PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR MELALUI METODE DISCOVERY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Study Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran
Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
ISMU RENI SEPTANTIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(2)
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR MELALUI METODE DISCOVERY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Study Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap
SMP Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
ISMU RENI SEPTANTIA
Berdasarkan wawancara dengan guru Biologi di SMP Negeri 1 Gedongtataan, diketahui bahwa pada materi pengelolaan lingkungan masih banyak siswa yang belum mencapai hasil belajar yang optimal. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya media dan metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru dan terbatasnya fasilitas sekolah. Selain itu guru masih menggunakan metode ceramah,
merangkum, latihan soal dan sesekali menggunakan metode diskusi, sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media gambar melalui metode discovery terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS). Desain penelitian ini adalah pretes postes kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIID dan VIIG yang dipilih secara cluster random sampling. Data penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa deskripsi aktivitas belajar siswa
(3)
dan angket tanggapan siswa. Data kuantitatif berupa rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain yang dianalisis menggunakan uji-t atau uji U pada taraf kepercayaan 5% melalui program SPSS 17.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media gambar melalui metode discovery dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dengan rata-rata berkriteria tinggi yaitu 77,78%. KPS juga mengalami
peningkatan dengan rata-rata nilai pretes sebesar 48,82; postes sebesar 76,85; dan N-gain sebesar 54,55. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan media gambar melalui metode discovery dapat meningkatkan aktivitas belajar dan KPS siswa.
Kata kunci: keterampilan proses sains, media gambar, metode discovery, pengelolaan lingkungan.
(4)
(5)
(6)
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xviii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
F. Kerangka Pikir ... 8
G. Hipotesis ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran ... 11
B. Metode Discovery ... 16
C. Keterampilan Proses Sains ... 19
D. Hasil Belajar ... 25
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel ... 28
C. Desain Penelitian ... 28
D. Prosedur penelitian ... 29
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 36
F. Teknik Analisis Data ... 38
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46
(8)
13
DAFTAR PUSTAKA ... 62
LAMPIRAN 1. Silabus ... 65
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 71
3. Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 92
4. Soal Pretes dan Postes ... 139
5. Data-Data Hasil Penelitian ... 144
6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian. ... 160
(9)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara dikatakan telah maju dalam bidang teknologi atau pun bidang yang lainnya tidak terlepas dari bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan orang yang cerdas atau yang berpendidikan akan dapat memberikan kontribusi yang positif kepada negaranya. Salah satu proses yang penting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran (Depdiknas, 2003).
Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas sebaiknya tidak hanya didominasi oleh guru saja tetapi juga melibatkan siswa sehingga siswa tidak lagi menjadi objek melainkan subjek belajar. Pada saat di dalam kelas guru hanya menjadi fasilitator saja tidak lagi menjadi pusat sumber informasi. Dalam proses pendidikan, interaksi antar pribadi sangatlah penting karena dalam proses pendidikan akan terjadi interaksi antara siswa dengan guru ataupun siswa dengan siswa. Johnson dan Smith (dalam Lie, 2004: 5) mengatakan bahwa:
”Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak
(10)
dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Belajar bukan hanya suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang
berhubungan dengan yang lain dan membangun pengetahuan bersama”.
Banyak usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar siswa dapat menerima materi pelajaran dengan mudah dan cepat. Diantaranya adalah dengan menghadirkan media pembelajaran yang tepat sebagai pelengkap proses belajar mengajar sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal serta menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan karakteristik materi pelajaran yang akan diajarkan. Dengan menggunakan metode dan media pembelajaran secara tepat dan sesuai dengan konsep-konsep materi yang diajarkan maka pemahaman siswa terhadap konsep tersebut akan tertanam dengan baik (Anonim, 2011: 1).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi di SMP Negeri 1 Gedongtataan diketahui bahwa pada materi pengelolaan lingkungan masih banyak yang belum mencapai hasil belajar yang optimal. Terlihat dari hasil ulangan harian siswa yang memperoleh nilai rata-rata pada tahun ajaran 2011-2012 adalah 63. Nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah yaitu 70. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya media dan metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru dan juga terbatasnya fasilitas sekolah, guru masih menggunakan metode ceramah, merangkum, latihan soal dan sesekali menggunakan metode diskusi. Metode ceramah menyebabkan siswa hanya diam, tidak efektif dan hanya mendengarkan penjelasan guru sehingga pengetahuan mereka terbatas,
(11)
sedangkan latihan soal yang diberikan oleh guru tidak optimal karena siswa hanya mengerjakan soal-soal latihan di buku biologi yang tersedia di sekolah dengan cara memindahkan jawaban yang sudah tersedia di buku tanpa memahami isi materi tersebut sehingga belum dapat meningkatkan hasil belajar serta keterampilan proses sains siswa (Sardiman, 2008: 29).
Metode-metode seperti ini diduga kurang memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan KPS yang dimilikinya, sehingga keterampilan proses yang dimiliki para siswa masih terbilang rendah. Proses ini dapat terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa kurang cermat dalam mengobservasi atau mengidentifikasi suatu masalah, selain itu mereka juga masih kesulitan untuk mengklasifikasi dan menginterpretasi data yang diberikan guru, akibatnya kesimpulan yang mereka ambil pun menjadi kurang tepat seperti bagaimana dikemukakan oleh Sardiman (2008: 29).
Berdasarkan hal tersebut diperlukan alternatif metode pembelajaran yang membuat siswa aktif, siswa menemukan sendiri pengetahuannya, siswa terlibat langsung, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan menjadikan pengalaman yang berkesan bagi siswa. Sesungguhnya belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil dan tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Pada prinsipnya setiap siswa mempunyai motivasi dari dalam untuk belajar karena didorong rasa ingin tahu, dan mengakibatkan keinginan mencari jawaban atas apa yang menjadi pertanyaan sehingga tak disadari setiap orang pernah melakukan penelitian secara tidak langsung.
(12)
Melihat kenyataan tersebut, dirasa sangat perlu adanya media pembelajaran yang dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap konsep materi pengelolaan lingkungan. Media pembelajaran tersebut salah satunya adalah media gambar yang akan diajarkan dengan metode yang diduga dapat
membantu dengan maksimal penguasaan materi pengelolaan lingkungan oleh siswa. Media gambar mudah didapatkan, mudah menggunakannya, tidak memerlukan alat tambahan, dan dapat dibuat sendiri. Media gambar mampu memproyeksikan ukuran benda yang sebenarnya sehingga siswa mempunyai gambaran akan konsep yang dijelaskan oleh guru melalui media gambar tersebut (Hamzah, 198: 27). Berdasarkan hal tersebut, siswa akan termotivasi untuk belajar dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, karena siswa telah mempunyai gambaran yang jelas akan penjelasan guru, sehingga konsep yang ada dapat tertanam dengan baik dalam ingatan siswa dan hal ini
mempengaruhi keterampilan proses dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
Keberhasilan media akan optimal jika didukung dengan metode pembelajaran yang sesuai, karena keduanya akan saling melengkapi sebab penggunaan media pembelajaran yang dikombinasikan dengan metode akan sangat membantu proses pembelajaran dan penyampaian pesan isi pelajaran
(Purnamasari, 2010: 3). Salah satu metode yang diduga cocok dengan media gambar yaitu dengan metode discovery. Dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses pembelajaran guru
memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi, menemukan sendiri pengetahuannya serta siswa terlibat langsung dalam proses
(13)
pembelajaran, karena metode pembelajaran ini berpusat pada siswa (student centered) guna menggali keterampilan proses sains siswa.
Berdasarkan hasil penelitian Fatimah (2010: 49) menunjukkan bahwa metode discovery dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses siswa pada materi laju reaksi. Begitu pula dengan hasil penelitian Agustina (2009: 44) menunjukkan bahwa metode inquiri dan discovery dapat
meningkatkan KPS dan penguasaan konsep siswa. Dapat dilihat dari
perbedaan rata-rata keterampilan proses sains pada siswa yang menggunakan metode inquiri dan eksperimen pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup. Keterampilan proses sains pada siswa yang menggunakan metode inquiri lebih meningkat daripada menggunakan metode eksperimen. Keterampilan proses yang diukur adalah mengamati, mengklasifikasi, menafsirkan, menyimpulkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “ Pengaruh Pengunaan Media Gambar Melalui
Metode Discovery Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan media gambar melalui metode discovery terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa?
(14)
2. Bagaimanakah pengaruh penggunaan media gambar melalui metode discovery terhadap aktivitas belajar siswa?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan media gambar melalui metode discovery terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa
2. Pengaruh penggunaan media gambar melalui metode discovery terhadap peningkatan aktivitas siswa
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal
berharga bagi peneliti sebagai calon guru biologi yang professional untuk menggali keterampilan proses sains dan hasil belajar secara optimal. 2. Guru biologi yaitu memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam
memilih media/metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa.
3. Bagi siswa dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga diharapkan mampu melatih, mengasah, serta mengembangkan
keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa.
4. Sekolah yaitu memberikan masukan untuk menggunakan model pembelajaran yang optimal bagi keterampilan proses sains dan hasil
(15)
belajar siswa, sumbangan informasi dan pemikiran dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan kualitas pembelajaran.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Media pembelajaran yang digunakan adalah media gambar. 2. Metode discovery dalam penelitian ini adalah cara penyajian
pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan bantuan guru, mengidentifikasi dan
merumuskan topik/ masalah, mengajukan suatu pernyataan tentang fakta, membuat hipotesis, mengumpulkan informasi yang sesuai dengan
hipotesis, membantu siswa dengan informasi, dan menyimpulkan. 3. Keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian ini adalah
keterampilan siswa dalam menerapkan konsep, menginterpretasi, mengobservasi, dan menyimpulkan.
4. Aktivitas belajar siswa yang diamati adalah berdiskusi, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan membuat kesimpulan.
5. Materi pokok pada penelitian ini adalah pengelolaan lingkungan yang terdapat pada KD 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan, biologi SMP kelas VII sesuai standar isi.
(16)
6. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIIG sebagai kelas kontrol dan VIID sebagai kelas eksperimen semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di SMP Negeri 1 Gedongtataan, Pesawaran.
F. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran adalah proses bertujuan, salah satu tujuannya yaitu untuk meningkatkan hasil belajar oleh siswa yang dapat membentuk pola perilaku siswa itu sendiri. Oleh sebab itu, apa yang dilakukan oleh seorang guru harus mengarah pada pencapaian tujuan dan metode atau strategi yang digunakan oleh guru seharusnya tidak hanya sekedar ceramah, tetapi juga menggunakan strategi dan metode yang lebih bervariasi.
Keterampilan proses sains siswa dapat tergali apabila siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kurikulum 1984 menghendaki siswa terlibat dalam eksplorasi, mengungkapkan, menentukan, selain itu juga merasakan dan menghayati sebagian dari perasaan dan kepuasan ilmuan, sambil mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang sesuai dengan bidangnya (Soetarjo dan Soejitno, 1998: 16). Oleh karena itu, guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) guna menggali keterampilan proses sains siswa. Pengembangan keterampilan proses sains siswa dapat dilatih melalui suatu kegiatan
pembelajaran. Diperlukan suatu media dan metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan KPS yang dimilikinya, salah satunya dengan menggunakan metode discovery dan media gambar. Metode discovery adalah suatu metode yang banyak menampilkan segi-segi
(17)
keterampilan proses, seperti mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan/menafsirkan, dan membuat kesimpulan (Sund 1975 dalam Suryosubroto, 2002: 193).
Melalui metode discovery siswa diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri informasi yang biasa diceramahkan saja. Keterampilan proses sains dapat dilatih melalui metode discovery dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Media pembelajaran dirasa sangat perlu untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap konsep materi pengelolaan lingkungan. Media pembelajaran tersebut salah satunya adalah media gambar yang akan diajarkan dengan metode discovery. Media gambar mudah didapat, bisa dibuat sendiri, mudah menggunakannya dan tidak memerlukan alat tambahan. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu karena tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/pariwisata tersebut. Media gambar mampu memproyeksikan ukuran benda yang sebenarnya sehingga siswa mempunyai gambaran akan konsep yang dijelaskan oleh guru melalui media gambar tersebut (Hamzah, 1981: 27). Sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, karena siswa telah mempunyai gambaran yang jelas akan penjelasan guru, sehingga konsep yang ada dapat tertanam dengan baik dalam ingatan siswa dan hal ini mempengaruhi keterampilan proses dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
(18)
Penelitian ini mengenai pengaruh media gambar melalui metode discovery terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar. Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan media gambar melalui metode discovery, sedangkan variabel terikatnya adalah KPS dan hasil belajar oleh siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut:
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan terikat
Keterangan : X : Penggunaan media gambar melalui metode discovery Y : Keterampilan proses sains
G. Hipotesis Penelitian
1. H0 = Penggunaan media gambar melalui metode discovery tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan KPS oleh siswa.
H1 = Penggunaan media gambar melalui metode discovery
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan KPS oleh siswa.
(19)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang menerima pesan. Hubungan komunikasi ini akan berjalan dengan lancar dan tercapai tujuannya yang maksimal apabila efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar ditingkatkan. Peningkatan efisiensi dan efektivitas tersebut sebagian besar tergantung pada faktor penunjang, yaitu alat bantu pendidikan yang disebut juga media pendidikan. Seperti yang dikatakan oleh Hamalik (dalam Arsyad, 1997: 2) bahwa media sebagai alat komunikasi guru lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan pancaindera. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa (Arsyad 1997: 6).
(20)
Media pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis yaitu meletakkan dasar-dasar yang konkrit dari konsep yang abstrak sehingga mengurangi
verbalisme, menampilkan objek yang terlalu besar dan tidak mungkin dibawa ke dalam kelas, memperlambat gerakan yang terlalu cepat, membangkitkan motivasi belajar, dapat mengontrol dan mengatur tempo belajar siswa,
memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya dan memungkinkan untuk menampilkan objek yang nyata kepada siswa
(Sadiman, dkk 2008: 6-7).
Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara, dengan menggunakan alat penampil dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan instruksional, meliputi kaset, audio, slide, film-strip, OHP, film, radio, televisi dan
sebagainya (Rohani,1997: 1-4). Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi (Sadiman, dkk, 1986: 6).
Media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik (Danim, 1995: 7). Salah satu media pendidikan yang dapat diterapkan adalah media gambar. Gambar sangat penting dalam usaha memperjelas pengertian pada peserta didik. Sehingga dengan menggunakan gambar peserta
(21)
didik dapat lebih memperhatikan terhadap benda-benda atau hal-hal yang belum pernah dilihatnya yang berkaitan dengan pelajaran. Gambar dapat membantu guru dalam mencapai tujuan instruksional, karena gambar termasuk media yang mudah dan murah serta besar artinya untuk
mempertinggi nilai pengajaran. Karena gambar, pengalaman dan pengertian peserta didik menjadi lebih luas, lebih jelas dan tidak mudah dilupakan, serta lebih konkret dalam ingatan dan asosiasi peserta didik. Adapun manfaat media gambar dalam proses instruksional adalah penyampaian dan penjelasan mengenai informasi, pesan, ide dan sebagainya dengan tanpa banyak
menggunakan bahasa-bahasa verbal, tetapi dapat lebih memberikan kesan (Rohani, 1997: 76-77).
Gambar merupakan alat visual yang penting dan mudah didapat. Penting sebab dapat memberi penggambaran visual yang konkrit tentang masalah yang digambarkannya. Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas daripada yang dapat diungkapkan dengan kata-kata, baik yang ditulis maupun yang diucapkan. Supaya gambar mencapai tujuan semaksimal mungkin sebagai alat visual, gambar harus dipilih menurut syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat itu sebagai berikut: (a) gambar harus bagus, jelas, menarik, mudah
dimengerti, dan cukup besar untuk dapat memperlihatkan detail, (b) apa yang tergambar harus cukup penting dan cocok untuk hal yang sedang dipelajari atau masalah yang sedang dihadapi, (c) gambar harus benar atau autentik, artinya menggambarkan situasi yang serupa jika dilihat dalam keadaan sebenarnya, (d) kesederhanaan penting sekali. Gambar yang rumit sering
(22)
mengalihkan perhatian dari hal-hal penting, (e) gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya, (f) warna walau tidak mutlak dapat meninggikan nilai sebuah gambar, menjadikannya lebih realistis dan
merangsang minat untuk melihatnya. Selain itu, warna dapat memperjelas arti dari apa yang digambarkan. Akan tetapi penggunaan warna yang salah sering menghasilkan pengertian yang tidak benar, dan (g) ukuran perbandingan penting pula (Hamzah 1981: 27-28).
Beberapa kelebihan gambar sebagai berikut:
a. Gambar mudah diperoleh, biasa digunting dari majalah atau dibuat sendiri. Mudah menggunakannya. Tidak memerlukan alat tambahan. b. Penggunaan gambar merupakan hal yang wajar dalam proses belajar
tanpa memberi kesan “show” seperti yang sering dituduhkan kepada penggunaan slide atau film.
c. Koleksi gambar dapat diperbesar terus.
d. Mudah mengatur pilihan untuk suatu pelajaran
Dalam memilih gambar-gambar yang baik, pada lazimnya kriteria-kriteria di bawah ini dapat dipergunakan:
a. Keaslian gambar. Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti melihat keadaan atau benda sesungguhnya. Kekeliruan dalam hal ini akan memberikan pengaruh yang tak diharapkan, misalnya gambar yang palsu dikatakan asli.
(23)
b. Kesederhanaan. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis.
c. Bentuk item. Hendaknya pengamat dapat memperoleh tanggapan yang tepat tentang objek-objek dalam gambar.
d. Perbuatan. Gambar hendaknya menunjukkan hal yang sedang melakukan suatu perbuatan. Anak lebih tertarik pada gambar yang kelihatan hidup atau kelihatan bergerak.
e. Artistik. Segi artistik pada umumnya turut mempengaruhi nilai-nilai gambar itu. Penggunaan gambar tentu saja disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Media merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Oleh karena itu, pepatah Cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata. Beberapa kelebihan dari media gambar adalah menurut (Hamzah, 1981: 29): (a) sifatnya konkrit, (b) dapat membatasi ruang dan waktu, (c) dapat mengatasi keterbatasan
pengamatan kita, (d) dapat memperjelas suatu masalah,dan (e) murah harganya dan mudah didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Beberapa kelemahan dari media gambar menurut (Hamzah, 1981: 29) adalah: (a) hanya menekankan persepsi indra mata, (b) gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegunaan pembelajaran, dan (c) ukurannya sangat terbatas untuk ukuran besar.
(24)
Ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar sehingga dapat dijadikan sebagai media pendidikan (Sadiman, dkk, 1986: 32-33). Keenam syarat itu ialah sebagai berikut:
1. Autentik. Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.
2. Sederhana. Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.
3. Ukuran relatif. Gambar dapat membesarkan atau memperkecil objek/benda sebenarnya.
4. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.
5. Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar siswa sendiri sering kali lebih baik.
6. Gambar hendaknya bagus dari segi seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
B. Metode Discovery
Proses pembelajaran, agar tujuan tercapai maka perlu adanya metode atau cara yang tepat, sehingga guru dalam menyampaikan informasi kepada siswa lebih mudah diterima, dipahami, dimengerti bahkan dikuasai. Seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran harus terampil dalam menggunakan
(25)
berbagai metode mengajar agar penyampaian menarik. Untuk itu diperlukan model mengajar yang bervariasi sesuai materi yang disajikan pada siswa.
Menurut Ecyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara,
termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses pembelajaran guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional dapat diberitahukan atau diceramahkan saja.
Metode discovery menurut Mulyasa (2005: 110) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar. Cara mengajar dengan metode discovery menurut Mulyasa (2005: 2) menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Adanya masalah yang akan dipecahkan,
2. Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik,
3. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas,
4. Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan,
5. Susunan kelas harus diatur sedemikian rupa nsehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar,
(26)
6. Guru harus memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengumpulkan data,
7. Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta informasi yang diperlukan peserta didik.
Menurut Roestiyah (2001: 20) dan Suryosubroto (2002: 192) metode
discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Kelebihan metode Discovery menurut Roestiyah (2001: 20) yaitu: a. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,
memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa,
b. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut,
c. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa,
d. Tehnik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing, e. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar lebih giat,
f. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri,
(27)
g. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja; membantu bila diperlukan. Sedangkan kekurangan dari metode discovery, menurut Roestiyah yaitu:
a. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik,
b. Bila kelas terlalu besar, teknik ini akan kurang berhasil,
c. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran yang tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan,
d. Dengan teknik ini ada yang berpendapat proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa,
e. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.
C. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu yang baru (Semiawan dkk dalam Nasution, 2007: 9-10). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 138), Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi.
(28)
Kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses sains adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.
KPS dapat dibedakan menjadi dua tingkatan sebagaimana yang dikemukakan oleh Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 140) menyebutkan
keterampilan proses dapat dibedakan menjadi dua tingkatan yaitu: 1. Keterampilan dasar (Basic Skills) yang terdiri atas enam keterampilan
yaitu mengobservasi, mengklasifikasikan, memprediksikan, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan;
2. Keterampilan terintegrasi terdiri atas sepuluh keterampilan yaitu
mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubunganantar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis,
mengidentifikasikan variabel secaraoprasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.
KPS siswa sangat penting dikembangkan oleh guru dalam proses
pembelajaran, karena akan memudahkan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru seperti yang dikutip dari Karso (dalam Budiarti, 2009: 13) hal ini karena:
(29)
1. Siswa akan berperan aktif dalam kegiatan belajarnya.
2. Siswa mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep dan rumus-rumusnya.
3. Kemungkinan siswa mengembangkan sikap ilmiahnya dan merangsang rasa ingin tahu.
4. Siswa akan mampu menghayati secara benar, karena dia sendiri yang menemukan konsep dari hasil pekerjaannya.
5. Siswa akan merasa puas dengan temuannya sebagai salah satu faktor menumbuhkan motivasi.
Ada 11 jenis KPS beserta indikator-indiatornya yang dapat kita gunakan untuk mempermudah kita mempelajari KPS dan mengembangkannya dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran biologi seperti yang dikutip dari Rustaman (2005: 86-87) yang dapat diuraikan dalam tabel berikut ini: Tabel 1. KPS dan Indikatornya
No. Proses Sains Keterangan
1 Mengamati/Observasi Menggunakan sebanyak mungkin indra
Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan
2 Mngelompokkan/Klasifikasi Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
Mencari perbedaan,persamaan Mengontraskan ciri-ciri Membandingkan
Mencari dasar pengelompokan atau penggolongann
3 Menafsirkan/Interpretasi Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan
Menyimpulkan
(30)
pengamatan
Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati
5 Mengajukan Pertanyaan Bertanya apa, bagaimana dan mengapa
Bertanya untuk meminta penjelasan Mengajukan pertanyaan yang
berlatarkan hipotesis
6 Berhipotesis Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian
Menyadari bahwa ada lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah
7 Merencanakan Percobaan/Penelitian
Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan
Menentukan variable/factor penentu Menentukan apa yang akan diukur,
diamati, dicatat
Menentukan apa yang akan
dilaksanakan berupa langkah kerja 8 Menggunakan Alat dan
Bahan
Memakai alat/bahan
Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan Mengetahui bagaimana
menggunakan alat/bahan
9 Menerapkan Konsep Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru Menggunakan konsep pada
pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi
10 Berkomunikasi Mengubah bentuk penyajian Memerikan/menggambarkan data
empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau table atau diagram
11 Melaksanakan Percobaan/Eksperimentasi
Melaksanakan percobaan sesuai dengan rencana percobaan
KPS menurut Semiawan (1986: 17) antara lain terdiri atas: observasi atau mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mencari hubungan ruang dan waktu, menghitung, membuat hipotesa, merencanakan penelitian,
(31)
mengendalikan variabel, menginterprestasikan atau menafsirkan data,
menyusun kesimpulan sementara, mengaplikasikan, dan mengkomukasikan. Pengembangan KPS siswa juga perlu dilakukan dalam proses pembelajaran biologi. Hal ini karena apabila siswa telah menguasai indikator-indikator KPS tersebut, siswa akan lebih mudah mempelajari biologi dengan pengalamannya sendiri. Indikator KPS yang dapat digunakan dalam pembelajaran biologi meliputi: keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi/ meramal, menyimpulkan, menyusun hipotesis, merancang prosedur dan melaksanakan eksperimen untuk pengumpulan data, menyajikan hasil eksperimen dalam bentuk tabel/grafik, dan mengkomunikasikan secara tertulis maupun lisan (BSNP, 2006: vii).
Setiap peserta didik perlu memiliki KPS, baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, maupun dalam kehidupannya sehari-hari. Menurut Karso (dalam Budiarti, 2009: 14) alasan mengapa anak didik perlu memiliki keterampilan proses, diantaranya:
1. KPS adalah suatu cara memecahkan masalah yang dihadapi dalam berbagai segi kehidupan yang relevan.
2. Keterampilan ini mengembangkan cara anak didik untuk membentuk konsep sendiri dan membantu belajar bagaimana mempelajari sesuatu. 3. Membantu anak didik untuk mengembangkan dirinya.
4. Membantu anak didik memahami konsep yang abstrak. 5. Untuk mengembangkan kreativitas anak didik.
(32)
Kegiatan pembelajaran yang menerapkan keterampilan proses memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Ertikanto (dalam Sugesti 2008: 17) kelebihan dan kekurangan dari proses belajar mengajar dengan menggunakan keterampilan proses sains adalah sebagai berikut:
a. Kelebihannya adalah siswa dapat:
1) dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran,
2) mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep-konsep pengetahuan,
3) mengembangkan sikap ilmiah dan merangsang rasa ingin tahu siswa, 4) mengurangi ketergantungan siswa terhadap orang lain dalam belajar, 5) menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri siswa,
6) memiliki keterampilan-keterampilan dalam melakukan suatu kegiatan ilmiah sebagaimana yang biasa dilakukan para saintis.
b. Kekurangannya:
1) membutuhkan waktu yang ralatif lama untuk melakukannya, 2) jumlah siswa dalam kelas harus relatif kecil, karena setiap siswa
memerlukan perhatian guru,
3) memerlukan perencanaan dengan sangat teliti,
4) tidak menjamin bahwa setiap siswa akan dapat mencapai tujuan sesuai dengan tujuan pembelajaran,
5) sulit membuat siswa turut aktif secara merata selama berlangsungnya proses pembelajaran.
(33)
D. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002: 3).
Berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa memperoleh hasil belajar. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses pembelajaran antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa diperoleh siswa setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:
1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi verbal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.
2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan definisi, dan prinsip.
3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
(34)
4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5. Sikapadalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tersebut Gagne (dalam Dimyati dan Mujiono, 2002: 10)
Menurut Anderson, dkk (2000: 67-68), Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan. Tingkatan tersebut terdiri dari enam jenis perilaku yaitu:
1) Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.
2) Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.
3) Apply mencakup kemampuan menerapkam metode dan kaidah untuk meghadapi masalah yang nyata dan baru.
4) Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurai masalah menjadi bagian yang lebih kecil.
5) Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
6) Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil belajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok, ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan
(35)
tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada akhirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.
(36)
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013, yaitu pada bulan Mei bertempat di SMP Negeri 1 Gedongtataan Pesawaran
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Gedongtataan, Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 10 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIID sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 36 siswa dan kelas VIIG sebagai kelas kontrol dengan jumlah 35 siswa yang dipilih dengan teknik cluster random sampling. Hal ini dikarenakan di dalam pengambilan sampel, peneliti mengambil secara acak kelas yang akan dijadikan sampel (Arikunto, 2006: 136).
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes – postes kelompok non ekuivalen. Baik kelas eksperimen maupun kontrol
(37)
perlakuan dengan menggunakan media gambar dengan metode discovery, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode diskusi. Hasil pretes dan postes pada kedua kelompok subyek kemudian dibandingkan.
Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Desain pretest-posttest kelompok non ekuivalen. (dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43).
Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretest; O2 = Posttest; X = Perlakuan menggunakan media gambar melaui metode discovery, C = Perlakuan menggunakan metode diskusi kelompok (dimodifikasi dari Sukardi 2007: 186).
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Tahap prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke SMP Negeri 1 Gedongtataan Pesawaran, tempat diadakannya penelitian. Kelompok Pretes Perlakuan Postes
I O1 X O2
(38)
b. Mengadakan observasi dan wawancara ke SMP Negeri 1 Gedongtataan Pesawaran untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan menjadi subjek penelitian.
c. Melakukan sampling untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Mengambil data yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKK) untuk setiap pertemuan.
f. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes.
g. Membuat instrument penelitian berupa lembar observasi aktivitas siswa
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan media gambar dengan metode discovery untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelompok kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
Kelas Eksperimen a. Kegiatan Awal
1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian untuk materi pokok pengelolaan lingkungan, untuk
(39)
mengetahui pemahaman awal siswa sebelum menerima materi.
2) Apersepsi:
Pertemuan 1: Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan meyajikan gambar seseorang yang sedang membuang sampah ke sungai. Kemudian guru
memberikan pertanyaan “Apakah dampak yang ditimbulkan dari kegiatan yang terlihat pada gambar?” Pertemuan 2: Guru menggali pengetahuan awal siswa
dengan meyajikan gambar orang yang sedang menanam bibit pohon. Kemudian guru memberikan pertanyaan
“Apakah manfaat dari kegiatan yang terlihat pada
gambar?” 3) Motivasi:
Pertemuan 1: Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai macam pencemaran dan
kerusakan lingkungan, sehingga kita dapat berusaha untuk menjaga lingkungan disekitar kita.
Pertemuan 2: Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai upaya untuk melestarikan
lingkungan, sehingga lingkungan dapat terjaga hingga generasi selanjutnya.
4) Siswa memperhatikan guru memberikanpengarahan sebelum melaksanakan pembelajaran, misalnya
(40)
menyampaikan tujuan yang ingin dicapai,keterampilan proses sains, keterampilan sosial, dan karakter yang harus dicapai serta aturan-aturan belajar yang akan dilaksanakan.
a. Kegiatan Inti
1) Siswa duduk dalam kelompok yang sudah ditentukan, setiap kelompok terdiri dari lima orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya), yang terdiri dari lima kelompok heterogen berdasarkan nilai akademik siswa semester ganjil dan jenis kelamin.
2) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi pengelolaan lingkungan.
3) Siswa dibagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang berisi permasalahan (sesuai dengan topik pertemuan) kepada setiap siswa dalam kelompok yang harus ditemukan oleh
siswa.Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, siswa membuat suatu hipotesis menyangkut masalah yang mereka amati.
4) Siswa melakukan pengamatan.
5) Siswa menentukan informasi yang dibutuhkan, misalnya membandingkan apa yang mereka temui dari hasil pengamatan dengan sumber buku pelajaran.
a. Siswa dibimbing dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang ada dalam LKK dan dibantu dalam menyimpulkan hasil diskusi yang tertera pada LKK
(41)
b. Siswa mengumpulkan LKK yang telah dikerjakan. c. Perwakilan dari salah satu kelompok maju
mempresentasikan hasil pengamatannya, setiap kelompok yang melakukan presentasi hasil pengamatan mereka, kelompok yang lain dapat memberikan tanggapan. b. Kegiatan Penutup
1) Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi. 2) Guru meminta salah satu siswa untuk membuat kesimpulan
dari materi yang telah dibahas
3) Siswa mengerjakan tes akhir (postes).
4) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
5) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Kelas Kontrol
c. Kegiatan Awal
1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian untuk materi pokok pengelolaan lingkungan.
2) Apersepsi:
Pertemuan 1: Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan meyajikan gambar seseorang yang sedang
(42)
pertanyaan “Apakah dampak yang ditimbulkan dari kegiatan yang terlihat pada gambar?”
Pertemuan 2: Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan meyajikan gambar orang yang sedang menanam bibit pohon. Kemudian guru memberikan pertanyaan
“Apakah manfaat dari kegiatan yang terlihat pada gambar?” 3) Motivasi:
Pertemuan 1: Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai macam pencemaran dan kerusakan lingkungan, sehingga kita dapat berusaha untuk menjaga lingkungan disekitar kita.
Pertemuan 2 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai upaya untuk melestarikan lingkungan, sehingga lingkungan dapat terjaga hingga generasi
selanjutnya.
4) Siswa memperhatikan guru memberikanpengarahan sebelum melaksanakan diskusi, misalnya menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, keterampilan proses sains, keterampilan sosial, dan karakter yang harus dicapai serta aturan-aturan diskusi yang akan dilaksanakan.
d. Kegiatan Inti
1. Siswa duduk dalam kelompok yang sudah ditentukan, setiap kelompok terdiri dari lima orang (pembagian kelompok
(43)
dilakukan pada hari sebelumnya), yang terdiri dari lima kelompok heterogen berdasarkan nilai akademik siswa semester ganjil dan jenis kelamin.
2. Setiap kelompok siswa memperoleh LKK yang harus dikerjakan bersama.
3. Siswa berdiskusi, bekerja sama untuk mengobservasi, mengklasifikasi, menginterpretasi data yang ada dalam LKK serta mencari informasi yang sesuai untuk menjawab soal dalam LKK dengan sumber buku pelajaran Siswa
4. mengumpulkan LKK yang sudah dikerjakan.
5. Siswa mengkomunikasikan hasil diskusinya didepan siswa lainnya.
6. Siswa memperoleh evaluasi dari guru mengenai hasil diskusi LKK yang telah dikerjakannya.
e. Kegiatan Penutup
1) Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi.
2) Guru meminta salah satu siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas
3) Siswa mengerjakan tes akhir (postes).
4) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
(44)
5) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari KPS yang berasal dari pretest dan postest hasil belajar siswa pada materi pokok
pengelolaan lingkungan. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes dalam bentuk N-gain.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data aktivitas siswadan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan media gambar melalui metode discovery.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pretes dan Postes
Data penguasaan berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes yang diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil diakhir
pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian.
(45)
Teknik penskoran nilai pretest dan postestyaitu:
Keterangan : S = nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar. N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).
2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda check list(√) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: berdiskusi, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan membuat kesimpulan.
b. Angket tanggapan siswa
Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat penggunaan media gambar melalui metode discovery dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Angket ini berupa delapan pernyataan, terdiri dari lima pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif. Setiap siswa memilih jawaban yang menurut mereka sesuai dengan pendapat mereka pada lembar angket yang telah diberikan. Angket tanggapan siswa ini memiliki dua pilihan jawaban yaitu, setuju dan tidak setuju.
(46)
F. Teknik Analisis Data
1. Data Kuantitatif
Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan dua varians (homogenitas) data:
A. Uji Prasyarat
1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.
1. Hipotesis
H0 = Sampel berdistribusi normal H1 = Sampel tidak berdistribusi normal 2. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).
2) Uji Kesamaan Dua Varians
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.
1. Hipotesis
H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda
(47)
2. Kriteria Pengujian
Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau
probabilitasnya> 0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 71).
3) Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.
a. Uji Lanjut
Uji Kesamaan Dua Rata-rata (t1)
1. Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2. Kriteria Pengujian
Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka Ho diterima. Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).
Uji Perbedaan Dua Rata-rata (t2)
1. Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen Sama dengan kelompok kontrol.
H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen Lebih tinggi dari kelompok kontrol.
2. Kriteria Pengujian
Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka Ho diterima. Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10).
(48)
Uji Mann-Whitney U 1. Hipotesis
H0 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.
H1 :Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama.
2. Kriteria Pengujian
Ho ditolak jika sig < 0,05 dalam hal lainnya Ho diterima.
b. Pengolahan Data keterampilan proses sains
1. Memberi skor sesuai rubrik penilaian KPS dalam Tabel 2, lalu memasukkan ke dalam Tabel 3.
Tabel 2. Kriteria Skor Penilaian KPS Siswa
No Aspek KPS yang
dinilai Kriteria Penilaian Skor
1 Mengamati/
Mengobservasi
Cermat dan objektif 3
Kurang cermat dan objektif 2
Tidak cermat dan tidak objektif 1
2 Menerapkan Konsep
Menerapkan konsep berdasarkan metode/sistem yang sesuai
3 Menerapkan konsep berdasarkan
metode/sistem yang tidak sesuai
2 Menerapkan konsep tidak berdasarkan metode/sistem
1
3 Menginterpretasi/men
afsirkan
Menginterpretasi data dengan tepat 3
Menginterpretasi data kurang tepat 2
Menginterpretasi data tidak tepat 1
4 Menginferensi/
menyimpulkan
Menyimpulkan dengan tepat 3
Menyimpulkan kurang tepat 2
Menyimpulkan dengan bias/rancu 1
5 Mengkomunikasikan
Sistematis dan mudah dimengerti 3
Kurang sistematis dan mudah dimengerti
2
Tidak sistematis dan mudah dimengerti 1
(49)
Tabel 3. Lembar penilaian keterampilan proses sains oleh siswa
No. Urut Siswa
Skor pada Aspek KPS
A B C D E
No. soal No. Soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal 1 2 3 4 5 dst. R N S Kriteria
Keterangan Aspek KPS:
A = Mengobservasi; B = Menerapkan konsep; C = Menginterpretasi D = Menyimpulkan; E = Mengkomunikasikan (dimodifikasi dari Paidi, 2010: 8)
2. Menjumlahkan skor (R) setiap siswa
3. Menentukan nilai (S) pada setiap indikator KPS dengan menggunakan rumus:
S = x 100
Keterangan:
S = Nilai KPS yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor KPS yang diperoleh; N = Jumlah skor KPS maksimum (dimodifikasi dari Purwanto, 2008: 112).
4. Setelah data diolah dan diperoleh nilainya, maka KPS oleh siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut.
Tabel 4. Kriteria KPS oleh siswa
Nilai Kriteria
71 – 100 31 – 70
0 – 30
Tinggi Sedang Rendah (dimodifikasi dari Hake, 1999: 1)
R N
(50)
5. Selanjutnya setiap indikator KPS dideskripsikan untuk memperoleh gambaran mengenai KPS yang diperoleh.
c. Pengolahan Data Aktifitas Siswa
Tabel 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No Nama
Skor Aspek Aktivitas Belajar Siswa Xi
Xi ̅
A B C D E
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 dst Jumlah skor
A. Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa:
a) Berdiskusi:
1. Tidak melakukan diskusi
2. Berdiskusi tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari
3. Berdiskusi sesuai dengan materi yang dipelajari
b) Berpendapat:
1. Tidak mengungkapkan pendapat
2. Mengungkapkan pendapat tetapi tidak sesuai dengan materi yang
dipelajari
3. Mengungkapkan sesuai dengan materi yang dipelajari
c) Bertanya:
1. Tidak membuat pertanyaan
2. Membuat pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari
3. Membuat pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajari
d) Menjawab pertanyaan:
1. Tidak menjawab pertanyaan
2. Menjawab pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan pertanyaan yang
diberikan oleh guru/teman
3. Menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh
guru/teman
e) Membuat kesimpulan:
1. Tidak membuat kesimpulan
2. Membuat kesimpulan tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari
3. Membuat kesimpulan sesuai dengan materi yang dipelajari
(51)
B. Menghitung rata-rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:
∑xi
̅ = × 100 n
Keterangan:
̅ : rata rata skor aktivitas siswa
∑xi : jumlah skor akivitas yang diperoleh n : jumlah skor akivitas maksimum
C. Menafsirkan atau menentukan kategori persentase aktivitas siswa sesuaiklasifikasi pada Tabel 6.
Tabel 6. Klasifikasi Persentase Aktivitas Siswa Persentase aktivitas siswa
(%)
Interprestasi
0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008: 37).
H. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Media Gambar Melalui Metode Discovery
Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui
penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 10 pernyataan yang terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:
(52)
2) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 6.
Tabel 7. Skor perjawaban angket
Sifat Pernyataan
Skor
1 0
Positif S TS
Negatif TS S
Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 29).
2) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket. Tabel 8. Data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan media gambar melalui metode discovery
No. Pertanyaan
Angket
PilihanJa waban
Nomor Responden
(Siswa) Persentase 1 2 3 dst
1 S
TS
2 S
TS dst. S
TS
(53)
3) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan media gambar melalui model discovery sesuai kriteria Hendro (Hastriani, 2006: 43) pada Tabel 7.
Tabel 9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan media gambar melalui metode discovery
Persentase
(%) Kriteria
100 76 – 99 51 – 75
50 26 – 49
1 – 25 0
Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya
Sebagian kecil Tidak ada
(54)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penerapan media gambar melalui metode discovery berpengaruh signifikan terhadap KPS siswa pada materi pengelolaan lingkungan 2. Penerapan media gambar melalui metode discovery berpengaruh
signifikan terhadap aktivitas siswa pada materi pengelolaan lingkungan
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian selanjutnya, maka penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Sebaiknya setiap siswa mendapatkan bahan ajar agar semua siswa memiliki tanggung jawab terhadap tugasnya dan aktif dalam proses pembelajaran
2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal evaluasi pembelajaran
hendaknya mempertimbangkan kemampuan siswa dalam menjawab soal sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang.
(55)
3. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan agar pembuatan soal dalam LKK dan soal pre test dan post test, dapat lebih memperhatikan indikator KPS yang diamati apakah sudah sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.
(56)
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 2009. Pembelajaran Menggunakan Metode Inquiri dan Discovery Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pengusaan Konsep pada Materi Ciri-ciri Makhluk Hidup. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Anderson, at all. 2000. A Taxonomy For Learning, Teaching, ans Assesing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman.Newyork.
Anonim. 2011. Pengertian Pendidikan. www.puspendik.com. 28 April 2011 (19:44 WIB)
Arikunto, S.2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Arikunto. S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi VIII. Grafindo.
Jakarta.
Arsyad, A. 1997. Media Pengajaran. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta Belina. W. W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam
Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen pendidikan nasional. Jakarta.
Danim, S. 1995. Media Komunikasi pendidikan. Bumi aksara. Jakarta. Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi SMA. Dalam
http://sasterpadu.tripod.com/sas_store/Biologi.Pdf (pada hari senin, 5 November 2012; 11.52 WIB).
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Fatimah, S. 2010. Pembelajaran Guide Discovery melalui LKS Konstruktif untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains(skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
(57)
Hake, R. R. 1999. Analyzing Change/ Gain Score. American Educational Research Methodology.
http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855. (7 Desember 2012 : 08:00)Hamzah, B. 1981.Media Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Hamalik, O. 2004. PendidikanGuru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.
Hamzah, B. 1981. Media Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Imtihani, N. 2007. Komparasi efektifitas Penggunaan Media Model dan Gambar Terhadap Minat dan Hasil Belajar Biologi (Skripsi). Universitas Islam Negeri Sunan Studi Kalijaga. Yogyakarta. Diakses dari http://digilib.uin-suka.ac.id/846/1/BAB%20I,%20BAB%20V,%20DP.pdf pada Jumat, 28 Desember 2012 11.27 a.m.
Lie, A. 2004. Mempraktikan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas. Gramedia. Jakarta
Mulyasa. 2005. http://ifzanul.blogspot.com/macam-macam-metode-pembelajaran.html (8 Desember 2012 : 09.30 WIB).
Nasution, S. 2007. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.
Nopitasari, A. 2012. Pengaruh Metode Student Created Case Studies disertai Media Gambar terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban Sukoharjo (Skripsi). Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Diakses dari
http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/ANGGUN-NOPITASARI_K4308069.pdf pada Senin, 3 Desember 2012 2.21 p.m.
Paidi. 2010. Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA. Artikel Semnas FMIPA 2010 UNY. Diakses dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132048519/Artikel%20Semnas%20 FMIPA2010%20UNY.pdf pada Selasa, 18 Oktober 2011 4.37 a.m. Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara. Jakarta.
Purnamasari. 2010. Media pendidikan.PT Grafindo persada. Jakarta
Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung.
(58)
Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta.
Roestiyah, N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bina Aksara. Jakarta Rohani. A. 1997. Media Intruksional Edukatif. Renika Cipta. Jakarta. Sadiman dkk.1986. Media Pendidikan. PT Raja Grafindo. Jakarta.
Sardiman. 2008. Interaksi dan motivasi belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Semiawan C. 1986. Pendekatan Keterampilan Proses. PT.Gramedia: Jakarta. Soetarjo dan Soejitno. 1998. Proses Belajar Mengajar dengan Metode
Pendekatan Keterampilan Proses. SIC. Surabaya
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Jakarta.
Sunyono. 2009. Modul Penelitian Tindakan Kelas.
http://blog.unila.ac.id/Sunyono/files/2009/06/ptk.pdf (pada hari selasa, 6 November 2012; 11.30 WIB).
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta
Wahyuni, H. 2012. Pengaruh Penggunaan Media Nyata dan Media Gambar terhadap Peningkatan Minat dan Keterampilan Proses Dasar IPA Peserta Didik Kelas VIII SMP N 1 Angkinang (Skripsi). UNY. Yogyakarta.
Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/8187/1/1%20-%2010708259027.pdf pada Jumat, 28 Desember 2012 11.19 a.m.
(1)
Tabel 9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan media gambar melalui metode discovery
Persentase
(%) Kriteria
100 76 – 99 51 – 75
50 26 – 49
1 – 25 0
Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya
Sebagian kecil Tidak ada
(2)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penerapan media gambar melalui metode discovery berpengaruh signifikan terhadap KPS siswa pada materi pengelolaan lingkungan 2. Penerapan media gambar melalui metode discovery berpengaruh
signifikan terhadap aktivitas siswa pada materi pengelolaan lingkungan
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian selanjutnya, maka penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Sebaiknya setiap siswa mendapatkan bahan ajar agar semua siswa memiliki tanggung jawab terhadap tugasnya dan aktif dalam proses pembelajaran
2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal evaluasi pembelajaran
hendaknya mempertimbangkan kemampuan siswa dalam menjawab soal sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang.
(3)
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 2009. Pembelajaran Menggunakan Metode Inquiri dan Discovery Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan
Pengusaan Konsep pada Materi Ciri-ciri Makhluk Hidup. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Anderson, at all. 2000. A Taxonomy For Learning, Teaching, ans Assesing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives, Abridged
Edition). Longman.Newyork.
Anonim. 2011. Pengertian Pendidikan. www.puspendik.com. 28 April 2011 (19:44 WIB)
Arikunto, S.2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Arikunto. S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi VIII. Grafindo.
Jakarta.
Arsyad, A. 1997. Media Pengajaran. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta Belina. W. W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam
Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa
kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan
Pendidikan Fisika UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus
SMA/MA. Departemen pendidikan nasional. Jakarta.
Danim, S. 1995. Media Komunikasi pendidikan. Bumi aksara. Jakarta. Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi SMA. Dalam
http://sasterpadu.tripod.com/sas_store/Biologi.Pdf (pada hari senin, 5 November 2012; 11.52 WIB).
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Fatimah, S. 2010. Pembelajaran Guide Discovery melalui LKS Konstruktif untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses
(5)
Hamalik, O. 2004. PendidikanGuru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.
Hamzah, B. 1981. Media Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi).
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Imtihani, N. 2007. Komparasi efektifitas Penggunaan Media Model dan Gambar
Terhadap Minat dan Hasil Belajar Biologi (Skripsi). Universitas Islam
Negeri Sunan Studi Kalijaga. Yogyakarta. Diakses dari http://digilib.uin-suka.ac.id/846/1/BAB%20I,%20BAB%20V,%20DP.pdf pada Jumat, 28 Desember 2012 11.27 a.m.
Lie, A. 2004. Mempraktikan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas. Gramedia. Jakarta
Mulyasa. 2005. http://ifzanul.blogspot.com/macam-macam-metode-pembelajaran.html (8 Desember 2012 : 09.30 WIB).
Nasution, S. 2007. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.
Nopitasari, A. 2012. Pengaruh Metode Student Created Case Studies disertai Media Gambar terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Mojolaban Sukoharjo (Skripsi). Universitas Sebelas Maret.
Surakarta. Diakses dari
http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/ANGGUN-NOPITASARI_K4308069.pdf pada Senin, 3 Desember 2012 2.21 p.m.
Paidi. 2010. Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA. Artikel Semnas FMIPA 2010 UNY. Diakses dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132048519/Artikel%20Semnas%20 FMIPA2010%20UNY.pdf pada Selasa, 18 Oktober 2011 4.37 a.m. Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara. Jakarta.
Purnamasari. 2010. Media pendidikan.PT Grafindo persada. Jakarta
Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung.
(6)
Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada
Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta.
Roestiyah, N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bina Aksara. Jakarta Rohani. A. 1997. Media Intruksional Edukatif. Renika Cipta. Jakarta. Sadiman dkk.1986. Media Pendidikan. PT Raja Grafindo. Jakarta.
Sardiman. 2008. Interaksi dan motivasi belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Semiawan C. 1986. Pendekatan Keterampilan Proses. PT.Gramedia: Jakarta. Soetarjo dan Soejitno. 1998. Proses Belajar Mengajar dengan Metode
Pendekatan Keterampilan Proses. SIC. Surabaya
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Jakarta.
Sunyono. 2009. Modul Penelitian Tindakan Kelas.
http://blog.unila.ac.id/Sunyono/files/2009/06/ptk.pdf (pada hari selasa, 6 November 2012; 11.30 WIB).
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta
Wahyuni, H. 2012. Pengaruh Penggunaan Media Nyata dan Media Gambar terhadap Peningkatan Minat dan Keterampilan Proses Dasar IPA Peserta
Didik Kelas VIII SMP N 1 Angkinang (Skripsi). UNY. Yogyakarta.
Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/8187/1/1%20-%2010708259027.pdf pada Jumat, 28 Desember 2012 11.19 a.m.