KEMAMPUAN RASIO LIKUIDITAS DAN KUALITAS AKTIVA TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA BANK PEMERINTAH DI INDONESIA.

(1)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum

wr.wb

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “Determinan Kemampuan Rasio Likuiditas dan Kualitas Aktiva Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Pemerintah Di Indonesia”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari bapak Drs.Ec.Patrap Wiprapto,MS Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan


(2)

banyak bantuan berupa sarana fasilitas dan perijinan guna pelaksanaan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S., Msi, selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan iklas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS), yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ayah, ibu, kakak, adik- adik ku, beserta Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral, materil serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

7. Teman – teman seperjuangan dari Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur serta teman-teman kos ku, dan semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu


(3)

persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam meyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Februari 2011


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

ABSTRAKSI...xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.... ... 9

2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.1.1 Perbedaan penelitian Terdahulu ... 13

2.2. Landasan Teori ... 14


(5)

2.2.1.2 Kualitas aktiva ... 17

2.3 Hubungan CR, LDR,APB dan NPL... 20

2.4 Kerangka Pikir ... 23

2.5 Hipotesis ... . 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1.Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 25

3.2. Teknik Penentuan Data ... 27

3.3. Jenis dan Sumber data ... 28

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 28

3.5 Teknik Analisis dan uji Hipotesis ... 29

3.5.1 Teknik Analisis. ... 29

3.5.2 Uji Hipotesis ... 30

3.6 Uji Asumsi Klasik (BLUE)... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian... 40

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 42

4.2.1 Perkembangan Return On Asset ... 42

4.2.2 Perkembangan Cash ratio... 43


(6)

4.2.5 Perkembangan Non Performing Loan... 47

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis... . 48

4.3.1 Pengujian Hasil Analisis regresi Linier berganda Sesuai dengan Asumsi Klasik( Best linier Unbiassed Estimator)... 48

4.3.2. Analisis Hasil Perhitungan Koefisien Regresi………... 51

4.4 Uji Hipotesis... 53

4.4.1 Analisis Secara Simultan... 53

4.4.2 Uji Hipotesis Secara Parsial... 55

4.5 Implementasi hasil penelitian ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 kesimpulan……….… 64

5.2 Saran ……… .. 67 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pengaruh Rasio-rasio Keuangan terhadap ROA ... 23

Gambar 2. Kurva Uji Hipotesis secara Simultan ... 32

Gambar 3. Kurva Uji Hipotesis Secara Parsial ... 33

Gambar 4. Kurva Durbin - Watson ... 36

Gambar 5. Kurva Durbin - Watson ... 49

Gambar 6. Kurva Uji Hipotesis secara Simultan ... 54

Gambar 7. Kurva Analisis Uji t Pengaruh Cash Ratio (X1) terhadap Return on Asset (Y) ... 56

Gambar 8. Kurva Analisis Uji t Pengaruh Loan to Deposit Ratio (X2) terhadap Return on Asset (Y) ... 58

Gambar 9. Kurva Analisis Uji t Pengaruh Aktiva produktif Bermasalah (X3) terhadap Return on Asset (Y) ... 59

Gambar 10. Kurva Analisis Uji t Pengaruh Non Performing Loan (X4) terhadap Return on Asset (Y) ... 60


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Auto Korelasi DurbinWatson ... 37

Tabel 2. Perkembangan Return On Asset ... 42

Tabel 3. Perkembangan Cash Ratio ... 43

Tabel 4. Perkembangan Loan to Deposit Ratio ... 44

Tabel 5. Perkembangan aktiva Produktif Bermasalah ... 45

Tabel 6. Perkembangan Non Performing Loan ... 47

Tabel 7. Hasil Pengujian Heterokedastis ... 50

Tabel 8. Hasil Pengujian Multikolineritas ... 51

Tabel 9. Hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat ... 51

Tabel 10. Hasil Perhitungan Uji f, Variabel bebas terhadap ROA ... 53

Tabel 11. Hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat pada penerapan model linier ... 55


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Input bank Pemerintah Di Indonesia

Lampiran 2 : ( Analisis Regresi Linear return on Asset Pada bank Pemerintah Di Indonesia )

Tabel Variables Entered / Removed Tabel Model Summary

Tabel ANOVA Lampiran 3 : Tabel Coefficients

Tabel Collinearity Diagnostic Lampiran 4 : Tabel Residuals Statistics

Tabel Correlations

Lampiran 5 : Tabel Pengujian Nilai F Lampiran 6 : Tabel Pengujian Nilai t Lampiran 7 : Tabel Durbin-Watson


(10)

KEMAMPUAN RASIO LIKUIDITAS DAN KUALITAS AKTIVA TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA

BANK PEMERINTAH DI INDONESIA Oleh :

Eka Retno Tri Setiyaningsih ABSTRAKSI

Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui Cash Ratio , Loan To

deposit Ratio, Aktiva Produktif Bermasalah dan Non Performing Loan

berpengaruh terhadap Return On Asset Pada Bank Pemerintah di Indonesia dan untuk mengetahui faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap Return On

Asset pada Bank Pemerintah Di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan kurun waktu empat tahun (2007-2010), dimana data tersebut diperoleh dari Bank Indonesia. Untuk analisis data menggunakan alat bantu komputer dengan menggunakan SPSS (Statistik Program for Social Science) versi 13.0. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda dan Uji Hipotesis yang digunakan adalah Uji t dan Uji F statistik

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, yaitu Cash Ratio (X1), Loan To Deposit Ratio (X2), Aktiva Produktif Bermasalah (X3) dan Non Performing Loan (X4) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya Return On Asset Pada Bank Pemerintah di Indonesia (Y) diperoleh hasil Fhitungsebesar = 4,528 > Ftabel = 3,48.

Sedangkan pengujian secara parsial Cash Ratio (X1) berpengaruh terhadap Return On Asset (Y) Pada Bank Pemerintah Di Indonesia t hitung = 2,252 > t tabel = 2,228 , Loan To Deposit Ratio (X2) tidak berpengaruh terhadap Return

On asset (Y) Pada Bank Pemerintah di Indonesia t hitung = 0,184 < t tabel = 2,228, variabel Aktiva Produktif Bermasalah (X3) tidak berpengaruh terhadap Return On

Asset (Y) Pada Bank pemerintah Di Indonesia t hitung = -1,477 < t tabel = 2,228 dan

Non Performing Loan (X4) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Return On Asset (Y) Pada Bank Pemerintah Di Indonesia t hitung = 1,386 < t tabel = 2,228.

Berdasarkan Keempat variabel bebas X1, X2, X3, X4 maka variabel yang paling dominan untuk mempengaruhi variabel Y adalah variabel X1 dengan nilai r2 sebesar 0,602 atau 6,02 % .

Kata Kunci : Return On Asset (Y) ,Cash Ratio (X1), Loan to deposit ratio(X2), Aktiva Produktif Bermasalah (X3), Non Performing Loan (X4) .


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis ekonomi pada tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multidimensi membawa dampak kehancuran usaha perbankan di Indonesia. Hal ini meninggalkan kredit macet yang cukup besar , yang sampai saat ini belum terselesaikan oleh BPPN maupun oleh Bank Pemberi Kredit, membawa dampak terhadap kerugian Negara dan rakyat yang cukup besar . Jasa perkreditan sebagai produk usaha perbankan merupakan salah satu penyumbang pendapatan terbesar bank dibanding beberapa produk jasa perbankan lainnya (Wilopo,2000:44-64).

Bank merupakan lembaga yang bergerak di bidang keuangan. Lembaga keuangan itu sendiri adalah badan usaha yang kekayaannya terutama berbentuk asset keuangan ( financial asset) atau tagihan (claim). Jadi bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya”. (Kasmir, 2004 : 8)

Industri perbankan saat ini mengalami perkembangan pesat, baik dari sisi volume usaha, pengumpulan dana dari masyarakat dan dalam pemberiaan kredit. Oleh sebab itu perbankan saat ini berada dalam persaingan ketat yang bertujuan untuk keunggulan sumber daya masing masing Bank itu. Dengan keunggulan


(12)

2

sumber daya tersebut. maka Bank akan mampu bersaing di bidang lending maupun funding serta dalam strategi penentuan tingkat bunga.

Kondisi ekonomi membawa dampak pada menurunnya jumlah bank yang beroperasi, bahkan banyak yang masih beroperasi juga menurun kinerjanya, sehingga perlu tindakan-tindakan untuk menyelamatkan dan menyehatkan bank umum. Disamping tindakan atau kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia, juga diharapkan adanya kemajuan kinerja bank termasuk didalamnya peningkatan perolehan profitabilitas (Wilopo, 2000:44-64).

Tujuan Bank pada umumnya adalah memperoleh profit (laba) yang tinggi dengan cara menempatkan dana yang berhasil dihimpun ke dalam aktiva-aktiva yang produktif yang menghasilkan pendapatan bagi bank. Profit tersebut diharapakan dapat mempertahankan kelangsungan hidup dari suatu Bank dan dapat mengembangkan usahanya . Untuk mengetahui profitabilitas Bank dapat dilihat melalui kinerja keuangan yang berdasarkan rasio-rasio keuangan yang dimiliki, diantaranya adalah Return on asset (ROA). Return on asset adalah rasio antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset. Rasio ini mengukur tingkat kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan yang dicapai oleh suatu bank dan akan semakin baik pula posisi Bank dari segi penggunaan asset. (Dendawijaya,2005:118).

Pentingnya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank karena kegiatan utama bank adalah penghimpunan dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan. Oleh karenanya Bank Indonesia menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Kesehatan bank dapat


(13)

3

diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Dengan adanya aturan tentang kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan. Aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, mulai dari penghimpunan dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana .

Alasan dipilihnya Return On Assets (ROA) sebagai variabel dependen dengan alasan bahwa ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total assets. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar.

Keberhasilan manajemen Bank dalam mendapatkan tingkat ROA diharapkan akan dipengaruhi oleh strategi dan kebijakan manajemen Bank yang terkait dengan rasio likuiditas, kualitas aktiva, efisiensi, sensivitas dan solvabilitas.

Likuiditas bank merupakan factor yang sangat penting untuk mengetahui kemampuan suatu bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau yang sudah jatuh tempo. Jika bank tidak bisa menjaga likuiditasnya maka akan berdampak pada citra bank itu sendiri sehingga manajemen bank harus mengelola lebih detail dan lebih optimal Agar tidak terjadi masalah dalam likuiditas, maka


(14)

4

perlu dilakukan pengawasan dan pengaturan terhadap lembaga perbankan dalam upaya untuk mewujudkan dunia perbankan yang sehat. Maka dari itu, untuk mengukur tingkat likuiditas dapt menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan

Cash Ratio.

LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan dana milik masyarakat dalam bentuk kredit. Pengaruh LDR dengan ROA adalah searah atau positif .LDR naik berarti pendapatan bank dan kredit yang diberikan meningkat sehingga laba pun ikut naik. Dengan naiknya laba, maka ROA juga mengalami peningkatan. Sedangkan Cash ratio adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali kewajibannya yang harus segera dibayar dalam simpanan nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid yang dimiliki. Cash Ratio mempunyai pengaruh negatif terhadap ROA karena alat-alat likuid yang dimiliki bank naik sehingga menyebabkan pendapatan dan keuangan turun hingga ROA turun juga.

Kualitas aktiva produktif adalah adalah kemampuan suatu bank dalam pengelolaan aktiva produktif yang merupakan sumber pendapatan bank yang digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan operasional bank . Semua penanaman dana dalam rupiah dan valas yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan atau bunga. Setiap penanaman Bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya, yakni apakah Lancar, Kurang Lancar, Diragukan atau macet. Untuk mengukur Kualitas aktiva dapat dihitung dengan menggunakn APB dan NPL.


(15)

5

APB mempunyai pengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini disebabkan apabila APB meningkat. Maka aktiva produktif bermasalah meningkat. Peningkatan aktiva produktif bermasalah akan mengakibatkan pendapatan yang diperoleh oleh bank menurun, yang berdampak pada penurunan laba ROA. Sedangkan NPL digunakan untuk mengukur besarnya kredit bermasalah pada bank .Pengaruh NPL terhadap ROA adalah negatif karena apabila NPL naik berarti kredit bermasalah yang dimiliki bank mengalami peningkatan. Peningkatan kredit bermasalah akan menurunkan pendapatan bank, kemudian laba bank juga turun dan pada akhirnya ROA turun.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa upaya mencapai tingkat ROA yang diharapkan, manajemen perlu diperhatikan faktor faktor yang dapat mempengaruhi ROA. Demikian halnya yang seharusnya dilakukan oleh manajemen Bank-bank pemerintah.

Bank pemerintah adalah bank yang seluruhnya atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Bank pemerintah saat ini berjumlah empat bank yaitu, PT Bank Mandiri (Persero)Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk , PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk dan PT Bank Tabungan Negara (Persero).

Kinerja Profitabilitas Bank-bank Pemerintah di Indonesia juga selalu mengalami fluktuasi. Selama tiga tahun terakhir ROA pada bank pemerintah fluktuatif pada setiap triwulannya atau mengalami kenaikan dan ini ditunjukkan dengan rata –rata 2,75 pada tahun 2007 ,2,59 % pada tahun 2008, 2,66% pada tahun 2009 dan 3,03% pada tahun 2010. Pada bank pemerintah mengalami


(16)

6

kenaikan sehingga peneliti tertarik untuk meneliti “ Kebijakan Rasio Likuiditas dan Kualitas Aktiva terhadap Return On Asset ( ROA) pada bank pemerintah di Indonesia”

1.2 Perumusan masalah

Dengan melihat latar belakang masalah diatas, permasalahan yang akan disajikan adalah:

1. Apakah variabel Cash Ratio (CR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada Bank Pemerintah di Indonesia? 2. Apakah variabel Aktiva Produktif Bermasalah (APB) mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada Bank Pemerintah di Indonesia?

3. Apakah variabel Non Performing Loan (NPL) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada Bank Pemerintah di Indonesia?

4. Apakah Loan Deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada Bank Pemerintah di Indonesia? 5 . Diantara Cash ratio, Loan To deposit Ratio, Aktiva produktif Bermasalah dan

Non Performing Loan, Manakah yang mempunyai kontribusi yang paling besar terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Pemerintah di Indonesia?


(17)

7

1.3 Tujuan Penelitan

Sesuai denagn permasalahan yang dibahas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui tingkat signifikasi pengaruh Cash Ratio terhadap ROA pada bank pemerintah di Indonesia.

2. Mengetahui tingkat signifikasi pengaruh Aktiva Produktif Bermasalah terhadap ROA pada bank pemerintah di Indonesia.

3. Mengetahui tingkat signifikasi pengaruh Non Performing Loan terhadap ROA pada bank pemerintah di Indonesia.

4. Mengetahui tingkat signifikasi pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap ROA pada bank pemerintah di Indonesia.

5. Mengetahui Cash Ratio, Loan To deposit Ratio, Aktiva Produktif bermasalah,

Non Performing Loan yang memberikan kontribusi atau pengaruh yang paling besar terhadap ROA pada bank pemerintah di Indonesia.


(18)

8

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : a. Bagi Perbankan

Dengan adanya penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam mengmbil keputusan untuk meningkatkan dan mempertahankan profitabilitas bank di masa yang akan datang.

b. Bagi Mahasiswa

Dengan adanya Penelitian ini penulis dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman untuk menerapkan teori yang sudah dipelajari di perkuliahan ke dalam studi kasus yang spesifik.

c. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapt dijadikan sebagai tambahan koleksi perpustakaan UPN dan dapat digunakan sebagai sumber informasi atau bahan pembanding bagi semua mahasiswa yang akan mengambil judul yang sama untuk bahan penelitian ini


(19)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat bermanfaat sebagai acuan bagi penulis dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu dijadikan acuan bagi penulis pada penelitian ini antara lain adalah:

1. (Almilia dan Herdiningtyas, 2005:2) Penelitian yang berjudul “Analisis Rasio Camel Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002”. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Variabel Independen dalam penelitian ini adalah rasio CAR(X1), APB(X2),

NPL(X3), PPAPAP(X4), ROA(X5), NIM(X6) dan BOPO(X7) dan variabel

dependen yaitu kondisi bermasalah suatu bank (Y). bahwa rasio CAR mempunyai pengaruh negatif artinya semakin rendah rasio ini maka semakin besar kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah. Pengaruh rasio CAR terhadap kondisi bermasalah adalah signifikan karena tingkat signifikansi di bawah 0.05 yaitu sebesar 0.027. Rasio APB, NPL,PPAPAP, ROA, dan NIM tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kondisi bermasalah suatu bank. Rasio BOPO mempunyai pengaruh positif artinya semakin tinggi rasio ini maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.Pengaruhnya terhadap kondisi bermasalah adalah signifikan karena tingkat signifikansinya dibawah 0.05 yaitu sebesar 0.019. Metoda statistik yang


(20)

10

digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan CAMEL memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan. Dalam penelitian ini juga memberikan bukti bahwa rasio CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM dan BOPO secara statistik berbeda untuk kondisi bank bangkrut dan mengalami kesulitan keuangan dengan bank yang tidak bangkrut dan tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan. Penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa hanya rasio keuangan CAR dan BOPO yang secara statistik signifikan untuk memprediksi kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan pada sektor perbankan.

2. (Yuliani, 2007:10) penelitian yang berjudul ” Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta “.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ROA (Y) variabel dependen yaitu CAR

(X1),BOPO (X2),LDR (X3),MSDN (X4). Berdasarkan hasil perhitungan

besarnya koefisien determinasi R2 adalah 0,792 yang berarti bahwa variabel-variabel bebas dalam penelitian ini secara simultan mampu memberikan kontribusi terhadap variabel terikatnya ROA adalah 79,2%, sedangkan sisanya sebesar 20,8% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji parsial bahwa variabel BOPO dan CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan MSDN dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Besarnya koefisien korelasi


(21)

11

(hubungan) yang ditunjukkan oleh nilai R = 0,890 hal ini berarti adanya indikasi hubungan yang kuat antar variabel bebas dengan variabel terikat. 3. (Fransiska dan Siregar ,2009:6) Penelitian yang berjudul” Pengaruh Faktor

Internal Bank Terhadap Volume Kredit Pada Bank yang Go Publik Di Indonesia” . Dari hasil peelitian dapat disimpulkan bahwa variabel dependen dalam penelitian ini adalah volume kredit (Y) dan variabel independen adalah Dana pihak ketiga (X1), Capital Adequency Ratio CAR (X2), Return On Asset ROA(X3) dan Non Performing Loan NPL(X4).hasil Penguijian secara parsial

menjelaskan bahwa Dana Pihak Ketiga ,ROA dan NPL yang berpengaruh signifikan terhadap volume kredit . hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung > t tabel dan memiliki nilai signifikansi yang < 0,05, sedangkan variabel CAR tidak berpangaruh secara signifikan terhadap volume kredit hal ini terlihat dari t hitung < t tabel dan memiliki tingkat signifikansi >0,05. Hasil pengujian simultan untuk variabel Dana Pihak Ketiga ,CAR,ROA,NPL berpengaruh secara signifikan terhadap volume kredit. yang ditunjukkan dengan nilai F hitung > F tabel dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Nilai adjusted R square

0,937 mengindikasikan bahwa 93,7% variasi perubahan dalam volume kredit dapat dijelaskan oleh variabel dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, return on asset dan non performing loan. Sedangkan sisanya 6,3% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Dengan demikian berarti kemampuan variabel independen dalam memprediksi variabel dependen tinggi.


(22)

12

4.(Siagian dan Yasin, 2009:49) Penelitian yang berjudul “Pengaruh Non Performing Loan (NPL),Tingkat Kecukupan Modal,Tingkat Likuiditas dan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Terhadap Tingkat Profitabilitas Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008”. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Variabel Independen dalam penelitian ini adalah non performing loan NPL(X1), capital adequacy ratio CAR(X2),

loan to deposit ratio LDR(X3), quick ratio QR(X4), dan kualitas aktiva

produktif KAP(X5) dan variabel dependen yaitu return on assets ROA (Y). Hasil pengujian secara parsial menjelaskan bahwa variabel NPL, CAR, dan QR yang berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung > t tabel dan memiliki nilai signifikansi yang < 0,05, Sedangkan variabel LDR dan KAP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Hal ini terlihat dari nilai t hitung < t tabel dan memiliki nilai signifikansi yang > 0,05. Hasil Pengujian simultan untuk variabel NPL, CAR, LDR, QR, dan KAP berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Hasil ini terlihat dari nilai signifikansi 0,000 (<0,05). Koefisien determinasi atau R square sebesar 0,431 menunjukkan bahwa hanya 43,1% perubahan ROA yang dapat dijelaskan NPL, CAR, LDR, QR, dan KAP. Sedangkan sisanya sebesar 56,9% dijelaskan variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian, seperti: pajak, tingkat suku bunga, peraturan-peraturan perbankan, tingkat inflasi, dan sebagainya.


(23)

13

5. (Hamonangan dan Siregar , 2009:13) Penelitian yang berjudul ” Pengaruh Capital Adequency Ratio, Debt To Equity Ratio, Non Performing Loan , Operating Ratio dan Loan To deposit Ratio terhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia”. Dari hasil peelitian dapat disimpulkan bahwa variabel dependen dalam penelitian ini

adalah Return On Equity ROE (Y) dan variabel independen adalah Capital

Adequency Ratio CAR (X1), Debt To Equity Ratio DER (X2), Non Performing

Loan NPL (X3), Operating Ratio OR (X4) dan Loan To deposit Ratio LDR

(X5). hasil Penguijian secara parsial menjelaskan bahwa CAR dan DER tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE. Hal ini dapat dilihat dari t hitung < t tabel dan memiliki tingkat signifikansi > 0,05 sementara itu, NPL, OR, dan LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE. hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung > t tabel dan memiliki nilai signifikansi yang < 0,05 Secara simultan dapat diambil kesimpulan, bahwa CAR, DER, NPL, OR, dan LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE. 36% variasi atau perubahan dalam return on equity dapat dijelaskan oleh variasi dari capital adequacy ratio, debt to equity ratio, non performing loan, operating ratio, dan

loan to deposit ratio, sedangkan sisanya (64%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.


(24)

14

2.1.1. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada kurun waktu, ruang lingkup, tempat penelitian dan jumlah variabel yang digunakan untuk penelitian. Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “kebijakan rasio Likuiditas dan kualitas Aktiva Terhadap return On Asset (ROA) Pada Bank Pemerintah di Indonesia ”, dengan variabel terikat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset ROA (Y), sedangkan

variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cash Ratio CR (X1),

Loan to Deposit Ratio LDR (X2),Aktiva Produktif Bermasalah APB (X3),Non

Performing Loan NPL (X4). 2.2 Landasan Teori

Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, ada beberapa teori yang digunakan untuk mendukung penjelasan-penjelasan serta untuk mendukung analisis-analisis pembahasan yang akan dilakukan.

2.2.1 Kinerja Keuangan Bank

Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran mengenai kondisi keuangan bank meliputi posisi keuangan serta hasil hasil yang pernah dicapai oleh bank yang bersangkutan, yang tercermin dalam laporan keuangannya. Agar laporan keuangan tersebut dapat dibaca dengan baik dan dapat dengan mudah dimengerti , maka perlu dilakukan analisis terlebih dahulu. Analisis rasio


(25)

15

keuangan bank dapat dilihat dengan aspek likuiditas, kualitas aktiva, efisiensi, sensivitas dan solvabilitas.

2.2.1.1 Likuiditas Bank

Menurut (Rivai 2007;722) yang dimaksud dengan likuiditas bank adalah

kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi kewajibannya setiap saat. Pentingnya bank mengelola likuiditas secara baik terutama ditujukan untuk mencairkan aktiva atau memperoleh pandanaan yang cukup

Menurut (Dendawijaya 2005;114-117) analisis rasio likuiditas adalah

analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek atau yang sudah jatuh tempo.

Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja

suatu bank antara lain sebagai berikut : 1. Loan to Deposit Ratio

LDR merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dan dana pihakl ketiga . Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan mengandalkan kredit-kredit yang telah diberikan sebagai sumber likuiditas ( Dendawijaya, 2005:116)

Total dana pihak ketiga ini terdiri dari giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito


(26)

16

LDR = 100

………...………...(1)

Berdasarka SE-BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 peringkat kesehatan rasio LDR adalah sebagai berikut:

Peringkat 1 : 50 < Rasio ≤ 75% Peringkat 2 : 75% < Rasio ≤ 85%

Peringkat 3 : 85% < Rasio ≤ 100% atau ≤ 50% Peringkat 4 : 100% < Rasio ≤ 120%

Peringkat 5 : Rasio >120% 2. Cash Ratio

(Rivai 2007:392) . Rasio ini digunaka untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali kewajibannya yang harus segera dibayar dalam simpanan nasabah pada saat ditari dengan menggunakan alat likuid yang dimiliki. Alat likuid terdiri atas kas, giro BI dan giro pada bank lain.

Cash Ratio = x 100 %

………....………….…..(2) 3. Loan To asset Ratio

(Dendawijaya 2005;117). LAR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas yang menunjukkan kemampuan bank untuk mmemenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini tingkat likuiditasnya semakin kecil karena


(27)

17

jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar.

LAR = x

100%...(3) 4. Investing Policy Ratio

(Kasmir 2004;63). IPR merupakan suatu kebijakan yang diambil oleh bank untuk meningkatkan pendapatan melalui surat surat berharga yang dimiliki/securities yang terdiri dari sertifikat BI dan surat-surat berharga lainnya. IPR merupakan kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan mencairkan surat-surat berharga yang dimiliki bank . surat-surat berharga dalam hal ini adalah SBI ( sertifikat Bank Indonesia ), surat berharga yang dimiliki bank, obligasi pemerintah dan surat berharga yang dibeli dengan janji jual kembali ( reserve repo).

IPR = x

100%...(4)

Dari beberapa rasio likuiditas yang telah diuraikan di atas maka peneliti menggunakan LDR dan Cash Ratio

2.2.1.2 Kualitas Aktiva

Kualitas Aktiva sering juga disebut Earning Asset atau aktiva yang menghasilkan . kualitas asset adalah kualitas aktiva produktif. Aktiva produktif merupakan penanaman-penanaman atau penempatan dana yang dimaksudkan


(28)

18

untuk mendapatkan penghasilan langsung . pengelolaan dalam aktiva produktif merupakan sumber pendapatan bank yang digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional lainnya yang mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan.

Beberapa rasio kualitas aktiva yang sering digunakan dalam menilai kinerja suatu bank antar lain sebagai berikut :

1. Aktiva Produktif Bermasalah (APB)

Adalah aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet . Yang termasuk dalam komponen Aktiva Produktif adalah Kredit yang diberikan, Penempatan dana pada bank lain, surat-surat berharga dan penyertaan modal

Aktiva produktif bermasalah dapat dihitung secara GROSS (tidak dikurangi PPAP). Aktiva produktif bermaslah merupakan perbandingan antara aktiva produktif bermasalah dengan total aktiva produktif.

APB

= x100%...

...(5)

Berdasarkan SE-BI No6/23/PNPM tanggal 31 Mei 2004 peringkat kesehatan rasio APB adalah sebagai berikut :

Peringkat 1 : Perkembangan rasio sangat rendah Peringkat 2 : Perkembangan rasio rendah


(29)

19

Peringkat 5 : Perkembangan rasio tinggi 2. Non Performing Loan (NPL)

Adalah hasil perbandingan antara kredit bermasallha dengan total kredit . Rasio ini menunjukkan kualitas aktiva kredit yang jika kolektibilitasnya kurang lancar,diragukan dan macet dari total kredit secar keseluruhan maka bank tersebut mengalami kredit bermasalah. Rentang rasio NPL cukup sehat

sebagaimana yang termuat dalam PBI 6/23/DPNP tahun 2004adalah ≤ 5%.

NPL = x

100%...(6)

Berdasrkan SE-BI No6/23/PPNP tanggal 31 mei 2004 peringkat kesehatan NPL adalah sebagi berikut :

Peringkat 1 : Perkembangan rasio sangat rendah Peringkat 2 : Perkembangan rasio rendah

Peringkat 3 : Rasio antara 5% sampai dengan 8% Peringkat 4 : Perkembangan rasio cukup tionggi Peringkat 5 : Perkembangan rasio tinggi

3. PPAP terhadap Analisa Rasio Kualitas Aktiva Produktif

PPAP terhadap aktiva produktif yaitu hasil perbandingan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk dengan aktiva produktif.

PPAP terhadap aktiva Produktif = x

100%...(7) 4. Pemenuhan PPAP


(30)

20

Pemenuhan PPAP merupakan hasil perbandingan antara PPAP yang telah dibentuk dengan PPAP yang wajib dibentuk. PPAP yang telah dibentuk adalah cadangan yang telah dibentuk sebesar presentase tertentu berdasarkan penggolongan kualitas aktiva produktif sebagaimana ditetapkan dalam peraturan bank Indonesia . PPAP yang wajib dibentuk oleh bank bersangkutan sebesar presentase tertentu berdasarka penggolongan kualitas aktiva produktif sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Bank Indonesia

PPAP yang dibentuk = x 100%

……….…….….(8)

Berdasarkan SE-BI No6/23/PPNP tanggal 31 Mei 2004 peringkat kesehatan rasio PPAP adalah sebagai berikut :

Peringkat 1 : PPAP yang dibentuk secara signifikan lebih tinggi dari PPAP yang wajib dibentuk

Peringkat 2 : PPAP yang dibentuk lebih tinggi dari PPAP yang wajib dibentuk

Peringkat 3 : PPAP yang dibentuk relatif sama atau rasio berkisar antara 100 % sampai dengan 105%.

Peringkat 4 : PPAP yang dibentuk secara signifikan lebih kecil ddari PPAP yang wajib dibentuk

Peringkat 5 : PPAP yang dibentuk secara signifikan lebih kecil dibanding


(31)

21

Pada penelitian ini rumus yang digunakan untuk mengukur Rasio kualitas Aktiva adalah APB dan NPL.

2.3 Hubungan Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio, aktiva Produktif Bermasalah, Non performing Loan

1. Pengaruh Cash Ratio (CR) terhadap ROA

Semakin tinggi rasio ini, memeberikan indikasi bahwa kemampuan likuiditas suatu bank adalah tinggi pula. Hal ini disebabkan alat – alat likuid yang dimiliki bank lebih besar daripada kewajiban bank untuk membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik . Tetapi dengan besarnya alat-alat likuid yang dimiliki bank maka alokasi pada aktiva produktif sangat rendah sehingga dapat menyebabkan rendahnya tingkat profitabilitas bank. Dengan demikian hubungan antara Cash Ratio terhadap ROA adalah berhubungan negatif. Satuan ukurannya dalam % persen

2. Pengaruh Loan To deposit Ratio (LDR) terhadap ROA

Apabila LDR meningkat maka dapat dikatakan terjadi peningkatan pada kredit yang disalurkan lebih besar daripada peningkatan dana pihak

ketiga.Menurut ( Dendawijaya 2005:118) peningkatan kredit yang

disalurkan akan mengakibatkan peningkatan pada pendapatan bunga ,sedangkan peningkatan dana pihak ketiga akan meningkatkan biaya bunga .Dengan demikian peningkatan LDR akan menyebabkan peningkatan pendapatan bunga yang lebih besar daripada peningkatan biaya bunga, sehingga laba bank naik. Peningkatan laba dapat mengakibatkan bertambahnya modal yang dimiliki bank dan pada akhirnya berdampak pada


(32)

22

naiknya ROA. Semakin tinggi LDR mengakibatkan ROA suatu bank juga akan tinggi. Jadi pengaruh LDR dengan ROA adalah searah atau positif . Satuan ukurannya dalam % persen

3. Pengaruh Aktiva Produktif Bermasalah (APB) terhadap ROA

Apabila APB meningkat maka dapat dikatakan terjadi peningkatan pada aktiva produktif bermasalah lebih besar daripada peningkatan aktiva produktif. Menurut (Kuncoro 2002:265),peningkatan aktiva produktif bermasalah akan mengakibatkan peningkatan pada biaya pencadangan penghapusan aktiva produktif, sedangkan peningkatan aktiva produktif akan meningkatkan pendapatan.Dengan demikian peningkatan APB akan menyebabkan peningkatan biaya yang lebih besar daripada peningkatan pendapatan, sehingga laba bank turun .Turunnya laba dapat mengakibatkan menurunnya modal yang dimiliki bank dan pada akhirnya berdampak pada turunnya ROA. Jadi pengaruh APB dengan ROA memiliki hubungan berlawanan arah atau negatif. Satuan ukurannya dalam % persen.

4. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap ROA

Apabila NPL meningkat maka dapat dikatakan terjadi peningkatan pada kredit bermasalah lebih besar daripada total kredit yang dimiliki oleh bank.

Menurut (Riayadi 2006 : 260 ). Peningkatan kredit bermasalah akan

mengakibatkan peningkatan biaya, sedangkan kredit yang diberikan akan meningkatkan pendapatan. Dengan demikian peningkatan NPL akan menyebabkan peningkatan biaya yang lebih besar daripada peningkatan pendapatan ,sehingga laba bank turun. Turunnya laba dapat mengakibatkan


(33)

23

modal yang dimiliki bank dan pada akhirnya berdampak pada turunnya ROA. Jadi pengaruh NPL terhadap ROA adalah berlawanan arah atau negatif. Satuan ukurannya dalam % persen

2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan sebelumnya maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :


(34)

24

Sumber: Peneliti

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih belum teruji kebenarannya dan masih harus dibuktikan secara empiris berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hipotesis akan ditolak jika memang salah atau diterima jika fakta-fakta

Kualitas Aktiva Likuiditas

LDR

APB

NPL CR


(35)

25

membenarkan. Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : .

1. Diduga variabel Cash Ratio (CR) mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada bank pemerintah

2. Diduga variabel Aktiva Produktif Bermasalah (APB) mempunyai pengaruh

negatif yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada bank pemerintah

3. Diduga variabel Non Performing Loan (NPL) mempunyai pengaruh negatif

yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada bank pemerintah

4. Diduga variabel Loan To deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh positif

yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada bank pemerintah

5. Diduga variabel Cash Ratio (CR) mempunyai pengaruh paling dominan

terhadap Return On Asset (ROA) pada bank pemerintah

BAB III


(36)

26

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris.”

Untuk memperjelas terhadap masing-masing variabel yang diamati, maka pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Variabel terikat (Dependent Variable) :

1. Return on Asset (Y1)

Return on Asset adalah rasio antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset. Rasio ini mengukur tingkat kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan yang dicapai oleh suatu bank dan akan semakin baik pula posisi Bank dari segi penggunaan asset . Satuan ukurannya dalam persen (%)

b. Variabel bebas (Independent variable) terdiri dari :

1. Cash Ratio (X1)

Cash Ratio adalah perbandingan alat-alat likuid terhadap dana pada pihak ketiga yang dimiliki Bank-bank pemerintah pada periode triwulan mulai tahun 2007 sampai tahun 2010. Satuan ukurannya dalam persen (%) dan untuk mengukurnya digunakan rumus

Cash Ratio = x 100 %


(37)

27

Rasio ini merupakan hasil perbandingan antara kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga yang dimiliki oleh bank-bank pemerintah pada setiap tahun 2007 sampai tahun 2010. satuan ukurannya dalam persen (%) dan untuk mengukurnya digunakan rumus

LDR = 100

………...………(10) 3. Aktiva Produktif Bermasalah (X3)

Rasio aktiva produktif bermasalah merupakan hasil perbandingan antara aktiva produktif bermasalah dengan total aktiva produktif yang dimiliki bank-bank pemerintah pada setiap periode triwulan tahun 2007 sampai pada tahun 2010. satuan ukurannya dalam persen (%)

APB

= x100%...(11)

4. Non Performing Loan (X4)

Rasio ini merupakan hasil perbandingan antara kredit bermasalah dengan total kredit yang dimiliki oleh bank-bank pemerintah setiap periode triwulan tahun 2007 sampai pada tahun 2010. satuan ukurannya dalam persen (%)

NPL = x


(38)

28

3.2. Teknik Penentuan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah secara time series, yaitu data berkala dalam periode triwulan selama empat tahun dari tahun 2007 sampai dengan 2010.

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dari populasi bank-bank pemerintah yang terdiri dari empat bank yaitu, PT Bank Mandiri ( Persero),Tbk ,PT Bank Negara Indonesia ( Persero)Tbk , PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) . Penelitian ini tidak meneliti semua anggota populasi tetapi hanya sebagian anggota populasi yang terpilih sebagai sampel. Penentuan sampelnya menggunakan teknik purposive sampling, yaitu menentukan sampel yang dipilih dengan kriteria tertentu. Dimana kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank-bank pemerintah yang memiliki total asset di atas Rp 100.000,000,000,000,00 triliun per Desember 2010.

PT Bank Mandiri (Persero)Tbk memiliki Total asset sebesar Rp 370.310,994,000,000,00 Triliun ,PT Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk

memiliki Total asset sebesar Rp 225.541,328,000,000,00 triliun , PT Bank

Rakyat Indonesia (Persero)Tbk memiliki Total asset sebesar

Rp 314.745,744,000,000,00 triliun dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) memiliki Total asset sebesar Rp 58.516,058,000,000,00 Triliun

Berdasarkan dari kriteria tersebut maka anggota populasi yang terpilih sebagai penelitian adalah tiga bank yaitu PT Bank Mandiri ( Persero),Tbk ,PT


(39)

29

Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk ,PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk Sedangkan PT Bank Tabungan Negara (Persero) tidak terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini karena bank tersebut tidak memenuhi kriteria sampel

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang berupa laporan keuangan triwulan Bank-bank pemerintah yang dipublikasikan melalui media massa.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode documenter, karena data yang dikumpulkan adalah berupa data sekunder dalam bentuk laporan keuangan bank-bank pemerintah yang dijadikan subyek penelitian.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan pada penelitian ini dilakukan dengan : a. Study kepustakaan (Library Research)

Data yang diperoleh berdasarkan buku-buku atau literatur-literatur yang sesuai dengan usaha penelitian ini.

b. Studi Lapangan

Yaitu memperoleh data dan melakukan penelitian di lapangan untuk mendapatkan data yang di peroleh dalam penulisan skripsi ini, dilakukan dengan cara mengambil data statistik dari laporan – laporan dari instansi atau lembaga yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.


(40)

30

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis

Untuk menganalisis pengaruh yang disebutkan dalam hipotesis diatas maka analisa data ini dilakukan dengan menggunakan model regresi linier

berganda dengan asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimate) untuk

mengetahui koefisiensi pada persamaan tersebut betul-betul linier (tidak bias). Model ini menunujukkan hubungan spesifik antara variabel-variabel bebas dan terikat.

Bentuk perumusannya sebagai berikut :

Y = o + 1X1 + 2X2 + X3 + X4+ u...( Soelistyo, 2001 : 320) Dimana :

Y = Return On Asset (ROA)

X1 = Cash Ratio (CR)

X2 = Loan to Deposit Ratio (LDR)

X3 = Aktiva Produktif Bermasalah (APB)

X4 = Non performing Loan (NPL)

 = Konstanta

1, ,  = Koefisien Regresi

u = Variabel Pengganggu (residual)

Untuk lebih mengetahui apakah suatu model tersebut cukup layak digunakan kedalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana


(41)

31

variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat, maka untuk itu perlu diketahui koefisien determinasinya atau R2 dengan menggunakan rumus :

R2 = KT Regresi ...(Soelistyo, 2001 : 325). KT Galat

Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi.

JK = Jumlah Kuadrat

Dimana :

JK Regresi = b1∑YiX1 + b2∑YiX2 +………. +bn∑YiXn

JK Total = ∑Yi atau ∑Yi

-2    

n Y

Jadi R2 = R2 = b1ΣYίX1 + b1ΣYίX2 + b1ΣYίX3 + b1ΣYίX4 ΣYί²

Karakteristik utama dari R2 adalah :

1. Nilai R2 non negatif, merupakan rasio dari jumlah kuadrat. 2. Batas nilai R2 adalah 0 < R2 > 1

a. Batas nilai R2 sama atau mendekati 0, maka tidak ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y.

b. Apabila R2 sama atau mendekati 1, maka terjadi kecocokan sempurna

antara garis regresi dengan kelompok data hasil dari observasi. 3.5.2. Uji Hipotesis

Untuk menguji pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat Y maka digunakan :


(42)

32

Uji F dipergunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat dengan menggunakan rumus :

F hitung = KT Regresi ...(Soelistyo, 2001 : 325). KT Galat

Keterangan :

KT = Kuadrat Tengah

Galat = Error = Residual

Dengan derajat kebebasan sebesar ( k, n – k – 1 ) Keterangan :

n = Jumlah Sampel

k = Jumlah Parameter Regresi Dengan ketentuan :

Ho : 1 =3 4  0 (Tidak ada pengaruh) Hi : 1 0 (Ada pengaruh) Kaidah pengujiannya :

1. Apabila F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak,

artinya variabel bebas tidak mempengaruhi terhadap variabel terikat.

secara simultan.

2. Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Hi diterima,

artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat secara simultan.


(43)

33

Gambar 2 . Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara Simultan.

Daerah penolakan Ho Daerah penerimaan Ho

F ()

Sumber : Soelistyo, 2001, Dasar-Dasar Ekonometrika, BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 326.

b. Uji t

Uji t dipergunakan untuk menguji hubungan antara pengaruh dari masing-masing variabel bebas dan secara parsial atau individu atau secara terpisah terhadap variabel terikat, dengan dirumuskan :

t hitung = i ...( Soelistyo, 2001 : 328) Se (i)

Dengan derajat kebebasan sebesar (n-k-l) Dimana :

i = Koefisien Regresi

Se = Standart Error

n = Jumlah sampel

k = Jumlah parameter regresi


(44)

34

Dengan ketentuan :

Ho : i = 0 (tidak ada pengaruh) Hi : i0 (ada pengaruh) Kaidah pengujiannya :

1. Apabila t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak, yang artinya secara parsial tidak ada pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat.

2. Apabila t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang artinya secara parsial variabel bebas ada pengaruh dengan variabel terikat. Gambar 3 . Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis

Secara parsial

Ho ditolak Daerah penerimaan Ho ditolak Ho

( -t  2 ; n-k-l ) ( t  2 ; n-k-l )

Sumber : Soelistyo, 2001, “Dasar-Dasar Ekonometrika”, BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 328.

Untuk mengetahui apakah model analisis tersebut layak digunakan dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat maka perlu diketahui


(45)

35

nilai adjusted R2 atau koefisien nilai determinasi dengan menggunakan rumus:

Jadi R2 = JK Regresi ………...(Sulaiman, 2004 : 86).

JK Total Dimana :

R2 = koefisien determinasi JK total = jumlah kuadrat

Karateristik utama dari R2 adalah : a. Tidak mempunyai nilai negatif

b. Nilainya berkisar antara 0 (nol) dan 1 (satu) atau 0 < R2 < 1 3.6. Uji Asumsi` Klasik (BLUE)

Tujuan utama penggunaan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien regresi linier yang terbaik dan tidak bias atau harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimate), karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut, uji t dan uji F yang dilakukannya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya 3 asumsi dasar, yaitu :

1. Tidak boleh ada autokorelasi

2. Tidak boleh ada multikolinier

3. Tidak boleh ada heteroskedastis

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed


(46)

36

Estimate), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Sifat dari BLUE itu sendiri adalah :

a. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan data terhadap  dan  serta membuat

interval keyakinan taksiran-taksiran.

b. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam

penafsiran.

c. Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya. d. Estimate : e (kesalahan) penaksiran linier kuadrat terkecil,

artinya diharapkan sekecil mungkin.

Tiga dari asumsi dasar tersebut yang tidak boleh dilanggar dalam regresi linier berganda :

a. Autokorelasi (Auto Correlation)

Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam

lingkaran waktu (seperti pada kurun waktu atau time series) atau yang

tersusun dalam rangkaian ruang (seperti pada data silang waktu atau cross sectional data).


(47)

37

2 4

Menolak Ho Bukti Autokorelasi Positif

Menolak H*o Bukti Autokorelasi Negatif Menerima Ho atau H*o

Atau kedua-duanya

Gambar 4 . Kurva Durbin-Watson

d

Sumber : Soelistyo, 2001, “Dasar-Dasar Ekonometrika”, BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 332.

Adanya autokorelasi didasarkan atas :

1. Daerah A : Durbin-Watson < dL, tolak Ho autokorelasi

positif.

2. Daerah B : dL < Durbin-Watson < dU, ragu-ragu. 3. Daerah C : dU < Durbin-Watson < dU, terima Ho, non

autokorelasi.

4. Daerah D : 4 – dU < Durbin-Watson < 4 – dU, ragu-ragu. 5. Daerah E : Durbin-Watson < 4 – dL, tolak Ho autokorelasi negatif.

Daerah keragua-raguan

Daerah keragua- raguan

dL dU 4 –dU 4 – dL


(48)

38

Pendekteksian adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan besaran Durbin-Watson. Panduan mengenai angka D-W ( Durbin-Watson ) untuk mendeteksi autokorelasi adalah:

1. Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif.

2. Angka D-W dibawah -2 sampai +2, berarti tidak ada

autokorelasi.

3. Angka D-W diatas +2, berarti ada korelasi negatif. Tabel 1 . Autokorelasi Durbin-Watson

Durbin-Watson Kesimpulan

Kurang dari 1,08 Ada autokorelasi

1,08 – 1,66 Tanpa kesimpulan

1,66 – 2,34 Tidak ada autokorelasi

2,34 – 2,92 Tanpa kesimpulan

Lebih dari 2,92 Ada autokorelasi

Sumber : Algifari, 2000. Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi, Penerbit : BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 89.

b. Multikolinieritas (Multicolinierity)

Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas.Apabila ternyata ada pengaruh linier antar variabel bebas, maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi (terjadi bias).


(49)

39

Untuk mendeteksi adanya multikolieritas dapat dilihat ciri-cirinya sebagai berikut :

a. Koefisien determinasi berganda (R square) tinggi

b. Koefisien korelasi sederhanya tinggi

c. Nilai Fhitung tinggi (signifikan)

d. Tapi tak satupun (atau sedikit sekali) diantara variabel bebas yang

signifikan.

Akibat adanya multikolinieritas adalah :

1. Nilai standar error (galat baku) tinggi, sehingga taraf kepercayaan

(confidence intervalnya) akan semakin melebar. Dengan demikian,

pengujian terhadap koefisien regresi secara individu menjadi tidak signifikan.

2. Probabilitas untuk menerima hipotesa H0 diterima (tidak ada

pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat) akan semakin besar.

Identifikasi secara statistik atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF).

VIF =

Dimana :

VIF menyatakan tingkat pembengkakan varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, Hal ini berarti Terdapat multikolinier pada persamaan tersebut. . (Soelistyo, 2001 : 335)


(50)

40

c. Heteroskedastisitas ( Heteroscedasticity )

Dalam pengujian ini heteroskedastisitas merupakan suatu kasus didalam seluruh faktor gangguan tidak mempunyai varians yang sama atau varians tidak konstans, kondisi varians nirkonstans atau nirhomogen ini disebut “ heteroskedastisitas”.

Heteroskedastisitas pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan

dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman’S antara residual dengan

seluruh variabel independent atau yang tidak menjelaskan : I

s

= 1 – 6

) 1

( 2

2

 

N N

di ...( Soelistyo, 2001 : 334)

Keterangan :

di = Perbedaan dalam Rank antara residual (disturbance term error)

dengan variabel bebas k = I.

N = Banyak data

- Jika nilai probabilitas > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas - Jika nilai probabilitas < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas


(51)

41

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Pada tanggal 1 November 1997 pemerintah mencabut ijin usaha 16 bank umum nasional dalam rangka penyehatan perekonomian negara. Bank-bank bermasalah tersebut antara lain Bank Andromeda, Bank Amrico, Bank Astria Raya, Bank Citra dan lain-lain. Namun tindakan pencabutan ijin usaha bank oleh pemerintah tidak berhenti sampai disitu, karena pada tanggal 4 April 1998 pemerintah menghentikan operasi 7 bank yang kinerjanya kurang baik dan 7 bank lainnya ditempatkan dibawah pengawasan BPPN.

Dewan pemantapan ekonomi dan keuangan di Jakarta pada tanggal 22 April 1998 mengumumkan daftar nama bank-bank yang dirawat oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Bank-bank yang masuk dalam program penyehatan dibawah BPPN ini berjumlah 40 bank yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu 3 bank umum milik negara, 11 bank pembangunan dan 26 bank swasta nasional. 40 bank yang masuk dalam program penyehatan BPPN dikelompokkan sebagai bank kategori C karena rasio likuiditas Bank Indonesia


(52)

42

terhadap modal bank lebih dari atau sama dengan 200% dan rasio kecukupan modalnya kurang dari 5%. Sedangkan 7 bank yang dibekukan kegiatan operasinya dikategorikan sebagai bank kategori A karena rasio likuiditas Bank Indonesia

terhadap modal bank lebih dari atau sama dengan 500% dan rasio likuiditas Bank Indonesia terhadap assets bank lebih dari atau sama dengan 75%. Bank-bank yang diambil alih operasi pengelolaannya, dikelompokkan sebagai bank kategori B karena fasilitas likuiditas Bank Indonesia lebih dari 2 trilyun dan rasio likuiditas Bank Indonesia terhadap modal bank lebih dari atau sama dengan 500%.

Kemudian pada tanggal 21 Agustus 1998 kembali 3 Bank dibekukan kegiatan usahanya. Pada tanggal 13 Maret 1999, Pemerintah kembali menutup 38 bank swasta nasional dalam rangka restrukturisasi perbankan guna memulihkan perekonomian. Sebanyak 7 bank diambil alih oleh pemerintah dan 9 bank harus mengikuti program rekapitalisasi, sementara 73 bank dinyatakan tetap beroperasi seperti biasa tanpa mengikuti program rekapitalisasi. Penutupan Bank ternyata tidak berhenti sampai disitu, pada tanggal 28 Januari 2000 satu bank yang dibekukan kegiatan usahanya dan tanggal 20 Oktober 2000 ada 2 bank yang dibekukan kegiatan usahanya yaitu Bank Ratu dan Bank Prasidha Utama, sedangkan pada tahun 2001 tepatnya pada hari Senin tanggal 29 Oktober ada satu bank publik yang dibekukan lagi yaitu UNIBANK. Dalam industri perbankan resiko kegagalan yang terjadi biasanya disebabkan oleh kegagalan dalam menangani portofolio kredit maupun kesalahan manajemen perusahaan yang


(53)

43

berakibat pada kesulitan keuangan bahkan kegagalan usaha perbankan, sehingga akhirnya dapat merugikan kegiatan perekonomian nasional dan merugikan masyarakat selaku pemilik dana.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data- data

serta perkembangan Return on Asset sehingga dapat mengetahui

perubahan-perubahan yang terjadi terhadap perkembangan Cash Ratio, Loan to Deposit

Ratio, Aktiva Produktif Bermasalah, dan Non Performing Loan.

4.2.1 Perkembangan Return on Asset

Perkembangan Return on Asset dapat disajikan dalam tabel di bawah ini : Tabel.2. Perkembangan Return on Asset Pada Bank Pemerintah Di

Indonesia Periode Triwulan I 2007 – Triwulan III 2010 Tahun Triwulan PT. Bank

Negara Indonesia (Persero)Tbk PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk PT. Bank Mandiri (Persero)Tbk Rata- rata Return on Asset (%) Perkembangan ( % )

1 1,41 4,49 2,31 2,74 -

2 1,76 4,29 2,42 2,82 0,08

3 1,74 4,27 2,39 2,80 - 0,02

2007

4 0,85 4,61 2,40 2,62 - 0,18

1 0,50 4,17 2,78 2,48 - 0,14

2 0,76 4,60 2,62 2,66 0,18

3 0,94 4,14 2,64 2,57 - 0,09

2008

4 1,12 4,18 2,69 2,66 0,09

1 1,19 3,92 2,46 2,52 - 0,14

2 1,62 3,61 2,67 2,63 0,11

3 1,57 3,47 2,78 2,61 - 0,02

2009

4 1,72 3,73 3,13 2,86 0,25

1 2,51 3,71 2,93 3,05 0,19

2 2,34 3,51 2,93 2,93 - 0,12

2010

3 2,61 3,65 3,06 3,11 0,18 Sumber : Bank Indonesia


(54)

44

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan Return on Asset

selama Periode Triwulan I 2007 – Triwulan III 2010 Pada Bank Pemerintah di

Indonesia cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Return on

Asset Bank Pemerintah di Indonesia adalah pada triwulan IV tahun 2009 sebesar 0,25 % dan terendah sebesar -0,18 % terjadi pada triwulan IV tahun 2007, tetapi pada dasarnya petumbuhan Return on Asset tertinggi terjadi pada triwulan III tahun 2010 sebesar 3,11 % dan pertumbuhan terendah terjadi pada triwulan I pada tahun 2008 sebesar 2,48 %.

4.2.2 Perkembangan Cash Ratio

Perkembangan Cash Ratio dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel.3. Perkembangan Cash Ratio Pada Bank Pemerintah Di Indonesia Periode Triwulan I 2007 – Triwulan III 2010

Tahun Triwulan PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk PT. Bank Mandiri (Persero)Tbk Rata- rata Cash Ratio (%) Perkembangan ( % )

1 13,24 14,20 12,49 13,31 -

2 13,56 14,18 14,10 13,95 0,64 3 12,81 17,48 12,52 14,27 0,32 2007

4 15,09 22,35 14,64 17,36 3,09 1 12,16 15,09 13,08 13,44 - 3,92 2 11,40 12,28 12,61 12,09 - 1,35 3 12,76 13,39 12,77 12,97 0,88 2008

4 9,61 9,97 10,04 9,87 - 3,10 1 7,62 11,67 11,02 10,10 0,23 2 7,12 10,19 8,49 8,60 - 1,50 3 8,27 16,50 9,33 11,37 2,77 2009

4 10,91 11,80 10,09 10,93 - 0,44 1 10,50 12,92 8,68 10,70 - 0,23 2 10,68 12,08 9,33 10,69 - 0,01 2010*

3 9,92 13,37 9,92 11,07 0,38 Sumber : Bank Indonesia


(55)

45

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pekembangan Cash Ratio Bank Negara Indonesia selama Periode Triwulan I 2007 – Triwulan III 2010

cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Cash Ratio Bank

pemerintah di Indonesia selama periode penelitian adalah pada triwulan I tahun 2010 sebesar 10,34 % dan terendah sebesar -3,92 % terjadi pada triwulan I tahun 2008, Cash Ratio Bank Pemerintah di Indonesia terbesar pada triwulan I tahun

2010 sebesar 21,27 % dan Cash Ratio Bank Pemerintah di Indonesia yang

terendah yaitu pada triwulan II tahun 2009 sebesar 8,60 %. 4.2.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio

Perkembangan Loan to Deposit Ratio dapat disajikan dalam tabel di bawah ini : Tabel.4. Perkembangan Loan to Deposit Ratio Pada Bank Pemerintah Di

Indonesia Periode Triwulan I 2007 – Triwulan III 2010 Tahun Triwulan PT. Bank

Negara Indonesia (Persero)Tbk PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk PT. Bank Mandiri (Persero)Tbk Rata- rata Loan to Deposit Ratio (%) Perkembangan ( % )

1 48,85 74,70 55,33 59,63 -

2 55,32 72,73 53,64 60,56 0,93 3 59,42 73,88 55,10 62,80 2,24 2007

4 60,56 68,80 52,02 60,46 - 2,34 1 70,46 74,19 56,64 67,09 6,63 2 69,55 77,01 59,53 68,69 1,60 3 73,20 86,35 62,07 73,87 5,18 2008

4 68,61 79,93 56,89 68,48 - 5,39 1 68,76 81,35 61,79 70,63 2,15 2 70,97 85,33 20,23 58,84 - 11,79

3 74,60 87,35 60,43 74,13 15,29

2009

4 64,06 80,88 59,15 68,03 - 6,10 1 67,23 86,53 61,89 71,88 3,85 2 68,21 88,36 64,22 73,59 1,71 2010

3 68,64 88,98 69,62 75,75 2,16 Sumber : Bank Indonesia


(56)

46

III 2010 cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Loan to Deposit

Ratio Bank Pemerintah di Indonesia selama periode penelitian adalah pada

triwulan III tahun 2009 sebesar 15,29 % dan terendah sebesar -11,79 % terjadi pada triwulan II tahun 2009, Loan to Deposit Ratio Bank Pemerintah di Indonesia terbesar pada triwulan III tahun 2010 sebesar 75,75 % dan Loan to Deposit Ratio

Bank Pemerintah di Indonesia yang terendah yaitu pada triwulan II tahun 2009 sebesar 58,84 %.

4.2.4 Perkembangan Aktiva Produktif Bermasalah

Perkembangan Aktiva Produktif Bermasalah dapat disajikan dalam tabel di bawah ini

Tabel.5. Perkembangan Aktiva Produktif Bermasalah Pada Bank

Pemerintah Di Indonesia Periode Triwulan I 2007 – Triwulan III 2010

Tahun Triwulan PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk PT. Bank Mandiri (Persero)Tbk Rata- rata Aktiva Produktif Bermasalah (%) Perkembangan ( % )

1 5,26 3,37 8,08 5,57 -

2 5,14 3,38 7,60 5,37 - 0,20

3 4,12 3,14 6,21 4,49 -0,88 2007

4 4,62 2,22 4,52 3,79 -0,70 1 5,03 2,39 3,27 3,56 -0,23 2 4,44 2,22 2,82 3,16 -0,40 3 4,17 2,11 2,77 3,02 -0,14 2008

4 3,37 2,18 2,98 2,84 -0,18

1 3,61 2,47 3,65 3,24 0,40

2 3,37 2,84 2,90 3,04 -0,20

3 5,07 3,03 2,23 3,44 0,40

2009

4 2,78 2,68 1,86 2,44 -1,00

1 2,81 3,13 1,52 2,49 0,05

2 2,48 3,17 1,51 2,39 -0,10 2010

3 2,69 3,38 1,72 2,59 0,20


(57)

47

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pekembangan Aktiva Produktif Bermasalah Bank Pemerintah di Indonesia selama Periode Triwulan I 2007 – Triwulan III 2010 cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Aktiva Produktif Bermasalah Bank Pemerintah di Indonesia selama periode penelitian adalah pada triwulan I tahun 2009 sebesar 0,40 % dan terendah sebesar -0,88 % terjadi pada triwulan III tahun 2007, Aktiva Produktif Bermasalah Bank Pemerintah di Indonesia terbesar pada triwulan I tahun 2007 sebesar 5,57 % dan Aktiva Produktif Bermasalah Bank Pemerintah di Indonesia yang terendah yaitu pada triwulan II tahun 2010 sebesar 2,39 %.

4.2.5 Perkembangan Non Performing Loan

Perkembangan Non Performing Loan dapat disajikan dalam tabel di bawah ini Tabel.6. Perkembangan Non Performing Loan Pada Bank Pemerintah Di

Indonesia Periode Triwulan I 2007 – Triwulan III 2010 Tahun Triwulan PT. Bank

Negara Indonesia (Persero)Tbk PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk PT. Bank Mandiri (Persero)Tbk Rata- rata Non Performing Loan (%) Perkembangan ( % )

1 6,68 1,32 4,73 4,24 -

2 5,40 1,39 3,89 3,56 -0,68 3 4,70 1,39 3,21 3,10 -0,46 2007

4 4,01 0,88 1,32 2,07 -1,03 1 3,17 1,04 1,16 1,79 -0,28 2 1,71 0,85 0,84 1,13 -0,66 3 1,06 0,81 0,38 0,75 -0,38 2008

4 1,74 0,85 0,97 1,19 0,44

1 1,54 1,02 1,40 1,32 0,13

2 1,17 1,16 0,91 1,08 -0,24

3 1,90 1,26 0,72 1,29 0,21

2009

4 0,84 1,08 0,32 0,75 -0,54

1 1,13 1,21 0,53 0,96 0,21

2 0,89 1,18 0,53 0,87 -0,09 2010

3 0,74 1,15 0,69 0,86 -0,01 Sumber : Bank Indonesia


(58)

48

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pekembangan Non

Performing Loan Bank Negara Indonesia selama Periode Triwulan I 2007 –

Triwulan III 2010 cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Non

Performing Loan Bank Pemerintah di Indonesia selama periode penelitian adalah pada triwulan IV tahun 2008 sebesar 0,44 % dan terendah sebesar -1,03 % terjadi

pada triwulan IV tahun 2007, Non Performing Loan Bank Pemerintah di

Indonesia terbesar pada triwulan I tahun 2007 sebesar 4,24 % dan Non Performing Loan Bank Pemerintah di Indonesia yang terendah yaitu pada triwulan III tahun 2008 dan triwulan IV tahun 2009 sebesar 0,75 %.

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis

4.3.1. Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Sesuai Dengan Asumsi Klasik (Best Linear Unbiassed Estimator)

Sebelum kita uji persamaan Regresi Linier Berganda sesuai dengan pengujian secara simultan maupun parsial, maka kita lihat terlebih dahulu apakah Y = 01X12X2 3X3 4X4 yang diasumsikan tidak terjadi

pengaruh antar variabel bebas atau regresi bersifat BLUE (Best Linear

Unbiassed Estimator), artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut

benar-benar linear tidak bias. 1. Pengujian Autokorelasi

Asumsi pertama dari regresi linier adalah ada atau tidaknya autokorelasi yang dilihat dari besarnya nilai Durbin Watson. Dalam analisis nilai Durbin Watson adalah sebesar 2,375. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala autokorelasi, maka perlu dilihat tabel Durbin Watson. Jumlah variabel bebas


(59)

49

adalah empat buah (K=4) dan ,jumlah data adalah sebanyak 15 (n=15) maka diperoleh DL = 0,688 dan DU = 1,977. Selanjutnya nilai tersebut diplotkan ke dalam kurva Durbin Watson.

Berdasarkan kurva Durbin Watson maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi berada pada daerah keragu-raguan.

Gambar 5. Kurva Durbin Watson

Daerah Daerah Daerah Daerah

Kritis Ketidak- Terima Ho Ketidak- Kritis pastian pastian

Tolak Tidak ada Tolak Ho autokorelasi Ho

0 dL= 0,688 dU = 1,977 (4-dU) = 2,023 (4-dL) = 3,312 d

1,582

Sumber : Lampiran 2 dan Lampiran 6

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai DW berada pada daerah Ketidakpastian hal itu disebabkan karena tidak ada kemungkinan terjadi korelasi antara komponen pengganggu ke-t dengan komponen pengganggu ke (t-1).

2. Pengujian Heterokedastisitas

Heterokedatisitas di identifikasikan dengan koefisien korelasi Rank Spearman Berdasarkan tabel dibawah, diperoleh tingkat signifikansi


(60)

50

koefisien korelasi Rank Spearman untuk semua variabel bebas terhadap residual lebih besar dari 0,05 (5%).

Tabel 7 . Hasil Pengujian Heterokedastisitas

Variabel Taraf Signifikasi

Dari Korelasi Rank Spearman

>/< Taraf

Uji

Kesimpulan

Cash Ratio (X1) 0,970 > 0,05 Homoskedastisitas

Loan to Deposit Ratio (X2) 0,990 > 0,05 Homoskedastisitas

Aktiva Produktif Bermasalah (X3)

0,541 > 0,05 Homoskedastisitas Non Performing Loan (X4) 0,394 > 0,05 Homoskedastisitas

Sumber : Lampiran 4

Dari hasil pengujian heterokedastisitas diperoleh tingkat signifikansi dari korelasi Rank Spearman lebih besar dari taraf level of signifikan yaitu 5% (0,05).

3. Pengujian Multikolinieritas

Asumsi klasik ketiga dari regresi linier berganda adalah ada atau tidaknya multikolinearitas antara sesama variabel bebas yang ada dalam model dengan kata lain tidak adanya hubungan sempurna antara variabel bebas yang ada dalam model.


(61)

51

Identifikasi secara statistik atau tidaknya gejala multikolinier dapat

dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF), dengan

rumus sebagai berikut :

VIF =

toleransi 1 Rj

1 1

2 

 (Algifari, 1997;79)

VIF menyatakan tingkat "pembengkakan" varians. Apabila VIF lebih kecil dari 10 hal ini berarti tidak ada gejala multikolinearitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 8. Uji Multikolinearitas

Variabel Toleransi VIF

Cash Ratio (X1) 0,564 1,772

Loan to Deposit Ratio (X2) 0,384 2,596

Aktiva Produktif Bermasalah (X3) 0,164 6,085

Non Performing Loan (X4) 0,112 8,956

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel uji multikolinearitas menunjukkan nilai VIF untuk

Cash Ratio (XI) sebesar 1,772, nilai VIF untuk Loan to Deposit Ratio (X2)

sebesar 2,596, nilai V1F untuk Aktiva Produktif Bermasalah (X3) sebesar

6,085 dan nilai VIF untuk Non Performing Loan (X4) sebesar 8,956. Hal ini

berarti nilai VIF pada keempat variabel bebas X1, X2, X3 dan X4 lebih kecil dari 10, sehingga keempat variabel bebas tersebut pada penelitian ini tidak ada gejala multikolinearitas.


(62)

52

Hasil pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS

(Statistical Program For Social Science) versi 13.0. Dari hasil pengolahan penelitian tersebut dapat diambil suatu rumus persamaan sebagai berikut :

Tabel 9 .Hubungan Antara Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat

Variabel Bebas Koefisien Regresi

Simpangan

Baku thitung ttabel

Cash Ratio (X1) 0,023 0,010 2,252 2,228

Loan to Deposit Ratio (X2) 0,002 0,010 0,184 2,228

Aktiva Produktif Bermasalah (X3) -0,267 0,181 -1,477 2,228

Non Performing Loan (X4) 0,240 0,173 1,386 2,228

Sumber : Lampiran 3 dan Lampiran 6

Y = 2,797 + 0,023 X1, + 0,002 X2 - 0,267 X3 + 0,240 X4

Dari persamaan di atas dapat diuraikan dalam suatu persamaan sebagai berikut: a. Konstanta (βo) = 2,797

Menunjukkan besarnya pengaruh berbagai faktor diluar model, artinya jika

variabel bebas dianggap konstan, maka diprediksikan Return on Asset

bernilai sebesar 2,797 %

b. Koefisien regresi X1, (1) = 0,023

Menunjukkan apabila Cash Ratio bertambah 1 persen, maka Return on Asset

diprediksikan naik 0,023 % dengan asumsi X2, X3 dan X4 adalah konstan. c. Koefisien regresi X2 (2) = 0,002

Menunjukkan apabila Loan to Deposit Ratio bertambah 1 persen, maka


(63)

53

d. Koefisien regresi X3 (3) = -0,267

Menunjukkan apabila Aktiva Produktif Bermasalah bertambah 1 persen, maka Return on Asset diprediksikan turun 0,267 % dengan asumsi X1 X2 dan X4 adalah konstan.

e. Koefisien regresi X4 (4)= 0,240

Menunjukkan apabila Non Performing Loan bertambah 1 persen, maka

Return on Asset diprediksikan akan kenaikan 0,240 dengan asumsi X1,X2 dan X3 adalah konstan.

4.4. Uji Hipotesis

4.4.1. Analisis Secara Simultan

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama / serempak (simultan) terhadap variabel terikat maka digunakan uji F. Berdasarkan hasil uji F sesuai dengan hasil perhitungan SPSS dapat dilihat pada lampiran 2 ditunjukkan seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 10 . Hasil Perhitungan Uji F, Variabel Bebas Terhadap Return on Asset

Jumlah Kuadrat DF Kuadrat

Tengah

F hitung

Regresi 0,319 4 0,080 4,528

Residual 0,176 10 0,018

Total 0,494 14


(64)

54

Untuk pengujian hipotesis penelitian pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat maka ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Ho : 1234 0

(Artinya, X1, X2, X3 dan X4, secara bersama-sama tidak berpengaruh

terhadap Y).

Hi : 1 2 3 4 0

(Artinya, X1, X2, X3 dan X4 secara bersama-sama berpengaruh terhadap Y).

2. Tingkat signifikansi () = 5 %.

3. F tabel (df pembilang / k; df penyebut / n - k - 1) F tabel (4 ; 10) = 3,48

4. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis :

a. Apabila Fhitung  3,48, maka Ho diterima atau Hi ditolak b. Apabila Fhitung > 3,48, maka Ho ditolak atau Hi diterima

5. Fhitung =

sidual Re Tengah Kuadrat gresi Re Tengah Kuadrat sidual Re Square Mean gresi Re Square Mean  = 020 , 0 074 , 0 = 4,528

6. Gambar Uji Hipotesis :


(65)

55

Sumber :Lampiran 2 dan Lampiran 5

Kesimpulan :

Karena Fhitung = 4,528 > Ftabel = 3,48 pada tingkat a = 5 % maka Ho ditolak dan Hi (hipotesis alternatif) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa

Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio, Aktiva Produktif Bermasalah dan Non

Performing Loan secara bersama-sama berpengaruh terhadap Return on

Asset.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel Cash Ratio, Loan to

Deposit Ratio, Aktiva Produktif Bermasalah dan Non Performing Loan

secara bersama-sama berpengaruh terhadap Return on Asset dapat

diketahui dari besarnya koefisien determinasi (R 2).

Nilai koefisien determinasi sebesar 0,803 hal ini berarti variabel bebas yang digunakan dalam model mampu variabel terikat sebesar 80,3 %, sedangkan sisanya sebesar 19,7% dipengaruhi faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model

4.4.2 Uji Hipotesis secara Parsial

Daerah Penerimaan Ho


(1)

65

secara simultan berpengaruh nyata terhadap variabel Return on Asset (Y). Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat telah terbukti.

b. Pengujian secara parsial atau individu variabel Cash Ratio (X1) terhadap

Return on Asset (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 2,252 > t tabel = 2,228 maka Ho ditolak dan Hi diterima pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Cash Ratio (X1) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Return on Asset (Y). Tetapi dalam hal ini Cash Ratio berpengaruh positif terhadap Return On Asset , yang tidak sesuai dengan kerangka pikir dan hipotesis. Hal ini dapat disebabkan karena bank-bank yang beroperasi pada tahun tersebut dapat mengoptimalkan modal yang ada pada peraturan Bank Indonesia yang mensyaratkan CAR minimal sebesar 8 % . semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi bahwa kemampuan likuiditas suatu bank adalah tinggi pula . hal ini disebabkan alat alat likuid yang dimiliki bank lebih besar daripada kewajiban bank untuk membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik. Sehingga akan berdampak meningkatkan

Return On asset.

c. Pengujian secara parsial atau individu variabel Loan to Deposit Ratio (X2) terhadap variabel terikat Return on Asset (Y) .diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh thitung sebesar 1,184 < ttabel sebesar 2,228. Maka Ho diterima dan Hi ditolak pada level signifikan 5% sehingga secara parsial Loan to Deposit Ratio (X2) tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap


(2)

66

bank tidak banyak memberikan kontribusi laba karena pada tahun tersebut terdapat gap yang tinggi diantara bank-bank yang beroperasi pada saat itu dalam mengucurkan kredit, Jadi terdapat bank-bank yang kuran g mengoptimalkan dana pihak ketiga, di sisi lain terdapat bank-bank yang berlebihan dalam memberikan kredit.

d. Pengujian secara parsial atau individu variabel Aktiva Produktif Bermasalah (X3) terhadap variabel terikat Return on Asset (Y) diketahui perhitungan secara parsial diperoleh thitung sebesar -1,477 < ttabel sebesar 2,228. Maka Ho diterima dan Hi ditolak pada level signifikan 5% sehingga secara parsial Aktiva Produktif Bermasalah (X3)tidak berpengaruh nyata dan negatif terhadap

Return on Asset (Y) . Hal ini disebabkan karena kenaikan aktiva bank pada saat ini bukan karena dari laba perusahaan tapi kemungkinan kenaikan dari modal pemilik saham atau pemilik bank.

e. Pengujian secara parsial atau individu variabel Non Performing Loan (X4) terhadap variabel terikat Return On Asset (Y) diketahui secara parsial diperoleh thitung sebesar 1,386 < ttabel sebesar 2,228. Maka Ho diterima dan Hi ditolak pada level signifikan 5% sehingga secara parsial Non Performing Loan (X4)tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Return on Asset (Y) hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi Non Performing Loan akan menyebabkan semakin meningkatkan Return On Asset. Tetapi dalam hal ini Non Performing Loan Berpengaruh positif terhadap Return On Asset yang tidak mendukung kerangka pikir dan hipotesis bertolak belakang dan tidak terbukti. hal ini dapat disebabkan Peningkatan kredit bermasalah akan mengakibatkan


(3)

67

peningkatan biaya, sedangkan kredit yang diberikan akan meningkatkan pendapatan. Dengan demikian peningkatan NPL akan menyebabkan peningkatan biaya dan peningkatan pendapatan akan lebih besar ,sehingga laba bank naik. Naiknya laba dapat mengakibatkan modal yang dimiliki bank dan pada akhirnya berdampak pada naiknya Return On Asset (Y)

f. Berdasarkan keempat variabel bebas yang diteliti antara lain Cash Ratio

X1, Loan to deposit Ratio X2, Aktiva Produktif Bermasalah X3, Non

Performing Loan X4. Maka variabel yang paling dominan untuk

mempengaruhi variabel Return On Asset (Y) adalah variabel Cash Ratio

X1 dengan nilai r2 parsial yang dapat memberikan penjelasan terhadap variabel Return on Asset (Y) sebesar 0,602 atau 60,2%.

5.2. Saran

Berdasarkan analisis dan kesimpulan diatas dapat diajukan beberapa saran guna meningkatkan Return on Asset pada Bank Pemerintah.

1. Bagi pihak perusahaan hendaknya dapat menciptakan system kerja yang efektif dan efisien terutama dalam pemakain modal kerja, karena akan dapat menekankan hutang lancar dan mengelola persediaan sedemikian rupa agar tidak menumpuk karena keberadaan likuid. Selain itu perusahaan harus dapat menjaga kepercayaan publik terutama para investor dengan cara memberikan deviden atau pendapatan per lembar saham pada waktu disepakati dan besarnya sesuai yang diharapkan sehingga akan meningkatkan penjualan produk yang dihasilkan.


(4)

68

2. Saran untuk pengambil kebijakan perusahaan bahwa kinerja perusahaan dapat ditingkatkandengan cara menerapkan Manajemen Risiko secara konsisten dan konsekwen dan tetap menjaga Non Performing Loan (NPL) kurang dari 5%. Peningkatan laba dapat juga dengan cara mengoptimalkan modal yang ada. Penambahan produk baru juga penting karena dapat memberikan kontribusi laba dari fee based income. Faktor efisiensi perlu diperhatikan pula, karena dengan meningkatkan efisiensi dengan cara mengurangi biaya operasi seperti penggunaan telepon, biaya promosi dan meningkatkan pendapatan operasi dapat menambah laba operasi yang akhirnya meningkatkan ROA


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Algifari, 2000. Analisis Regresi Teori Kasus dan Solusi, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Almilia dan Herdiningtyas, 2005. Analisis Rasio Camel Terhadap Prediksi Kondisibermasalah pada lembaga perbankan periode 2000-2002, Jurnal Akutansi dan Keuangan,vol 7,No 2.

Anonim. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP.31 Mei 2004. Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.(http://www.bi.go.id)

_______.Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/10/DPNP.31 Maret 2005. Perihal laporan keuangan triwulan dan bulanan bank umum.(http://www.bi.go.id) Budisantoso dan Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi 2.

Salemba Empat. Jakarta.

Dendawijaya, Lukman , 2003. Manajemen Perbankan , Penerbit Ghalia Indonesia:Jakarta

,2005, manajemen Perbankan , Ghalia Indonesia:Jakarta

Fransiska dan Siregar ,2009.Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Volume Kredit Pada Bank yang Go Publik Di Indonesia, Jurnal Akuntansi 6 Hamonangan dan Siregar , 2009. Penelitian yang berjudul ” Pengaruh Capital

Adequency Ratio, Debt To Equity Ratio, Non Performing Loan , Operating Ratio dan Loan To deposit Ratio terhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi 13

Hasibuan, Malayu. 2001.Dasar – Dasar Perbankan ,Cetakan Keempat, Penerbit PT Bumi Aksara:Jakarta

Kasmir ,2004, Pemasaran Bank, Edisi Pertama, Penerbit Prenada Media, Jakarta Masyhud ,ali. 2004,Asset Liability Management,Penerbit PT Elex Media

Komputindo:Jakarta

Rivai, Veitzal,Dkk.2007. Bank and Financial Institution Management (Conventional and Sharia System),PT Raja Grafindo Persada:Jakarta Siagian dan Yasin ,2009.Pengaruh Non Perfoming Loan (NPL)  ,Tingkat


(6)

(KAP) terhadap tingkat Profitabilitas Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008, Jurnal Akuntansi 49

Siamat, Dahlan, 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Penerbit Fakultas ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

Soelistyo, 2001. Dasar-Dasar Ekonometrika, Penerbit BPFE UGM ,Yogyakarta. Wilopo, 2000. Prediksi Kebangkrutan Bank, Simposium Nasional Akuntansi-

Ikatan Akuntan Indonesia, 2000, hal. 44-64.

Yuliani, 2007.Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya, Vol. 5 No 10


Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 44 97

Perbandingan Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Banking Ratio antara Bank Pemerintah dengan Bank Swasta yang Go Public pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 30 86

Pengaruh rasio likuiditas, kualitas aktiva, sensitivitas Pasar, efisiensi dan solvabilitas terhadap return on asset (roa) pada bank pemerintah - Perbanas Institutional Repository

0 0 20

Pengaruh rasio likuiditas, kualitas aktiva, sensitivitas Pasar, efisiensi dan solvabilitas terhadap return on asset (roa) pada bank pemerintah - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

Pengaruh rasio likuiditas, kualitas aktiva, sensitivitas Pasar, efisiensi dan solvabilitas terhadap return on asset (roa) pada bank pemerintah - Perbanas Institutional Repository

0 1 28

Pengaruh rasio likuiditas, kualitas aktiva, sensitivitas Pasar, efisiensi dan solvabilitas terhadap return on asset (roa) pada bank pemerintah - Perbanas Institutional Repository

0 2 8

Pengaruh rasio likuiditas, kualitas aktiva, sensitivitas pasar, efisiensi dan solvabilitas terhadap return on asset (roa) pada bank pemerintah - Perbanas Institutional Repository

0 0 21

Pengaruh rasio likuiditas, kualitas aktiva, sensitivitas pasar, efisiensi dan solvabilitas terhadap return on asset (roa) pada bank pemerintah - Perbanas Institutional Repository

0 0 13

Pengaruh rasio likuiditas, kualitas aktiva, sensitivitas pasar, efisiensi dan solvabilitas terhadap return on asset (roa) pada bank pemerintah - Perbanas Institutional Repository

0 0 21

KATA PENGANTAR - KEMAMPUAN RASIO LIKUIDITAS DAN KUALITAS AKTIVA TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA BANK PEMERINTAH DI INDONESIA

0 0 18