EKSISTENSI MUSEUM SIMALUNGUN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR.

(1)

Skripsi

EKSISTENSI MUSEUM SIMALUNGUN SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Monatia Sari

3103121053

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

i

ABSTRAK

Monatia Sari, NIM 3103121053, Eksistensi Museum Simalungun Sebagai Media Pembelajaran di Kota Pematangsiantar. Program Studi Pendidikan Sejarah/S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Museum Simalungun di Pematangsiantar, 2. Untuk mengetahui fungsi dan peranan Museum Simalungun Sebagai Media Pembelajaran di Kota Pematangsiantar, 3. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan oleh pengelaoal museum dalam mempertahankan eksistensi Museum Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan di Museum Simalungun, sekolah Taman Siswa Pematangsiantar dan Badan Pusat Perencanaan Daerah Kota Pematangsiantar. Teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah wawancara, observasi dan study dokumen, dengan sumber data berupa data primer dan data skunder. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Museum Simalungun dibangun dengan adanya Disertasi dari Dr. A.N.J. Th. Van der Hoop dengan judul Megalitch in South Sumatera yang menimbulkan perangsang dalam menyelidiki makna dari batu atau patung kuno. Museum Simalungun di bangun pada tahun 1939 dengan biaya 1.650 Gulden yang didapatkan dari sumbangan masyarakat, kerajaan dan pemerintahan pada saat itu. Museum Simalungun memiliki peranan sebagai media pembelajaran di Pematangsiantar, karena koleksi yang terdapat dalam museum bisa dijadikan sebagai media penunjang pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah di SMA sederajat, IPS di SMP dan SD serat pelajaran di Muatan Lokal untuk SD. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pengelola museum adalah dengan mengadakan sosialisasi ke sekolah-sekolah yang ada di Pematangsiantar agar mengunjungi Museum.


(3)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Eksistensi

Museum Simalungun Sebagai Media Pembelajaran di Kota Pematangsiantar”.

Adapun yang penulis paparkan dalam skripsi ini merupakan hasil penelitian yang saya lakukan di Museum Simalungun, kota Pematangsiantar. Dengan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang bersangkutan dan bahan kepustakaan.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini masih jauh dari kesempurnaan, karenaketerbatasan penulis sebagai manusia. Dalam proses penulisan, penulis banyak mendapat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih yang ditunjukan kepada :

1. Orang tua saya, Bapak saya tercinta Rukiman dan Ibu saya yang tersayang Bungairom Sinaga, yang telah merawat, mendidik dan memberikan kasih sayang yang takterhingga kepada saya yang selalu memberikan saya kekuatan dan dukungan selama saya menyelesaikan pendidikan meraih gelar S1.

2. kakak dan abang saya Sri Endang, Ahmad Puja Kusuma dan Riki Zulandi yang telah memberikan semangat kepada saya dan buat abangsaya terimakasih atas bantuannya yang telah menaemani saya selama melakukan penelitian. 3. Rektor Universitas Negeri Medan Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, Msi

4. Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Bapak Drs. Restu, MSi beserta staf di Fakultas Ilmu Sosial.

5. Bapak Drs. Hidayat, Msi selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberi petujuk dan membimbing penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.


(4)

iii

6. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu saya.

7. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, Msi selaku sekertaris Jurusan Pendidikan Sejarah.

8. Ibu Dra. Flores Tnjung, M.A selaku Dosen Pembanding utama yang telah banyak membantu saya.

9. Bapak Pristi Suhendro, S.Hum, Msi selaku Dosen Pembanding Bebas yang telah memberi masukan kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Bapak Drs. Djomen Purba selaku Ketua Yayasan Museum Simalungun sebagai narasumber yang banyak membentu dan memberikan informasi kepada saya.

11.Bapak Sofian, SS selaku Guru IPS SMP di Perguruan Tamansiswa dan Ibu Nurhasanah Kepala Sekolah SMP perguruan Tamansiiswa cabang Siantar yang telah mengijinkan mengadakan penelitian dan memberikan informasi kepada saya.

12.Sahabat-sahabat saya tersayang yang menemani saya dalam suka dan duka Ika Safitri, Julianita Tanjung, Ayou Zamela Hasibuan, Ciprok Arifah, kiki Susanti, Nelly Sartika Simamora, Yesi Armayani, Mukrizal, Rasyid Habibi, Ihsan Batubara dan Rini Hasibuan.

13.Buat teman-teman PPL seperjuangan di MAN 50, Afni, Salmi, Ela, Ana, Miss Ruri, Buk Ayu, Dewi, Aya, Melisa, Atika, Safnita dan Eli.

14.Untuk teman-teman B-Reguler 2010 yang telah memberikan banyak kenangan yang indah kepada saya.


(5)

iiii

Dan akhir kata penulis ucapkan banyak terimakasih atas semua dukungan, bantuan dan perhatian dari berbagai pihak demi menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2014 Penulis

Monatia Sari Nim. 3103121053


(6)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGHANTAR ... ii

DAFTAR ISI ...iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... ... 1

B. Identifikasi Masalah... ... 7

C. Rumusan Masalah... ... ... 7

D. Tujuan Penelitian... ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Konseptual ... 9

1. Konsep Eksistensi Museum ... 9

2. Konsep Simalungun ... 13

3. Konsep Fungsi dan Peranan Museum Simalungun ... 13

4. Konsep Media Pembelajaran ... 16

B. Kerangka Berfikir ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 21

B. Lokasi Penelitian ... 22

C. Sumber Data ... 22

D. Tekhnik Pengumpulan Data ... 23


(7)

vi BAB IV PEMBAHASAN

A. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk Pematangsiantar... ... 26

B. Pendidikan di Pematangsiantar ... 27

C. Latar Belakang Berdirinya Museum Simalungun ... 28

1. Masalah Yang Menggugah Berdirinya Museum Simalungun ... 28

2. Lokasi / Tempat dan Bentuk Museum Simalungun ... 31

3. Benda-benda Koleksi Museum ... 34

D. Susunan Organisasi Simalungun Museum ... 35

E. Perkembangan Museum Simalungun ... 36

F. Usaha Pengelola Museum dalam mempertahankan Eksistensi Museum Simalungun ... 42

G. Latar Belakang Museum dijadikan Sebagai Media Pembelajaran ... 43

H. Fungsi dan Peranan Museum Simalungun sebagai Media Pembelajaran ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

C. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA

PETA LOKASI PENELITIAN LAMPIRAN


(8)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Jumlah Penduduk Kota Pematangsiantar ... 27 Tabel 2: Jumlah Sekolah di Kota Pematangsiantar ... 29


(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang 1945 disebutkan bahwa negara kita ingin mewujudkan masyarakat yang cerdas, hal ini terdapat dalam Undang – Undang Dasar 1945 pasal 31 tentang pendidikan, dalam pasal 31 ayat 3 disebutkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berfikir manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita bisa berfikir kritis, kreatif dan produktif.

Berdasarkan amanat undang-undang RI No 19 tahun 1992, pasal 3 menyatakan bahwa benda cagar budaya yang disimpan di museum dapat diperoleh dari hasil penemuan, hibah, imbalan jasa, titipan, atau hasil dari kegiatan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan secara kelembagaan, berdasarkan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 1995, museum adalah lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan


(10)

2

benda-benda bukti material hasil budaya manusia serta alam dan lingkungan guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Dari pasal diatas menentukan status museum dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Apabila kita menyimak Defenisi Museum Berdasarkan ICOM (International Council Of Museums ) yakni bahwa museum itu adalah suatu lembaga yang bersifat permanen, yang melayani kepentingan masyarakat dan terbuka untuk umum, tidak bertujuan mencari keuntungan, yang mengumpulkan, memelihara, meneliti, memamerkan benda-benda pembuktian material manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi. Maka telah jelas dikemukakan, bahwa koleksi museum terbuka untuk umum. Dengan beberapa pengecualian museum terbuka untuk umum, tetapi tidak berarti bahwa museum itu benar-benar berfungsi sebagai suatu pelayanan masyarakat. Sutaarga (1991: 3)

Pada awalnya di museum itu di simpan koleksi-koleksi pribadi tokoh-tokoh terkemuka yang kemudian berkembang menjadi museum umum tempat menyimpan benda-benda bersejarah pada umumnya. Perkembangan lebih lanjut pada abad ke-20 ini ialah musem menjadi lebih khusus dan adanya museum-museum sejarah alam (natural history), ilmu pengetahuan, sejarah, arkeologi, etnologi, seni. The Encyclopedia Americana dalam Sjamsudin (2013:99) Pengertian museum dipertegas dengan Peraturan Pemerintah No.19 tahun 1995 tentang pemeliharaan dan pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum sebagai berikut: Museum adalah sebuah lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda bukti material hasil budaya manusia serta


(11)

3

alam dan lingkungnnya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kebudayaan bangsa.

Peranan museum dalam pendidikan senantiasa aktual, karena kedua komponen sosial budaya tersebut yakni museum di satu pihak dan lembaga pendidikan dilain pihak, selama kebudayaan masih berfungsi di tengah-tengah masyarakat maka peranannya akan tetap aktual dan terus diamati, dikaji, untuk kemudian dapat disempurnakan. Pada masa sekarang ini, masyarakat di Sumatera Utara khususnya di daerah Pematang Siantar tidak lagi menggunakan museum sebagai alternatif utama sebagai media pembelajaran, hiburan dan kesenangan. Mereka lebih tertarik untuk mengunjungi pusat perbelanjaan, bioskop, taman hiburan atau sekedar berkumpul di restoran atau cafe pada akhir pekan. Hal ini sangat di sayangkan karena tempat-tempat bersejarah (museum) sesungguhnya banyak menyimpan potensi yang dapat dimaksimalkan sebagai media pembelajaran dan sarana rekreasi. Asumsi masyarakat pada saat ini mendefinisikan bahwasanya museum adalah sebuah bangunan tua yang sangat membosankan, tempat untuk menyimpan Koleksi benda-benda yang sudah berusia tua (Rongsokan) dan tidak terawat. perlu di luruskan karena koleksi benda-benda bersejarah yang tersimpan dalam museum pasti mempunyai nilai yang berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan maupun kebudayaan. Di Sumatera Utara khususnya di Kota Pematang Siantar memiliki beberapa musem, salah satunya adalah Museum Simalungun. Yang biasanya di kunjungi oleh pengunjung lokal maupun mancanegara. Selain sebagai objek wisata museum juga merupakan salah satu media pembelajaran khususnya dalam pembelajaran


(12)

4

sejarah. Memjelang pertengahan abad XX Atau pada zaman pemerintahan Belanda (sebelum tahun 1945) telah di bangun beberapa museum di wilayah Sumatera Utara termasuk museum Simalungun di Pematang Siantar Purba, (1978:12). Latar belakang berdirinya museum simalungun dikarenakan tersiarnya disertasi dari Dr.A.N.J. Th. Van Der Hoop dengan judul “Meggalitich remains in south sumatera” yang mana menimbulkan perangsang untuk menyelidiki makna dari pada patung-patung kuno di sumatera selatan.

Tanggal 10 April 1939 Museum Simalungun didirikan atas prakarsa Raja Marpitu (7 raja-raja Simalungun) dengan biaya 1.650 gulden yang didapat melalui sumbangan raja dan rakyat daerah, dan pada tgl 30 April 1940 museum Simalungun diresmikan. Dengan diresmikannya museum Simalungun tersebut raja-raja marpitu memberikan sumbangan untuk mengisi koleksi museum berupa Pustaha Lak-lak, Patung-patung batu peninggalan megalitik, peralatan dapur, peralatan makan, peralatan tenun, perhiasan emas dan perak, koin dan uang dan lain sebagainya Purba, (1978:28). Maka oleh karenanya selain dari pada benda-benda yang menjadi koleksi, Museum Simalungun merupakan lembaran peristiwa sejarah yang sangat penting bagi bangsa Simalungun, mengingat kepedulian raja-raja marpitu terhadap generasi yang akan datang untuk tidak melupakan sejarah Simalungun.

Tujuan membangun Museum Simalungun pada masa itu adalah untuk menjaga dan melindungi benda-benda cagar budaya yang bernilai sejarah agar tidak lenyap ditelan jaman. Sejak Tanggal 7 Juni 1955 Museum Simalungun dikelola yayasan museum simalungun. Biaya perawatan dan pemeliharaannya


(13)

5

diharapkan dari sumbangan pengunjung dan pemerintah Kabupaten Simalungun dan Pemerintah Kota Pematangsiantar. Museum Simalungun sangat banyak membantu siswa-siswa dan juga masyarakat di Pematang Siantar, dimana para siswa dan mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan melalui benda-benda bersejarah yang tersimpan dalam museum tersebut. Benda-benda bersejarah dapat menjadi sumber penggalian tentang sejarah dan budaya khususnya kehidupan penduduk Pematang Siantar serta tingginya nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat pada masa yang lalu. museum ini sering dikunjungi oleh masyarakat dan tamu-tamu dari mancanegara yang melakukan kunjungan wisata ke Pematang Siantar.

Pada saat ini kondisi museum Simalungun sangat memprihatinkan, barang-barang peninggalan sejarah di biarkan berlapuk dan tidak terawat, tanpa adanya upaya pengawetan dan perawatan maksimal, bahkan ada yang hanya di letakan di lemari tanpa penutup, ada juga yang di letakan begitu saja di lantai maupun di sandarkan di dinding. Pengunjung yang datang ke museum sedikit berkurang, itu dapat di lihat dari data pengunjung yang tertera di kantor museum. Koleksi Museum Simalungun banyak yang berhilangan, koleksi yang tinggal hanya sekitar 20 % dari jumlah yang ada sebelumnya. Tidak ada upaya meramaikan kunjungan ke museum oleh pengelola yang di percayakan kepada Yayasan Museum, ini terjadi karena tidak dibekali ilmu permuseuman, begitu juga petugas yang ada hanya sebatas honorer yang minus pengetahuannya di bidang permuseuman termasuk juga pengetahuan terhadap benda-benda koleksi dan sejarahnya yang ada di museum serta yang paling utama adalah dukungan


(14)

6

dana yang sangat minim oleh pemerintah daerah, sehingga upaya mengenalkan museum dan perawatan terkendala.

Melihat situasi dan kondisi Museum Simalungun maka pemerintah kota Pematang Siantar perlu memberikan perhatian yang serius karena mengingat kirangnya minat masyarakat khususnya pelajar untuk berkunjung kemuseum tersebut baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Ini memberikan asumsi bahwa manusia bukan hanya berfungsi sebagai pencipta kebudayaan melainkan dituntut untuk melindungi dan memelihara hasil kebudayaan ssebagai bekal generasi berikutnya. Oleh sebab itu, pentingnya museum sebagai media pembelajaran sejarah karena dengan kehadiran media pembelajaran sebagai media antara guru sebagai pengirim informasi harus komunikatif, khusus untuk obyek secara visualisasi. Pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik siswa akan lebih membantu keberhasilan pengajar dalam pembelajaran. Secara rinci fungsi media memungkinkan siswa menyaksikan obyek yang ada tapi sulit untuk dilihat secara kasat mata melalui perantara gambar, potret, slide, dan sejenisnya mengakibatkan siswa memperoleh gambaran yang nyata. Melihat kondisi yang sedemikian maka penulis tertarik untuk meneliti“ Eksistensi Museum Simalungun Sebagai Media Pembelajaran Di Kota Pematang Siantar ’’.


(15)

7 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi Identifikasa masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Latar belakang berdirinya Museum Simalungun di Pematang Siantar . 2. Peranan dan fungsi Museum Simalungun sebagai Media

Pembelajaran.

3. Upaya pengelola Museum untuk mempertahankan Eksistensi Museum Simalungun.

C. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apa yang melatar belakangi berdirinya Museum Simalungun di Pematang Siantar?

2. Bagaiman Fungsi dan Peranan Musem Simalungun sebagai media pembelajaran di Pematang Siantar?

3. Apa usaha yang dilakukan pengelola Museum untuk mempertahankan Eksistensi Museum Siamlungun dikalangan masyarakat?

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakng berdirinya Museum Simalungun di Pematang Siantar.


(16)

8

2. Untuk mengetahui fungsi dan peranan Museum Simalungun sebagai media pembelajaran di Pematang Siantar dan di Simalungun.

3. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan oleh pengelola museum dalam mempertahankan Eksistensi Museum Simalungun.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan pengetahuan bagi Penulis tentang Eksistensi museum simalungun sebagai media pembelajaran.

2. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, khususnya mahasiswa Pendidikan Sejarah agar dapat mengetahui pentingnya museum sebagai objek wisata sejarah.

3. Manfaat penelitian ini bagi Pemko Pematang Siantar agar lebih memperhatikan dan melindungi Museum Simalungun yang sangat bernilai sejarah.

4. Penelitian ini berguna sebagai bahan rekomendasi kepada pemerintah maupun instansi swasta untuk lebih memperhatikan dan mengembangkan museum di Sumatera Utara khususnya di Pematang Siantar.

5. Dapat di manfaatkan sebagai referensi bahan perbandingan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah ada maupun yang akan di laksanakan. 6. Dapat menjadi media pembelajaran bagi siswa-siswa dan masyarakat.


(17)

69 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada Bab IV Pembahasan maka ditarik kesimpulan mengenai Eksistensi Museum Simalungun sebagai Media Pembelajaran bahwa:

1. Museum Simalungun didirikan akibat adanya Disertasi dari Dr. A.N.J. Th. Van der Hoop dengan judul Megalitich Remains in South Sumatera yang menimbulkan peransang dalam menyelidiki makna dari batu atau patung kuno di Sumatera Selatan. Museum Simalungun dibangun pada tahun 1939 dengan biaya 1.650 Gulden yang didapatkan dari sumbangan masyarakat, kerajaan dan pemerintahan pada saat itu.

2. Museum Simalungun mengandung peran dan fungsi sebagai media pembelajaran di kota Pematngsiantar, karena koleksi yang tredapat didalam Museum Simalungun bisa dijadikan sebagai media penunjang pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah di SMA sederajat, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan SD, serta pelajaran Muatan Lokal untuk SD. Hal ini bisa terselenggara karena adanya kerjasama yang dilakukan oleh pengelola museum dan pihak sekolah secara baik. Selain itu Museum Simalungun juga berperan sebagai tempat untuk memperkenalkan dan melestarikan benda-benda cagar budaya dari kebudayaan Simalungun.


(18)

70

3. Banyak cara yang dilakukan pengelola Museum Simalungun untuk mempertahakan eksistensi dari museum tersebut salah satu diantaranya adalah mensosialisasikan Museum Simalungun ke sekolah-sekolah yang ada di Pematang Siantar dengan dibantu oleh Dinas Pendidkan Kota Pematangsiantar, sosialisasi ini bertujuan untuk mejadikan Museum Simalungun sebagai media pembelajaran untuk pendidikan sekolah.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan dan dituangkan dalam penulisan skripsi ini maka saya sebagi peneliti menuliskan beberapa saran yang saya harapkan dapat menunjang bagi kemajuan penulisan tentang Museum Simalungun sebagai media pembelajaran untuk kedepannya. Adapun saran yang saya tulis adalah:

1. Memelihara dan merawat Museum Simalungun sebagai tempat warisan budaya.

2. Pengelola Museum Simalungun harus lebih meningkatkan lagi kinerja mereka untuk mensosialisasikan museum kepada masyarakat khususnya para pelajar.

3. Pemerintah kota Pematangsiantar harus dapat mengembangkan Museum dan memberikan bantuan kepada Museum Simalungun agar dapat menjadi tempat wisata dan tempat pendidikan yang di minati banyak orang.


(19)

71

4. Penulis mengharapkan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Kota Pematangsiantar dan Pemerintah Kabupaten Simalungun untuk membangun Gedung Kesenian di Museum Simalungun yang sudah roboh agar diperbaiki karena gedung tersebut merupakan bangunan utama dari Museum Simalungun yang kegunaanya meiliki nilai budaya.


(20)

Daftar Pustaka

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Museum. 2009. Museografia, Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Museum

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Pembinaan Permuseuman. 2000. Pedoman Pendirian Museum, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Pembinaan Permuseuman

Hardjana, HP. 2002. Museum-Museum Pemerintah DKI, Jakarta:CV Widya Lika Utama

Purba. M.D. 1978. Museum Simalungun, Medan : M.D. Purba

Saragih, Hisarma. 2012. Sejarah Etnis Simalungun, Pematang Siantar

Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit ombak

Sutaarga, Amir. 1991. Studi Museologia. Jakarta : Proyek Pembinaan Museum Jakarta Direktoriat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sutaarga, Amir. 1992. Pengantar Didaktik Museum. Jakarta : Direktorat Permuseuman

Rosyada, Dede. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada Press

Arsyad, Azhari. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo


(1)

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi Identifikasa masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Latar belakang berdirinya Museum Simalungun di Pematang Siantar . 2. Peranan dan fungsi Museum Simalungun sebagai Media

Pembelajaran.

3. Upaya pengelola Museum untuk mempertahankan Eksistensi Museum Simalungun.

C. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apa yang melatar belakangi berdirinya Museum Simalungun di Pematang Siantar?

2. Bagaiman Fungsi dan Peranan Musem Simalungun sebagai media pembelajaran di Pematang Siantar?

3. Apa usaha yang dilakukan pengelola Museum untuk mempertahankan Eksistensi Museum Siamlungun dikalangan masyarakat?

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakng berdirinya Museum Simalungun di Pematang Siantar.


(2)

2. Untuk mengetahui fungsi dan peranan Museum Simalungun sebagai media pembelajaran di Pematang Siantar dan di Simalungun.

3. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan oleh pengelola museum dalam mempertahankan Eksistensi Museum Simalungun.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan pengetahuan bagi Penulis tentang Eksistensi museum simalungun sebagai media pembelajaran.

2. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, khususnya mahasiswa Pendidikan Sejarah agar dapat mengetahui pentingnya museum sebagai objek wisata sejarah.

3. Manfaat penelitian ini bagi Pemko Pematang Siantar agar lebih memperhatikan dan melindungi Museum Simalungun yang sangat bernilai sejarah.

4. Penelitian ini berguna sebagai bahan rekomendasi kepada pemerintah maupun instansi swasta untuk lebih memperhatikan dan mengembangkan museum di Sumatera Utara khususnya di Pematang Siantar.

5. Dapat di manfaatkan sebagai referensi bahan perbandingan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah ada maupun yang akan di laksanakan. 6. Dapat menjadi media pembelajaran bagi siswa-siswa dan masyarakat.


(3)

69 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada Bab IV Pembahasan maka ditarik kesimpulan mengenai Eksistensi Museum Simalungun sebagai Media Pembelajaran bahwa:

1. Museum Simalungun didirikan akibat adanya Disertasi dari Dr. A.N.J. Th. Van der Hoop dengan judul Megalitich Remains in South Sumatera yang menimbulkan peransang dalam menyelidiki makna dari batu atau patung kuno di Sumatera Selatan. Museum Simalungun dibangun pada tahun 1939 dengan biaya 1.650 Gulden yang didapatkan dari sumbangan masyarakat, kerajaan dan pemerintahan pada saat itu.

2. Museum Simalungun mengandung peran dan fungsi sebagai media pembelajaran di kota Pematngsiantar, karena koleksi yang tredapat didalam Museum Simalungun bisa dijadikan sebagai media penunjang pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah di SMA sederajat, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan SD, serta pelajaran Muatan Lokal untuk SD. Hal ini bisa terselenggara karena adanya kerjasama yang dilakukan oleh pengelola museum dan pihak sekolah secara baik. Selain itu Museum Simalungun juga berperan sebagai tempat untuk memperkenalkan dan melestarikan benda-benda cagar budaya dari kebudayaan Simalungun.


(4)

3. Banyak cara yang dilakukan pengelola Museum Simalungun untuk mempertahakan eksistensi dari museum tersebut salah satu diantaranya adalah mensosialisasikan Museum Simalungun ke sekolah-sekolah yang ada di Pematang Siantar dengan dibantu oleh Dinas Pendidkan Kota Pematangsiantar, sosialisasi ini bertujuan untuk mejadikan Museum Simalungun sebagai media pembelajaran untuk pendidikan sekolah.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan dan dituangkan dalam penulisan skripsi ini maka saya sebagi peneliti menuliskan beberapa saran yang saya harapkan dapat menunjang bagi kemajuan penulisan tentang Museum Simalungun sebagai media pembelajaran untuk kedepannya. Adapun saran yang saya tulis adalah:

1. Memelihara dan merawat Museum Simalungun sebagai tempat warisan budaya.

2. Pengelola Museum Simalungun harus lebih meningkatkan lagi kinerja mereka untuk mensosialisasikan museum kepada masyarakat khususnya para pelajar.

3. Pemerintah kota Pematangsiantar harus dapat mengembangkan Museum dan memberikan bantuan kepada Museum Simalungun agar dapat menjadi tempat wisata dan tempat pendidikan yang di minati banyak orang.


(5)

71

4. Penulis mengharapkan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Kota Pematangsiantar dan Pemerintah Kabupaten Simalungun untuk membangun Gedung Kesenian di Museum Simalungun yang sudah roboh agar diperbaiki karena gedung tersebut merupakan bangunan utama dari Museum Simalungun yang kegunaanya meiliki nilai budaya.


(6)

Daftar Pustaka

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Museum. 2009. Museografia, Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Museum

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Pembinaan Permuseuman. 2000. Pedoman Pendirian Museum, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Pembinaan Permuseuman

Hardjana, HP. 2002. Museum-Museum Pemerintah DKI, Jakarta:CV Widya Lika Utama

Purba. M.D. 1978. Museum Simalungun, Medan : M.D. Purba

Saragih, Hisarma. 2012. Sejarah Etnis Simalungun, Pematang Siantar

Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit ombak

Sutaarga, Amir. 1991. Studi Museologia. Jakarta : Proyek Pembinaan Museum Jakarta Direktoriat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sutaarga, Amir. 1992. Pengantar Didaktik Museum. Jakarta : Direktorat Permuseuman

Rosyada, Dede. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada Press

Arsyad, Azhari. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo