Persepsi mahasiswa semester VI tahun akademik 2006/2007 pada program studi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah - USD Repository
A. PERSEPSI MAHASISWA SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK 2006/2007 PADA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA TERHADAP KOMPETENSINYA SEBAGAI CALON KONSELOR SEKOLAH
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
OLEH:
VINCENTIUS HARY PURWITA
NIM: 001114026
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
MOTTO “Hargailah cita-cita dan impianmu, karena kedua hal ini adalah anak jiwamu dan cetakbiru prestasi puncakmu.” (Napoleon Hill) Fungsi terpenting pendidikan pada tingkat manapun adalah mengembangkan kepribadian manusia dan makna hidupnya bagi dirinya dan bagi orang lain.
(Grayson Kirk) “Pikulah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.” (Matius 11:29-30)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Vincentius Hary Purwita Nomor Mahasiswa : 001114026
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Persepsi Mahasiswa Semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap Kompetensinya sebagai Calon Konselor Sekolah beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 19 Desember 2007 Yang menyatakan (Vincentius Hary Purwita)
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Kedua orangtuaku tercinta Segenap keluargaku
Pembimbing skripsiku
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Desember 2007 Penulis,
Vincentius Hary Purwita
ABSTRAK
PERSEPSI MAHASISWA SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK 2006/2007
PADA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA TERHADAP KOMPETENSINYA SEBAGAI CALON KONSELOR SEKOLAH Vincentius Hary Purwita
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2008 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa semester VI
Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Responden penelitian ini adalah 35 mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti, mengacu pada standar kompetensi konselor Indonesia yang disosialisasikan oleh Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) tahun 2005.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) dari 35 responden, mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi sangat tinggi sebagai calon konselor sekolah tidak ada (0%); (2) mahasiswa yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi tinggi sebagai calon konselor sekolah ada 9 orang (26%); (3) mahasiswa yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi cukup tinggi sebagai calon konselor sekolah ada 21 orang (60%); (4) mahasiswa yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi rendah sebagai calon konselor sekolah ada 5 orang (14%); (5) mahasiswa yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi sangat rendah sebagai calon konselor sekolah tidak ada (0%).
ABSTRACT THE PERCEPTION OF VI SEMESTER STUDENTS ACADEMIC YEAR 2006/2007 OF THE STUDY PROGRAM OF GUIDANCE AND COUNSELING
UNIVERSITY OF SANATA DHARMA YOGYAKARTA ON THE COMPETENCY TO BE THE SCHOOL COUNSELOR Vincentius Hary Purwita
Sanata Dharma University Yogyakarta
2008 The purposes of this research was to know the perception of VI semester students Academic Year 2006/2007 of the Guidance and Counseling Study Program in University of Sanata Dharma Yogyakarta on their competency to be school counselor.
This was a descriptive research with survey method. The respondents of this research were 35-students of IV semester Academic Year 2006/2007 of the Guidance and Counseling Study Program in University of Sanata Dharma Yogyakarta. The technique of collecting the data was using questionnaire arranged by researcher, based on standard of Indonesian counselor competence that was socialized by Indonesian Guidance and Counseling Association (ABKIN) in 2005.
The result of this research showed that: (1) from 35 respondents of IV semester Academic Year 2006/2007 of the Guidance and Counseling Study Program in University of Sanata Dharma Yogyakarta who had perception that they have very high competency to be school counselor was none (0%); (2) the students who had perception that they have high competency to be school counselor were 9 people (26%); (3) the students who had perception that they have average competency to be school counselor were 21 people (60%); (4) the students who had perception that they have low competency to be school counselor were 5 people (14%); (5) the students who had perception that they have very low competency to be school counselor was none (0%).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus atas segala berkat dan penyertaan dari awal hingga terselesainya penyusunan skripsi yang berjudul “Persepsi Mahasiswa Semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap Kompetensinya sebagai Calon Konselor Sekolah”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam mempersiapkan dan menyusun skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan, bimbingan, dorongan semangat, dan doa yang tulus dari berbagai pihak.
Semua yang penulis terima sangat membantu terselesainya penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengaturkan banyak terima kasih kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Drs. YB. Adimassana, MA., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing, dan memberi dorongan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
4. Universitas Negeri Yogyakarta, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah mengijinkan dan memberi kemudahan kepada penulis untuk mengadakan uji coba kuesioner.
5. Semua dosen BK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang saya hormati.
6. Perpustakaan pusat USD, terimakasih atas pinjaman buku-bukunya.
7. Bapak dan ibu Supardjo tercinta, atas kasih sayang, perhatian, pengorbanan, doa yang tak putus-putus, dan berbagai sarana bagiku si bungsu sejak dalam kandungan sampai sekarang.
8. Keluaga besarku: Bapak ibu, mbak Ita + mas Woro, mas Tomek + mbak Ana, mbak Atik + mas Moris, mbak Atun + mas Handoko, mas Suharjono + mbak Lia, Wulan, Fael, Alex, Abi, terimakasih atas kebersamaan, perhatian, dan kasih sayangnya selama ini.
9. Br. Yosep kakakku, sahabatku, guru spiritualku. Terimakasih atas dukungan semangat dan doanya.
10. Adekku Sonya, terimakasih untuk perhatian, dorongan semangat, doa, penghiburan, dan kebersamaan selama ini.
11. Sahabat-sahabatku: Budi, Charlie, Sipri, Boim, Humam, dan semua teman kuliah angkatan 2000 dan 2001 yang tersebar di penjuru tanah air. Terimakasih atas kebersamaan dan kenangan indahnya.
12. Sahabat-sahabatku plat AD: Ucup, Suge, Bejes. Terimakasih atas persahabatan yang hangat selama ini.
13. Sobat-sobatku ‘sniper crew’: mas Supri, pak Dirjo, mas Joni, Gondreng, mas Nanang, Ajab dan lain-lain. Terimakasih sudah berbagi kesenangan di tengah kejenuhanku menulis skripsi.
14. AB 4276 WU, terimakasih sudah setia mengantar kemanapun aku pergi.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi sempurnanya tulisan ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua yang membutuhkan.
Yogyakarta, 19 Desember 2007 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………….. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………… iii HALAMAN MOTTO ………………………………………………………………. iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…….v HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………………. vi HALAMAN KEASLIAN KARYA ………………………………………………...vii ABSTRAK ……………………………………………………………………...….viii ABSTRACT …………………………………………………………….………….. ix KATA PENGANTAR ………………………………………………….…………… x DAFTAR ISI ……………………………...………………………………………. xiii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………… xvi DAFTAR TABEL …………………………………………………………………xvii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah …………………………………………………………… 5 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………………. 5
E. Definisi Operasional Variabel ………………………………………………. 7
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi ……………………………………………………………………… 9 B. Konselor sekolah ……………………………………………………………10 C. Kompetensi konselor sekolah ……………………………………………….11 D. Mahasiswa Semester VI Program Studi Bimbingan dan Konseling ………..22 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian …………………………………………………………….. 26 B. Subyek Penelitian ………………………………………………………….. 27 C. Instrumen Penelitian ……………………………………………………….. 28
1. Skala yang digunakan dalam kuesioner ………………………………... 29
2. Sebaran item kuesioner…………………………………………………. 29
3. Penentuan skor …………………………………………………………. 30
4. Validitas dan reliabilitas kuesioner ………………………………….…. 30
D. Prosedur Pengumpulan Data ……………………………………………….. 33
1. Tahap persiapan ………………………………………………………... 33
2. Tahap pelaksanaan ……………………………………………………... 34
C. Teknik Analisis Data ……………………………………………………….. 35
BAB IV: ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan ………………………………………………………………... 40
BAB V: KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN-SARAN A. Kesimpulan…………………………………………………………………. 45 B. Keterbatasan ……………………………………………………………….. 46 C. Saran-saran ………………………………………………………………… 46 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 49 LAMPIRAN ……………………………………………………………………….. 51
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat permohonan ijin uji coba kuesioner ……………………………………... 52
2. Kisi-kisi kuesioner penelitian…………………………………………………... 53
3. Kuesioner penelitian …………………………………………………………… 64
4. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner uji coba ……………………………….. 70
5. Tabulasi skor uji coba kuesioner ………………………………………………. 75
6. Tabulasi skor penelitian ………………………………………………………... 78
7. Tabel r Product moment ……………………………………………………….. 80
8. Tabel persiapan penghitungan S skor-skor dengan rumus angka kasar………... 81
DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah Populasi Responden ……………………………………………… 28 Tabel 2. Nilai-nilai r Product moment …………………………………………….. 80 Tabel 3. Persiapan Perhitungan S Skor-skor dengan Rumus Angka Kasar ….……. 81
Tabel 4. Pengkategorian Persepsi Mahasiswa Terhadap Kompetensinya ……….… 40
BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini disajikan hal-hal tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel. A. Latar Belakang Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang atau kelompok orang, agar dapat berkembang menjadi pribadi yang mandiri (Prayitno, 1987:36). Kemandirian tersebut mencakup lima fungsi pokok, yakni: (1) mengenal diri sendiri dan lingkungan, (2) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (3) mengambil keputusan, (4) mengarahkan diri, dan (5) mewujudkan diri.
Menurut Niken (dalam Hastuti, 2004:32), visi bimbingan dan konseling adalah “Terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal dengan hakekat kemanusiaannya sebagai hamba Tuhan YME, sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam hubungan dengan manusia dan alam semesta”.
Menurut Niken (dalam Hastuti, 2004:32), misi bimbingan dan konseling adalah: “Menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk dapat menjalani kehidupan sehari-hari sebagai siswa secara efektif, kreatif, dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk masa depan karir dalam: (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME; (2) pemahaman perkembangan diri dan lingkungan; (3) pengarahan diri kearah dimensi spiritual; (4) pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ, dan SQ; (5)
Untuk dapat mewujudkan visi dan misi bimbingan dan konseling tersebut dibutuhkan pembimbing (konselor) yang profesional. Profesionalitas konselor tampak pada sikap konselor terhadap profesinya serta derajat keahlian yang dimiliki dalam rangka melakukan pekerjaannya. Menurut Niken (dalam Hastuti, 2004:33), secara formal konselor telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang untuk mendapatkan kompetensinya. Kompetensi tersebut meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap, kepribadian, dan pengalaman dalam bidang bimbingan dan konseling.
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta adalah salah satu institusi pendidikan yang mempersiapkan calon konselor lewat Program Studi Bimbingan dan Konseling. Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) Universitas Sanata Dharma berada di bawah Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan; memperoleh status disamakan (SK Ditjen DIKTI No.
226/DIKTI/Kep/1993) dan status terakreditasi (SK BAN-PT No. 12/BAN-PT/Ak-
VII/S1/IV/2004). Menurut buku Pedoman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2001:19), Program Studi Bimbingan dan Konseling ini bertujuan menghasilkan konselor yang kompeten di lembaga pendidikan, khususnya sekolah; sekaligus memiliki bekal yang dapat dikembangkan untuk menjadi tenaga yang profesional dalam bidang pendidikan, pelatihan, pengembangan sumber daya manusia, serta pemberian berbagai layanan bimbingan, termasuk konseling di luar sekolah, seperti rumah sakit, panti
Peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah. Idealnya semua mahasiswa ini mempunyai kompetensi yang tinggi di bidang bimbingan dan konseling, disertai persepsi bahwa mereka memang mempunyai kompetensi yang tinggi di bidang bimbingan dan konseling sebagai calon konselor sekolah. Para mahasiswa ini telah menempuh sebagian besar perkuliahan dan pada akhir semester akan melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL), maka diharapkan mereka siap secara mental dan akademik untuk berkarya sebagai tenaga bimbingan dan konseling di sekolah maupun di luar sekolah.
Bisa terjadi sebagian besar atau kecil mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berpersepsi bahwa mereka mempunyai tingkat kompetensi yang rendah bahkan sangat rendah untuk berkarya sebagai tenaga bimbingan dan konseling di sekolah, dengan kata lain belum siap secara mental untuk berkarya sebagai tenaga bimbingan dan konseling di sekolah.
Ketidaksiapan mental ini biasanya sejalan dengan ketidaksiapan secara akademik, dimana kesiapan akademiklah yang menjadi syarat mahasiswa diperbolehkan mengikuti PPL. Jika ketidaksiapan mental ini tidak mampu diatasi, akan berdampak pada kinerja mahasiswa saat melaksanakan tugas di lapangan, lebih lanjut akan berdampak pada kualitas lulusan program studi Bimbingan dan Konseling.
Winkel dan Hastuti (dalam Hastuti, 2004:37) mengatakan bahwa sejumlah konselor sekolah masih terbatas pengalamannya, ditandai dengan hal sebagai berikut: (1) belum menunjukkan kreativitas, keuletan, ketrampilan, bingung setelah terjun ke lapangan dan harus berdiri sendiri; (2) belum mampu mengintegrasikan berbagai kegiatan bimbingan dalam program pendidikan sekolah; dan (3) belum memiliki ketrampilan yang cukup dalam berkomunikasi dengan pimpinan sekolah dan para guru. Munandir (dalam Hastuti, 2004:37) memaparkan bahwa kualitas kinerja petugas BK yang pada umumnya tamatan S1/D3 program BK masih jauh dari standar kualitas, yaitu: (1) tidak sedikit layanan bimbingan yang dilaksanakan berdasarkan common sense, bahkan miskonsepsi; (2) lemahnya pengetahuan dasar psikologi, pengetahuan dan teknik bantuan yang diterapkan; dan (3) lemahnya segi kepribadian, sikap dan perilaku yang menggambarkan pribadi konselor profesional. Dikatakan ketiga hal ini menunjukkan tidak terlihatnya perbedaan kelebihan kinerja petugas BK yang berasal dari S1/D3 program BK dengan petugas BK yang tidak berlatar belakang pendidikan formal BK.
Pendapat beberapa tokoh di atas membuat peneliti semakin tertarik untuk mengetahui persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta melakukan penelitian ini. Peneliti mencoba mengukur persepsi mahasiswa terhadap tingkat kompetensinya sebagai calon konselor sekolah, macam kompetensi mengacu pada macam kompetensi yang termuat dalam standar kompetensi konselor Indonesia yang disosialisasikan oleh Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) tahun 2005.
B. Rumusan Masalah Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh deskripsi (gambaran) persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah. Pertanyaan yang akan dijawab adalah:
Bagaimanakah persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa semester
VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah. D.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling dalam hal pengembangan pengetahuan tentang bimbingan dan konseling, khususnya menyangkut deskripsi persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah.
2. Manfaat Praktis
a). Bagi semua dosen pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Hasil penelitian ini dapat memberi informasi mengenai persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah, yang mungkin bisa ditindaklanjuti.
b). Bagi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Hasil penelitian ini dapat memberi gambaran tentang persepsi mereka terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah.
c). Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat memuaskan rasa ingin tahu peneliti tentang persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah.
E. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel yang terdapat dalam fokus perumusan masalah:
1. Calon Konselor Sekolah Calon konselor sekolah adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Persepsi terhadap Kompetensi Calon Konselor Sekolah Persepsi terhadap kompetensi calon konselor sekolah adalah pendapat mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah, yang coba diukur dengan kuesioner penelitian ini.
3. Kompetensi Calon Konselor Sekolah Kompetensi calon konselor sekolah adalah kualitas intelektual, emosional, dimiliki mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Mahasiswa Semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, semester VI Tahun Akademik 2006/2007.
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bagian ini disajikan kajian pustaka tentang persepsi, konselor sekolah, kompetensi konselor sekolah, dan mahasiswa semester VI Program Studi Bimbingan dan Konseling.
A.
Persepsi Persepsi merupakan proses mengingat atau mengidentifikasi objek dengan menggunakan pengertian (Thantawy, 2005:88). Menurut Desiderato (dalam
Jalaludin, 2005:51) persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah proses di mana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan (Atkinson, 1997:201). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), yang dimaksud dengan persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya. Menurut Irwanto dkk (1988:55), persepsi adalah proses diterimanya rangsang (obyek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai rangsang tersebut disadari dan dimengerti. Persepsi merupakan penafsiran pengalaman, bukan sekedar penginderaan (Irwanto dkk, 1988:55). Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan, pendapat, komentar seseorang terhadap sesuatu hal. B.
Konselor sekolah Konselor sekolah adalah tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan sebagian besar waktunya untuk pelayanan bimbingan dan konseling (Winkel, 1997:184). Menurut Prayitno (1987:99), konselor sekolah adalah anggota staf sekolah yang bekerja secara profesional dengan administrator, guru, personil penunjang serta orangtua siswa untuk memungkinkan perkembangan siswa secara total. Menurut Thantawy (2005:58), konselor adalah tenaga yang telah terdidik secara formal dalam bidang konseling pada tingkat universitas dan mempunyai kemampuan untuk membantu konseli/klien dalam memecahkan masalahnya melalui proses konseling. Konselor adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi khusus yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan (Thantawy, 2005:59). Menurut Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (2005:4), konselor adalah pendidik yang dididik dan dihasilkan oleh program studi bimbingan dan konseling di Perguruan Tinggi Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.
Konselor adalah tenaga profesional yang harus memiliki sertifikasi dan lisensi untuk menyelenggarakan layanan profesional bagi masyarakat (ABKIN, 2005:4). Tenaga profesional bimbingan dan konseling disiapkan dan dihasilkan oleh program studi Bimbingan dan Konseling jenjang S1, S2, dan S3, termasuk Pendidikan Profesi (ABKIN, 2005:4). C.
Kompetensi konselor sekolah Menurut Mohamad Surya (dalam Hastuti, 2004:11), kompetensi adalah kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral yang harus dimiliki konselor secara utuh untuk membantu klien. Kompetensi adalah sebuah kontinum perkembangan mulai dari proses kesadaran, akomodasi, dan tindakan nyata sebagai wujud kinerja (ABKIN, 2005:11). Menurut Prayitno (1987:129), kompetensi adalah berbagai kemampuan yang harus dikuasai dan mampu diterapkan oleh konselor apabila hendak melaksanakan pekerjaan sosialnya dengan baik. Menurut Niken (dalam Hastuti, 2004:33), kompetensi konselor meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap, kepribadian, dan pengalaman dalam bidang bimbingan dan konseling. Jadi kompetensi konselor sekolah adalah kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral yang harus dimiliki konselor sekolah secara utuh untuk membantu klien (siswa).
Menurut Dirjen Dikti (dalam Hastuti, 2004:39) kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi bimbingan dan konseling di samping kode etik sebagai regulasi perilaku etik dan kredensi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Menurut Dirjen Dikti (dalam Hastuti, 2004:39), kompetensi bimbingan dan konseling dikatakan utama dan minimal karena materi kompetensi tersebut bersifat esensial dan pokok serta tidak boleh dikurangi, harus dikuasai oleh semua ahli bimbingan dan konseling.
Hastuti (2004:9), mengemukakan kompetensi yang harus dimiliki oleh Kompetensi Pengembangan Kepribadian (KPK) yang berwujud ketaqwaan, kemantapan pribadi, kemandirian, dan rasa tanggung jawab; (2) Kompetensi Landasan Keilmuan (KLK) yang berupa penguasaan ilmu pendidikan, psikologi, dan budaya; (3) Kompetensi Keahlian Berkarya (KKB) yang berupa kemampuan konseptual hingga teknik praktis konseling; (4) Kompetensi Perilaku Berkarya (KPB) yang terdiri dari etika profesi konseling, riset konseling, dan organisasi profesi konseling; (5) Kompetensi Berkehidupan Bermasyarakat (KBB) yang berupa kemampuan hubungan antar pribadi, kemampuan berhubungan dengan lingkungan, dan kemampuan kolaboratif dengan tenaga profesional bidang ilmu lain. Kompetensi-kompetensi di atas masih harus ditambah kompetensi multikultural yang mewujud dalam: (1) pengetahuan tentang beragam kebudayaan; (2) keyakinan dan sikap menghargai keberagaman budaya dan sikap- sikap yang bebas dari bias-bias budaya konselor sendiri; dan (3) ketrampilan aplikasi-adaptasi teori, pendekatan, teknik-teknik agar dapat menjawab kebutuhan dengan pertimbangan perspektif budaya (culture centered).
Menurut Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (2005:14), konselor harus kompeten dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Penguasaan konsep dan praksis pendidikan.
Dirinci menjadi subkompetensi sebagai berikut:
a. Memahami landasan keilmuan pendidikan (filsafat, psikologi, sosiologi, antropologi), yakni:
1) Memahami hakikat kebenaran dan sistem nilai yang mendasari proses- proses pendidikan.
2) Memahami proses pembentukan perilaku individu dalam proses pendidikan.
3) Memahami karakteristik individu berdasar usia, gender, ras, etnisitas, status sosial, dan ekonomi yang dapat mempengaruhi individu dan kelompok.
b. Menguasai landasan budaya, yakni:
1) Memahami ragam budaya yang dapat mempengaruhi perilaku individu dan kelompok.
2) Memahami dan menunjukkan sikap penerimaan terhadap perbedaan sudut pandang subyektif antara konselor dengan klien.
3) Peka, toleran, dan responsif terhadap perbedaan budaya klien.
c. Menguasai konsep dasar dan mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan, yakni: 1) Memahami hubungan antar unsur-unsur pendidikan (pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, metode pendidikan, dan lingkungan pendidikan). 2) Mampu memilih dan menggunakan alat-alat pendidikan (kewibawaan, kasih sayang, kelembutan, keteladanan, hadiah, dan hukuman yang mendidik).
2. Kesadaran dan komitmen etika profesional.
Dirinci menjadi subkompetensi sebagai berikut:
a. Menampilkan keutuhan pribadi konselor, yakni:
1) Berperilaku membantu berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengkomunikasikan secara verbal atau nonverbal minat yang tulus dalam membantu orang lain.
3) Bersikap hangat dan penuh perhatian terhadap klien. 4) Secara verbal dan nonverbal mampu mengkomunikasikan rasa hormat konselor terhadap klien sebagai pribadi yang berguna dan bertanggung jawab. 5) Mengkomunikasikan harapan, mengekspresikan keyakinan bahwa klien memiliki kapasitas untuk memecahkan problem, menata, mengatur hidupnya, dan berkembang. 6) Bersikap empati dan atribusi secara tepat. 7) Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian serta kontrol diri yang baik.
8) Toleran terhadap stress dan frustrasi. 9) Berpikir positif terhadap orang lain dan lingkungannya.
b. Berperilaku etik dan profesional, yakni:
1) Menyadari bahwa nilai-nilai pribadi konselor dapat mempengaruhi
2) Menghindari sikap-sikap prasangka dan stereotipe terhadap klien. 3) Menghargai nilai-nilai pribadi klien. 4) Memahami kekuatan dan keterbatasan personal dan profesional. 5) Mengelola diri secara efektif. 6) Bekerjasama secara produktif dengan teman sejawat dan anggota profesi lain.
7) Secara konsisten menampilkan perilaku sesuai dengan kode etik profesi.
c. Memiliki komitmen untuk meningkatkan kemampuan profesional, yakni:
1) Menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggung jawabkan secara etik.
2) Berperilaku obyektif terhadap pandangan, nilai-nilai, dan reaksi emosional klien yang berbeda dengan konselor.
3) Berinisiatif dan terlibat dalam pengembangan profesi dan pendidikan lanjut untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan profesional.
4) Aktif dalam kegiatan organisasi profesi bimbingan dan konseling.
3. Penguasaan konsep perilaku dan perkembangan individu.
Dirinci menjadi subkompetensi sebagai berikut:
a. Memahami kaidah-kaidah perilaku individu dan kelompok, yakni: 1) Menjelaskan mekanisme perilaku menurut berbagai pendekatan.
2) Menjelaskan dinamika perilaku individu dan kelompok.
4) Menjelaskan mekanisme pertahanan diri.
b. Memahami konsep kepribadian, yakni: 1) Menjelaskan proses pembentukan kepribadian.
2) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian. 3) Menjelaskan ciri-ciri kepribadian yang sehat. 4) Menjelaskan bentuk-bentuk gangguan kepribadian.
c. Memahami konsep dan prinsip-prinsip perkembangan individu, yakni: 1) Menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan.
2) Menjelaskan proses perkembangan individu. 3) Menjelaskan aspek-aspek perkembangan. 4) Menjelaskan fase dan tugas perkembangan. 5) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan.
d. Mampu memfasilitasi perkembangan individu, yakni:
1) Memilih srategi intervensi perkembangan individu sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik individu dan kelompok.
2) Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan individu.
4. Penguasaan konsep dan praksis assessment.
Dirinci menjadi subkompetensi sebagai berikut:
a. Memahami hakikat dan makna assessment, yakni: 1) Menjelaskan perspektif historis assessment sebagai awal layanan.
2) Menunjukkan alasan dan pentingnya penggunaan assessment.
3) Menunjukkan bukti kebenaran, jenis kebenaran, dan hubungan antar kebenaran secara obyektif.
4) Menjelaskan konsep validitas, reabilitas, dan daya beda dalam pengembangan instrumen.
5) Menjelaskan konsep statistika dalam assessment meliputi timbangan pengukuran, ukuran kecondongan terpusat, indeks variabilitas, bentuk dan jenis distribusi, serta korelasi. 6) Menjelaskan teori kesalahan pengukuran, model dan penggunaan informasi keterandalan, serta hubungan antara kebenaran dengan keterandalan.
b. Memilih strategi dan teknik assessment yang tepat, yakni: 1) Mengenali kelebihan dan kekurangan teknik assessment melalui tes.
2) Mengenali kelebihan dan kekurangan teknik assessment non-tes.
3) Menentukan teknik-teknik assessment sesuai dengan pertimbangan usia, gender, orientasi seksual, ethnik, bahasa, kultur, agama, dan faktor lain dalam assessment individual, kelompok, dan populasi spesifik.
c. Mengadministrasikan assessment dan menafsirkan hasilnya, yakni: 1) Menggunakan tes psikologis dan menginterpretasikan hasilnya.
2) Menggunakan instrumen nontes dalam assessment psikologis dan menginterpretasikan hasilnya.
3) Menggunakan komputer dan teknologi informasi sebagai alat bantu assessment.
4) Mendokumentasikan hasil assessment secara sistematis dan mudah diakses.
d. Memanfaatkan hasil assessment untuk kepentingan bimbingan dan konseling, yakni: 1) Memilih hasil assessment untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling.
2) Memprediksikan perkembangan individu dan atau kelompok dalam menghadapi perubahan.
3) Mengelola konferensi kasus dalam alur assessment.
e. Mengembangkan intrumen assessment, yakni: 1) Mengembangkan intrumen tes.
2) Mengembangkan instrumen non-tes.
5. Penguasaan konsep dan praksis bimbingan dan konseling.
Dirinci menjadi subkompetensi sebagai berikut:
a. Memahami konsep dasar, landasan, azas, fungsi, tujuan, dan prinsip- prinsip bimbingan dan konseling, yakni; 1) Menjelaskan konsep dasar bimbingan dan konseling. 2) Menjelaskan landasan filosofis, religius, psikologis, sosial budaya, ilmiah dan teknologis, serta landasan pedagogis.
4) Menjelaskan fungsi bimbingan dan konseling. 5) Menjelaskan tujuan bimbingan dan konseling. 6) Menjelaskan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.
b. Memahami bidang-bidang garapan bimbingan dan konseling, yakni:
1) Terampil memberikan pelayanan bimbingan dan konseling pribadi- sosial.
2) Terampil memberikan pelayanan bimbingan dan konseling belajar. 3) Terampil memberikan pelayanan bimbingan dan konseling karir.
c. Menguasai pendekatan-pendekatan dan teknik-teknik bimbingan dan konseling, yakni: 1) Menjelaskan berbagai macam pendekatan dalam bimbingan dan konseling.
2) Memilih pendekatan bimbingan dan konseling secara tepat. 3) Terampil menggunakan teknik-teknik bimbingan dan konseling individual dan kelompok.
d. Mampu menggunakan dan mengembangkan media bimbingan dan konseling, yakni: 1) Mengenali berbagai media dalam bimbingan dan konseling. 2) Mengembangkan alat media bimbingan dan konseling. 3) Menggunakan media dalam layanan bimbingan dan konseling.
6. Pengelolaan program bimbingan dan konseling. a. Memiliki pengetahuan dan keterampilan perencanaan program bimbingan dan konseling, yakni: 1) Menerapkan prinsip-prinsip perencanaan. 2) Melakukan penilaian kebutuhan layanan bimbingan dan konseling. 3) Merumuskan tujuan dan menentukan prioritas program bimbingan dan konseling.
4) Menyusun program bimbingan dan konseling.
b. Mampu mengorganisasikan dan mengimplementasikan program bimbingan dan konseling, yakni: 1) Mengidentifikasi personalia dan sasaran program bimbingan dan konseling.
2) Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan sumber daya yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan program bimbingan dan konseling. 3) Melaksanakan program bimbingan dan konseling dengan melibatkan partisipasi aktif seluruh komponen yang terkait.
c. Mampu mengevaluasi program bimbingan dan konseling, yakni:
1) Mengkaji program bimbingan dan konseling berdasarkan standar penyelenggaraan program.
2) Menggunakan pendekatan evaluasi program bimbingan dan konseling. 3) Mengkoordinasikan kegiatan evaluasi program bimbingan dan
4) Membuat rekomendasi yang tepat untuk perbaikan dan pengembangan program bimbingan dan konseling.
5) Melaporkan hasil dan temuan-temuan evaluasi penyelenggaraan program bimbingan dan konseling kepada pihak yang berkepentingan.
6) Mengontrol implementasi program bimbingan dan konseling agar senantiasa berjalan sesuai desain perencanaan program.
d. Mampu mendesain perbaikan dan pengembangan program bimbingan dan konseling, yakni: 1) Memanfaatkan hasil evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan program bimbingan dan konseling.
2) Menerapkan prinsip-prinsip keberkelanjutan program bimbingan dan konseling.
7. Penguasaan konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling.
Dirinci menjadi subkompetensi sebagai berikut:
a. Memahami berbagai jenis dan metode riset, yakni: 1) Menjelaskan konsep, prinsip-prinsip, dan metode riset.
2) Menjelaskan desain riset.
b. Mampu merancang riset bimbingan dan konseling, yakni: 1) Mengidentifikasi masalah.
2) Merumuskan masalah. 3) Merumuskan tujuan dan manfaat hasil riset.
5) Menentukan pendekatan riset. 6) Menentukan subyek riset. 7) Menentukan prosedur dan mengembangkan teknik pengumpulan data. 8) Menentukan teknik analisis data.
c. Melaksanakan riset bimbingan dan konseling, yakni: 1) Mengumpulkan data riset.
2) Mengolah dan menganalisis data. 3) Melaporkan hasil riset.
d. Memanfaatkan hasil riset dalam bimbingan dan konseling, yakni: 1) Membaca dan menafsirkan hasil riset.
2) Memanfaatkan hasil riset untuk pengembangan bimbingan dan konseling.
D. Mahasiswa Semester VI Program Studi Bimbingan dan Konseling
Menurut Peraturan Akademik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2002:2), mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Universitas. Jadi mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas tertentu.