmi peningkatan, 18 siswa
tetap stabil, dan 2 siswa mengalami penurunan. Novita dan Anita (2006)
memaparkan adanya kerjasama yang saling menguntungkan di dalam kelompok dan
tanggung jawab masing-masing anggota kelompok terhadap tugas yang diberikan
kepadanya akan mendukung bagi kelancaran belajar siswa.
Siswa yang tidak tergantung pada orang lain sebelum tindakan sebanyak 10
siswa (29,41%). Pada siklus I pertemuan pertama meningkat menjadi 15 siswa
(44,12%), 7 siswa menalami peningkatan, 8 siswa tetap stabil, dan 2 siswa
mengalami penurunan. Pada siklus I pertemuan kedua meningkat menjadi 18 siswa
(52,94%), 7 siswa mengalami peningkatan, 11 siswa tetap stabil, dan 4 siswa
mengalami penurunan. Pada siklus II pertemuan pertama meningkat menjadi 22
siswa (64,71%), 8 siswa mengalami peningkatan, 14 siswa tetap stabil, dan 4 siswa
mengalami penurunan. Pada siklus II pertemuan kedua meningkat menjadi 25 siswa
(73,53%), 7 siswa mengalami peningkatan, 18 siswa tetap stabil, dan 4 siswa
mengalami penurunan. Ismail dan Atan (2011) yang menyatakan bahwa pelajar harus
mampu merancang dan melaksanakan strategi serta memiliki pengetahuan tentang
prosedur penyelesaiannya.
Siswa yang memilki rasa ingin tahu yang besar sebelum tindakan sebanyak
6 siswa (17,65%). Pada siklus I pertemuan pertama meningkat menjadi 8 siswa
(23,53%), 3 siswa mengalami peningkatan, 5 siswa tetap stabil, dan 1 siswa
mengalami penurunan.pada siklus I pertemuan keduan meningkat menjadi 11 siswa

8

(32,35%), 5 siswa mengalami peningkatan, 6 siswa tetap stabil dan 2 siswa
mengalami penurunan. Pada siklus II pertemuan pertama meningkat menjadi 14
siswa (41.18%), 6 siswa mengalami peningkatan, 8 siswa tetap stabil dan 3 siswa
mengalami penurunan. Pada siklus II pertemuan kedua meningkat menjadi 16 siswa
(47,06%), 5 siswa mengalami peningkatan, 11

siswa tetap stabil dan 3 siswa

mengalami penurunan. Anggalia Wibasuri dan Besti Lilyana (2014) kemandirian
belajar adalah usaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol aspek kognisi,
memotivasi, dan perilaku.
Siswa yang memiliki rasa percaya diri sebelum tindakan sebanyak 3 siswa
(8.82%). Pada siklus I pertemuan pertama meningkat menjadi 5 siswa (14,70%), 2
siswa mengalami peningkatan, 3 siswa tetap stabil, dan tidak ada siswa yang
mengalami penurunan. Pada siklus I pertemuan kedua meningkat menjadi 7 siswa
(20,59%), 3 siswa mengalami peningkatan, 4 siswa tetap stabil dan 1 siswa
mengalami penurunan. Pada siklus II pertemuan pertama meningkat menjadi 13
siswa (38,24%), 8 siswa mengalami peningkatan, 5 siswa tetap stabil dan 2 siswa
mengalami penurunan. Pada siklus II pertemuan kedua meningkat menjadi 17 siswa
(50,00%), 5 siswa mengalami peningkatan, 12 siswa tetap stabil dan 1 siswa
mengalami penurunan. Iceu Rohayati (2011) menyebutkan bahwa pengalamanpengalaman individu dari hasil berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan yang lebih
luas akan menyebabkan perubahan yang positif pada diri individu dan nantinya akan
dapat meningkatkan percaya diri siswa.

Adapun grafik peningkatan kemandirian belajar matematika siswa dari
sebelum tindakan sampai tindakan kelas siklus II dapat dilihat pada gambar berikut.

9

Kemandirian Belajar Matematika
Presentase Jumlah Siswa

80.00%

Siswa yang memiliki
rasa tanggung jawab

70.00%
60.00%

Siswa yang tidak
tergantung pada
orang lain

50.00%
40.00%
30.00%

Siswa memiliki rasa
ingin tau yang besar

20.00%
10.00%

siswa yang memiliki
rasa percaya diri

0.00%

Gambar 1. Grafik Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari
kemandirian belajar mateatika. Indikator memiliki rasa ingin tau yang besar memiliki
presentase lebih kecil dari pada indikator lainnya. Hal ini disebabkan karena
sebagian dari siswa tidak mau bertanya pada saat belum memahami dan saat
kesulitan pada materi yang diajarkan. Siswa lebih memilih untuk diam saat kesulitan
pada saat pembelajaran di kelas.
Hasil penelitian yang dilakukan dari siklus I hingga siklus II mengalami
peningkatan. Indikator kemandirian belajar matemtika meningkat secara signifikan.
Hal ini menunjukkan bahwa melalui discovery learning dapat meningkatkan
kemandirian belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sambi tahun
2014/2015.
Simpulan
Proses pembelajaran matematika yang dilakukan antara peneliti dan guru
dalam penelitian ini menggunakan strategi discovery learning. Dengan langkahlangkah discovery learning sebagai berikut 1) siswa diberikan suatu permasalahaan
dengan tipe penemuan agar timbul keinginan siswa untuk menyelidiki sendiri, 2)
siswa diberikan waktu untuk memahami, mendiskusikan, dan merencanakan cara

10

menyelesaikan masalah tersebut, 3) guru membimbing siswa dan memberikan
bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan yaitu dengan memberikan
pengarahan agar sampai pada solusi pemecahan masalah yang dituju, 4) Siswa
dibimbing untuk dapat menyimpulkan materi yang dipelajari.
Setelah diterapkannya strategi pembelajaran discovery learning, ada
peningkatan kemandirian belajar matematika pada siswa kelas VIIG SMP Negeri 1
Sambi tahun 2014/2015. Siswa yang memiliki rasa tanggung jawab sebelum tindakan
32,35%, siklus I pertemuan pertama 41,18%, siklus I pertemuan kedua 50,00%,
siklus II pertemuan pertama 58,82%, dan siklus II pertemuan kedua 70,59%. Siswa
yang tidak tergantung pada orang lain sebelum tindakan 29,41%, siklus I pertemuan
pertama 44,12%, siklus I pertemuan kedua 52,94%, siklus II pertemuan pertama
meningkat menjadi 22 siswa 64,71%, dan siklus II pertemuan kedua meningkat
menjadi 25 siswa 73,53%. Siswa yang memilki rasa ingin tahu yang besar sebelum
tindakan 17,65%, siklus I pertemuan pertama 23,53%, siklus I pertemuan kedua
32,35%, siklus II pertemuan pertama 41.18%, dan siklus II pertemuan kedua 47,06%.
Siswa yang memiliki rasa percaya diri sebelum tindakan 8.82%, siklus I pertemuan
pertama 14,70%, siklus I pertemuan kedua 20,59%, siklus II pertemuan pertama
38,24%, dan siklus II pertemuan kedua 50,00%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan strategi discovery learning mampu meningkatkan kemandirian
belajar matematika siswa kelas VIIG SMP Negeri 1 Sambi tahun 2014/2015.
Daftar Pustaka
Balim, A. G. 2009. “The Effect of Discovery Learning on Students Success an
Inquiry Skills”. Eurasian Journal of Educational Research. Issue 35, 1-21.
Indiyani, Novita Eka dan Anita Listiara. 2006. “Efektivitas Metode Pembelajaran
Gotong Royong (Cooperative Learning) Untuk Menurunkan Kecemasan
Siswa Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika”. Jurnal Psikologi
Universitas Diponegoro. Vol.3 No.1, 10-28.
Ismail, S. dan A. Atan. 2011. “Aplikasi Pendekatan Penyelesaian Masalah Dalam
pengajaran Mata Pelajaran Teknikal dan Vokasional di Fakulti Pendidikan
UTM“. Journal of Educational Psychology and Counseling. Vol.2 No.1,
113-144.

11

Jannah, Raudhatul. dkk. 2012. “Peran Guru dalam Menerapkan Karakter Disiplin
Siswa di SMA Negeri II Banjarmasin” Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan. Vol.2 No.10, 24-29.
Lidinillah, D. A. M. 2008. “Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalahdi Sekolah
Dasar”. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol.1 No.10, 67-77.
Murni, Etika Nomita. 2013. “Optimalisasi Strategi Pembelajaran Siklus Untuk
Meningkatkan Kemandirian Dan Prestasi Belajar Matematika”. Seminar
Nasional Pendidikan Matematika Surakarta 15 Mei 2013. 82-88.
Rohayatu, Iceu. 2011. “Program Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan
Percaya Diri Siswa”. Jurnal Edisi Khusus. No. 1, 368-376.
Supriyanto, B. 2014. “Penerapan Discovery Learning untuk Meningkatkkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VIB Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan
Keliling dan Luas Lingkaran di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan
Tanggul Kabupaten Jember”.Pancaran. Vol.3 No.2, 165-174.
Sutadi, Novitasari. 2014. “Pemahaman Konsep Listrik Arus Searah dan Kemandirian
Belajar Siswa SMK Melalui Pembelajaran Science Literacy Circles”.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY. 104-107.
Sutama. 2010. Penelitian Tindakan. Semarang: CV Citra Mandiri Utama.
Tahar, Irzan dan Enceng. 2006. “Hubungan Kemandirian Belajar Dan Hasil Belajar
Pada Pendidikan Jarak Jauh”. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh.
Vol.7 No2, 91-101.
Tran, T., N. G. Nguyen, M. D. Bui, dan A. H. Phan. 2014. “Discovery Learning with
the Help of the Geogebra Dynamic Geometry Software”. International
Journal of Learning, Teaching and Educational Research. Vol.7 No.1, 4457.
Wibasuri, A. dan B. Lilyana. 2014. “Determinan Self Efficacy Dalam Kemandirian
Belajar Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi Swasta Di Bandar Lampung”.
Proseding Seminar Bisnis & Teknologi. 211-227.
Yeni, E. M. 2011. "Pemanfaatan Benda-Benda Manipulatif untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang Siswa Kelas
V Sekolah Dasar". Jurnal Edisi Khusus. No. 1, 63-75.

12

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Metro Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

2 8 23

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT BERBANTUAN ICT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 5 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 67

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR MELALUI METODE DISCOVERY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Study Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/

2 4 58

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 01 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/1015)

3 19 59

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014-2015)

1 13 58

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Padang Cermin Semester Genap Tahun Pelajaran 2014-2015)

1 5 58

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 3 53

PENGARUH ACTIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Bandar Mataram Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

1 27 50

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

11 70 61