Pengembangan perangkat pembelajaran mengakomodasi teori van hiele materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang.

(1)

Saintifik pada Siswa Kelas VIII SMP B Pangudi Luhur 1 Kalibawang. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang mengembangkan perangkat pembelajaran dengan mengakomodasi teori Van Hiele menggunakan pendekatan saintifik. Penelitian ini dilatarbelakangi pada kebutuhan guru berupa perangkat pembelajaran yang menekankan pemahaman siswa dalam pembelajaran geometri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pengembangan produk perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi datar yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII SMP.

Peneliti memodifikasi langkah-langkah pengembangan yang dikemukakan oleh Sugiyono. Langkah-langkah tersebut yaitu potensi dan masalah; pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, dan revisi produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian.

Perangkat pembelajaran divalidasi dan diujicobakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah mengakomodasi teori Van Hiele dan pendekatan saintifik. Hasil validasi menunjukkan skor 3,29 dengan kategori sangat tinggi, sedangkan hasil respon siswa menunjukan skor 3,39 yang menunjukan kategori sangat baik. Tahap berpikir siswa sebelum dan sesudah uji coba produk apabila ditulis dalam persentase siswa yang tahap berpikirnya tetap pada tahap visualisasi sebesar 7,7%. Siswa yang tahap berpikirnya tetap pada tahap analisis sebesar 15,4%. Siswa yang tahap berpikir semula berada pada tahap visualisasi kemudian menjadi pada tahap analisis sebesar 42,3%, serta siswa yang tahap berpikir semula pada tahap analisis kemudian menjadi pada tahap abstraksi sebesar 34,6%. Dengan kata lain siswa yang tetap pada tahap berpikir Van Hiele sebesar 23,1% dan siswa yang tahap berpikir Van Hiele menjadi lebih baik ada 76,9%.

Kata Kunci: bangun ruang sisi datar, pendekatan saintifik, penelitian pengembangan, perangkat pembelajaran, teori Van Hiele


(2)

Accomodate Van Hiele Theory in Three Dimension Geometry material using Scientific Approach in Class VIII B Pangudi Luhur 1 Kalibawang Junior High School. Thesis.

Yogyakarta: Mathematics Education Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This is a research and development (R&D) study which develops learning instruments. This study accomodates Van Hiele theory using scientific approach. This study is motivated on the needs of teachers and students in the form of learning instruments which emphasizes on students’ comprehension in learning geometry. The purpose of this study is to describe the learning instruments development process for three dimension geometry material using Van Hiele theory which use scientific approach in class VIII Junior High School.

Researcher modify development steps proposed by Sugiyono. Those steps are the potential and problems, data collection, product design, design validation, design revisions, product trials, and product revision. Learning instruments developed in this study are syllabus, lesson plans, worksheets, teaching materials, and assessment.

Learning instruments are validated and tested. The results showed that the learning instruments developed have shown Van Hiele theory and scientific approach. Validation results showed a score of 3.29 with a very high category, while the results of student responses indicate a score of 3.39 which shows the very good category. Students comprehension before and after testing the product, if written in the percentage, students who the stage of thinking remain at visualization stage by 7.7%. Students who the stage of thinking remain at analysis stage by 15.4%. Students who initially at the visualization stage then became at phase of the analysis stage by 42.3%, as well as students who initially thought at the analysis stage then became at phase of the abstraction stage by 34.6%. In other words, students who still at the Van Hiele thinking stage by 23.1% and students who better than Van Hiele thinking stages by 76.9%.

Keywords: learning instruments, polyhedron, research and development, scientific approach, Van Hiele theory


(3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

MENGAKOMODASI TEORI VAN HIELE MATERI BANGUN

RUANG SISI DATAR DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

PADA SISWA KELAS VIII B SMP PANGUDI LUHUR 1

KALIBAWANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Yustina Friska Happy Wulandari NIM: 111414021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Bapak Ibuku tercinta

Kakakku Mbak Heny dan Mas Nendy

Adikku Herdy (alm)

Sahabat sejatiku tercinta Welly

Sahabat dan teman-teman terkasih


(7)

HALAMAN MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku

(Filipi, 4:13)

Jadilah diri anda sendiri, siapa lagi yang bisa lebih baik ketimbang diri anda sendiri?

(Frank Giblin)

Di tengah kesulitan selalu ada kesempatan. (Albert Einstein)

Bukan karena hari ini indah maka kita bahagia, tapi karena kita bahagia maka hari-hari kita menjadi indah, bukan karena tidak ada

rintangan maka kita optimis, tapi karena kita optimis maka rintangan itu tidak berasa, bukan karena hal itu mudah maka kita

yakin kita bisa, tapi karena kita yakin kita bisa maka hal itu pun menjadi mudah.


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

Yustina Friska Happy Wulandari. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengakomodasi Teori Van Hiele Materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas VIII SMP B Pangudi Luhur 1 Kalibawang. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang mengembangkan perangkat pembelajaran dengan mengakomodasi teori Van Hiele menggunakan pendekatan saintifik. Penelitian ini dilatarbelakangi pada kebutuhan guru berupa perangkat pembelajaran yang menekankan pemahaman siswa dalam pembelajaran geometri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pengembangan produk perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi datar yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII SMP.

Peneliti memodifikasi langkah-langkah pengembangan yang dikemukakan oleh Sugiyono. Langkah-langkah tersebut yaitu potensi dan masalah; pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, dan revisi produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian.

Perangkat pembelajaran divalidasi dan diujicobakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah mengakomodasi teori Van Hiele dan pendekatan saintifik. Hasil validasi menunjukkan skor 3,29 dengan kategori sangat tinggi, sedangkan hasil respon siswa menunjukan skor 3,39 yang menunjukan kategori sangat baik. Tahap berpikir siswa sebelum dan sesudah uji coba produk apabila ditulis dalam persentase siswa yang tahap berpikirnya tetap pada tahap visualisasi sebesar 7,7%. Siswa yang tahap berpikirnya tetap pada tahap analisis sebesar 15,4%. Siswa yang tahap berpikir semula berada pada tahap visualisasi kemudian menjadi pada tahap analisis sebesar 42,3%, serta siswa yang tahap berpikir semula pada tahap analisis kemudian menjadi pada tahap abstraksi sebesar 34,6%. Dengan kata lain siswa yang tetap pada tahap berpikir Van Hiele sebesar 23,1% dan siswa yang tahap berpikir Van Hiele menjadi lebih baik ada 76,9%.

Kata Kunci: bangun ruang sisi datar, pendekatan saintifik, penelitian pengembangan, perangkat pembelajaran, teori Van Hiele


(11)

ABSTRACT

Yustina Friska Happy Wulandari. 2015. The Development of Learning

Instruments Accomodate Van Hiele Theory in Three Dimension Geometry material using Scientific Approach in Class VIII B Pangudi Luhur 1 Kalibawang Junior High School. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education

Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This is a research and development (R&D) study which develops learning instruments. This study accomodates Van Hiele theory using scientific approach. This study is motivated on the needs of teachers and students in the form of learning instruments which emphasizes on students’ comprehension in learning geometry. The purpose of this study is to describe the learning instruments development process for three dimension geometry material using Van Hiele theory which use scientific approach in class VIII Junior High School.

Researcher modify development steps proposed by Sugiyono. Those steps are the potential and problems, data collection, product design, design validation, design revisions, product trials, and product revision. Learning instruments developed in this study are syllabus, lesson plans, worksheets, teaching materials, and assessment.

Learning instruments are validated and tested. The results showed that the learning instruments developed have shown Van Hiele theory and scientific approach. Validation results showed a score of 3.29 with a very high category, while the results of student responses indicate a score of 3.39 which shows the very good category. Students comprehension before and after testing the product, if written in the percentage, students who the stage of thinking remain at visualization stage by 7.7%. Students who the stage of thinking remain at analysis stage by 15.4%. Students who initially at the visualization stage then became at phase of the analysis stage by 42.3%, as well as students who initially thought at the analysis stage then became at phase of the abstraction stage by 34.6%. In other words, students who still at the Van Hiele thinking stage by 23.1% and students who better than Van Hiele thinking stages by 76.9%.

Keywords: learning instruments, polyhedron, research and development, scientific approach, Van Hiele theory


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan, karunia dan berkat yang dilimpahkan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengakomodasi Teori Van Hiele Materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang” dari awal hingga akhir. Sungguh anugrah yang luar biasa bagi penulis dan semua ini tak lepas dari bantuan beberapa pihak baik materi, dukungan, masukan, dan doa. Oleh karena itu peneliti dengan tulus berterimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

3. Ibu Chatarina Enny Murwaningtyas, M.Si. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dan bimbingan dengan baik dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

5. Bapak Drs. A. Sardjana M.Pd., Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., dan Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, M.Psi. selaku dosen ahli yang telah menjadi validator perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

6. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si. dan Ibu Cyrenia Novella Krisnamuti, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah berkenan menguji dan memberi saran bagi skripsi ini.

7. Kedua orang tua, Damianus Sutarjo dan Yosepha Ngatirah yang tak henti-hentinya memberikan doa, dukungan dan semangat bagi penulis.

8. Kakakku Lusia Firsty Heny Wulandari dan Albertus Agung Nendy Hadmadi serta adikku Albertus Herdy Wijaya (alm) yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.


(13)

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Istilah ... 5

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian... 7


(15)

G. Spesifikasi Produk ... 8

BAB II Landasan Teori ... 16

A. Kajian Pustaka ... 16

1. Hakekat Matematika ... 16

2. Proses Belajar Matematika ... 17

3. Teori Van Hiele ... 21

4. Pendekatan Saintifik ... 26

5. Bangun Ruang Sisi Datar ... 29

6. Perangkat Pembelajaran ... 38

B. Penelitian yang Relevan ... 41

C. Kerangka Berpikir ... 43

BAB III METODE PENELITIAN... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Setting Penelitian ... 46

1. Subjek Penelitian ... 46

2. Objek Penelitian ... 46

3. Tempat Penelitian ... 47

4. Waktu Penelitian ... 47

C. Desain dan Prosedur Penelitian ... 47

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

1. Wawancara ... 52

2. Observasi ... 52

3. Penyebaran Angket ... 53

4. Dokumentasi ... 53

5. Soal Tes Geometri ... 54

E. Instrumen Penelitian ... 54

1. Pedoman Wawancara ... 55


(16)

3. Angket ... 57

4. Alat perekam gambar dan suara ... 60

5. Soal tes geometri ... 60

F. Teknik Analisis Data ... 61

1. Analisis Data Kuantitatif ... 62

2. Analisis Data Kualitatif ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 64

A. Hasil Penelitian ... 64

1. Potensi dan Masalah ... 64

2. Pengumpulan Data ... 66

3. Desain Produk ... 67

4. Validasi Desain ... 70

5. Revisi Desain ... 71

6. Uji Coba Produk ... 72

7. Revisi Produk ... 92

B. Pembahasan ... 93

1. Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan ... 93

2. Proses Pembuatan Perangkat Pembelajaran ... 96

3. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 100

4. Refleksi Uji Coba Produk ... 100

5. Tahap Berpikir Siswa pada TeoriVan Hiele Setelah Uji Coba Produk ... 101

C. Keterbatasan Penelitian ... 110

BAB V PENUTUP ... 112

A. Kesimpulan ... 112


(17)

DAFTAR PUSTAKA ... 115 LAMPIRAN ... 117


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pendekatan Saintifik ... 27

Tabel 3.1. Kisi-kisi Lembar Wawancara... 55

Tabel 3.2. Kisi-kisi Lembar Observasi ... 56

Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Uji Keterbacaan ... 58

Tabel 3.4. Kisi-kisi Angket Uji Respon Siswa ... 58

Tabel 3.5. Kisi-kisi Angket Validasi Perangkat Pembelajaran ... 59

Tabel 3.6. Kisi-kisi soal tes geometri prisma dan limas ... 61

Tabel 3.7. Kriteria Penilaian Produk Pengembangan ... 62

Tabel 4.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 72

Tabel 4.2. Perbaikan revisi desain setelah validasi ... 72

Tabel 4.3. Tabel perbaikan revisi produk setelah uji coba ... 92

Tabel 4.4. Aktivitas siswa pada pembelajaran kubus dan balok ... 102

Tabel 4.5. Tahap berpikir siswa berdasarkan ulangan harian kubus... 104

Tabel 4.6. Aktivitas siswa pada pembelajaran prisma dan limas ... 106

Tabel 4.7. Tahap berpikir siswa pada tes prisma dan limas ... 108


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kubus ABCD.EFGH ... 30

Gambar 2.2. Balok ABCD.EFGH ... 32

Gambar 2.3. Prisma segitiga ABC.EFG ... 35

Gambar 2.4. Limas segiempat T.ABCD ... 36

Gambar 2.5. Kerangka Berpikir ... 44

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 47

Gambar 3.2. Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Dimodifikasi ... 50

Gambar 4.1. Contoh benda berbentuk prisma dan limas ... 74

Gambar 4.2. Siswa bermain jaring-jaring limas ... 77

Gambar 4.3. Guru menjelaskan kelompok menggunakan alat peraga prisma .... 80

Gambar 4.4. Jawaban tiap kelompok yang telah ditempel... 83

Gambar 4.5. Siswa mengumpulkan jawaban dari kelompok lain ... 83

Gambar 4.6. Perwakilan kelompok menulis jawaban hasil diskusinya ... 85

Gambar 4.7. Guru membantu siswa menganalisis dengan menggunakan alat peraga prisma ... 88


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Olah Data Observasi ... 117

Lampiran 2. Hasil Olah Data Wawancara... 119

Lampiran 3. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 121

Lampiran 4. Hasil Uji Keterbacaan Siswa ... 126

Lampiran 5. Hasil Uji Respon Siswa ... 127

Lampiran 6. Hasil Validasi Tes Geometri Prisma dan Limas ... 128

Lampiran 7. Silabus ... 130

Lampiran 8. RPP ... 137

Lampiran 9. Penilaian ... 148

Lampiran 10. Bahan Ajar ... 161

Lampiran 11. LKS ... 169

Lampiran 12. Hasil Wawancara ... 174

Lampiran 13. Hasil Observasi ... 177

Lampiran 14. Hasil Observasi Uji Coba Produk ... 180

Lampiran 15. Analisis Tahap Berpikir Siswa Sebelum Uji Coba Produk ... 183

Lampiran 16. Analisis Tahap Berpikir Siswa Setelah Uji Coba Produk ... 187

Lampiran 17. Transkrip Uji Coba Produk ... 195

Lampiran 18. Penilaian ... 212


(21)

Lampiran 20. Biodata Penulis ... 223 Lampiran 21. Hasil Jawaban Siswa ... 224


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika diakui oleh banyak orang, sebagai suatu mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa. Pertama-tama, sebabnya ialah karena obyeknya abstrak dan hanya ada dalam pikiran manusia, tidak terdapat dalam dunia nyata yang dapat diamati oleh panca indera (Marpaung : 1998). Siswa sulit untuk membuat hal yang abstrak ini menjadi hal yang mudah dipahami. Matematika sering menjadi mata pelajaran yang dihindari oleh para siswa. Padahal kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari matematika. Matematika berkaitan dengan berbagai aspek dalam kehidupan manusia dan ada di sekitar kehidupan sehari-hari yang oleh para siswa kurang disadari. Matematika dianggap kurang berguna bagi kehidupan nyata. Hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi tenaga pengajar, yaitu guru pengampu mata pelajaran matematika untuk dapat membuat materi matematika dapat tersampaikan dengan baik dan dipahami oleh para siswa.

Geometri sebagai cabang matematika sering digunakan dalam membantu siswa memahami cabang lain dalam matematika. Konsep-konsep dalam matematika, meskipun tampak abstrak, banyak yang dapat ditunjukkan atau diterangkan dengan representasi geometris (Suwarsono : 1982). Ide-ide dari konsep juga sudah dikenal oleh siswa sebelum masuk sekolah melalui hal-hal yang ada di kehidupan sekitarnya. Geometri telah diajarkan mulai dari


(23)

sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di dalam pendidikan formal di sekolah. Menurut Suwarsono (1990), geometri perlu diajarkan kepada siswa di sekolah karena alasan-alasan sebagai berikut :

1. Geometri mempunyai kegunaan-kegunaan praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai kegiatan profesi, dan dalam berbagai ilmu yang lain termasuk cabang-cabang yang lain dari ilmu matematika.

2. Geometri mempunyai potensi untuk melatih daya tanggap keruangan (spatial ability) pada siswa, suatu kemampuan yang sangat diperlukan agar siswa memiliki pemahaman yang memadai mengenai lingkungan tempat mereka hidup.

3. Geometri mempunyai potensi untuk melatih kemampuan menalar secara logis pada diri siswa dan memberikan penyadaran mengenai keterbatasan pengamatan dan daya tanggap keruangan pada manusia.

4. Geometri mempunyai potensi untuk memberikan pemahaman kepada siswa mengenai keterkaitan antara matematika dengan alam nyata.

5. Geometri mempunyai potensi untuk memberikan pemahaman kepada siswa mengenai struktur (susunan) ilmu matematika yang formal aksiomatis.

Dalam praktis hidupnya, geometri menjadi salah satu bidang dalam matematika yang dianggap sulit oleh para siswa. Banyak faktor penyebab yang menjadi akar dari permasalahan ini. Biasanya pembelajaran di kelas berlangsung dengan ceramah, memberikan contoh-contoh soal dan


(24)

memberikan latihan soal sehingga kurang mempertimbangkan beberapa aspek penting seperti kemampuan siswa, kontent/materi ajar, metode dan hubungan antara faktor-faktor ini. Hal tersebut juga dipengaruhi pula oleh diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Pada sekolah menengah pertama kelas VIII, terdapat materi yang membahas materi geometri yaitu bangun ruang sisi datar. Dari hasil wawancara awal dengan guru yang dilakukan oleh peneliti di SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang sebagai tempat untuk melakukan penelitian, ditemukan beberapa permasalahan yang sering dialami dalam proses pembelajaran yang dialami guru yaitu mengenai pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dan mengenai pembelajaran geometri. Permasalahan tersebut terkait dengan kesulitan guru dalam mengajar materi geometri serta kurangnya pemahaman siswa pada materi geomeri.

Menurut Suwarsono (2001) ada beberapa hal tertentu yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam geometri, di antaranya teori Van Hiele tentang tahap-tahap perkembangan kemampuan geometris pada siswa. Teori Van Hiele mampu mengatasi permasalah-permasalah tersebut. Penelitian mengenai teori Van Hiele pernah dilakukan oleh Maria Anggarani pada tahun 2010 dengan topik meningkatkan tingkat dan kualitas berpikir siswa pada pokok bahasan bangun datar dengan penggunaan teori Van Hiele, dimana ada peningkatan setelah menggunakan pembelajaran menurut teori Van Hiele. Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Rindi Winda Pranita mengenai pengembangan perangkat


(25)

pembelajaran dengan teori Van Hiele pada materi prisma. Produk perangkat pembelajaran yang dihasilkan memperoleh skor 3,53 dengan kategori sangat baik. Dua penelitian tersebut diharapkan mampu menjadi dasar peneliti dalam mengembangkan perangkat pembelajaran materi Bangun Ruang Sisi Datar yang mengakomodasi fase pembelajaran dari teori Van Hiele.

Berdasarkan penelitian yang relevan dan melihat beberapa permasalahan yang ditemukan maka peneliti tertarik untuk mengembangkan perangkat pembelajaran materi geometri bangun ruang sisi datar ditinjau dari teori Van Hiele. Tingkat pemahaman siswa yang berbeda juga menjadi poin penting dalam pemahaman materi geometri. Kemudian teori Van Hiele dipilih karena teori ini adalah teori mengenai tahapan pemahaman siswa dalam geometri. SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang masih menerapkan kurikulum 2013 jadi pendekatan saintifik digunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini. Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam kaitannya dengan fase pembelajaran Van Hiele yang digunakan.

Oleh karena itu peneliti mengadakan sebuah penelitian yang diberi judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengakomodasi Teori Van Hiele Materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang”.


(26)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran yang mengakomodasi teori Van Hiele dalam materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang?

2. Bagaimana kualitas dari perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi datar yang pengembangannya mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang?

C. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan persepsi dalam memahami hasil penelitian ini maka perlu diberikan batasan istilah.

1. Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam mempelajari geometri, dimana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah. Teori ini memuat lima tingkat berpikir siswa dalam geometri yang utama secara berurutan yaitu : tahap 1 (visualisasi), tahap 2 (analisis), tahap 3 (abstraksi), tahap 4 (deduksi formal), tahap 5 (rigor atau keakuratan).

2. Fase pembelajaran Van Hiele adalah fase dalam pembelajaran untuk meningkatkan suatu tahap berpikir ke tahap berpikir yang lebih tinggi yang melibatkan 5 fase, yaitu : informasi (information), orientasi terpadu


(27)

(directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free orientation), dan integrasi (integration).

3. Pendekatan Saintifik adalah adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah untuk mendorong siswa lebih mampu melalui tahapan mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

4. Bangun ruang sisi datar adalah suatu bangun ruang dimana sisi yang membatasi bangun tersebut berbentuk bidang datar. Bangun ruang sisi datar yang dipelajari siswa kelas VIII SMP meliputi kubus, balok, prisma, dan limas.

5. Perangkat pembelajaran adalah perangkat untuk mencapai suatu tujuan yang digunakan untuk proses pembelajaran, meliputi silabus, RPP, penilaian, bahan ajar, dan LKS.

D. Pembatasan Masalah

Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa geometri merupakan materi yang dianggap sulit oleh para siswa, khususnya bagi siswa menengah pertama. Materi yang diajarkan pada kelas VIII di semester genap ini adalah bangun ruang sisi datar yang meliputi kubus, balok, prisma, dan limas.

Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dari guru dan siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang. Perangkat pembelajaran akan dikembangkan dengan mengakomodasi teori


(28)

Van Hiele pada materi prisma dan limas dengan pendekatan saintifik. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu silabus, RPP, penilaian, bahan ajar, dan LKS.

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan yang di atas maka dapat tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran mengakomodasi teori Van Hiele dalam materi bangun ruang sisi datar pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang.

2. Mengetahui kualitas dari perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi datar yang pengembangannya mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang berdasarkan criteria penilaian pengembangan produk yang dibagi menjadi empat kategori yaitu sangat baik, baik, kurang baik, dan tidak baik.

F. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian dilaksanakan, maka hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Bagi guru dan peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru dan peneliti sebagai calon guru untuk mengembangkan perangkat


(29)

pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dari siswa dan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Bagi siswa

Siswa diharapkan dapat memahami bangun ruang sisi datar sesuai dengan teori Van Hiele dengan pendekatan saintifik serta berada pada tahap berpikir geometri yang lebih tinggi.

3. Bagi sekolah

a. Dapat memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan proses pembelajaran berupa produk perangkat pembelajaran pada materi bangun ruang sisi datar.

b. Mendapat masukan tentang penelitian yang dapat memajukan sekolah.

4. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah dan pendorong motivasi untuk meneliti dan mengembangkan pada masalah yang lain atau mata pelajaran yang lain atau melanjutkan penelitian pengembangan ini.

G. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran berupa silbus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan ajar, dan penilaian. Berikut adalah penjelasan mengenai spesifikasi produk yang peneliti kembangkan.


(30)

1. Silabus

Silabus yang dikembangkan dibuat dengan mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan saintifik. Silabus tersebut juga dibuat berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan silabus yaitu ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh. Silabus ini terdiri dari: kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar. Perbedaan silabus ini adalah dalam kegiatan pembelajaran yang mengakomodasi fase pembelajaran Van Hiele dengan pendekatan saintifik. Di bawah ini merupakan format silabus yang peneliti susun.

SILABUS MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE

Satuan Pendidikan : Kelas/Semester : Alokasi Waktu : Kompetensi Inti : Kompetensi

Dasar

Materi Pembelajaran

Indikator Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar


(31)

2. RPP

RPP yang dikembangkan mememiliki komponen-kompenen yang terdiri dari: identitas; kompetensi inti; kompetensi dasar dan indikator; tujuan; materi pokok; pendekatan dan metode pembelajaran; media, alat, dan sumber belajar; kegiatan belajar; dan penilaian. Perbedaan RPP yang dikembangkan peneliti dengan RPP lainnya adalah pada langkah-langkah pembelajarannya. Langkah-langkah pembelajaran pada RPP ini menggunakan fase pembelajaran Van Hiele dengan pendekatan saintifik.

Format RPP dalam kurikulum 2013 digunakan dalam pengembangan RPP ini. Indikator yang akan dicapai sesuai dengan kompetensi dasarnya. Indikator dan tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap: sikap spiritual dan sikap sosial, serta ketrampilan. Pada langkah-langkah pembelajarannya peneliti menggunakan fase pembelajaran Van Hiele yang meliputi (1) fase informasi, (2) fase orientasi terpadu, (3) fase eksplisitasi, (4) fase orientasi bebas, (5) fase integrasi. Pada setiap fase pembelajaran Van Hiele akan nampak kegiatan saintifiknya. Misalkan pada fase informasi dalam kegiatannya akan tampak kegiatan mengamati. Lebih jelasnya, di bawah ini merupakan format RPP yang disusun peneliti.


(32)

RENCANA PELAKSANAAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan :

Kelas/Semester : Pembelajaran ke : Alokasi Waktu : A. Kompetensi Inti

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

No. Kompetensi Dasar Indikator

1. 1.2 1.2.1

2.

C. Tujuan Pembelajaran D. Materi Pembelajaran

E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran F. Langkah-langkah Pembelajaran

No Kegiatan Pembelajaran Waktu

Fase pembelajaran Van Hiele (kegiatan pada pendekatan saintifik)

G. Media, Alat, dan Sumber Belajar H. Penilaian

Yogyakarta, ...

Guru Kelas Peneliti

(... ) (... ) Mengetahui,

Kepala Sekolah (...)


(33)

3. LKS

LKS yang dikembangkan mencakup pemodelan dengan menggunakan fase pembelajaran Van Hiele sebagai panduan kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran matematika. Komponen yang ada dalam LKS terdiri dari: identitas; indikator hasil belajar; petunjuk LKS; dan kegiatan siswa. LKS ini mendukung pelaksanaan fase pembelajaran Van Hiele. Berikut merupakan format LKS yang dibuat peneliti.

LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS)

Satuan Pendidikan : Hari/Tanggal : Kelas/Semester : Pembelajaran : Alokasi Waktu :

I. Indikator Hasil Belajar II. Petunjuk

III.Kegiatan Belajar

Kegiatan 1 Alat dan bahan:

Petunjuk:

Kegiatan 2 Alat dan bahan:


(34)

4. Bahan Ajar

Bahan ajar yang dikembangkan dibuat berdasarkan indikator dan tujuan yang ingin dicapai, konsep-konsep, fakta, dan prosedur. Bahan ajar yang dikembangkan juga disertai gambar-gambar yang mendukung materi terkait. Bahan ajar yang digunakan berdasarkan tahap berpikir Van Hiele pada siswa mengenai geometri. Berikut merupakan format bahan ajar yang dibuat peneliti.

5. Penilaian

Penilaian yang dikembangkan mengacu pada indikator dan tujuan pembelajaran untuk mengetahui proses dan hasil belajar yang terdiri dari aspek pengetahuan, sikap: spiritual dan sosial serta keterampilan. Pada penilaian pengetahuan peneliti menggunakan tes yang mengukur tahap berpikir menurut Van Hiele. Penilaian sikap dan ketrampilan menggunakan karakteristik penilaian pada kurikulum 2013 yang sesuai dengan indikator

BAHAN AJAR

Kelas/Semester : Pembelajaran :

Materi Pembelajaran Sumber


(35)

a. Sikap spiritual

No Kriteria Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 1

2.

No Nama Siswa Kriteria Total

Skor 1.

2.

pembelajarannya. Berikut ini merupakan format penilaian yang disusun peneliti.

b. Sikap sosial

No Kriteria Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1

1 2.

No Nama

Siswa

Kriteria Total

Skor 1.


(36)

c. Pengetahuan

No. Bentuk Tugas Penilaian Skor Level

berpikir Van Hiele 1.

2.

Total skor

d. Keterampilan

No Kriteria Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1

1 2.

No Nama

Siswa

Kriteria Total

Skor 1.


(37)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas mengenai kajian pustaka yang memuat teori-teori yang mendasari penelitian ini, kerangka berpikir dalam penelitian ini terkait dengan kajian pustaka, dan penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan ini. A. Kajian Pustaka

Pada sub bab ini peneliti membahas hakekat matematika, proses belajar matematika, teori Van Hiele, pendekatan saintifik, tinjauan materi, dan perangkat pembelajaran.

1. Hakekat Matematika

James dan James (dalam Ruseffendi, 1993: 27), mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain yang terbagi ke dalam beberapa bidang, antara lain aljabar, analisis, dan geometri. Johnson dan Rising (1972) yang dikutip oleh Ruseffendi (1993: 27) mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik dan pengetahuan struktur yang terorganisasikan, sifat-sifat atau teori- teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat atau teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya.

Menurut Ruseffendi (1993: 150) dan Herman Hudoyo (1980:10), suatu sistem deduktif dimulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan yang disebut


(38)

eksistensinya diakui ada, tetapi susah untuk dapat dinyatakan dengan suatu kalimat yang tepat, ke unsur-unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat kemudian disusun dalil-dalil, di mana dalil itu (setelah dibuktikan kebenarannya) berlaku secara umum. Komponen-komponen ini membentuk suatu sistem yang saling berhubungan dan terorganisasikan dengan baik. Pembuktian yang digunakan adalah pembuktian deduktif. Karena itu matematika sering disebut ilmu deduktif.

Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis dan berkenaan dengan konsep-konsep abstrak (Herman Hudoyo, 1980 : 11). Dalam matematika obyek dasar yang dipelajari adalah abstrak, obyek-obyek itu merupakan obyek pikiran. Obyek dasar itu meliputi fakta, konsep, operasi atau relasi, dan prinsip (Soedjadi, 1999:13-15). Dari obyek dasar ini dapat disusun suatu pola dan struktur matematika.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang meliputi fakta, konsep, operasi atau relasi, dan prinsip yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif.

2. Proses belajar matematika

Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah, 1995: 91). Winkel (1989: 36), mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan


(39)

lingkungan yang menghasilakan perubahan-perubahan dalam pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif dan berbekas. Dengan belajar diharapkan seseorang mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, tidak terampil menjadi terampil, tidak paham menjadi paham. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena kematangan. Menurut Herman Hudoyo (1988: 1) belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman.

Proses belajar matematika dapat dimaksudkan sebagai interaksi antar siswa dengan topik-topik matematika, sehingga interaksi itu menyebabkan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, terutama tingkah laku yang terjadi dalam diri siswa dalam penguasaan matematika. Penguasaan matematika dapat diperoleh dengan siswa aktif melibatkan diri dengan segala pemikiran, perhatiannya tercurah pada materi yang sedang dipelajari, mendengarkan penjelasan guru, berusaha memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan berlatih soal-soal. Apabila terjadinya proses belajar itu baik, dapat diharapkan hasil atau prestasi belajar siswa akan baik pula. Dengan demikian terjalin interaksi aktif antara subyek dengan lingkungannya.

Konsep-konsep dalam matematika itu tersusun secara hierarkis mulai dari yang mendasar atau mudah sampai yang paling sukar. Konsep-konsep matematika yang lebih tinggi tidak mungkin dipelajari bila prasyarat yang mendahului konsep-konsep itu belum dipelajari. Karena kehierarkisan matematika itu, maka belajar matematika harus berurutan. Belajar yang


(40)

terputus-putus akan mengganggu proses pemahaman. Proses belajar matematika kaan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilakukan secara kontinu.

Jean Piaget mengemukakan teori belajar yang mencakup perkembangan intelektual seseorang. Trianto (2010: 70-71) mengemukakan bahwa menurut Jean Piaget, seorang anak maju melalui empat periode perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu periode sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Kecepatan perkembangan tiap individu melalui urutan tiap periode ini berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah satu dari periode tersebut. Herman Hudoyo (1988: 45-46) mengungkapkan periode perkembangan menurut Jean Piaget sebagai berikut.

a. Sensorimotor (0-2 tahun)

Karakteristik periode ini merupakan gerakan-gerakan sebagai akibat reaksi langsung dari rangsangan. Rangsangan itu timbul karena anak melihat dan meraba obyek.

b. Pra-operasional (2-7 tahun)

Pada periode ini anak di dalam berpikirnya tidak didasarkan kepada keputusan yang logis melainkan didasarkan kepada keputusan yang logis melainkan didasarkan kepada keputusan yang dapat dilihat seketika. c. Operasi konkrit (7-11 tahun)

Pada periode ini anak dalam berpikirnya sudah dikatakan menjadi operasional. Periode ini disebut juga operasi konkrit. Operasi konkrit


(41)

hanya menunjukkan kenyataan adanya hubungan dengan pengalaman empirik-konkrit yang lampau dan masih mendapat kesulitan dalam mengambil kesimpulan yang logik dari pengalaman-pengalaman khusus. d. Operasi formal (11 tahun ke atas)

Periode ini merupakan tahap terakhir dari keempat periode perkembangan menurut Piaget. Periode operasi formal ini disebut juga operasi hipotetik-deduktif yang merupakan tahap tertinggi dari perkembangan kognitif seseorang. Anak pada periode ini sudah dapat memberikan alasan dengan menggunakan gagasan dalam cara berpikirnya. Anak mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik dan kompleks daripada anak di periode operasi konkrit.

Proses belajar matematika tidak dapat terputus atau melewati tahapan berikutnya, karena matematika adalah suatu yang hirarkis, maka belajar matematika harus berurutan. Periode perkembangan kognitif menurut Jean Piaget juga menunjukkan kehierarkisan. Periode perkembangan tidak dapat melalui periode selanjutnya. Peneliti berangkat dari teori ini berdasarkan teori perkembangan intelektual menurut Piaget dalam belajar matematika pada materi bangun ruang sisi datar yaitu pada usia 11 tahun ke atas siswa sudah berada pada operasi formal. Oleh karena itu teori Van Hiele adalah teori yang tepat dalam geometri sesuai tahapan berpikir siswa pada kelas VIII SMP.


(42)

3. Teori Van Hiele

Teori Van Hiele merupakan salah satu teori psikologi pembelajaran dengan aliran psikologi kognitif yang menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak dalam geometri.

Van Hiele mengemukakan bahwa ada tiga unsur utama dalam pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan metode pembelajaran jika ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak pada tingkatan yang lebih tinggi.Bila ketiga tersebut tercapai maka akan membantu proses perkembangan berpikir peserta didik.

Van de Walle (2008: 35) menyatakan bahwa ada lima alasan geometri sangat penting untuk dipelajari. Pertama, geometri membantu seseorang memiliki apresiasi yang utuh tentang dunianya, geometri dapat dijumpai dalam sistem tata surya, formasi geologi, kristal, tumbuhan dan tanaman, binatang sampai pada karya seni arsitektur dan hasil kerja mesin. Kedua, eksplorasi geometrik dapat membantu mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah. Ketiga geometri memainkan peranan utama dalam bidang matematika lainnya. Keempat, geometri digunakan oleh banyak orang dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kelima, geometri penuh dengan tantangan dan menarik.

Ada 5 tahap berpikir geometri menurut Van Hiele. Lima tahapan tersebut mulai dari tahap 0 hingga tahap 4 yang tingkatannya sesuai dengan tahapan berpikir siswa secara berurtutan (Nur’aeni, 2008: 127-128). Walle


(43)

(2008, 151-154) menjabarkan tahapan dalam teori Van Hiele yaitu visualisasi, analisis, deduksi informal, deduksi, dan akurasi.yaitu sebagai berikut :

1. Tahap 0 Pengenalan (visualisasi)

Pada tahap ini siswa mulai mengenali gambar-gambar geometri melalui pengamatan saja. Siswa memandang bangun geometri sebagai suatu keseluruhan. Siswa mampu mengenal nama-nama bangun namun belum dapat mengetahui sifat dari masing-masing bangun maupun ciri-ciri dari setiap bangun (Walle 2008, 151-152). Contoh kegiatan siswa pada tahap ini siswa sudah mengerti limas itu seperti pyramid namun belum mengetahui sifat-sifatnya. Siswa menggunakan prorotipe-prototipe visual untuk mengidentifikasi bangun.

2. Tahap 1 Analisis

Pada tahap ini siswa sudah mampu mengenali sifat-sifat dari setiap bangun geometri, tetapi siswa belum mampu melihat hubungan antara bangun yang satu dengan yang lain (Walle 2008, 152-153). Tahap ini sering disebut juga tahap deskriptif. Pada tahap ini siswa sudah mengenal sifat yang dimiliki. Contoh kegiatan siswa pada tahap ini siswa dapat mendeskripsian suatu bentuk geometri secara eksplisi dengan menggunakan sifat bendanya.

3. Tahap 2 Pengurutan (Deduksi Informal)

Pada tahap ini kemampuan siswa terhadap kemampuan pemahaman geometri sudah lebih meningkat lagi (Walle 2008, 153-154). Siswa sudah mampu melaksanakan penarikan kesimpulan, yang dikenal dengan


(44)

berpikir deduktif, siswa juga sudah mampu mengurutkan. Namun kemampuan ini belum berkembang secara penuh. Tahap pengurutan ini ada juga yang menyebut tahap abstraksi. Contoh kegiatan siswa pada tahap ini siswa dapat mengetahui apa hubungan antara balok dan prisma dan menggunakan definisi saat menjelaskan hubungan antara balok dan prisma.

4. Tahap 3 Deduksi

Pada tahap ini siswa sudah mampu mengambil kesimpulan secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus (Walle 2008, 153-154). Siswa telah mengerti betapa pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, disamping unsur-unsur yang didefinisikan. Contoh kegiatan siswa pada tahap ini siswa sudah mengetahui dalil atau teorema mengenai bangun ruang sisi datar.

5. Tahap Akurasi/Rigor

Pada tahap ini siswa sudah mampu memahami aspek-aspek formal dari deduksi, seperti pembentukan dan pembandingan sistem matematika (Walle 2008, 153-154). Contoh kegiatan siswa pada tahap ini adalah siswa sudah mulai mampu menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Tahap akurasi ini merupakan tahap berpikir yang tinggi, rumit, dan kompleks. Oleh karena itu tidak mengherankan jika tidak semua anak, meskipun sudah duduk di bangku sekolah lanjutan atas, masih belum sampai pada tahap ini.


(45)

Van Hiele menyebutkan ada beberapa fase pembelajaran dalam geometri. Kemajuan dari satu tingkatan berpikir menuju tingkatan berpikir selanjutnya tergantung pada pengalaman belajar masing-masing siswa, namun pengalaman belajar ini dapat pula menghambat kemajuan tingkat berpikir siswa jika ia menerima tahapan yang salah atau tidak semestinya.

Nur’aeni (2008: 129) menjabarkan tahapan model pembelajaran Van Hele

sebagai berikut : a. Informasi

Pada tahap ini guru mengidentifikasi segala hal yang sudah ataupun yang

belum diketahui oleh siswa (Nur’aeni, 2008: 129). Guru melibatkan siswa-siswa dalam kegiatan tentang topik yang akan dipelajari untuk mengetahui pengetahuan dan bagaimana mereka menafsirkan bahasa yang terkandung dalam topik itu serta menjelaskan mengapa mereka mempelajari topik tersebut.

b. Orientasi Terpadu

Siswa mulai mempelajari objek-objek pembelajaran dan

tugas-tugas yang distrukturkan secara cermat dan teliti (Nur’aeni, 2008: 129).

Siswa-siswa menerka topik secara aktif melalui yang telah disusun dengan teliti oleh guru untuk mengenali objek-objek dari mana ide-ide geometri diabstrakkan.

c. Eksplisitasi

Siswa mulai menggambarkan objek-objek (ide geometri,


(46)

129). Siswa-siswa menyatakan apa yang telah dipelajari (seperti ciri-ciri bentuk geometri) dengan menggunakan bahasa sendiri, kemudian guru memperkenalkan istilah geometri yang berkaitan dan menggalakkan siswa menggunakan dalam perkataan dan penulisan geometri.

d. Orientasi Bebas

Pada tahap ini siswa diarahkan untuk memecahkan masalah dengan

caranya sendiri (Nur’aeni, 2008: 129). Siswa mengaplikasikan apa yang telah dipelajari untuk menerapkan tugas kompleks yang memerlukan pelbagai strategi penyelesaian.

e. Integrasi

Siswa-siswa meringkas apa yang telah dipelajari dengan menggunakan istilah geometri yang berkaitan untuk membentuk gambaran menyeluruh tentang objek tersebut. Pada tahap ini siswa telah memperoleh pemikiran baru bagi topik yang dipelajari dan mereka dapat mengulangi fase-fase pembelajaran itu di tahap pemikiran berikutnya.

Berdasarkan paparan di atas, teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam mempelajari geometri, dimana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah. Teori ini memuat lima tingkat berpikir siswa dalam geometri yang utama secara berurutan yaitu : tahap 1 (visualisasi), tahap 2 (analisis), tahap 3 (abstraksi), tahap 4 (deduksi formal), tahap 5 (rigor atau keakuratan). Untuk meningkatkan suatu tahap berpikir ke tahap berpikir yang lebih tinggi Van Hiele mengajukan pembelajaran yang melibatkan 5 fase (langkah), yaitu ;


(47)

informasi (information), orientasi terpadu (directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free orientation), dan integrasi (integration).

4. Pendekatan Saintifik

Kurniasih (2014: 29) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses ilmiah, sehingga pembelajaran kurikulum 2013 SMP mengamanatkan pendekatan saintifik atau ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, dan mengomunikasikan konsep yang telah ditemukan. Tujuannya untuk membuat peserta didik menyadari bahwa pengetahuan dapat berasal dari mana saja dan kapan saja tidak bergantung pada guru. Oleh karena itu, guru sebaiknya dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui pengamatan mandiri. Menurut Sudarwan (dalam Majid, 2012: 194), pendekatan saintifik memiliki ciri-ciri yang menonjol, yaitu pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Menurut Abdul Majid (2014: 2-3) pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi, dan


(48)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa ada beberapa karakteristik pendekatan saintifik, yaitu (1) berpusat pada peserta didik, (2) melibatkan ketrampilan proses sains, (3) melibatkan proses-proses pengetahuan yang baik dalam mengarahkan perkembangan intelek peserta didik, khususnya ketrampilan berpikir tingkat tinggi, dan (4) dapat mengembangkan karakter peserta didik.

Majid (2012: 193) menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan menerapkan suatu proses ilmiah. Dalam pendekatan yang menggunakan proses ilmiah, para ilmuwan lebih mengutamajan penalaran induktif daripada penalaran deduktif. Penalaran deduktif lebih melihat fenomena yang umum terjadi yang kemudian dapat ditarik kesimpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif melihat fenomena yang tidak umum yang kemudian ditarik kesimpulan secara menyeluruh. Menurut Kurniasih (2014: 53-56), pendekatan saintifik sebagai proses pembelajaran disusun agar peserta didik dapat secara aktif memahami konsep dan prinsip melalui beberapa langkah yang akan dijelaskan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2.1 Pendekatan saintifik Langkah

Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Kegiatan Belajar Kompetensi yang Dikembangkan Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat, (tanpa atau dengan alat)

Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi Menanya Mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (mulai dari pertanyaan faktual sampai ke

Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepan jang hayat


(49)

pertanyaan yang bersifat hipotesis)

Mengumpulkan informasi/eksperimen

Melakukan eksperimen membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktivitas, wawancara dengan narasumber

Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat

Mengasosiasikan/me-ngolah informasi

a. Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperim en maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi

b. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikr induktif serta deduktif dalam menyimpulkan

Mengomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan

kemampuan berbahasa yang baik dan benar

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan sintifik dalam pembelajaran pada penerapan kurikulum 2013 adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun


(50)

pengetahuan melalui metode ilmiah untuk mendorong siswa lebih mampu melalui tahapan mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

5. Tinjauan Materi : Bangun Ruang Sisi Datar

Polihedron adalah benda padat yang dibatasi oleh bidang-bidang yang saling berpotongan (Jacobs, 1974: 586). Sedangkan Coxeter (1961: 148) mengatakan, polihedron (seperti contoh polihedron sisi-n di mana n adalah bilangan bulat) dapat digambarkan sebagai daerah yang dibatasi oleh bidang yang tertutup oleh jumlah garis berhingga, garis interior sepenuhnya berada pada satu sisi dari setiap garis. Dudeja & Madhavi (2014: 166) mengemukakan bangun ruang terbentuk dari bangun datar seperti segitiga, persegi, persegi panjang, poligon, lingkaran, dan sebagainya. Rangkaian bangun datar tersebut menempati ruang dalam tiga dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi. Sedangkan Marsigit (2009: 176) mengemukakan bangun ruang merupakan bangun yang memiliki ruang yang dibatasi oleh beberapa sisi dan disebut juga dengan bangun tiga dimensi. Bangun ruang sisi datar adalah bangun ruang yang hanya memiliki sisi datar saja (Dudeja & Madhavi, 2014: 167). Sehingga dari uraian itu dapat disimpulkan, bangun ruang sisi datar adalah suatu bangun ruang dimana sisi yang membatasi bangun tersebut berbentuk bidang datar.

1. Kubus

Menurut Slavin & Crisoniso (2005: 173), kubus adalah prisma segiempat beraturan yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi yang sama.


(51)

Marsigit (2009: 207) kubus adalah prism segi empat beraturan yang semua sisi tegak dan alasnya berbentuk persegi. Sukino (2008: 46) menyatakan kubus adalah bangun ruang yang dibentuk oleh tiga pasang persegi yang bentuk dan ukurannya sama. Berdasarkan uraian tersebut kubus adalah bangun ruang yang dibentuk oleh enam persegi yang sama dan sebangun. Kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk, dan 8 titik sudut. Berikut adalah gambar dari kubus ABCD.EFGH.

Gambar 2.1 Kubus ABCD.EFGH

Unsur-unsur kubus ABCD.EFGH adalah sebagai berikut: 1) Sisi

Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Kubus memiliki 6 buah sisi yang berbentuk persegi sama besar. Gambar 2.1 menunjukkan sisi- sisi kubus yaitu bidang ABCD,BCGF, CGHD,

ADHE, ABFE, dan EFGH.

2) Rusuk

Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus. Rusuk pada kubus terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus. Kubus mempunyai 12 buah rusuk seperti pada gambar 2.1 yaitu AB,


(52)

3) Titik Sudut

Titik sudut kubus adalah perpotongan antaara dua buah rusuk. Pada gambar 2.1 kubus memiliki 8 titik sudut yaitu sudut A, sudut B, sudut C, sudut D, sudut E, sudut F, sudut G, dan sudut H.

4) Diagonal Bidang

Diagonal bidang kubus adalah ruas garis yang menghubungkan dua buah titik sudut yang saling berhadapan didalam satu sisi kubus. Pada gambar 2.1 Kubus mempunyai 12 buah diagonal bidang, yaitu

AF, EB, DG, CH, BG, FC, AH, ED, EG, FH, AC, dan BD.

5) Diagonal Ruang

Diagonal ruang kubus adalah ruas garis yang menghubungkan dua buah titik sudut yang saling berhadapan di dalam suatu ruang kubus. Kubus mempunyai 4 buah diagonal ruang yaitu AG, BH, EC, dan FD pada gambar 2.1

6) Bidang Diagonal

Bidang diagonal adalah bidang yang terbentuk dari dua rusuk sejajar di dalam bangun ruang, Salah satu contoh bidang diagonal dalam kubus pada gambar 2.1 adalah bidang BGHF yang terbentuk dari dua rusuk sejajar, yaitu BF dan DH serta dua diagonal bidang yaitu BD dan FH.

Luas Permukaan Kubus

Lp kubus = 6 r2 ; dengan r merupakan panjang rusuk kubus Volume Kubus


(53)

Vkubus = = r3

2. Balok

Menurut Slavin & Crisoniso (2005: 168), balok adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk persegi panjang dan tingginya sejajar dengan alas. Balok adalah sebuah prisma segiempat beraturan yang bidang alasnya berbentuk persegi panjang (Marsigit, 2009: 192). Sedangkan menurut Dudeja & Madhavi (2014: 168) balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh tiga pasang sisi berbentuk persegi panjang yang masing-masing pasangnya sama dan sebangun. Berdasarkan uraian tersebut balok adalah prisma yang memiliki alas persegi panang. Balok memiliki 6 sisi, 12 rusuk, dan 8 titik sudut

Gambar 2.2 Balok ABCD.EFGH

Berdasarkan gambar balok ABCD.EFGH di atas, maka unsur-unsur balok adalah sebagai berikut.

1) Sisi

Sisi balok adalah bidang yang membatasi balok. Sisi balok berjumlah 6 buah yang berbentuk perpanjangan sama besar, yang


(54)

2) Rusuk

Rusuk balok adalah garis potong antara dua sisi bidang balok. Rusuk balok ada 12 buah, yaitu AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH, dan HE pada gambar balok 2.2.

3) Titik sudut

Titik sudut balok adalah titik perpotongan antara dua buah rusuk pada balok. Pada gambar 2.2 titik sudut balok berjumlah 8 buah, yaitu sudut A, sudut B, sudut C, sudut D, sudut E, sudut F, sudut G, dan sudut H..

4) Diagonal bidang

Diagonal bidang balok adalah ruas garis yang menghubungkan dua buah titik sudut yang saling berhadapan di dalam satu sisi balok. Balok mempunyai 12 buah diagonal bidang, yaitu AF, EB, DG, CH,

BG, FC, AH, ED, EG, FH, AC, dan BD pada gambar 2.2

5) Diagonal ruang

Diagonal ruang balok adalah ruas garis yang menghubungkan dua buah titik sudut yang saling berhadapan di dalam suatu ruang balok. Balok mempunyai 4 buah diagonal ruang yaitu, AG, BH, EC, dan FD pada gambar 2.2

6) Bidang dagonal

Bidang diagonal adalah bidang yang terbentuk dari dua rusuk sejajajar di dalam bangun ruang. Salah satu bidang diagonal dalam balok pada gambar 2.2 adalah bidang BDHF yang terbentuk dari dua


(55)

rusuk sejajar yaitu BF dan DH serta dua diagonal bidang yaitu BD dan FH.

Luas Permukaan Balok

Lp balok= 2((p l) + (p t) Volume Balok

Vbalok =

3. Prisma

Herman Hudoyo (2008: 110) mengatakan prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar. Dua bidang itu dinamakan bidang alas dan bidang atas. Menurut Slavin & Crisoniso (2005: 173), dua bidang yang saling sejajar satu sama lain disebut bidang alas dan bidang atas prisma. Bidang alas dan bidang atas pada prisma kongruen satu sama lain. Menurut Marsigit (2009: 176) prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar yang saling kongruen dan beberapa bidang lain yang memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang sejajar. Dudeja & Madhavi (2014: 169) mengemukakan, prisma adalah bangun ruang yang sisi alas dan sisi atasnya merupakan segi banyak, yang dihubungkan dengan sisi tegak dengan sisi tegak. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar dan kongruen yaitu bidang alas dan atas, serta bidang lain yang memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang sejajar


(56)

1. Bentuk alas dan tutup prisma kongruen.

2. Sisi-sisi tegak prisma berbetuk persegi panjang. 3. Prisma memiliki rusuk tegak.

4. Ukuran diagonal bidang pada sisi yang sama, besarnya sama.

Salah satu contoh prisma adalah prisma segitiga ABC.DEF pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.3 Prisma segitiga ABC.DEF

Bagian-bagian prisma segitiga ABC.DEF pada gambar 2.3 tersebut yaitu : 1. Sisi prisma segitiga berjumlah 5 buah yaitu, ABC, DEF, ABED,BECF,

dan ACFD.

2. Rusuk prisma segitiga berjumlah 9 buah yaitu AB, BE, AC, AD, BE, CF, DE, EF, dan DF.

3. Titik sudut prisma berjumlah 6 buah yaitu sudut A, sudut B, sudut C, sudut D, sudut E, dan sudut F.

4. Diagonal bidangnya adalah AE, DB, BF, EF, AF, dan DC. 5. Contoh bidang diagonalnya adalah BDF.

Luas Permukaan Prisma

Lp prisma = luas alas + luas total sisi tegak Volume Prisma


(57)

4. Limas

Menurut Slavin & Crisoniso (2005: 173), limas adalah bangun ruang sisi datar yang memiliki satu bidang segi-n dan bidang lainnya berbentuk segitiga yang bertemu di satu titik. Dudeja & Madhavi (2014: 170) mengemukakan, limas adalah bangun ruang yang dibentuk dengan menghubungkan titik-titik sudut dari alasnya dengan suatu titik yang terletak di luar akas tersebut. Sedangkan menurut Marsigit (2009: 198) limas adalah sebuah bangun yang dibatasi oleh sebuah daerah segi banyak dan daerah segitiga. Menurut Sukino (2006: 340) limas merupakan bangun datar yang selimutnya terdiri atas bangun datar segitiga dengan satu titik persekutuan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa limas adalah bangun ruang yang memiliki satu bidang sebagai alas, sedangkan bidang lainnya berbentuk segitiga yang bertemu pada satu titik puncak. Penamaan limas sesuai dengan bentuk alas limas sebagai berikut : 1. Semua sisi limas berbentuk segitiga dan bertemu di satu titik puncak. 2. Diagonal alas limas panjangnya sama.

Salah satu contoh limas adalah limas segiempat T.ABCDF pada gambar berikut.


(58)

Berdasarkan limas segiempat T.ABCD pada gambar 2.4, bagian-bagian limas segiempat antara lain sebagai

1. Sisi limas segiempat berjumlah 5 buah, yaitu ABCD, TAB, TBC, TCD, dan TAD.

2. Rusuk limas segiempat berjumlah 8 buah yaitu TA, TB, TC, TD, TD, AB, BC, BD, dan AD.

3. Titik sudut limas segiempat berjumlah 5 buah yaitu, sudut T, sudut A, sudut B, sudut C, sudut D.

4. Digonal bidang limas segiempat adalah AC dan BD. 5. Bidang diagonal limas segiempat adalah TAC dan TBD Luas Permukaan Limas

Lp limas =( 2 luas alas) + (luas bidang tegak)

Volume Limas

Vlimas =

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bangun ruang sisi datar adalah suatu bangun ruang dimana sisi yang membatasi bagian dalam atau luar berbentuk bidang datar. Bangun ruang sisi datar yang dipelajari siswa kelas VIII SMP meliputi kubus, balok, prisma, dan limas. Materi yang akan dikembangkan dalam perangkat pembelajaran ini adalah prisma dan limas.


(59)

6. Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau saran yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Serangkaian perangkat pembelajaran yang harus dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi pembelajaran di kelas (Suhadi dalam Andi, 2008: 1).

Menurut Trianto (2010: 201) perangkat pembelajaran adalah perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan. Trianto (2010: 96) mengungkapkan bahwa perangkat pembelajaran adalah perangkat yang digunakan dalam pengelolaan proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan ajar, dan penilaian. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah perangkat yang digunakan untuk proses pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut.

a. Silabus

Menurut Trianto (2010: 201) silabus adalah rencana pembelajaran sederhana pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus tersebut digunakan untuk memudahkan pembuatan RPP. Sejalan dengan Trianto, Hosnan (2014: 99) berpendapat bahwa silabus merupakan acuan dalam menyusun kerangka pembelajaran untuk setiap mata pelajaran.


(60)

Jadi, menurut pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa silabus adalah acuan dalam membuat kerangka pembelajaran untuk sertiap mata pelajaran atau tema tertentu.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP adalah pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan (Trianto, 2010: 214). Skenario kegiatan tersebut dibuat sesuai tujuan pembelajaran yang mengacu pada indikator. Rencana pelaksanaan pembelajaran memiliki komponen-komponen penting yaitu standar inti, standar kompetensi, indikator, tujuan, materi pokok, langkah-langkah pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan, dan penilaian. Hosnan (2014: 99) berpendapat bahwa RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran untuk satu kali pertemuan atau lebih. RPP tersebut merupakan turunan dari silabus sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa RPP adalah pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk satu kali pertemuan atau lebih.

c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS adalah panduan siswa yang berfungsi membantu siswa dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran (Trianto, 2010: 222). Hidayat (2013: 8) mengungkapkan bahwa LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan-kegiatan di dalam LKS perlu disesuaikan dengan perkembangan siswa sehingga siswa


(61)

mudah memahami isi dari LKS tersebut. Oleh karena itu kegiatan dalam LKS perlu dilaksanakan oleh siswa untuk meningkatkan pemahaman dalam membentuk kompetensi yang ingin dicapai.

d. Bahan Ajar

Trianto (2010: 227) mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah buku untuk memandu siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi, konsep-konsep, ataupun informasi-informasi yang berisi masalah kehidupan sehari-hari. Hidayat (2013:62) mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah segala hal yang ditawarkan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulan bahwa bahan ajar merupakan segala hal yang ditawarkan kepada siswa dalam bentuk materi, konsep, ataupun informasi yang berisi masalah kehidupan sehari-hari untuk mencapai tujuan pembelajaran.

e. Penilaian

Akbar (2010: 88) berpendapat penilaian merupakan proses memberi nilai berdasarkan hasil pengukuran dengan kualitas nilai tertentu. Guru dapat membuat rubrik dan kunci jawaban dengan pedoman penskoran dalam memberikan penilaian kepada proses dan hasil belajar siswa. Trianto (2010: 252) mengungkapkan bahwa penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa. Ada beberapa aspek dalam penilaian yaitu aspek spiritual, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kegiatan-kegiatan tersebut


(62)

dapat dilakukan secara sistematis sehingga menjadi informasi yang berkmakna dalam mengambil keputusan. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka penilaian merupakan proses memberi nilai untuk mengukur seberapa jauh aspek spiritual, sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa.

Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran yang mengakomodasi teori Van Hiele merupakan hal yang relatif baru, sehingga sumber penelitian yang relevan yang diperoleh masih sedikit. Berikut ini penelitian relevan yang sesuai dengan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran dan teori Van Hiele.

Pertama, penelitian pengembangan berupa skripsi (skripsi: tidak

diterbitkan) yang berjudul “Pengembangkan Perangkatan Pembelajaran Materi Prisma Berdasarkan Teori Van Hiele untuk Siswa Kelas V SD” yang dilakukan oleh Rindi Winda Pranita (2015). Penelitian ini menghasilkan produk perangkat pembelajaran yang memiliki skor rerata 3,53 dengan kategori sangat baik.

Kedua, penelitian mengenai teori Van Hiele berupa skripsi (skripsi:


(63)

Untuk Meningkatkan Tingkat Dan Kualitas Berpikir Siswa Kelas V SD Negeri Timbulharjo pada Pokok Bahasan Bangun Datar” yang dilakukan oleh Maria Anggarani (2010). Penelitian ini menghasilkan peningkatan berpikir siswa setelah pembelajarannya menggunakan teori Van Hiele.

Kedua penelitian tersebut mendasari peneliti untuk mengembangkan sebuah perangkat pembelajaran yang mengakomodasi teori Van Hiele pada materi prisma dan limas untuk siswa kelas VIII SMP. Relevansi dari penelitian tersebut adalah pada penelitian pertama telah digunakan teori Van Hiele untuk meningkatkan kualitas berpikir siswa pada kelas V SD. Hasilnya pun menunjukkan kualitas berpikir siswa meningkat berdasarkan tahap berpikir geometri menurut Van Hiele. Oleh karena itu peneliti ingin menggunakan teori Van Hiele pada materi geometri di kelas menengah pertama yaitu di kelas VIII SMP. Pada penelitian kedua teori Van Hiele digunakan sebagai dasar pengembangan perangkat pembelajaran pada materi prisma di kelas V SD. Perangkat yang dihasilkan juga pada kategori sangat baik. Peneliti mengakomodasi teori Van Hiele dalam materi prisma dan limas namun pada siswa SMP. Berdasarkan dua penelitian tersebut peneliti mengembangkan perangkat mengakomodasi teori Van Hiele pada siswa kelas VIII SMP materi prisma dan limas. Kemudian peneliti menggunakan pendekatan saintifik dalam pengembangan perangkat pembelajaran yang mengakomodasi teori Van Hiele ini. Pendekatan saintifik digunakan terkait implementasinya dalam kurikulum 2013.


(64)

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika dewasa ini menerapkan pendekatan saintifik dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum 2013. Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menerapkan lima hal yaitu, mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasi.

Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam mempelajari geometri, dimana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah. Teori ini memuat lima tingkat berpikir siswa dalam geometri yang utama secara berurutan yaitu : tahap 1 (visualisasi), tahap 2 (analisis), tahap 3 (abstraksi), tahap 4 (deduksi formal), tahap 5 (rigor atau keakuratan). Untuk meningkatkan suatu tahap berpikir ke tahap berpikir yang lebih tinggi Van Hiele mengajukan pembelajaran yang melibatkan 5 fase (langkah), yaitu ; informasi (information), orientasi terpadu (directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free orientation), dan integrasi (integration).

Kasus yang paling sering ditemui siswa dapat mengenal suatu bangun ruang tetapi tidak dapat menjelaskan sifat-sifatnya. Atau siswa tidak memahami bahwa balok adalah prisma. Teori Van Hiele merupakan salah satu model pembelajaran yang menjelaskan tentang proses berpikir siswa dalam pembelajaran geometri.

Peneliti akan mengembangkan perangkat pembelajaran yang dapat mengakomodasi teori Van Hiele tersebut untuk pokok bahasan bangun ruang sisi datar dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran bagi siswa kelas


(65)

VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang. Materi yang dikembangkan dalam perangkat pembelajaran adalah materi prisma dan limas. Hal ini dikarenakan peneliti akan menggunakan pembelajaran kubus dan balok sebelumnya menjadi kondisi untuk melihat tahap berpikir Van Hiele dari siswa untuk dibandingkan setelah pembelajaran dengan perangkat yang telah dikembangkan.

Pengembangan perangkat pembelajaran ini disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan guru. Pengembangan perangkat pembelajaran ini akan menggunakan model pengembangan Sugiyono, namun telah dilakukan modifikasi karena adanya keterbatasan waktu dari peneliti. langkah pengembangan yang dilakukan antara lain (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) implementasi pada sampel terbatas, dan (7) revisi produk.

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir Teori Van Hiele Hakekat Matematika

Proses Belajar Matematika Bangun ruang sisi datar

(prisma dan limas)

Pendekatan Saintifik Perangkat


(66)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitan yaitu penelitian dan pengembangan, setting penelitian, prosedur dan desain penelitian yang menggunakan penelitian dan pengembangan Sugiyono, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan, dan teknik analisis data yaitu teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif.

A. Jenis Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengembangkan perangkat pembelajaran yang dapat mengakomodasi tahapan pemikiran geometri Van Hiele pada materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang.

Oleh karena itu peneliti menggunakan metode “Penelitian dan pengembangan

atau Research and Development”.

Sugiyono (2011: 297) mengemukakan bahwa R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan dan menguji keefektifan produk tertentu. Pada penelitian R&D digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan untuk menghasilkan dan menguji keefektifan, sehingga penelitian tersebut dapat berfungsi di masyarakat. Menurut Sukmadinata (2007: 164) Penelitian dan pengembangan atau R&D adalah suatu proses atau


(67)

langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian R&D banyak dipergunakan pada banyak bidang termasuk bidang pendidikan. Pada bidang pendidikan, penelitian ini tidak sebatas membuat perangkat keras seperti pada bidang-bidang lain, namun dapat juga membuat perangkat-perangkat lunak seperti silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian (Sugiyono, 2011: 297).

Sukmadinata (2007: 164) mengemukakan, pada bidang pendidikan, proses R&D diawali dengan adanya kebutuhan seperti permasalahan-permasalahan yang membutuhkan solusi dengan menggunakan produk tertentu. Produk yang dapat dikembangkan dapat berupa perangkat pembelajaran.

B. Setting Penelitian

Setting penelitian berisi tentang tempat bagian yaitu tempat, waktu, subjek, dan objek penelitian.

1. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang. Kelas VIII adalah kelas yang terdiri dari 28 siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang relatif heterogen.

2. Obyek Penelitian

Objek penelitian adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti. Perangkat pembelajaran di ujicobakan untuk meyakinkan bahwa perangkat pembelajaran tersebut telah layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran


(68)

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan tempat dilaksanakannya uji coba produk. Penelitian ini dilakukan di SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang pada tahun ajaran 2015/2016 semester II.

4. Waktu Penelitian

Peneliti menyelesaikan penelitian ini selama empat bulan. Penelitian dimulai dari observasi dan wawancara hingga diakhiri ujian skripsi pada bulan Juli 2015. Jadwal uji coba produk dilaksanakan pada bulan Mei 2015.

C. Desain dan Prosedur Pengembangan

Motede yang digunakan dalam penelitian adalah R&D. Ada beberapa langkah-langkah dalam melakukan penelitian pengembangan yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2011: 298)

Potensi dan Masalah

Pengumpu-lan Data

Desain Produk

Validasi Desain

Revisi Desain Uji coba

Produk Uji coba

pemakaian

Revisi Produk

Revisi Produk


(69)

1. Potensi dan Masalah

Masalah merupakan penyimpangan yang tidak sesuai dengan harapan. Hal tersebut dapat ditemukan melalui observasi dan wawancara. Masalah yang ditemukan diatasi melalui R&D sehingga dapat ditemukan suatu penanganan yang efektif. Oleh karena itu, potensi dan masalah perlu ditunjukan dengan data-data empirik yang masih up to date.

2. Pengumpulan Data

Setelah menemukan masalah, selanjutnya peneliti perlu melakukan pengumpulan data sebagai bahan perencanaan produk tertentu yang diharapkan mampu mengatasi masalah yang ditemukan.

3. Desain Produk

Desain Produk merupakan alat yang diharapkan mampu menangani masalah. Desain produk dalam bidang pendidikan dapat berupa kurikulum, metode pembelajaran, buku ajar, media, perangkat pembelajaran, dan lain-lain.

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menilai rancangan produk secara rasional. Dalam hal ini, validasi produk dilakukan dengan cara meminta beberapa ahli untuk melakukan penilaian terhadap produk baru yang dirancang tersebut.

5. Revisi Desain

Revisi desain bertujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang telah divalidasi oleh ahli. Revisi desain dilakukan oleh peneliti.


(70)

6. Uji Coba Produk

Uji coba produk tahap awal dilakukan pada kelompok terbatas. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat lebih efektif dan efisien.

7. Revisi Produk

Pada uji coba produk, ada kemungkinan ditemukannya kelemahan atau kekurangan dari produk tersebut. Oleh karena itu dilakukan revisi produk untuk menutupi kekurangan-kekurangan tersebut.

8. Uji Coba Pemakaian

Desain produk yang telah direvisi kemudian akan diuji coba ke lapangan. 9. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan terakhir kalinya jika uji coba di lapangan masih terdapat kekurangan.

10. Produk Masal

Pembuatan produk masal akan dilakukan jika produk yang telah diujicobakan sudah efektif dan layak untuk diproduksi masal.

Berdasarkan prosedur yang dikemukakan Sugiyono di atas, peneliti menggunakan prosedur tersebut untuk membuat pengembangan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut dibuat dengan mengakomodasi teori Van Hiele dengan menggunakan pendekatan saintifik. Namun, penelitian tersebut dimodifikasi sampai pada tahap revisi produk. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti. R&D merupakan penelitian multi year yang berarti dibutuhkan waktu sampai


(71)

tahunan, padahal materi bangun ruang sisi datar yang diajarkan hanya terdapat pada semester genap tahun berikutnya. Selain itu penelitian ini juga dapat dilanjutkan oleh peneliti berikutnya. Prosedur pengembangan yang dilakukan juga telah mengalami modifikasi dengan menambahkan uji keterbacaan dan melakukan implementasi pada sampel terbatas untuk meyakinkan bahwa perangkat bisa digunakan di sekolah dan nantinya dapat digunakan sebagai uji coba produk.

Prosedur yang telah dimodifikasi tersebut adalah sebagai berikut.

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Dimodifikasi

1. Potensi dan Masalah

Peneliti menemukan potensi dan masalah dengan cara melakukan wawancara dan observasi. Observasi dilakukan di kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang, sedangkan wawancara dilakukan kepada guru matematika di kelas tersebut untuk menemukan dan memperjelas masalah yang muncul dalam pembelajaran.

Potensi dan Masalah

Revisi Produk

Uji Coba Produk

Desain Produk Validasi Desain

Revisi Desain Pengumpulan


(72)

2. Pengumpulan Data

Setelah menemukan masalah, peneliti mencari berbagai sumber dan menghubungkannya dengan masalah yang ditemukan. Informasi yang telah didapat tersebut dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang telah ditemukan. Hal ini bertujuan sebagai bahan untuk perencanaan desain produk.

3. Desain Produk

Desain produk yang dikembangkan oleh peneliti adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian pada materi bangun ruang sisi datar. Perangkat pembelajaran tersebut dikembangkan dengan mengakomodasi teori Van Hiele dengan menggunakan pendekatan saintifik.

4. Validasi desain

Desain produk yang telah dikembangkan, kemudian di validasi untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada. Validasi tersebut dilakukan oleh ahli yang sudah berpengalaman. Dalam penelitian ini, desain yang telah dikembangkan divalidasi oleh 1 guru dan 2 dosen yang sesuai dengan bidangnya.

5. Revisi Desain

Setelah divalidasi oleh ahli, peneliti melakukan revisi untuk memperbaiki produk yang diketahui kekurangannya. Selanjutnya peneliti melaksanakan uji keterbacaan siswa untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai isi LKS, bahan ajar, dan penilaian yang telah divalidasi. Selanjutnya peneliti merevisi kembali produk yang telah diujikan dalam uji keterbacaan.


(73)

6. Uji coba produk

Perangkat pembelajaran yang telah direvisi kemudian diujicobakan. Uji coba produk dilakukan untuk meyakinkan bahwa produk yang dibuat telah layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

7. Revisi Produk

Setelah melakukan uji coba produk, peneliti kembali melakukan revisi. Revisi dilakukan berdasarkan masukan-masukan terhadap uji coba produk di kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang apabila masih terdapat kekurangan dalam perangkat pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu, wawancara, observasi, penyebaran angket, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data kebutuhan siswa. Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2011: 231) wawancara didefinisikan sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dilakukan kepada guru matematika kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang.

2. Observasi

Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Sugiyono (2011: 145) mengungkapkan bahwa


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan mendiagnosis kesalahan dan pembelajaran remedial Kelas VIII E SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada materi bangun ruang sisi datar.

0 0 2

Implementasi pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

0 0 240

Pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar berdasarkan teori van hiele untuk siswa kelas V sekolah dasar.

6 25 224

Implementasi perangkat pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi balok yang mengakomodasi teori van hiele di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 250

Analisis pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 di kelas 8E SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada materi bangun ruang sisi datar.

0 1 157

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan mendiagnosis kesalahan dan pembelajaran remedial Kelas VIII E SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada materi bangun ruang sisi datar

0 1 260

Penggunaan media powerpoint dalam pembelajaran remedial pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

0 37 237

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SMP/MTs.

0 15 453

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA SMP KELAS VIII.

0 1 59

Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar untuk Siswa SMP Kelas VIII.

0 0 3