PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA SMP KELAS VIII.

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 tahun 2003). Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, salah satu upayanya adalah melalui pembelajaran pada sekolah formal tingkat dasar, menengah, maupun tinggi. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui masyarakat (UU No.20 Tahun 2003).

Pembelajaran adalah suatu proses yang bisa membuat siswa tidak hanya menyerap informasi yang disampaikan guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Inti dari pembelajaran adalah siswa yang belajar. Pembelajaran perlu direncanakan dan diatur, guru merupakan perencana dan pengatur pembelajaran di kelas.

Tujuan pembelajaran matematika di Indonesia termuat dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Dalam Permendiknas tersebut, tertulis mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,


(2)

akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki keingintahuan, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran matematika di SMP mempunyai beberapa tujuan. Salah satu tujuan pembelajarannya yaitu agar siswa mampu memahami konsep matematika yaitu siswa dapat menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

Menurut Depdiknas (2008:120) bahan ajar adalah semua bentuk bahan yang digunakan guru atau pendidik untuk membantu kegiatan belajar mengajar. National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training dalam Abdul Majid (2007:173) menyatakan bahwa bahan ajar merupakan segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.


(3)

Hal ini selaras dengan proses pembelajaran yang diterapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu proses pembelajaran harus memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran (BSNP, 2007: 6). Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan salah satu bahan ajar. Lembar Kegiatan Siswa adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Bahan ajar cetak tersebut berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk mengerjakan tugas (Depdiknas, 2008: 127). Penggunaan LKS dalam pembelajaran dapat mendorong siswa untuk belajar secara mandiri, belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.

Berdasarkan hasil UN tahun 2014 di sekolah SMP Muhammadiyah 1 SLEMAN penguasaan materi matematika pada materi bangun ruang adalah 38,05%. Dari hasil tersebut terlihat bahwa pemahaman konsep matematika pada materi bangun ruang siswa SMP Muhammadiyah 1 SLEMAN masih rendah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di SMP Muhammadiyah 1 Sleman, diperoleh informasi bahwa kegiatan pembelajaran di SMP Muhammadiyah 1 Sleman Juga menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa masih rendah terlihat dari siswa yang belum mampu menghubungkan konsep-konsep, misal pada materi SPLDV yang seharusnya siswa sudah mempunyai konsep tentang satu variabel tetapi dalam pembelajarannya guru harus mengulang menjelaskan tentang variabel dan hal-hal tentang satu variabel. Penggunaan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran di SMP Muhammadiyah 1 Sleman juga belum optimal. Di sekolah tersebut, guru belum mengembangkan perangkat pembelajaran karena kesibukan dan kesulitan guru dalam


(4)

mengembangkan perangkat. Oleh karena itu, pembelajaran menggunakan satu buku cetak Matematika. Dalam proses pembelajaran, guru menerangkan materi sesuai dengan buku cetak yang tersedia, sehingga siswa tidak berkesempatan membangun pengetahuan mereka sendiri. Padahal berdasarkan Permendiknas nomor 41 tahun 2007, guru dianjurkan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.

Mengingat pentingnya peranan kemampuan pemahaman konsep matematika dalam kehidupan, perlu dikembangkan kemampuan pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika. Untuk mengembangkannya, diperlukan pendekatan pembelajaran yang sesuai, salah satunya pendekatan problem solving. Menurut Bell, Frederick H. (1981:311), dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan aktivitas yang cocok dan penting. Tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan pemecahan masalah (problem solving). Belajar mengenai prosedur pemecahan masalah sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Strategi pemecahan masalah umum dan prinsip-prinsip yang dipelajari dan diterapkan pada pembelajaran pemecahan masalah pada pembelajaran matematika, dalam kasus tertentu dapat ditransfer dan diterapkan pada situasi pemecahan masalah yang lain.

Pendekatan problem solving juga berisi kegiatan pemahaman masalah, rencana penyelesaian, melakukan rencana penyelesaian atau mengerjakan dan mengecek kembali jawaban sehingga pembelajaran dapat membuat siswa memiliki gambaran manfaat dari mempelajari materi matematika serta dapat menerapkan konsep-konsep sebelumnya atau dapat menghubungkan konsep satu sama lain. Dari pendapat


(5)

tersebut dapat dikatakan bahwa pendekatan problem solving dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep.

Belum ada perangkat pembelajaran khususnya RPP dan LKS yang menggunakan pendekatan problem solving dan perangkat pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pada materi bangun ruang sisi datar. Hal ini melatarbelakangi peneliti untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dapat memfasilitasi siswa untuk dapat mengkonstruksikan pengetahuannya dalam memahami konsep melalui kegiatan memecahkan permasalahan. Berdasarkan wawancara dengan guru matematika di SMP Muhammadiyah 1 Sleman, siswa masih mengalami kesulitan mempelajari materi Bangun Ruang Sisi datar dikarenakan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran.

Penelitian tentang pengembangan perangkat pembelajaran ini akan dilakukan melalui penelitian Research and Design berupa Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan pendekatan problem solving untuk meningkatkan kemampuan kemampuan pemahaman konsep pada Materi bangun Ruang sisi datar untuk Siswa Kelas VIII SMP.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:


(6)

2. Belum ada Pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS menggunakan pendekatan problem solving

C. Pembatasan Masalah

Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi permasalah sebagai berikut.

1. pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan menggunakan pendekatan Problem solving untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pada materi Bangun Ruang sisi datar untuk siswa SMP kelas VIII

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana Pengembangan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) dengan menggunakan pendekatan Problem Solving untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pada materi bangun ruang dan bidang datar siswa SMP kelas VIII?

2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) dengan menggunakan pendekatan Problem Solving untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa SMP kelas VIII materi bangun ruang dan bidang datar yang ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektivan?

E. Tujuan Penelitian


(7)

1. Menghasilkan Perangkat Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem Solving untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pada materi bangun ruang sisi datar siswa SMP kelas VIII.

2. Mengetahui kualitas RPP dan LKS pada materi Bangun Ruang dan Bidang datar dengan menggunakan pendekatan Problem Solving untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pada materi bangun ruang sisi datar siswa SMP kelas VIII ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektivan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Siswa

Dengan menggunakan LKS sebagai sumber belajar matematika diharapkan siswa dapat:

a. Membantu dalam memahami materi yang diajarkan.

b. Memanfaatkan LKS tersebut sebagai media belajar dan bahan belajar penunjang, baik belajar secara mandiri di rumah maupun dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

c. Mendapatkan pengalaman baru dalam belajar matematika menggunakan LKS dengan pendekatan problem solving.

2. Bagi Guru

a. RPP dan LKS ini diharapkan dapat digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah.


(8)

b. Dengan adanya RPP dan LKS ini diharapkan dapat membantu tugas pendidik dalam menyampaikan materi bangun ruang.

c. Menambah wawasan terhadap alternatif LKS yang bermanfaat bagi pelaksanaan pembelajaran matematika.

3. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peneliti mengenai pengembangan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS)

b. Melatih calon pendidik untuk mengembangkan RPP dan LKS matematika untuk materi yang lain.

4. Bagi Dunia Pendidikan

a. Menambah ilmu pengetahuan dalam pendidikan matematika dan sebagai referensi bahan pengembangan lembar kegiatan siswa lebih lanjut.


(9)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Matematika a. Matematika

Matematika menurut James dan James (Erman Suherman,dkk., 2003:16) yaitu ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan dengan jumlah banyak yang diklasifikasikan ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Chambers, Paul (2010:9) menyatakan bahwa matematika dalam pandangan murni adalah studi tentang pola, hubungan dan ide-ide yang saling berhubungan,

Menurut Sri Anitah (Ali Hamzah, 2014: 47):

1) Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisasi 2) Matematika adalah ilmu tentang pengukuran dan letak

3) Matematika adalah ilmu tentang bilangan dan hubungannya

4) Matematika berkenaan dengan ide, struktur, dan hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis.

5) Matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan pada observasi

6) Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi

7) Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep hubungan lainnya.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang bersifat eksak, deduktif, dan terstruktur tentang logika, bilangan, dan hubungannya.


(10)

b. Pembelajaran Matematika

Ketika berbicara pembelajaran matematika, banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Mulai dari kurikulum, media pembelajaran, kualitas guru, situasi dan kondisi di lapangan dan sebagainya. Salah satu faktor penting dalam pembelajaran matematika adalah guru. Guru merupakan fasilitator yang diharapkan mampu menciptakan suasana kelas yang baik.

Salah satu upaya untuk menciptakan pembelajaran yang baik adalah persiapan yang matang. Mulai dari RPP, media yang digunakan, materi yang diajarkan dan sebagainya sebaiknya dipersiapkan dengan baik dan teliti. Saat pembelajaran pun guru sebaiknya memastikan siswa telah siap menerima materi pembelajaran. Sehingga guru tidak hanya masuk kelas dan menyampaikan apa yang harus disampaikan sesuai dengan tuntutan kurikulum tanpa memastikan kesiapan siswa. Sebaliknya, ketika siswa sudah siap untuk belajar, maka pembelajaran matematika akan menjadi menyenangkan bagi siswa.Pembelajaran matematika pada hakikatnya adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana memungkinkan untuk sesorang melaksanakan kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada siswa untuk belajar dan berpusat pada guru untuk mengajar (Siti Hawa, 2014: 4)

Dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan di sekolah, pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika sekolah.


(11)

Menurut teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget (Rita Eka Izzaty,dkk., 2008:34-35) siswa SMP yaitu usia 12-15 tahun berada pada peralihan dari tahap operasional konkrit ke tahap operasional formal. Pada tahap ini, siswa sudah mulai mampu berpikir secara konseptual dan juga hipotesis namun juga masih membatasi pemikirannya pada benda-benda dan kejadian yang akrab dengan siswa. Oleh karena itu, pembelajaran matematika haruslah mendorong siswa untuk mengembangkan proses berpikir siswa dengan memperhatikan karakteristik tersebut.

Menurut Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006, mata pelajaran matematika di SMP bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsir solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan-tujuan di atas, tentu banyak hal yang perlu dibenahi dalam dunia pendidikan. Mulai dari kurikulum sampai bagaimana pembelajaran yang baik. Pada kenyataannya dalam pembelajaran masih banyak guru terutama guru matematika masih menggunakan metode teacher-centered daripada student-centered menyebabkan siswa kurang mengembangkan pola pikir mereka.


(12)

2. Perangkat pembelajaran

Perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut perangkat pembelajaran. Menurut Ibrahim dkk (2000:3), perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media pembelajaran serta buku ajar siswa.

Menurut Nazarudin (2007: 113), perangkat pembelajaran yaitu sesuatu atau beberapa persiapan yang disusun oleh guru agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti yang diharapkan, meliputi: Analisis Pekan Efektif, Program Tahunan, Program Semester, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi, dan Kinerja Ketuntasan Minimum (KKM). Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran merupakan semua perangkat yang disiapkan untuk pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan sesuai harapan.

Pada penelitian ini, difokuskan pada RPP dan LKS. Berikut penjelasan untuk masing-masing perangkat pembelajaran.

a. RPP

Menurut Masnur Muslich (2007: 45), RPP yaitu rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. RPP merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus (Mulyasa, 2009: 212). Nazarudin


(13)

(2007:149) menyatakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi Dasar.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan guru berupa rencana atau skenario kegiatan pembelajaran yang disusun sesuai kaidah yang berlaku agar pembelajaran dapat membantu siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar.

RPP memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan (Trianto, 2010: 108). Fungsi perencanaan yaitu mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dan fungsi pelaksanaan yaitu pelaksanaannya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan lingkungan, sekolah, dan daerah.

Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, efisien, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

Menurut Permendiknas nomor 41 tahun 2007 mengenai Standar Proses telah diatur komponen RPP sebagai berikut:

1) Identitas mata pelajaran 2) Standar Kompetensi 3) Kompetensi Dasar

4) Indikator pencapaian kompetensi 5) Tujuan pembelajaran

6) Materi ajar 7) Alokasi waktu


(14)

9) Kegiatan pembelajaran a) Pendahuluan

b) Inti c) Penutup

10) Penilaian hasil belajar 11) Sumber belajar

Selain komponen-komponen RPP, terdapat prinsip-prinsip penyusunan RPP yaitu sebagai berikut:

1) Perbedaan individual siswa antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan siswa.

2) Partisipasi aktif siswa.

3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

4) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

5) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. 6) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,

sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. b. LKS

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang dikerjakan oleh siswa, berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas tersebut yang berupa teori ataupun praktek (Depdiknas, 2007:26). Depdiknas (2008: 127) mengemukakan bahwa LKS merupakan lembaran-lembaran yang berisikan tugas dan harus dikerjakan oleh siswa. LKS merupakan panduan siswa yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah (Trianto, 2013: 222)

Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan panduan siswa yang digunakan untuk melakukan


(15)

kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kerja siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.

Menurut Poppy Kamalia Devi, dkk (2009: 32-33), sistematika LKS umumnya terdiri dari:

1) Judul LKS 2) Pengantar

Berisi uraian singkat bahan pelajaran yang dicakup dalam kegiatan. Selain itu juga memberikan pertanyaan atau masalah yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk memancing kemampuan berpikir siswa dan diharapkan siswa dapat memecahkan masalah tersebut dengan melakukan kegiatan.

3) Tujuan Kegiatan

Berisi kompetensi yang harus dicapai siswa setelah melakukan percobaan. Tujuan pembelajaran dirinci pada masing-masing kegiatan.

4) Alat dan bahan

Memuat alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan. 5) Langkah Kegiatan

Langkah kegiatan berisi sejumlah langkah cara pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan siswa.

6) Tabel/ hasil pengamatan

Tabel pengamatan berfungsi untuk mencatat data hasil pengamatan yang diperoleh dari kegiatan.

7) Pertanyaan

Pertanyaan yang diberikan mengulang kembali tentang hal yang diamati pada saat melakukan percobaan, serta juga penuntun untuk menarik kesimpulan hasil percobaan.

8) Kesimpulan

Kesimpulan tercantum dalam bagian akhir LKS. Hal ini ditujukan agar guru bisa mengetahui tercapai atau tidaknya kompetensi yang diinginkan pada tujuan, karena kesimpulan menjawab tujuan.

Menurut Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis (1992 : 41-46), penyajian LKS dengan kualitas baik menjadi penting mengingat LKS memberikan pengaruh yang besar dalam proses pembelajaran, sehingga LKS tersebut harus memenuhi persyaratan didaktik, konstruksi, dan teknis.


(16)

1) Syarat Didaktik

Syarat didaktik mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa.

2) Syarat Konstruksi

Syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS.

3) Syarat Teknis

Syarat teknis menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilannya dalam LKS.

Azhar Arsyad (2007: 85-87) menjelaskan ada enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang teks berbasis cetak, yaitu:

1) Konsistensi

a) Gunakan konsistensi format dari halaman ke halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan cetakan huruf dan ukuran huruf.

b) Usahakan untuk konsisten dalam jarak spasi. Jarak antar judul dan baris pertama serta garis samping sama dan antara judul teks utama.

2) Format

a) Jika paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolom lebih sesuai; sebaliknya, jika paragraf tulisan pendek-pendek, wajah dua kolom lebih sesuai.


(17)

b) Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan dilabel secara visual.

c) Taktik dan strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan dilabel secara visual.

3) Organisasi

a) Upayakan untuk selalu menginformasikan kepada siswa mengenai di mana atau sejauh mana mereka dalam teks itu. Siswa harus mampu melihat sepintas bagian mana atau bab berapa mereka baca.

b) Susunlah teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh. c) Kotak-kotak dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian dari teks. 4) Daya tarik

Perkenalan setiap bab dengan cara yang berbeda dapat menumbuhkan motivasi siswa.

5) Ukuran huruf

a) Pilihlah ukuran huruf yang sesuai dengan siswa. Jangan terlalu kecil dan jangan terlalu besar. Biasanya ukuran huruf yang baik adalah 12 poin per inci. b) Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks karena dapat membuat proses membaca itu sulit.

6) Ruang (spasi) kosong

a) Gunakan spasi kosong tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras. Hal ini penting untuk memberikan siswa untuk beristirahat pada titik-titik tertentu pada saat mata bergerak menyusuri teks. Ruang kosong dapat berbentuk: ruangan sekitar judul, batas tepi, spasi antar kolom, semakin lebar kolomnya, semakin luas spasi di antaranya, permulaan paragraf diindentasi, dan penyesuaian spasi antarbaris dan antarparagraf.

b) Sesuaikan spasi antar baris untuk meningkatkan tampilan dan tingkat keterbacaan.

c) Tambahkan spasi antar paragraf untuk meningkatkan tingkat keterbacaan. 3. Kemampuan Pemahaman Konsep

a. Pengertian Konsep

Oemar hamalik (2010:162) menyatakan bahwa suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Suatu konsep matematika adalah suatu idea abstrak yang memungkinkan kita mengklasifikasikan obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa serta mengklasifikasikan apakah obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa itu termasuk atau tidak termasuk ke dalam idea abstrak tersebut (Herman Hudojo, 2005: 104) Sebagai contoh, seorang siswa akan kesulitan memecahkan masalah jika siswa


(18)

tersebut tidak dapat memahami konsep dengan baik. Selain itu konsep juga dapat dikatakan sebagai sesuatu yang sangat luas. Adanya konsep akan membantu dalam mempelajari sesuatu yang baru dengan mengenali ciri-cirinya. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Howard (Schunk, 2012: 408) yang menyatakan bahwa konsep merupakan suatu representasi kategori yang memudahkan orang untuk mengenali yang contoh dan yang bukan contoh dari kategori tersebut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah suatu objek atau subjek yang memiliki ciri-ciri untuk merumuskan prinsip dimana dari kategori tersebut dapat diambil sebuah pengertian serta dapat mengenali kategori yang contoh dan bukan contoh.

b. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam penilaian matematika. Tujuan dari adanya penilaian terhadap pemahaman konsep matematika siswa adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa dalam menerima dan memahami materi yang telah disampaikan oleh guru.

Konsep merupakan salah satu bagian penting dari matematika dimana siswa dapat memahami matematika jika mereka dapat memahami konsep matematika dan pengertian-pengertiannya (NCTM, 1989: 223). Sebuah konsep matematika akan berkesinambungan dimana suatu konsep yang lama akan dipakai untuk mempelajari konsep baru. Misalnya saja ketika akan mempelajari konsep luas bangun datar maka siswa harus benar-benar menguasai dan memahami konsep dari perkalian.


(19)

Siswa dikatakan memahami dengan baik adalah ketika mereka mampu membangun sebuah hubungan antara pengetahuan yang baru saja diperoleh dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Daryanto (2008: 106-108) menyatakan bahwa kemampuan dalam memahami meliputi:

1) Menerjemahkan

Menerjemahkan dapat diartikan sebagai mengubah suatu konsep abstrak ke dalam sebuah model, dapat berupa model simbolik untuk mempermudah dalam mempelajari. Menerjemahkan juga dapat diartikan sebagai mengilustrasikan. Contohnya siswa dapat membuat suatu persamaan linear dua variabel berdasarkan masalah yang diberikan.

2) Menginterpretasi

Kemampuan ini berada di atas menerjemahkan dan lebih luas. Siswa dikatakan mampu menginterpretasikan ketika mereka mampu menafsirkan suatu masalah yang diberikan, baik dalam bentuk grafik, tabel, atau kalimat matematika dan memahami maksudnya. Contohnya siswa mampu menafsirkan suatu diagram atau tabel yang diberikan.

3) Mengekstrapolasi

Kemampuan ini meliputi memperhitungkan, memperkirakan, menduga, menyimpulkan, meramalkan, membedakan, menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan. Mengekstrapolasi merupakan kemampuan yang lebih tinggi dari menerjemahkan dan menginterpretasi. Contohnya siswa mampu melanjutkan deret aritmatika dan geometri yang diberikan.

Pada Panduan Lengkap KTSP (2007: 429) dipaparkan bahwa pemahaman konsep merupakan salah satu kompetensi. Siswa dapat memahami konsep dengan melakukan algoritma secara benar dan tepat. Selain itu salah satu kemampuan matematis yang diharapkan dimiliki oleh siswa pada KTSP dalam aspek pengetahuan adalah pemahaman konsep. Menurut NCTM (1989: 223), pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika dapat dilihat pada kemampuan mereka dalam:

1) Mendefinisikan konsep dalam bentuk lisan dan tulisan 2) Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh

3) Menggunakan model, diagram, dan simbol untuk menyatakan suatu konsep


(20)

4) Mengubah suatu bentuk representasi ke dalam bentuk yang lain 5) Mengenal berbagai makna dan menginterpretasikan konsep

6) Mengidentifikasi sifat-sifat dari suatu konsep yang telah diberikan dan syarat-syarat yang menentukan suatu konsep

7) Membandingkan dan membedakan konsep-konsep

Menurut Duffin & Simpson (Nila Kesumawati, 2008: 230), pemahaman konsep diartikan sebagai kemampuan siswa untuk menjelaskan konsep, menggunakan konsep pada berbagai situasi yang berbeda, serta mengembangkan beberapa akibat dari adanya suatu konsep. Ketika siswa mampu menjelaskan suatu konsep, artinya siswa mampu mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya. Siswa dikatakan memahami konsep jika siswa mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau noncontoh dari konsep, mengembangkan kemampuan koneksi matematik antar berbagai ide, memahami bagaimana ide-ide matematik saling terkait satu sama lain sehingga terbangun pemahaman menyeluruh, dan menggunakan matematika dalam konteks di luar matematika Nila Kesumawati (2008: 234).

Jadi dapat disimpulkan bahwa, kriteria siswa memahami suatu konsep matematika adalah sebagai berikut:

1) Siswa mampu mendefinisikan dan menjelaskan ulang sebuah konsep matematika.

2) Siswa mampu mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.

3) Siswa mampu memberikan contoh dan noncontoh dari suatu konsep matematika tersebut.


(21)

4. Pendekatan Problem Solving

Problem Solving berarti terlibat dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Mencari suatu solusi, siswa harus menarik pengetahuan mereka, dan melalui proses ini, mereka akan mengembangkan pemahaman matematika baru (NCTM, 2000:52). Pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving) adalah pendekatan pembelajaran yang medoromg siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan matematika yang diberikan guru atau persoalan yang muncul dari pengalaman siswa itu sendiri dengan memanfaatkan pengetahuan yang telah ada. Dalam proses memecahkan masalah, perlu adanya latihan berfikir dan hal ini hanya akan terlatih apabila siswa dihadapkan pada keadaan-keadaan nyata dalam kehidupan sehari-hari( Siti Mutmainah, 2004:4).

O’Connell(2007:1) menyatakan bahwa “Through problem solving tasks,students develop an understanding of mathematics contentand ultimately use that content understanding to find solutions to problem’. Maksud dari pernyataan tersebut ialah bahwa selama pembelajaran berdasarkan problem solving berlangsung, siswa mengembangkan kemampuan dalam pemecahan matematika dan menggunakan pemahaman tersebut untuk menemukan solusi dari suatu masalah.

Strategi pemecahan masalah yang bersifat umum menurut John Bransford dan Barry Stein (Woolfolk, Anita, 2009:75) menggunakan akronim IDEAL, yaitu sebagai berikut ini.

a. Identify (mengidentifikasi) masalah dan peluang.

b. Define (mendefinisikan) tujuan dan merepresentasikan permasalahannya. c. Explore (mengeksplorasi) berbagai kemungkinan strategi.


(22)

d. Anticipate (mengantisipasi) hasil dan act (bertindak).

e. Look (menengok) ke belakang dan learn (mengambil pelajaran).

Menurut John Dawey (Posamentier, Alfred S. & Stepelman, Jay 1990:10) lima langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut ini.

a. Recognizing that a problem exist – an awareness of difficulty, a sense of frustration, wondering or doubt.

b. Identifying the problem – clarification and definition, including designation of the goal to be sought, as defined by the situation which process the problem.

c. Employing previous experiences, such as relevant information, former solution, or ideas to formulate hypotheses and problem-solving propositions. d. Testing, successively, hypotheses or possible solutions. If necessary, the problem may be redormulated.

e. Evaluating the solutions and drawing a conclusion based on evidence. This involves incorporating the successful solution into one’s existing understanding and applying it to other instances of the same problem.

Dari beberapa pengertian tentang pendekatan Problem solving tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan problem solving adalah pendekatan yang mendorong siswa untuk memanfaatkan pemahaman matematikanya dalam mencari penyelesaian dari suatu masalah.

Fungsi pendekatan masalah dalam kegiatan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut (Herman Hudojo, 2003:152-153)

1. Siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema dan ketrampilan yang telah dipelajari.

2. Siswa mampu mengambil keputusan, terampil dalam mengumpulkan informasi yang relevan, mampu menganalisis informasi dan meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya


(23)

3. Memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari matematika. Karena siswa akan puas apabila mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapkan kepadanya.

4. Menimbulkan respon kreatif pada siswa.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem Solving menurut Van de Walle (2008;47:49) meliputi tiga fase.

a. Fase pertama

1. Memastika bahwa masing-masing siswa memahami soal.

2. Menjelaskan apa yang guru inginkan dari masing-masing siswa sebelum menyelesaikan soal.hal ini meliputi bagaimana siswa bekerja secara individu atau kelompok dan hasil tambahan apa yang guru harapkan selain jawaban atas soal yang diberikan.

3. Menyiapkan mental siswa untuk menyelesaikan soal dan pikiran pengetahuan yang telah siswa miliki yang akan berguna untuk menyelesaikan soal.

b. Fase kedua

1. Memberikan kesempatan siswa untuk bekerja tanpa petunjuk dari guru.

2. Memanfaatkan waktu pada fase ini untuk mendeteksi perbedaan cara berfikir siswa, ide-ide apa yang mereka gunakan untuk menyelesaikan soal.

3. Memberika bantuan yang sesuai dengan waktu tertentu tetapi hanya didasarkan pada ide siswa dan cara berpikir siswa

4. Memberikan kegiatan yang bermanfaat bagi siswa yang dapat menyelesaikan soal lebih awal


(24)

c. Fase Ketiga

1. Melibatkan siswa dalam diskusi yang produktif yakni mengusahakan mereka kerjasama sebagai suatu kelompok belajar

2. Mendengarkan secara aktif tanpa mengevaluasi, kesempatan ini dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana siswa berpikir dan bagaimana mereka mendekati persoalan

3. Membuat ringkasan ide-ide pokok dan identifikasikan soal untuk kegiatan selanjutnya

Langkah-langkah Problem Solving yang dikemukakan oleh Polya, G (1973:5) terdiri dari empat tahapan yaitu sebagai berikut.

a. Memahami permasalahan (understanding the problem).

Siswa harus memahami masalah dan menginginkan solusinya. Siswa harus dapat menyatakan dengan jelas masalahnya dan dapat menunjukkan bagian-bagian pokok dari masalah, informasi yang diketahui, data, dan kondisi.Siswa harus mempertimbangkan bagian yang mendasar pada masalah dengan penuh perhatian, berulang-ulang, dan dari berbagai sudut pandang.

b. Merencanakan pemecahan (devise a plan).

Siswa dapat menyusun rencana apabila telah mengetahui, setidaknya pokok permasalahan, perhitungan, dan konstruksi apa yang dapat digunakan untuk mendapatkan penyelesaian. Menyusun ide dalam merencanakan pemecahan untuk menemukan penyelesaian dari suatu masalah merupakan hal penting. Hal ini membutuhkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya, kebiasaan mental yang baik, dan konsentrasi pada tujuan.


(25)

c. Melaksanakan rencana (carry out the plan)

Pada tahap ini dilakukan Pengerjaan soal. Rencana yang telah ditulis digunakan pada tahap ini untuk mengetahui jawaban dari permasalahan.

d. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back).

Pada tahap ini siswa mengecek dan memeriksa kembali hasil dan cara pemecahannya. Dengan cara ini, mereka dapat memperkuat pengetahuan dan mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Siswa akan merasakan bahwa looking back menyenangkan jika mereka melakukan usaha dengan jujur, dan memiliki kesadaran bahwa ia telah melakukannya dengan baik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pendekatan pemecahan masalah secara umum terdiri dari empat langkah, yaitu sebagai berikut ini.

a. Memahami masalah

b. Merencanakan penyelesaian masalah c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana

d. Menginterpretasikan jawaban ke masalah semula 5. Materi Bangun Ruang Sisi Datar

Definisi bidang-banyak (polyhedron) adalah gabungan dari sejumlah terhingga(finite)daerah-daerah sebibanyak,sedemikian sehingga: setiap sisi dari suatu daerah segibanyak merupakan sebuah sisi dari tepat sebuah segibanyak yang lain, dan jika sisi-sisi dari daerah-daerah segibanyak tersebut berpotongan, maka sisi-sisi tersebut berpotongan pada suatu titik atau pada sebuah sisi. Berdasarkan pengertian tersebut, suatu bangun ruang terbentuk dari beberapa daerah


(26)

segibanyak disebut sebagai suatu bidang-banyak. Setiap segibanyak pembentuk suatu bidang banyak disebut dengan permukaan atau bidang-sisi. Pertemuan antara dua buah bidang-sisi pada suatu bidang banyak disebut dengan rusuk. Dengan perkataan lain, sisi-sisi suatu bidang-sisi pada suatu bidang-banyak dapat disebut sebagai rusuk. Gambar 1 merupakan gambar dari beberapa buah bidang banyak.

Gambar 1. Bidang banyak- Bidang banyak beraturan

a. Prisma

Misalkan α dan β adalah dua buah bidang yang saling sejajar , R sebuah daerah segibanyak pada bidang- α, dan sebuah garis i yang tidak sejajar terhadap kedua bidang tersebut dan tidak memotong daerah segibanyak tersebut. Untuk setiap titik pada daerah segibanyak R, misanya C, terdapat ̅̅̅̅, sebuah ruasgaris yang sejajar dengan I sedemikian sehingga titik D pada bidang-β, seperti titik D membentuk suatu daerah segibanyak R’. Gabungan semua ruasgaris tersebut dan interior-interior daerah segibanyak R dan R’ dinamakan suatu Prisma. Daerah segibanyak R tersebut dinamakan bidang-alas atau base dari prisma. Himpunan


(27)

semua titik yang identic dengan titik D, yang terletak pada bidang-β tersebut dinamakan bidang-atas prisma. Jarak antara bidang-α dan bidang-β tersebut merupakan tinggi prisma.

Gambar 2. Visualisasi definisi Prisma

Rusuk-tegak suatu prisma adalah unsur (elemen) prsma yang berupa ruasgaris yang ujung-ujungnya merupakan titik-titik sudut bidang-alas dan bidang-atas prisma berkorespondensi. Bidang sisi suatu prisma adalah gabungan unsur-unsur prisma yang ujung-ujungnya merupakan titik-titik pada sisi-sisi bidang-alas dan bidang-atas prisma tersebut yang berkorespondensi. Selimut suatu prisma adalah gabungan semua bidang sisiprisma tersebut. Permukaan suatu prisma adalah gabungan dari selimut, bidang alas dan bidang-atas prisma tersebut.


(28)

Gambar tersebut merupakan contoh prisma. Prisma diberi nama berdasarkan bentuk segi-n pada sisi alas dan sisi atasnya. Gambar tersebut merupakan prisma segienam karena alasnya berbentuk segienam.

a) Bidang Diagonal Prisma

Gambar di bawah ini menunjukkan prisma segienam beraturan ABCDEF.GHIJKL. Bidang ACJL pada gambar di bawah dibentuk oleh dua pasang ruas garis dan dua pasang diagonal sisi. Bidang ACJL disebut bidang diagonal.

Gambar 4 Bidang Diagonal b) Luas Permukaan Prisma

Luas permukaan prisma diperoleh dengan menjumlahkan luas sisi-sisi pada permukaannya, yaitu sebagai berikut:

Luas permukaan prisma

Jadi, untuk setiap prisma (tegak) berlaku rumus


(29)

c) Volume Prisma

Untuk setiap prisma berlaku:

b. Kubus dan Balok

Kubus merupakan suatu bidang-banyak yang terbentuk dari 6 buah daerah persegi(bujursangkar) yang berdimensi/berukuran sama. Kubus diklasifikasikan sebagai bidang banyak beraturan, dengan sebutan bidang-enam beraturan atau heksahedra/heksahedron, karena setiap daerah persegi pembentuk sebuah kubus berukuran s, maka kubus tersebut dikatkan berdimensi sxsxs atau berdimensi s.

Suatu paralelepipedum adalah suatu prisma yang alas dan bidang-atasnya berupa daerah jajargenjang yang saling kongruen (sama dimensi) dan bidang sisi-bidang-sisi-nya juga berupa daerah jajargenjang. Suatu paralelepipedum siku-siku adalah paralelepipedum tegak yang bidang alas dan bidang-atasnya berupa daerah persegipanjang atau suatu prisma-tegak persegipanjang. Paralelepipedum siku-siku tersebut dinamakan dengan balok 1) Unsur-Unsur pada Kubus dan Balok


(30)

a) Sisi pada Kubus dan Balok

Kubus dan balok memiliki bidang yang membatasi bagian dalam kubus dan bagian luar yang disebut bidang sisi yang selanjutnya disebut sisi. Sisi-sisi pada suatu balok maupun kubus berpotongan atau bertemu pada suatu garis yang disebut rusuk. Balok diberi nama menurut sisi alas dan sisi atasnya. Balok pada gambar di atas diberi nama balok ABCD.EFGH dengan sisi alas ABCD dan sisi atas EFGH. Pada balok ABCD.EFGH, sisi ABCD (bawah), sisi EFGH (atas), BCGF (kanan) dan ADHE (kiri) terlihat berbentuk jajargenjang, akan tetapi sebenarnya berbentuk persegi panjang karena dan . Jadi, sisi balok berbentuk persegi panjang. Pada keadaan tertentu terdapat balok yang semua sisinya berbentuk persegi. Balok yang demikian dinamakan kubus.

b) Rusuk pada Kubus dan Balok

Pada gambar balok ABCD.EFGH, perhatikan rusuk , rusuk , rusuk dan rusuk . Dua dari empat rusuk tersebut bisa dibuat sebidang. Rusuk-rusuk yang demikian, yaitu , , dan merupakan rusuk yang saling sejajar.

c) Diagonal Sisi dan Diagonal Ruang


(31)

Jika dibuat ruas garis atau maka masing-masing garis tersebut akan menghubungkan dua titik sudut. Ruas garis seperti dan disebut diagonal. Karena ruas garis maupun terletak pada sisi balok, maka dan disebut diagonal sisi. Jika dibuat ruas garis yang menghubungkan titik H dan B, maka ruas garis tersebut, yaitu , menghubungkan dua titik sudut sehingga disebut diagonal. Karena diagonal terletak dalam ruang balok dan tidak terletak pada satu sisi, maka diagonal disebut diagonal ruang.

d) Bidang diagonal

Gambar 7. Bidang Diagonal

Balok ABCD.EFGH dapat disekat oleh suatu bidang, misalnya bidang BDHF seperti ditunjukkan pada gambar di samping. Bidang BDHF disebut bidang diagonal. Bidang diagonal BDHF dibentuk melalui dua rusuk yang berhadapan sama panjang dan sejajar, yaitu rusuk dan .

2) Luas Permukaan Kubus dan Balok

Adalah jumlah luas seluruh permukaan bangun ruang tersebut. Luas permukaan kubus dapat dirumuskan:


(32)

Dengan panjang rusuk kubus. Kemudian untuk luas permukaan balok dapat dirumuskan:

jadi, panjang, lebar, dan tinggi.

3) Volume Kubus dan Balok

Untuk menyatakan ukuran besar suatu bangun ruang digunakan volume. Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan sebuah balok dengan ukuran panjang = p, lebar = l, dan tinggi = t.

Rumus volume balok dengan ukuran tersebut di atas adalah:

Rumus volume kubus dengan panjang rusuk = s adalah:

c. Limas

Dipandang suatu bidang-α yang memuat sebuah daerah-segibanyak. R dan suatu titik P tidak pada bidang-α. Setiap titik pada sisi-sisi segibanyak tersebut merupakan ujung suatu ruasgaris yang ujung lainnya hanyalah titik P tersebut. Gabungan semua ruas garis beserta daerah segibanyak R tersebut dinamakan limas.

Gambar 8. Visualisasi definisi Limas


(33)

a) Bidang Diagonal Limas

Gambar di atas menunjukkan limas segiempat beraturan T.ABCD. Bidang BDT merupakan bidang diagonal. Bidang diagonal BDT dibentuk oleh rusuk dan serta diagonal bidang .

b) Luas Permukaan Limas

Luas permukaan limas segi-n dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas alas dan luas segitiga-segitiga yang merupakan sisi-sisi tegaknya.

c) Volume Limas

Untuk setiap limas berlaku rumus berikut.

Dapat disimpulkan, pokok bangun ruang sisi datar pada SMP kelas VIII membahas tentang prisma, balok, kubus, dan limas. Masing-masing bangun ruang dibahas mengenai definisi, unsur-unsur, jaring-jaring, luas permukaan bangun dan volume bangun.

6. Penilaian Kualitas Kelayakan Perangkat Pembelajaran

Nieveen dan Van den Akker mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan perlu memperhatikan kriteria kualitas (Rochmad, 2012: 68). Perangkat pembelajaran dikatakan berkualitas apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.


(34)

a. Kevalidan perangkat pembelajaran

Menurut Nieveen (Rochmad, 2012: 69) kevalidan suatu perangkat pembelajaran dapat merujuk pada dua hal, yaitu apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan sesuai teoritiknya serta terdapat konsistensi internal pada setiap komponennya. RPP dikatakan valid jika RPP dinyatakan layak digunakan dengan revisi atau tanpa revisi oleh validator. Kelayakan tersebut dinilai berdasarkan komponen-komponen dan prinsip penyusunan RPP yang diatur Menurut Permendiknas nomor 41 tahun 2007 dengan pendekatan problem solving.

LKS dikatakan valid jika LKS dinyatakan layak digunakan dengan revisi atau tanpa revisi oleh validator. Kelayakan tersebut dinilai berdasarkan aspek didaktik, kontruksi, teknik (Hendro Darmojo dan Jenny R. E Kaligis, 1992: 41-46), serta kualitas isi materi dan disesuaikan dengan pendekatan problem solving.

b. Kepraktisan perangkat pembelajaran

Van Den Akker (Rochmad, 2012: 70) mengemukakan bahwa suatu perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika praktisi atau ahli menyatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat diterapkan dilapangan. Nieveen (Rochmad, 2012: 70) mengemukakan bahwa kepraktisan suatu perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dilihat dari tingkat kemudahan dan keterbantuan dalam penggunaannya. Kepraktisan perangkat pembelajaran juga dapat ditinjau dari apakah guru dapat melaksanakan pembelajaran di kelas (Rochmad, 2012: 70).


(35)

Dalam penelitian ini RPP dikatakan praktis apabila ahli menyatakan bahwa RPP yang dikembangkan dapat diterapkan dilapangan. Selain itu, kepraktisan RPP ditinjau dari tingkat keterlaksanaan pembelajaran di kelas. LKS yang dikembangkan dikatakan praktis apabila ahli menyatakan bahwa LKS dapat diterapkan dilapangan. Selain itu, LKS dikatakan praktis apabila siswa memberikan respon baik terhadap tingkat kemudahan dan keterbantuan dalam penggunaannya.

c. Keefektifan perangkat pembelajaran

Keefektifan perangkat pembelajaran dapat dilihat tujuan penelitian dan pengembangan perangkat pembelajaran. Indikator yang menyatakan perangkat pembelajaran efektif dapat dilihat dari hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan respon siswa (Rochmad: 2012, 71). Indikator yang digunakan antara penelitian satu dengan penelitian yang lain dapat berbeda-beda tergantung pada pendefinisian yang disebut efektif dalam penelitian tersebut. Pengembangan perangkat pembelajaran pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar, maka keefektifan penggunaan perangkat pembelajaran dapat dilihat dari hasil nilai pre-test dan nilai post-test.

B. Penelitian yang Relevan

Sebelum penelitian ini, telah ada penelitian-penelitian lain yang mendukung penelitian RPP dan LKS dengan Pendekatan Problem Solving yang akan dilakukan peneliti. Mulai dari penelitian tentang RPP dan Lembar Kerja Siswa (LKS) ataupun tentang dengan Problem Solving.


(36)

1. Penelitian yang dilakukan oleh Primaningtyas Nur Arifah (2013) dalam skripsinya yang berjudul “PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUDUT UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA”. Ditinjau dari hasil tes hasil belajar siswa setelah menggunakan perangkat pembelajaran berbasis pemecahan masalah efektif . jadi dapat dikatakan bahwa perangkat pembelajaran dengan pemecahan masalah (problem solving) valid, praktis dan efektif dalam pembelajaran.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati, Yuli (2014) dalam thesisnya yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang dengan Pendekatan Creative Problem Solving untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP Kelas VIII. Keefektifan mencapai kategori efektif berdasarkan ketuntasan belajar siswa. Secara klasikal ketuntasan tes prestasi belajar mencapai 76,67% dan tes kemampuan penalaran matematis mencapai 90%. Jadi penelitian dengan pendekatan tersebut efektif.


(37)

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang tujuan pembelajaran salah satunya meningkatkan pemahaman konsep

Berdasarkan daya serap Ujian

Nasional SMP Muhamadiyah 1

Sleman kemampuan pemahaman

konsep masih rendah

Berdasarkan observasi di SMP

muhammadiyah 1 Sleman

menunjukkan bahwa guru belum

menggunakan perangkat

pembelajaran yang inovatif

Solusi pembelajaran matematika dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

Memahami masalah

Merencanakan penyelesaian

Melakasanakan rencanakan

penyelesaian

Cek kembali jawaban

Pemahaman konsep

Belum ada pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan

problem solving untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

Pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan problem

solving untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

Pembelajaran dengan pendekatan problem solving untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep


(38)

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D). Menurut Wina Sanjaya (2013:129), research and development merupakan proses pengembangan dan validasi produk pendidikan. Dalam research and development setidaknya ada tiga hal yang harus dipahami yakni; 1) tujuan akhir research and development adalah suatu produk yang andal karena melewati pengkajian terus menerus; 2) produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan lapangan; 3) proses pengembangan produk dari mulai pengembangan produk awal sampai produk jadi yang sudah divalidasi. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungajwabkan (Sujadi, 2003:164).

Dalam penelitian ini produk yang dikembangkan yaitu RPP dan LKS dengan menggunakan pendekatan problem solving untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pada materi bangun ruang sisi datar siswa SMP kelas VIII.

B. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian pengembangan RPP dan LKS problem solving ini adalah metode pengembangan ADDIE. ADDIE dikembangkan oleh Dick


(40)

dan Carry (Endang Mulyatiningsih, 2012:200) untuk merancang sistem pembelajaran. Metode pengembangan ADDIE terdiri dari tahap analysis, design, development, implementation, dan evaluation, berikut uraian tiap tahapan.

1. Analysis

Pada tahap ini dilakukan analisis masalah perlunya suatu pengembangan. Tahap analisis memuat analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan menganalisis bahan ajar yang tersedia. Pada tahap ini akan diketahui bahan ajar apa yang perlu dikembangkan untuk memfasilitasi siswa. Analisis selanjutnya adalah analisis kurikulum yang dilakukan dengan memperhatikan karakteristik kurikulum yang digunakan. Hal ini dilakukan agar bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Langkah selanjutnya adalah mengkaji KD untuk merumuskan indikator-indikator pencapaian pembelajaran. Analisis yang terakhir adalah analisis karakter siswa yang dilakukan dengan observasi saat pembelajaran matematika.

2. Design

Setelah tahap analisis selesai, tahap selanjutnya yaitu tahap design. Pada tahap ini dilakukan penentuan komponen-komponen penyusun perangkat pembelajaran baik berupa RPP maupun LKS. Penyusunan rancangan awal RPP dan LKS dilakukan dengan langkah-langkah yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya. Pada tahap ini juga dilakukan penyusunan penilaian perangkat pembelajaran yaitu berupa RPP dan LKS, lembar observasi, pre-test, post-tes dan angket respons. Instrumen


(41)

disusun dengan memperhatikan aspek penilaian LKS yaitu aspek kesesuaian dengan syarat didaktif, syarat konstruksi, syarat teknis dan kesesuaian dengan pendekatan yang digunakan. Selanjutnya instrumen tersebut divalidasi terlebih dahulu oleh 1 dosen untuk menghasilkan instrumen yang layak untuk penilaian kemudian dinilai oleh ahli materi, ahli media, dan guru matematika.

3. Development

Setelah selesai tahap design, tahap selanjutnya yaitu tahap development. Pada tahap pengembangan, perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi:

a. Pengembangan rancangan

Pengembangan rancangan perangkat pembelajaran dilakukan sesuai dengan perencanaan awal yang telah disusun. Pada tahap ini diperoleh produk awal perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan Problem Solving untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pada materi Bangun Ruang sisi datar.

b. Validasi

Validasi dilakukan untuk menilai kelayakan perangkat pembelajaran. Validator memberikan penilaian terhadap produk awal yang dikembangkan berdasarkan aspek kelayakan perangkat pembelajaran serta memberikan masukan dan saran yang nantinya digunakan sebagai patokan revisi perbaikan serta pernyempurnaan perangkat pembelajaran. Validator menggunakan instrumen yang sudah dikembangkan pada tahap sebelumnya yaitu lembar penilaian RPP dan lembar penilaian LKS ahli materi dan ahli media. Pada tahap ini, peneliti juga melakukan


(42)

analisis data terhadap hasil penilaian perangkat pembelajaran oleh validator. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kevalidan perangkat pembelajaran.

c. Revisi

Perangkat pembelajaran yang telah divalidasi oleh validator selanjutnya direvisi sesuai masukan dan saran. Setelah dilakukan revisi, maka perangkat pembelajaran siap digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

4. Implementation

Setelah RPP dan LKS dinyatakan valid, perangkat tersebut diuji cobakan secara terbatas pada sekolah yang telah ditentukan sebagai tempat penelitian. Pada tahap ini dilakukan pengujian pre-test dan post-test kemampuan pemahaman konsep siswa untuk mengetahui keefektifan dari Perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Kemudian pada tahap ini juga dilakukan pengisian angket respons yang diisi oleh siswa dan Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer. Angket respons siswa dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepraktisan Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dikembangkan. Setelah didapatkan data dari pre-tes dan pos-tes kemampuan pemahaman konsep, angket respons dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran maka data tersebut diolah kemudian dianalisis.

5. Evaluation

Pada tahap ini peneliti melakukan revisi terhadap Perangkat pembelajaran berdasarkan masukan yang didapat dari angket respons siswa dan lembar observasi


(43)

keterlaksanaan pembelajaran. Hal tersebut bertujuan agar perangkat pembelajaran yang dikembangkan benar-benar sesuai dan dapat digunakan oleh sekolah yang lebih luas lagi.

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 SLEMAN kelas VIII.

2. Objek penelitian

Objek penelitian adalah RPP dan LKS dengan menggunakan pendekatan problem posing untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pada materi Bangun Ruang Sisi Datar.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Sleman. Panggeran, Triharjo, Sleman-Yogyakarta.

E. Jenis Data

Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data proses pengembangan perangkat pembelajaran. Data proses merupakan data deskriptif yang meliputi semua data sesuai dengan model pengembangan yaitu

ADDIE (Analysis, Design, Development,


(44)

2. Data tentang kualitas RPP dan LKS yang dikembangkan ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Kevalidan perangkat pembelajaran diperoleh dari data penilaian validator mengenai perangkat pembelajaran dengan pendekatan problem solving kepraktisan diperoleh dari data lembar keterlaksanaan pembelajaran dan angket respon siswa terhadap pembelajaran, dan data hasil pre-test dan post-test siswa untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep maematika.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar penilaian perangkat pembelajaran untuk menilai aspek kevalidan, angket respons siswa dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran untuk menilai aspek kepraktisan, dan pre-tes dan post-test pemahaman konsep siswa untuk menilai aspek keefektifan.

1. Lembar Penilaian Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa RPP dan LKS. Lembar penilaian perangkat pembelajaran nantinya digunakan untuk mengetahui kevalidan perangkat pembelajaran. Lembar penilaian perangkat pembelajaran ini terdiri dari lembar penilaian RPP dan LKS. Lembar penilaian RPP diberikan kepada seorang dosen ahli materi dan guru matematika untuk memperoleh data kevalidan RPP. Untuk lembar penilaian LKS nantinya akan diberikan kepada seorang dosen ahli materi, ahli media, dan guru matematika. Lembar penilaian LKS digunakan untuk memperoleh data kevalidan LKS. Lembar penilaian perangkat


(45)

pembelajaran berupa skala likert dalam bentuk checklist yang disertai kolom keterangan. Skala likert ini menggunakan Tidak Baik=1, Kurang Baik=2, Cukup Baik=3, Baik=4, dan Sangat Baik=5.

2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Instrumen lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengukur kepraktisan RPP ditinjau dari tingkat keterlaksanaan pembelajaran. Lembar observasi ini diisi oleh observer sebagai pengamat kegiatan di kelas. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran berisikan 25 pernyataan yang memungkinkan observer memberikan tanda checklist pada pilihan jawaban yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Terdapat dua alternatif jawaban yaitu“Ya”dengan skor 1, dan“Tidak”dengan skor 0.

3. Angket Respons Siswa

Angket bertujuan untuk mendapatkan data mengenai pendapat siswa tentang proses pembelajaran yang mereka alami menggunakan lembar kerja siswa dengan pendekatan problem solving yang telah disusun peneliti.

4. Tes pemahaman konsep Siswa

Tes berbentuk uraian artinya siswa bebas untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tes. Tes pemahaman konsep disini ada dua yaitu pre-test dan post-tes pre-test dilakukan sebelum siswa mengikuti pembelajaran dengan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan post-tes dilakukan setelah mengikuti pembelajaran pre-test dan post-test


(46)

digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematika pada materi bangun ruang sisi datar. Soal pre-tes dan post tes masing-masing 4 soal. Hasil dari pre-test dan post-test siswa ini nantinya akan digunakan untuk mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penlitian ini meliputi beberapa langkah, yaitu:

1. Mengubah penilaian dalam bentuk kualitatif menjadi kuantitatif dengan ketentuan.

Tabel 1. Aturan Pemberian Skor Skala Penilaian Jawaban Angket Sifat

Pernyataan

Tingkat Kesesuaian Sangat

sesuai

Sesuai Ragu-ragu

Tidak Sesuai

Sangat Tidak Sesuai

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

2. Setelah data terkumpul, lalu menghitung skor rata-rata dengan rumus:

̅ ∑

Keterangan:

̅ = Skor rata-rata

∑ = Jumlah skor = Jumlah penilai

3. Mengubah skor rata-rata menjadi nilai kualitatif dengan aspek penilaian (Eko Putro Widoyoko, 2009: 238) yang dijabarkan pada tabel berikut:


(47)

Nilai Rentang Skor Kategori

A Sangat Baik

B Baik

C Cukup

D Kurang

E Sangat Kurang

Keterangan:

4. Uji Kevalidan

Data penilain kevalidan RPP dan LKS diperoleh dari angket penilaian produk diisi oleh 2 dosen ahli dari FMIPA UNY yaitu ahli materi dan ahli media. Data angket penilaian produk berupa RPP dan LKS dianalisis dengan langkah-langkah teknik analisis data di atas, yaitu:

a. Tabulasi atau perhitungan hasil angket penilaian dengan menjumlahkan setiap skor yang ada dalam lembar penilaian.

b. Menghitung skor rata-rata

c. Mengubah rata-rata menjadi nilai kualitatif dengan aspek penilaian seperti pada tabel.


(48)

1) Jika harga Xi dan SBi disubtitusikan ke dalam kriteria kevalidan RPP maka dapat dituliskan pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Kriteria kevalidan RPP

Rentang Skor Kategori

Sangat Valid Valid

Cukup Valid Kurang Valid

Sangat Kurang Valid

2) Jika harga dan disubtitusikan ke dalam kriteria kevalidan LKS maka dapat dituliskan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. Kriteria Kevalidan LKS Ahli Materi

Rentang Skor Kategori

Sangat Valid Valid

Cukup Valid Kurang Valid

Sangat Kurang Valid

3) Jika harga dan disubtitusikan ke dalam kriteria kevalidan LKS maka dapat dituliskan pada tabel di bawah ini :


(49)

Rentang Skor Kategori

Sangat Valid

Valid

Cukup Valid Kurang Valid

Sangat Kurang Valid

5. Uji Kepraktisan

Analisis data yang digunakan dalam menghitung kepraktisan produk yang dikembangkan menggunakan angket respon siswa dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

a. Angket repon Siswa

Angket respon siswa berisi 18 pernyataan tertutup, yang terdiri dari 9 pernyataan bersifat positif (butir 1, 3, 4, 6, 11, 14, 15, 16, 17) dan 9 pernyataan bersifat negatif (butir 2, 5, 7, 8, 9, 10,12, 13, 18). Berikut skor penilaian jawaban angket oleh siswa.

Tabel 6. Skor Skala Penilaian Jawaban Angket

Sifat

Pernyataan

Tingkat Kesesuaian

Sangat sesuai Sesuai

Ragu-ragu

Tidak Sesuai

Sangat Tidak Sesuai


(50)

Negatif 1 2 3 4 5

Langkah-langkah analisis data kelayakan LKS yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tabulasi atau perhitungan hasil angket dengan mengubah penilaian dalam bentuk kualitatif menjadi kuantitatif dengan ketentuan seperti tabel 6.

b. Menghitung skor rata-rata

c. Mengubah rata-rata menjadi nilai kualitatif dengan aspek penilaian seperti pada tabel

1) Jika harga dan disubtitusikan ke dalam kriteria kepraktisan LKS maka dapat dituliskan pada tabel berikut :

Tabel 7. Kriteria Kepraktisan LKS Nilai Rentang Skor Kategori

A Sangat Praktis

B Praktis

C Cukup Praktis D Kurang Praktis

E Sangat Kurang Praktis

b. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran

Langkah-langkah analisis lembar observasi adalah sebagai berikut.

a. Melakukan tabulasi data dari observer.


(51)

c. Mengkonversikan persentase keterlaksanaan yang diperoleh menjadi nilai kualitatif berdasarkan pada Tabel 8 berikut (Yuni Yamsari, 2010: 4).

Tabel 8. Klasifikasi Keterlaksanaan Pembelajaran

RPP dikatakan praktis jika keterlaksanaan pembelajaran memenuhi klasifikasi minimal baik.

6. Analisis Keefektifan

Analisis keefektifan dinilai dari tes pemahaman konsep berupa pre-test dan post-test. Untuk menentukan klasifikasi intrepretasi data digunakan pedoman sebagai berikut:

a. Menghitung rata-rata Pre-test

̅̅̅ ∑

Rentang Persentase Klasifikasi

Sangat Baik

Baik

Kurang Baik


(52)

̅̅̅

b. Menghitung rata-rata Post-test

̅̅̅ ∑

̅̅̅

c. Menghitung presentase ketuntasan belajar dengan pemahaman konsep pada post-test yang diperoleh dengan rumus.

Berikut ini adalah pedoman yang akan digunakan untuk menentukan interpretasi data ketuntasan belajar siswa menurut S. Eko Putro Widyoko (2009:242) yang disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 9. Kriteria Penilaian Keefektifan Perangkat Pembelajaran Presentase Ketuntasan Klasifikasi

Sangat Baik


(53)

Cukup

Kurang

Sangat Kurang

Perangkat pembelajaran dengan pendekatan problem solving untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa smp kelas VIII dianggap efektif apabila persentase post-test lebih besar dari persentase pre-test serta tes pemahaman konsep minimal memenuhi klasifikasi baik.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bell, Frederick H. (1981). Teaching and Learning Mathematics. USA: Wm. C. Brown Company Publishers.

BSNP. (2007). Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendiknas

Chambers, Paul. (2010). Teaching Mathematics: Developing as a Reflective Secondary Teacher. SAGE Publications.

Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2007). Pedoman Memilih Menyusun Bahan Ajar dan Teks Mata Pelajaran. Jakarta: BP. Mitra Usaha Indonesia

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran dan Standar Sarana dan Prasarana. Jakarta: BP. Mitra Usaha Indonesia

Endang Mulyatiningsih. 2012. Riset Terapan. Yogyakarta: UNY Press.

Erman Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Hamzah B. Uno. (2008). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.


(55)

Hamzah, Ali & Muhlis Rani. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Hendro Darmodjo & Jenny RE Kaligis. 1992. Pendidikan IPA. Jakarta: Depdikbud Herman Hudojo. 2003. Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA

Herman Hudojo. 2005. pengembangan kurikulum dan pembelajaran matematika. Malang: Universitas negeri malang

Ibrahim, M., dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

M. Cholik Adinawan & Sugijono. (2007). Matematika SMP Jilid 2B Kelas VIII.Jakarta:Erlangga

Masnur Muslich. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Kontektual. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Made Wena. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa. (2009). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosdakarya.

Murdanu. (2012). Teori Geometri dimensi Tiga dan bangun Ruang, Suplemen Perkuliahan Geometri ruang Untuk Guru matematika dan Mahasiswa calon Guru Matematika. Yogyakarta:FMIPA UNY


(56)

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. USA: National Council of Teachers of Mathematics, Inc.

Nila Kesumawati. (2008). Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Palembang: Semnas Matematika dan Guruan Matematika.

Nur Arifah. (2013).Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah pada Materi Sudut untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama.Jogjakarta: FMIPA UNY

Oemar Hamalik. (2010). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

O’Connel, Susan. 2007. Introduction to problem solving. USA:National Council of Teacher of Mathematics

Peraturan Pemerintah. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar. Jakarta:BSNP.

Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.


(57)

Poppy Kamalia Devi dkk. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk Guru SMP. Jakarta: P4TK.

Posamentier, Alfred S., & Stepelman, Jay. (1990). Teaching Secondary School Mathematics: Techniques and Enrichment Units Third Edition. USA: Merrill Publishing Company.

Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik.Yogyakarta: UNY Press

Rochmad. (2012). Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurnal Kreano. Volume 3, nomor 1. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano/article/view/2613. 23 maret 2015.

Schunk, D. H. (2012). Learning Theories An Educational Perspective Edisi Keenam. Penerjemah: Eva Hamdiah & Rahmat Fajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Siti Mutmainah. 2004. Pembelajaran Pokok Bahasan Bilangan Cacah Pada Siswa Kelas 1 SLTP Muhammadiyah Gentan Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah.Skripsi:FMIPA UNY

Siti Hawa. 2014. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PengembanganPembelajaranMatematik a_UNIT_1_0.pdf. pada tanggal 15 Juni 2015.


(58)

Sulistyowati, Yuli (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang dengan Pendekatan Creative Problem Solving untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP Kelas VIII.Yogjakarta: UNY

S. Eko Putro Widyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tim penyusun. (2007). Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Trianto. 2010. Model Pembelajarn Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto. (2013). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Undang – Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Van de walle, J.A. (2008). Sekolah dasar dan menengah pengembangan pengajaran(terjemahan suyono).Jakarta:Erlangga

Wina Sanjaya. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(59)

Woolfolk, Anita. (2009). Educational Psychologi Active Learning Edition Edisi Kesepuluh Bagian Kedua. Penerjemah: Drs. Helly Prajitno Soetjipto, M.A., & Dra. Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yuni Yamsari. (2010). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang berkualitas. Prosiding. Seminar Nasional. Surabaya: Pascasarjana X ITS.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bell, Frederick H. (1981). Teaching and Learning Mathematics. USA: Wm. C. Brown Company Publishers.

BSNP. (2007). Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendiknas

Chambers, Paul. (2010). Teaching Mathematics: Developing as a Reflective Secondary Teacher. SAGE Publications.

Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2007). Pedoman Memilih Menyusun Bahan Ajar dan Teks Mata Pelajaran. Jakarta: BP. Mitra Usaha Indonesia

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran dan Standar Sarana dan Prasarana. Jakarta: BP. Mitra Usaha Indonesia

Endang Mulyatiningsih. 2012. Riset Terapan. Yogyakarta: UNY Press.

Erman Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Hamzah B. Uno. (2008). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.


(2)

Hamzah, Ali & Muhlis Rani. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Hendro Darmodjo & Jenny RE Kaligis. 1992. Pendidikan IPA. Jakarta: Depdikbud Herman Hudojo. 2003. Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA

Herman Hudojo. 2005. pengembangan kurikulum dan pembelajaran matematika. Malang: Universitas negeri malang

Ibrahim, M., dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

M. Cholik Adinawan & Sugijono. (2007). Matematika SMP Jilid 2B Kelas VIII.Jakarta:Erlangga

Masnur Muslich. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Kontektual. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Made Wena. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa. (2009). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosdakarya.

Murdanu. (2012). Teori Geometri dimensi Tiga dan bangun Ruang, Suplemen Perkuliahan Geometri ruang Untuk Guru matematika dan Mahasiswa calon Guru Matematika. Yogyakarta:FMIPA UNY

Nazarudin. 2007. Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Yogyakarta: Teras.


(3)

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. USA: National Council of Teachers of Mathematics, Inc.

Nila Kesumawati. (2008). Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Palembang: Semnas Matematika dan Guruan Matematika.

Nur Arifah. (2013).Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah pada Materi Sudut untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama.Jogjakarta: FMIPA UNY

Oemar Hamalik. (2010). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

O’Connel, Susan. 2007. Introduction to problem solving. USA:National Council of Teacher of Mathematics

Peraturan Pemerintah. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar. Jakarta:BSNP.

Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.

Polya, G. (1973). How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method second edition. Ney Jersey: Princeton University Press.


(4)

Poppy Kamalia Devi dkk. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk Guru SMP. Jakarta: P4TK.

Posamentier, Alfred S., & Stepelman, Jay. (1990). Teaching Secondary School Mathematics: Techniques and Enrichment Units Third Edition. USA: Merrill Publishing Company.

Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik.Yogyakarta: UNY Press

Rochmad. (2012). Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurnal Kreano. Volume 3, nomor 1. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano/article/view/2613. 23 maret 2015.

Schunk, D. H. (2012). Learning Theories An Educational Perspective Edisi Keenam. Penerjemah: Eva Hamdiah & Rahmat Fajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Siti Mutmainah. 2004. Pembelajaran Pokok Bahasan Bilangan Cacah Pada Siswa Kelas 1 SLTP Muhammadiyah Gentan Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah.Skripsi:FMIPA UNY

Siti Hawa. 2014. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PengembanganPembelajaranMatematik a_UNIT_1_0.pdf. pada tanggal 15 Juni 2015.


(5)

Sulistyowati, Yuli (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang dengan Pendekatan Creative Problem Solving untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP Kelas VIII.Yogjakarta: UNY

S. Eko Putro Widyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tim penyusun. (2007). Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Trianto. 2010. Model Pembelajarn Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto. (2013). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Undang – Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Van de walle, J.A. (2008). Sekolah dasar dan menengah pengembangan pengajaran(terjemahan suyono).Jakarta:Erlangga

Wina Sanjaya. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(6)

Woolfolk, Anita. (2009). Educational Psychologi Active Learning Edition Edisi Kesepuluh Bagian Kedua. Penerjemah: Drs. Helly Prajitno Soetjipto, M.A., & Dra. Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yuni Yamsari. (2010). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang berkualitas. Prosiding. Seminar Nasional. Surabaya: Pascasarjana X ITS.


Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN ‘’EXPLICIT INSTRUCTION’’ UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR ( Studi PTK pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Surakarta ).

0 1 8

Pengembangan perangkat pembelajaran mengakomodasi teori van hiele materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang.

0 9 258

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MATEMATIKA REALISTIK MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII SMP.

3 12 327

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR BERBASIS HYPOTHETICAL LEARNING TRAJECTORY UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII.

3 85 472

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SMP/MTs.

0 15 453

PENGEMBANGAN GAME EDUKASI MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK SISWA SMP KELAS VIII SEMESTER 2.

0 5 215

ANALISIS KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA KELAS VIII SMP IT ALAM NURUL ISLAM YOGYAKARTA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR.

1 5 86

Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah untuk Siswa SMP.

0 2 508

Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar untuk Siswa SMP Kelas VIII.

0 0 3

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN DISCOVERY LEARNING KELAS VIII SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4