PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK-PARE-SHARE) TERHADAPHASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI DI KELAS XI SMA NEGERI 5 MEDAN.

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TPS (THINK-PAIR-SHARE) TERHADAP HASIL BELAJAR
KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI
KELAS XI SMA DI SMA NEGERI 5 MEDAN

Oleh:
Eifko Harianja
NIM 409131019
Program StudiPendidikan Kimia

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014


l'~n:aruh

Penerarnn Model Ptmhdnjnrnn Kool>tratlr

Tipe TPS (Think-l'ar~Ce)

reha~np

lln\11 Otlujar

Klmla 51;.., a SMA Kela• XI l'ada l'okol. Daho•nn Laju

Rcal ttabel maka
hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (ThinkPare-Share)lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model
pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think-Pare-Share)(konvensional) pada pokok bahasan
Laju Reaksi di kelas XI SMA Negeri 5 Medan.

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan


i

Daftar Isi

ii

Riwayat Hidup

iii

Abstrak

iv

Kata Pengantar

v

Daftar Gambar


ix

Daftar Tabel

x

Daftar Lampiran

xi

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1. Latar Belakang

1

1.2. Identifikasi Masalah


4

1.3. Rumusan Masalah

4

1.4. Batasan Masalah

5

1.5. Tujuan Penelitian

5

1.6. Manfaat Penelitian

5

1.7. Definisi Operasional


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

7

2.1. Pengertian Belajar

7

2.2. Hasil Belajar

8

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif

9

2.3.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

9


2.3.2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

10

2.3.3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

11

2.3.4. Tujuan Pembelaran Kooperatif

12

2.3.5. Keterampilan Pembelajaran Kooperatif

13

2.3.6. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

14


2.4. Pembelajaran Kooperatit tipe Think-Pair-Share

16

2.5. Pembelajaran Konvensional

18

2.6. Materi Laju Reaksi

21

2.6.1 Kemolaran

19

2.6.2. Konsep Laju Reaksi

22


2.6.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi laju reaksi

23

2.6.4. Teori Tumbukan

25

2.6.5. Persamaan Laju Reaksi

25

2.7. Kerangka Konseptual

26

2.8. Hipotesis Penelitian

27


BAB III METODE PENELITIAN

28

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian

28

3.2. Populasi dan Sampel

28

3.2.1. Populasi Penelitian

28

3.2.2. Sampel Penelitian

28


3.3. Variabel Penelitian

28

3.3.1. Variabel Bebas

28

3.3.2. Variabel Terikat

28

3.3.3. Variabel Terkontrol

29

3.3.4. Variabel Tidak Terkontrol

29


3.4. Jenis dan Desain Penelitian

29

3.5. Pelaksanaan Penelitian

29

3.6. Instrumen Penelitian

32

3.6.1. Uji Validitas

32

3.6.2. Uji Reliabilitas

32

3.6.3. Uji Indeks(Tingkat Kesukaran)

33

3.6.4. Uji Daya Beda

33

3.7. Teknik Pengumpulan Data

34

3.8. Teknik Analisis Data

34

3.8.1. Uji Normalitas

35

3.8.2. Uji Homogenitas

36

3.8.3. Uji Hipotesis

36

3.8.4. Menghitung Persentase Efektivitas

36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

37

4.1. Hasil Penelitian

37

4.1.1 Analisis Data Instrumen Penelitian
4.2. Analisis Data Hasil Penelitian

37
38

4.2.1. Menghitung Rata-rata Nilai Pre-test dan Post-test Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol.

38

4.2.2. Uji Normalitas Data

39

4.2.3. Uji Homogenitas

39

4.2.4. Uji Hipotesis

40

4.2.5. Uji Gain

40

4.3. Pembahasan

41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

43

5.1. Kesimpulan

43

5.2. Saran

43

DAFTAR PUSTAKA

44

DAFTAR TABEL

Tabel2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

14

Tabel2.2 Perbandingan Empat Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif

15

Tabel2.3 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar
Konvensional

19

T abel3.1 Desain Penelitian

29

Tabel4.1 Rata-rata dan Standar Deviasi Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.2 Uji homogenitas

38
39

DAFTAR GAMBAR

Gambar2.2 Grafik laju reaksi perubahan konsentrasi produk dan konsentrasi reaktan
Gambar3.1. Skema Rancangan Penelitian

22
31

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu masalah pokok dalam kehidupan manusia, karena
tanpa pendidikan segala yang diinginkan tidak dapat terlaksana. Salah satu masalah yang
dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses
pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi,
otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk
memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan
sehari-hari (Sanjaya, 2006). Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah maupun praktisi
pendidikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari usaha
pemerintah dalam melakukan inovasi seperti perubahan kurikulum, penataran guru dan
dosen, memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan. Semuanya dilakukan dalam upaya
untuk memperbaiki pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah dan pada akhirnya
diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Demikian banyaknya usaha yang dilakukan tapi kenyataannya hasil belajar siswa
sangat rendah khususnya pada pembelajaran kimia. Dari hasil wawancara penulis kepada
guru bidang studi kimia di SMA Negeri 5 Medan mengatakan kriteria ketuntasan minimal
siswa kelas XI saat ini adalah 60, sedangkan rata-rata nilai formatifnya masih kurang dari
standar ketuntasan. Sama halnya dengan yang dialami oleh penulis selama melaksanakan
Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT), dimana rata-rata nilai kimia mid semester
pada kelas XI masih kurang dari standar ketuntasan minimal yakni 60, dan dari hasil
pengamatan penulis selama berada pada lokasi PPL tersebut siswa beranggapan kalau
pelajaran kimia itu sangat sulit yang mengakibatkan siswa cenderung tidak serius dalam
mengikuti pelajaran kimia.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat dan motivasi untuk mempelajari
kimia dengan senang hati dan proses pembelajaran yang digunakan selama ini masih bersifat
monoton dan berpusat pada guru, dimana guru sebagai sumber informasi. Pelaksanaan
pembelajaran yang berpusat pada guru ini membuat siswa tidak bergairah dalam
pembelajaran. Semua siswa menjadi pasif dan tidak berfikir secara kritis dan kreatif yang
memunculkan bahwa pelajaran kimia sering membosankan dan menjenuhkan. Bruner, Dick
dan Carey dalam Suparno (2001) mengatakan bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam tahap

pembelajaran, mengisyaratkan siswa berinteraksi secara aktif dengan bahan pelajaran, dalam
bentuk apapun pelajaran tersebut disajikan. Slameto (2003) mengatakan bahwa “ Hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh cara belajar yang efektif yang memperhatikan kondisi yaitu:
(a) kondisi internal yakni kondisi jasmani dan rohani siswa; (b) kondisi eksternal yakni
kondisi lingkungan sekitar siswa; dan (c) strategi mengajar yakni jenis upaya mengajar yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pembelajaran.
Untuk itu dalam proses belajar mengajar tugas guru erat kaitannya dengan
kemampuan guru dalam usaha meningkatkan proses dan hasil belajar. Guru yang kompeten
akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan lebih mampu mengelola
kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal (Usman, 2004). Dalam
menciptakan interaksi

yang edukatif dan membiasakan siswa lebih aktif serta

pengembangkan keterampilan sosial, guru dapat memilih salah satu alternatif pengembangan
model pembelajaran yaitu pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif ini menerapkan pembelajaran secara kelompok dan
menekankan pentingnya kerjasama atau gotong royong. Suasana belajar dengan bekerja
secara gotong royong dalam pembelajaran kooperatif yang dimaksud adalah suatu
pembelajaran yang bercirikan bahwa siswa bekerja dengan kelompok secara kooperatif dalam
menyelesaikan masalah-masalah pelajaran yang ada untuk menuntaskan materi belajarnya.
Dalam pembelajaran kooperatif ini tidak ada didominasi kelompok oleh siswa tertentu atau
pemecah masalah sendiri-sendiri. Semua anggota kelompok harus menunjukkan aktivitasnya,
sehingga yang berkemampuan tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah
karena semua anggota harus saling membantu.
Salah satu cara untuk menciptakan kinerja siswa adalah dengan pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) yang memiliki tiga tahap yaitu berpikir-berpasanganberbagi. Menurut Lie (2007) model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini unggul dalam
membantu siswa untuk menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit, menumbuhkan
kemampuan berfikir kritis dan kemampuan membantu teman saat mereka saling
mendiskusikan sesuatu permasalahan. Diharapkan model ini dapat melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran dan diharapkan model ini dapat mengefektifkan,
mengefisienkan dan menarik minat belajar kimia siswa. Salah satu materi kimia yang
dipelajari di SMA adalah Laju Reaksi. Laju Reaksi merupakan materi kimia yang
memerlukan pemahaman konsep yang cenderung membingungkan siswa dan mengalami
kesulitan dalam mengerjakan soal. Kesulitan tersebut terutama akan dialami siswa yang

berprestasi rata-rata rendah. Dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa terutama siswa
yang berprestasi rata-rata rendah, maka perlu digunakan strategi pembelajaran yang tepat.
Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan salah satu pendekatan
yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Penelitian Nasution (2008) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa yang diajar
dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) lebih tinggi dibanding dengan
hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional, dimana hasil belajar siswa
yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) adalah 77,03 dan
rata-rata gain ternormalisasinya adalah 0,612 sedangkan hasil belajar siswa yang diajar
dengan pembelajaran konvensional adalah 68,46 dan rata-rata gain ternormalisasinya adalah
0,452. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Ardiansyah Ningsih (2008) dengan hasil
bahwa hasil belajar rata-rata kimia siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS (Think-Pare-Share) (X=14,48) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil
belajar kimia siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional ceramah
(X=12,48) dan efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam meningakatkan
hasil belajar siswa adalah sebesar 12,75%. Penelitian Sustri Tambunan (2010) dengan ratarata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajan kooperatif tipe TPS pada pokok
bahasan struktur atom yaitu 69,75 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar
kimia siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional ceramah sebesar 61,75.
Dari beberapa pernyataan diatas jelas bahwa pembelajaran kimia di SMA sesuai diajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. Untuk melihat pengaruh
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dalam pembelajaran materi Laju Reaksi maka
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Kelas
XI Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Di SMA Negeri 5 Medan.

1.2. Ruang Lingkup
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang digunakan selama ini kurang variatif terutama dalam materi
laju reaksi.
2. Hasil belajar kimia siswa yang rendah.
3. Kurangnya dorongan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa
pembelajaran kimia di sekolah.

dalam

1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah di atas yang menjadi rumusan masalah
adalah:
1. Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap
hasil belajar kimia siswa SMA Negeri 5 Medan?.
2. Apakah hasil belajar kimia siswa yang diajari dengan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil belajar kimia siswa yang diajari
dengan model pembelajaran konvensional ceramah?.

1.4. Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibanding dengan waktu dan
kemampuan yang dimiliki peneliti, agar penelitian ini terarah dan dapat dilaksanakan maka
peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS
(Think-Pair-Share).
2. Materi pelajaran yang diajarkan yaitu pokok bahasan Laju Reaksi.
3. Subjek penelitan adalah siswa kelas XI IPA semester I SMA Negeri 5 Medan.

1.5. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah di atas yang menjadi rumusan masalah
adalah:
1.

Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap
hasil belajar kimia siswa SMA Negeri 5 Medan?.

2.

Apakah hasil belajar kimia siswa yang diajari dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil belajar kimia siswa
yang diajari tanpa model pembelajaran koopeartif tipe TPS (konvensional) ?.

1.6. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar kimia siswa pada kelas eksperimen yang
diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil belajar kimia siswa pada kelas kontrol yang diajar dengan
pembelajaran konvensional ceramah.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS terhadap hasil belajar siswa.
1.7. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi guru, sebagai

bahan masukan dan bahan pertimbangan serta salah satu

alternatif dalam memecahkan beberapa masalah yang dihadapi dalam upaya
mengaktifkan siswa dalam belajar adalah dengan menggunakan pembelajaran
koopertif tipe TPS (Think Pair Share).
2. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti tentang
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) yang dapat digunakan dalam
mengajar kelak.
3. Bagi sekolah, sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan sistem pengajaran
dalam proses belajar mengajar.

1.8. Defenisi Operasional
Think-Pair-Share

(TPS)

atau

berpikir,

berpasangan,

berbagi,

adalah

jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Langkahlangkah (fase) dalam pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS) adalah sebagai
berikut:
1) Berpikir (Think)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi
waktu untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut.
2) Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan
mengenai apa yang telah dipikirkan secara mandiri.
3) Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk kembali
dalam kelompok berempat dan membagikan hasil diskusi mereka.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif
tipe TPS (Think-Pare-Share) lebih baik dari hasil belajar siswa yang
diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS
(Think-Pare-Share) pada pokok bahasan Laju Reaksi di kelas XI SMA
Negeri 5 Medan.
2. Besarnya pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think-PareShare)dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan
Laju Reaksi di kelas XI SMA Negeri 5 Medan adalah 20%.
3. Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think-Pare-Share)
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasilbeljar kimia siswa
terutama dalam materi kimia Laju Reaksi di kelas XI SMA.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian, maka peneliti menyarankan
beberapa saran :
1. Bagi guru-guru kimia hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran
Kooperatif tipe TPS (Think-Pare-Share) dalam pembelajaran pada pokok
bahasan kimia lainnya untuk lebih meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
2. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya dapat melanjutkan penelitian ini pada
sekolah dan pokok bahasan yang berbeda agar dapat dijadikan studi
perbandingan dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa demi
kemajuan kualitas pendidikan bagi setiap siswa terutama pelajaran kimia.

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MEDIA KARTU BERPASANGAN (INDEX CARD MATCH) TERHADAP HASILBELAJAR KIMIA SMA PADA POKOK BAHASAN KONSEP MOL.

0 2 22

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

3 15 20

PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA HANDOUT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA.

0 3 24

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASHTERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KALOR KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 1 SALAK T.P. 2013/2014.

0 2 21

PENERAPAN STRATEGI INDEX CARD MATCH YANG DIPADUKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SMA KELAS X PADA POKOK BAHASAN REAKSI REDOKS.

0 3 21

PENGARUH REMEDIAL TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI DI KELAS XI SMA.

0 1 18

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI.

0 1 23

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK- PAIR-SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM DI KELAS X SMA NEGERI 1 SIBORONGBORONG TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

0 1 16

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DIDUKUNG MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN KOLOID.

1 3 18

Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Terhadap Hasil Belajar Siswa Sma Negeri 8 Surakarta

0 0 57