Efektivitas Pembelajaran Saintifik dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) dan Think Pair Square (TPS) Ditinjau dari Komunikasi Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP.

(1)

1 BABBIB BABBIBPENDAHULUANB

A. LatarBBelakangB

Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan salah satu kunci kesuksesan dari seseorang. Begitu pula dalam proses pembelajarank apabila peserta didik tidak mampu menjalin komunikasi dengan sesama peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan berlangsung kurang optimal. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk berkomunikasi merupakan komponen yang penting dalam proses pembelajarank termasuk juga dalam pembelajaran matematika.

Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang turut memberikan sumbangan signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan sumber daya manusia. Matematika juga memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan praktis dan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-harik selain itu matematika juga dapat berperan sebagai bahasa atau alat komunikasi. Ibrahim dan Suparni (2008: 6) mengatakan bahwa matematika adalah bahasa karena matematika merupakan sekumpulan simbol yang memiliki makna.

Komunikasi matematis merupakan kecakapan siswa dalam mengungkapkan ide-ide matematika secara lisank tertulisk gambark diagramk menggunakan benda nyatak atau menggunakan simbol matematika. Siswa yang memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan ide atau gagasan


(2)

2

matematisnya dengan baik cenderung mempunyai pemahaman yang baik terhadap konsep yang dipelajari dan mampu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari (NCTMk 2000: 61).

Peserta didik belum tentu memahami informasi yang mereka terima terkait konsep matematika karena karakteristik matematika yang sarat dengan istilah dan simbol. Menurut Cotton (2008)k peserta didik dapat mengoptimalkan pemahaman mereka terhadap suatu konsep matematis dengan cara berpikir dan bernalar kemudian mengkomunikasikan ide mereka. Selain dengan cara mengkomunikasikank mendengarkan penjelasan orang lain juga dapat mengoptimalkan pemahaman mereka. Mengkomunikasikan ide dapat dilakukan dengan dua carak yaitu secara lisan maupun tertulis. Peserta didik harus berusaha agar tidak menimbulkan kesalahpahaman ketika mengkomunikasikan suatu konsep matematis. Melalui komunikasik siswa dapat merenungkan dan mengklarifikasi ide-ide merekak pemahaman mereka terhadap hubungan matematisk dan argumen matematis mereka (Ontario Ministry of Educationk 2005).

Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu standar proses dalam pembelajaran matematika. Seperti yang diungkapkan dalam Principles & Standards for School Mathematics (NCTMk 2000: 29) yaitu standar proses dalam pembelajaran matematika meliputi kemampuan pemecahan masalah (problem solving)k kemampuan penalaran (reasoning)k kemampuan komunikasi (communication)k kemampuan membuat koneksi (connection)k dan kemampuan representasi (representation). Berdasarkan


(3)

3

uraian di atask dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis merupakan hal yang penting sehingga setiap peserta didik perlu mengembangkan kemampuan ini.

Salah satu hal yang diduga dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematis peserta didik adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Indonesia menerapkan Kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 2013/2014. Kurikulum ini menyarankan setiap pembelajaran menggunakan pendekatan saintifikk termasuk untuk pembelajaran matematika. Pembelajaran saintifik ini perpusat pada peserta didik. Inti pembelajaran saintifik yaitu peserta didik melakuan kegiatan mengamatik menanyak mencobak mengasosiasik dan mengkomunikasikan. Melihat dari langkah-langkah pembelajarannyak peserta didik diberi kesempatan untuk menyampaikan gagasan matematisnyak terutama pada langkah mengkomunikasikank sehingga pembelajaran saintifik ini dapat melatih kemampuan komunikasi matematis peserta didik.

Kurikulum 2013 dihentikan sementara pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 untuk sekolah yang baru menerapkan kurikulum ini selama satu semester. Ada dua kemungkinan untuk tahun ajaran selanjutnyak yaitu kurikulum ini akan dilanjutkan atau tidak. Terlepas dari kedua kemungkinan tersebutk pembelajaran saintifik tetap dapat diterapkan sebagai alternatif pembelajaran yang diasumsikan dapat melatih dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematis peserta didik. Penerapan pembelajaran saintifik ini dapat dikombinasikan dengan pembelajaran lain.


(4)

4

Model pembelajaran kooperatif termasuk model pembelajaran yang disarankan untuk diterapkan bersama-sama dengan pembelajaran saintifik karena pembelajaran kooperatif dan pembelajaran saintifik sama-sama berpusat pada peserta didik. Inti dari pembelajaran kooperatif adalah peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang idealnya beranggotakan 4 sampai 5 anggota. Pembelajaran kooperatif menjadikan peserta didik bekerja sama dengan teman satu kelompoknya. Salah satu bentuk kerja samanya adalah adanya komunikasi antar anggota yang mengungkapkan ide-ide matematisk sehingga pembelajaran kooperatif ini dapat menfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya.

Terdapat beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatifk antara lain tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) dan Think Pair Square (TPS). Pembelajaran TS-TS memungkinkan peserta didik untuk bekerja dalam kelompoknya dan memungkinkan bertukar informasi dengan kelompok lain yang kemudian dapat didiskusikan dengan kelompoknya kembali (Anita Liek 2008 : 61-62). Pembelajaran TPS memberi kesempatan kepada peserta didik agar dapat bekerja secara individuk kemudian berdiskusi secara berpasangank dan dilanjutkan dengan berdiskusi dalam kelompok yang terdiri dari empat orang (Anita Liek 2008 : 57-58). Peserta didik diberikan kesempatan yang cukup untuk melatih kemampuan mengungkapkan ide-ide matematis baik secara lisan maupun tertulis melalui banyaknya kesempatan berdiskusi pada kedua pembelajaran ini. Berdasarkan uraian di atask baik model pembelajaran


(5)

5

kooperatif tipe TS-TS maupun TPS diduga dapat menfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Wonosari karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang masih menerapkan Kurikulum 2013 pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Alasan lainnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS dan TPS belum pernah diterapkan dalam pembelajaran matematika di kelas VII SMP N 2 Wonosari. Kondisi kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas VII SMP N 2 Wonosari diperoleh dari paparan salah satu guru matematika di sekolah tersebut. Berdasarkan hasil wawancarak diperoleh informasi bahwa masih ada peserta didik yang mengalami kesulitan ketika menyampaikan ide-ide matematis baik di depan kelas maupun ketika mengerjakan soal uraian. Ada beberapa peserta didik yang hanya sekedar menghitung angka-angkanya tanpa mengetahui maksud dari soal ataupun tanpa mengetahui arti dari setiap langkah-langkah penyelesaian soal tersebut. Masih ada pula peserta didik yang tidak sistematis ketika mengerjakan soal. Tidak sistematis yang dimaksud adalah tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal secara lengkapk tidak menuliskan rumus umumnyak ada langkah-langkah penyelesaian yang tidak dituliskank atau tidak menuliskan kesimpulan sesuai dengan soal.

Berdasarkan uraian di atask peneliti merasa perlu mengujicobakan pembelajaran saintifik yang dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS dan TPS untuk dilihat efektivitasnya ditinjau dari kemampuan komunikasi peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari serta


(6)

6

membandingkan hasilnya untuk mengetahui apakah ada perbedaan efektivitas atau tidak. Pembelajaran akan dikatakan efektif jika rata-rata nilai komunikasi matematisnya mencapai KKM untuk mata pelajaran matematika di SMP N 2 Wonosari atau jika menunjukkan peningkatan kemampuan komunikasi matematis yang tergolong tinggi.

B. IdentifikasiBMasalahB

1. Peserta didik belum tentu memahami informasi yang mereka terima terkait konsep matematika karena karakteristik matematika yang sarat dengan istilah dan simbol.

2. Ada peserta didik yang kesulitan ketika menyampaikan ide-ide matematis baik di depan kelas maupun ketika mengerjakan soal uraian.

3. Ada beberapa peserta didik yang hanya sekedar menghitung angka-angkanya tanpa mengetahui maksud dari soal ataupun tanpa mengetahui arti dari setiap langkah-langkah penyelesaiannya.

4. Ada peserta didik yang tidak sistematis ketika mengerjakan soal. Tidak sistematis yang dimaksud disini adalah tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal secara lengkapk tidak menuliskan rumus umumnyak ada langkah-langkah penyelesaian yang tidak dituliskank atau tidak menuliskan kesimpulan sesuai dengan soal.

C. BatasanBMasalahB

Penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two


(7)

Stay-7

Two Stray (TS-TS) dan Think Pair Square (TPS) serta membandingkan hasilnya untuk mengetahui apakah ada perbedaan efektivitas ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari. Pembelajaran saintifik yang dimaksud pada penelitian ini adalah pembelajaran saintifik yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Karena keterbatasan penulisk kemampuan komunikasi matematis hanya dilihat dari hasil tes kemampuan komunikasi matematis.

B

D. RumusanBMasalahB

1. Bagaimanakah efektifitas pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari?

2. Bagaimanakah efektifitas pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari?

3. Apakah ada perbedaan efektifitas antara pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS dan TPS ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari?

E. TujuanBPenelitianB

1. Untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari.


(8)

8

2. Untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari.

3. Untuk mendeskripsikan perbedaan efektifitas antara pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS dan TPS ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari.

F. ManfaatB

1. Bagi peserta didik

Dapat memberikan pengalaman belajar menggunakan pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS dan TPS. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis peserta didik.

2. Bagi guru matematika

Dapat memberikan referensi terkait alternatif model pembelajaran matematika yang dapat diterapkan bersama-sama dengan pembelajaran saintifik dan diharapkan efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis peserta didik.

3. Bagi peneliti

Dapat memberikan pengalaman merancang pembelajaran matematika yang diharapkan efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis peserta didik.


(9)

9 BABBIIB BABBIIBKAJIANBTEORIB

A. DeskripsiBTeoriB 1. BelajarB

Belajar menurut Gagne (dalam Benny A Pribadi, 2009: 6) merupakan sebuah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terjadi ketika seseorang melakukan interaksi intensif dengan sumber-sumber belajar. Herman Hudojo (2005: 71) mengartikan belajar sebagai proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. Menurut Slameto (2010: 2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Muhibbin Syah (2008: 92) mengatakan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sugihartono (2007: 74) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Trianto (2010: 17) menambahkan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku tetap


(10)

10

dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun bagi individu itu sendiri. Dengan kata lain, perubahan tingkah laku tersebut diharapkan berupa perubahan yang positif, sehingga dapat bermanfaat bagi lingkungan maupun bagi diri sendiri.

Tidak semua perubahan tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar, berikut ciri-ciri tingkah laku yang dikatagorikan sebagai aktivitas belajar menurut Sugihartono (2007: 74).

a. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar. b. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional. c. Perubahan bersifat positif dan aktif.

d. Perubahan bersifat permanen.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang berupa pengembangan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sebagai akibat dari interaksi dengan sumber-sumber belajar. Dari belajar ini diharapkan berupa perubahan tingkah laku yang positif, sehingga dapat bermanfaat bagi lingkungan maupun bagi diri sendiri.


(11)

11 2. PembelajaranB

Kegiatan belajar sangat erat kaitannya dengan pembelajaran. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2010: 14). Tidak jauh berbeda dengan Isjoni, Gagne dalam Benny A. Pribadi (2009: 9) berpendapat bahwa pembelajaran adalah serangkainan aktivitas yang sengaja disiaptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Gulo (dalam Sugihartono 2007: 80) mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar peserta didik.

Permendikbud No 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum menjabarkan bahwa pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dapat dimaknai sebagai usaha pendidik untuk menciptakan serangkaian kegiatan yang dilengkapi dengan sistem lingkungan yang dapat membantu proses belajar.


(12)

12 3. PembelajaranBMatematikaB

Untuk memahami tentang pembelajaran matematika, perlu beberapa teori untuk membahas hakikat matematika terlebih dahulu. Menurut KBBI, matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan bilangan, hubungan yang ada antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan bilangan. Kline dalam Erman Suherman, dkk (2001: 19) menyatakan bahwa metematika dapat membantu manusia untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan alam. R. Soedjadi (2000: 3) menyatakan bahwa matematika berisi mengenai hubungan, gagasan, serta ide yang tersusun secara logik sehingga matematika berkaitan erat dengan suatu konsep yang abstrak. Selain itu matematika juga dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang tersusun secara hierarki dan memiliki penalaran yang deduktif.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan bilangan dimana di dalamnya mempelajari suatu hubungan, struktur, dan gagasan mengenai suatu konsep yang abstrak dan membutuhkan penalaran deduktif serta dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Matematika dapat memasuki seluruh segi kehidupan manusia, sehingga sekolah perlu memperikan pelajaran matematika. Matematika yang diajarkan di sekolah disebut dengan matematika sekolah.


(13)

13

Menurut Erman Suherman, dkk (2001:54), matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLTP) dan Pendidikan Menengah (SMU dan SMK). Erman Suherman, dkk (2001: 54-55) menambahkan bahwa matematika sekolah tersebut terdiri dari bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta berpadu pada perkembangan IPTEK, sedangkan fungsi mata pelajaran matematika sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan.

Pembelajaran matematika erat kaitannya dengan matematika sekolah. Dengan memperhatikan derfinisi-definisi matematika, matematika sekolah dan definisi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah usaha pendidik untuk menciptakan serangkaian kegiatan yang dilengkapi dengan sistem lingkungan yang dapat membantu proses belajar matematika.

4. PembelajaranByangBEfektifB

Pembelajaran diartikan sebagai usaha pendidik untuk menciptakan serangkaian kegiatan yang dilengkapi dengan sistem lingkungan yang dapat membantu proses belajar. Dari pengertian ini, jelas bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk membantu proses belajar. Pendapat ini diperkuat dengan pendapat Isjoni (2010: 14) yang menyebutkan bahwa


(14)

14

tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.

Setiap guru dan peserta didik menginginkan terjadinya pembelajaran yang efektif, termasuk juga pada pembelajaran matematika karena peserta didik dapat melaksanakan kegiatan belajar yang dapat memaksimalkan kemampuan-kemampuan yang ingin dicapai. Tejo Nursito (2011: 5) mengatakan bahwa, kondisi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tidak cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut karena setiap pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Suyono (2009: 203) menyatakan bahwa pembelajaran efektif dan produktif adalah kegiatan pembelajaran yang secara terencana membantu siswa mencapai dua tujuan utama, yakni tujuan pembelajaran secara optimal dan sekaligus mengkondisikan siswa produktif dalam menghasilkan gagasan-gagasan. Pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal merujuk kepada suatu keadaan yang ditandai oleh tercapainya indikator-indikator pembelajaran secara optimal. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran dapat dikatakan efektif jika pembelajaran dapat mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut yang ditandai dengan tercapainya indikator-indikator pembelajaran secara optimal.


(15)

15 5. KomunikasiBMatematisB

Peranan komunikasi dalam matematika sangat besar karena pada saat peserta didik mengkomunikasikan ide, gagasan ataupun konsep matematika, mereka belajar mengklarifikasi, memperhalus dan menyatukan pemikiran. Komunikasi dalam matematika ini sering disebut dengan komunikasi matematis. Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000: 61), komunikasi matematis adalah kecakapan peserta didik dalam mengungkapkan ide-ide matematika secara lisan, tertulis, gambar, diagram, menggunakan benda nyata atau menggunakan simbol matematika. Komunikasi matematis juga diartikan sebagai proses mengekspresikan ide-ide matematika dan pemahaman secara lisan, secara visual, dan secara tertulis, menggunakan angka, simbol, gambar, grafik, diagram, dan kata-kata (Ontario Ministry of Education, 2005). Menurut ILOs-The Intended Learning Outcomes(dalam Armiati, 2009), komunikasi matematika adalah suatu keterampilan penting dalam matematika yaitu kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan. Kemampuan komunikasi matematis juga diartikan sebagai kemampuan siswa yang meliputi kegiatan: mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram dan ekspresi matematis untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematis dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu perhatian, dan minat mempelajari matematika, serta


(16)

16

sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Endra Sukendar, 2014).

Syaban (dalam Dwi Panji Mahardika, 2014) mengatakan bahwa komunikasi matematis merupakan refleksi pemahaman matematis dan merupakan bagian dari daya matematis. Selain kemampuan komunikasi matematis peserta didik merupakan refleksi dari pemahaman matematisnya, peserta didik juga dapat mengoptimalkan pemahaman matematisnya dengan cara mengkomunikasikan ide dan gagasan matematisnya. Seperti yang diungkapkan oleh Cotton (2008), peserta didik dapat mengoptimalkan pemahaman mereka terhadap suatu konsep matematis dengan cara berpikir dan bernalar kemudian mengkomunikasikan ide mereka, serta dengan cara mendengarkan penjelasan orang lain juga dapat mengoptimalkan pemahaman mereka. Mengkomunikasikan ide dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara lisan maupun tertulis. Peserta didik harus berusaha agar tidak menimbulkan kesalahpahaman ketika mengkomunikasikan suatu konsep matematis. Peserta didik dapat merenungkan dan mengklarifikasi ide-ide mereka, pemahaman mereka terhadap hubungan matematis, dan argumen matematis mereka melalui komunikasi (Ontario Ministry of Education, 2005).

Berikut beberapa indikator mengenai kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika menurut NCTM (dalam Asep Ikin Sugandi, 2014).


(17)

17

a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual

b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya. c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi

matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan ide-ide matematika secara lisan, tertulis, gambar, diagram, menggunakan benda nyata atau menggunakan simbol matematika untuk memperjelas suatu masalah matematis.

Telah diungkapkan dalam batasan masalah pada Bab I dia atas, kemampuan komunikasi matematis pada penelitian ini hanya dilihat dari hasil tes kemampuan komunikasi matematis. Berikut aspek-aspek kemampuan komunikasi yang akan diukur pada penelitian ini.

a. Kemampuan menyatakan ide-ide matematis.

b. Kemampuan dalam menggunakan istilah, notasi, dan gambar matematika untuk memodelkan permasalahan matematika.

c. Kemampuan mengevaluasi ide-ide metematis.

Berdasarkan aspek-aspek di atas tersusun indikator kemampuan komunikasi matematis dalam tabel berikut.


(18)

18

TabelB1.BIndikatorBKemampuanBKomunikasiBMatematisB

AspekByangBdiukurB IndikatorB

1. Kemampuan menyatakan ide-ide matematis.

1.1 Menuliskan data atau informasi yang terdapat dalam suatu soal.

1.2 Menuliskan masalah yang terdapat dalam suatu soal.

1.3 Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah secara terurut.

2. Kemampuan dalam menggunakan istilah, notasi, dan gambar matematika untuk memodelkan permasalahan matematika.

2.1 Menggunakan istilah matematika untuk memodelkan permasalahan matematika. 2.2 Menggunakan notasi matematika untuk

memodelkan permasalahan matematika. 2.3 Menggunakan gambar matematika untuk memodelkan permasalahan matematika. 3. Kemampuan

mengevaluasi ide-ide metematis.

3.1 Ketepatan penggunaan rumus/prosedur dalam menyelesaikan masalah.

3.2 Menuliskan kesimpulan dari masalah yang telah diselesaikan.

6. PembelajaranBSaintifikB

Pada Kurikulum 2013, setiap guru disarankan untuk melaksanakan pembelajaran saintifik untuk setiap pembelajaran. Pembelajaran saintifik ini perpusat pada peserta didik. Langkah-langkah pembelajaran saintifik dikenal dengan sebutan 5M yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Berikut langkah-langkah pembelajaran saintifik menurut Permendikbud No 81 A Tahun 2013 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum.

a. Mengamati

Kegiatan dalam mengamati dapat berupa membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).


(19)

19 b. Menanya

Menanya yaitu mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan dalam kegiatan ini antara lain kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

c. Mengumpulkan informasi/eksperimen/mencoba

Mengumpulkan informasi dapat dilakukan dalam bentuk aktivitas seperti melakukan eksperimen (mencoba), membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, wawancara dengan nara sumber. d. Mengasosiasi/mengolah informasi

Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan kegiatan mengamati dan mengumpulkan informasi (kegiatan mencoba). Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

e. Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikan berupa kegiatan menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan ini mengembangkan sikap jujur,


(20)

20

teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, serta mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang disarankan pada implementasi Kurikulum 2013 yang langkah-langkah pembelajarannya dikenal dengan sebutan 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

7. ModelBPembelajaranBKooperatifB

Arti kata kooperatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bersifat kerja sama. Johnson, Johnson, & Holubec (2010: 4) menjelaskan bahwa kooperasi adalah bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif menurut Johnson, Johnson, & Holubec (2010: 4) adalah proses belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan peserta didik bekerja secara bersama-sama di dalamnya guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lain. Slavin (2005: 4) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam model pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Senada dengan Slavin, Miftahul Huda (2012: 32) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mengacu pada


(21)

21

metode pembelajaran di mana peserta didik bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur (Tukiran Taniredja dkk, 2012: 55).

Menurut Johnson, Johnson, & Holubec (2010: 43-60), pembelajaran kooperatif haruslah memenuhi komponen-komponen berikut. a. Interdependensi positif, yaitu Peserta didik memiliki dua tanggung jawab, yaitu mempelajari materi yang ditugaskan dan memastikan bahwa semua anggota kelompok mereka benar-benar mempelajari materi tersebut.

b. Interaksi promotif, yaitu merujuk pada para peserta didik yang saling menfasilitasi keberhasilan satu sama lain.

c. Akuntabilitas individu atau tanggung jawab individual, yaitu masing-masing anggota kelompok harus berkontribusi dan memberikan bagian yang adil kepada keberhasilan kelompok.

d. Keterampilan antar pribadi dan kelompok kecil, keterampilan ini dibutuhkan untuk menciptakan kolaborasi yang berkualitas tinggi dan termotovasi untuk menggunakannya.

e. Pemrosesan kelompok, yaitu perenungan terhadap sesi kerja kelompok untuk menggambarkan tindakan-tindakan anggota yang manakah yang membantu dan tidak membantu dan membuat keputusan tentang tindakan-tindakan manakah yang harus dilanjutkan atau dirubah.


(22)

22

Arends (2008: 6) menyebutkan ada enam fase atau langkah utama yang terlibat dalam model pembelajaran kooperatif.

a. Pelajaran dimulai dengan guru membahas tujuan-tujuan pembelajaran dan membangkitkan motivasi siswa.

b. Fase ini diikuti oleh presentasi informasi, seringkali dalam bentuk teks daripada ceramah.

c. Siswa kemudian diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok belajar. d. Siswa dibantu oleh guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan

tugas-tugas interdependen.

e. Siswa mempresentasikan hasil akhir kelompok atau guru menguji segala yang sudah dipelajari siswa.

f. Memberikan pengakuan pada usaha kelompok maupun individu.

Pembelajaran kooperatif dipercaya sebagai pembelajaran yang efektif. Seperti yang diungkapkan Miftahul Huda (2012: 5), individu yang berkelompok dapat bekerja lebih efektif dari pada individu-individu yang bekerja sendirian. Johnson, Johnson, & Holubec (2010: 4-5) menjabarkan bahwa usaha kooperatif ini akan membuat peserta didik berusaha untuk saling memberikan manfaat terhadap satu sama lain, sehingga semua anggota kelompok menerima manfaat dari usaha masing-masing anggotanya, mereka punya pandangan bahwa semua anggota punya nasib yang sama, mereka tahu bahwa kinerja salah satu dari mereka saling terkait dengan diri mereka sendiri dan teman-temannya, serta merasa bangga dan ikut merasa senang ketika salah satu anggota kelompok diakui


(23)

23

atas pencapaiannya. Miftahul Huda (2012: 24-25) juga menambahkan bahwa ketika peserta didik bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kelompok, mereka sering kali berusaha untuk memberikan informasi, dorongan, atau anjuran pada teman satu kelompoknya yang membutuhkan bantuan. Selain itu, untuk mencapai pembelajaran kooperatif yang efektif, maka perlu adanya kelompok-kelompok yang produktif. Sebuah kelompok akan lebih produktif jika setiap anggotanya selalu bersedia untuk mendengarkan orang lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang secara kualitas lebih baik dibandingkan dengan mereka yang bekerja secara kompetitif (Miftahul Huda, 2012: 9). Sehingga, pembelajaran menjadi efektif karena interaksi antara setiap anggota kelompok tersebut. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dan bekerja bersama dalam kelompok-kelompok kecil agar mencapai tujuan bersama.

8. Two Stay-Two StrayB(TS-TS)B

Terdapat beberapa tipe dari pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah Two Stay-Two Stray (TS-TS) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (Anita Lie 2008: 61). Menurut Hanafiah & Cucu Suhana (2012: 56), pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok


(24)

24

lainnya. Anita Lie (2008: 62) menjabarkan prosedur pembelajarannya sebagai berikut.

a. Peserta didik bekerja sama dengan kelompok berempat sebagaimana biasa.

b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain.

c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas menbagikan informasi mereka ke tamu mereka.

d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan dari kelompok lain.

e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada sebagian anggota kelompok untuk bertamu ke kelompok lain untuk mengetahui hasil kerja kelompok tersebut, serta memberi kesempatan kepada sebagian anggota kelompok yang lain untuk tetap tinggal di kelompoknya untuk membagikan hasil kerja kelompoknya kepada kelompok lain yang datang bertamu di kelompoknya.


(25)

25 9. Think Pair Square (TPS)

Think Pair Square (TPS) juga merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Square merupakan modivikasi dari tipe Think Pair Share. Perbedaannya

terletak pada tahapan square-nya. Pada Think Pair Share, peserta didik berpikir secara individu, kemudian berpasangan, dan dilanjutkan dengan mempresentasikan di depan kelas (Anita Lie: 56). Sedangkan pada Think

Pair Square setelah bekerja secara berpasangan dilanjutkan berdiskusi

dalam kelompok berempat (Anita Lie: 58). Seperti yang diungkapkan oleh Millis, B. J. and Cottell, P. G. (1998), “Think-Pair-Square is similar to Think-Pair-Share, students first discuss problem-solving strategies in pairs

and then in groups of fours.” Berikut prosedur Think Pair Square (TPS)

menurut Anita Lie (2008: 58).

a. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.

b. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri. c. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan

berdiskusi dengan pasangannya.

d. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPS) adalah salah satu


(26)

26

tipe dari pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja secara individu, kemudian berdiskusi secara berpasangan, dilanjutkan dengan berdiskusi dalam kelompok yang terdiri dari empat orang.

B. PenelitianByangBRelevanB

Mutiah Rahmatil Fitri telah melaksanakan penelitian pada tahun 2012 dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams Achievement Divisions (STAD) dan Two Stay-Two Stray (TS-TS)

Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII SMP N 1 Tempel Sleman pada Materi Faktorisasi Suku Aljabar”. Hasil dari penelitian ini mendeskripsikan bahwa baik model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Divisions (STAD) maupun Two Stay-Two Stray (TS-TS)

efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa. Selain itu, hasil penelitian ini juga menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan keefektifan antara model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Two Stay-Two Stray (TS-TS) jika ditinjau dari kemampuan komunikasi matematisnya.

Penulis menggunakan hasil dari penelitian tersebut yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis. Penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis. Penulis akan menerapkan


(27)

27

model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS bersama-sama dengan pembelajaran saintifik yang sesuai dengan Kurikulum 2013 dan akan diuji efektivitasnya ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis. Kemudian, penulis juga akan membandingkan hasilnya dengan efektifitas pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPS) ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis. Selain dari hasil penelitiannya, penulis juga dapat menggunakan desian penelitian yang sama seperti desain penelitian yang diterapkan pada penelitian tersebut, yaitu desain penelitian Pretest-Posttest Group Design.

Beni Bahar Syafi’i pada tahun 2010 melaksanakan penelitian yang terkait dengan kemampuan komunikasi matematis dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Think Pair Square Share Pada Pembelajaran Matematika Kelas XC SMAN 1 Pakem”. Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Square Share pada penelitian Beni tersebut sama dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPS) pada penelitian ini. Perbedaan penyebutan pembelajaran tersebut diduga karena perbedaan referensi yang digunakan sebagai acuan.

Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Beni tersebut adalah model pembelajaran Think Pair Square Share dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis berasumsi bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPS) juga efektif ditinjau kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas VII


(28)

28

SMP Negeri 2 Wonosari. Namun, penulis akan memodifikasi langkah-langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPS) sehingga sesuai dengan langkah-langkah pada pembelajaran saintifik menurut Kurikulum 2013. Untuk itu, diperlukan pengujian untuk melihat efektifitas pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Square (TPS) ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis peserta didik.

Penulis juga akan membandingkan hasilnya dengan efektifitas pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS).

C. KerangkaBBerpikirB

Kemampuan komunikasi matematis merupakan hal yang penting yang harus dikuasai oleh setiap peserta didik. Melalui pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dipercaya dapat melatih dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematis peserta didik. Mulai tahun ajaran 2013/2014, Indonesia menerapkan Kurikulum 2013 yang menyarankan penggunaan pembelajaran saintifik untuk setiap pembelajaran. Pembelajaran ini berpusat pada peserta didik. Pada inti pembelajaran, peserta didik melakuan kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Model pembelajaran kooperatif termasuk model pembelajaran yang disarankan untuk diterapkan bersama-sama dengan pembelajaran saintifik karena pembelajaran kooperatif dan pembelajaran saintifik sama-sama berpusat pada peserta didik. Peserta didik dapat bekerja sama dengan teman satu kelompoknya selama


(29)

29

berlangsungnya pembelajaran kooperatif. Salah satu bentuk kerja samanya adalah dengan adanya komunikasi antar anggota yang mengungkapkan ide-ide matematis, sehingga pembelajaran kooperatif ini dapat menfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya.

Terdapat beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif, antara lain tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) dan Think Pair Square (TPS). Pembelajaran

Two Stay-Two Stray (TS-TS) memungkinkan peserta didik untuk bekerja

dalam kelompoknya dan memungkinkan bertukar informasi dengan kelompok lain yang kemudian dapat didiskusikan dengan kelompoknya kembali. Pembelajaran Think Pair Square (TPS) memungkinkan peserta didik untuk bekerja secara individu, kemudian berdiskusi secara berpasangan, dan dilanjutkan dengan berdiskusi dalam kelompok yang terdiri dari empat orang. Peserta didik diberikan kesempatan yang cukup untuk melatih kemampuan komunikasi matematisnya dengan banyaknya kesempatan berdiskusi pada kedua pembelajaran ini. Oleh karena itu, baik pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) maupun

Think Pair Square (TPS) dapat menfasilitasi peserta didik untuk


(30)

30

Dari uraian di atas, kerangka berpikir pada penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk sebagai berikut.

B

GambarB1.BKerangkaBBerpikirB D. HipotesisBPenelitianB

1. Pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay-Two Stray (TS-TS) efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi

matematis peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari. Pembelajaran saintifik

sesuai Kurikulum 2013 Model Pembelajaran Kooperatif

Think Pair Square (TPS) Two Stay-Two

Stray (TS-TS) Kemampuan komunikasi

matematis penting Perlu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik

Saintifik + TS-TS

Saintifik + TPS

Efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis


(31)

31

2. Pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPS) efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari.

3. Tidak terdapat perbedaan efektivitas antara pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) dan Think Pair Square (TPS) ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari.


(32)

32 BABBIIIB BABBIIIBMETODOLOMIB 3

A. MetodeBPenelitianB

Penelitian3 ini3dilaksanakan3sesuai3 metode3penelitian3kuantitatif3 berupa3 penelitian3 eksperimen3 semu3 (quasi experiment).3 Tujuan3 metode3 kuantitatif3 menurut3 kugiyono3 (2013:3 14)3 adalah3 menunjukkan3 hubungan3 antar3 variabel,3 menguji3 teori,3 dan3 mencari3 generalisasi3 yang3 mempunyai3 nilai3 prediktif.3 Tujuan3 penelitian3 kuasi3 eksperimen3 menurut3 kumadi3 kuryabrata3 (2013:3 58),3 adalah3untuk3memperoleh3informasi3yang3merupakan3perkiraan3bagi3informasi3 yang3dapat3diperoleh3dengan3eksperimen3yang3sebenarnya3dalam3keadaan3yang3 tidak3memungkinkan3untuk3mengontrol3atau3memanipulasikan3semua3variabel3 yang3relevan.33

3

B. WaktuBdanBTempatBPenelitianB

Penelitian3 ini3 dilaksanakan3 di3 kMP3 Negeri3 23 Wonosari,3 kabupaten3 Gunungkidul,3Daerah3Istimewa3Yogyakarta.3 Penelitian3 ini3dilaksanakan3pada3 semester3genap3tahun3ajaran32014/2015.3Jadwal3pelaksanaan3penelitian3dapat3 dilihat3pada3tabel3berikut.3

TabelB1.BJadwalBPelaksanaanBPenelitianB

Hari,BTanggalB PukulB KegiatanB KelasB

kabtu,343April3

20153 09.25-10.453 Uji3coba3instrumen3pretest (kelas3uji3coba)33VII3A3

Rabu,383April3


(33)

33 Jumat,3103April3

20153 07.15-08.353 Pretest3 (Ekserimen3I)3VII3E3

08.35-09.153dan3

09.40-11.003 Pembelajaran3dengan3sub3topik3refleksi3 (Ekserimen3II)3VII3G3 kabtu,3113April3

20153 07.00-09.003 Pembelajaran3dengan3sub3topik3refleksi3 (Ekserimen3I)33VII3E3 Rabu,3153April3

20153 09.25-10.453 Pembelajaran3dengan3sub3topik3translasi3 (Ekserimen3II)3VII3G3 Jumat,3173April3

20153 07.15-08.353 Pembelajaran3dengan3sub3topik3translasi3 (Ekserimen3I)3VII3E3 08.35-09.153dan3

09.40-11.003 Pembelajaran3dengan3sub3topik3rotasi3 (Ekserimen3II)3VII3G3 kabtu,3183April3

20153 07.00-09.003 Pembelajaran3dengan3sub3topik3rotasi3 (Ekserimen3I)3VII3E3

09.25-10.453 Uji3coba3instrumen3

posttest (kelas3uji3coba)3VII3A33

Rabu,3223April3

20153 09.25-10.453 Pembelajaran3dengan3sub3topik3dilatasi3 (Ekserimen3II)3VII3G3 Jumat,3243April3

20153 07.15-08.353 Pembelajaran3dengan3sub3topik3dilatasi3 (Ekserimen3I)3VII3E3

09.40-11.003 Posttest3 VII3G3

(Ekserimen3II)3 kabtu,3253April3

20153 07.40-09.003 Posttest3 (Ekserimen3I)3VII3E3

3

C. PopulasiBdanBSampelB

Penelitian3 ini3 digeneralisasikan3 untuk3 seluruh3 peserta3 didik3 kelas3 VII3 kMP3Negeri323Wonosari3tahun3ajaran32014/20153yang3terdiri3dari3tujuh3kelas.3 Penelitian3 ini3 dilakukan3 untuk3 mengetahui3 efektivitas3 dua3 pembelajaran,3 sehingga3populasi3 yang3digunakan3pada3penelitian3 ini3adalah3seluruh3peserta3 didik3 kelas3 VII3 kMP3 Negeri3 23 Wonosari3 tahun3 ajaran3 2014/20153 yang3 mungkin3 menerima3 pembelajaran3 saintifik3 dengan3 model3 pembelajaran3 kooperatif3 tipe3 Tk-Tk3 dan3 TPk.3 Dipilih3 dua3 kelas3 untuk3 mewakili3 kedua3 populasi3 tersebut,3 yaitu3 peserta3 didik3 kelas3 VII3 E3 dan3 VII3 G.3 Peserta3 didik3 kelas3VII3E3dipilih3 sebagai3sampel3dari3 seluruh3peserta3didik3kelas3VII3kMP3


(34)

34

Negeri3 23 Wonosari3 tahun3 ajaran3 2014/20153 yang3 mungkin3 menerima3 pembelajaran3 saintifik3 dengan3 model3 pembelajaran3 kooperatif3 tipe3 Tk-Tk.3 Peserta3 didik3 kelas3 VII3 G3 dipilih3 sebagai3 sampel3 dari3 seluruh3 peserta3 didik3 kelas3 VII3 kMP3 Negeri3 23 Wonosari3 tahun3 ajaran3 2014/20153 yang3 mungkin3 menerima3pembelajaran3 saintifik3dengan3 model3 pembelajaran3kooperatif3tipe3 TPk.3Peserta3didik3kelas3VII3E3kemudian3disebut3sebagai3kelas3eksperimen3I3 dan3peserta3didik3kelas3VII3G3kemudian3disebut3sebagai3kelas3eksperimen3II.3

3

D. DefinisiBOperasionalB

Penulis3 merasa3 perlu3 menjabarkan3 definisi-definisi3 operasional3 pada3 penelitian3ini3untuk3menghindari3kesalahpahaman.33

1. PembelajaranBSaintifikB

Pembelajaran3 saintifik3 yang3 dimaksud3 pada3 penelitian3 ini3 adalah3 pembelajaran3 saintifik3 yang3 sesuai3 dengan3 Kurikulum3 2013.3 Langkah-langkah3 pembelajarannya3 dikenal3 dengan3 sebutan3 5M,3 yaitu3 mengamati,3 menanya,3mencoba,3mengasosiasi,3dan3mengkomunikasikan.3

2. ModelBPembelajaranBKooperatifBTipeBTwo Stay-Two StrayB(TS-TS)B

Model3pembelajaran3kooperatif3tipe3Two Stay-Two Stray (Tk-Tk)3

adalah3 salah3 satu3 tipe3 dari3 pembelajaran3 kooperatif3 yang3 memberi3 kesempatan3 kepada3 sebagian3 anggota3 kelompok3 untuk3 bertamu3 ke3 kelompok3 lain3 untuk3 mengetahui3 hasil3 kerja3 kelompok3 tersebut,3 serta3 memberi3kesempatan3kepada3sebagian3anggota3kelompok3yang3lain3untuk3


(35)

35

tetap3tinggal3di3kelompoknya3untuk3membagikan3hasil3kerja3kelompoknya3 kepada3kelompok3lain3yang3datang3bertamu3di3kelompoknya.33

3. ModelBPembelajaranBKooperatifBtipeBThink Pair SquareB(TPS)B

Model3pembelajaran3kooperatif3tipe3Think Pair Square (TPk)3adalah3 salah3 satu3 tipe3 dari3 pembelajaran3 kooperatif3 yang3 memberi3 kesempatan3 kepada3 peserta3 didik3 untuk3 bekerja3 secara3 individu,3 kemudian3 berdiskusi3 secara3 berpasangan,3 dilanjutkan3dengan3 berdiskusi3dalam3kelompok3 yang3 terdiri3dari3empat3orang.33

4. PembelajaranBpadaBKelasBEksperimenBIB

Pembelajaran3pada3kelas3eksperimen3I3 yaitu3pembelajaran3saintifik3 dengan3model3pembelajaran3kooperatif3tipe3Two Stay-Two Stray (Tk-Tk).3 Berikut3langkah-langkah3pembelajarannya.33

a. Pada3kegiatan3pendahuluan,3kelas3dibagi3menjadi3kelompok-kelompok3

kecil3beranggotakan34-53orang.33

b. Peserta3 didik3 bekerja3 dalam3 kelompoknya.3 Kegiatan3 ini3 mencakup3 kegiatan3mengamati,3menanya,3dan3mencoba.3Pada3kegiatan3ini,3peserta3 didik3 bekerja3 sesuai3 dengan3 Lembar3 Kerja3 kiswa3 (LKk)3 yang3 disediakan.3

c. Untuk3 kegiatan3 mengasosiasi3 dan3 mengkomunikasikan,3 peserta3 didik3 melaksanakan3kegiatan3berikut.3

1) Peserta3 didik3 melaksanakan3 kegiatan3two stay-two stray,3 yaitu3 23 orang3 tetap3 tinggal3 di3 kelompoknya3 dan3 23 orang3 yang3 lain3 berpencar/bertamu3 ke3 kelompok3 yang3 berbeda.3 Untuk3 kelompok3


(36)

36

yang3beranggotakan353orang,333orang3stay dan323orang3stray, hal3ini3 dilakukan3 karena3 banyaknya3 peserta3 didik3 dalam3 kelas3 ini3 bukan3 merupakan3 kelipatan3 4.3 Dari3 kegiatan3 two stay-two stray ini,3 menghasilkan3kelompok3baru3yang3beranggotakan34-53orang.33 Pada3kegiatan3ini,3anggota3kelompok3yang3tinggal3dalam3kelompok3 (tuan3 rumah)3 bertugas3 mengkomunikasikan3 atau3 membagikan3 informasi3 terkait3 hasil3 kerja3 mereka3 kepada3 dua3 orang3 tamu.3 kedangkan,3 kedua3 tamu3 bertugas3 mengasosiasi3 hasil3 kerja3 kelompok3asal3dengan3hasil3kerja3mereka3masing-masing.3

2) ketelah3 selesai,3 kedua3 tamu3 kembali3 ke3 kelompok3 asal3 mereka3 masing-masing.3Pada3kegiatan3ini,3kedua3orang3yang3telah3bertamu3 ke3 kelompok3 lain3 bertugas3 mengkomunikasikan3 hasil3 diskusi3 mereka3dengan3kelompok3lain.3kedangkan,3anggota3kelompok3yang3 tetap3tinggal3di3kelompok3bertugas3mengasosiasi3hasil3diskusi3yang3 mereka3 peroleh3 dari3 kedua3 tamu3 yang3 berkunjung3 ke3 kelompok3 mereka3 dan3 informasi3 yang3 disampaikan3 dari3 anggota3 kelompok3 yang3bertugas3bertamu3ke3kelompok3lain.3

d. Perwakilan3 kelompok3 menyampaikan3 hasil3 diskusi3 mereka3 di3 depan3

kelas3 untuk3 memperoleh3 kesimpulan3 secara3 klasikal3


(37)

37

5. PembelajaranBpadaBKelasBEksperimenBIIB

Pembelajaran3pada3kelas3eksperimen3II3yaitu3pembelajaran3saintifik3 dengan3 model3 pembelajaran3 kooperatif3 tipe3Think Pair Square (TPk).3 Berikut3langkah-langkah3pembelajarannya.3

a. Pada3 kegiatan3 pendahuluan,3 peserta3 didik3 dibagi3 menjadi3 kelompok-kelompok3 kecil3 beranggotakan3 4-53 orang.3 Namun,3 pembentukkan3 kelompok3 ini3 bukan3 berarti3 menyuruh3 peserta3 didik3 untuk3 langsung3 bekerja3 dalam3 kelompoknya,3 melainkan3 mereka3 harus3 bekerja3 secara3 individu3dan3berpasangan3terlebih3dahulu.3

b. Think :3 peserta3didik3 berpikir3 secara3 individu.3Pada3tahap3 ini,3 Peserta3 didik3 melakukan3 kegiatan3 mengamati,3 menanya,3 dan3 mencoba3 secara3 individu.3 Peserta3 didik3 mengamati3 gambar3 yang3 terdapat3 pada3 LKk.3 Kemudian3 dilanjutkan3 dengan3 mengajukan3 pertanyaan3 secara3 lisan3 terkait3 kegiatan3 mengamati.3 Namun,3 tidak3 semua3 peserta3 didik3 mengajukan3pertanyaan3secara3lisan,3melainkan3hanya3beberapa3peserta3 didik3yang3mengajukan3pertanyaan3secara3lisan.3ketelah3mengamati3dan3 menanya,3peserta3didik3mencoba3beberapa3kegiatan3yang3terdapat3pada3 LKk3secara3individu.3

c. Pair :3 peserta3 didik3 berpasangan3 dengan3 salah3 satu3 rekan3 dalam3 kelompok3dan3berdiskusi3dengan3pasangannya.3Untuk3kelompok3yang3 beranggotakan3 53 orang,3 kegiatan3 pair ini3 dimodivikasi3 sehingga3 terbentuk3 13 pasangan3 dan3 13 kelompok3 yang3 beranggotakan3 33 orang.3


(38)

38

Jadi,3pada3kelas3eksperimen3II3ini3terdapat3123pasangan3dan23kelompok3 yang323kelompok3yang3beranggotakan333orang.3

d. Square :3kedua3pasangan3bertemu3kembali3dalam3kelompok3berempat3

untuk3membandingkan3hasil3 yang3 mereka3peroleh3secara3berpasangan3 (mengasosiasi).3

e. Perwakilan3 kelompok3 menyampaikan3 hasil3 diskusi3 mereka3 di3 depan3

kelas3 untuk3 memperoleh3 kesimpulan3 secara3 klasikal3

(mengkomunikasikan).3

6. KemampuanBKomunikasiBMatematisB

Kemampuan3 komunikasi3 matematis3 adalah3 kemampuan3 peserta3 didik3 dalam3 mengungkapkan3 ide-ide3 matematika3 secara3 lisan,3 tertulis,3 gambar,3 diagram,3 menggunakan3 benda3 nyata3 atau3 menggunakan3 simbol3 matematika3 untuk3 memperjelas3 suatu3 masalah3 matematis.3 Kemampuan3 komunikasi3 matematis3 hanya3 diukur3 dengan3 tes3 komunikasi3 matematis.3 Aspek-aspek3 komunikasi3 matematis3 yang3 akan3 diukur3 antara3 lain3 1)3 kemampuan3 menyatakan3 ide-ide3 matematis,3 2)3 kemampuan3 dalam3 menggunakan3 istilah,3 notasi,3 dan3 gambar3 matematika3 untuk3 memodelkan3 permasalahan3 matematika,3 dan3 3)3 kemampuan3 mengevaluasi3 ide-ide3 metematis.B

7. PembelajaranBEfektifB

Pembelajaran3 saintifik3 dengan3 model3 pembelajaran3 kooperatif3 tipe3 Two Stay-Two Stray (Tk-Tk)3dan3tipe3Think Pair Square (TPk)3akan3diuji3 efektifitasnya3 ditinjau3 dari3 kemampuan3 komunikasi3 matematis3 peserta3


(39)

39

didik3kelas3VII3kMP3Negeri323 Wonosari.3Pembelajaran3dikatakan3efektif3 ketika3rata-rata3nilai3kemampuan3komumikasi3matematis3mencapai3Kriteria3 Ketuntasan3 Minimal3 (KKM)3 untuk3 mata3 pelajaran3 matematika3 di3 kMP3 Negeri3 23 Wonosari,3 yaitu3 76.3 Hal3 ini3 menjadi3 patokan3 jika3 peserta3 didik3 memiliki3 kemampuan3 awal3 yang3 sama,3 sedangkan3 jika3 mereka3 memiliki3 kemampuan3 awal3 yang3 berbeda3 maka3 pembelajaran3 dikatakan3 efektif3 ketika3gain3skor3antara3hasil3pretest dan3posttest berada3pada3kriteria3tinggi.33

3

E. VariabelBPenelitianB

Variabel3 bebas3 merupakan3 variabel3 yang3 mempengaruhi3 variabel3 lain3 atau3menghasilkan3akibat3pada3variabel3yang3lain3(Nanang,32011:351).3Variabel3 bebas3 pada3 penelitian3 ini3 adalah3 tipe3 dari3 model3 pembelajaran3 kooperatif.3 Artinya3 pada3 kelas3 eksperimen3 I3 diterapkan3 model3 pembelajaran3 kooperatif3 tipe3 pembelajaran3 Two Stay-Two Stray (Tk-Tk),3 sedangkan3 pada3 kelas3 eksperimen3 II3 diterapkan3 model3 pembelajaran3 kooperatif3 tipe3 Think Pair Square (TPk). Kedua3pembelajaran3tersebut3diterapkan3bersama-sama3dengan3 pembelajaran3saintifik3yang3sesuai3dengan3Kurikulum32013.3

Variabel3terikat3merupakan3variabel3yang3diakibatkan3atau3dipengaruhi3 variabel3 bebas3 (Nanang,3 2011:3 51).3 Pada3 penelitian3 ini,3 kemampuan3 komunikasi3 matematis3 peserta3 didik3 kelas3 VII3 kMP3 Negeri3 23 Wonosari3 ditetapkan3 sebagai3 variabel3 terikat.3 Terdapat3 pula3 variabel3 lain3 yang3 dapat3 mempengaruhi3variabel3terikat3selain3variabel3bebas,3yaitu3yang3biasa3disebut3 dengan3 variabel3 kontrol.3 Variabel3 tersebut3 perlu3 dikontrol3 agar3 tidak3


(40)

40

mempengaruhi3 variabel3 utama3 yang3 diteliti.3 keperti3 yang3 dinyatakan3 oleh3 Nanang3 (2011:3 52),3 yaitu3 “Variabel3 kontrol3 merupakan3 variabel3 yang3 dibuat3 konstan,3sehingga3tidak3mempengaruhi3variabel3utama3yang3mempengaruhi.”3 Pada3penelitian3ini,3variabel3kontrolnya3sebagai3berikut.3

1. Guru3

Baik3kelas3eksperimen3I3maupun3kelas3eksperimen3II3harus3diajar3oleh3guru3 yang3 sama.3 Pada3 penelitian3 ini,3 yang3 menjadi3 guru3 baik3 di3 kelas3 eksperimen3I3maupun3di3kelas3eksperimen3II3adalah3peneliti.3

2. Materi3pelajaran3yang3diberikan3

Materi3pelajaran3yang3diberikan3di3kedua3kelas3tersebut3yaitu3transformasi.3 Kedalaman3 materi3 transformasi3 ini3 dibuat3 sama3 untuk3 kedua3 kelas3 yang3 menjadi3sampel3penelitian.3kelain3itu,3seluruh3contoh3soal,3latihan3soal,3dan3 tugas3yang3diberikan3pada3kedua3kelas3tersebut3juga3dibuat3sama.3

3. Media3pembelajaran3yang3digunakan3

Karena3kedua3kelas3menerapkan3pembelajaran3saintifik,3maka3kedua3kelas3 tersebut3 akan3 menggunakan3 media3 pembelajaran3 berupa3 LKk3 yang3 sama3 yang3dapat3menunjang3pembelajaran3saintifik3tersebut.3

4. Banyaknya3tatap3muka3

Masing-masing3kelas3sampel3diberikan3pembelajaran3sebanyak3empat3kali3 tatap3muka3dengan3total3103jam3pelajaran.3


(41)

41 F. DesainBPenelitianB

Penelitian3 ini3 menggunakan3 desain3 penelitian3Pretest-Posttest Group Design.3Berikut3ilustrasi3desain3penelitiannya.3 3 3 3 3 3 3 MambarB1.BIlustrasiBDesainBPenelitianB Tahap-tahap3penelitian3ini3sebagai3berikut.3

1. Dua3 kelas3 dari3 seluruh3 kelas3 VII3 yang3 ada3 di3 kMP3 Negeri3 23 Wonosari3 dipilih3secara3acak3untuk3dijadikan3sampel3penelitian,3diperoleh3kelas3VII3 E3dan3VII3G.3

2. Dari3kedua3kelas3tersebut,3kemudian3dipilih3secara3acak3untuk3menentukan3 kelas3eksperimen3I3dan3kelas3eksperimen3II.3Diperoleh3kelas3VII3E3sebagai3 kelas3eksperimen3I3dan3kelas3VII3G3sebagai3kelas3eksperimen3II.3

3. Memberikan3pretest3 untuk3 mengukur3 kemampuan3 komunikasi3 matematis3 peserta3didik3sebelum3diberikan3perlakuan.3

4. Melaksanaan3 pembelajaran3 matematika3 dengan3 pembelajaran3 saintifik3

dengan3model3pembelajaran3kooperatif3tipe3Two Stay-Two Stray (Tk-Tk)3

untuk3 kelas3 eksperimen3 I3 dan3 pembelajaran3 saintifik3 dengan3 model3 Kelas3

Eksperimen3I Pretest

Pretest Posttest Kelas3 Eksperimen3II Pembelajaran3saintifik3 dengan3model3 pembelajaran3 kooperatif3tipe3Tk-Tk3 Pembelajaran3saintifik3 dengan3model3 pembelajaran3 kooperatif3tipe3TPk3 Posttest


(42)

42

pembelajaran3 kooperatif3 tipe3 Think Pair Square (TPk)3 untuk3 kelas3 eksperimen3II. 3

5. Memberikan3posttest3untuk3mengukur3kemampuan3komunikasi3matematis3

peserta3didik3setelah3diberikan3perlakuan.3 3

M. PengembanganBPerangkatBPembelajaranB

Untuk3memperlancar3proses3pembelajaran,3perlu3dikembangkan3Rencana3 Pelaksanaan3Pembelajaran3(RPP)3dan3Lembar3Kerja3kiswa3(LKk).3

1. RPPB

Penulis3mengembangkan3Rencana3Pelaksanaan3Pembelajaran3(RPP)3 baik3untuk3kelas3 eksperimen3I3 maupun3untuk3kelas3eksperimen3II3seperti3 yang3 tercantum3 pada3 lampiran.3 Pengembangan3 RPP3 ini3 bertujuan3 untuk3 memberikan3 acuan3 pembelajaran3 yang3 akan3 dilaksanakan3 untuk3 setiap3 kelas.3Hal3ini3juga3sesuai3dengan3Permendikbud3No3653Tahun320133tentang3 ktandar3 Proses3 yang3 menyarankan3 agar3 setiap3 guru3 menyusun3 RPP3 sebelum3melaksanakan3pembelajaran3agar3digunakan3sebagai3acuan3untuk3 mewujudkan3pembelajaran3sesuai3dengan3tujuan-tujuannya.33

3

2. LKSBB

Lembar3 Kerja3 kiswa3 (LKk)3 pada3 penelitian3 ini3 dikembangkan3 dengan3tujuan3dapat3menfasilitasi3peserta3didik3untuk3belajar3sesuai3dengan3 pembelajaran3saintifik.3LKk3yang3digunakan3baik3untuk3kelas3eksperimen3I3 maupun3 kelas3 eksperimen3 II3 merupakan3 LKk3 yang3 sama.3 Hal3 ini3 karena3


(43)

43

kedua3 kelas3 tersebut3 menerapkan3 pembelajaran3 saintifik.3 Perbedaan3 pembelajaran3 antara3 kedua3 kelas3 ini3 terletak3 pada3 tipe3 dari3 model3 pembelajaran3kooperatifnya.3Teknis3mengerjakan3LKk3memerlukan3peran3 guru3 untuk3 membimbing3 peserta3 didik3 agar3 mereka3 dapat3 mengerjakan3 LKk3 sesuai3 dengan3 langkah-langkah3 pembelajaran3Two Stay-Two Stray (Tk-Tk)3 dan3Think Pair Square (TPk).3 kehingga3 tidak3 diperlukan3 LKk3 yang3berbeda3untuk3kedua3kelas3tersebut.3LKk3yang3dikembangkan3adalah3 LKk3dengan3topik3transformasi3yang3dibedakan3menjadi3empat3LKk,3yaitu3 LKk313Refleksi,3LKk323Translasi,3LKk333Rotasi,3dan3LKk343Dilatasi.33 3

H. InstrumenBPenelitianB

Penulis3membutuhkan3beberapa3instrumen3penelitian3untuk3memperoleh3 data3 yang3 dibutuhkan.3 Instrumen3 yang3 digunakan3 pada3 penelitian3 ini3 berupa3 lembar3observasi3dan3instrumen3tes.3

1. LembarBobservasiB

Lembar3observasi3diperlukan3untuk3mendeskripsikan3keterlaksanaan3 pembelajaran.3 Lembar3 observasi3 ini3 berisi3 langkah-langkah3 pembelajaran3 yang3sesuai3baik3untuk3kelas3eksperimen3I3maupun3untuk3kelas3eksperimen3 II.3 Lembar3 observasi3 ini3 dapat3 memudahkan3 observer3 ketika3 mengobservasi3apakah3pembelajaran3di3kelas3sudah3sesuai3dengan3langkah-langkah3yang3seharusnya3atau3belum.3

B B


(44)

44 2. InstrumenBtesB

Instrumen3tes3yang3digunakan3pada3penelitian3ini3berupa3soal3essay.3 Tes3 diberikan3 pada3 kelas3 eksperimen3 I3 dan3 kelas3 eksperimen3 II3 yang3 dilakukan3sebelum3dan3sesudah3diberikan3perlakuan3(pretest3dan3posttest).3 Pretest3dilaksanakan3untuk3memperoleh3data3kemampuan3awal3komunikasi3 matematis3 peserta3 didik,3 sedangkan3 posttest3 dilaksanakan3 untuk3 memperoleh3data3kemampuan3komunikasi3matematis3peserta3didik3setelah3 mereka3diberi3suatu3pembelajaran.3

3

I. ValiditasBdanBReliabilitasB

kuatu3 instrumen3 penelitian3 sebaiknya3 dipastikan3 sudah3 valid3 dan3 reliabel3terlebih3dahulu3sebelum3digunakan3untuk3mengumpulkan3data.3Begitu3 pula3 untuk3 instrumen3 pada3 penelitian3 ini.3 kebelum3 digunakan3 untuk3 mengumpulkan3data,3instrumen3penelitian3ini3diuji3validitas3dan3reliabilitasnya3 terlebih3dahulu.3Jika3instrumen3dikatakan3tidak3valid3atau3tidak3reliabel,3maka3 instrumen3akan3diperbaiki3hingga3instrumen3tersebut3dapat3dikatakan3valid3dan3 reliabel.3Berikut3penjelasan3lebih3lanjut3terkait3validitas3dan3reliabilitas.3

1. ValiditasBB

kuatu3instrumen3dapat3dikatakan3valid3jika3instrumen3tersebut3dapat3 digunakan3untuk3mengukur3apa3yang3seharusnya3diukur3(kugiyono,32013:3 121).3 Lmbar3 observasi3 dan3 instrumen3 tes3 diuji3 validitasnya3 dengan3 cara3 validitas3 isi.3 Yang3 dimaksud3 dengan3 validitas3 isi3 yaitu3 validitas3 yang3 diestimasi3 lewat3 pengujian3 terhadap3 isi3 tes3 dengan3 analisis3 rasional3 atau3


(45)

45

lewat3profesional judgment3 (kaifuddin,3 2003:3 45),3 sehingga3 baik3 lembar3 observasi3maupun3instrumen3tes3divalidasi3oleh3beberapa3dosen3ahli.33

Validitas3 isi3 banyak3tergantung3pada3penilaian3subjektif3 individual3 karena3 tidak3 melibatkan3 perhitungan3 statistik.3 Namun,3 secara3 teknis3 pengujian3 validitas3 isi3 dapat3 dibantu3 dengan3 menggunakan3 kisi-kisi3 instrumen3 atau3 matriks3 pengembangan3 instrumen3 (kugiyono,3 2013:3 129).3 Dengan3adanya3kisi-kisi3instrumen3tersebut,3maka3pengujian3validitas3dapat3 dilakukan3dengan3sistematis.3Hal3ini3dapat3mengurangi3dampak3negatif3dari3 subjektifitas3penilaian3validitas3ini.33

Untuk3 menguji3 validitas3 instrumen3 lebih3 lanjut,3 setelah3 dikonsultasikan3dengan3ahli3selanjutnya3diujicobakan3dan3dianalisis3dengan3 analisis3 item.3 Namun,3 penulis3 memutuskan3 hanya3 instrumen3 tes3 yang3 diujicobakan3dan3dianalisis3dengan3analisis3item.3kedangkan,3untuk3lembar3 observasi3cukup3dengan3validitas3isi.3Untuk3menganalisis3item,3digunakan3 rumus3 korelasi3product moment3 3 dengan3 angka3 kasar3 (dalam3 kuharsimi3 Arikunto,32010:373),3yaitu3

= ∑ − (∑ )(∑ )

{ ∑ − (∑ ) }{ ∑ − (∑ ) }3

dengan33

3:3koefisien3korelasi3antara3variabel3X3dan3Y3 3:3banyaknya3peserta3didik3

3:3skor3butir3instrumen3 3:3skor3total3


(46)

46

Menurut3kuharsimi3Arikunto3(2010:375),3besarnya3koefisien3korelasi3 antara3−13hingga3+1.3Koefisien3negatif3menunjukkan3kebalikan3sedangkan3 koefisien3 positif3 menunjukkan3 kesejajaran.3 Berikut3 kriteria3 koefisien3 korelasi3product moment.3

TabelB2.BKriteriaBKoefisienBKorelasiBProduct Moment

BesarnyaB

koefisienBkorelasiB MaknaB

> 0,83 kangat3tinggi3

0,6 < ≤ 0,83 Tinggi3

0,4 < ≤ 0,63 Cukup3

0,2 < ≤ 0,43 Rendah3

≤ 0,23 kangat3rendah3

3

Dari3kriteria3di3atas,3penulis3memutuskan3bahwa3instrumen3tes3yang3 digunakan3pada3penelitian3ini3hanya3yang3masuk3pada3kategori3tinggi3dan3 sangat3tinggi.3Insrumen3pretest3dan3posttest3ini3telah3diujicobakan3di3kelas3 VII3A3kMP3Negeri323Wonosari3pada3tanggal343April320153untuk3instrumen3 pretest dan3 pada3 tanggal3 183 April3 20153 untuk3 instrumen3 posttest.3 Berdasarkan3hasil3uji3coba3insrumen3pretest3dan3posttest yang3dilaksanakan3 tersebut,3diperoleh3koefisien3korelasi3seperti3pada3tabel3berikut.3

TabelB3BKoefisienBkorelasiBbutirBsoalBpretest danBposttest3

ButirBSoalB Pretest Posttest

13 0,75963 0,60423

23 0,78073 0,84943

3a3 0,72043 0,75053

3b3 0,63203 0,62183

4a3 0,74663 0,82113

4b3 0,66963 0,67163

Berdasarkan3analisis3item3di3atas,3diperoleh3bahwa3setiap3butir3pada3 soal3pretest3 berada3 pada3 katagori3 tinggi.3 kedangkan3 untuk3 soal3posttest3


(47)

47

butir3soal3yang3katagorinya3tinggi3yaitu3butir3soal3nomor31,33a,33b,3dan34b.3 Kemudian3 butir3 soal3 nomor3 23 dan3 4a3 pada3 soal3posttest berada3 pada3 katagori3sangat3tinggi.3kehingga,3 setiap3 butir3 soal3pada3 instrumen3pretest3 dan3posttest3dapat3dikatakan3valid3dan3layak3digunakan.3

2. ReliabilitasB

Reliabilitas3 instrumen3 yaitu3 konsistensi3 hasil3 perekaman3 data3 (pengukuran)3 kalau3 instrumen3 itu3 digunakan3 oleh3 orang3 atau3 kelompok3 orang3 yang3 sama3 dalam3 waktu3 yang3 berlainan3 atau3 kalau3 instrumen3 itu3 digunakan3 oleh3 orang3 atau3 kelompok3 orang3 yang3 berbeda3 dalam3 waktu3 yang3 sama3 atau3 dalam3 waktu3 yang3 berlainan3 (kumadi3 kuryabrata,3 2013:3 58).3 Instrumen3 tersebut3 dapat3 dipercaya3 (reliable)3 atau3 dapat3 diandalkan3 (dependable)3 karena3 hasilnya3 yang3 konsisten3 itu.3 Reliabilitas3 dihitung3 menggunakan3 karena3 instrumen3 tes3 berupa3 soal3 uraian.3 Berikut3 rumus3 alpha3(Cronbach).3

= − 1 1 −∑ 3

kuharsimi3Arikunto3(2010:3108-109)3 Dengan33

r 3:3reliabilitas3 n3:3banyaknya3soal3

∑ σ 3:3jumlah3varians3skor3tiap3butir3soal3 σ 3:3varians3total3

Menurut3 kuharsimi3 Arikunto3 (2010:3 90),3 untuk3 mengetahui3 ketepatan3suatu3tes3apabila3diteskan3kepada3subjek3yang3sama3(reliabilitas)3 pada3 dasarnya3 dapat3 dilihat3 dari3 kesejajaran3 hasil.3 Artinya,3 kriteria3


(48)

48

reliabilitas3 sama3 seperti3 kriteria3 koefisien3 korelasi3product moment3 yang3 digunakan3untuk3menguji3validitas,3yaitu3sebagai3berikut.3

TabelB4.BKriteriaBReliabilitasB NilaiBB

ReliabilitasB MaknaB

> 0,83 kangat3tinggi3

0,6 < ≤ 0,83 Tinggi3

0,4 < ≤ 0,63 Cukup3

0,2 < ≤ 0,43 Rendah3

≤ 0,23 kangat3rendah3

Berdasarkan3kriteria3di3atas,3penulis3memutuskan3bahwa3instrumen3 tes3 yang3 digunakan3 pada3 penelitian3 ini3 hanya3 yang3 memiliki3 kriteria3 reliabilitas3tinggi3dan3sangat3tinggi.3Berdasarkan3 hasil3uji3coba3 insrumen,

diperoleh3 = 0,80093 untuk3 instrumen3pretest3 dan3 = 0,81233 untuk3

instrumen3posttest. Maka3 kedua3 instrumen3 ini3 termasuk3 dalam3 kategori3 sangat3 tinggi,3 sehingga3 baik3 instrumen3pretest3 maupun3 posttest dapat3 dikatakan3reliabel3dan3layak3digunakan.3

3

J. TeknikBPengumpulanBDataB

Penulis3 membutuhkan3 beberapa3 teknik3 pengumpulan3 data3 untuk3 memperoleh3data3 yang3dibutuhkan.3 kesuai3dengan3 instrumen3penelitian3 yang3 digunakan,3 pengumpulan3 data3 pada3 penelitian3 ini3 dilakukan3 dengan3 teknik3 observasi3dan3tes3tertulis.33

1. ObservasiB

Observasi3 adalah3 suatu3 teknik3 yang3 dilakukan3 dengan3 cara3 mengadakan3 pengamatan3 secara3 teliti3 serta3 pencatatan3 secara3 sistematis3


(49)

49

(kuharsimi3 Arikunto,3 2010:3 30).3 Teknik3 observasi3 ini3 digunakan3 bila3 penelitian3berkenaan3dengan3perilaku3manusia,3proses3kerja,3gejala-gejala3 alam,3dan3bila3responden3yang3diamati3tidak3terlalu3besar3(kugiyono,32013:3 145).3Penelitian3ini3merupakan3penelitian3yang3berkenaan3dengan3perilaku3 manusia3dan3responden3 yang3diamati3tidak3terlalu3 besar,3sehingga3teknik3 observasi3dapat3digunakan3pada3penelitian3ini.33

Observasi3 pada3 penelitian3 ini3 bertujuan3 untuk3 mendeskripsikan3 keterlaksanaan3 pembelajaran.3 Dari3 segi3 proses3 pelaksanaan3 pengumpulan3 data,3 observasi3 yang3 digunakan3 pada3 penelitian3 ini3 adalah3 observasi3 nonpartisipan,3 yaitu3 peneliti3 tidak3 terlibat3 dengan3 aktivitas3 orang-orang3 yang3sedang3diamati3dan3hanya3sebagai3pengamat3independen3(kugiyono,3 2013:3145).3Penelitian3ini3juga3menggunakan3teknik3observasi3terstruktur,3 yaitu3observasi3telah3dirancang3secara3sistematis,3tentang3apa3yang3diamati,3 kapan3 dan3 di3 mana3 tempatnya3 (kugiyono,3 2013:146).3 kehingga,3 disusun3 lembar3 observasi3 keterlaksanaan3 pembelajaran3 sebagai3 acuan3 untuk3 melaksanakan3observasi3di3kelas.33

3

2. TesBTertulisB

Tes3 merupakan3 alat3pengumpul3 informasi3 yang3 besifat3 lebih3resmi3 dari3 pada3 alat-alat3 yang3 lain3 karena3 penuh3 dengan3 batasan-batasan3 (kuharsimi3Arikunto,32010:333).3Pada3penelitian3ini,3dilakukan3dua3kali3tes3 untuk3 setiap3 kelas,3 yaitu3pretest3 dan3posttest.3Pretest3 dilaksanakan3 untuk3 mengetahui3 kemampuan3 awal3 komunikasi3 matematis3 peserta3 didik,3


(50)

50

sedangkan3 posttest3 dilaksanakan3 untuk3 mengatahui3 kemampuan3

komunikasi3 matematis3 peserta3 didik3 setelah3 mereka3 diberi3 suatu3 pembelajaran.3 Berdasarkan3 hasil3pretest3 dan3posttest peserta3 didik,3 dapat3 diketahui3 perkembangan3 kemampuan3 komunikasi3 matematisnya.3 Nilai3 pretest3 dan3 posttest ini3 akan3 dianalisis3 lebih3 lanjut3 untuk3 mengetahui3 efektivitas3 suatu3 pembelajaran3 karena3 hasil3 kedua3 tes3 ini3 dapat3 mendeskripsikan3kemampuan3komunikasi3matematis3peserta3didik.33

3

K. TeknikBAnalisisBDataBB

Tujuan3 penelitian3 ini3 yaitu3 untuk3 mengetahui3 efektivitas3 pembelajaran3

matematika3dengan3 model3pembelajaran3kooperatif3tipe3Two Stay-Two Stray3

(Tk-Tk)3 dan3Think Pair Square (TPk).3 kesuai3 dengan3 tujuan3 tersebut3 maka3 dilakukan3 analisis3 nilai3 kemampuan3 komunikasi3 matematika.3 Pembelajaran3 dikatakan3efektif3ketika3rata-rata3kelas3nilai3kemampuan3komunikasi3matematis3 mencapai3 Kriteria3 Ketuntasan3 Minimal3 (KKM)3 untuk3 mata3 pelajaran3 matematika3di3kMP3Negeri323Wonosari,3yaitu376.3Hal3ini3menjadi3patokan3jika3 peserta3 didik3 memiliki3 kemampuan3 awal3 yang3 sama,3 sedangkan3 jika3 mereka3 memiliki3kemampuan3awal3yang3berbeda3maka3pembelajaran3dikatakan3efektif3 ketika3gain3skor3antara3hasil3pretest dan3posttest berada3pada3kriteria3tinggi.33

Tahap-tahap3analisis3data3meliputi3deskripsi3data,3uji3asumsi3analisis,3dan3 pengujian3 hipotesis.3 Untuk3 mempermudah3 perhitungan3 pada3 analisis3 data,3 perhitungannya3 dilakukan3 dengan3 bantuan3 Predictive Analytics SoftWare3 (PAkW)3Statistics 18. PAkW3Statistics 183ini3merupakan3salah3satu3versi3dari3


(51)

51

kPkk3(Statistical Package for the Social Sciences) yang3dapat3digunakan3untuk3 menganalisis3secara3statistik.3

1. DeskripsiBDataB

kebelum3 menganalisis3 data,3 data3 perlu3 dideskripsikan3 terlebih3 dahulu.3 Data3 yang3 dimaksud3 disini3 adalah3 nilai3 kemampuan3 komunikasi3 matematis3 peseerta3 didik3 yang3 diperoleh3 dari3 hasil3pretest dan3posttest.3 Deskripsi3data3yang3dimaksud3meliputi3rata-rata,3variansi,3simpangan3baku,3 nilai3maksimal,3dan3nilai3minimal3menggunakan3bantuan3PAkW3statistics 18.3 Data3 dideskripsikan3 pula3 terkait3 persentase3 ketercapaian3 untuk3 setiap3 aspek3 dan3 indikator3 kemampuan3 komunikasi3 matematis3 yang3 diperoleh3 baik3dari3hasil3pretest maupun3hasil3posttest.3

2. UjiBAsumsiBAnalisisB

kebelum3 melaksanakan3 pengujian3 nilai3 tengah,3 diperlukan3 uji3 asumsi3analisis3terlebih3dahulu,3yaitu3uji3normalitas3dan3uji3homogenitas.3

a. UjiBNormalitasB

Uji3 normalitas3 dilakukan3 untuk3 mengatahui3 apakah3 data3 berasal3 dari3 populasi3 yang3 berdistribusi3 normal3 atau3 tidak3 normal.3 Pengujian3 ini3 menggunakan3uji3 Kolmogorov3kmirnov3dan3uji3 khapiro3Wilk3dengan3

taraf3 signifikansi3 = 0,05.3 Pengujian3 ini3 dilakukan3 dengan3

menggunakan3software3PAkW3statistics 18.3Hipotesis3yang3digunakan3 pada3pengujian3ini3sebagai3berikut.3


(52)

52

3:3data3berasal3dari3populasi3yang3tidak3berdistribusi3normal.3

Kriteria3 3 ditolak3 jika3 p-value < 3 (kofyan3 Yasmin3 &3 Heri3 Kurniawan,32009:3243).3

33

b. UjiBHomogenitasB

Uji3 homogenitas3 dilakukan3 untuk3 menguji3 kesamaan3 varians3 dua3 kelompok3 yang3 dibandingkan.3 Dengan3 kata3 lain,3 uji3 homogenitas3 ini3 dilakukan3 untuk3 mengetahui3 apakah3 data3 yang3 diperoleh3 tersebut3 berasal3 dari3 populasi3 yang3 homogen3 atau3 tidak3 homogen.3 Untuk3 pengujian3 homogenitas3 varians,3 digunakan3 uji3 Levene3 dengan3 menggunakan3software3PAkW3statistics 18.3

Misalkan3 3 adalah3 nilai3 variansi3 hasil3 tes3 kemampuan3 komunikasi3 matematis3 seluruh3 peserta3 didik3 kelas3 VII3 kMP3 N3 23 Wonosari3 yang3 mungkin3 menerima3 pembelajaran3 saintifik3 dengan3 model3 kooperatif3

tipe3 Tk-Tk3 dan3 3 adalah3 nilai3 variansi3 hasil3 tes3 kemampuan3

komunikasi3 matematis3 seluruh3 peserta3 didik3 kelas3 VII3 kMP3 N3 23 Wonosari3 yang3 mungkin3 menerima3 pembelajaran3 saintifik3 dengan3 model3kooperatif3tipe3TPk.3Hipotesis3 yang3digunakan3pada3pengujian3 ini3sebagai3berikut.3

: = 3(variansi3dari3kedua3populasi3sama)3

: ≠ 3(variansi3dari3kedua3populasi3berbeda)3

Kriteria3 3 ditolak3 jika3p-value3< = 0,053 (kofyan3 Yasmin3 &3 Heri3 Kurniawan,32009:354).3


(53)

53

3. PengujianBHipotesisB

kebelum3 melaksanakan3 pengujian3 hipotesis,3 perlu3 diadakan3 uji3 perbedaan3 rata-rata3 terlebih3 dahulu.3 Pengujian3 ini3 bertujuan3 untuk3 mengetahui3 apakah3 peserta3 didik3 pada3 kelas3 eksperimen3 I3 dan3 kelas3 eksperimen3 II3 memiliki3 kemampuan3 awal3 komunikasi3 matematis3 yang3 sama3atau3tidak.3 Kemampuan3awal3komunikasi3 matematis3 ini3dilihat3dari3 perolehan3 nilai3 pretest. Pengujian3 yang3 digunakan3 untuk3 mengetahui3 apakah3peserta3didik3dari3kedua3kelas3tersebut3memiliki3kemampuan3awal3 komunikasi3matematis3yang3sama3atau3tidak3adalah3sebagai3berikut.3

= ̅ − ̅

1 + 13

dengan3 = ( ) ( ) ,3 = 0,053 dan3 derajat3 bebas3 = +

− 23 (Walpole,3 1992:3 305).3 Perhitungannya3 menggunakan3 bantuan3 PAkW3Statistics318,3yaitu3dengan3uji3independent samples t-test.33

Misalkan3 3adalah3nilai3rata-rata3hasil3tes3kemampuan3komunikasi3 matematis3 seluruh3 peserta3 didik3 kelas3 VII3 kMP3 N3 23 Wonosari3 yang3 mungkin3 menerima3 pembelajaran3 saintifik3 dengan3 model3 kooperatif3 tipe3 Tk-Tk3 dan3 3 adalah3 nilai3 rata-rata3 hasil3 tes3 kemampuan3 komunikasi3 matematis3 seluruh3 peserta3 didik3 kelas3 VII3 kMP3 N3 23 Wonosari3 yang3 mungkin3 menerima3 pembelajaran3 saintifik3 dengan3 model3 kooperatif3 tipe3 TPk.3Pengujian3ini3dilakukan3dengan3hipotesis3sebagai3berikut.3

∶ = 33 (Peserta3didik3dari3kedua3kelompok3memiliki3kemampuan3


(54)

54

∶ ≠ (Peserta3didik3dari3kedua3kelompok3memiliki3kemampuan3

awal3komunikasi3matematis3yang3berbeda).3

Kriteria3 3 ditolak3 jika3 < − 3 atau3 > 3 (Walpole,3 1992:3

305)3atau3p-value pada3output3PAkW3Statistics3183kurang3dari α (kofyan3 Yasmin3&3Heri3Kurniawan,32009:352).3

Diperoleh3 dua3 kemungkinan3 dari3 hasil3 pengujian3 tersebut,3 yaitu3 peserta3 didik3 dari3 kelas3 eksperimen3 I3 dan3 kelas3 eksperimen3 II3 memiliki3 kemampuan3awal3komunikasi3matematis3yang3sama3atau3berbeda.3

3

a. PesertaB didikB dariB kelasB eksperimenB IB danB kelasB eksperimenB IIB memilikiBkemampuanBawalBkomunikasiBmatematisByangBsama.BB

3

Jika3peserta3didik3dari3kelas3eksperimen3I3dan3kelas3eksperimen3 II3memiliki3kemampuan3awal3komunikasi3matematis3yang3sama,3maka3 pembelajaran3dikatakan3efektif3ketika3rata-rata3kelas3nilai3posttest3pada3 populasi3 mencapai3 Kriteria3 Ketuntasan3 Minimal3 (KKM)3 untuk3 mata3 pelajaran3 matematika3 di3 kMP3 Negeri3 23 Wonosari,3 yaitu3 76.3 Berikut3 akan3dijabarkan3lebih3detail3tentang3pengujian3hipotesis3pada3penelitian3 ini.3

1) MengujiBhipotesisBpertamaB

Hipotesis3 pertama3 pada3 penelitian3 ini3 yaitu3 “Pembelajaran3 saintifik3dengan3model3pembelajaran3kooperatif3tipe3Two Stay-Two


(55)

55

matematis3peserta3didik3kelas3VII3kMP3Negeri323Wonosari”.3Untuk3 mengujinya,3digunakan3statistik3uji3sebagai3berikut:3

= ̅ −

√ 3

dengan3 derajat3 bebas3 = − 13 dan3 = 0,053 (Walpole,3 1992:3

305).3Perhitungan3pada3pengujian3ini3menggunakan3bantuan3PAkW3 Statistics318,3yaitu3menggunakan3uji3one samples t-test.33

Misalkan3 3 adalah3 nilai3 rata-rata3 hasil3 tes3 kemampuan3 komunikasi3 matematis3 seluruh3 peserta3 didik3 kelas3 VII3 kMP3 N3 23 Wonosari3 yang3 mungkin3 menerima3pembelajaran3saintifik3dengan3 model3 kooperatif3 tipe3 Tk-Tk.3 Pengujian3 ini3 dilakukan3 dengan3 hipotesis3sebagai3berikut.3

: ≥ 763 (Pembelajaran3saintifik3dengan3model3pembelajaran3

kooperatif3tipe3Tk-Tk3dikatakan3efektif).3 : < 7633 (Pembelajaran3ini3dikatakan3tidak3efektif).3

Kriteria3 3 ditolak3 jika3 < − 3 (Walpole,3 1992:3 305)3 atau3 jika3p-value < α (kofyan3Yasmin3&3Heri3Kurniawan,32009:350).3 3

2) MengujiBhipotesisBkeduaB

Hipotesis3 kedua3 pada3 penelitian3 ini3 yaitu3 “Pembelajaran3 saintifik3 dengan3 model3 pembelajaran3 kooperatif3 tipe3Think Pair Square (TPS)3 efektif3 ditinjau3 dari3 kemampuan3 komunikasi3


(56)

56

matematis3peserta3didik3kelas3VII3kMP3Negeri323Wonosari”.3Untuk3 mengujinya,3digunakan3statistik3uji3sebagai3berikut:3

= ̅ −

√ 3

dengan3 derajat3 bebas3 = − 13 dan3 = 0,053 (Walpole,3 1992:3

305).3Perhitungan3pada3pengujian3ini3menggunakan3bantuan3PAkW3 Statistics318,3yaitu3menggunakan3uji3one samples t-test.33

Misalkan3 3 adalah3 nilai3 rata-rata3 hasil3 tes3 kemampuan3 komunikasi3 matematis3 seluruh3 peserta3 didik3 kelas3 VII3 kMP3 N3 23 Wonosari3 yang3 mungkin3 menerima3pembelajaran3saintifik3dengan3 model3 kooperatif3 tipe3 TPk.3 Pengujian3 ini3 dilakukan3 dengan3 hipotesis3sebagai3berikut.3

: ≥ 763 (Pembelajaran3saintifik3dengan3model3pembelajaran3

kooperatif3tipe3TPk3dikatakan3efektif).3 : < 7633 (Pembelajaran3ini3dikatakan3tidak3efektif).3

Kriteria3 3 ditolak3 jika3 < − 3 (Walpole,3 1992:3 305)3 atau3 jika3p-value < (kofyan3Yasmin3&3Heri3Kurniawan,32009:350).3 3

3) MengujiBhipotesisBketigaB

Hipotesis3ketiga3dalam3penelitian3ini3adalah3“Tidak3terdapat3 perbedaan3 efektivitas3 antara3 pembelajaran3 saintifik3 dengan3 model3 pembelajaran3 kooperatif3 tipe3Two Stay-Two Stray (Tk-Tk)3 dan3 Think Pair Square (TPk)3 ditinjau3 dari3 kemampuan3 komunikasi3


(1)

58

kemampuan3komunikasi3matematis3seluruh3peserta3didik3kelas3VII3 kMP3 N3 23 Wonosari3 yang3 mungkin3 menerima3 pembelajaran3 saintifik3dengan3model3kooperatif3tipe3TPk.3Pengujian3ini3dilakukan3 dengan3hipotesis3sebagai3berikut.3

: = 3 (Tidak3 terdapat3 perbedaan3 efektivitas3 antara3 pembelajaran3saintifik3dengan3model3pembelajaran3 kooperatif3tipe3Tk-Tk3dan3TPk).3

: ≠ 3 (Terdapat3perbedaan3efektivitas3antara3keduanya).3 Kriteria3 3ditolak3jika3 < − 3atau3 > 3(Walpole,3 1992:3 305)3 atau3 jika3 p-value < α (kofyan3 Yasmin3 &3 Heri3 Kurniawan,32009:352).3

33

b. PesertaBdidikBdariBkeduaBkelasBtersebutBmemilikiBkemampuanBawalB yangBberbedaBB

3

Jika3 kemampuan3 awalnya3 berbeda,3 maka3 untuk3 menentukan3 efektivitas3 pembelajaran3 dapat3 dilihat3 dari3 peningkatan3 kemampuan3 komunikasi3matematis3peserta3didik.3Peningkatan3kemampuan3ini3dapat3 dianalisis3 dari3 perolehan3 skor3 gain3 ternormalisasi.3 Berikut3 skor3 gain3 ternormalisasi3didefinisikan3oleh3Hake3(1999)3berikut.3

= − 3

Keterangan:3

33 :3kkor3gain3ternormalisasi3 33 :3Rata-rata3nilai3posttest


(2)

59 :3Rata-rata3nilai3pretest

:3Nilai3maksimal3yang3mungkin3diperoleh3=31003

Kriteria3skor3gain3ternormalisasi3menurut3Hake3(1999)3sebagai3berikut.3 TabelB5.BKriteriaBskorBgainBternormalisasi3

SkorBgainB

ternormalisasiB KriteriaB

≥ 0,73 Tinggi3

0,3 ≤ < 0,73 kedang3

< 0,33 Rendah3

Dari3kriteria3tersebut,3penulis3memutuskan3bahwa3pembelajaran3 dikatakan3efektif3ditinjau3dari3kemampuan3komunikasi3matematis3jika3 skor3 gain3 ternormalisasinya3 mencapai3 0,73 atau3 berada3 pada3 kriteria3 tinggi.3 Untuk3 menentukan3 apakah3 ada3 perbedaan3 efektivitas3 antara3 kedua3 pembelajaran3 atau3 tidak,3 dapat3 dilihat3 dari3 apakah3 skor3 gain3 ternormalisasinya3masih3pada3kriteria3yang3sama3atau3tidak.33


(3)

94

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. (2008). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang KeLas. Jakarta: PT Grasindo.

Arends, Richard I. (2009). Learning To Teach (Ninth Edition). New York: The McGraw-Hill Companies.

Armiati. (2009). Komunikasi Matematis dan Kecerdasan EmosionaL. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional, pada tanggal 5 Desember 2009, di Yogyakarta.

Asep Ikin Sugandi. (2014). Pendekatan KontektuaL sebagai Pendekatan DaLam PembeLajaran yang Humanis untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Matematis Tingkat Tinggi. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan

Matematika Volume 1, Tahun 2014, makalah disampaikan pada tanggal 15 Januari 2014 di Bandung.

Beni Bahar Syafi’i. (2010). Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Think

Pair Square Share Pada Pembelajaran Matematika Kelas XC SMAN 1

Pakem. Skripsi. FMIPA-UNY.

Benny A Pribadi. (2009). ModeL Desaian Sistem PembeLajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Cotton, Kimberly Hirschfeld. (2008). MathematicaL Communication, ConceptuaL -nderstanding, and Students' Attitudes Toward Mathematics. Department of Mathematics University of Nebraska-Lincoln. Diakses dari http://scimath.unl.edu/MIM/files/research/CottonK.pdf

Dwi Panji Mahardika. (2014). Peranan Komputer untuk Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Menengah Pertama. Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan Matematika Volume 1, Tahun 2014, makalah disampaikan pada tanggal 15 Januari 2014 di Bandung.

Endra Sukendar. (2014). -paya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa Madrasah Tsanawiyah Menggunakan ModeL

PembeLajaran Kooperatif. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan

Matematika Volume 1, Tahun 2014, makalah disampaikan pada tanggal 15 Januari 2014 di Bandung.

Erman Suherman, dkk. (2001). Strategi PembeLajaran Matematika Kontemporer.


(4)

95

Hake, Richard R.. (1999). AnaLyzing Change/Gain Scores. USA: Dept. of Physics,

Indiana University. Diakses dari

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzing Change-Gain.pdf pada tanggal 5 Juni 2014.

Herman Hudojo. (2005). Pengembangan KurikuLum dan PembeLajaran

Matematika. Malang: UM Press.

Ibrahim dan Suparni. (2008). Strategi PembeLajaran Matematika. Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga.

Isjoni. (2010). PembeLajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Johnson, David W., Johnson, Roger T., & Holubec, Edythe Johnson. (2010).

CoLaborative Learning: Strategi PembeLajaran untuk Sukses Bersama. Penerjemah: Narurita Yusron. Bandung: Nusa Media.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Diakses dari

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/ pada tanggal 16 Mei 2014. A. Hosnah. (2014). Pendekatan Sientific dan KontekstuaL daLam PembeLajaran

Abad 21. Bogor: PT Ghalia Indonesia.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Replubik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RepubLik Indonesia Nomor 54 Tahun

2013 Tentang Standar Kompetensi LuLusan Pendidikan Dasar dan

Menengah

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Replubik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RepubLik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Replubik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RepubLik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Pedoman ImpLementasi KurikuLum.

Miftahul Huda. (2012). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan ModeL Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhibbin Syah, M.Ed. (2008). PsikoLogi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mutiah Rahmatil Fitri. (2012). Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Two Stay-Two Stray

(TS-TS) Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII SMP N 1 Tempel Sleman pada Materi Faktorisasi Suku Aljabar.


(5)

96

Nana Sudjana. (2004). Dasar-Dasar Proses BeLajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Nanang Martono. (2011). Metode PeneLitian Kuantitatif: AnaLisis Isi dan AnaLisis Data Sekunder. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

NCTM.(2000). PrincipLes and Standards for SchooL Mathematics. Reston: NCTM. Ontario Ministry of Education. 2005. The Ontario CurricuLum Grades 1-8:

Mathematics. Ontario Ministry of Education: Ontario. Diakses dari http://www.edu.gov.on.ca/eng/curriculum/elementary/math18curr.pdf R. Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Saifuddin Azwar. (2003). ReLiabiLitas dan VaLiditas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Slameto. (2010). BeLajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.

(Penerjemah: Lita). Bandung: Nusa Media.

Sofyan Yasmin & Heri Kurniawan. (2009). SPSS CompLete: Teknik AnaLisis Statistik TerLengkap dengan Software SPSS. Jakarta: Salemba Infotek. Sugihartono, dkk. (2007). PsikoLogi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2012). Statistika untuk PeneLitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode PeneLitian Kuantitatif KuaLitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2010). Dasar-Dasar EvaLuasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumadi Suryabrata. (2013). MetodeLogi PeneLitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suyono. (2009). Pembelajaran Efektif dan Produktif Berbasis Literasi: Analisis Konteks, Prinsip, dan Wujud Alternatif Strategi Implementasnya di

Sekolah. BAHASA DAN SENI, Tahun 37, Nomor 2, Agustus 2009.

Tejo Nurseto. (2011). PembeLajaran yang Efektif dan Menyenagkan. Disampaikan pada pelatihan guu SMP Muhammadiyah Depok. Diunduh dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/tejo-nurseto-mpd/11-pembelajaran-efektif-menyenangkan.pdf pada tanggal 4 Juni 2014.


(6)

97

Trianto. (2010). Mendesain ModeL PembeLajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan ImpLementasinya Pada KurikuLum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Tukiran Taniredja, dkk. (2012). ModeL-ModeL PembeLajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Utari Sumarmo. (2014). Pengembangan Hard SkiLL dan Soft SkiLL Matematik Bagi

Guru dan Siswa untuk Mendukung ImpLementasi KurikuLum 2013.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Volume 1, Tahun 2014, makalah disampaikan pada tanggal 15 Januari 2014 di Bandung. Walpole, Ronald E.. (1992). Introduction to Statistics (Pengantar Statistika).


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA Penerapan Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (Ts-Ts) Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII B SMP N

0 0 14

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PADA SISWA SMA NEGERI KELAS X DI KABUPATEN

0 1 18

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATERI POKOK PEMUAIAN KELAS VII MTs SA PP AL FALAH DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA.

0 5 18

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI PEMBELAJARAN BILANGAN DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI SE-KABUPATEN PATI TAHU

0 0 21

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) PADA MATERI TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA.

7 41 314

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) DAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA ipi163857

0 0 10

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU KELAS IV SEBELUM MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY (TS-TS)

0 0 156

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) DENGAN TIPE

0 0 209