PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPTENSI MERANCANG KANDANG DAN PERALATAN DI SMK N 2 SUBANG.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR

KOMPOTENSI MERANCANG KANDANG DAN

PERALATAN DI SMK N 2 SUBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Teknologi Pendidikan Agroindustri FPTK UPI

Oleh

Gamarius Bere Ati

0811753

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA STANDAR KOMPTENSI MERANCANG KANDANG DAN PERALATAN DI SMK N 2 SUBANG

Gamarius Bere Ati. NIM. 0811753

ABSTRAK

Hasil studi pendahuluan di SMK N 2 Subang diketahui bahwa hasil belajar siswa ranah kognitif kelas III program studi Agribisnis Produksi Ternak dalam pembelajaran merancang kandang dan peralatan masih rendah. Hal ini ditunjukan dengan rata-rata nilai ulangan harian dengan nilai 40,5 yang tidak memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Rendahnya hasil belajar siswa tidak terlepas dari rendahnya keterlibatan siswa selama proses pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa melalui penerapan model berbasis masalah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan profil peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa sebagai hasil penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian one grup pretest-postest. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XII APTR di SMK N 2 Subang dengan jumlah 9 orang, pengumpulan data dilakukan melalui data kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari setiap pertemuan mengalami peningkatan positif. Skor rata-rata gain yang diperoleh dari hasil belajar adalah 32,23, dan gain yang dinormalisasi adalah 0,60 tergolong kategori sedang. Dengan demikian dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(3)

Gamarius Bere Ati, 2013

Pengerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar

DAFTAR LAMPIRAN

Hal LAMPIRAN I Perangkat Pembelajaran ...

1.1Silabus Pembelajaran ... 1.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 1.3Skenario Pembelajaran ... 1.4LKS I, LKS III, ... LAMPIRAN 2 Instrumen Penelitian ... 2.1 Uji instrumen penelitian ... 2.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 2.3 Lembaran aktivitas Siswa ... 2.4 Lembaran Aktivitas Guru ... LAMPIRAN 3 Hasil Instrumen Tes

3.1 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama ... 3.2 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kedua ... 3.3 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Ketiga ... 3.4 Nilai Preetest dan Posttest ... 3.5 Gain ...


(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), merupakan lembaga pendidikan formal yang mempersiapkan siswanya untuk menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai juru teknik. Hal tersebut tercantum dari tujuan Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu :

1. Mewujudkan Lembaga Pendidikan Kejuruan yang akuntabel sebagai Pusat Pembudayaan Kompotensi Berstandar Nasional

2. Mendidik Sumber Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompotensi berstandar internasional

3. Memberikan berbagai layanan pendidikan kejuruan yang permeabel dan fleksibel secara terintegrasi antara jalur dan jenjang pendidikan

4. Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidkan kejuruan 5. Meningangkat keunggulan lokal sebagai modal daya saing bangsa

Untuk menyiapkan lulusan SMK yang berkualitas sesuai dengan tujuan di atas harus didukung sumber daya yang baik diantaranya guru, kurikulum, alat serta sarana dan prasarana sekolah yang menunjang kegiatan proses belajar mengajar. Guru memiliki peranan penting dalam keberhasilan belajar siswa karena terlibat langsung dalam proses belajar mengajar. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung didalam kelas, guru seharusnya menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) agar siswa dapat mandiri atau mengurangi ketergantungan pada guru, namum kenyataannya guru cenderung


(5)

masih mendominasi yakni aktivitas guru jauh lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas siswa. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif, dan pembelajaran menjadi membosankan karena terasa monoton. Hal tersebut menyebabkan motivasi belajar, inisiatif untuk bertanya, dan mengungkapkan pendapat jarang dilakukan oleh siswa. Persoalan ini, sungguh tidak membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Persoalan diatas, juga terjadi di SMK N 2 Subang di mana pelaksanaan pembelajaran belum difokuskan pada siswa, sehingga proses komunikasi terjadi hanya satu arah, dan pembelajaran yang dilakukan berupa ceramah, praktikum dan pemberian tugas. Walaupun guru berupaya untuk mengaktifkan siswa dengan menggunakan metode kerja kelompok atau diskusi kelompok, tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Akhirnya, berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah.

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, khususnya siswa Program Studi Agribisnis Produksi Ternak memiliki sikap dan ketrampilan psikomotorik yang sangat baik, namun dilihat dari segi kognitif (pengetahuan) sangat minim sekali atau dari prestasi belajar sangat rendah. Persoalan tersebut siswa dan siswi lebih banyak keinginan untuk praktik di lapangan, namun pada kenyataannya itu adalah salah satu alasan mereka malas belajar di kelas. Hal ini sangat berpengaruh besar dengan hasil belajar siswa.


(6)

Hasil studi lapangan di SMK N 2 Subang menunjukan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara fakta dilapangan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hasil studi dilapangan yang dimaksud dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1. Nilai rata-rata ulangan siswa pada mata pelajaran produktif Tahun ajaran 2011/2012 yaitu berada dibawah standar kelulusan yang ditetapkan, dimana standar kelulusan untuk mata pelajaran produktif adalah 70. Berikut ini daftar nilai rata-rata siswa yang dieroleh pada semester sebelumnya.

Tabel 1.1

Daftar Nilai Rata-rata ulangan Mata Pelajaran Produktif Kelas XI Semester Ganjil

No Nama

Kompotensi Dasar

Jumlah Rata-Rata MPP K MI AJP MKU

1 Responden 1 58 28 71 28 60 245 40.8

2 Responden 2 58 71 58 43 80 310 51.7

3 Responden 3 58 71 71 43 80 323 53.8

4 Responden 4 58 14 71 43 80 266 44.3

5 Responden 5 58 58 71 71 80 338 56.3

6 Responden 6 58 14 28 14 80 194 32.3

7 Responden 7 58 14 71 14 80 237 39.5

8 Responden 8 43 28 71 28 60 230 38.3

9 Responden 9 58 14 86 28 80 266 44.3

Sumber. Rekapitulasi Nilai ulangan Jurusan APTR


(7)

pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga menunjukan bahwa siswa kurang terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Siswa lebih banyak mendengar, menulis apa yang diinformasikan oleh guru dan mengerjakan soal latihan berdasarkkan contoh soal yang diberikan guru. Hanya sebagian saja dari mereka yang mengikuti pembelajaran dengan baik, yang lainnya banyak sekali yang tidak memperhatikan.

3. Hasil observasi aktivitas belajar siswa disalah satu kelas berpedoman pada 8 jenis aktivitas menurut Paul D. Dierick (Hamalik, 2009: 172), didapatkan data sebagai berikut :

Bertanya 23,68%, mengemukakan pendapat 21,05 %. Diskusi kelompok 23,68%, melakukan percobaan 63,15 %, dan mengerjakan LKS 36,84%. Rendahnya partisipasi siswa dalam aktivitas pembelajaran di kelas dan hasil belajar siswa sesuai dengan hasil observasi adalah diakibatkan oleh siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri dan kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat pada orang lain. Hal ini menyampaikan pola pikir siswa tentang suatu pehamanan yang dipelajarinya. Komunikasi multi-arah baik antar siswa dengan siswa maupun guru dengan siswa menjadi terhambat, dengan sendirinya pula hasil belajar siswa belum mencapai hasil yang maksimal. Penyebab lain adalah faktor guru yang kurang maksimal menerapkan metode pembelajaran yang disampaikan kepada siswa.


(8)

Aktivitas belajar siswa terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung, dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang diteliti tidak hanya produk belajaranya tetapi juga prosesnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen. Dengan rancangan penelitian One group Pre-Tes and Post Test.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti memandang perlu untuk meneliti tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada standar kompotensi merancang kandang dan peralatan di SMK N 2 Subang.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, muncul beberapa masalah yang memperkuat alasan mengapa permasalahan tersebut diangkat. Adapun identifikasi masalah dari judul yang penulis pilih adalah sebagai berikut:

a. Upaya untuk meningkatkan penguasaan materi dan keterampilan siswa pada mata pelajaran produktif masih belum optimal sehubungan dengan metode pembelajaran yang dipakai guru selama proses pembelajaran. b. Upaya untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar masih kurang


(9)

c. Hasil belajar yang dimiliki siswa jurusan Agribisnis Produksi Ternak (APTR) sangat minim sehingga hasil belajar yang ingin dicapai juga tidak sesuai dengan yang diharapkan.

1.3Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penyimpangan tujuan dan penelitian menjadi lebih terarah, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaan berbasis masalah.

2. Kegiatan belajar yang diteliti adalah aktivitas siswa dalam proses kegiatan belajar.

3. Hasil belajar pada aspek kognitif yang diungkap meliputi hasil belajar siswa.

4. Standar kompotensi yang dipakai adalah merancang kandang dan peralatan.

1.4Rumusan masalah

Berdasarkan batasan dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalahnya adalah “Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar siswa pada standar kompotensi merancang kandang dan peralatan”.


(10)

Maka dari itu, permasalahan tersebut dapat dikaji secara khusus dalam penelitian ini dengan rincian sebagai berikut :

1. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah pada standar kompotensi merancang kandang dan peralatan.

2. Bagaimana dengan kegiatan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari aspek kognitif pada standar kompotensi merancang kandang dan peralatan?

1.5Tujuan

Tujuan penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan dari penelitian ini pada umumnya adalah “untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif pada jurusan Agribisnis Produksi Ternak di SMK N 2 Subang”. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi seberapa besar peningkatan aktivitas belajar siwa setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masaalah pada standar kompotensi merancang kandang dan peralatan. 2. Meningkatkan tingkat perubahan hasil belajar siswa yang dicapai yang


(11)

berbasis masalah pada standar kompotensi merancang kandang dan peralatan.

1.6Manfaat penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, hasil penelitian ini bisa diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dan sumbangan pikiran terhadap pihak yang terkait, diantaranya :

1. Memberikan gambaran umum tentang tingkat penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan aktivitas belajar, hasil belajar siswa pada mata pelajaran Produktif di SMK N 2 Subang.

2. Dapat memberikan masukan kepada praktisi pendidikan khususnya guru pengajar di SMK N 2 Subang

1.7Penjelasan judul penelitian

Guna menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penerapan

Penerapan adalah pemasangan, pengenaan atau perihal mempraktikan (KBBI, 1992). Yang dimaksud dengan penerapan di sini adalah mempraktikan pembelajaran berbasis masalah kegiatan belajar mengajar Mata Pelajaran Produktif.


(12)

2. Model pembelajaran berbasis masalah

Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. (Nurhadi, dkk, 2004:56)

Pembelajaran berbasis masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah membahas permasalahan yang terjadi di masyarakat yang relevan dengan standar kompetensi pada pembelajaran mata pelajaran produktif.

3. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Sardiman (Erwin Ridha, 2007:37) menegaskan bhawa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.

Pada penelitian ini yang termasuk kedalam aktivitas belajar adalah bertanya, mengemukakan pendapat, diskusi kelompok, melakukan percobaan, dan mengerjakan LKS.


(13)

Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya.

Hasil belajar yang dimaksud disini adalah melihat pengetahuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran produktif khususunya pada standar kompotensi merancang kandang dan peralatan.

5. Merancang Kandang dan Peralatan Ternak Unggas

Merancang Kandang dan peralatan merupakan suatu aspek yang harus diperhatikan dalam budidaya ternak unggas. Hal ini dilakukan untuk menjaga kondisi dan situasi dari ternak ataupun maupun peternak.

6. Penjelasan Maksud Judul Penelitian

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang perlu diterapkan dalam proses belajar mengajar, maka dari itu di SMK N 2 Subang mencoba menerapkan model ini untuk meningkatkan aktiviitas siswa

dan hasil belajar siswa. Di mana dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada standar


(14)

Maksud pengambilan judul ini sebagai suatu acuan penerapan model-model yang layak untuk diterapkan dalam memecahkan suatu masalah. Masalah – masalah tersebut berkaitan dengan standar kompotensi ataupun mata pelajaran yang ada.


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELTIAN

3.1Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttes, yang merupakan suatu bentuk eksperimen dengan utamanya tidak dilakukannya penugasan random, melainkan dengan menggunakan kelompok yang sudah ada yang dalam hal ini adalah kelas biasa. Sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Ali (1993:140), “kuasi eksperimen hampir sama dengan eksperimen sebenarnya perbedaannya terletak pada penggunaan subjek, yaitu kuasi eksperimen tidak dilakukan penugasan random, melainkan dengan kelompok yang sudah ada”.

Metode kuasi ini digunakan untuk mengingat karakteristik variabel peneliti yang bersifat ingin mengetahui dan memperoleh informasi terhadap model pembelajaran yang diterapkan, yaitu bagaimana kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar pada standar kompotensi merancang kandang dan peralatan.


(16)

Penelitian ini dilakukan pada satu kelompok siswa saja, hal ini dilakukan untuk menguji keefektifan model pembelajaran berbasis masalah tersebut dalam pembelajaran.

3.2Desain Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudjana dan Ibrahim (2009:12) :

Dalam penelitian terdapat dua variable utama, yakni variable bebas atau variable predictor (independent variable) sering diberi notasi X adalah ariabel penyebab atau yang diduga memberiakan suatu pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain, dan variable terikat atau variable respons (dependent variable) sering diberi notasi Y, yakni variable yang ditimbulkan atau efek dari variable bebas.

Variabel bebas di sini adalah pembelajaran berbasis masalah (Problem based Learning), sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas belajar dan hasil belajar ranah kognitif siswa pada standar kompotensi merancang kandang dan peralatan.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pre-test-post-tes design yaitu tanpa menggunakan kelompok pembanding. Pada desain ini kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah pada standar kompetensi merancang kandang dan peralatan.


(17)

Desain yang digunakan adalah sebagai berikut

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Pre Test Perlakuan Post-test

O1 X O2

sumber : Sugiyono, 2009:74

Keterangan :

O1 = Pre-test (sebelum diberi treatment)

X = Treatment (model pembelajaran berbasis masalah) O2 = Posttest (setelah diberi treatment)

Sebelum diberi perlakuan, kelompok eksperimen terlebih dahulu diberikan pre-test, kemudian kelompok eksperimen diberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada standar kompotensi merancang kandang dan peralatan. Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah selanjutnya diberikan post-test.

3.3Populasi dan Sampel penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:80), populasi adalah “… wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu


(18)

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Mengingat luasnya populasi maka peneliti membatasi populasi dalam penelitian ini untuk membantu mempermudah penarikan sampel. “Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1992:71) dalam usaha penelitian seluruh sumber data yang memungkinkan, memberikan informasi yang berguna bagi masalah penelitian disebut populasi atau unifiers.”

Mengacu pada pemaparan di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK N 2 Subang. Maka dari itu populasi sasaran dalam penelitian ini adalah siswa program studi Agribisnis Produksi Ternak (APTR).

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari posisi itu (Sugiyono, 2009 : 81)

Sesuai dengan penjelasan diatas sampel yang diambil adalah keseluruhan dari populasi Program Studi APTR yang diambil tidak secara random dengan


(19)

karakteristik yang sama. Dan sampel yang peneliti ambil ialah kelas XII dengan jumlah siswa sebanyak Sembilan (9) orang.

3.4Defenisi Operasional

3.4.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real word) untuk memulai pembelajaran. Model pembelajaran berbasis masalah yang dikaji atau diterapkan dalam penelitian ini adalah Berpikir kritis, menganalisis dan mampu memecahkan masalah dunia nyata, mencari, mengevaluasi, dan menggunakan sumber belajar secara tepat, Kerja sama dalam kelompok (tim), cakap dalam menyajikan dan berkomunikasi secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan, dan menggunakan pengetahuan dan kecakapan intelektual yang diperoleh untuk terus belajar.

3.4.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas Belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa maupun guru dalam rangka mendukung proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Maka aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran.

Dalam penelitian ini sebagai suatu acuan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan aktivitas belajar siswa memiliki


(20)

kemampuan diantaranya para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri, berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral, memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa, para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri, memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis, mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru, pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas, pengajaran di sekolah menjadi hidup bagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.

3.4.3 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang telah dicapai siswa secara optimal setelah mengikuti proses belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai. Selain itu, pengukuran hasil belajar dapat juga digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam belajar. Sedangkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran ditunjukan dengan peningkatan hasil belajar siswa. Jika pendekatan dalam proses pembelajaran baik (efektif dan efisian) maka hasil belajar siswa meningkat, sebaliknya jika pendekatan dalam proses pembelajaran tidak baik maka hasil belajar siswa kemungkinan menurun atau tetap (tidak stabil).


(21)

3.5Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data yang mendukung tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

3.5.1 Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian ini adalah skor tes tertulis siswa. Tes tertulis digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Penyusunan tes instrument ini didasarkan pada indicator pembelajaran yang hendak dicapai. Soal-soal tes yang digunakan sebanyak 50 butir soal pilihan ganda tentang materi merancang kandang dan peralatan. instrument ini mencakup 3 aspek hasil belajar ranah kognitif antara lain hapalan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Skor tes tertulis yang diperoleh terdiri dari skor tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)

Pretest dan posttest dilakukan dengan tujuan untuk mngetahui nilai peningkatan prestasi belajar ranah kognitif siswa setelah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada standar kompotensi merancang kandang dan perlalatan


(22)

3.5.2 Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Data ini diperoleh melalui observasi dengan alat pengumpul data berupa lembar observasi Rating Scale yang berbentuk skala numeric. Data lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk menilai aktivitas belajar siswa selama pembelajaran, sedangkan data yang diperoleh melalui observasi aktivias guru dimaksudkan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah yang dilakukan oleh guru.

Observasi dilakukan pada siswa untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran selama proses penerapan model pembelajaran. Kegiatan observasi pada proses pembelajaran ini dilakukan oleh satu sampai tiga orang observer. Sebelum digunakan, pedoman observasi ini sebelumnya akan dikonsultasikan pada pembimbing setelah mendapatkan persetujuan dapat digunakan dalam penelitian.


(23)

3.6Prosedur Penelitian

Penelitian ini melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian dan tahap akhir penelitian.

3.6.1 Tahap Persiapan Penelitian

Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini dimulai dari a. Telaah kompotensi mata pelajaran produktif

b. Menetukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

c. Melakukan kooordinasi dengan program studi keahlian Agribisnis Produksi Ternak.

d. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan.

e. Observasi awal, meliputi pengamatan langsung pembelajaran disekolah, dan wawancara dengan guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas, kondisi siswa dan pembelajaran yang biasa dilaksanakan.

f. Perumusan masalah penelitian.

g. Studi literature terhadap jurnal, buku, dan laporan penelitian mengenai model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), hasil belajar, dan aktivitas belajar siswa.

h. Telaah kurikulum mata pelajaran produktif dan penentuan materi pembelajaran yang akan dijadikan materi pembelajaran dalam


(24)

penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kompotensi dasar yang hendak dicapai agar pembelajaran yang diterapkan dapat memperoleh hasil akhir sesuai dengan kompotensi kompotensi yang dijabarkan dalam kurikulum.

i. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrument penelitian.

j. Mengkonsultasikan rencana pelaksanaan ppembelajaran dan intrumen penelitian kepada dosen pembimbing.

k. Men-judgment intrumen (test) kepada tiga orang guru mata pelajaran produktif yang ada disekolah tempat penelitian akan dilaksanakan. l. Merivisi atau memperbaiki instrument.

m. Uji instrument kepada kelas lain selain dari sampel penelitian.

n. Menganalisis hasil uji coba intrumen yang meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan releabilitas sehingga layak untuk pretest dan posttest.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaanpenelitian dimulai dengan :

a. Menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian yang terdiri dari satu kelas.

b. Melaksanakan tes awal (Pretest) pada kelas sampel penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa.


(25)

c. Memberikan perlakuan yaitu dengan cara penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) pada pokok bahasan yang telah ditentukan.

d. Pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran dilakukan observasi tentang pelaksanaan pembelajaran dikelas, yang dilakukan oleh observer untuk meneliti tentang aktivitas belajar siswa. e. Melakukan tes akhir (Posttest) untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar sebelum dan sesudah perlakuan. 3.6.3 Tahap Akhir Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir yaitu :

a. Mengolah data hasil pretest dan posttest serta menganalisis instrument lainnya.

b. Membandingkan hasil analisis data instrument tes sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan untuk melihat apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah.

c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.

d. Memberikan saran terhadap aspek-aspek yang perlu diperbaiki kembali.


(26)

Gambar 3.1 Tahap Persiapan

Merancang kandng dan peralatan

Studi Pendahuluan Populasi dan Sampel Penelitian

Uji Coba dan Analisis instrumen Pembuatan instrument penelitian dan

perangkat pembelajaran Penentuan populasi dan sampel

penelitian

Tes Akhir (Post Test) Tes Awal (Pre test)

Implementasi Model Pembelajaran +

Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Tahap Pelaksanaan

Tahap Akhir

Pengolahan Data


(27)

3.7Teknik Analisis Instrumen Penelitian

Pengujian instrument dilakukan melalui dua tahap, yaitu uji ahli dan uji coba langsung dilapangan. Untuk uji ahli dilakukan oleh orang-orang ahli dalam menguji kelayakan instrument yang digunakan dalam penelitian, sedangkan untuk uji coba langsung dilakukan pada siswa disekolah tertentu yang memiliki karakteristik siswa yang sama dengan sekolah yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Proses pengujian intrumen melalui uji ahli dilakukan oleh 3 orang ahli yaitu 3 guru mata pelajaran produktif.

Sebelum soal pretest dan posttest digunakan pada kelas yang dijadikan sampel penelitian, terlebih dahulu dilakukan proses pengujian intrumen secara langsung pada siswa. Soal tersebut dijadikan dikelas lain yang memiliki karkteristik yang sama dengan kelas yang akan dijadikan sampel dan berada pada jenjang yang lebih tinggi dari kelas sampel, dimana siswanya telah mendapat materi merancang kandang dan peralatan. hal ini dilakukan untuk untuk mendapatkan instrument tes yang benar-benar dapat mengukur kemampuan subjek penelitian dengan tepat. Instrument yang dibuat sebanyak 60 butir soal ini diujicobakan pada 8 siswa kelas II.

Data hasil uji coba dianalisis dengan maksud untuk mengetahui baik buruknya perangkat tes, yang terdiri dari :


(28)

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien produk momen. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan :

rxy = � −( ) ( )

(N X2−( X)2(N Y2 −( Y)2 )

Keterangan :

r

xy = koefisien korelasi antara variable X dan Variabel Y X =skor tiap butir soal

Y = skor total tiap butir soal N = Jumlah siswa

Berikut Interprestasi nilai r

Tabel 3.2

Interprestasi Validitas Instrumen Tes

Nilai r Interprestasi

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat Rendah


(29)

Analisis validitas butir soal yang dilakukan terhadap hasil uji coba perangkat penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Validitas Butir Soal No

Soal Nilai Klasifikasi

No

Soal Nilai Klasifikasi

No

Soal Nilai Klasifikasi

1 0.6 Tinggi 21 -0.5 tidak valid 41 -0.3 tidak valid

2 0.4 Cukup 22 0.4 cukup 42 0.3 rendah

3 0.1 sangat rendah 23 0.8 sangat tinggi 43 -0.3 tidak valid

4 0.1 sangat rendah 24 0.4 cukup 44 0.6 tinggi

5 0.2 Rendah 25 -0.1 tidak valid 45 -0.2 tidak valid

6 0.4 Cukup 26 0 sangat rendah 46 0.5 cukup

7 0.4 Cukup 27 0 sangat rendah 47 0.7 tinggi

8 0.4 Cukup 28 0.3 rendah 48 0.3 rendah

9 -0.1 tidak valid 29 0 sangat rendah 49 0.7 tinggi

10 0.3 Rendah 30 0.5 cukup 50 0.1 sangat rendah

11 0.6 Tinggi 31 0.6 tinggi 51 0 sangat rendah

12 0.6 Tinggi 32 0 sangat rendah 52 0.3 rendah

13 0.4 Cukup 33 -0.2 tidak valid 53 0 sangat rendah

14 0.6 Tinggi 34 0.3 rendah 54 0.2 rendah

15 0.4 Cukup 35 -0.1 tidak valid 55 0.7 tinggi

16 -0.4 tidak valid 36 0 sangat rendah 56 0.3 rendah

17 0.6 Tinggi 37 0.8 sangat tinggi 57 -0.2 tidak valid

18 0.6 Tinggi 38 0.6 tinggi 58 -0.4 tidak valid

19 0.7 Tinggi 39 0 sangat rendah 59 -0.4 tidak valid

20 0.5 Cukup 40 0 sangat rendah 60 0 sangat rendah

Berdasarkan Tabel 3.4, 12 butir soal tidak valid, 13 butir soal sangat rendah, dan 9 butir soal rendah, diantara ke-12 butir soal tersebut 10 dibuang dan 2 butir soal dan ditambah dengan 12 butir yang rendah tersebut diperbaiki digunakan untuk


(30)

penelitian. Sedangkan sebanyak 19 soal memiliki validitas cukup sehingga dinyatakan sebagai butir soal yang valid.

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan test yang sama pada situasi yang berbeda atau dari suatu pengukuran kepengukuran lainnya. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan metoda belah dua (spilit half). Realibilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan perumusan :

r11 = 2 ½½

(1 + r½½ Keterangan :

r 11 : reliabilitas instrument

r ½½ = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes Tabel 3.4

Interprestasi Reliabilitas Nilai Tes Teknik Belah Dua Nilai r Interprestasi

0,81 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,61 < r ≤ 0,80 Tinggi 0,41 < r ≤ 0,60 Cukup 0,21 < r ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r ≤ 0,20 Sangat Rendah


(31)

Jika jumlah soal dalam tes adalah ganjil, maka rumus yang digunakan adalah menghitung reliabilitas tes adalah rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richadson yaitu rumus K-R. 20 sebagai berikut

r11 =

n−1

2 2 (Arikunto, 2007) Keterangan :

r11 = releabilitas tes secara keseluruhan

P = proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan benar

Q = proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan salah (q=1 - p) N = banyaknya butir soal

S = standar devasi dari butir soal

Untuk mempresentasekan derajat reliabilitas instrument yang diperoleh adalah dengan meilhat Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Interprestasi Reliabilitas Teknik Kuader dan Richards Koefisien Korelasi Kriteria Reabilitas

0,81 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,61 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi

0,41 ≤ r ≤ 0,60 Cukup

0,21 ≤ r ≤ 0,40 Rendah

0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2007)

Hasil Pengujian terhadap releabilitas instrument penelitian adalah sebesar 0,81. Nilai releabilitas tersebut berada pada kategori sangat tinggi. Dengan demikian apabila perangkat diujikan pada sampel lain dalam waktu yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang hampir sama.


(32)

3. Tingkat Kesukaran

Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal tiap butir soal digunakan persamaan :

� = �

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar, J = jujmlah seluruh siswa peserta tes.

Tabel 3.6

Klasifikasi Nilai P Untuk Tingkat Kesukaran

P Klasifikasi

0,00 – 0,29 Sukar

0,30 – 0,69 Sedang

0,70 – 1,0 Mudah

(Arikunto, 1999 : 210) Analisi tingkat kesukaran butir soal yang dilakukan terhadap hasil uji coba perangkat penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.7.


(33)

Tabel 3.7

Tingkat Kesukaran Butir Soal No

Soal Nilai Klasifikasi

No

Soal Nilai Klasifikasi

No

Soal Nilai Klasifikasi

1 0.75 Mudah 21 0.63 Sedang 41 0.75 mudah

2 0.75 Mudah 22 0.75 Mudah 42 0.13 sukar

3 0.5 Sedang 23 0.25 Sukar 43 0.88 mudah

4 0.38 Sedang 24 0.5 Sedang 44 0.25 sukar

5 0.5 Sedang 25 0.63 Sedang 45 0.25 sukar

6 0.75 Mudah 26 0.5 Sedang 46 0.38 sedang

7 0.75 Mudah 27 0 Sukar 47 0.13 sukar

8 0.75 Mudah 28 0.63 Sedang 48 0.13 sukar

9 0.25 Sukar 29 0.38 Sedang 49 0.5 sedang

10 0.38 Sedang 30 0.75 Mudah 50 0.5 sedang

11 0.25 Sukar 31 0.63 Sedang 51 0.38 sedang

12 0.25 Sukar 32 0.75 Mudah 52 0.75 mudah

13 0.5 Sedang 33 0.25 Sukar 53 0.88 mudah

14 0.88 Mudah 34 0.5 Sedang 54 0.38 sedang

15 0.75 Mudah 35 0.63 Sedang 55 0.63 sedang

16 0.5 Sedang 36 0 Sukar 56 0.5 sedang

17 0.25 Sukar 37 0.38 Sedang 57 0.63 sedang

18 0.25 Sukar 38 0.5 Sedang 58 0.5 sedang

19 0.13 Sukar 39 0.75 Mudah 59 0.5 sedang

20 0.5 Sedang 40 0.13 Sukar 60 0.75 sukar

Berdasarkan Tabel 3.7, terdapat 17 butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan kategori sukar, 27 butir soal yang memilki tingkat kesukaran dengan


(34)

kategori sedang, dan 16 butir soal memilki tingkat kesukaran dengan kategori mudah.

4. Daya Pembeda

Untuk menentukan daya pembeda suatu soal, seluruh pengikut tes dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu kelompok A dengan nilai tertinggi (upper grup) dan kelompok nilai terendah (lower group). Setelah dibagii dua kelompok, maka dapat dilihat jumlah siswa pada masing-masing kelompok yaitu JA untuk jumlah siswa pada kelompok atas (upper group) dan JB untuk jumlah siswa pada kelompok bawah (lower group). Sedangkan BA menunjukan jumlah siswa dikelompok atas yang bias menjawab soal dengan benar, dan BB menunjukan jumlah siswa dikelompok bawah yang bias menjawab soal dengan benar. Jika keempat nilai tersebut sudah diketahui, maka dapat ditentukan nilai P pada suatu kelompok di setiap butir soalnya. Denggan menggunakan rumus :

PA =BA

JA � ��

BB JB

Tabel 3.8

Kriteria Daya Pembeda Indeks Pembeda Klasifikasi


(35)

0,00 – 0,19 Jelek

0,20 – 0,39 Cukup

0,40 – 0,69 Baik

0,70-1,00 Baik Sekali

DP < 0 Tidak Baik

(Arikunto, 2008:9)

Berikut ini adalah tabel yang menyajikan hasil analisis daya pembeda terhadap butir soal yang diujicobakan.

Tabel 3.9

Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba No

Soal Nilai Klasifikasi

No

Soal Nilai Klasifikasi

No

Soal Nilai Klasifikasi

1 0.5 Baik 21 -0.75 tidak baik 41 -0.5 tidak baik

2 0 Jelek 22 0 Jelek 42 0.25 cukup

3 -0.17 tidak baik 23 0.5 Baik 43 -0.25 tidak baik

4 0.25 Baik 24 0 Jelek 44 0.5 baik

5 0.5 baik'jelek 25 -0.25 tidak baik 45 0 jelek

6 0 Jelek 26 0 Jelek 46 0.25 cukup

7 0 Jelek 27 0 Jelek 47 0.25 cukup

8 0 Jelek 28 0.25 Cukup 48 0.25 cukup

9 0 Jelek 29 -0.25 tidak baik 49 0.5 baik

10 0.75 baik sekali 30 0.5 Baik 50 0 jelek

11 0.5 Baik 31 0.75 baik sekali 51 0.25 cukup

12 0.5 Baik 32 0 Jelek 52 0.5 baik

13 0 Jelek 33 0 Jelek 53 -0.25 tidak baik

14 0.25 Cukup 34 0.5 Baik 54 0.25 cukup

15 0 Jelek 35 -0.25 tidak baik 55 0.75 baik sekali

16 0 Jelek 36 0 Jelek 56 0.5 baik

17 0.5 baik 37 0.75 baik sekali 57 -0.25 tidak baik


(36)

19 0.25 cukup 39 0 Jelek 59 -0.5 tidak baik

20 0.5 baik 40 0.25 Cukup 60 0 jelek

Berdasarkan Tabel 3.8, 10 butir soal yang dibuang, 11 butir memilki daya pembeda yang cukup dan sebanyak 14 butir soal memiliki daya pembeda yang baik.

3.8Teknik Pengolahan Data

3.8.1 Analisis Soal Pretest dan Posttest

Pengolahan data terhadap skor pretest dan post test dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar, sedangkan perhitunagan gain ternormalisasi dimaksudkan untuk mengetahui profil peningkatan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Langkah-langkah yang dilakukan untuk megukur soal tes yaitu :

1. Penskoran

Pemberian skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only, yaitu jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus :


(37)

(Munaf, 2001. 44)

Keterangan : S =Skor Siswa

R=jawaban siswa yang benar

Proses penskoran ini dilakukan pada pretest maupun posttest, sehingga kita memperoleh dua buah data yaitu skor pretest skor pretest siswa dan skor posttest siswa. Setelah diperoleh data skor pritest dan posttest kemudian dihitung rata-rata masing-masing data skor pretest dan posttest.

2. Perhitungan skor gain dan Gain yang dinormalisasi

Skor gain (gain actual) diperoleh dari selisih skor pretest dan posttest. Perbedaan skor tes awal dan tes akhir ini diasumsikan sebagai efek perlakuan (Pangabean, 1996). Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai gain adalah :

G = Sf – Si Keterangan :

G = Gain

Sf = skor posttest Si = skor pretest

Untuk perhitungan nilai gain yang dinormalisasi dan pengklasifikasiannya akan digunakan persamaan sebagai berikut (Ricard R Hake, 1998) :


(38)

N−Gain = � − �

� − �

Kategori gain ternormalisasi disajikan pada table di bawah ini.

Tabel 3.10

Kriteria Normalized Gain

Skor N-Gain Kriteria Normalized Gain

0,70 < N-Gain Tingggi

0,30≤N-Gain≤0,70 Sedang

N-Gain < 0,30 Rendah

(Hake 1998) 3.8.2 Analisis Data Hasil Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi Rating Scale yang berbentuk Scala Numerik. Observasi ini dilakukan untuk mengukur aktivitas belajar siswa dan keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dimana aspek-aspek yang diukurnya berbeda antara aktivitas belajar siswa dan keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

1. Pengolahan data lembar observasi aktivitas belajar siswa

Pengolahan data untuk mengukur aktivitas siswa yaitu dengan cara menghitung persentase tiap jenis aktivitas siswa. Aktivitas siswa yang


(39)

dimaksud adalah aktivitas dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data lembar observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut :

a) Menghitung jumlah setiap jenis aspek aktivitas yang dinilai

b) Menghitung persentase setiap jenis aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus

%Aktivitas = �ℎ � ��� � � � � � � �

jumlah seluruh siswa x 100%

c) Setelah dihitung persentase masing-masing aktivitasnya, kemudian dibandingkan persentase yang paling dominan tiap jenis aktivitas pada setiap pertemuan.

2. Pengolahan data lembar observasi aktivitas guru

Data mengenai aktivitas guru saat melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah akan diolah secara kualitatif menggunakan lembar observasi. Skor rata-rata aktivitas guru akan dibagi menjadi empat kategori ordinal, yaitu baik sekali, baik, cukup, dan kurang seperti klasifikasi pada tabel dibawah :


(40)

Tabel 3.11

Kategori Aktivitas Guru

Skor Rata-rata Kategori

4 3,50-4,00 Sangat baik

3 3,00-3,49 Baik

2 2,50-2,99 Sedang

1 <2,50 kurang


(41)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan, analisis data dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Profil peningkatan aktivitas belajar siswa dalam hal mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, diskusi kelompok, melakukan percobaan, dan mengerjakan LKS secara umum mengalami perubahan positif. Dengan demikian, maka model pembelajaran berbasis masalah pada standar kompotensi merancang kandang dan peralatan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Profil peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah sebesar 0,66 dan termasuk kategori sedang. Dengan demikian, maka penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) pada standar kompotensi merancang kandang dan peralatan dapat meningkatkan hasil belajar.

5.2Saran

Adapun saran berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Kondisi lapangan menunjukan pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah memerlukan waktu yang cukup lama, oleh karena itu baik perancangan scenario pembelajaran maupun pada pelaksanaan harus lebih


(42)

optimal dalam mengatur alokasi waktu sehingga pembelajaran lebih efektif sesuai dengan yang telah direncanakan.

2. Dalam pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa sebaiknya dilakukan oleh observer yang tetap untuk setiap perlakuan (treatment) sehingga observer akan lebih mengerti karakteristik siswa, guru serta model pembelajaran yang diimplementasikan.

3. Guru harus memilki kemampuan yang lebih baik dalam mengaktifkan seluruh potensi siswa dan terlibat dalam seluruh proses pembelajaran, seperti misalnya dalam memancing pertanyaan siswa, mengemukakan pendapat, diskusi kelompok, melakukan percobaan, mengerjakan LKS dan juga aktivitas-aktivitas siswa lainnya.


(43)

Gamarius Bere Ati, 2013

Pengerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Deddy, K. (2009). Pengertian Hasil Belajar. [Online]. Tersedia :

http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar.html [26 Juli 2012]

Depdiknas. (2010). Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan. (online). Tersedia :

http://www.ditpsmk.net (05 juni 2012)

Hake, R. (1998). Interaktive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. Journal of Physics Education Researce. Tersedia :

http://www.physics.Indiana.edu/sdi/IEM-2b.pdf,accessed on. [12-07-2012]

Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Indra, M. (2009). Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi). [Online]. Tersedia :

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dandefinisi.html [26 Juli 2012]

Kusmini. (2005). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Mengembangkan Kecakapan Matematika. [Online].Tersedia:http://google/ digilib. unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHeb15/doc.pdf [18 Desember 2010]

Mabroer, Akhmad (2006). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran fisika kelas X-2 semester Genap tahun pelajaran 2005/2006 di SMAN 1 Lembang. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.


(44)

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Sardirman, A.M. (2008). Inetraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafinda Persada.

Sudjana, N dan Ibrahim. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Sugiyati. (2009). Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan STKIP Banten: Tidak Diterbitkan Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung : Alfabeta. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta :

Kencana.

Yasa, Doantora. (2008). Aktivitas dan Prestasi Belajar [online]. Tersedia.

http://IpotesWordpres.Cu/2008/05/24/prestasi-belajar [13 Juli 2012].

Yunitasari. S. (2010). Pengaruh penggunaan media CD Interaktif Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan


(1)

Gamarius Bere Ati, 2013

Pengerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dimaksud adalah aktivitas dalam pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data lembar observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut :

a) Menghitung jumlah setiap jenis aspek aktivitas yang dinilai

b) Menghitung persentase setiap jenis aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus

%Aktivitas = �ℎ � ��� � � � � � � �

jumlah seluruh siswa x 100%

c) Setelah dihitung persentase masing-masing aktivitasnya, kemudian dibandingkan persentase yang paling dominan tiap jenis aktivitas pada setiap pertemuan.

2. Pengolahan data lembar observasi aktivitas guru

Data mengenai aktivitas guru saat melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah akan diolah secara kualitatif menggunakan lembar observasi. Skor rata-rata aktivitas guru akan dibagi menjadi empat kategori ordinal, yaitu baik sekali, baik, cukup, dan kurang seperti klasifikasi pada tabel dibawah :


(2)

Gamarius Bere Ati, 2013

Pengerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.11

Kategori Aktivitas Guru

Skor Rata-rata Kategori

4 3,50-4,00 Sangat baik

3 3,00-3,49 Baik

2 2,50-2,99 Sedang

1 <2,50 kurang


(3)

Gamarius Bere Ati, 2013

Pengerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan, analisis data dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Profil peningkatan aktivitas belajar siswa dalam hal mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, diskusi kelompok, melakukan percobaan, dan mengerjakan LKS secara umum mengalami perubahan positif. Dengan demikian, maka model pembelajaran berbasis masalah pada standar kompotensi merancang kandang dan peralatan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Profil peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah sebesar 0,66 dan termasuk kategori sedang. Dengan demikian, maka penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) pada standar kompotensi merancang kandang dan peralatan dapat meningkatkan hasil belajar.

5.2Saran

Adapun saran berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Kondisi lapangan menunjukan pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah memerlukan waktu yang cukup lama, oleh karena itu baik perancangan scenario pembelajaran maupun pada pelaksanaan harus lebih


(4)

Gamarius Bere Ati, 2013

Pengerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

optimal dalam mengatur alokasi waktu sehingga pembelajaran lebih efektif sesuai dengan yang telah direncanakan.

2. Dalam pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa sebaiknya dilakukan oleh observer yang tetap untuk setiap perlakuan (treatment) sehingga observer akan lebih mengerti karakteristik siswa, guru serta model pembelajaran yang diimplementasikan.

3. Guru harus memilki kemampuan yang lebih baik dalam mengaktifkan seluruh potensi siswa dan terlibat dalam seluruh proses pembelajaran, seperti misalnya dalam memancing pertanyaan siswa, mengemukakan pendapat, diskusi kelompok, melakukan percobaan, mengerjakan LKS dan juga aktivitas-aktivitas siswa lainnya.


(5)

Gamarius Bere Ati, 2013

Pengerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

67

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Deddy, K. (2009). Pengertian Hasil Belajar. [Online]. Tersedia :

http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar.html [26 Juli 2012]

Depdiknas. (2010). Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan. (online). Tersedia :

http://www.ditpsmk.net (05 juni 2012)

Hake, R. (1998). Interaktive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. Journal of Physics Education Researce. Tersedia :

http://www.physics.Indiana.edu/sdi/IEM-2b.pdf,accessed on. [12-07-2012]

Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Indra, M. (2009). Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi). [Online]. Tersedia :

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dandefinisi.html [26 Juli 2012]

Kusmini. (2005). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Mengembangkan

Kecakapan Matematika. [Online].Tersedia:http://google/ digilib.

unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHeb15/doc.pdf [18 Desember 2010]

Mabroer, Akhmad (2006). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran fisika kelas X-2 semester Genap tahun pelajaran 2005/2006 di SMAN 1 Lembang. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.


(6)

Gamarius Bere Ati, 2013

Pengerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

68

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Sardirman, A.M. (2008). Inetraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafinda Persada.

Sudjana, N dan Ibrahim. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Sugiyati. (2009). Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam

Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan STKIP Banten: Tidak Diterbitkan Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung : Alfabeta. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta :

Kencana.

Yasa, Doantora. (2008). Aktivitas dan Prestasi Belajar [online]. Tersedia.

http://IpotesWordpres.Cu/2008/05/24/prestasi-belajar [13 Juli 2012]. Yunitasari. S. (2010). Pengaruh penggunaan media CD Interaktif Terhadap Motivasi

Belajar Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas IV SDN Sitimulyo 02 Kecamatan Pucakwangi

0 2 14

Penerapan Model Pembelajaran Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK.

0 2 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI SMKN 1 CIDAUN.

0 2 37

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MEMAHAMI KANDANG TERNAK DI SMK NEGERI 2 CILAKU.

1 1 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED-LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENGOLAH HASIL TERNAK UNGGAS DI SMKN 2 CILAKU CIANJUR.

0 0 38

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI PEMUPUKAN DI SMK NEGERI 2 SUBANG.

0 0 40

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENGELOLA INDUK IKAN DI SMK NEGERI 2 SUBANG.

0 0 38

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X APTKJ PADA STANDAR KOMPETENSI MENGIDENTIFIKASI TANAMAN DAN PERTUMBUHANNYA DI SMK N 2 CILAKU CIANJUR.

0 1 34

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 34

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR PADA PERKULIAHAN FISIOLOGI HEWAN

0 0 6