ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHA INDUSTRI KECIL SO’ON DI KABUPATEN KLATEN (STUDI KASUS DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN)

(1)

commit to user

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEUNTUNGAN USAHA INDUSTRI KECIL SO’ON

DI KABUPATEN KLATEN

(STUDI KASUS DI DESA MANJUNG KECAMATAN

NGAWEN)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Pembangunan

oleh :

Totok Turisbiyanto

S4210097

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

SURAKARTA


(2)

commit to user

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEUNTUNGAN USAHAINDUSTRI KECIL SO’ON

DI KABUPATEN KLATEN

(STUDI KASUS DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN)

Disusun Oleh :

TOTOK TURISBIYANTO

S4210097

Telah disetujui oleh Pembimbing

Pembimbing I

Dr. Evi Gravitiani, M. Si. NIP. 19730605 200912 2 001

Pembimbing II

Drs. Wahyu Agung Setyo, M.Si. NIP. 19680522 199103 1 002

Ketua Program Studi

Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dr. J.J. Sarungu, MS. NIP. 19510701 198010 1 001


(3)

commit to user

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEUNTUNGAN USAHAINDUSTRI KECIL SO’ON

DI KABUPATEN KLATEN

(STUDI KASUS DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN)

Disusun Oleh :

TOTOK TURISBIYANTO

S4210097

Telah disetujui oleh Tim Penguji Pada tanggal : Agustus 2011

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Tim Penguji Dr. JJ. Sarungu, MS.

Pembimbing Utama Dr. Evi Gravitiani, M. Si.

Pembimbing Pendamping Drs. Wahyu Agung Setyo, M.Si.

Mengetahui Direktur PPs UNS

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., PhD. NIP. 19570820 198503 1 004

Ketua Program Studi

Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dr. J.J. Sarungu, MS. NIP. 19510701 198010 1 001


(4)

commit to user

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

N a m a : TOTOK TURISBIYANTO

NIM : S4210097

Program Studi : Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Sumber Daya Manusia dan

Pembangunan

Menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya.

Surakarta, Agustus 2011

Tertanda

TOTOK TURISBIYANTO


(5)

commit to user

MOTTO :

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini k ami

buatk an untuk manusi a, dan tiada y ang

memahaminy a k ecuali orang-orang y ang

berilmu”

( Surat Al’ank abuut : 43 )

“Sepiro gedhene sangsoro y en tinompo among dadi

cobo” (seberapa besarny a pengorbanan, k alau

diterima hany alah merupak an cobaan)

(PSHT)


(6)

commit to user

PERSEMBA HA N

Karya ini kupersembahkan untuk :

• Almamaterku,

• Yth. Orang tua,

• Istri tercinta dan anak-anakku tersayang ;

• Saudara-saudaraku yang selalu mendo’akanku.


(7)

commit to user

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING SMALL BUSINESS PROFITS SO'ON INDUSTRY IN THE DISTRICT KLATEN

(CASE STUDY IN THE VILLAGE DISTRICT MANJUNG NGAWEN)

By : Totok Turisbiyanto

ABSTRACT

This study generally aims to obtain empirical facts about the development of small industries are productive in the context of the economic empowerment of the community. In other words, we want to know how much success so'on small industrial enterprises as one of the businesses that remain productive and labor-intensive to grow and develop. Specifically aimed to determine the effect of four independent variables (independent), namely labor, capital, marketing expenses, and education level on the dependent variable (the dependent) is a small industrial enterprise profits in the Village so'on Ngawen Manjung District of Klaten regency.

Methods of data collection is done by the two goals of primary data and secondary data on the object of study of 60 respondents. This data is processed or processed using the Econometric Views (E-Views) version 5.1.

The results of data analysis and hypothesis testing has been done shows that the variable labor costs negatively affect the net profits of small industries so'on. The influence of these variables on net profit is significant. Any additional labor wages amounting to Rp1, - will reduce the net profits of small industries for Rp.0, 956 120, -. Venture capital variable berpengaruhi positively and significantly to the net profit so'on small industries. This means that every additional capital amounting to Rp1 effort, - then the net profits of small industries would increase by Rp.0, 187 076, -. This means that increasing numbers of venture capital industry is a small net profit increase. Variable marketing costs in a negative and significant impact on net profit so'on small industry, so every additional marketing costs amounting to Rp1, - then the net profits of small industries so'on would be reduced by Rp. 0.950885, -. Variable levels of education have a negative influence on net profits of small industries so'on. However, the effect is not significant to the variable terikatanya. This means that in small dutuhkan industry is the skills and experience of the business rather than education level.

Keywords : Labor, Capital, Marketing, and Education vi


(8)

commit to user

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHA INDUSTRI KECIL SO’ON

DI KABUPATEN KLATEN

(STUDI KASUS DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN) Oleh : Totok Turisbiyanto

INTISARI

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan fakta empiris mengenai perkembangan industri kecil yang produktif dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dengan kata lain, ingin diketahui seberapa besar kesuksesan usaha industri kecil so’on sebagai salah satu usaha yang tetap produktif dan padat karya dapat tumbuh dan berkembang. Secara spesifik bertujuan untuk mengetahui pengaruh 4 variabel bebas (independen) yaitu upah tenaga kerja, modal usaha, biaya pemasaran, dan tingkat pendidikan terhadap variabel terikat (dependen) yaitu keuntungan usaha industri kecil so’on di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua hal yaitu data primer dan data sekunder terhadap objek penelitian dari 60 responden. Data ini diproses atau diolah dengan menggunakan Econometric Views (E-Views) version 5.1.

Hasil analisa data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap keuntungan bersih industri kecil so’on. Pengaruh variabel ini terhadap keuntungan bersih adalah signifikan. Setiap ada penambahan upah tenaga kerja sebesar Rp.1,- akan mengurangi keuntungan bersih industri kecil sebesar Rp.0,956120,-. Variabel modal usaha berpengaruhi secara positif dan signifikan terhadap keuntungan bersih industri kecil so’on. Artinya setiap ada penambahan modal usaha sebesar Rp.1,- maka keuntungan bersih industri kecil akan bertambah sebesar Rp.0,187076,-. Artinya bahwa semakin bertambahnya modal usaha maka keuntungan bersih industri kecil semakin bertambah. Variabel biaya pemasaran berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap keuntungan bersih industri kecil so’on, jadi setiap ada penambahan biaya pemasaran sebesar Rp.1,- maka keuntungan bersih industri kecil so’on akan berkurang sebesar Rp. 0,950885,-. Variabel tingkat pendidikan berpengaruh negatif terhadap keuntungan bersih industri kecil so’on. Akan tetapi pengaruh tersebut tidak signifikan terhadap variabel terikatanya. Artinya dalam industri kecil yang dutuhkan adalah ketrampilan dan pengalaman usaha bukan tingkat pendidikan.

Kata Kunci : Tenaga Kerja, Modal Usaha, Pemasaran, dan Pendidikan vi


(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHA INDUSTRI KECIL SO’ON DI KABUPATEN KLATEN (STUDI KASUS DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN)”, ini sesuai dengan jadual waktu yang ditentukan. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat magister program studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan, dengan konsentrasi Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang memberikan bantuan baik materiil ataupun spiritual sehingga tersusunnya tesis ini. Tidak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., PhD., Direktur PPs Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ;

2. Dr. JJ. Sarungu, MS., Ketua Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ;


(10)

commit to user

3. Dr. Evi Gravitiani, M. Si., Pembimbing Utama, yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan sampai selesai tesis ini ;

4. Drs. Wahyu Agung Setyo, M. Si., Pembimbing Pendamping, yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan sampai selesai tesis ini ;

5. Segenab Dosen dan seluruh staf Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Program Pascasarjana Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan, Surakarta ;

6. Istri tercinta drh. Noor Fitrianingsih S. dan ananda Muhammad Fery Nurfiyanto dan Talitha Elviana Nurhasanah, yang selalu mendo’akan serta memberikan dorongan lahir dan batin sehingga tesis ini bisa tersaji.

Dengan segenap kemampuan penulis sudah berusaha menyusun tesis ini untuk meraih yang terbaik, namun demikian penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran demi perbaikan pada penulisan-penulisan berikutnya.

Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca, Amiin. Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarohkatuh.

Surakarta, Agustus 2011

Penulis,


(11)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………..….………… i

HALAMAN PERSETUJUAN/PENGESAHAN …….………… ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .……….….. iii

HALAMAN MOTTO ……….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. v

ABSTRAK ………. vi

KATA PENGANTAR ……… vii

DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR TABEL ………. ix

DAFTAR GAMBAR ………. x

DAFTAR LAMPIRAN ……… xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………….….….…….. 1

B. Perumusan Masalah ……….…..……. 7

C. Tujuan Penelitian ……….………. 8

D. Manfaat Penelitian ……… 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ………. 10


(12)

commit to user

2. Faktor Produksi ………... 11

3. Industri Kecil …….……….. 15

4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat …….…. 18

B. Hasil Penelitian Sebelumnya ……… 21

C. Kerangka Pemikiran ………. 24

D. Hipotesis ……….. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ……….. 28

B. Subjek Penelitian ……… 28

C. Metode Pengumpulan Data ………… ………… 29

D. Definisi Operasional Variabel ………. 32

E. Teknik Analisa Data ……… 35

F. Teknik Pengujian Hipotesis ……… 36

BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………….. 42

1. Deskripsi Daerah Kabupaten Klaten ……… 42

a. Aspek Geografi ………. 42

b. Aspek Demografi ……….. 43

c. Aspek Industri ……….. 44

2. Deskripsi Desa Manjung ……….. 45

a. Kondisi Geografis ……….…. 45

b. Kondisi Demografi ……….… 46


(13)

commit to user

B. Analisis Diskriptif ……… 48 C. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi

Keuntungan Usaha Industri Kecil So’on …….. 55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……… 69

B. Saran ………. 70


(14)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1.1 Kondisi Perindustrian Kabupaten Klaten

Tahun 2009 – 2010 ………..………. 5 2.1 Klasifikasi Skala Industri Staley dan Morse

Atas Dasar Penyerapan Tenaga Kerja …………..…. 17 2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ………..…... 21 4.1 Kondisi Perindustrian Kabupaten Klaten

Tahun 2008 – 2010 ……….. 44 4.2 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Manjung …… 46 4.3 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat

Desa manjung Kecamatan Ngawen ………..…. 47 4.4 Data Responden Berdasarkan Umur ………..… 48 4.5 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……... 50 4.6 Data Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ………..….. 50

4.7 Data Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha…. 51 4.8 Data Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga

Kerja ………..… 52

4.9 Data Responden Berdasarkan Upah/Gaji

Tenaga Kerja (per bulan) ………... 52 4.10 Data Responden Berdasarkan Modal Usaha …..…… 53 4.11 Data Responden Berdasarkan Wilayah Pemasaran

Hasil Produksi Industri Kecil So’on ………... 54 4.12 Data Responden Berdasarkan Biaya Pemasaran…..… 54 4.13 Uji Statistik Regresi Berganda ………. 57


(15)

commit to user

4.14 Uji Heteroskedastisitas dengan White

Heterokedasticity Test no cross term …………..…… 62 4.15 Uji Heteroskedastisitas dengan White

Heterokedasticity Test cross term ………..… 63 4.16 Pengujian Autokorelasi dengan LM Test …………... 64

4.17 Ramsey RESET Test ………..…… 64


(16)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Lingkaran Tak Berujung dari Keterbelakangan

Usaha Industri Kecil ……….……… 23 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ……… 27


(17)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Sumber Responden Pengusaha So’on Di Desa Manjung Kecamatan Ngawen

Dihitung dalam satu bulan ……….. 77 Lampiran 2 Data Hasil Penelitian ………..…………

Lampiran 3 Model Linear ………..

80 82 Lampiran 4 Menentukan fungsi Model dengan MWD Test.. 83 Lampiran 5 Uji Normalitas dengan Jarque Bera Test …….. 84 Lampiran 6 Diagram Secatter ………. 85 Lampiran 7 Uji Multikolinieritas dengan Korelasi Parsial .. 86 Lampiran 8 Uji Heteroskedastisitas dengan White

Heteroscedastisity Test No Cross Term ……… 88

Lampiran 9 Uji Autokorelasi dengan Lagrange

Multiplier Test ……….. 90

Lampiran 10 Uji Linearitas dengan Ramsey Reset Test …… 91


(18)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagian besar penduduk di Indonesia tinggal di pedesaan yang tersebar pada berbagai daerah-daerah dengan beragam keadaan, lingkungan, alam dan sosialnya. Penyelenggaraan pembangunan di desa merupakan tolak ukur dari keberhasilan Pembangunan Nasional, beberapa alasan mengapa pembangunan di Indonesia lebih diarahkan ke pedesaan, menurut Ndraha (1990 : 81) yaitu :

1. Sebagian besar penduduk tinggal di daerah pedesaan, kondisi dan taraf hidup mereka sangat rendah ;

2. Keadaan pedesaan dianggap timpang jika dibandingkan dengan keadaan perkotaan ;

3. Kenyataan bahwa dalam pembangunan masyarakat (community development) sampai saat ini masyarakat lebih-lebih masyarakat pedesaan tidak segera menunjukkan prakarsa yang berarti.

Hakekat pembangunan adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pemerintah berkeyakinan bahwa usaha memperbaiki tingkat penghidupan dan kehidupan rakyat yang dimulai dari daerah pedesaan merupakan faktor yang penting menuju kepada perbaikan lapangan ekonomi dan sosial di tanah air, sesuai dengan Tujuan Nasional yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV, yaitu :

... Melindungi segenab Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial ...


(19)

commit to user

Pembangunan nasional adalah merupakan pengamalan Pancasila yang mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa yang diselenggerakan bersama oleh Pemerintah dan masyarakat. Masyarakat adalah objek dan subyek pembangunan sedangkan Pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing, melindungi serta menumbuhkan suasana yang menunjang keberhasilan pembangunan. Kegiatan Pemerintah dan masyarakat saling menunjang, saling mengisi, dan saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan Pembangunan Nasional. Tercapainya tujuan pembangunan nasional tersebut telah dilaksanakan pembangunan di segala bidang dengan titik berat diletakkan pada bidang ekonomi seiring dengan kualitas sumber daya manusia tetap bertumpu pada aspek pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas (Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil).

Pengembangan ekonomi rakyat perlu diarahkan untuk mendorong perubahan strutural (structural adjustment or structural transformation), yaitu dengan memperkuat kedudukan dan peran ekonomi rakyat dalam perekonomian nasional, (Sumodiningrat, 1998:6). Perubahan struktural ini mensyaratkan langkah-langkah dasar yang meliputi pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan, penguasaan teknologi, serta pemberdayaan sumber daya manusia. Pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan agar tercapai berbagai bidang kegiatan yang meluas dan merata, maka ciri utama dalam pembangunan ekonomi di era globalisasi adalah harus tetap berkisar


(20)

commit to user

pada usaha reformasi kesejahteraan (social reforms) dalam kehidupan masyarakat, yakni dengan berpedoman pada pemihakan dan pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah.

Reformasi kesejahteraan dapat ditandai oleh reorientasi dalam proses akumulasi, arah investasi dan realokasi dalam pola pembangunan sumber daya dana dan ekonomi masyarakat. Dengan kata lain, reformasi kesejahteraan dapat ditandai dengan semakin lebih berdayanya ekonomi, sosial, hukum, budaya dan politik masyarakat bawah. Dengan demikian, secara khusus perhatiannya harus diberikan untuk pemberdayaan masyarakat. Sedangkan tindakannya, yakni dapat melalui program pembangunan ekonomi rakyat, yaitu pembangunan ekonomi usaha kecil termasuk industri kecil dan koperasi, sehingga tidak makin tertinggal jauh dengan usaha besar lainnya.

Tujuan akhir dari pembangunan ekonomi suatu Negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu Negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghabat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan, sebab pengangguran akan berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian.

Pelaksanaan program pembangunan ekonomi rakyat tersebut merupakan usaha dalam rangka penanggulangan pengangguran dan pemerataan distribusi pendapatan di Indonesia pada umumnya dan di Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten pada khususnya sekarang ini akan kurang berhasil jika hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi modern


(21)

commit to user

saja. Kondisi semacam ini harus selalu diperhatikan dalam rangka modernisasi yang meliputi modernisasi teknologi, pengembangan perekonomian daerah pedesaan maupun pembinaan lapisan industri kecil dan menengah.

Permasalahan yang masih harus dihadapi adalah kapasitas produksi dan akses terhadap berbagai sumberdaya produktif bagi masyarakat miskin masih jauh dibawah tingkat yang memungkinkan untuk berusaha dalam upaya meningkatkan pendapatan serta memenuhi kebutuhan dasarnya. Masalah-masalah pokok yang mendasar dalam pelaksanaan pembangunan yaitu : masih terbatasnya lapangan kerja produktif, pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, kemiskinan, dan ketidakseimbangan ekonomi antar daerah (Soemitro, 1994; Sumodiningrat, 1998). Menurut Sumodiningrat, (1998 : 6) ketiga masalah itu timbul karena ada perbedaan di antara setiap anggota masyarakat dalam kegiatan ekonomi.

Industri kecil adalah tulang punggung perekonomian bangsa yang mampu bertahan di saat krisis. Strategi Pemberdayaan Industri kecil meliputi strategi manajemen inovasi dan teknologi yang mampu merubah karakter industri kecil menjadi industri kecil yang berwawasan global. Di Kabupaten Klaten Sektor industri sangat potensial untuk dikembangkan karena dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja. Kondisi perindustrian di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini.


(22)

commit to user

Tabel 1.1

Kondisi Perindustrian Kabupaten Klaten Tahun 2009 – 2010

Uraian Industri Kecil Industri Menengah –

Besar Jumlah

2009 2010 2009 2010 2009 2010 Unit Usaha :

- IHPK - IA - ILMK Jumlah (Unit) 16.034 10.772 6.164 32.920 16.034 10.772 6.164 32.920 42 - 84 126 42 - 84 126 16.076 10.772 6.248 33.046 16.076 10.772 6.248 33.046 Tenaga Kerja:

- IHPK - IA - ILMK Jumlah (Orang) 65.286 44.721 25.838 135.845 65.286 45.257 25.982 136.525 8.011 - 4.532 12.543 8.011 - 4.532 2.543 73.297 44.721 30.370 148.388 73.297 45.257 30.514 149.068 Nilai Investasi

- IHPK - IA - ILMK Jumlah (Rp. juta,-) 262.622 307.990 394.135 963.757 262.622 309.870 394.135 966.627 474.436 - 114.500 588.936 475.643 - 121.500 597.143 737.058 307.000 508.635 1.552.693 738.265 309.870 515.635 1.563.770 Nilai Produksi

- IHPK - IA - ILMK Jumlah (Rp. juta,-) 1.707.385 1.115.432 1.117.134 3.939.951 1.716.175 1.325.312 1.129.024 4.170.511 1.080.526 - 1.592.771 2.673.297 1.155.685 - 1.625.475 2.781.160 2.787.911 1.115.432 2.709.905 6.613.248 2.871.860 1.325.312 2.754.499 6.951.671 Keterangan : IHPK (Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan), IA (Industri Aneka), dan

ILMK (Industri Logam, Mesin dan Kimia).

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten

Perkembangan industri kecil di Kabupaten Klaten sebagaimana Tabel 1.1 tersebut diatas, nampak bahwa industri kecil dapat memberikan kontribusi dalam hal nilai produksi, bahan baku, penyerapan tenaga kerja dan unit usaha yang lebih banyak dibandingkan dengan industri menengah-besar yang ada, padahal nilai investasi industri menengah-besar lebih tinggi daripada investasi industri kecil. hal ini terlihat pada perkembangan unit usaha, tenaga kerja yang terserap, nilai bahan baku dan nilai tambahnya.

Tabel 1.1. tersebut diatas terlihat bahwa jenis industri kecil pada Industri Aneka (IA) khususnya pada jumlah unit usaha, jumlah tenaga kerja,


(23)

commit to user

nilai investasi dan nilai produksinya mengalami perkembangan dibandingkan dengan jenis industri lainnya. Namun, dalam perkembangan usaha ekonomi industri kecil khususnya pada sektor industri aneka secara umum masih mengalami kendala, hambatan, dan permasalahan yang dihadapi. Sektor ini telah memberikan nilai tambah yang besar bagi pembangunan masyarakat, jadi kedudukan dan peran masyarakat ekonomi lemah atau masyarakat pelaku usaha industri kecil perlu terus diperkuat agar lebih berkembang secara mandiri.

Tabel 1.1 terlihat bahwa di Kabupaten Klaten menunjukan bahwa sektor industri kecil lebih potensial untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan bahwa membangun ekonomi usaha kecil termasuk usaha industri kecil dan usaha industri rumah tangga akan dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan desa.

Perkembangan industri kecil di Kabupaten Klaten cukup mempunyai peranan yang strategis, baik dalam aspek pemerataan kesempatan berusaha, penyebaran lokasi usaha, maupun pemerataan kesempatan kerja, sehingga mampu mendukung pembangunan ekonomi daerah. Industri kecil harus terus diberdayakan agar dapat menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah dan pada saatnya dapat memperkokoh struktur ekonomi nasional.

Penelitian ini akan mencari, menemukan, mengklasifikasikan dan menganalisis secara mendalam mengenai keberadaan industri kecil di


(24)

commit to user

Kabupaten Klaten dan selain itu juga akan dicari tentang peran, prospek dan masalah serta manfaatnya bagi kehidupan para pengusaha industri kecil khususnya dan masyarakat pada umumnya. Penelitian ini juga bertujuan untuk mencari solusi yang riil bagi industri kecil dalam rangka pengembangan usahanya. Untuk itu, perlu diketemukan dan dirumuskan alternatif-alternatif cara mengatasinya.

Keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, baik itu kesempatan, uang, waktu, alat, dan tenaga (KUWAT), maka pelaksanaan penelitian ini hanya akan diambilkan sampel di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten. Desa Manjung adalah salah satu desa yang memiliki sumber pendapatan asli desa rendah terbukti jumlah Tanah Kas Desanya hanya sebesar 17,230 ha, selain itu Desa Manjung adalah satu-satunya desa di Kabupaten Klaten yang memiliki industri kecil so’on yaitu sekitar 60 industri so’on yang mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 300 orang, hal ini cukup potensial untuk dikembangkan sehingga keberadaannya dapat mendorong dalam usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat desanya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah serta untuk mengarah kepada tujuan penelitian, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh tenaga kerja terhadap keuntungan usaha industri kecil So’on di Desa Manjung ;


(25)

commit to user

2. Bagaimanakah pengaruh modal usaha terhadap keuntungan usaha industri kecil So’on di Desa Manjung ;

3. Bagaimanakah pengaruh biaya pemasaran terhadap keuntungan usaha industri kecil So’on di Desa Manjung ;

4. Bagaimanakah pengaruh pendidikan terhadap keuntungan usaha industri kecil So’on di Desa Manjung ;

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan fakta empiris mengenai perkembangan industri kecil yang produktif dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat. Penelitian ini juga ingin mengeketahui sebarapa besar kesuksesan dari usaha industri kecil sebagai salah satu usaha yang tetap produktif dan padat karya dapat tumbuh dan berkembang. Secara spesifik penelitian ini ditujukan kepada hal-hal sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap keuntungan usaha industri kecil So’on di Desa Manjung ;

2. Untuk mengetahui pengaruh modal usaha terhadap keuntungan usaha industri kecil So’on di Desa Manjung ;

3. Untuk mengetahui pengaruh biaya pemasaran terhadap keuntungan usaha industri kecil So’on di Desa Manjung ;

4. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap keuntungan usaha industri kecil So’on di Desa Manjung ;


(26)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat pula dipergunakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten dan Instansi terkait, Camat Ngawen Kabupaten Klaten dan Kepala Desa Manjung dalam menentukan kebijakan pengembangan industri kecil sebagai usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat.

2. Bagi pelaku usaha industri kecil

Dijadikan masukan bagi pelaku usaha industri kecil untuk mengembangkan usahanya sebagai usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan cara meningkatkan skala produksinya agar mendapatkan titik yang efisien dalam produksi so’on.

3. Bagi Pembaca pada umumnya

Berguna untuk menambah ilmu pengetahuan tentang pengembangan usaha industri kecil sebagai usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat.


(27)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Industri dan Produksi

Industri dapat diartikan sebagai kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk yang homogen, (Usman, 1987:1.2; Hasibunan, 1994:12). Pembentukan pendapatan yang cenderung bersifat makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah (Hasibunan, 1994). Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar, prilaku dan kinerja pasar, (Jaya, 1994 : 3 ).

Industri selalu berkaitan dengan produksi, karena produksi juga dapat diartikan sebagai segala usaha uang membawa faedah lebih. Produksi juga diartikan sebagai proses kombinasi antara input, faktor, sumber daya, atau jasa-jasa produksi dalam pembuatan suatu barang dan jasa. Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produksi adalah suatu kegiatan yang menciptakan atau meningkatkan kegunaan suatu barang. Peningkatan atau penambahan kegunaan suatu barang bisa melalui kegunaan tempat, kegunaan waktu, kegunaan bentuk atau gabungan dari beberapa kegunaan tersebut. Pengukuran terhadap produksi dapat dilakukan melalui fungsi produksi. Fungsi produksi adalah


(28)

commit to user

abstraksi yang menggambarkan suatu proses produksi, (Beattie and Taylor, 1985, dalam Sumodiningrat, Ekonomi Produksi, 1996:13).

Fungsi produksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu fungsi produksi jangka pendek dan fungsi produksi jangka panjang yang tergantung dari jenis input yang digunakan, (Adiningsih, 1991 : 8) Soekartawi, (1994 : 16) menyebutkan jenis fungsi produksi yang umum dan dikenal peneliti misalnya : Linear, Kuadratik, Eksponensial, Constant Elastisity of Substitution (CES), Transendetal dan Translog. Sebagai acuan yang cocok dan akan digunakan dalam penelitian ini adalah lebih condong ke dalam fungsi produksi linear dan atau fungsi produksi translog.

Rumus matematika fungsi linear dapat dituliskan sebagai : Y = f (X1, X2, X3, X4, ... Xn)

Y adalah variable yang dijelaskan (dependent variabel atau endogen variable), sedangkan X adalah variabel yang menjelaskan (independent variable atau predetermined).

2. Faktor Produksi

Faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Faktor produksi pada awalnya dibagi menjadi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Perkembangannya faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang


(29)

commit to user

kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Beberapa ahli juga menganggap bahwa sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini. (Griffin R : 2006) Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labir), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources).

Faktor Produksi (factor of production) adalah input yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Tenaga kerja, tanah, dan modal adalah tiga faktor produksi yang paling penting, (Mankiw 2009 : 486). Kegiatan faktor produksi adalah kegiatan yang melakukan proses, pengolahan, dan mengubah faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang manfaat/gunanya menjadi memiliki nilai manfaat yang lebih.

Penelitian ini menentukan bahwa yang merupakan faktor produksi adalah tenaga kerja, Modal, pemasaran, dan pendidikan. Keuntungan usaha suatu perusahaan yang dalam hal ini industri kecil akan dipengaruhi oleh Faktor-faktor produksi tersebut.

a. Tenaga Kerja

Penduduk (sumber daya manusia) adalah merupakan salah satu faktor produksi, yang dimaksud dengan penduduk dalam sumber daya manusia adalah penduduk dalam usia kerja. Penduduk usia kerja artinya adalah penduduk yang sudah bekerja atau yang sedang mencari


(30)

commit to user

pekerjaan, sedangkan penduduk yang masuk kelompok bukan angkatan kerja adalah golongan yang masih sekolah.

Tenaga kerja adalah merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. Tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi.

b. Modal

Modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya.

Sumber modal dapat dibagi menjadi dua : modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri, misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan, misalnya modal yang berupa pinjaman bank.

Bentuk modal dibagi menjadi modal konkret dan modal abstrak. Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi, misalnya mesin, gedung, mobil, dan peralatan.


(31)

commit to user

Modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan, misalnya hak paten, nama baik, dan hak merek.

Modal Berdasarkan pemilikannya, dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya, contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di bank. Modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi, contohnya adalah rumah sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.

Sifat modal ada dua yaitu modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara berulang-ulang, misalnya mesin-mesin dan bangunan pabrik. Modal lancer adalah modal yang harus digunakan dalam satu kali proses produksi, misalnya, bahan-bahan baku.

c. Pemasaran

Pemasaran dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemasaran produk. Pemasaran produk adalah strategi pemasaran yang bagaimana yang akan dipilih oleh perusahaan dalam kaitannya dengan produk yang dibuat.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasaran produk antara lain :


(32)

commit to user

c.1. Target market atau sasaran pasar. Sasaran pasar adalah sekelompok konsumen yang agak homogen (serupa) yang menjadi sasaran pemasaran.

c.2. Bauran pemasaran yang meliputi :

a. Produk : Barang fisik, jasa, tampilan, tingkat mutu, asesoris dll

b. Tempat : Tujuan, jenis saluran, lokasi penjualan dll

c. Harga : Nilai yang harus dibayar/diganti sehubungan dengan penjualan barang/jasa oleh konsumen.

d. Pendidikan

Pendidikan yaitu yang berkaitan dengan tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh dan berijazah. Misalnya pendidikan SD atau yang setara dengan itu, SLTP, SLTA atau yang setara dengan itu, D1 dan D2, D3 dan S1. Indikatornya adalah sebagai berikut :

1. Tamat Sekolah Dasar (SD) ;

2. Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) ; 3. Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) ; 4. Tamat Diploma Perguruan tinggi (PTN/PTS) ; 5. Tamat Sarjana (S1) Perguruan Tinggi (PTN/PTS) ;

3. Industri kecil

Batasan tentang industri kecil sampai dengan saat ini belum ada ketetapan secara baku dan tegas, menurut Departemen Perindustrian dan


(33)

commit to user

Perdagangan (Deperindag) Republik Indonesia mengklasifikasikan industri (tambahan) adalah :

a. Industri Kimia Dasar (IKD), contoh : industri semen, pupuk, kertas, sabun, kosmetik, pasta gigi, shampo, pestisida, herbisida, dsb. ;

b. Industri Mesin dan Logam Dasar (IMLD), contoh : kereta api, komponen mobil dan motor, pesawat terbang, kapal, alat berat, baja cor, barang-barang elektronik, dll. ;

c. Aneka Industri (AI), contoh : makanan, minuman, bahan bangunan dsb. ;

d. Industri Kecil, contoh : tahu, tempe, batik, sarung tenun, perkakas rumah tangga, dan sebagainya.

BPS (Badan Pusat Stastitik) – ISIC (International Standart Industrial Classifications of All Economic Activities) memberikan klasifikasi tentang industri :

1. Industri Rumah Tangga : memiliki 1 – 4 tenaga kerja ; 2. Industri Kecil : memiliki 5 – 19 tenaga kerja ; 3. Industri Sedang : memiliki 20 – 99 tenaga kerja ; 4. Industri Besar : memiliki ≥ 100 tenaga kerja.

Batasan yang sama klasifikasi industri menurut skala Staley dan Morse (Saleh, 1991:17), mengklasifikasikan bahwa skala industri dibagi menjadi empat kelompok yakni seperti dalam Tabel 2.1, sebagaimana berikut :


(34)

commit to user

Tabel 2.1.

Klasifikasi Skala Industri Staley dan Morse Atas Dasar Penyerapan Tenaga Kerja

No. Segmen Klasifikasi Industri Jumlah Tenaga Kerja

1. 2. 3. 4.

Industri Rumah Tangga Industri Kecil

Industri Sedang Industri Besar

1 - 9 orang 10 - 49 orang 50 - 99 orang 100 orang lebih Sumber : Irsan AS.,1991

Undang-undang nomor 9 tahun 1995 pasal 5 kreteria usaha kecil adalah sebagai berikut :

a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; atau

b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) ;

c) Milik warga Negara Indonesia ;

d) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar ; e). Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak

berbadan hukum, termasuk koperasi.

Industri kecil adalah membuat produk yang khusus, unik dan spesial agar tidak bersaing dengan usaha industri sedang dan industri


(35)

commit to user

besar, daerah pemasaran dari usaha industri kecil tidak terlalu luas sehinga konsumennya dapat betul-betul dikuasai dan dengan modal yang terbatas industri kecil yang sukses bersifat luwes dan sering menghasilkan inovasi-inovasi. Dengan ukurannya yang kecil sering mengabaikan prinsip operasi usaha, akibatnya kebijakan perusahaan dibuat berdasarkan perkiraan, kebiasaan dan naluri.

Penelitian ini terlihat bahwa jenis usaha kecil so’on di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten dapat diklasifikasikan sebagai industri yang berskala kecil dan industri rumah tangga yang hanya berorientasi untuk menambah pendapatan keluarga, karena masing-masing unit usaha rata-rata jumlah tenaga kerjanya berjumlah antara 5 sampai dengan 6 tenaga kerja. Industri kecil so’on jika dilihat atas dasar lokasi dan topografi, bahwa usaha kecil so’on di Desa Manjung ini dapat diklasifikasikan ke dalam industri kecil pedesaan. Industri pedesaan, dikatakan demikian karena meliputi semua jenis usaha berlokasi di pedesaan dan umumnya bersifat padat karya karena pekerjanya kebanyakan penduduk setempat, (Mubyarto, 1979). Usaha kecil so’on di desa Manjung secara khusus dapat disebut ke dalam industri rumah tangga atau industri kecil pedesaan.

4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Perubahan paradikma pembangunan yang terjadi saat ini dan sejalan dengan pergeseran perencanaan pembangunan yang semula bersifat top-down dan sekarang bergeser ke perencanaan pembangunan


(36)

commit to user

yang bersifat botton-up (people centered development), jadi pengembangan kebijakan dan program pembangunan masyarakat dilakukan melalui kebijakan dan program pemberdayaan masyarakat. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan yang bertanggungjawab dalam melakukan upaya percepatan penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan potensi, dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarkat adalah Kementrian Dalam Negeri.

Istilah pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata empower, menurut Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri, (2009 : 139-140) dapat diartikan sebagai :

a. Menguasakan, memberi kuasa, atau memberi wewenang sehingga si obyek yang menjadi kuasa (to invest with power, especially legal power or officially authority, atau to equip or supply with an ability) ;

b. Memberikan kewenangan atau memberikan kemampuan kepada seseorang untuk memahami sehingga mengarahkan dirinya sendiri (to invest with authority (authorize) or to enable or permit/leading people to learn, to lead themselves) ;

c. Memberikan bantuan kepada seseorang untuk memperoleh kemampuan dalam memutuskan dan bertindak sendiri dengan


(37)

commit to user

pengurangan keterbatasan perorangan dan masyarakat, dengan meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri dalam memanfaatkan kemampuan, dan dengan transfer kemampuan lingkunan pada seseorang (to help clients gain power of dicision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blok to exercising power, and by transferring power from the environment to client) ;

d. Proses untuk meningkatkan asset dan kemampuan secara individual maupun kelompok suatu masyarakat (the process of increasing the capacity of individuals or groups to make choices and to transform those choise into disered actions and outcomes).

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui pengelolaan teknologi tepat guna (Bab 1 pasal 1 ayat 1) menerangkan bahwa yang dimaksud Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya pengembangan masyarakat melalui penciptaan kondisi yang memungkinkan masyarakat mampu membangun diri dan lingkungannya secara mandiri melalui pemberian sumberdaya, kesempatan dalam pengambilan keputusan, serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pemberdayaan masyarakat memiliki aspek


(38)

commit to user

skala prioritas untuk mendukung upaya pemberantasan kemiskinan, hingga membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi masyarakat. Sebab aspek pemberdayaan masyarakat merupakan hal terpenting bagi terwujudnya kesejahteraan rakyat.

B. Hasil Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian sebelumnya tentang perkembangan usaha industri kecil dapat dilihat pada Tabel 2.2. dibawah ini.

Tabel 2.2.

Hasil Penelitian Sebelumnya No Judul,

Pengarang, Tahun

Variabel Metode Hasil

1. Analisis Pengaruh perkembangan Industri Kecil terhadap Perkembangan Ekonomi Sumatera Utara, Oleh Irman Gea, 2003.

Variabel Bebas (X) 1. Perkembangan

Industri Kecil Variabel Terikat (Y) : 1. Perkembangan ekonomi Sumatera Utara Analisis kuantitatif dengan menggunakan alat analisis statistik berupa model regresi linear. Adanya pengaruh positif dari perkembangan industri kecil terhadap perkembangan ekonomi Sumatera Utara. Artinya, apabila semakin berkembang industri kecil (nilai produksinya) maka semakin berkembang pula perekonomian Sumatera Utara (nilai PDRBnya). 2. Analisis Faktor

yang mempengaruhi Pengembangan usaha industri kecil di Kabupaten Solok, Rosepetis, 2008

Variabel Bebas (X) 1. Nilai Bahan Baku

(X1)

2. Nilai Mesin dan Peralatan (X2)

3. Jumlah Tenaga Kerja Trampil (X3)

4. Jumlah Tenaga Kerja Tidak

Trampil (X2)

Analisis Kuantitatif dengan uji persyaratan analisis dengan menggunakan model asumsi klasik Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa pengembangan usaha industri kecil di Kabupaten Solok

berada fase kenaikan hasil dngan laju yang


(39)

commit to user

... Lanjutan Tabel 2.2

Variabel Terikat (Y) Pengembangan Usaha Industri Kecil

menurun, jumlah

koefisien regresi dari senua variabel yang kurang dari satu berarti jika seluruh variabel ditambahkan 1 % akan menurunkan nilai produksi lebih dari 1 %.

3. Pengaruh Modal Usaha, Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Pengalaman usaha, Jangkauan Pemasaran dan Krisis Ekonomi terhadap Keberhasilan Batik di Kampung Batik Kliwonan Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen, Giyanto, 2010

Variabel Bebas (X) 1. Permodalan (X1) ;

2. Tenaga Kerja (X2)

; 3. Tingkat

Pendidikan (X3)

4. Pengalaman (X4)

5. Jangkauan Pemasaran (X5)

6. Krisis Ekonomi (X6)

Variabel Terikat (Y) : Keuntungan Usaha.

1. Analisis Deskriptif Kuantitatif ; 2. Analisis

Kuantitatif ; (Regresi Linear Berganda).

Secara serentak modal usaha, tenaga kerja, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, jangkauan pemasaran dan krisis ekonomi berpengaruh terhadap keuntungan usaha.

Hasil penelitian terdahulu selain dikemukakan pada Tabel 2.2. tersebut diatas, pendapat lain seperti Sandoko (1994) menunjukkan adanya kebijaksanaan deregulasi ekonomi dan proteksi ternyata berpengaruh terhadap usaha kecil lapak di Jakarta yang mengolah berbagai sampah, plastik, kertas dan besi bekas (rongsokan) untuk menjadi input di berbagai industri daur ulang.

Hasil penelitian Koncoro at. al., (1997) menjelaskan bahwa tantangan untuk memperkuat struktur perekonomian nasional dengan upaya menumbuhkembangkan industri kecil dan kerajinan rumah tangga memang cukup berat. Karena disadari bahwa pengembangan industri kecil sering


(40)

commit to user

menghadapi berbagai kendala misalnya : keuangan, keterampilan, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran, pendidikan dan keahlian.

Christian Lempelius (1979 : 67) menggambarkan lingkaran tak berujung dari keterbelakangan usaha industri kecil kerajinan sebagai berikut :

Gambar - 2.2 : Gambar 2.1

Lingkaran Tak Berujung dari Keterbelakangan Usaha Industri Kecil Kerajinan

Keterangan :

1. Pasar sempit, daya beli rendah ;

2. Persaingan dari perusahaan padat modal/modern ; 3. Ketergantungan pada pedagang besar setempat ;

4. Kemungkinan untuk mendapatkan kredit tidak memadai ;

5. Sedikitnya penawaran hasil produksi yang sesuai dengan situasi usahanya ;

6. Tempat kedudukannya di daerah pedesaan ; 7. Kemungkinan pendidikan tidak mencukupi ;

8. Kurangnya usaha penyuluhan dan pembinaan yang berpedoman pada masalah yang dihadapinya ;

9. Situasi budaya setempat.

Peralatan Sederhana, Pendidikan, dan Mutu

bahan baku rendah

Cara berproduksi masih tradisional Hasil Produksi sederhana/kecil Tidak banyak investasi baru

Modal tidak cukup dan tak ada jaminan

Keuntungan yang diperoleh hanya sedikit atau pendapatannya rendah 7 6 5 4 8 9 1 2 3


(41)

commit to user

Diskrepsi di atas menunjukkan betapa beratnya tantangan yang dihadapi oleh industri kecil untuk dapat memperkuat struktur perekonomian nasional. Sebenarnya telah ada beberapa strategi pembinaan bagi usaha kecil, namun strategi yang digunakan itu juga belum dapat berhasil. Upaya tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa aspek-aspek yakni : manajerial, permodalan, kemitraan, pengembangan sentra industri, dan pembinaan, (Kuncoro, Adji, 1997: 188).

C. Kerangka Pemikiran

Pemikiran mendasar yang melandasi pentingnya berbagai usaha pengembangan industri kecil akhir-akhir ini adalah karena potensi alamiahnya yang besar dalam memberi andil bagi penyelesaian masalah kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan ikut mengatasi masalah urbanisasi. Ini terjadi sebagai akibat dari praktek system ekonomi yang selalu mementingkan modernisasi teknologi juga termasuk modernisasi industri dan selalu mengutamakan sektor modern di kota, yang mengakibatkan ketidakmampuan dalam penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar bagi penduduk kota maupun penduduk desa. Berhubungan erat dengan proses urbanisasi ialah bertambahnya kapasitas industri, intensitas pemakaian modal, teknologi, inovasi, dan spesialisasi lebih lanjut yang semuanya merupakan unsur pokok industrialisasi, (Karseno, 1994:93).

Perkembangan usaha kecil selama di daerah, di kota-kota kecil atau setingkat kecamatan tidak bisa berkembang secepat di kota-kota yang lebih


(42)

commit to user

besar, dapat mengakibatkan proses urbanisasi tak dapat dihindari dan pemerataannya pun akan sulit tercapai (Ranuwiharjo, 1979). Perkembangan industri kecil di daerah pedesaan selain adanya peningkatan sarana dan prasarana juga menuntut adanya kesiapan semua pihak termasuk instansi pemerintah terkait yang secara terus menerus melakukan pembinaan dan pelatihan termasuk dalam peningkatan kemampuan bagi masyarakat pelaku usaha kecil baik teknis maupun manajemen.

Peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi penduduk miskin itu dilakukan melalui upaya peningkatan kualitas SDM, peningkatan kemampuan permodalan, pengembangan usaha, dan pemantapan kelembagaan. Menurut Mubyarto, (1994) untuk dapat memberdayakan rakyat (miskin) di desa miskin secara hipotesis ditemui beberapa kendala besar. Pertama, kendala yang umumnya menghambat usaha-usaha ”membela orang kecil atau orang miskin”. Kedua, kendala yang bersifat khusus yang ada pada orang miskin dan atau yang hidup di desa miskin. Alternatif yang diajukan dalam mengatasi kendala tersebut adalah suatu paradigma yang dikenal dengan pemberdayaan rakyat (empowerment). Paradigma model pemberdayaan ini berdiri pada suatu pemikiran bahwa pembangunan akan berjalan dengan sendirinya jika masyarakat diberi hak untuk mengelola sumber daya alam yang mereka miliki dan menggunakannya untuk keperluan masyarakat.

Model empowerment, masyarakat miskin tidak hanya aktif berpartisipasi dalam proses pembangunan yaitu perencanaan dan pelaksanaan suatu kegiatan, melainkan mereka juga menguasai dana pelaksanaan program


(43)

commit to user

itu. Model pemberdayaan ini berbeda dengan model partisipasi, karena dalam model partisipasi keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan hanya sebatas pada perencanaan dan pelaksanaan saja, sedangkan pemerintah tetap menguasai dana guna mendukung pelaksanaan program itu, (Soetrisno, 1998). Model pemberdayaan (empowerment) hanya dapat berhasil dengan baik jika digerakan dan dipelopori oleh kelas intelektual desa, karena empowerment sebagai suatu strategi pembangunan yang memiliki unsur transpormatif. Unsur ini jika tidak dapat dikembangkan, maka pemberdayaan tidak akan mampu menjadikan dirinya sebagai strategi yang ampuh dan hanya tinggal menjadi slogan saja dalam upaya memberdayakan masyarakat ekonomi lemah.

Model empowerment diarahkan pada transformasi hubungan antara kekuatan-kekuatan ekonomi, sosial, hukum dan politik, maka keberhasilan model ini dipengaruhi oleh situasi yang terjadi di negara ini. Salah satu upaya yang perlu dikembangkan dalam upaya memberdayakan masyarakat ekonomi lemah adalah mengembangkan strategi transformasi pembangunan dari pertanian ke dalam usaha industri kecil seperti yang kini terjadi di desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten. Usaha industri kecil perlu dikembangkan dan dikelola dengan baik agar dalam penanganan atau penyelenggaraan fungsi produksi baik itu tenaga kerja, modal, pemasaran dan pendidikan dapat berpengaruh positif terhadap keuntungan usaha. Berkembangnya usaha industri kecil tentunya akan berpengaruh pada pemberdayaan ekonomi masyarakat disekitarnya.


(44)

commit to user

Tenaga Kerja (X1)

Modal (X2)

Biaya Pemasaran (X3)

Pendidikan (X4)

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran Penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis adalah sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis antar variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka akan diuji suatu hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Diduga ada pengaruh signifikan antara variabel tenaga kerja terhadap variabel keuntungan usaha industri kecil So’on di Desa Manjung ;

2. Diduga ada pengaruh signifikan antara modal usaha terhadap keuntungan usaha industri kecil So’on di Desa Manjung ;

3. Diduga ada pengaruh signifikan biaya pemasaran terhadap keuntungan usaha industri kecil So’on di Desa Manjung ;

4. Diduga ada pengaruh signifikan pendidikan terhadap keuntungan usaha industri kecil So’on di Desa Manjung ;


(45)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, sebagai bahan pertimbangan bahwa daerah tersebut terdapat industri kecil so’on yang dikelola oleh masyarakat setempat yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 300 orang.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus industri kecil so’on di desa Manjung Kecamatan Ngwen Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Subyek yang dijadikan dalam penelitian ini adalah semua pengusaha industri kecil so’on di desa Manjung. Spesifikasi subyek utama responden akan dikhususkan kepada pengusaha industri so’on yang secara rutin setiap harinya bekerja sebagai pembuat so’on yang ditetapkan menjadi populasi.

Populasi ditetapkan untuk dapat menghimpun data, populasi adalah kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi kita. Gay (1976) dalam Sevilla, at al, (1993:160) mendifinisikan populasi sebagai kelompok di mana peneliti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya. Sugiyono (1993 : 6) : “Populasi adalah wilayah generalisasi obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”. Jumlah populasi responden pada penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha dan tenaga kerja industri kecil so’on


(46)

commit to user

di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten yang dalam kesehariannya secara rutin sebagai pelaku industri kecil so’on. Jumlah populasi adalah 60 pelaku usaha industri kecil (Data Industri Kecil dan Potensi Sentra, 2010).

Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati. Menurut Ferguson (1976) dalam Sevilla, at al (1993:160) sampel adalah “beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi.” Atau porsi dari suatu populasi. Ada beberapa penelitian survei dalam bidang pendidikan, psikologi dan bidang-bidang disiplin ilmu lain yang tidak memerlukan sampel karena kecilnya ukuran populasi yang diteliti, Sevilla, at al (1993:160).

Populasi sebagaimana tersebut diatas berjumlah 60, berdasarkan pendapat Sevilla, at al pada alinea diatas, dan karena adanya keterbataan faktor teknis yang dimiliki oleh peneliti, maka sampel penelitian ini akan mengambil dari seluruh populasi yang ada, yaitu dari jumlah 60 populasi yang ada secara keseluruhan akan diambil menjadi objek penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas 2 hal yaitu sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh seara langsung dari pengusaha industri kecil. Data ini diperoleh dengan jalan wawancara dengan mempergunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan.


(47)

commit to user

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam rangka mencari dan memperoleh data yang dibutuhkan penulis adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data melalui studi literartur, laporan, buku-buku, dan dokumen yang berkaitan dengan judul penelitian.

b. Kuesioner

Kuesioner adalah suatu teknik pengambilan data dari responden dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang dibagikan dilokasi penelitian. Kuesioner ini disusun dengan sifat tertutup, dalam arti setiap pertanyaan dilengkapi dengan sejumlah jawaban sehingga responden hanya memilih dan menentukan salah satu alternatif.

Data yang dibutuhkan adalah : 1) Identitas Responden ; 2) Ketenagakerjaan dan upah ; 3) Modal atau biaya dan bahan baku ; 4) Biaya Produksi dan Pemasaran ;

c. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dari responden dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan (Tanya jawab) untuk memperoleh informasi. Proses wawancara dilakukan dengan


(48)

commit to user

berpedoman/mengacu pada suatu pedoman wawancara, agar dapat diperoleh keterangan/informasi yang dibutuhkan.

Data yang dibutuhkan adalah : 1) Identitas Responden ; 2) Ketenagakerjaan dan upah ; 3) Modal atau biaya dan bahan baku ; 4) Biaya Produksi dan Pemasaran ;

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang sudah ada ataupun yang telah tercatat dari suatu instansi-instansi pemerintah yang ada kaitannya dengan penelitian, yakni seperti Badan Pusat Setatistik, dan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten.

Pengumpulan data menggunakan data sekunder dilakukan dengan teknik pencatatan yaitu pengumpulan data melalui data-data yang tersedia pada instansi yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

Data yang diperlukan adalah :

a. Data Sentra Industri Tahun 2009 dan Tahun 2010 ; b. Klasifikasi skala industri ;

c. Jumlah Penduduk ;


(49)

commit to user

D.Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dibedakan menjadi dua yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen), (Arikunto, 2000).

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (X) :

Variabel Bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat (dependen), yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

a. Upah Tenaga Kerja (X1)

Variabel tenaga kerja adalah merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Variabel tenaga kerja ini diukur dari :

1. Tenaga kerja yang menjalankan administrasi ; 2. Tenaga kerja yang menjalankan pemasaran ; 3. Tenaga kerja yang menjalankan produksi.

Variabel ini menjelaskan tentang besarnya upah tenaga kerja yang dikeluarkan industri kecil dalam satuan waktu satu bulan dan satuan nilai rupiah (Rp.,-). Upah tenaga kerja yang dimaksud dalam penelitian ini ialah upah seluruh karyawan yang bekerja didalam satu industri kecil so’on dalam jangka waktu satu bulan. Artinya bahwa setiap satu bulan perusahaan mengeluarkan belanja untuk upah tenaga


(50)

commit to user

kerja yang terlibat dalam faktor produksi so’on di Desa Manjung. b.Modal Usaha (X2)

Variabel modal dalam penelitian ini adalah besar biaya yang dikeluarkan dalam melakukan proses produksi dengan satuan rupiah. Dari variabel modal diukur dari :

1. Jumlah modal yang dikeluarkan ;

2. Jumlah yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku ; 3. Biaya sewa tempat produksi.

Modal ini merupakan alat finansial yang digunakan untuk menggerakkan perusahaan agar selalu berjalan sesuai tujuan perusahaan. Modal yang dipakai dalam perusahaan dalam ukuran penelitian ini ialah dalam jangka waktu rata-rata satu bulan.

c. Biaya Pemasaran (X3)

Variabel pemasaran dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemasaran produk dalam satuan rupiah. Pemasaran produk adalah strategi pemasaran yang bagaimana yang akan dipilih oleh perusahaan dalam kaitannya dengan produk yang dibuat.

Pemasaran adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh industri kecil untuk pemasaran hasil produksi. Industri kecil agar dapat terus berjalan sesuai dengan tujuannya maka memerlukan pemasaran baik ditingkat Kabupaten maupun di luar Kota. Biaya pemasaran yang dipakai untuk data yaitu menyeluruh tentang biaya pamasaran dengan


(51)

commit to user

satuan waktu satu bulan dan satuan nilai rupiah (Rp.,-). d. Tingkat Pendidikan (X4)

Variabel tingkat Pendidikan yaitu, pernyataan responden yang berkaitan dengan tingkat pendidikan yang pernah ditempuh dan ber ijazah. Tingkat pendidikan ini satuan nilainya adalah tahun sekolah (school year) adalah sebagai berikut :

5. Tamat Sekolah Dasar (SD) = 6 tahun,

6. Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) = 9 tahun, 7. Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) = 12 tahun, 8. Tamat Diploma Perguruan tinggi (PTN/PTS) = 14 tahun, 9. Tamat Sarjana (S1) Perguruan Tinggi (PTN/PTS) = 17 tahun.

6. Variabel Terikat (Y) :

Variabel terikat (dependen) adalah suatu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (independen). Variabel terikat pada penelitian ini adalah :

1. Keuntungan Usaha (Y)

Variabel keuntungan usaha adalah keuntungan bersih yang merupakan hasil pendapatan kotor setelah dikurangi dengan semua biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi dan memasarkan so’on di masing-masing industri kecil so’on.

Keuntungan merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh pengusaha industri kecil. Jadi, keuntungan usaha adalah


(52)

commit to user

keuntungan bersih yang diterima selama satu bulan dihitung dalam satuan rupiah.

E. Teknik Analisis Data

Teknik untuk menganalisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan :

1. Analisis deskriptif yakni menjelaskan secara deskriptif hubungan keterkaitan antara variabel yang diamati dalam bentuk tabel, grafik, ataupun diagram, yang digunakan untuk mendiskripsikan keadaan perkembangan industri kecil so’on pada umumnya ;

2. Analisis Inferensial (statistik Induktif) yakni menganalisa hubungan antar variabel yang diamati dengan metode secara statistik, yang digunakan untuk mencari besaran dan arah intensitasnya dari faktor-faktor yang diduga berpengaruh nyata terhadap keuntungan usaha industri kecil so’on.

a. Model Analisis Regresi Linier Berganda

Model regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas (independen) yang memiliki hubungan kausal atau fungsional secara bersama-sama yakni upah tenaga kerja (X1), modal usaha (X2), biaya pemasaran (X3), tingkat

pendidikan (X4) terhadap variabel terikat (dependen) yakni

keuntungan usaha (Y). Persamaannya menurut Sugiyono (2007 : 211) adalah sebagai berikut :


(53)

commit to user

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan :

Y : Keuntungan ;

a : Konstanta (harga Y bila x = 0) ;

b1, b2 , b3 , b4 : Angka arah atau koefisien regresi yang

menunjukkan angka peningkatan/penurunan angka variabel dependen yang didasarkan pada variabel dependen. Bila b (+ = plus) maka naik dan bila (- = minus) maka terjadi penurunan ; X1 : Jumlah Tenaga Kerja ;

X2 : Modal ;

X3 : Biaya Pemasaran ;

X4 : Pendidikan ;

E : Kesalahan pengganggu (error disturbance).

F. Teknik Pengujian Hipotesis a. Uji Statistik

1. Uji T

Uji T adalah untik menguji signifikan masing-masing variabel antara variabel jumlah tenaga kerja (X1), jumlah modal (X2), biaya

pemasaran (X3), dan pendidikan (X4) terhadap jumlah keuntungan


(54)

commit to user

r √n – 2 t hitung =

√1 – r 2

Keterangan :

r = Koefisien Korelasi yang telah ditemukan ; n = Jumlah Sampel ;

t = t hitung yang selanjutnya disbanding dengan t table.

Bila t hitung lebih besar dari t table pada derajat kebebasan n-2 dan

tingkat kepercayaan = 0,005, artinya ada hubungan signifikan antara variabel jumlah tenaga kerja (X1), jumlah modal (X2), biaya

pemasaran (X3), pendidikan (X4) terhadap jumlah keuntungan usaha

(Y).

Dan sebaliknya bila t hitung lebih kecil dari t table pada derajat

kebebasan n-2 dan tingkat kepercayaan = 0,005, artinya tidak ada hubungan signifikan antara variabel jumlah tenaga kerja (X1),

jumlah modal (X2), biaya pemasaran (X3)pendidikan (X4) terhadap

jumlah keuntungan usaha (Y). 2. Uji F

Uji F untuk menguji signifikan variabel antara variabel jumlah tenaga kerja (X1), jumlah modal (X2), biaya pemasaran (X3),

pendidikan (X4) terhadap jumlah keuntungan usaha (Y).


(55)

commit to user

r2 (n – 2) F hitung =

√1 – r2

Keterangan :

F = tes signifikan ; r2 = koefisien korelasi ; n = jumlah sampel.

Bila F hitung lebih besar dari F table pada derajat kebebasan n-2 dan

tingkat kepercayaan = 0,005, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel jumlah tenaga kerja (X1), jumlah modal

(X2), biaya pemasaran (X3) pendidikan (X4) terhadap jumlah

keuntungan usaha (Y).

Dan sebaliknya bila F hitung lebih kecil dari F table pada derajat

kebebasan n-2 dan tingkat kepercayaan = 0,005, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel jumlah tenaga kerja (X1),

jumlah modal (X2), biaya pemasaran (X3) pendidikan (X4) terhadap

jumlah keuntungan usaha (Y).

3. Analisis Koefisien Determinasi ( r2 )

Analisis koefisien determinasi adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel jumlah tenaga kerja (X1), jumlah modal (X2),

biaya pemasaran (X3), pendidikan (X4) terhadap jumlah

keuntungan usaha (Y). Persamaan menurut Algifari (1997) dalam Sugiyono (2010 : 230) sebagai berikut :


(56)

commit to user

∑ (Y – Ŷ) r2 = 1 -

∑ (Y – Ŷ)2

Keterangan :

r2 : Koefisien determinasi ; Y : Jumlah Pendapatam ;

Ŷ  :  Rata‐rata pendapatan ; 

∑  :  Jumlah.

4. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas dalam model ini menggunakan uji statistik. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik non para metric Kolmogorov-Smirnov Test (K-S).

Uji K-S dengan membuat hipotesis :

Ho = Data Residual berdistribusi normal ; Ha = Data Residual tidak berdistribusi normal.

Jika nilai probabilitas > 0,005, maka Ho diterima, jika nilai probabilitas < 0,005 maka Ho ditolak.


(57)

commit to user

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang « sempurna » atau pasti, diantara beberapa atau semua variable yang menjelaskan dari model regresi (Gujarati, 2004 : 157). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multiko-linearitas adalah dengan melihat (1) nilai toleransi dan lawannya, (2) variance inflation factor (VIF).

Kedua ukuran tersebut menunjukkan setiap variable bebas manakah yang dijelaskan oleh variable bebas lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10 (Ghozali, 2001 : 63-64). Apabila nilai tolerance variable bebas lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10, dapat dikatakan tidak terjadi multikolonieritas, jika terjadi multikolonieritas berarti tidak lolos uji tersebut.

3) Uji Heteroskedasitisitas

Heteroskedasitas terjadi apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari observasi ke observasi lainnya (Kuncoro, 2004 : 96). Artinya bahwa jika variasi variable bebas makin besar maka sebaran variable terikat makin lebar atau sempit. Konsekwensi adanya heteroskedastisitas adalah penaksir (estimator) yang diperoleh tidak efisien, dengan demikian penaksir yang diperoleh menggambarkan populasi yang bias. Adapun uji yang


(58)

commit to user

digunakan adalah dengan Uji Glejser dengan persamaan sebagai berikut :

| u | = α + βXt + vi (Ghozali, 2001 : 81)

Jika β ternyata signifikan secara statistik, ini menyatakan bahwa dalam data terdapat heterokedastistas. Apabila tidak signifikan, kita bias menerima asumsi Homoskedastistas (Gujarati, 2004 : 186).

4) Autokorelasi

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain (Hanke & Reitsch, 2008 : 360). Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Dengan kata lain, masalah ini disebabkan karena “gangguan” pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya; pada data kerat silang (Cross Section), masalah autokorelasi relative jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu/kelompok yang berbeda (Ananta, 2007 : 74). Sedangkan cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan Uji Durbin-Waston dan Runs Test.

Besar nilai W dapat diketahui dari perhitungan computer. D-W tabel dari pengujian ini digunakan taraf signifikasi 5%.


(59)

commit to user

Besar dU dan dL dapat diketahui dari D-W table, dimana dU = batas atas dan dL = batas bawah. Untuk membuktikan ada tidaknya autokorelasi dapat diketahui dengan cara melakukan pengujian 2 (dua) sisi. Ho tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negative, jika :

¾ d < dL : Menolak Ho (ada autokorelasi positif) ; ¾ d > 4 dL : Menolak Ho (ada autokorelasi negatif) ; ¾ dU < d < 4 – dU : tidak menolak Ho (tidak ada

autokorelasi Antara korelasi positif maupun negatif).


(60)

commit to user

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Daerah Kabupaten Klaten

a. Aspek Geografi

Kabupaten Klaten adalah merupakan daerah yang berada di Provinsi Jawa Tengah yang secara geografis terletak antara 7º32’19’’ sampai 7º48’33’’ Lintang Selatan dan antara 110º26’14’’ sampai 110º47’51’’ Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Klaten berbatasan dengan beberapa kabupaten yaitu :

Sebelah utara : Kabupaten Boyolali

Sebelah selatan : Kabupaten Gunung Kidul (Daerah Istimewa

Yogyakarta)

Sebelah barat : Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) Sebelah timur : Kabupaten Sukoharjo

Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga dataran :

1) Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan Tulung.

2) Dataran Rendah membujur di tengah meliputi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur.


(61)

commit to user

3) Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan meliputi sebagian meliputi sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas.

Keadaan alam yang sebagian besar adalah dataran rendah dan didukung dengan banyaknya sumber air maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian yang potensial disamping penghasil kapur, batu kali dan pasir yang berasal dari Gunung Merapi.

Kabupaten Klaten mempunyai luas wilayah sebesar 65.556 ha, terbagi dalam 26 kecamatan, 401 desa/kelurahan. Tahun 2009 jumlah penduduk Klaten sebesar 1.303.910 jiwa, (BPS Kabupaten Klaten, 2010).

b. Aspek Demografi

Jumlah penduduk suatu daerah dapat merupakan suatu potensi pembangunan. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mencerdasakan kehidupan bangsa. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah terpenuhinya kebutuhan berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat secara memadai.

Kabupaten Klaten secara demografis merupakan penduduk yang potensial untuk menghasilkan produk barang dan jasa yang berbasis pertanian dan produk pertanian (agrobisnis). Data demografi penduduk mutlak diperlukan demi keberhasilan program pembangunan yang dijalankan.


(62)

commit to user

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Klaten tahun 2009 terlihat bahwa jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki sebanyak 637.938 jiwa dan jenis kelamin perempuan sebanyak 665.966 jiwa jadi jumlah penduduk tahun 2009 sebanyak 1.303.904 jiwa terdiri dari (BPS Kabupaten Klaten, 2010).

c. Aspek Industri

Sektor industri di Kabupaten Klaten selain sektor pertanian merupakan sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena sektor industri mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Industri di Kabupaten Klaten meliputi industri kecil, menengah dan besar. Jumlah maupun keberadaan industry kecil di Kabupaten Klaten fluktuatif tiap tahunnya. Namun demikian, baik jumlah unit usaha, penyerapan jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi antara tahun 2008 sampai dengan 2010, kondisi perindustrian di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 4.1. dibawah ini.

Tabel 4.1.

Kondisi Perindustrian Kabupaten Klaten Tahun 2008-2010

No Industri Jumlah

2008 2009 2010 1 Industri Kecil

a. Jumlah Unit Usaha 33.221 53.630 53.630 b. Jumlah Tenaga Kerja 136.435 136.435 136.435 c. Produksi (000 Rp.) 4.114.079 4.114.079 4.114.079 2 Indust. Menengah, Besar

a. Jumlah Unit Usaha 126 126 80

b. Jumlah Tenaga Kerja 12.543 12.543 12.543 c. Produksi (000 Rp.) 1.522.843 1.522.843 6.613.248 Sumber : Analisis Profil Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2010


(63)

commit to user

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah unit usaha industri kecil tahun 2008 berjumlah 33.221 unit naik menjadi 53.630 unit usaha pada tahun 2009 dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 136.435 orang, sedangkan pada tahun 2010 jumlah unit usaha industry kecil justru statis tetapi lain dengan industry menengah dan besar justru mengalami penurunan jumlah unit usaha semula 126 pada tahun 2009 menjadi 80 unit usaha pada tahun 2010.

2. Deskripsi Desa Manjung

a. Kondisi Geografis Desa Manjung

Desa Manjung adalah merupakan desa yang berada di wilayah Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten. Luas Wilayah Desa Manjung menurut kegunaan adalah 131.6585 ha., yang terdiri dari luas pemukiman sebesar 45.4098 ha, luas persawahan sebesar 82.6585 ha, luas kuburan sebesar 3.5102 ha dan luas perkantoran sebesar 0.0800 ha.

Batas wilayah Desa Manjung Kecamatan Ngawen adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : Desa Gatak Kecamatan Ngawen Sebelah selatan : Desa Karanglo Kecamatan Kebonarum Sebelah timur : Desa Sekarsuli Kecamatan Klaten Utara Sebelah barat : Desa Duwet Kecamatan Ngawen

Jarak Desa Manjung menuju ke ibu kota kecamatan adalah 2 km dengan lama jarak tempuh dengan kendaraan bermotor 15 menit, jarak ke ibu kota kabupaten adalah 3 km dengan lama jarak tempuh dengan


(64)

commit to user

kendaraan bermotor 20 menit, sedangkan jarak lokasi penelitian menuju ibu kota provinsi adalah 100 km dengan lama jarak tempuh dengan kendaraan bermotor 3 jam.

3. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk Desa Manjung Kecaatan Ngawen sebesar 3.439 orang yang terdiri dari 1.751 laki-laki dan 1.688 perempuan. Kondisi pendidikan penduduknya sebagaimana Tabel 4.2. dibawah ini.

Tabel 4.2.

Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Manjung

NO TINGKATAN PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN 1 Usia 3-6 th yang belum masuk

sekolah

84 Orang 79 Orang 2 Usia 3-6 th yang sedang TK/Play

Group

91 Orang 88 Orang 3 Usia 7-18 th yang tidak pernah

sekolah

- Orang - Orang

4 Usia 7-18 th yang sedang sekolah 231 Orang 217 Orang 5 Usia 18-56 th tidak pernah

sekolah

- Orang - Orang

6 Usia 18-56 th pernah SD tetapi tidak tamat

98 Orang 106 Orang

7 Tamat SD/sederajat 144 Orang 131 Orang

8 Jumlah usia 12-56 th tidak tamat SLTP

87 Orang 97 Orang 9 Jumlah usia 18-56 th tidak tamat

SLTA

112 Orang 92 Orang 10 Tamat SMP / sederajat 109 Orang 135 Orang 11 Tamat SMA / sederajat 532 Orang 515 Orang 12 Tamat D-1 /sederajat 25 Orang 27 Orang 13 Tamat D-2 / sederajat 3 Orang 5 Orang 14 Tamat D-3 / sederajat 52 Orang 62 Orang 15 Tamat S-1 / sederajat 122 Orang 107 Orang 16 Tamat S-2 / sederajat 5 Orang 6 Orang 17 Tamat S-3 / sederajat - Orang - Orang

Jumlah 1.695 Orang 1.667 Orang

Jumlah Total 3.362 Orang


(65)

commit to user

Mata pencaharian pokok masyarakat desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten menurut jenis pekerjaan yang diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin sebagaimana tersebut pada Tabel 4.3 dibawah ini. Menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat desa Manjung Kecamatan Ngawen jenis pekerjaannya adalah petani yaitu jenis kelamin laki-laki sebesar 114 orang dan jenis kelamin perempuan sebesar 111 orang, sedangkan masyarakat yang mata pencahariannya jenis pekerjaan pengusaha industri kecil dan menengah jenis kelamin laki-laki sebesar 79 orang dan jenis kelamin perempuan sebesar 12 orang.

Tabel 4.3

Mata Pencaharian Pokok

Masyarakat Desa Manjung Kecamatan Ngawen

NO JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 Petani 114 Orang 111 Orang

2 Buruh tani 63 Orang 83 Orang

3 Buruh migrant - Orang 2 Orang

4 Pegawai Negeri Sipil 5 Orang - Orang

5 Pegrajin / Industri rumah tangga 95 Orang 9 Orang

6 Pedagang keliling 16 Orang 2 Orang

7 Peternak 26 Orang 5 Orang

8 Nelayan - Orang - Orang

9 Montir 8 Orang - Orang

10 Dokter Swasta - Orang - Orang

11 Bidan Swasta - Orang 4 Orang

12 Perawat Swasta 1 Orang 3 Orang

13 Pembantu Rumah Tangga - Orang 32 Orang

14 T N I 9 Orang - Orang

15 POLRI 10 Orang - Orang

16 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 24 Orang 1 Orang 17 Pengusaha Kecil dan Menengah 79 Orang 12 Orang

18 Pengacara - Orang - Orang

19 Notaris - Orang - Orang

20 Dukun Kampung terlatih - Orang - Orang Berlanjut ke halaman 48 …………..


(66)

commit to user

Lanjutan Tabel 4.3

21 Jasa Pengobatan alternative - Orang - Orang

22 Dosen Swasta 1 Orang - Orang

23 Pengusaha Besar - Orang - Orang

24 Arsitektur - Orang - Orang

25 Seniman / artis 2 Orang 1 Orang

26 Karyawan Perusahaan Swasta 182 Orang 179 Orang

Jumlah 635 Orang 444 Orang

Jumlah Total 1.079 Orang

Sumber : Data Profil Desa Manjung Tahun 2010

4. Lembaga Pemerintahan

Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten dibagi menjadi 10 dusun/lingkungan yang terdiri dari 10 unit organisasi Rukun Warga (RW) dan 32 unit organisasi Rukun Tetangga (RT).

B. Analisis Diskriptif

Data responden yang diukur pada penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai infirmasi mengenai tingkat perkebangan dan karakteristik pengusaha industri kecil so’on. Data penelitian yang digunakan untuk analisis antara lain :

1. Umur Responden

Umur responden dapat diklasifikasikan menjadi 5 (lima) kategori sebagaimana Tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4

Data Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Frekuensi Presentase

1 30 Tahun kebawah 3 5.00

2 31 – 35 Tahun 7 11.66

3 36 – 40 Tahun 13 21.66

4 41 – 45 Tahun 6 10.00


(1)

commit to user

pengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan usaha batik. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar modal usaha yang digunakan semakin tinggi keuntungan yang dapat diperoleh pengusaha batik. 3. Variabel biaya pemasaran koefisiennya sebesar -0,950885 yang berarti

apabila biaya pemasarannya ditambah sebesar Rp.1,- maka keuntungan bersih industri kecil ini akan berkurang sebesar Rp.0,950885,-. Variabel biaya pemasaran menunjukkan tanda negatif, hal ini berarti semakin bertambahnya biaya pemasaran, maka keuntungan bersih industri kecil semakin menurun, dengan asumsi faktor yang lain tidak berubah

(ceteris paribus). Variabel biaya pemasaran ini berpengaruh negatif dan

signifikan seperti dalam hipotesis. Jadi hipotesis terhadap variabel ini diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (1998) menunjukkan bahwa jika variabel pemasaran ditambah 1 % maka diharapkan output akan naik sebesar sebesar 82,78%. Variabel pemasaran ini mempunyai pengaruh signifikan.

4. Variabel tingkat pendidikan tenaga kerja dengan nilai probabilitas sebesar 0,9610 tidak berpengaruh signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, D3, dan Sarjana yang dimiliki oleh pengusaha tidak memiliki pengaruh terhadap keuntungan usaha industri kecil so’on di Desa manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini tidak terbukti.


(2)

commit to user

Hasil penelitian lain sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Giyanto (2010) yang juga menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan usaha batik.


(3)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

1. Upah tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

keuntungan bersih industri kecil so’on. Pengaruh variabel ini terhadap keuntungan bersih adalah signifikan. Setiap ada penambahan upah tenaga kerja sebesar Rp.1,- akan mengurangi keuntungan bersih industri kecil sebesar Rp.0,956120,-

2. Modal usaha mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap

keuntungan bersih industri kecil so’on di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten. Artinya setiap ada penambahan modal usaha sebesar Rp.1,- maka keuntungan bersih industri kecil akan bertambah sebesar Rp.0,187076,-. Artinya bahwa semakin bertambahnya modal usaha maka keuntungan bersih industri kecil semakin bertambah.

3. Biaya pemasaran berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap keuntungan bersih industri kecil so’on di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten. Jadi setiap ada penambahan biaya pemasaran sebesar Rp.1,- maka keuntungan bersih industri kecil so’on akan berkurang sebesar Rp…0,950885,-.


(4)

commit to user

4. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap keuntungan bersih

industri kecil so’on di Desa Manjung, karena didalam menjalankan usaha industri kecil so.on tersebut yang dibutuhkan adalah pengalaman usaha dan keterampilan.

B. Saran

1. Pengusaha Industri Kecil So’on :

1) Sesuai dengan kesimpulan di atas, maka upaya yang harus dilakukan oleh pengusaha industri kecil so’on di Desa Manjung ialah untuk tetap menjalankan produksinya dan pemasarannya sesuai dengan sekarang ini, akan tetapi perlu untuk diperhatikan beberapa hal yang dapat memberikan nilai tambah industrinya yaitu seperti penambahan modal usaha.

2) Pengusaha dalam rangka mempertahankan kondisi yang seperti ini

dan dalam rangka meningkatkan produksi dan pemasarannya, hendaknya lebih aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan pemerintah, hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia khususnya pada tingkat pendidikan yang rata-rata berpendidikan SLTA.

2. Pemerintah atau instansi terkait, hendaknya selalu berusaha untuk

memberdayakan usaha industria kecil agar dapat memperkuat struktur ekonomi nasional khususnya masyarakat Kabupaten Klaten, perbanyaklah turun kelapangan memonitoring agar benar-benar mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi di masyarakat bawah.


(5)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri, (1991), Ekonomi Mikro, Edisi I, Cetakan Pertama, BPFE,

Yogyakarta

Arikunto, Suharsimi (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta

Beattie Bruce R., & C. Robert Taylor, (1996), Ekonomi Produksi, Penyunting, Gunawan Sumodiningrat, cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta Giyanto, (2010), Pengaruh Modal Usaha, Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan,

Pengalaman Usaha, Jangkauan Pemasaran, dan Krisis Ekonomi terhadap Keberhasilan Batik di Kampung Batik Kliwonan Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen

Hasibuan, Nurimansjah, (1994), Ekonomi Industri, Thind Edition, Mc. Graw-Hill, International Edition, New York

Irman Gea, (2003), Analisis Pengaruh Perkembangan Industri Kecil terhadap Perkembangan EkonomiSumatera Utara

Karseno, Arief Ramelan, dan Sukarto R., (1994), Ekonomi Perkotaan, Edisi Ketiga, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta

Mankiw, N. Gregory, (2009), Principles Of Economics Pengantar Ekonomi

Mikro, Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta

Mubyarto, dkk., (1996), Berbagai Aspek Pembangunan Pedesaan, Cetakan I, Aditya Media

Ndraha, Talizatuhu (1990), Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa, Jakarta : Bina Aksara

Nasution, S., (1995), Metode Research, Edisi Ketiga, (revisi), Jemmars, Bandung ……….. Profil Desa Desa Manjung Tahun 2010

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pemberdayaan

Masyarakat melalui Pengelolaan Teknologi Tepat Guna

Rosepetis, (2008), Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Usaha

Industri Kecil di Kabupaten Solok


(6)

commit to user

Sevilla,Consuelo G, at al, (1993), Pengantar Metode Penelitian, Penerbit Universitas Indonesia, UI-Press

Singarimbun, Masri dan Soflan Effendi (1994), Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta

Soekartawi, (1994), Teori Produksi, Cetakan Kedua, Rajawali Persada, Jakarta Sugiyono, (1993), Metode Penelitian Administrsi, Alfabeta : Bandung

Sugiyono, (2007), Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta : Bandung Sugiyono, (1910), Statistika Untuk Penelitiani, Alfabeta : Bandung

Sumodiningrat, Gunawan (1998), Membangun Perekonomian Rakyat, Edisi I,

IDEA, Yogya

Usman, Wan, (1987), Materi Pokok Ekonomi Industri, Modul 1-9 UT, Jakarta ……….. Undang-Undang Dasar 1945