FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESIKO KREDIT MACET PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH “AMANAH UMMAH” SURABAYA.

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESIKO

KREDIT MACET PADA KOPERASI JASA KEUANGAN

SYARIAH (KJKS) “AMANAH UMMAH”

SURABAYA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

OLEH :

MASVIKA RIZKI NOVITASARI NPM. 0642010026

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”JAWATIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

SURABAYA 2010


(2)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESIKO KREDIT MACET PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH “AMANAH

UMMAH” SURABAYA

Oleh :

Masvika Rizki Novitasari 0642010026

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh tim penguji skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 20 Mei 2010

TIM PENGUJI PEMBIMBING UTAMA 1. Ketua

Nurhadi, Drs, M.Si Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP : 030 227 930 NIP : 030 175 349

PEMBIMBING PENDAMPING 2. Sekretaris

R.Y. Rusdianto, S.sos, M.Si R.Y. Rusdianto, S.sos, M.Si NIP : 957 200 046 NIP : 957 200 046

3. Anggota

Drs. Eddy Poernomo, SE, MM

NIP : 030 178 443

Mengetahui


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK MENGIKUTI UJIAN SKRIPSI

Judul Penelitian : FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESIKO KREDIT MACET PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) “AMANAH UMMAH”

Nama Mahasisiwa : Masvika Rizki Novitasari NPM : 0642010026

Jurusan : Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Nurhadi, Drs, M.Si. R.Y. Rusdianto, S. Sos, M.Si

NIP. 030 227 930 NIP. 957 200 046

Mengetahui, Dekan

Dra.Ec.Hj.Suparwati.M.Si NIP. 030 175349


(4)

ABSTRAKSI

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESIKO KREDIT MACET PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH “AMANAH UMMAH” SURABAYA.

Resiko kredit macet merupakan salah satu hal yang krusial bagi sebuah perusahaan. Kesalahan untuk menentukan besarnya nilai kredit yang akan diberikan kepada nasabah akan meningkatkan potensi terjadinya kredit macet. Hal ini akan merugikan perusahaan. Karena itu dalam menentukan kebijakan kredit, maka manajemen perlu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi resiko kredit macet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah, dan sistem pengendalian kredit terhadap resiko kredit macet pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah “Ámanah Ummah”.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah nasabah yang mengalami kredit macet dalam kurun waktu periode 2007 sampai pada periode 2009 yaitu berjumlah 79 nasabah berdasarkan nota kontrol di lapangan dari jumlah laporan neraca kredit. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dengan metode penarikan sampel yang digunakan oleh teknik purposive sample, dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel bebas yaitu karakter nasabah (X1), kondisi ekonomi nasabah (X2), sistem pengendalian kredit (X3) berpengaruh nyata secara simultan terhadap variabel terikat, resiko kredit macet (Y). Hasil analisis juga menyatakan bahwa secara parsial variabel X1, X2, X3 berpengaruh signifikan terhaday Y. Dari ketiga variabel tersebut, variabel X1 memiliki koefisien determinasi dominan terhadap Y. Adapun dari ketiga variabel bebas, variabel karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah, dan sistem pengendalian kredit yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai kredit.

Key words: Resiko kredit macet, karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah dan sistem pengendalian kredit.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ……….…… ii

KATA PENGANTAR ………...………….. iii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR GAMBAR ………ix

DAFTAR TABEL ……….……… x

DAFTAR LAMPIRAN ………. ………..xi

ABSTRAKSI ………...xii

BAB I PENDAHULUAN ………..…1

1.1 Latar Belakang ………1

1.2 Perumusan Masalah ………...…….5

1.3 Tujuan Penelitian ………...……….5

1.4 Manfaat Penelitian ………..5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………...7

2.1. Landasan Teori ………7

2.1.1. Manajemen Keuangan ………..…….……....7

2.1.1.1. Pengertian Manajemen Keuangan .………...7

2.1.1.2. Tujuan Manajemen Keuangan …..………7

2.1.1.3. Fungsi Manajemen Keuangan ...……...……….8

2.1.1.4. Modal Kerja ………..………....9

2.1.1.5. Budget Kas………..…..………9

2.1.2 Koperasi………...………..10

2.1.2.1. Pengertian Koperasi ………..10

2.1.2.2. Landasan, Azas dan Tujuan Koperasi …………..12

2.1.2.3. Fungsi Koperasi ………14

2.1.3 Lembaga Keuangan Syariah ……….15

2.1.3.1. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah. ………..15


(6)

2.1.3.3. Pengertian BMT ……….….……..18

2.1.3.4. Tujuan Berdirinya Lembaga Keuangan Syariah ...21

2.1.4 Kredit………..………...…22

2.1.4.1. Pengertian Kredit ………..22

2.1.4.2. Tujuan Pemberian Kredit ………..23

2.1.4.3. Jenis Kredit ………24

2.1.4.4. Unsur – unsur Pemberian Kredit ………...27

2.1.4.5. Penilaian Dalam Pemberian Kredit ………...29

2.1.4.6. Penilaian Kelayakan Kredit ………...30

2.1.4.7. Penggolongan Kualitas Kredit ………..31

2.1.4.8. Kebijakan Pengendalian Kredit ………….………38

2.1.5 Pengertian Kredit Bermasalah ..……….40

2.1.5.1. Faktor – faktor Kredit Macet ………....42

2.1.5.2. Faktor yang Mempengaruhi Resiko Kredit………46

2.1.5.3. Bentuk Penyelamatan Kredit ……….48

2.2 Kerangka Berpikir ……….………49

2.3 Hipotesis.………51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….52

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………...……….52

3.1.1 Variabel Bebas (Independent) ….……….…52

3.1.2 Variabel Terikat ………..…...54

3.2 Populasi, Sampel, dan Metode Penarikan Sampel….…...……….54

3.2.1 Populasi………...………...54

3.2.2 Sampel ………..……….………55

3.2.3 Metode Penarikan Sampel ………...………..56

3.3 Teknik Pengumpulan Data ………...….56

3.3.1 Jenis Data dan Sumber Data ………..……...…56

3.3.2 Pengumpulan Data ………57

3.4 Pengujian Kualitas Data ………58

3.4.1 Uji Validitas dan Uji Realibilitas ………..58


(7)

3.6 Teknik Analisis ………...…..62

3.7 Uji Hipotesis ………..63

3.7.1. Uji F ………..63

3.7.2. Uji t ………64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………67

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Pengujian Data ……….67

4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ……….67

4.1.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ………..67

4.1.1.2. Lokasi Perusahaan ……….………68

4.1.1.3. Produk Jasa Koperasi ………68

4.1.1.4. Visi dan Misi Koperasi ……….……….73

4.1.1.5. Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan …………73

4.1.2. Penyajian data ………...78

4.1.2.1. Karakteristik Responden ………...78

4.1.2.2. Variabel – variabel Penelitian ………...79

4.2. Uji Validitas dan Realibilitas ………85

4.3. Hasil dan Pembahasan ……….……..88

4.3.1. Uji Asumsi Klasik ……….88

4.3.2. Analisis dan Pengujian Hipotesis ………..91

4.3.2.1. Analisis Regresi Linear Berganda …………...……91

4.3.2.2. Pengujian Hipotesis ………...……..93

4.3.2.2.1. Uji F ………...………..93

4.3.2.2.2. Uji t ………..………95

4.4. Pembahasan ……….100

4.4.1. Hubungan Variabel X1 terhadap Variabel Y………100

4.4.2. Hubungan Variabel X2 terhadap Variabel Y …………...101

4.4.3. Hubungan Variabel X3 terhadap Variabel Y …………...102

BAB V KESIMPULAN ……….103

5.1. Kesimpulan ……….………103

5.2. Saran ………103


(8)

(9)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 ….……….……..43

GAMBAR 4.1 ………..89

GAMBAR 4.2 ……….………….95

GAMBAR 4.3 ………..96

GAMBAR 4.4 ………..98


(10)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 ………...………….4

TABEL 4.1 ………...78

TABEL 4.2 ………...78

TABEL 4.3 ………...79

TABEL 4.4 ………...80

TABEL 4.5 ………...81

TABEL 4.6 ………...83

TABEL 4.7 ………...84

TABEL 4.8 ………...85

TABEL 4.9 ………...86

TABEL 4.10 ……….87

TABEL 4.11 ……….88

TABEL 4.12 ……….91

TABEL 4.13 ……….………94

TABEL 4.14 ……….99


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 ………106

LAMPIRAN 2 ………107

LAMPIRAN 3 ………111

LAMPIRAN 4 ………115

LAMPIRAN 5 ………117


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Koperasi merupakan suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan–badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan para anggotanya.

Koperasi memiliki berbagai latar belakang usaha, salah satunya yaitu usaha koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam, yang merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat walaupun dalam ruang lingkup terbatas. Menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat melalui kegiatan simpan pinjam (perkreditan) dari dan untuk anggota koperasi. Kegiatan usaha simpan pinjam sangat dibutuhkan oleh para anggota koperasi karena banyak manfaat yang diperoleh terutama dalam rangka meningkatkan modal usaha sehingga tercipta kesejahteraan hidup yang baik.

Koperasi merupakan organisasi ekonomi yang berwatak sosial beranggotakan orang–orang dan badan–badan hukum koperasi yang berdasarkan azas kekeluargaan. Tujuan utama Koperasi Indonesia adalah mengembangkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Koperasi bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan–tabungan para anggota secara teratur dan terus–menerus


(13)

untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat, dan berusaha mencegah para anggotanya terlibat dalam jeratan lintah darat pada waktu mereka memerlukan sejumlah uang dengan menggiatkan tabungan dan mengatur pemberian pinjaman uang.

Undang–undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1 tentang perkoperasian dirumuskan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”.

Keuntungan yang diperoleh oleh pihak koperasi adalah dari usaha komersial yaitu usaha simpan pinjam, yang mampu menghasilkan laba atau keuntungan bagi koperasi. Tetapi harus diingat dalam usaha pencarian laba tetap berpegang pada watak sosial agar tidak keluar dari jiwa koperasi.

Saat ini perkembangan pasar keuangan syariah sedang marak di dunia, khususnya di negara – negara yang mayoritas berpenduduk Muslim. Menurut Undang – undang tentang lembaga keuangan syariah di Indonesia bahwa lembaga keuangan syariah merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat berlandaskan prinsip syariah. Pasar keuangan syariah lahir dengan konsep dan filosofi yang berbeda, lembaga keuangan syariah lahir dengan konsep dan filosofi interest free (bebas bunga), yang melarang penerapan bunga dalam semua transaksi perbankan karena termasuk kategori riba.


(14)

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Amanah Ummah adalah salah satu jenis koperasi simpan pinjam yang memanfaatkan dana dari masyarakat yang berupa tabungan, kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pinjaman. KJKS Amanah Ummah didirikan berdasarkan surat Keputusan Notaris No. 16 dengan Akte pengesahan No. 518.1/BH/92/103/2006 tanggal 18 juli 2006. KJKS Amanah Ummah didirikan dengan maksud agar dapat memberikan pelayanan dan pendampingan kepada masyarakat usaha kecil dan mikro untuk meningkatkan kualitas hidup.

Suatu lembaga keuangan bukan bank atau Koperasi akan memberikan kredit kepada peminjam, jika betul – betul yakin bahwa sipenerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat yang telah disetujui oleh kedua pihak. Bila ada satu atau beberapa debitur KJKS Amanah Ummah yang tidak mentaati aturan tersebut, maka dapat menimbulkan dampak dikemudian hari, yaitu kredit yang diberikan tidak sesuai dengan waktu yang telah diberikan atau kredit yang diberikan pembayarannya menunggak.

Data laporan perkembangan KJKS Amanah Ummah menunjukan bahwa kredit mengalami permasalahan dalam proses pengembalian, yaitu adanya debitur yang terlambat membayar kredit sampai tanggal jatuh tempo. Adapun data yang penulis peroleh dari pihak koperasi adalah sebagai berikut :


(15)

Tabel 1 : Data Kredit Macet KJKS “Amanah ummah”

Tahun ∑ Kredit disalurkan

∑ Kredit macet Prosentase 2007 Rp 1.288.448.500 Rp 98.779.675 7,66 % 2008 Rp 2.163.828.931 Rp 131.895.866 6,25 % 2009 Rp 2.447.220.804 Rp 123.815.903 5,06 % Sumber : KJKS “Amanah Ummah” tahun 2009

Data tersebut diatas menunjukkan bahwa kredit macet pada tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 1,41 % dan pada akhir Okober 2009 nilai kredit macet juga mengalami penurunan sebesar 1,19 %.

Berdasarkan data yang yang diperoleh maka penulis ingin menganalisis karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah dan sistem pengendalian kredit terhadap penyebab kredit macet pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah Surabaya. Hal ini karena sisi nasabah, sisi eksternal, dan karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah dan sistem pengendalian kredit merupakan faktor yang mempengaruhi dan mendasari anggota koperasi yang ingin mengajukan kredit atau melakukan peminjaman di koperasi. Sehingga dengan terpenuhinya faktor-faktor di atas maka pihak koperasi dapat mengatasi atau meminimalisir kemungkinan terjadinya kredit macet.

Kondisi tersebut menarik perhatian penulis untuk meneliti tentang “Faktor - faktor yang Mempengaruhi Resiko Kredit Macet pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah “Amanah Ummah” Surabaya”.


(16)

1.2. Perumusan Masalah

a. Apakah karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah, dan sistem pengendalian kredit berpengaruh secara simultan terhadap pengaruh resiko kredit macet pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah Surabaya ?

b. Apakah karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah, dan sistem pengendalian kredit berpengaruh secara parsial terhadap pengaruh resiko kredit macet pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah Surabaya ?

1.3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan antara karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah, dan sistem pengendalian kredit berpengaruh secara simultan terhadap pengaruh resiko kredit macet pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah Surabaya.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan antara karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah, dan sistem pengendalian kredit berpengaruh secara simultan terhadap pengaruh resiko kredit macet pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian a. Secara Praktis

Sebagai bahan referensi bagi manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah “Amanah Ummah” Surabaya dalam hal kebijakan dalam pemberian kredit kepada anggota guna meminimalkan resiko kredit macet.


(17)

b. Secara Teoritis

Dapat menambah referensi sehingga dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan tentang teori yang ada dalam ilmu pengetahuan dengan kenyataan yang ada dilapangan.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Manajemen Keuangan

2.1.1.1. Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan berkepentingan dengan bagaimana cara menciptakan dan menjaga nilai ekonomis/kesejahteraan. Konsekuensinya, semua pengambilan keputusan harus difokouskan pada penciptaan kesejahteraan.

Menurut Lukas (2003:2) Manajemen Keuangan adalah bidang keuangan yang berhubungan dengan operasi suatu perusahaan dari sudut pandang perusahaan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen Keuangan merupakan suatu aktivitas di bidang keuangan yang berkaitan dengan operasi perushaan mulai dari perolehan, pendanaan, dan pengelolahan aktiva untuk pembiayaan investasi maupun pembelanjaan perusahaan secara efektif dan efisien.

2.1.1.2. Tujuan Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan adanya tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standart dalam memberikan penilaian keefisienan keputusan keuangan, maka tujuan dari manajemen keuangan adalah :


(19)

1. Maksimalkan Profit

Sangat mudah untuk menjelaskan bahwa tujuan pokok yang ingin dicapai manajer keuangan adalah memaksimumkan profit, hal ini dapat dicapai hanya dengan jalan penerbitan saham dan penginvestasian keuntungannya dalam surat-surat hutang jangka pendek.

2. Memaksimalisasi Kesejahteraan Pemegang Saham

Tujuan ini dilakukan tidak lain adalah memodifikasi tujuan memaksimalkan keuntungan agar mampu menghadapi perubahan

lingkungan operasi yang kompleks. (http://www.blogspotrezzy.com/download )

2.1.1.3. Fungsi – Fungsi Manajemen Keuangan

1. Investment decision, yakni keputusan penggunaan dana atau pengalokasian dana.

a. Jangka Pendek : Penggunaan dana untuk pengoperasian perusahaan.

b. Jangka Panjang : Investasi dalam aktiva tetap.

2. Financial decision, yakni keputusan dengan pemilihan sumber dana, dengan melalui penerbitan saham dan melalui hutang saham. 3. Deviden decision, yakni untuk menentukan apakah dana yang

diperoleh dan dihasilkan operasi akan dibagikan kepada pemegang saham atau investasi kembali. (//http.blog spot rezzy.com//)


(20)

2.1.1.4. Modal Kerja dan Faktor yang Berpengaruh Terhadap Besar Kecilnya Investasi

Penentuan besarnya kebutuhan modal kerja tergantung pada besar kecilnya :

1. Periode perputaran, merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit, pembelian, penyimpanan bahan baku dan jangka waktu penerimaan piutang. 2. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian

bahan mentah, bahan pembantu, membayar upah dan biaya lain. Faktor – faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam hutang :

1. Volume penjualan kredit. 2. Syarat pembayaran kredit.

3. Ketentuan pembebasan kredit.

4. Kebijaksaan dalam pengumpulan piutang. 5. Kebiasaan membayar para langganan.

2.1.1.5. Budget Kas

Adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu

yang akan datang. Tujuan penyusunan budget kas adalah untuk :

1. Posisi kas adalah sebagai hasil rencana perusahaan.

2. Kemungkinan adanya surplus atau deficit karena operasi perusahaan.


(21)

3. Besarnya dana serta kapan saat dana dibutuhkan untuk menutup deficit kas.

4. Saat kapan kredit harus kembali.

Capital Budgeting adalah proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana, dimana jangka kembalinya

melebihi satu tahun (http://www.blogspotrezzy.com/download).

Arti penting budgeting :

1. Dana yang dikeluarkan terikat untuk jangka waktu panjang.

2. Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan dimasa yang akan datang.

3. Pengeluaran dana tersebut meliputi jumlah besar.

4. Kesalahan dalam pengambilan keputusan tentang pengeluaran modal tersebut mempunyai akibat kredit macet.

2.1.2. Koperasi

2.1.2.1 Pengertian Koperasi

Menurut Widiyanti (2003:1) koperasi berasal dari perkataan co

dan operation, yang mengandung arti kerja sama untuk mencapai tujuan. Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang–orang atau badan–badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.


(22)

Koperasi (cooperation) yang secara umum diartikan suatu badan usaha bersama, khususnya bergerak dalam bidang ekonomi yang anggota–anggotanya terdiri dari orang–orang atau badan–badan hukum koperasi yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak dan kewajiban untuk melakukan suatu usaha atau lebih dalam memenuhi kebutuhan anggotanya.

Sedangkan menurut Sumarsono (2003:2) koperasi adalah sebuah perusahaan yang harus mampu berdiri sendiri menjalankan kegiatan usahanya mendapatkan laba, sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat mempertinggi jasmani para anggotanya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa koperasi Indonesia merupakan kumpulan orang–orang atau badan hukum dan bukan perkumpulan modal, terdapat kerja sama yang didasarkan atas azas kekeluargaan dengan tujuan yang sama yaitu mempertinggi kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

2.1.2.2. Landasan, Azas dan Tujuan Koperasi

1. Landasan Koperasi

Menurut Widiyanti (2003:36-43), dalam seluruh hukum di Indonesia, koperasi telah mendapatkan tempat yang pasti. Karena itu landasan hukum koperasi di Indonesia sangat kuat. Faktor utama yang menentukan terbentuknya koperasi adalah adanya sekelompok


(23)

orang yang telah seia sekata untuk mengadakan kerja sama. Barang– barang modal, baik berupa uang, gedung, mesin dan lain–lain hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan koperasi. Oleh karena itu landasan koperasi terutama terletak pada orang–orang yang tergabung di dalamnya.

Tentang landasan koperasi dapat terbagi atas :

a. Landasan Idiil

Yang dimaksud dengan Landasan Idiil koperasi Indonesia adalah dasar atau landasan yang digunakan dalam usaha untuk mencapai cita–cita koperasi. Koperasi sebagai kumpulan orang-orang yang tujuan utamaya untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Sesuai dengan Undang–Undang Nomor 25 tahun 1992, Landasan Idiil Koperasi Indonesia adalah Pancasila. Penempatan Pancasila sebagai Landasan Koperasi Indonesia didasarkan atas pertimbangan bahwa Pancasila adalah hidup dan ideology bangsa.

b. Landasan Strukturil

Yang dimaksud dengan Landasan Strukturil Koperasi Indonesia adalah tempat berpijak koperasi dalam susunan hidup bermasyarakat. Landasan Strukturil Koperasi Indonesia adalah Undang–Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 1 berbunyi “Perekonomian disusun sebagi usaha bersama berdasarkan atas Azas Kekeluargaan”.


(24)

c. Landasan Operasional

Landasan Operasional Koperasi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 serta penjelasannya, Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988 tentang GBHN, Undang–Undang 2 tahun 1967 tentang Pokok–Pokok Perkoperasian, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi.

2. Azas Koperasi Indonesia

Sesuai dengan Undang–Undang Koperasi Nomor 25 tahun 1992 Pasal 1 ayat 1 tentang Perkoperasian bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang–orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatanya berdasarkan prinsip ekonomi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan.

Azas kekeluargaan mencerminkan adanya kesadaran dari budi hati nurani manusia untuk mengerjakan segala sesuatu dalam koperasi : oleh semua untuk semua di bawah pimpinan pengurus yang dipilih anggota atas dasar keadilan, kebenaran dan keberanian berkorban bagi kepentingan bersama. (Sumarsono, 2003:2)

3. Tujuan Koperasi Indonesia

Menurut Sumarsono (2003:6) dalam Undang–Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 33 disebutkan bahwa, koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun


(25)

tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang–Undang Dasar 1945.

Anggota koperasi dan masyarakat serta pemerintah mengharapkan keberhasilan koperasi, namun apabila dilihat dari segi kepentingannya masing–masing tidak sama. Adapun tujuan koperasi yaitu sebagai berikut :

a. Pemberian jasa atau pelayanan yan bermanfaat bagi anggota

sesuai jenis koperasi.

b. Peningkatan taraf kehidupan anggota.

c. Peningkatan pendidikan moril anggota koperasi.

d. Mempersatukan warga masyarakat ekonomi lemah dalam wadah

koperasi.

e. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan manfaat koperasi.

2.1.2.3. Fungsi Koperasi

Menurut (Sumarsono, 2003:10), fungsi koperasi adalah memberikan jasa kepada anggota mengeluarkan biaya untuk menggantinya. Dengan demikian koperasi pada dasarnya tidak mendapat apa–apa, akan tetapi anggota yang menerima manfaat tersebut.

Dalam hubungannya dengan efisiensi koperasi diukur dari tingkat pemberian jasanya. Tingkat efisiensi koperasi ini akan


(26)

tergantung kepada bagaimana penggunaan dan memelihara koperasi. Jika koperasi berfungsi baik, maka baik pula jalannya.

Koperasi yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotongroyongan tidak berarti bahwa koperasi meninggalkan sifat dan syarat – syarat ekonominya sehingga kehilangan efisiensinya. Fungsi dan peran koperasi berdasarkan Pasal 4 Undang–Undang Nomor 25 tentang Perkoperasian sebagai berikut :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan

ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.

2. Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan

ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sokogurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian

nasional yang merupakan usaha bersama atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

2.1.3. Lembaga Keuangan Syariah

2.1.3.1. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah

Menurut Rodoni (2008:5), Lembaga keuangan syariah merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset-aset keuangan maupun asset riil berlandaskan konsep syariah.


(27)

Menurut Undang-Undang tentang lembaga keuangan syariah merupakan lembaga yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat berlandaskan prinsip syariah.

Perbedaan prinsip operasional dalam lembaga keuangan syariah berdasarkan sistem bagi hasil. Lembaga keuangan syariah yang termasuk kategori bank syariah dan non bank syariah adalah seperti

BMT (Baitul Mal wat Tamwil). BMT didirikan sebagai sebuah

perwujudan kegiatan ekonomi umat yang menjunjung tinggi nilai-nilai

ta’awun (tolong – menolong) dan kekeluargaan sebagaimana atas koperasi. Dan dalam melaksanakan operasionalnya, BMT berlandaskan syariat Islam. Karena BMT lahir dari masyarakat dalam wadah kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang sepakat dan bersama-sama mendirikan BMT. Selanjutnya BMT dapat dikembangkan menjadi lembaga yang berbadan hukum koperasi bila ia telah memenuhi syarat dan ketentuan tertentu sesuai aturan yang berlaku.

2.1.3.2. Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Menurut Kuncoro (2002 : 596) perbedaan mendasar antara sistem lembaga keuangan syariah berbasis bunga dengan bagi hasil adalah sebagai berikut :

Bunga :

1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus


(28)

2. Besarnya porsentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.

3. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa

pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

4. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah

keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”.

5. Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama termasuk islam.

Bagi Hasil :

1. Penentuan besarnya rasio atau hibah bagi hasil dibuat pada

waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

2. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan

yang diperoleh.

3. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan.

Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

4. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan

jumlah pendapatan.


(29)

2.1.3.3. Pengertian BMT (Baitul Maal wat Tamwil)

Saat ini perkembangan pasar keuangan syariah sedang marak di dunia, khususnya di negara-negara yang mayoritas berpenduduk Muslim.

Menurut Rodoni (2008:60), BMT adalah balai usaha mandiri

terpadu yang isinya berintikan konsep baitul maal wat tamwil,

kegiatan BMT adalah mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha makro dan kecil, antara lain mendorong kegiatan menabung dan pembiayaan kegiatan ekonominya.

Koperasi sebagai bentuk badan hukum BMT mempunyai pengertian sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992. Menurut etimologi, koperasi berasal dari kata “cooperation” yang artinya berusaha bersama.

BMT didirikan secara berproses dan bertahap yang dimulai dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), dan bila telah memenuhi syarat anggota dan pengurus dapat ditingkatkan menjadi lembaga berbadan hukum kopersi.

1. Produk – Produk BMT

Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, yakni melayani masyarakat, kegiatan pokok BMT meliputi dua kegiatan, yaitu simpanan mudharabah dan pembiayaan.


(30)

1. Simpanan

a. Simpanan mudharabah

1). Simapanan Berguna (SIGUN)

Simpanan berguna yang dapat dilakukan sewaktu-waktu dan diambil kapan saja.

2) Simpanan Pendidikan (SIDIK)

Simpanan dana pendidikan yang dapat disetor sewaktu-waktu, diambil manakala akan melanjutkan sekolah/pendidikan.

3) Simpanan Hari Raya (SIHAR)

Simpanan untuk persiapan hari raya, yang dapat diambil sewaktu-waktu dan diambil 10 hari sebelum hari raya tiba.

4) Simpanan Aqiqah (SIQOH)

Simpanan untuk persiapan berqurban dan aqiqah yang disetor sewaktu-waktu dan diambil 10 hari sebelum Idul Qurban.

5) . Simpanan Walimah (SIWAL)

Simpanan yang dipersiapkan untuk mengadakan kegiatan

walimah, baik khitanan, nikah, tasmiyah, dan walimah

lainnya.

b. Simpanan Ziarah (SIMPANAN HAJI)

Simpanan dari anggota / nasabah yang berencana melaksanakan ziarah ke Baitullah (ibadah haji) di Makkah al-Mukarramah atau melaksanakan ibadah umrah.


(31)

c. Simpanan Wadi’ah

Titipan atau amanah dari pemilik dana kepada BMT, di mana BMT sebagai penerima amanat wajib menjaga kebutuhannya dan keselamatan dana yang dititipkan dan tidak mendapatkan bagi hasil karena sifatnya hanyalah titipan biasa.

d. Deposito (MUDHARABAH BERJANGKA)

Simpanan dari nasabah pada BMT yang dapat diambil sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.

2. Pembiayaan

Pembiayaan adalah kegiatan BMT dalam hal menyalurkan dana kepada ummat melalui pinjaman untuk keperluan menjalankan usaha yang ditekuni, diantaranya :

a. Mudharabah

Perjanjian antara pemilik dana BMT dengan pengelola dana anggota yang keuntungannya dibagi menurut rasio yang telah disepakati bersama di muka.

b. Musyarakah

Perjanjian kerjasama antara anggota dengan BMT di mana modal dari kedua belah pihak digabungkan untuk usaha tertentu yang akan dijalankan oleh anggota.


(32)

c. Bai bitsman ajil

Proses jual beli di mana BMT menalangi terlebih dahulu kepada anggota dalam pemberian suatu barang tertentu yang dibutuhkan.

d. Murabahah

Dalam kaidah bahasa Arab, murabahah mempunyai arti laba

atau keuntungan yang berarti saling mendapatkan keuntungan.

e. Qardhul hasan

Pembiayaan kebajikan berasal dari baitul mal dimana

anggota yang menerimanya hanya membayar pokoknya dan dianjurkan untuk memberikan zakat infaq dan shodaqoh.

f. Ijarah

Akad pembiayaan yang merupakan talangan dana untuk

pengadaan barang tertentu ditambah dengan keuntungan mark up

yang disepakati dengan sistem sewa tanpa diakhiri dengan kepemilikan.

g. At-ta’jir

Bai ta’jir atau sewa beli adalah suatu kontrak sewa yang diakhiri dengan penjualan.

2.1.4. Tujuan Berdirinya Lembaga Keuangan Syariah

Menurut Rodoni (2008:9-10), tentang tujuan berdirinya lembaga keuangan syariah :


(33)

a. Mengembangkan lembaga keuangan syariah yang sehat berdasarkan efisiensi dan keadilan, serta mampu meningkatkan partisipasi masyarakat banyak sehingga menggalakkan usaha-usaha ekonomi rakyat

b. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat

Bangsa Indonesia, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial ekonomi.

c. Meningkatkan partisipasi masyarakat banyak dalam proses

pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi keuangan yang selama ini diketahui masih banyak masyarakat yang enggan berhubungan dengan bank ataupun lembaga keuangan lainnya, karena menganggap bahwa bunga adalah riba

d. Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara

ekonomi, berperilaku bisnis dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

2.1.5. Kredit

2.1.5.1. Pengertian Kredit

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun1998, definisi kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya dalam jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.


(34)

Sedangkan menurut Kasmir (2003:72) mendefinisikan kredit sebagai suatu kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit berarti mereka memperoleh kepercayaan sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti akan kembali.

Dari rumusan mengenai perkreditan dapat ditari kesimpulan, yaitu :

a. Adanya penyerahan barang atau uang tagihan yang menimbulkan

tagihan tersebut kepada pihak lain dengan harapan bank akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman berupa bunga sebagi pendapatan.

b. Proses kredit didasarkan pada suatu perjanjian yang saling

mempercayai antara kreditur dan debitur yang harus melakukan kewajibannya masing-masing.

c. Pelunasan hutang dan bunga kredit disesusaikan dalam jangka

waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

2.1.5.2. Tujuan Pemberian Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi awal didirikannya.

Menurut Malayu (2004:88) tujuan pemberian kredit antara lain : 1. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit.


(35)

3. Melaksanakan kegiatan operasional bank. 4. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat. 5. Memperlancar lalu lintas pembayaran.

6. Menambah modal kerja perusahaan.

7. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

2.1.5.3. Jenis Kredit

Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan dalam praktiknya kredit yang ada di masyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada masyarakat. Pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokkan ke dalam jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu.

Menurut Kasmir (2003:76-79), secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah sebagai berikut : 1. Dilihat dari Segi Kegunaan

Untuk melihat penggunaan uang tersebut apakah digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Jika ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit yaitu :

a. Kredit Investasi

Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru di mana massa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama


(36)

dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

b. Kredit Modal Kerja

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lain yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Kredit modal kerja merupakan kredit yang dicairkan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.

2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit

Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu kredit, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi. Jenis kredit dilihat dari segi tujuan adalah :

a. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Artinya kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan suatu baik berupa barang maupun jasa.

b. Kredit Konsumtif

Merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan konsumtif yang diperlukan pemohon dan sumber pembayaran kembali kreditnya berasal dari penghasilan/gaji pemohon. Pada umumnya kredit konsumtif bunganya tinggi, karena risiko yang


(37)

dihadapi oleh bank juga tinggi, kredit konsumtif ini sebenarnya memberatkan bagi nasbahnya, namun demikian karena kebutuhan yang mendesak calon nasabah tidak melihat besarnya bunga, akan tetapi kecepatan dan tersebut diterima nasbah untuk mengatasi permaslahan yang dihadapi nasabah.

Kredit konsumen di Indonesia. Kredit konsumen, yang kerap dikenal juga sebagai kredit konsumsi, adalah segala pinjaman yang diambil oleh konsumen untuk melakukan keperluan konsumsi. Yang termasuk ke dalam kategori ini misalnya adalah pinjaman kartu kredit, kredit motor, mobil dan lain-lain.

Untuk kredit konsumtif sangat kecil kemungkinannya untuk

dapat menimbulkan undisbursed loan karena kredit ini pada

umumnya ditarik sekaligus setelah akad kredit guna membiayai pembelian barang konsumsi, seperti pembelian rumah, pembelian mobil, renovasi rumah, pembelian sepeda motor, dan sebagainya

c. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan dan pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit

ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan


(38)

3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu

Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya massa pemberian kredit mulai dari pertama kali diberikan sampai masa pelunasannya. Jenis kredit ini adalah :

a. Kredit Jangka Pendek

Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b. Kredit Jangka Menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang.

c. Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan juga untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

2.1.5.4. Unsur-Unsur Pemberian Kredit

Pengertian tersebut pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat


(39)

dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang disetujui bersama.

Adapun unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit (Kasmir, 2003:74-76) adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberian kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di massa datang.

2. Kesepakatan

Di samping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing-masing-masing. 3. Jangka Waktu Kredit

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

4. Resiko

Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu membayar dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya


(40)

dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu).

2.1.5.5. Penilaian Dalam Pemberian Kredit

Calon nasabah yang mengajukan permohonan kredit diharuskan memenuhi persyaratan yang telah dipenuhi tersebut, bank akan memberikan penilaian apakah calon nasabah tersebut layak atau tidak untuk mendapat kredit.

Penialaian permohonan kredit (Sutarno, 2009:93-94) tersebut, terdapat lima faktor yang perlu diperhatikan, antara lain :

1. Character (watak)

Character adalah sifat dasar yang ada dalam hati seseorang. Watak merupakan bahan pertimbangan untuk mengetahui resiko, tidak mudah untuk menentukan watak seorang debitur apalagi debitur yang baru pertama kali mengajukan permohonan kredit. Oleh karena itu pihak analisis perlu menyelidiki dan mencari informasi tentang asal-usul kehidupan pribadi pemohon kredit.

2. Capital (modal)

Capital adalah jumlah dana sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Seseorang yang akan mengajukan kredit baik untuk kepentingan produktif atau konsumtif maka orang tersebut harus memiliki modal.


(41)

Untuk memenuhi kewajiban pembayaran, debitur harus memiliki kemampuan yang memadai berasal dari pendapatan pribadi . Seorang analisis harus mampu menganalisa kemampuan debitur untuk membayar kembali hutangnya.

4. Collateral (jaminan)

Jaminan berarti harta kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan guna menjamin kepastian pelunasan hutang jika kemudian hari debitur tidak melunasi hutangnya dengan jalan menjual jaminan dan mengambil pelunasan dari penjualan harta kekayaan yang menjadi jaminan itu.

5. Condition of Economy (kondisi ekonomi)

Kondisi ekonomi adalah situasi ekonomi pada waktu dan jangka waktu tertentu dimana kredit itu diberikan olek Bank kepada pemohon. Apakah kondisi ekonomi pada kurun kredit dapat mempengaruhi usaha dan pendapatan pemohon kredit untuk melunasi hutangnya.

2.1.5.6. Penilaian Kelayakan Kredit

Menurut Kasmir (2000:98), Dalam studi kelayakan setiap aspek harus dinilai apakah memenuhi syarat atau tidak, adapun aspek-aspek yang perlu dinilai dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah :

1. Aspek Hukum

Dalam aspek ini tujuannya adalah untuk menilai keaslian dan keabsahan dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit. 2. Aapek Pasar dan Pemasaran


(42)

Merupakan aspek untuk menilai apakah kredit yang dibiayai akan laku di pasar dan bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan. Dalam aspek ini akan dinilai prospek usaha sekarang dan dimasa yang akan datang.

3. Aspek Keuangan

Unutuk menilai keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan yaitu neraca rugi dan laba 3 tahun terakhir.

4. Aspek Teknis

Dalam aspek ini yang dinilai adalah masalah lokasi usaha, kemudian kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki, termasuk lay out gedung dan ruangan.

5. Aspek Manajemen

Untuk menilai pengalaman peminjam dalam mengelola usahanya, termasuk sumber daya manusia yang dimilikinya.

6. Aspek Ekonomi Sosial

Untuk menilai dampak usaha yang diberikan terutama bagi masyarakat luas baik ekonomi maupun sosial.

2.1.5.7. Penggolongan Kualitas kredit

1. Berdasarkan Kondisi Keuangan Debitur

Penilaian atau penggolongan suatu kredit ke dalam tingkat kolektibilitas kredit tertentu didasarkan pada kriteria kuantitatif dan


(43)

kualitatif. Kriteria penilaian kolektibilitas secara kuantitatif didasarkan pada keadaan pembayaran kredit oleh nasabah yang tercermin dalam catatan pembukuan bank, yaitu mencakup ketepatan pembayaran maupun kewajiban lain.

Menurut Kuncoro (2002:465-467), penggolongan kualitas adalah sebagai berikut :

a. Lancar

Kredit yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Perolehan laba tinggi dan stabil.

2) Pemodalan kuat.

3) Likuiditas dan modal kerja kuat.

4) Analisa arus kas menunjukkan bahwa debitur dapat memenuhi

kewajiban pembayaran pokok serta bunga tanpa dukungan sumber dana tambahan.

b. Dalam Perhatian Khusus

1) Perolehan laba cukup baik namun memiliki potensi menurun.

2).Permodalan cukup baik dan pemilik mempunyai kemampuan untuk memberikan modal tambahan apabila diperlukan.

3). Likuiditas dan modal kerja umumnya baik.

4). Analisa arus kas menunjukkan bahwa meskipun debitur mampu memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta bunga namun terdapat


(44)

indikasi masalah tertentu yang apabila tidak diatasi akan mempengaruhi pembayaran di masa mendatang.

c. Kurang Lancar

1) Perolehan laba rendah.

2) Rasio utang terhadap modal cukup tinggi.

3) Likuiditas kurang dan modal kerja terbatas.

a) Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur hanya

mampu membayar bunga dan sebagian dari pokok.

b) Kegiatan usaha terpengaruh perubahan nilai tukar dan suku

bunga.

c) Perpanjangan kredit untuk menutupi kesulitan keuangan.

d. Diragukan

1) Laba sangat kecil.

2) Kerugian operasional dibiayai dengan penjualan asset.

3) Rasio utang terhadap modal tinggi.

4) Likuiditas sangat rendah.

5) Analisa arus kas menunjukkan bahwa ketidakmampuan membayar bunga dan sebagian dari pokok.

6) Kegiatan terancam karena perubahan nilai tukar dan suku bunga. 7) Pinjaman baru digunakan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh

tempo. e. Macet


(45)

2) Debitur tidak mampu memenuhi seluruh kewajiban dan kegiatan usaha tidak dapat dipertahankan.

3) Rasio utang terhadap modal cukup tinggi.

4) Kesulitan likuiditas.

5) Analisa arus kas menunjukkan bahwa debitur tidak mampu

menutup biaya produksi.

6) Kegiatan usaha terancam karena fluktuasi nilai tukar dan suku

bunga.

7) Pinjaman baru digunakan untuk menutup kerugian operasional.

2. Berdasarkan Prospek Usaha

Menurut Kuncoro (2002:463-465), penggolongannya adalah sebagai berikut :

a. Lancar

1). Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik.

2). Pasar yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

3). Persaingan yang terbatas, termasuk posisi yang kuat. 4). Manajemen yang sangat baik.

5). Tenaga kerja yang memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan.


(46)

1). Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang sangat terbatas.

2). Posisi di pasar baik, tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

3). Pangsa pasar sebanding dengan pesaing. 4). Manajemen yang baik.

5). Tenaga kerja pada umumnya memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan.

c. Kurang Lancar

1). Industri atau kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan.

2). Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

3). Posisi dipasar cukup baik tetapi banyak pesaing, namun dapat pulih kembali jika melaksanakan strategi bisnis yang baru.

4). Manajemen cukup baik.

5). Tenaga kerja berlebihan namun hubungan pimpinan dan karyawan pada umunya baik.

d. Diragukan

1). Industri atau kegiatan usaha menurun.

2). Pasar sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

3). Persaingan usaha sangat ketat dan operasional perusahaan

mengalami permasalahan yang serius. 4). Manajemen kurang berpengalaman.


(47)

5). Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah yang besar sehingga dapat menimbulkan keresahan.

e. Macet

1). Kelangsungan usaha sangat diragukan, industri mengalami

penurunan dan sulit untuk pulih kembali.

2). Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurun.

3). Manajemen sangat lemah.

4). Terjadi pemogokan tenaga kerja yang sulit diatasi. 3. Berdasarkan Kemampuan Membayar

Menurut Budisantoso (2006:120), adapun penggolongan kualitas kredit sebagai berikut :

a. Lancar

1). Pembayaran tepat waktu dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit.

2). Hubungan debitur dengan lembaga keuangan baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat.

3). Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat.

b. Dalam Perhatian Khusus


(48)

2). Hubungan debitur dengan lembaga keuangan baik dan debitur selalu menyampaiakan informasi keuangan secara teratur dan akurat.

3). Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan anggunan kuat. 4). Pelanggaran perjanjian kredit yang tidak prinsipil.

c. Kurang Lancar

1). Terdapat tunggakan pembayaran pokok yang telah melampaui 90 hari sampai 120 hari.

2). Hubungan debitur dengan lembaga keuangan memburuk dan informasi keuangan debitur tidak dapat dipercaya.

3). Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah.

4). Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit.

5). Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan. d. Diragukan

1). Terdapat tunggakan pembayaran pokok yang telah melampaui 120 sampai dengan 180 hari.

2). Hubungan debitur dengan lembaga keuangan semakin memburuk dan informasi keuangan debitur tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya.

3). Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah.


(49)

4). Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit.

e. Macet

1). Terdapat tunggakan pembayaran pokok yang telah melampaui 180 hari.

2). Dokumentasi kredit atau pengikatan agunan tidak ada.

2.1.5.8.Kebijakan Pengendalian Kredit

Kebijakan yang dimaksudkan untuk mengendalikan risiko kredit antara lain :

a. Pembuatan pedoman kebijakan perkreditan.

b. Menetapkan Kredit yang dilarang dan dihindari

Bank juga harus menetapkan segmen/bisnis yang dilarang untuk diberikan kredit atau paling tidak perlu dihindari dalam pemberian kredit.

c. Penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit

Bank juga harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit.

d. Penerapan analisa 5 C

Dalam upaya mengurangi kegagalan dalam pemberian kredit, bank

selalu menerapkan prinsip 5 C kredit, yaitu Character, Capacity,

Condition, Capital, dan Collateral.


(50)

Untuk mengurangi risiko kredit, bank juga melakukan penyebaran resiko melalui asuransi, yaitu asuransi jiwa debitur, asuransi kerugian atas jaminan/barang agunan debitur serta asuransi kredit.

f. Penerapan agunan

Dalam pemberian kredit, bank juga meminta kepada calon debitur untuk menyerahkan barang agunan sebagai jaminan kredit. Barang agunan tersebut juga termasuk lingkup analisa yang bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai agunan yang dapat dipergunakan sebagai alat pengaman lapis kedua bagi bank dalam setiap pemberian kredit apabila kredit yang diberikan menjadi bermasalah.

g. Penerapan manajemen resiko kredit

1. Memberi kewenangan memutus kredit secara berjenjang

2. Membatasi pemberian kredit

3. Bank harus mempunyai gambaran kualitas kredit yang dikelola, hal

ini perlu agar dapat digunakan sebagai batas maksimum penghentian pemberian suatu kredit.

h. Penerapan sistem pengendalian internal

1. Setiap tahapan pemberian fasilitas kredit didasarkan atas asaa-asas

perkreditan yang sehat.

2. Pemberian kredit harus mengandung unsur pengawasan ganda


(51)

3. Pemantauan perkembangan usaha debitur yang dimaksudkan untuk memberikan arahan agar kredit yang diberikan mencapai sasaran dan mencegah kemungkinan penurunan kualitas kredit.

4. Pemisahan fungsi dan tanggung jawab yang jelas antara fungsi

pelaksanaan dan penyelesaian transaksi, pengelolaan resiko kredit, pembukuan dan fungsi pengawasan

5. Prosedur dokumentasi, pelaksanaan dokumentasi ini harus dapat

memberikan informasi mengenai aktivitas bank bagi manajemen serta mampu mendeteksi setiap penyimpangan kebijakan dan prosedur yang terjadi

6. Penilaian evektifitas pengendalian intern termasuk kepatuhan

terhadap kebijakan dan prosedur limit yang ditetapkan.

7. Penilaian terhadap sistem pelaporan serta evaluasi atas kehandalan.

8. Investigasi terhadap peristiwa/kejadian yang tidak lazim.

i. Penerapan konsep pengawasan manajemen bank

1. Menerapkan budaya kerja perusahaan

2. Menerapkan system dan prosedur operasional

3. Melakukan aktivitas audit intern

4. Pengawasan oleh audit eksternal


(52)

Kredit bermasalah merupakan bagian dan pengelolaan kredit bank, karena

kredit bermasalah itu sendiri merupakan risiko yang dihadapi oleh bisnis

perbankan. Hampir semua perbankan memiliki kredit bermasalah, bahkan dalam beberapa kasus, kredit bermasalah di Indonesia berakhir ke penutupan beberapa bank. Sebagai lembaga bisnis, dalam lingkup makro, perbankan harus dapat meminimalisir kredit bermasalah tersebut sehingga kepercayaan masyarakat keperbankan akan tetap terjaga.

Kredit bermasalah secara umum adalah semua kredit yang mengandung risiko tinggi. Atau, kredit bermasalah adalah kredit-kredit yang mengandung kelemahan atau tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh bank. Mencegah kredit bermasalah harus dilakukan oleh semua bank. Bank yang kreditnya bermasalah akan memiliki beban

bank berupa biaya akibat kredit bermasalah yang jauh lebih besar

dibandingkan dengan bank yang tidak mempunyai kredit bermasalah.

Kerugian tersebut bukan hanya dalam bentuk biaya langsung (kewajiban pokok dan bunga), tetapi juga biaya tidak langsung, seperti biaya

hukum (legal expenses), biaya adminstrasi, penurunan reputasi bank,

biaya pengawasan dari otoritas moneter, kehilangan kesempatan untuk meningkatkan pertumbuhan, serta terkurasnya waktu pejabat-pejabat bank yang seharusnya melakukan kegiatan bisnis bank yang menguntungkan. Biaya-biaya tidak langsung yang terjadi akibat adanya kredit bermasalah akan menyebabkan terganggunya kegiatan usaha bank tersebut. Apabila kredit bermasalah telah dinilai cukup besar, umumnya masyarakat sulit percaya ke bank tersebut sehingga akhirnya bank tersebut terpaksa

ditutup atau dilikuidasi. (http://www.pengertiankreditbermasalah.com/download)

Menurut Sutojo (2000:11), Kredit macet merupakan permasalahan kredit dimana debitur mengingkari janji mereka membayar kredit yang


(53)

telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran.

Dalam kasus kredit macet, ada kemungkinan kreditur terpaksa melakukan tindakan hukum, atau menderita kerugian dalam jumlah yang diperkirakan dapat ditelorir. Kredit dikategorikan sebagai kredit macet apabila merupakan cirri-ciri yang berikut :

a. Dapat memenuhi criteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka waktu 21

bulan semenjak masa penggolongan kredit diragukan, belum terjadi pelunasan pinjaman atau usaha penyelamatan kredit

b. Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan telah

diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) atau telah diajukan permintaan ganti rugi kepada perusahan asuransi kredit.

2.1.6.1. Faktor-Faktor Kredit Macet

faktor kredit macet (http://skripsiperpustakaanuniversitasgajah madah.kredit macet.com// dalam buku Mahmoedin) antara lain disebabkan oleh :

1. Menurunnya pendaptan bersih.

Turunnya pendapatan bersih dapat disebabkan oleh menurunnya penerimaan atau naiknya biaya.


(54)

Turunnya penjualan secara tajam adalah wajar dalam siklus hidup perusahaan, tetapi jika penurunan penjualan secara sangat tajam merupakan tanda perusahaan akan menemui titik kritis.

3. Menurunnyaa perputaran persediaan.

Perputaran persediaan yang cepat akan memberikan kelancaran bagi perusahaan, tetapi jika perputaran tersebutkecepatannya menurun berarti banyak barang yang tidak laku, berarti perusahaan diambang kesulitan.

4. Meningkatnya penjualan secara tajam.

Naiknya penjualan secara tajam disebabkan perusahaan ingin mempunyai uang secara cepat guna melakukan penjualan sehingga harga jual dibawah harga pokok.

5. Menurunnya perputaran piutang.

Perputaran piutang yang cepat juga akan memberikan bagi perusahaan untuk segera melikuiditas. Tetapi jika piutang sulit ditagih akan menimbulkan bagi perusahaan dalam melanjutkan operasionalnya.

6. Menurunnya modal lancar

Turunnya modal lancar dapat disebabkan karena melakukan pembelian, membengkaknya hutang kepada pihak ketiga dan mungkin karena pemborosan.

7. Nasabah mulai ingkar janji.


(55)

9. Nasabah tidak terbuka, yaitu dengan merahasiakan sesuatu hal yang erat kaitannya dengan penggunaan kredit.

10.Nasabah menolak wawancara.

Apabila dilihat dari segi pelaku kredit, maka faktor-faktor kredit macet dari nasabah adalah :

1. Kenakalan nasabah

a. Manajemen kurang,

b. Tidak memiliki perencanaan yang baik.

c. Produk ketinggalan jaman.

d. Kalah bersaing.

e. Lokasi usaha yang tidak tepat.

f. Administrasi yang kacau.

2. Kenakalan nasabah

a. Tidak jujur dan sukar ikar janji.

b. Melakukan penyimpangan penggunaan.

c. Pola hidup yang boros atau mewah.

d. Suka berbuat skandal.

e. Suka berjudi dan berspekulasi.

Maka dapat disimpulkan faktor – faktor yang menyebabkan kredit macet adalah :

1. Faktor Intern

a. Kelemahan bank dalam melakukan analisis, sehingga terjadi


(56)

b. Kelemahan nasabah.

1) Perencanaan

Adalah gambaran sebelum sesuatu dilaksanakan. Untuk memulai usaha tertentu harus ada rencana tentang pinjaman yang diambil untuk memperlancar usaha atau memulai usaha, agar usaha dapat berjalan dengan baik.

2) Pendapat yang relatif rendah

Jika pendapatan yang diperoleh relatif rendah, nasabah sukit untuk mengembalikan pinjaman, karena pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.

3) Administrasi

Merupakan pengaturan suatu kegiatan secara teratur.

4) Kenakalan nasabah

a) Pengambilan kredit diharapkan dapat digunakan

sepenuhnya untuk menambah modal, tetapi belum tentu hal itu dilakukan oleh semua pengusaha karena ada yang menggunakan pinjaman tersebut untuk keperluan sehari-hari atau melunasi hutang ke pihak lain sehingga pinjaman tersebut tidak optimal penggunaanya.

b) Itikad nasabah

Adalah niat atau keinginan untuk membayar pinjaman yang ada pada diri responden.


(57)

a. Bencana alam. b. Peperangan.

c. Perubahan kondisi perekonomian. d. Perubahan teknologi.

2.1.6.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Resiko Kredit

Faktor risiko kredit mencakup berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan peminjam untuk membayar kembali pinjaman secara penuh serta faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan Bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi kredit pada suatu bank dapat dilihat sebagai berikut (http://www.bangkokbank.com/annual2006) :

1. Lingkungan Kredit

Semakin tinggi suku bunga yang ditetapkan oleh bank terhadap kredit yang diberikan maka akan semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. 2. Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit

a. Perencanaan kredit

Jika suatu kredit yang diberikan direncanakan dengan baik, maka risiko kredit yang dihadapi bank akan semakin kecil.

b. Persetujuan kredit

Persetujuan kredit dipertimbangkan oleh unsur 5C seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.


(58)

c. Pengkajian ulang kredit

Untuk mengetahui kredit-kredit bermasalah kemudian dicari permasalahannya untuk menemukan solusi atas kredit tersebut.

d. Administrasi file kredit

Buruknya administrasi file kredit menyebabkan bank kesulitan untuk mengetahui secara dini terhadap kredit-kredit yang bermasalah.

e. Pertumbuhan ekonomi

Dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi suatu Negara akan mengakibatkan penurunan pendapatan perusahaan yang menjadi nasabah debitur, dengan menurunnya tingkat pendapatan tersebut akan menyebabkan nasabah tidak akan mampu mengembalikan pinjaman yang diberikan oleh bank.

3. Pengendalian resiko kredit

Bank perlu mengelola risiko kredit yang terkandung dalam risiko dalam kredit atau transaksi secara individual . Bank perlu mempertimbangkan hubungan antara risiko kredit dan risiko lainnya. Beberapa aspek kunci pengendalian risiko kredit yakni :

a. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi

Selain memberikan perrsetujuan dan melakukan pengkajian, Dewan Komisaris dan Direksi juga bertanggungjawab untuk mengawasi pengimplementasian strategi, kebijakan dan prosedur agar dapat :


(59)

1) Memantau dan mengendalikan resiko kredit

2) Mengidentifikasi dan menangani kredit bermasalah sedini

mungkin.

b. Strategi penetapan suku bunga kredit

Sebuah bank yang ingin aman terhadap risiko kredit harus menerapkan strategi suku bunga kredit yang berbeda untuk risiko kredit yang berbeda (kredit yang dinilai kelayakan kreditnya berada di bawah score yang telah ditetapkan akan dapat disetujui, diluar itu akan ditolak.

2.1.6.3. Bentuk Penyelamatan Kredit

Menurut (Sutarno, 2009:267-270), bentuk penyelamatan diantaranya adalah :

1. Penurunan Suku Bunga Kredit

Penurunan suku bnunga kredit merupakan salah satu bentuk restrukturisasi yang bertujuan memberikan keringan pada debitur sehingga dengan penurunan bunga kredit besarnya bunga yang harus dibayar debitur setiap tanggal pembayaran menjadi lebih kecil dibanding suku bunga yang ditetapkan sebelumnya.

2. Perpanjangan Jangka Waktu Kredit

Hal ini bertujuan untuk meringankan debitur dalam pengembalian hutangnya. Pendapat usaha yang seharusnya digunakan untuk membayar hutang yang jatuh tempo dapat digunakan untuk memperkuat usaha.


(60)

3. Penambahan Fasilitas Kredit

Penambahan kredit diharapkan usaha debitur akan berjalan kembali dan berkembang yang akan menghasilkan pendapatan yang dapat digunakan untuk mengembalikan hutang lama dan tambahan kredit baru.

4. Debitur Menjual Sendiri Barang Jaminan

Kreditur dapat meminta debitur melakukan penjualan jaminan kredit, karena dengan cara ini dapat menghemat waktu, biaya dan hasilnya akan lebih baik daripada lelang.

5. Penghapusan Piutang

Penghapusan piutang adalan pembebasan hutang debitur oleh Bank, baik seluruh atau sebagian karena hutangnya telah kadaluwarsa menurut hukum.

2.2. Kerangka Berpikir

Faktor yang mempengaruhi kredit macet harus dipertimbangkan dengan pengendalian dan pengawasan, karena apabila ada kesalahan akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup koperasi. Sebab itu perlu dipertimbangkan dengan cermat setiap langkah yang akan dilaksanakan dengan tujuan agar dana yang ada dapat digunakan seoptimal mungkin.

Di dalam kebijaksanaan yang berpengaruh dalam kredit macet, tidak lepas dari faktor-faktor yaitu karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah, dan sistem pengendalian kredit. Tanpa adanya faktor-faktor tersebut maka


(61)

kredit yang diberikan akan mengandung resiko bagi kelangsungan hidup koperasi.

Penilaian watak atau karakter kepada calon debitur tentang kebiasaan, sifat pribadi, cara hidup, keadaan keluarga dan keadaan sosial. Penilaian karakter memang cukup sulit, karena masing-masing individu memiliki watak dan sifat yang berbeda-beda. Penilaian karakter ini bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran serta itikad baik nasabah untuk memenuhi kewajibannya. (Suyatno, 1997:51)

Kondisi ekonomi nasabah berhubungan dengan perkembangan kondisi ekonomi atau bidang usaha yang merugikan kegiatan bisnis perusahaan mereka. Bagi nasabah dampak perkembangan ekonomi atau bidang usaha yang tidak menguntungkan adalah penurunan jumlah hasil penjualan barang atau jasa yang mereka usahakan, misalnya seperti kegagalan usaha debitur, tingginya suku bunga kredit.

Sistem pengendalian kredit merupakan cara di dalam meminimalkan resiko kredit dan untuk mengendalikan kredit agar tetap baik, ada banyak cara di dalam mengendalikan resiko kredit seperti menggunakan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit, pengawasan hingga sampai pada penyelesaian kredit bermasalah.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik model atau alur kerangka berfikir, sebagai berikut :


(62)

Gambar 1 : Kerangka Berpikir

2.3. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian yang diajukan maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

a. Diduga ada pengaruh secara simultan antara karakter nasabah, kondisi

ekonomi nasabah dan sistem pengendalian kredit berpengaruh secara simultan terhadap pengaruh resiko kredit macet pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah Surabaya

b. Diduga ada pengaruh secara parsial antara karakter nasabah, kondisi

ekonomi nasabah dan sistem pengendalian kredit berpengaruh secara simultan terhadap pengaruh resiko kredit macet pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah Surabaya

Karakter Nasabah

(X1)

Kondisi Ekonomi

Nasabah (X2)

Sistem Pengendalian

Kredit (X3)

Resiko kreditMacet


(63)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam definisi operasional bertujuan sebagai pedoman penelitian yang dilaksanakan pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah “Amanah Ummah” Surabaya, yang mana bersifat kuantitatif. Hal ini perlu agar tidak terjadi salah penafsiran yang mana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah, dan sistem pengendalian kredit berpengaruh terhadap penyebab kredit macet pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah “Amanah Ummah” Surabaya.

Adapun definisi operasional yang digunakan atau dibahas oleh peneliti adalah sebagai berikut :

3.1.1. Variabel Bebas (Independent)

a. Karakter Nasabah (X1)

Karakter nasabah merupakan itikad nasabah dalam mengangsur kredit secara optimal.

Indikatornya adalah : 1. Kemauan menepati janji

2. Tanggung jawab membayar hutang. Skala : Likert

Sangat Setuju = 5

Setuju = 4


(64)

Tidak setuju = 2 Sangat tidak setuju = 1

b. Kondisi Ekonomi Nasabah (X2)

Kondisi nasabah merupakan kondisi keuangan/ekonomi debitur yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi debitur.

Indikatornya adalah : 1. Kondisi finansial

2.Pengeluaran keuangan yang terus meningkat 3. Tingkat penghasilan.

4. Tidak memiliki perencanaan yang baik. Skala : Likert

Sangat Setuju = 5

Setuju = 4

Ragu-ragu = 3

Tidak setuju = 2

Sangat tidak setuju = 1

c. Sistem Pengendalian Kredit (X3)

Sistem pengendalian kredit merupakan cara mengantisipasi total kenaikan jumlah kredit macet.

Indikatornya adalah: 1.Denda keterlambatan

2. Penanganan kredit terlambat.

Skala : Likert


(65)

Setuju = 4

Ragu-ragu = 3

Tidak setuju = 2

Sangat tidak setuju = 1

3.1.2 Variabel Terikat

Resiko kredit macet (Y) merupakan suatu keterlambatan dalam membayar kredit setelah jatuh tempo yang telah disepakati bersama, dan masuk ke dalam hitungan T5 (five time yakni menunggak lebih dari 5 bulan).

Indikatornya adalah : 1. Keterlambatan pembayaran.

2. Penundaan pembayaran.

3. Mencari pinjaman lain.

Skala : Likert

Sangat Setuju = 5

Setuju = 4

Ragu-ragu = 3

Tidak setuju = 2

Sangat tidak setuju = 1

3.2. Populai, Sampel dan Metode Penarikan Sampel 3.2.1. Populasi

Menurut Husaini (2001 : 43) populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek


(66)

yang lengkap dan jelas. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah anggota koperasi yang memiliki kredit macet di Koperasi Jasa Keuangan Syariah “Amanah Ummah” Surabaya. Untuk periode 2007 sampai dengan tahun 2009, yang berjumlah 98 nasabah dengan kriteria kredit konsumtif dan kredit untuk usaha kecil.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah jumlah anggota koperasi yang memiliki kredit macet, pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah “Amanah Ummah” Surabata tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.

Dalam penelitian ini jumlah sampel dari suatu populasi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

n = N 1 + Ne2

( Umar, 1999 : 94 ) Dimana :

n : Ukuran Sampel

N : Ukuran Populasi

e : % kelonggaran tingkat kesalahan yaitu 5%

Sehingga dalam penelitian ini jumlah anggota sampel yang dibutuhkan sebanyak :

n = 98 1 + 98 . 0,052


(67)

= 78,7 = 79

3.2.3. Metode Penarikan Sampel

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dengan Teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel yang

bersifat tidak acak, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu (Singarimbun, 2000:155). Adapun dalam penelitian ini, kriteria sampel yang dipilih meliputi :

a. Disesuaikan dengan tujuan penelitian dimana peneliti menggunakan

data nasabah yang memiliki kredit macet

b. Kredit macet yang dimaksud oleh Koperasi Jasa Keuangan Syariah

“Amanah Ummah” adalah yang memasuki perhitungan T5 yakni menunggak lebih dari 121 hari atau 5 bulan, sehingga sesuai dengan perumusan dan tujuan masalah yang diajukan.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian adalah data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau yang diwujudkan dalam angka dari hasil penelitian. Adapun berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, terdapat 2 macam data yaitu :

a. Data primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari angket yang telah diisi langsung oleh nasabah (debitur). Angket tersebut dimaksudkan


(68)

untuk mengetahui faktor-faktor kredit macet, meliputi karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah, manajemen koperasi. Penyebaran angket dilakukan peneliti dengan cara membagikan langsung kepada nasabah (debitur).

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari arsip berupa laporan perkembangan KJKS “Amanah ummah” periode 2007, 2008, dan 2009. Laporan perkembangan dimaksudkan untuk mengetahui jumlah kredit macet setiap nasabah.

3.3.2. Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam rangka memperoleh data antara lain :

1. Dokumentasi

Yaitu merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mempelajari catatan-catatan atau dokumen-dokumen berupa data laporan keuangan, yang berkaitan dengan obyek peneliti.

2. Quesioner

Quesioner atau angket dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data yang terkait dengan faktor-faktor kredit macet. Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, untuk diisi oleh responden..


(69)

3.4. Pengujian Kualitas Data

3.4.1. Uji Validitas dan Uji Realibilitas a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut.

Jadi didalam melakukan pengujian validitas untuk menghitung korelasi digunakan teknik korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut :

Rxy= n ( ∑ xy ) – ( ∑x) ( ∑y)______ √[ n ∑x2 – ( ∑x)2] [ n ∑y2 – ( ∑y)2 ]

(Sugiyono 2004:210) Dimana :

Rxy = Koefisian korelasi antar skor butir dengan skor total

x = Skor jawaban tiap butir

y = Skor total

n = Jumlah responden

b. Uji Realibilitas

Uji ini akan menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Suatu pengukur dapat dikatakan reliabel sepanjang pengukur tersebut mencapai suatu hasil-hasil konsisten. Apabila suatu alat ukur (kuisioner) dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten,


(70)

maka alat pengukur tersebut reliabel, dengan kata lain reliabel menunjukkan konsisten alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.

Masing-masing variabel dalam penelitian ini dihitung dengan

menggunakan alpha cronbach, untuk mengetahui reliabilitas skala

pengukurannya. Sehingga apabila alpha cronbach yang dihasilkan lebih

besar koefisien tabel, maka dapat dikatakan instrument tersebut reliabel. r = [ __K__ ] X [ 1 - ∑ σ2

b ] K – 1 σ2 t

(Husein Umar 2002:125) Dimana :

r = Realibilitas instrument

K = Banyak butir pertanyaan

∑σ2

b = Jumlah varians masing-masing

σ2

t = Varians total

3.5. Analisa Pengujian Asumsi Klasik

Menurut Sulaiaman (2004:87) Pengujian ini dimaksudkan untuk

mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas, heteroskedastisitas, autolorelasi,

linearitas dan normalitas dalam hasil estimasi, karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut, uji F dan uji t yang dilakukan sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh untuk itu dilakukan uji asumsinya. Tujuan utama penggunaan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan


(71)

koefisien regresi yang terbaik linier dan tidak bias (BLUE : Best Linier Unbiased Estimator).

1. Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti ada hubungan yang pasti diantara beberapa atau semua variabel independent dari model regresi. Adapun cara pendekatannya adalah jika multikolinearitas tinggi, seseorang mungkin

memperoleh R2 yang tinggi tetapi tidak satupun atau sangat sedkit

koefisien yang ditaksir yang signifikan atau penting secara statistik. Untuk mengetahui tidak ada gejala multikolinearitas dapat dilihat

dari nilai VIF (Varians Inflation Factor) < 10.

Ada beberapa indikasi adanya multikolinearitas :

1. Jika statistik F signifikan tetapi statistic t tidak ada signifikan.

2. Jika R2 relatif besar tetapi statistic t tidak ada yang signifikan.

2. Heteroskedastisitas

Maksud dari penyimpangan heteroskedastisitas adalah variabel independen yang tidak konstan (berbeda) untuk setiap nilai tertentu variabel independen. Pada regresi linear berganda, nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel independen.

Uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji rank Spearman, yaitu meregresikan antara nilai kuadrat residual dengan nilai seluruh variabel bebas yang ada. Jika hasil regresi menunjukkan nilai signifikan t

≥ nilai α , maka regresi linear tidak terdapat heteroskedastisitas. Nilai


(72)

Selain itu pada scatterplot akan dihasilkan gambar yang memancarkan atau menyebarkan dan tidak mengumpul pada sati titik ataupun membentuk suatu pola tertentu apabila pada persamaan regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Autokorelasi

Dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross sectional). Jadi dalam model regresi linear diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residual (Y observasi – Y prediksi) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual (Y observasi – Y prediksi) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual pada periode sebelumnya (e).

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Watson dengan jumlah variabel bebas (k) dan jumlah data (n) sehingga pengukurannya dapt diandalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa.

4. Normalitas

Salah satu mengecek normalitas adalah plot probabilitas normal. Melalui plot ini, masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan nilai harapan dari distribusi normal dan apabila titik-titik (data) terkumpul disekitar gari lurus.

Selain plot normal ada satu lagi untuk menguji normalitas yaitu Detrend Normal Plot. Jika sampel berasal dari populasi norma, maka


(73)

titik-titik tersebut seharusnya terkumpul disekitar garis lurus yang melalui nol dan tidak mempunyai pola.

3.6. Teknik Analisis

Teknik analisis data dilakukan peneliti secara kuantitatif, untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah, dan sistem pengendalian kredit terhadap kredit macet pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah “Amanah ummah” Surabaya, maka dilakuakan analisa dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Melakukan analisi uji regresi. Analisa regresi adalah untuk mengetahui gejala atau variabel yang dapat digunakan untuk melihat perbedaan besar kecilnya variabel-variabel. Dalam penelitian ini yaitu bertujuan untuk memprediksi atau menentukan besarnya pengaruh, ada

pengaruh antara karakter nasabah (X1), kondisi ekonomi nasabah (X2), dan

sistem pengendalian kredit (X3) terhadap kredit macet (Y) pada Koperasi

Jasa Keuangan Syariah “Amanah ummah” Surabaya, dengan menggunakan model persamaan regresi linier berganda :

Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3 + e

(Burhan, 2005:222) Dimana :

Y = Kredit Macet

a = Konstanta

b1…b3 = Koefisien Regresi


(74)

X2 = Kondisi Ekonomi Nasabah

X3 = Sistem pengendalian kredit

e = Standart eror

3.7. Uji Hipotesis A. Uji F

Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel-variabel bebas berpengaruh secara bersama-sama terhadap variable tidak bebas dengan rumus sebagai berikut :

Fhitung = ∑ ( y* - ỹ )2 / k = rata-rata kuadrat regresi ∑ (y - ỹ)2 / (n-k-1) rata- rata kuadrat residual

(Sualaiman, 2004:87) Dimana :

Y = Nilai pengamatan

Y* = Nilai Y ditaksir dengan model regresi

ỹ = Nilai rata-rata pengamatan

n = Jumlah pengamatan / sampel

k = Jumlah variabel bebas

Adapun bentuk pengujian yang diajukan untuk pengujian tersebut adalah:

a. Menentukan hipotesis yang akan diuji

H0 : β1…β3 = 0, berarti tidak ada pengaruh secara simultan antara

variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent).

H1 : β1…β3 ≠ 0, berarti ada pengaruh secara simultan antara variabel


(1)

Lampiran 8: Uji Regresi Berganda

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables

Removed Method 1 sistem

pengendalian kredit, karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabaha

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: resiko kredit macet

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .626a .329 .028 2.08144

a. Predictors: (Constant), sistem pengendalian kredit, karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah

b. Dependent Variable: resiko kredit macet

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 78.274 3 7.623 21.760 .000a

Residual 89.929 75 4.332

Total 168.203 78

a. Predictors: (Constant), sistem pengendalian kredit, karakter nasabah, kondisi ekonomi nasabah b. Dependent Variable: resiko kredit macet

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Correlations Model

B Std. Error Beta

t Sig.

Zero-order Partial Part (Constant) 8.702 3.478 2.502 .015

karakter nasabah -.658 .129 .011 -5.098 .000 .101 .249 .111 kondisi ekonomi nasabah -.225 .101 .254 -2.226 .029 .232 .113 .248 sistem pengendalian kredit -.244 .111 .111 -2.198 .033 .063 .135 .109


(2)

KUISIONER

(Dalam Rangka Penyusunan Skripsi)

Kepada Yth. Bapak / Ibu

Bersama ini saya beritahukan kepada Bapak / Ibu, bahwa saya selaku mahasiswa Progam Sarjana S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dalam rangka keperluan penyusunan skripsi, dengan ini mohon bantuannya untuk menjawab kuisioner berikut ini sesuai dengan pendapat Bapak / Ibu selaku nasabah Koperasi Jasa Keuangan Syariah “Amanah Ummah” Surabaya.

Penelitian ini berkaitan dengan pendapat para nasabah KJKS “Amanah Ummah” mengenai Faktor – faktor yang mempengaruhi resiko kredit macet.

Atas kesediaan dan bantuan Bapak / Ibu untuk mengisi daftar pertanyaan, saya ucapakan terima kasih.

Hormat saya


(3)

Data Responden

Nama : ………

Umur : ………

Pekerjaan : ………

Lokasi : ………

Jenis kelamin : L / P

DAFTAR PERTANYAAN

Karakter Nasabah

1. Adanya biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi yang meningkat a. Sangat setuju

b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

2. Adanya peningkatan utang yang tidak seimbang dengan besarnya pendapatan a. Sangat setuju

b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

3. Pendapatan menurun pada saat mengangsur kredit a. Sangat setuju

b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

4. Adanya penyalahgunaan kredit a. Sangat setuju

b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

5. Dalam menyelesaikan pekerjaan, bukan pekerjaan yang memberi hasil besar yang saya perhatikan ?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

6. Saya tidak pernah lupa dengan setiap janji yang saya buat ? a. Sangat setuju


(4)

b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

Kondisi Ekonomi Nasabah

7. Pendapatan saya tiap bulan mampu menutup semua pengeluaran dalam bulan tersebut ?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

8. Saya akan mendahulukan pengeluaran uang untuk biaya kebutuhan setiap bulan ?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

9. Setiap bulan saya mampu menyisihkan pendapatan untuk ditabung (disimpan)?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

10. Saya memenuhi kebutuhan dengan melihat tingkat penghasilan yang saya dapat ?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

11.Saya tidak akan menambah beban untuk biaya lain – lain jika penghasilan saya tidak mencukupi ?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

12.Dalam setiap bulan selalu tidak ada pengeluaran yang tidak direncanakan ? a. Sangat setuju

b. Setuju c. Ragu-ragu


(5)

d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

Sistem Pengendalian Kredit

13. Pihak koperasi selalu mengingatkan nasabah yang terlambat membayar angsuran?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

14. Denda keterlambatan angsuran relatif besar ? a. Sangat setuju

b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

15. Petugas koperasi selalu mendatangi nasabah yang menunggak pembayaran ? a. Sangat setuju

b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

16. Petugas koperasi membuat perjanjian pembayaran baru (akad) bagi nasabah yang menunggak angsuran?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

Resiko Kredit Macet

17. Saya tidak pernah menunda pembayaran, yang seharusnya menjadi kewajiban saya ?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

18. Menunda suatu pembayan dikarenakan ada keperluan lain yang lebih penting? a. Sangat setuju

b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju


(6)

e. Sangat tidak setuju

19. Keterlambatan pembayaran bagi saya adalah hal yang tidak biasa ? a. Sangat setuju

b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

20. Keterlambatan suatu pembayaran adalah hal yang tidak saya sengaja ? a. Sangat setuju

b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

21. Apabila ada pihak lain yang menawarkan pinjaman, saya berusaha untuk mengajukan kredit ?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT MACET PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH BMT Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Macet Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah BMT Surya Madani Boyolali Tahun 2013-2014.

0 1 16

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Macet Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah BMT Surya Madani Boyolali Tahun 2013-2014.

0 1 9

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT MACET PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARI’AH BAITUL Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Macet Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah BMT Surya Madani Boyolali Tahun 2013-2014.

0 1 22

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MACET PADA LEMBAGA KEUANGAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MACET PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH BMT AMANAH MANDIRI DI WONOGIRI.

0 0 14

PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MACET PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH BMT AMANAH MANDIRI DI WONOGIRI.

0 0 8

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT MACET PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH BMT DI SUKOHARJO.

0 1 9

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT MACET PADA LEMBAGA KEUANGAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Macet Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah Baitul Maal Wa Tamwil Kube Colomadu Tahun 2010-2011.

0 1 18

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT MACET PADA LEMBAGA KEUANGAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Macet Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah Baitul Maal Wa Tamwil Kube Colomadu Tahun 2010-2011.

0 1 18

IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH BMT AMANAH UMMAH SURABAYA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM.

0 1 107

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESIKO KREDIT MACET PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) “AMANAH UMMAH” SURABAYA

0 0 17