PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X APTKJ PADA STANDAR KOMPETENSI MENGIDENTIFIKASI TANAMAN DAN PERTUMBUHANNYA DI SMK N 2 CILAKU CIANJUR.

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Abbas, Nurhayati. 2000. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)”. Makalah Komprehensif Program Studi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana. Universitas Negeri Surabaya. Ahmadi, abu dan Rohani, ahmad. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Anni, C. T. 2004. Psikologi Belajar. Semarang :UPT UNNES.

Anderson, J. 2010. ICT Transforming Educatioon. Bangkok: UNESCO.

Arends, Richardl. 2001. Classroom Instructional Management. New York: The McGraw-Hill Company.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Boud, D. , & Felleti, G. 1. 1997. The challenge of problem-based learning, 2nd edition. London: Kogan Page.

Darsono, Max. 2000. BelajarPembelajaran. Semarang. IKIP : Semarang Press. Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Persero Balai Pustaka. Depdikbud. 1999. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta Direktorat Dikmenum. Depdikbud. 2004. Kurikulum untuk Sekolah Menengah Kejuruan.

Djuanda, Dadan. 2006. Berbagai Pendekatan Dalam Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS

Fachrurazi. 2011 “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis

Siswa Sekolah Dasar” ISSN 1412-565X. Edisi as AQSW aqs AQSX Khusus No 1.

Fogarty, R. 1997. Problem Based Learning and other curriculum models for the multiple intelligences classroom. Arlington Heights, Illionis: SkyLight.


(2)

Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito Bandung.

Handayani, S dan Sapir. 2009. “Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar, Hasil Belajar dan Respon Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Malang”. JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009.

Herman, Tatang dkk. 2008. Pendidikan Matematika I. Bandung: UPI Press. Howey, K. R. , et al. 2001. Contextual Teaching and Learning Preparing

Teacher to Enhance Student Succes in The Work Place and Beyond. Washinton: Eric Clearinghouse on Teaching and Teacher Education. Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta

Ismaimuza, D. 2010. Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif. Disertasi pada PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkkan.

Janah, I. K. F . 2006. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Kalor Dengan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tulis Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi pada FMIPA UNNES : tidak diterbitkan

Kardi,S. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya : University Press Kemmis, S. , & McTaggart, R. 1988. The action research planner (3rded). Khabibah,S. 2006. ”Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan soal

Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar”. Disertasi:Program pasca sarjana Unesa

Lie,Anita. 2007. Cooperatif Learning. Jakarta : Grasindo Nasution,S. 1995. Asas-asas kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhadi & Senduk, A. G. 2003 Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


(3)

Poerwodarminto. 1980. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Dinas Penerbitan Balai Pustaka.

Poerwodarminto. 1992. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Persero Balai Pustaka

Ratnaningsih, N. 2003. Pengembangan Kemampuan Berfikir Matematik Siswa SMU.

Reigeluth, Charles M. 1999. Instructional-Design Theoris And Modelsv: A New Paradigm of instructional Theory Volume II. New York: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

R.I. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Sudjana, N. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, Winarno. 1985. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito Suardana, I Nyoman. 2005. Penerapan Strategi Pembelejaran Berbasis Masalah

dengan Pendekatan Kooperatif Berbantuan Modul untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Mahasiswa pada Perkuliahan Kimia Fisika I. IKIP Negeri Singaraja.

Syaodih. S, Nana. 2009. ” Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung: Rosdakarya

Tim Peneliti Program Pasca Sarjana UNY. 2003. Pedoman Penilaian Psikomotorik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Tim Penyusun. 2012. KTSP SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur. Cianjur.

Triani, D. A 2009 . Penerapan Teknik Permainan Bahasa Untuk Maeningkatkan Kemampuan Menulis Puisi di Kelas V SDN Jatisura Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Propostal Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang: tidak diterbitkan.

Trianto. 2007. Model-model Pembejaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

Universitas Pendidikan Indonesia, 2011. “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”. Bandung: Univesity Press UPI


(4)

Usman, Moh. Uzer dan Setiawati, L. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wiriatmadja, R. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya

Ward, John. Peppard, Joe. 2002. Strategic Planning for Information System,3rd Edition. John Wiley and Sons, Inc, New York.


(5)

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk berpacu dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Perkembangan dan perubahan itu menyebabkan perubahan paradigma terhadap kualitas lulusan yang diharapkan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan bagian dari pendidikan nasional yang diselenggarakan sebagai lanjutan dari SMP/MTS, juga mengalami perubahan, demi perbaikan dan peningkatan kualitas hasil pendidikan. SMK menyiapkan lulusannya untuk bekerja dalam bidang tertentu dengan bekal sikap kerja, terampil, dan pengetahuan yang sesuai dengan users need (dunia usaha dan dunia industri) atau berwirausaha. Hal itu tersirat didalam UU No. 20/2003 Pasal 18 dan penjelasan Pasal 15 yang mengatur pendidikan menengah kejuruan. Ini juga sejalan dengan tujuan umum dan khusus SMK yang terdapat dalam Dokumen I Kurikulum SMK 2004, menyatakan bahwa :

(a) menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak; (b) meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik; (c) menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab; (d) menyiapkan peserta didik agar memahami dan


(6)

menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia; (e) menyiapkan peserta didik agar dapat menerapkan dan memelihara hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni; (f) menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan program keahlian yang diminati; (g) membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.

Berdasarkan pernyataan di atas, sangat jelas bahwa SMK seharusnya menjadi jawaban dari tuntutan yang diinginkan masyarakat dan dunia kerja. Pembelajaran di SMK menanamkan sikap kemandirian, kreatif, tekun, inovatif, etos kerja tinggi, terampil dan berkarakter. Sikap-sikap tersebut merupakan syarat yang dibutuhkan dalam dunia kerja dan industri.

Program Keahlian Agribisnis Pembibitan Tanaman dan Kultur Jaringan (APTKJ) yang merupakan salah satu program keahlian di SMK yang memiliki tujuan yang sesuai dengan dokumen kurikulum SMK. Tujuan program keahlian APTKJ yaitu menyelenggarakan pendidikan kejuruan berbasis kompetensi yang sesuai dengan keilmuan dan dinamika kebutuhan masyarakat, menghasilkan lulusan yang kreatif dan inovatif, mengembangkan kemandirian berwirausaha sehingga dapat menciptakan generasi yang tangguh serta meningkatkan kualitas


(7)

sumber daya manusia melalui peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan.

Standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya merupakan salah satu standar kompetensi yang sangat harus dikuasai oleh lulusan SMK Program Keahlian APTKJ (Agribisnis Pembibitan Tanaman dan Kultur Jaringan). Standar kompetensi ini memuat materi-materi yang berhubungan erat dengan lingkungan sekitar seperti tentang tanah, air, udara, cuaca serta faktor-faktor lain yang dibutuhkan tanaman. Karakteristik dari model pembelajaran berbasis masalah ialah pengajuan masalah/pertanyaan, keterkaitan dengan berbagai disiplin ilmu, penyelidikan yang autentik, menghasilkan dan memamerkan hasil serta kolaborasi.

Karakteristik tersebut cukup relevan dengan materi yang dimuat pada standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya, dimana salah satu indikator pencapaian kompetensinya ialah siswa dapat memecahkan dan mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan tanah, air, udara, cuaca dan faktor lainnya yang saling berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, merupakan salah satu alternatif solusi yang perlu dicoba untuk diterapkan pada pembelajaran di standar kompetensi ini dengan tujuan meningkatkan kebermaknaan pembelajaran dan hasil belajar siswa.


(8)

Hasil belajar siswa yang rendah dari mata pelajaran produktif menjadi masalah yang cukup krusial pada pembelajaran di SMK. Fenomena yang terjadi pada setiap tahun khususnya di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur ialah jumlah persentase siswa yang meraih nilai diatas KKM sangat rendah. Terbukti pada nilai siswa tahun ajaran 2011/2012 pada standar kompetensi ini yang meraih nilai diatas KKM hanya 5,8% dan pada tahun sebelumnya hanya 6,4%.

Berdasarkan dari pemantauan penulis dan guru di SMK N 2 Cilaku Cianjur, ketika didalam kelas siswa lebih bersikap pasif dan kurang terlibat, selain itu metode pembelajaran yang digunakan hanya sebatas ceramah dan tanya jawab yang kurang menarik menurut siswa. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang kritis untuk memecahkan masalah yang diajukan oleh guru maupun yang terjadi di masyarakat. Pembelajaran yang menyenangkan dapat meningkatkan minat dan kebermaknaan siswa dalam belajar. Seiring perkembangan dunia pendidikan, telah ditemukan berbagai macam model, metode, strategi dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa, sehingga siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.

Melihat dari permasalahan dan gambaran umum di atas. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learing) merupakan salah satu alternatif solusi yang mungkin cocok diterapkan pada pembelajaran produktif khususnya standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya. Handayani dan Sapir (2009)


(9)

menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan aktivitas belajar, hasil belajar dan respon belajar siswa.

Berdasarkan masalah dan gambaran umum yang telah dipaparkan di atas, peneliti memandang perlu untuk meneliti tentang

“Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X APTKJ Pada Standar Kompetensi Mengidentifikasi Tanaman dan Pertumbuhannya Di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur”.

1.2 Identfikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, muncul beberapa masalah yang memperkuat alasan mengapa permasalahan tersebut diangkat. Adapun identifikasi masalah dari judul yang penulis pilih adalah sebagai berikut:

1. Siswa bersifat pasif dan kurang terlibat ketika di dalam kelas, sehingga kurang kritis dalam memecahkan masalah yang diajukan oleh guru dan masyarakat.

2. Pemahaman dan penguasaan siswa X terhadap materi yang disampaikan masih sangat kurang karena pencapaian siswa yang memenuhi kriteria kelulusan minimum (KKM) sangat rendah. 1. 3 Batasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah dan untuk menghindari penyimpangan tujuan serta penelitian menjadi lebih terarah, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(10)

1. Model Pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran berbasis masalah pada kelas X APTKJ (Agribisnis Pembibitan dan Teknik Kultur Jaringan)

2. Hasil belajar siswa pada penelitian ini ialah nilai pre test dan post test siswa dari setiap siklus pembelajaran standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya.

3. Aktivitas belajar siswa pada penelitian ini ialah kegiatan siswa selama pembelajaran standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya baik di dalam kelas maupun ketika praktek. Aktivitas belajar siswa meliputi mengumpulkan informasi, melakukan diskusi, keterampilan siswa bertanya, keterampilan siswa menjawab, membuat kesimpulan, dan mempresentasikan.

1. 4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitasbelajar untuk siswa kelas X APTKJ 2 pada standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur?

2. Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar untuk siswa kelas X APTKJ 2 pada standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur?


(11)

Tujuan penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan umumnya adalah untuk memberikann sebuah alternatif pada model pembelajaran yang diharapkan dapat digunakan oleh guru di SMK pertanian. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X APTKJ2 pada standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah

2. Mengetahui secara deskriptif peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X APTKJ 2 pada standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur. 1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teoritis

Memberikan gambaran umum tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar pada mata pelajaran kompetensi kejuruan di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur.

2. Praktis

a. Dapat memberikan masukan kepada praktisi pendidikan khususnya guru pengajar, jika hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat


(12)

meningkatkan penguasaan materi dalam pembelajaran mata pelajaran kompetensi kejuruan.

b. Peneliti mengharapkan, siswa lebih kritis dalam menanggapi pelajaran kompetensi kejuruan terutama yang sangat berkaitan terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan ide-ide lain kepada peneliti lainnya.

1. 7 Penjelasan Judul Penelitian

Guna menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. 7. 1 Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Penerapan pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. (Nurhadi, dkk, 2004)

Pada penelitian ini, penerapan pembelajaran berbasis masalah pada pelajaran produktif khususnya pada standar kompetensi mengidentifikasi Tanaman dan Pertumbuhannya dengan kompetensi dasar sistem produksi tanaman di Indonesia dan Tanah sebagai Tempat Tumbuh Tanaman.

1.7.2 Siswa Kelas X APTKJ (Agribisnis Pembibitan Tanaman dan Kultur Jaringan)


(13)

Siswa kelas X APTKJ, ialah siswa yang baru menempuh pembelajaran di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur pada semester 1 dan 2 Kompetensi Keahlian Agribisnis Pembibitan Tanaman dan Kultur Jaringan. Pada penelitian ini siswa yang dimaksud ialah siswa satu kelas X tahun ajaran 2012/2013. Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X APTKJ 2 yang berjumlah 25 orang. 1.7.3 Aktifitas belajar

Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Sardiman (Ridha, 2007) menegaskan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.

Pada penelitian ini yang termasuk ke dalam aktivitas belajar di dalam kelas adalah mengumpulkan informasi, melakukan diskusi, keterampilan siswa bertanya, keterampilan siswa menjawab, membuat kesimpulan, dan mempresentasikan.

1. 7. 4 Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Anni (2004) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Sudjana (1990) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Hasil belajar yang dimaksud disini adalah nilai pre test dan post test siswa dari setiap siklus pembelajaran standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya.


(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Pelaksanaan Penelitian

3. 1. 1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Cilaku Cianjur Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur. Jl. Perintis Kemerdekaan Po Box 118 Telp. (0263) 264794 Cianjur 43285.

3. 1. 2 Subjek penelitian

Subjek Penelitian adalah siswa kelas X APTKJ 2 (Agribisnis Pembibitan Tanaman dan Kultur Jaringan) SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur. Jumlah siswa yang diteliti adalah 25 orang.

3. 1. 3 Waktu pelakasanaan penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 siklus dari tanggal 24 Juli 2012 hingga 07 Agustus 2012 setiap hari selasa jam pelajaran pertama dan kedua.

3. 2 Desain Penelitian

Sebagai upaya mencari pembuktian dan solusi dari masalah yang diangkat dalam penelitian ini, peneliti telah menentukan dan merancang desain penelitian dengan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan tiga siklus pembelajaran yang saling berhubungan. Rancangan penelitian yang digunakan mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart, yaitu model Spiral.


(15)

Diagram Alir PTK Modifikasi Dari Berbagai Sumber

Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian Tindakan Kelas 3. 3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, melakukan tindakan, observasi dan refleksi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya. Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktivitas siswa saat standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan

Perencanaan

Siklus I

Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II

Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Siklus III

Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan


(16)

pertumbuhannya denga penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

a.Perencanaan (Plan)

Perencanaan penelitian adalah melakukan identifikasi masalah kemudian membuat rencana suatu kegiatan pembelajaran berdasarkan analisa masalah yang didapatkan, dari mulai penetapan waktu, materi, metode penyampaian materi. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih bersifat fleksibel, hal ini dimaksudkan untuk mengatasi tantangan tidak dapat diprediksi sebelumnya.

Perencanaan yang dilakukan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa kegiatan perencanaan, di antaranya yaitu:

1) Menentukan tempat pelaksanaan penelitian,

2) Merundingkan mitra, dalam hal ini kolaborator untuk penelitian, 3) Menyusun silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

setiap siklusnya,

4) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas pada setiap siklusnya,

5) Menyusun format observasi untuk memantau berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas dari setiap siklusnya, 6) Menganalisis data yang diperoleh selama melakukan tindakan,


(17)

7) Merencanakan bagaimana langkah atau tindakan perbaikan yang akan dilakukan untuk memperbaiki tindakan yang sebelumnya.

Peneliti melaksanakan tiga siklus dalam penelitian ini, dimana standar kompetensi yang diajarkan adalah mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya. Kompetensi dasar untuk siklus I adalah tentang sistem produksi pertanian di Indonesia, sedangkan siklus II dan III tentang tanah sebagai tempat tumbuh tanaman. Setiap siklus diterapkan metode pembelajaran yang berbeda dalam model pembelajaran berbasis masalah yang diteliti oleh peneliti. Siklus I menggunakan metode diskusi kelompok untuk mencari solusi dari masalah dan isu-isu sistem produksi pertanian di Indonesia. Siklus II menggunakan metode pembelajaran praktek untuk memecahankan masalah yang di berikan oleh guru. Siklus tiga menggunakan metode pembelajaran diskusi untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.

b. Pelaksanaan (Action)

Tindakan merupakan tahap implementasi dari berbagai rencana dan kegiatan praktis yang telah dirancang pada tahap sebelumnya dan merupakan tindakan yang terkontrol secara seksama. Tindakan dapat terlaksana dengan baik jika mengacu pada rencana yang rasional dan terukur. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini menggunakan modelpembelajaranberbasis masalah (Problem Based Learning).


(18)

Pembelajaran pada siklus I berisi penyampaian materi kompetensi dasar menjelaskan sistem produksi tanaman yang ada di Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan pengajuan masalah dan isu-isu tentang sistem produksi tanaman yang ada di Indonesia. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-5 orang. Setiap kelompok memiliki pokok bahasan yang berbeda-beda. Kelompok satu mendiskusikan tentang permasalahan pada sistem produksi pertanian secara organik, kelompok dua menjelaskan permasalahan sistem produksi secara konvensional, kelompok tiga sistem produksi secara mekanik, kelompok empat sistem produksi secara hidroponik dan kelompok lima sistem produksi secara kimiawi. Dilakukan pembahasan, menganalisis, memecahkan masalah, mempresentasikan dan menarik kesimpulan secara bersama-sama. Semua dilaksanakan melalui model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut :

 Kegiatan pendahuluan diawali dengan membuka pelajaran, berdoa dan melakukan pre tes untuk mengetahui kemampuan awal dari siswa.

 Memberikann orientasi tentang permasalahannya kepada siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajarannya, mendeskripsikan hal-hal yang dibutuhkan, dan memotovasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.


(19)

 Mengorganisasikan siswa. Guru membantu siswa membuat kelompok dan mengidentifikasi tugas belajar terkait dengan permasalahannya.

 Membantu investigasi kelompok. Guru memdukung siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melakukan diskusi dan menganalisi masalah dan solusi.

 Mengembangkan dan mempresentasikan hasil diskusi. Guru membantu siswa untuk menyiapkan hal-hal yang perlu disampaiakan saat presentasi, membuat laporan sederhana dan membantu mereka menyampaiakn kepada orang lain.

 Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap investigasi yang mereka lakukan, meluruskan solusi yang kurang tepat dan membantu siswa untuk menarik kesimpulan.

 Selama kegiatan berlangsung observer yang juga merupak guru standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya mencatat segala kegiatan yang ditemukan dalam pembelajaran. Mengisi lembar observasi kegiatan siswa untuk mengetahui aktivitas belajar siswa pada saat KBM.

Pada tahap akhir tindakan dilaksanakan post tes untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai siswa.

2. Siklus II

Secara garis besar pelaksanaan pada siklus II memiliki fase yang sama dengan siklus I yaitu model pembelajaran berbasis


(20)

masalah. . Pembelajaran pada siklus II menggunakan metode pemecahan masalah dengan menggunakan praktikum. Materi yang disampaikan ialah kompetensi dasar menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman, yaitu tentang pengertian tanah, sifat tanah dan cara menentukan tekstur tanah dengan praktikum berkelompok.

Setiap kelompok melakukan praktek sesuai dengan lembar kerja yang diberikan oleh guru. Setelah melakukan praktikum sesuai prosedur, siswa menjawab pertanyaan yang ada dalam lembar kerja. Siswa menentukan tekstur tanah sesuai dengan wilayah yang telah ditentukan. Siswa kemudian memaparkan hasil praktikum di depan kelas dan menarik kesimpulan bersama-sama. 3. Siklus III

Pembelajaran pada siklus III masih dalam kompetensi dasar menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman dengan materi ajar pengertian lahan kritis, cara menangani lahan yang terlalu masam dan terlalu basa. Metode yang digunakan adalah diskusi kelompok dan pemecahan masalah. Fase-fase pembelajaran yang dilakukan pada siklus III sama seperti pada siklus I akan tetapi siklus III ini merupakan penyempurnaan pembelajaran yang masih dianggap kurang pada siklus-siklus sebelumnya.

c. Pengamatan (Observation)

Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Selain itu, dalam pengamatan dilakukan juga


(21)

analisis. Peneliti akan melakukan analisa berdasarkann pengamatan seluruh pelaksanaan tindakan.

Pada tahap ini, peneliti dan mitra melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala yang muncul selama berlangsungnya tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Kegiatan ini bertujuan untuk merekam dan mengumpulkan data yang diperlukan oleh peneliti.

Hasil observasi dalam penelitian ini ialah berdasarkann data-data yang terekam di kelas selama proses tindakan berlangsung. Peneliti bersama-sama dengan mitra peneliti juga melakukan interpretasi terhadap data-data yang diperoleh. Setiap akhir tindakan, peneliti dengan mitra peneliti melakukan diskusi balikan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki, ditingkatkan, ditambah, atau dikurangi bahkan dihilangkan dalam tindakan berikutnya untuk memperoleh data yang diinginkan. Hasil diskusi balikan tersebut kemudian oleh peneliti dijadikan acuan untuk tindakan berikutnya yang akan dilakukan.

d. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap subyek penelitian yang telah dicatat dalam pengamatan. Langkah refleksi ini berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, isu dan hambatan yang muncul dalam perencanaan tindakan strategi.


(22)

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas kegiatan dan observasi yang dilakukan. Peneliti memperbaiki proses pembelajaran yang dianggap kurang pada siklus sebelumnya. Hal-hal yang diperbaiki diantaranya cara meningkatkan motivasi, pengelolaan waktu pembelajaran, interaksi dengan siswa, dll.

3. 4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Lembar Observasi

. Lembar observasi dalam penelitian tindakan kelas membantu dalam proses observasi. Observasi dalam PTK dilakukan terutama untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk dapat menata langkah-langkah perbaikan. Penelitian ini menggunakan observasi untuk mencatat aktivitas siswa, aktivitas guru dan mencatat kegiatan selama pembelajaran berlangsung. Keuntungan yang dapat diperoleh melalui teknik observasi adalah dapat memperoleh data mengenai pengalaman belajar pada saat itu secara otentik dan mendalam.

2) Tes

Tes adalah sebuah alat atau prosedur sistematik bagi pengukuran sebuah contoh perilaku. Tes yang diberikan ialah berupa soal-soal yang berkaitan dengan materi yang dibahas. Tes ini digunakan untuk mengetahui nilai kognitif yang merupakan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini siswa diberikan pre tes dan post test.


(23)

Pre tes adalah tes yang diberikan sebelum siswa melakukan pembelajaran, tes ini bertujuan untuk melihat kemampuan dasar siswa tersebut. Post tes adalah tes yang diberikan setelah siswa mendapatkan pengalaman belajar, tes ini bertujuan untuk melihat keberhasilan pembelajaran. Tes yang digunakan ialah tes objektif dan subjektif. Tes objektif berupa pilihan ganda 10 soal pada siklus I dan II, dan 5 soal pada siklus III. Tes subjektif yang diberikan berupa soal essay soal, soal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

3) Penilaian kinerja/unjuk kerja

Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil kemampuan yang berupa penilaian kinerja yang telah disusun oleh peneliti bersama guru pengajar Standar kompetensi Mengidentifikasi Tanaman dan pertumbuhannya sesuai dengan kompetensi dasar yang ditentukan. Penilaian kinerja digunakan untuk menilai performa kerja siswa ketika melakukan praktek.

3.5 Validasi Instrumen 3.5.1 Validitas

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua validasi instrumen. Validasi untuk lembar observasi dan soal essay menggunakan judgement expert (validasi pakar). validasi pakar adalah validasi kepada para ahli (expert judgement) mengenai instrumen yang akan diujikan kepada para siswa untuk memperoleh data. Ahli yang dilibatkan dalam validasi model evaluasi ahli dalam bidang evaluasi


(24)

dan praktisi standar kompetensi tersebut yaitu tim guru mata pelajaran standar kompetensi yang digunakan. Sebelum instrumen digunakan untuk mengukur, peneliti terlebih dahulu melakukan diskusi dan meminta masukan kepada para ahli, sehingga instrument tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang harus diukur.

Pengujian validitas instrumen juga dilakukan dengan uji validitas butir soal. Untuk menguji validitas butir soal instrumen, maka harus dihitung korelasinya, yaitu menggunakan rumus korelasiproduct moment dengan angka kasar sebagai berikut:

  

 

 

  2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy (Arikunto, 2003) Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah responden

X = Jumlah skor X

Y = Jumlah skor Y

XY = Jumlah hasil kali dari variabel X dan Variabel Y

X2 = Jumlah kuadrat dari variabel X

Y2 = Jumlah kuadrat dari variabel Y

Setelah harga rxy diperoleh, kemudian dilanjutkan dengan taraf signifikansi koefesien denagn menggunakan rumus t-student yaitu:

2 1 2 r n r t    (Sudjana, 2005) Keterangan :


(25)

n = Banyak data r = Koefisien korelasi

Penafsiran dari harga koefisien korelasi dinyatakan valid apabila thitung> ttabel dengan taraf signifikansi 0,05.

Berdasarkan uji validitas butir soal, maka diperoleh 20 soal yang dinyatakan valid. Lebih lengkap mengenai perhitungan uji validitas butir soal dapat dilihat pada lampiran 8, sedangkan untuk validasi kontruksi menurut Arikunto (2003) sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek beripikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus. Uji validitas konstruksi pada penelitian ini terdiri atas taraf kesukaran dan daya pembeda.

3.5.1.1 Tingkat kesukaran

Pengujian tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui suatu soal baik atau tidak. “Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar” (Arikunto, 2005). Tingkat kesukaran (P) butir tes pada dasarnya adalah peluang responden atau peserta tes untuk menjawab benar pada suatu butir soal. Untuk menentukan taraf kesukaran setiap item tes, digunakan rumus:

JS B P

(Arikunto, 2003) Keterangan

P = Tingkat kesukaran

B = Jumlah siswa yang menjawab benar JS = Jumlah siswa yang mengikuti tes

Tingka kesukaran untuk setiap butir soal diketahui dengan mengkonsultasikan nilai P pada tabel kriteria tingkat kesukaran berikut ini.


(26)

Tabel 3.1 KriteriaTingkatKesukaran

Rentang P Kriteria

0,71 – 1,00 Mudah 0,31 – 0,70 Sedang 0,00 – 0,30 Sukar

(Arikunto, 2003)

Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran, didapat soal dengan kategori mudah , sedang dan sulit secara bervariatif pada setiap siklusnya. Lebih lengkap mengenai taraf kesukaran dapat dilihat pada lampiran 8.

3.5.1.2 Daya Pembeda

Daya pembeda soal yang dimaksud adalah untuk mengetahui sejauhmana soal dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah dilihat dari dapat atau tidaknya mengerjakan soal.

Daya pembeda untuk setiap butir soal dapat diketahui dengan menggunakan rumus berikut:

B A B B A

A P P

J B J B

D   

(Arikunto, 2003) Keterang

an:

D = Daya pembeda

BA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar

BB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar

JA = Jumlah siswa kelompok atas

JB = Jumlah siswa kelompok bawah

PA = Proporsi jawaban benar kelompok atas

PB = Proporsi jawaban benar kelompok bawah

Daya pembeda untuk setiap butir soal diketahui dengan mengkonsultasikan nilai pada tabel kriteria daya pembeda berikut ini.


(27)

Tabel 3. 2 Kriteria Daya Pembeda

Rentang D Kriteria

0,71 – 1,00 Baik sekali 0,41 – 0,70 Baik 0,21 – 0,40 Cukup 0,00 – 0,20 Jelek

< 0,00 Tidak baik

(Arikunto, 2003)

Berdasarkan perhitungan daya pembeda butir soal diperoleh soal dengan daya beda bervariasi dari setiap siklusnya. Lebih lengkap mengenai perhitungan daya beda dan kriterianya dapat dilihat pada lampiran 8.

Kesimpulan dari uji validitas instrumen penelitian untuk soal pilihan ganda yang digunakan adalah berjumlah 10 soal dari 20 soal yang diuji validitasnya untuk siklus I dan II. 5 soal dari 10 soal yang diuji validitasnya untuk siklus III.

3.5.2 Reabilitas

Reliabilitas instrumen digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang. Sesuai dengan yang dikemukakan Arikunto (2003) bahwa “reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama”.

Reliabilitas tes pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Sperman-Brown dengan teknik belah dua ganjil genap terhadap 20 butir soal. Langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut:


(28)

a. Mengelompokkan skor butir soal bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan skor butir soal nomor genap sebagai belahan kedua. b. Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua

menggunakan rumus korelasi Product moment dengan angka kasar, yaitu:

2 2



2 2

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rXY            (Arikunto, 2003) Keterangan

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah responden

X = Jumlah skor X

Y = Jumlah skor Y

XY = Jumlah hasil kali dari variabel X dan Variabel Y

X2 = Jumlah kuadrat dari variabel X

Y2 = Jumlah kuadrat dari variabel Y

c. Menghitung indeks reliabilitas dengan menggunakan rumus Sperman-Brown, yaitu: ) 1 ( . 2 2 1 2 1 2 1 2 1 11 r r r   (Arikunto, 2003) Keterangan : 11

r = Reliabilitas instrument

2 1 2 1

r = rxy yang disebut sebagai indeks korelasi antar dua belah

instrumen

Besarnya koefisen reliabilitas diinterpretasikan untuk menyatakan kriteria reliabilitas. Menurut Arikunto (2002) bahwa:

r110,20 = Reliabilitas sangat rendah

0,21< r110,40 = Reliabilitas rendah

0,41< r110,60 = Reliabilitas sedang

0,61< r110,80 = Reliabilitas tinggi


(29)

Berdasarkan perhitungan reliabilitas instrumen penelitian diperoleh harga r11 untuk instrumen pada untuk siklus I,0,10 dan 0,20

untuk siklus II dan III. Hal ini menunjukan bahwa reliabilitas instrumen tersebut termasuk kriteria sangat rendah. Penenggulangan yang dilakukan peneliti ialah dengan melakukan diskusi dengan mitra peneliti perihal hal tersebut.

3.6 Analisis Data

Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan tes tulis. Data yang diperoleh dengan teknik-teknik tersebut dikumpulkan secara bertahap pada setiap pelaksanaan pembelajaran.

3.6.1 Analisis observasi

Pedoman observasi merupakan indikator penilaian aktivitas belajar siswa. Data yang diambil dari lembar observasi yang digunakan kemudian dideskripsikan dengan jelas dan menyeluruh, sehingga aktivitas yang terjadi selama pembelajaran dapat tergambar dengan jelas.

3.6.2 Analisis hasil tes tertulis

Hasil belajar aspek kognitif dilakukan dengan langkah pertama yaitu memberikann pre test dan post tes. Berdasarkann data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil tes dan observasi pada saat penelitian, dilakukam analisis perubahan yang terjadi pada siswa pada saat proses pembelajaran maupun setelah proses pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan


(30)

menggunakan deskripsi proses pembelajaran dan anlisis data kuantitatif dengan mencari rata-rata hasil belajar siswa tiap siklus. Teknik analisis data untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dalam penelitian ini menggunakan teknik Normalized Gain.

3.6.3 Penskoran hasil tes

Setiap bentuk tes berbeda teknik penskorannya apalagi jika jumlah tes tersebut bervariasi. Pada penelitian ini soal tes pilihan ganda memiliki nilai 0-. Penskoran pada tes subjektif atau essay dilakukan dengan pembobotan. Bobot untuk soal subjektif 0-3 untuk setiap butir soalnya, disesuaikan dengan jawaban yang diminta oleh soal.

3.7 Validasi Data

Untuk menguji kebenaran penelitian PTK, maka setiap data yang diperoleh keabsahannya. Pengecekkan keabsahan data pada penelitian ini adalah dengan cara member cek.

Member cek yaitu mengecek kebenaran dan kesahihan data temuan dengan cara mengkonfirmasikan dengan sumber data. Dalam proses ini, data atau informasi tentang keseluruhan pelaksanaan tindakan yang diperoleh peneliti utama dan peneliti mitra dikonfirmasi kebenarannya kepada guru kelas melalui diskusi (refleksi kolaboratif) pada setiap akhir pelaksanaan tindakan lain pada akhir keseluruhan pelaksanaan tindakan.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa X APTKJ 2 pada pembelajaran standar kompetensi Mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur.

2. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa X APTKJ 2 pada pembelajaran standar kompetensi Mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur.

5. 2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil kajian terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi untuk para guru dan peneliti selanjutnya yang akan menerpakan model pembelajaran berbasis masalah, diantaranya sebagai berikut:

1. Model pembelajaran berbasis masalah sebaiknya digunakan pada materi-materi pelajaran yang memiliki kaitan dengan multidisiplin ilmu sehingga siswa dapat menganalisis dan mencari solusi dari berbagai aspek.


(32)

2. Pembuatan kelompok kerja siswa ketika menerapkan model pembelajaran berbasis masalah diusahakan seheterogen mungkin, karena penempatan siswa-siswa yang aktif pada setiap kelompok dengan adil akan mempermudah proses pembelajaran dan pemecahan masalah. 3. Model pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan untuk

meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa serta melatih pola berfikir siswa dalam pemecahan masalah.

4. Pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan penelitian tindakan kelas ini memuat sederetan tahap yang cukup panjang, sebaiknya guru dapat mengatur waktu maupun siswa dengan tepat agar setiap tahap dapat terselesaikan dengan sempurna. 5. Diharapkan penelitian mengenai model pembelajaran berbasis masalah

ini dapat terus dikembangkan dengan menambah indikator penelitian yang diteliti dan dilakukan pada materi dan sampel yang lain


(33)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... ABSTRAK ... PRAKATA ... UCAPAN TERIMAKASIH………... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ………... BAB I. PENDAHULUAN ...

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1.2 Identifikasi Masalah ... 1.3 Batasan Masalah ... 1.4 Rumusan Masalah ... 1.5 Tujuan Penelitian ... 1.6 Manfaat Penelitian ... 1.7 Penjelasan Judul Penelitian ...

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 2.2 Pembelajaran Berbasis Masalah ... 2.3 Hasil Belajar... 2.4 Aktivitas Belajar ... 2.5 Penelitian Tindakan Kelas ... 2.6 Standar Kompetensi Mengidentifikasi Tanaman dan

Pertumbuhannya ... 2.7 Hasil Penelitian Terdahuluan ...

BAB III. METODOLOGI ... 3.1 Rencana Penelitian ... 3.2 Desain Penelitian ... 3.3 Prosedur Penelitian...

i ii iii v vi viii ix x 1 1 5 5 6 6 7 8 10 10 14 23 25 28 30 32 34 34 34 35


(34)

3.4 Instrumen Penelitian... 3.5 Validasi Instrumen ... 3.6 Analisa Data ... 3.7 Validasi Data ...

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Hasil Penelitian ... 4.2 Pembahasan ...

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 5.1 Kesimpulan ... 5.2 Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ………

42 43 49 50

51 51 64

75 75 75

77 81


(1)

Irna Dwi Destiana, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X APTKJ Pada Standar Kompetensi Mengidenfikasi Tanaman dan Pertumbuhan di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur

Berdasarkan perhitungan reliabilitas instrumen penelitian diperoleh harga r11 untuk instrumen pada untuk siklus I,0,10 dan 0,20 untuk siklus II dan III. Hal ini menunjukan bahwa reliabilitas instrumen tersebut termasuk kriteria sangat rendah. Penenggulangan yang dilakukan peneliti ialah dengan melakukan diskusi dengan mitra peneliti perihal hal tersebut.

3.6 Analisis Data

Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan tes tulis. Data yang diperoleh dengan teknik-teknik tersebut dikumpulkan secara bertahap pada setiap pelaksanaan pembelajaran.

3.6.1 Analisis observasi

Pedoman observasi merupakan indikator penilaian aktivitas belajar siswa. Data yang diambil dari lembar observasi yang digunakan kemudian dideskripsikan dengan jelas dan menyeluruh, sehingga aktivitas yang terjadi selama pembelajaran dapat tergambar dengan jelas.

3.6.2 Analisis hasil tes tertulis

Hasil belajar aspek kognitif dilakukan dengan langkah pertama yaitu memberikann pre test dan post tes. Berdasarkann data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil tes dan observasi pada saat penelitian, dilakukam analisis perubahan yang terjadi pada siswa pada saat proses pembelajaran maupun setelah proses pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan


(2)

50

Irna Dwi Destiana, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X APTKJ Pada Standar Kompetensi Mengidenfikasi Tanaman dan Pertumbuhan di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur

menggunakan deskripsi proses pembelajaran dan anlisis data kuantitatif dengan mencari rata-rata hasil belajar siswa tiap siklus. Teknik analisis data untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dalam penelitian ini menggunakan teknik Normalized Gain.

3.6.3 Penskoran hasil tes

Setiap bentuk tes berbeda teknik penskorannya apalagi jika jumlah tes tersebut bervariasi. Pada penelitian ini soal tes pilihan ganda memiliki nilai 0-. Penskoran pada tes subjektif atau essay dilakukan dengan pembobotan. Bobot untuk soal subjektif 0-3 untuk setiap butir soalnya, disesuaikan dengan jawaban yang diminta oleh soal.

3.7 Validasi Data

Untuk menguji kebenaran penelitian PTK, maka setiap data yang diperoleh keabsahannya. Pengecekkan keabsahan data pada penelitian ini adalah dengan cara member cek.

Member cek yaitu mengecek kebenaran dan kesahihan data temuan dengan cara mengkonfirmasikan dengan sumber data. Dalam proses ini, data atau informasi tentang keseluruhan pelaksanaan tindakan yang diperoleh peneliti utama dan peneliti mitra dikonfirmasi kebenarannya kepada guru kelas melalui diskusi (refleksi kolaboratif) pada setiap akhir pelaksanaan tindakan lain pada akhir keseluruhan pelaksanaan tindakan.


(3)

Irna Dwi Destiana, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X APTKJ Pada Standar Kompetensi Mengidenfikasi Tanaman dan Pertumbuhan di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa X APTKJ 2 pada pembelajaran standar kompetensi Mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur.

2. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa X APTKJ 2 pada pembelajaran standar kompetensi Mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur.

5. 2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil kajian terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi untuk para guru dan peneliti selanjutnya yang akan menerpakan model pembelajaran berbasis masalah, diantaranya sebagai berikut:

1. Model pembelajaran berbasis masalah sebaiknya digunakan pada materi-materi pelajaran yang memiliki kaitan dengan multidisiplin ilmu sehingga siswa dapat menganalisis dan mencari solusi dari berbagai aspek.


(4)

76

Irna Dwi Destiana, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X APTKJ Pada Standar Kompetensi Mengidenfikasi Tanaman dan Pertumbuhan di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur

2. Pembuatan kelompok kerja siswa ketika menerapkan model pembelajaran berbasis masalah diusahakan seheterogen mungkin, karena penempatan siswa-siswa yang aktif pada setiap kelompok dengan adil akan mempermudah proses pembelajaran dan pemecahan masalah. 3. Model pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan untuk

meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa serta melatih pola berfikir siswa dalam pemecahan masalah.

4. Pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan penelitian tindakan kelas ini memuat sederetan tahap yang cukup panjang, sebaiknya guru dapat mengatur waktu maupun siswa dengan tepat agar setiap tahap dapat terselesaikan dengan sempurna. 5. Diharapkan penelitian mengenai model pembelajaran berbasis masalah

ini dapat terus dikembangkan dengan menambah indikator penelitian yang diteliti dan dilakukan pada materi dan sampel yang lain


(5)

Irna Dwi Destiana, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X APTKJ Pada Standar Kompetensi Mengidenfikasi Tanaman dan Pertumbuhan di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur PERNYATAAN ...

ABSTRAK ... PRAKATA ... UCAPAN TERIMAKASIH………... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ………... BAB I. PENDAHULUAN ...

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1.2 Identifikasi Masalah ... 1.3 Batasan Masalah ... 1.4 Rumusan Masalah ... 1.5 Tujuan Penelitian ... 1.6 Manfaat Penelitian ... 1.7 Penjelasan Judul Penelitian ...

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 2.2 Pembelajaran Berbasis Masalah ... 2.3 Hasil Belajar... 2.4 Aktivitas Belajar ... 2.5 Penelitian Tindakan Kelas ... 2.6 Standar Kompetensi Mengidentifikasi Tanaman dan

Pertumbuhannya ... 2.7 Hasil Penelitian Terdahuluan ...

BAB III. METODOLOGI ... 3.1 Rencana Penelitian ... 3.2 Desain Penelitian ... 3.3 Prosedur Penelitian...

i ii iii v vi viii ix x 1 1 5 5 6 6 7 8 10 10 14 23 25 28 30 32 34 34 34 35


(6)

Irna Dwi Destiana, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X APTKJ Pada Standar Kompetensi Mengidenfikasi Tanaman dan Pertumbuhan di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur

3.4 Instrumen Penelitian... 3.5 Validasi Instrumen ... 3.6 Analisa Data ... 3.7 Validasi Data ...

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Hasil Penelitian ... 4.2 Pembahasan ...

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 5.1 Kesimpulan ... 5.2 Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ………

42 43 49 50

51 51 64

75 75 75

77 81


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK DI KELAS X SMK SWASTA TELADAN MEDAN T.A. 2013/2014.

0 1 31

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEMORGAN TUBUH TERNAK DI SMK N 2 CILAKU.

0 1 29

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPTENSI MERANCANG KANDANG DAN PERALATAN DI SMK N 2 SUBANG.

0 0 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MEMAHAMI KANDANG TERNAK DI SMK NEGERI 2 CILAKU.

1 1 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED-LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENGOLAH HASIL TERNAK UNGGAS DI SMKN 2 CILAKU CIANJUR.

0 0 38

PENGARUH METODE PENUGASAN TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR PADA STANDAR KOMPETENSI PERBANYAKAN TANAMAN SECARA GENERATIF SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 CILAKU CIANJUR.

0 0 30

PENGARUH METODE PENUGASAN TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR PADA STANDAR KOMPETENSI PERBANYAKAN TANAMAN SECARA GENERATIF SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 CILAKU CIANJUR.

0 2 35

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP PESAWAT SEDERHANA :PTK di Kelas VSDNegeri Cilaku KecamatanCurug Kota serang.

0 0 46

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING CYCLE PADA STANDAR KOMPETENSI MEMUPUK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 1 BOJONGPICUNG CIANJUR.

0 0 24

PENERAPAN PENDEKATAN PAKEM PADA KOMPETENSI DASAR MENGIDENTIFIKASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 2 CILAKU CIANJUR.

0 2 39